JURNAL TRI SETIARINI

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA SEJAHTERA (UPPKS) DI DESA MOJOGEDANG, KECAMATAN MOJOGEDANG, KABUPATEN KARANGANYAR

Disusun oleh: Tri Setiarini

D0308088

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2015


(2)

EVALUASI PELAKSANAAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA SEJAHTERA (UPPKS) DI DESA MOJOGEDANG, KECAMATAN MOJOGEDANG, KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh: Tri Setiarini

ABSTRACT

Tri Setiarini. D0308088. EVALUATION IMPLEMENTATION OF BUSINESS IMPROVEMENT OF INCOME FAMILIES PROSPERS (UPPKS)

IN MOJOGEDANG VILLAGE, MOJOGEDANG DISTRICT,

KARANGANYAR REGENCY. Minor Thesis, Surakarta: Social and Political

Sciences Faculty, Sebelas Maret University Surakarta. 2015

UPPKS program aims to build economic security of families and communities through a woman's ability to realize a small family, happy and prosperous. In this research discusses the evaluation of the implementation BIIFP in Mojogedang Village, District Mojogedang, Karanganyar Regency. To see the goals and actions of the members of this UPPKS group, usedthe theory of social action of Max Weber.

This research took place in the village of Mojogedang. The purpose of this research was to evaluate the implementation of UPPKS in Mojogedang Village. This research included in this type of evaluation research by using CIPP evaluation model (Context, Input, Process, Product). Data sourced from information obtained directly from the informants, documents, books and archives. Data collection techniques used interviews and documentation. Selection of informants selected purposively, in this case the informant chosen because it is considered the most aware and directly related to the implementation of BIIFP. Informants were 10 (ten) persons, consisting of 3 (three) people who work in BP3AKB of Mojogedang District, 2 (two) sub PPKBD for Mojogedang village and 5 (five) members of the group UPPKS. Data were analyzed with an interactive model analysis using principal components: data reduction, data presentation and conclusion. The validity of the data used source triangulation technique.

From the results of this research concluded an outline implementation BIIFP in Mojogedang village is divided into five activities. Such activities include socialization, group formation, financing, marketing and coaching. Of the implementation of these activities is known that there are some obstacles. To overcome these constraints, the District of Mojogedang BP3AKB cooperation with BP3AKB Karanganyar and administrators UPPKS group so that no further obstacles in the implementation UPPKS in Mojogedang village and objectives of the UPPKS program can be achieved optimally.


(3)

A. PENDAHULUAN

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran yang penting dalam pembangunan nasional, oleh karena itu perlu dibina dan dikembangkan kualitasnya agar senantiasa dapat menjadi keluarga sejahtera sehingga menjadi sumber daya manusia yang tangguh bagi pembangunan nasional.

Dalam membina dan mengembangkan ketahanan dan kemandirian keluarga diperlukan berbagai upaya antara lain mencakup aspek keagamaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, sehingga terwujud kualitas keluarga. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, khususnya dalam peningkatan ketahanan ekonomi keluarga dalam menuju Keluarga Sejahtera, salah satu upayanya adalah pengembangan kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).

Upaya pemberdayaan ekonomi keluarga pada hakekatnya merupakan upaya untuk mendorong dan memacu keluarga-keluarga untuk meningkatkan ketahanan keluarga menjadi keluarga yang berpotensi, mandiri dan produktif sebagai dasar mewujudkan keluarga berkualitas.

Pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi dilaksanakan melalui penumbuhan minat serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan usaha sebagai suatu proses belajar dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga melalui wadah kelompok usaha ekonomi produktif yaitu kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).

UPPKS adalah kelompok kegiatan dari keluarga dalam wadah Paguyuban Keluarga Sejahtera, melakukan kegiatan usaha ekonomi produktif yang beranggotakan Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, Keluarga Sejahtera III Plus, baik yang sudah menjadi akseptor KB maupun belum ber KB dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera. Tujuan umum dibentuknya kelompok UPPKS adalah mengembangkan potensi peserta KB untuk memantapkan diri dan keluarganya agar mampu hidup mandiri dalam rangka mempercepat proses pelembagaan


(4)

dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) merupakan salah satu program dari Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) yang berupaya membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga.Dengan menciptakan kelompok usaha pemberdayaan perempuan dan ibu-ibu rumah tangga untuk meningkatkan kualitas pengelola usaha agar menjadi tenaga terampil yang dilakukan dengan lembaga pendidikan dan pelatihan serta orientasi manajemen usaha mikro keluarga.

Sasaran dari program UPPKS adalah terutama Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I baik yang sudah menjadi akseptor KB, Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum ber-KB, pasangan muda serta anggota masyarakat lainnya dalam rangka mewujudkan Keluarga Sejahtera.

Upaya pembinaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga terhadap keluarga pra S dan KS I harus tetap diprioritaskan mengingat jumlahnya yang masih cukup banyak. Keluarga ini sangat rentan terhadap goncangan sosial/ekonomi yang terjadi, sehingga sangat mungkin terjadi penurunan status kesejahteraannya di waktu-waktu yang akan datang.

Dengan adanya program UPPKS diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan keluarga sejahtera dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Peran serta dari anggota sangat diperlukan guna tercapainya tujuan dari pelaksanaan program ini. Dan pada akhirnya tingkat perekonomiannya meningkat dan jumlah pengangguran berkurang. Kemiskinan pun dapat diminimalisir melalui program ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :


(5)

“Bagaimana Pelaksanaan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar?”

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Operasional

Untuk mengevaluasi pelaksanaan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product).

2. Tujuan Fungsional

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat dan dapat sebagai tambahan masukan dalam khasanah penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan sosial pada umumnya dan sosiologi pada khususnya.

3. Tujuan Individual

Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan, guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan Purposive Sampling, yaitu memilih informan yang dapat dipercaya karena dianggap paling mengetahui dan menguasai permasalahan di lapangan. Teknik pengambilan sampel Purposive Sampling adalah pemilihan secara sengaja dengan maksud menemukan apa yang sesuai dengan tujuan penelitian dan jumlah sampel dianggap telah cukup representatif bila dirasa telah mendapatkan kebulatan analisa yang dikehendaki (Slamet, 2006:2).

Pada teknik pengambilan sampel purposive, sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Dalam hubungan ini, lazimnya didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu, jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random (Sanapiah Faisal, 1989 : 67).


(6)

Teknik ini bisa dipakai apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti sifat-sifat yang dimiliki oleh populasi sehingga dalam menentukan sampel, sifat-sifat yang dimiliki oleh sampel sama dengan sifat-sifat yang dimiliki populasi.

Dalam penelitian ini memakai 10 informan yang sengaja dipilih oleh peneliti karena mereka dianggap paling mengetahui dan secara langsung berkaitan dengan program UPPKS yang akan diteliti. Informan itu terdiri dari 3 orang yang bekerja di BP3AKB Kecamatan Mojogedang, 2 orang sub PPKBD untuk Desa Mojogedang yang pekerjaannya membantu penyuluh dari BP3AKB dan 5 orang dari anggota kelompok UPPKS.

A. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu ditentukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2002: 135).

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan data-data yang diperoleh di lokasi penelitian, kemudian dibukukan dan dibuat dokumen dalam hasil penelitian. Proses ini dilakukan dengan cara mencatat data-data di lapangan, mencatat dokumen dan arsip penting yang diperlukan yang diperoleh dari instansi yang bersangkutan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Metode dokumentasi, alat pengumpulan datanya disebut form pencatatan dokumen dan sumber datanya berupa catatan atau dokumen yang tersedia (Sanafiah Faisal, 1989: 52).

B. Triangulasi

Untuk menguji keabsahan data yang telah terkumpul peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan


(7)

pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu (Moleong, 2002:178).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber.Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton dalam Moleong, 2002: 178).

C. Teknik Analisa Data

Teknik analisis yang digunakan oleh peneliti adalah model analisis interaktif (Interactive Model of Analysis). Teknik model analisis interaktif adalah suatu teknik analisis data yang melalui tiga alur komponen pengumpulan data, yaitu:

1. Reduksi data

Kegiatan ini merupakan proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan data pada penelitian. Data yang teridentifikasi tersebut lebih memudahkan dalam penyusunan.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan suatu rangkaian informasi yang memungkinkan pengambilan kesimpulan, sehingga dengan melihat suatu sajian data peneliti akan dapat memahami tentang apa yang sedang terjadi, serta memungkinkannya untuk melakukan sesuatu pada analisa ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut.

3. Penarikan kesimpulan

Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, akhirnya peneliti menarik kesimpulan (H.B.Sutopo, 2002:37).

E. HASIL PENELITIAN

Desa Mojogedang termasuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Karanganyar.Desa Mojogedang adalah desa yang terletak di Kecamatan Mojogedang merupakan dataran tinggi yang terletak di lereng Gunung


(8)

Lawu.Wilayah Desa Mojogedang terdiri atas 7 dusun yaitu Dusun Blimbingmulyo, Dusun Klumpuk, Dusun Dersono, Dusun Mojo, Dusun Ploso, Dusun Gaden dan Dusun Mojogedang.

Daerah di Desa Mojogedang memiliki topografi tanah datar, berombak dan daerah perbukitan yang terdiri atas daerah tanah kering dan tanah sawah.Luas keseluruhannya adalah 378.4875 hektar. Dari keseluruhan luas wilayah tersebut sebagian besar terdiri atas tanah produktif berupa lahan pertanian dan perkebunan, yang ditanami dengan tanaman pangan, tanaman perkebunan dan hortikultura.

UPPKS di Desa Pelaksanaan Mojogedang

1. Sosialisasi Program UPPKS

Sosialisasi yang pertama kali dilakukan pada awal tahun 1990 yang bertempat di balai Desa Mojogedang. Sosialisasi tersebut dihadiri oleh PKB kecamatan Mojogedang, kader PPKBD dan kader sub PPKBD desa Mojogedang, kepala desa Mojogedang, anggota PKK dan keluarga pra sejahtera di desa Mojogedang. Sosialisasinya diadakan bertepatan dengan pertemuan PKK yang berlangsung rutin tiap bulannya. Sosialisasi ini bertujuan agar masyarakat mengenal dan memahami program UPKKS dan menganjurkan untuk melaksanakan program UPPKS di desa Mojogedang,

Materi yang disampaikan oleh penyuluh KB dalam sosialisasi tersebut antara lain menerangkan apa itu program UPPKS. Karena banyak masyarakat yang belum mengenal dan mengetahui secara gamblang tentang UPPKS itu sendiri. Selain itu penyuluh KB juga menjelaskan mengenai tujuan-tujuan UPPKS dan pembentukan kelompok UPPKS dan manfaat apa saja yang bisa dirasakan warga jika mengikuti program ini. Program UPPKS memang berbentuk kelompok, bukan individu/per orangan.

2. Pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang

Pada awal pembentukan kelompok UPPKS di Desa Mojogedang, terdapat 7 kelompok UPPKS yang telah dipilih dan ditentukan oleh PKB. Masing-masing kelompok mewakili dari 7 dusun, yaitu Dusun Klumpuk,


(9)

Dusun Dersono, Dusun Blimbingmulyo, Dusun Mojo, Dusun Mojogedang, Dusun Gaden dan Dusun Ploso. Jadi setiap dusun dibentuk 1 kelompok UPPKS dengan anggota 7 sampai 10 orang.

Tapi belum tentu dalam setiap dusun ada 1 kelompok UPPKS. Tergantung ibu-ibu yang berminat dan termasuk ke dalam kriteria anggota UPPKS. Bisa saja dalam 1 dusun terdapat 2 kelompok karena jumlah peminatnya lebih banyak.

Namun kelompok yang sampai saat ini masih bertahan dan masih berlangsung usahanya yaitu kelompok “Usaha Maju”. Kelompok “Usaha Maju” merupakan kelompok UPPKS yang mewakili dusun Dersono. Anggotanya terdiri dari 7 orang. Jenis usahanya adalah macam-macam karak dan macam-macam perca.

Pelaksanaan usahanya adalah sebagai berikut: a. Deskripsi Usaha Maju

Kelompok “Usaha Maju” merupakan kelompok UPPKS dai Dusun Dersono yang telah berdiri sejak Maret 2008 sampai sekarang dengan jumlah anggota lama 5 orang dan anggota baru 2 orang. Produk usaha dari kelompok ini adalah macam-macam karak lele dan perca.

b. Pembentukan kelompok

Kelompok sebagai sarana untuk mempermudah melakukan pembinaan usaha/tenaga terampil karena dengan berkelompok akan menumbuhkan semangat dan kebersamaan anggota dalam melakukan usaha.

Sebelum kelompok “Usaha Maju” resmi dibentuk, pihak dari BP3AKB melalui PKB Kecamatan Mojogedang harus meninjau terlebih dahulu.Apakah kelompok tersebut sudah memenuhi syarat pendirian kelompok UPPKS atau belum.

Setelah dilakukan peninjauan dari mulai lokasi usaha dan usaha apa saja yang akan dijalankan oleh kelompok “Usaha Maju”, kelompok „Usaha Maju” dinyatakan bisa melaksanakan program UPPKS. Selanjutnya membentuk kepengurusan kelompok.


(10)

c. Kepengurusan kelompok

Dinamika kelompok sangat ditentukan oleh aktivitas pengurus kelompok dalam suatu kelompok UPPKS minimal didukung dengan kepengurusan yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Kelompok “Usaha Maju” belum dikategorikan sebagai kelompok yang sudah maju. Jadi kepengurusannya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan beberapa anggota.

Dalam menjalankan usahanya, masing-masing orang mempunyai tugas masing-masing sesuai dengan jabatannya dalam kelompok. Selain tugas pokok tersebut, ternyata dalam pelaksanaannya ketua kelompok juga memberikan pinjaman kepada anggotanya apabila para anggota kekurangan modal dan pinjaman dari propinsi belum cair. d. Anggota kelompok

Anggota kelompok UPPKS adalah ibu-ibu/wanita dari keluarga prasejahtera dan keluarga pra sejahtera I serta keluarga sejahtera II ke atas yang melakukan usaha, sedang belajar atau yang berminat melakukan

usaha ekonomi produktif/tenaga terampil. Dalam kelompok “Usaha Maju”

ini yang menjabat sebagai ketua bukanlah tergolong keluarga pra sejahtera seperti apa yang menjadi sasaran utama dalam UPPKS. Beliau termasuk ke dalam keluarga sejahtera.

Untuk mendukung kegiatan UPPKS, maka hak dan kewajiban anggota juga harus dilakukan dengan baik. Hak dan kewajibannya antara lain:

e. Permodalan

Modal usaha dapat berbentuk semangat, keterampilan, tekad, cita-cita, tenaga/jasa, sejumlah uang, barang dan peralatan yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan ekonomi produktif.Modal kelompok “Usaha Maju” berasal dari anggota dan bantuan pinjaman dari BP3AKB Propinsi Jawa Tengah.


(11)

Selain bantuan modal dari propinsi, kelompok Usaha Maju juga mendapatkan bantuan dari PKBM.PKBM itu merupakan yayasan agama Katholik di Kecamatan Mojogedang.

f. Pemasaran barang

Pemasaran merupakan unsur yang sangat penting dari kegiatan UPPKS. Keberhasilan pemasaran akan menentukan kelangsungan kegiatan ekonomi produktif. Upaya pemasaran bukanlah hal yang sederhana yang hanya berlangsung pada saat transaksi jual beli saja, tetapi merupakan rangkaian upaya yang sangat komplek dimulai dari proses produksi sampai dengan terjadinya transaksi jual beli antara penjual/produsen dengan pembeli/konsumen. Tujuan dari pemasaran adalah agar barang/jasa yang diproduksi dapat dibeli oleh konsumen/pembeli dengan harga dan cara yang paling menguntungkan bagi produsen atau penjual serta menjamin kelangsungan pasar.

Kelompok Usaha Maju sudah mempunyai mitra usaha yang nantinya bisa membantu dalam hal memasarkan/ menjualkan barang-barang hasil produksi.

g. Pembinaan

Kegiatan pembinaan adalah suatu upaya yang perlu dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan agar kegiatan UPPKS dapatberjalan sebagaimana yang diharapkan, dalam mendukung ketahanan ekonomi keluarga untuk mewujudkan keluarga sejahtera.

BP3AKB Kabupaten Karanganyar dalam melaksanakan kegiatannya antara lain melalui kegiatan pembinaan dan bantuan agar keluarga dengan potensi dan peluangnya dibantu dan dirangsang untuk mengembangkan sikap mental yang positif dalam pembangunan dan diajak untuk meningkatkan kemampuan dirinya melalui kegiatan ekonomi produktif yang ada dalam UPPKS. BP3AKB Kabupaten Karanganyar mempunyai wewenang untuk mengadakan kegiatan pembinaan dalam rangka untuk memajukan program UPPKS di Desa Mojogedang.


(12)

BP3AKB berfungsi sebagai fasilitator dalam bidang pemasaran. BP3AKB memberikan informasi dan bantuan kepada kelompok UPPKS untuk mengikuti pameran atau bazar supaya pemasaran produk kelompok UPPKS dapat berjalan dengan baik.

Pelaksanaan Macam-Macam Jenis Usaha UPPKS kelompok “Usaha Maju”

1. Karak Lele

a. Bahan-bahan untuk pembuatan karak lele adalah sebagai berikut : Beras (2 kg), Lele (1 kg), Bawang putih (10 siung), TP (1 sendok makan), Garam secukupnya, Ketumbar secukupnya, dan Minyak goreng secukupnya.

b. Proses pembuatan karak lele adalah sebagai berikut:

Beras 2 kg dicuci lalu dimasak sampai matang. Lele 1 kg dikukus, dibuang kepala dan duri-durinya lalu dilumatkan/diblender. Siapkan bumbu: bawang putih dan TP dilumatkan. Bumbu yang telah lumat ditumis dengan minyak goreng kemudian masukkan lele yang telah dilumatkan lalu ditambah air. Setelah mendidih masukkan nasi yang telah dimasak kemudian aduk terus hingga lekat dan lunak lalu angkat dan dikukus lagi sampai masak. Setelah masak kemudian angkat dan ditumbuk hingga lumat. Setelah lumat (panas) bentuk bulatan kurang lebih 1 kelereng kemudian digiling dengan botol/dipres tipis. Setelah tipis kemudian ditaruh/disusun untuk dijemur. Setelah kurang lebih 2 hari kering kemudian digoreng dengan minyak goreng yang mendidih tua.

c. Pembungkusan/pengemasan: a. Siapkan plastik

1. Ukuran 13 untuk Rp.1.000,00 dengan 4-5 karak

2. Ukuran 15 untuk Rp.5.000,00 dengan kurang lebih 10 karak b. Untuk karak mentah siapkan plastik es

1. 1 ons : Rp.3.000,00 2. 2 ons : Rp.6.000,00 3. ¼ kg : Rp.7.500,00


(13)

4. ½ kg : Rp.15.000,00 5. 1 kg : Rp.30.000,00

c. Untuk pengemasan akan dilengkapi dengan tas kotak ditambah label dan gambar lele. Selain itu juga dicantumkan antara lain: 1. Kandungan karak lele

2. Berat (netto) 3. Masa kadaluarsa 4. Nama produk 5. Alamat

6. Izin dari Departemen Kesehatan 2. Pemanfaatan Kain Perca

a) Bahan-bahan yang dimanfaatkan adalah Kain perca dari Ibu Tin Garmen, Kartosuro dan Kain perca dari penjahit/konveksi.

b) Pemanfaatan kain perca antara lain Kain perca bulat-bulat dengan garis tengah 10 cm-12 cm untuk hiasan atau taplak (dikerutkan-disusun), Kain perca yang ukuran sama disusun/didesain untuk taplak meja, selimut, bed cover, Kain tak beraturan dibuat sama/dipotong/disambung sesuai yang diminati : segitiga, segiempat, persegi panjang.

c) Membuat pola atas: menyambung/menggunting kain perca sesuai gambar/motif yang diminati.

d) Menyusun perca yang seukuran untuk: rok, celana, baju, dll.

e) Memanfaatkan perca kecil-kecil untuk isi tempat duduk atau untuk kain takan dan keset.

f) Memanfaatkan perca kecil panjang untuk: keset tampar, pelipit taplak, pelipit selimut, pelipit bed cover.

g) Mencari contoh barang-barang yang dapat dibuat perca 3. Bed Cover/Selimut

Proses pembuatan bed cover/selimut adalah Menyusun kain perca, Memilih motif yang menarik/diinginkan, Menghitung jumlah Larik diurutkan, diberi tanda/nomer untuk memudahkan menjahit dan tidak


(14)

salah/tertukar. Saat menjahit/menyambung perlu ditandai agar tidak tertukar. Setelah menjahit selesai lalu siapkan puring, dakron, spon ukuran sesuai jahitan perca. Lapisan bed cover terdiri dari perca, spon, dakron, puring atau perca, dakron, puring.Melipit dengan pelipit yang telah disiapkan. Memasang elastik pojok (sudut) untuk bed cover. Dilipat sedemikian rupa terus dimasukkan tas yang telah disiapkan dan diberi label dari Usaha Maju.

Model CIPP (Context, Input, Process and Product)

Stufflebeam (Tayibnasis, 2008 dalam Totok Mardikanto, 2011:74) mengartikan evaluasi sebagai proses menggambarkan, memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Karena itu, ia membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu :

a) Context evaluation to serve planning decision, yang berkaitan dengan tujuan program.

b) Input evaluation structuring decision, yang berkaitan dengan sumberdaya, alternatif pemanfaatannya, serta prosedur kerja untk mencapai tujuan.

c) Process evaluation to serve implementing decision, yang berkaitan dengan process untuk mengimplementasikan keputusan.

d) Product evaluation to serve recycling decision, yang berkaitan dengan tindak lanjut keputusan.

Tentang hal ini Sutopo (2002 dalam Totok Mardikanto, 2011:74) menyatakan bahwa:

a) Context, berkaitan dengan beberapa factor dan kondisi sebelum kegiatan dilaksanakan.

b) Input, adalah masukan yang diberikan sebagai persiapan sebelum pelaksanaan program.

c) Process, yaitu program dilaksanakan sejak awalnya dengan pendekatan sesuai konteksnya dan merupakan proses yang tepat untuk tercapainya tujuan.


(15)

Analisis CIPP (Context, Input, Process, Product)

Dalam penelitian ini menggunakan model CIPP ( Context, Input, Process, Product) karena model CIPP merupakan model yang digunakan dalam pengembangan program yang secara keseluruhan memperhitungkan keterkaitan antarfaktornya (context, input, process, product).Dari kumpulan informasi lengkap yang meliputi empat factor tersebut peneliti bisa menganalisis dengan mengkaji kesesuaian antarfaktornya. Dari analisis tersebut bisa diketahui kelemahan dan kekuatan dari program yang ditelitinya, yang selanjutnya dijadikan dasar untuk menyusun saran secara operasional untuk memperbaikinya. Analisis CIPP (Context, Input, Process, Product) pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut :

a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Evaluasi konteks (Context Evaluation) dalam penelitian ini merupakan evaluasi yang berkaitan dengan beberapa faktor dan kondisi sebelum program UPPKS dilaksanakan. Komponen-komponennya antara lain : latar belakang mengikuti program UPPKS, sejak kapan mengikuti program UPPKS, tujuan mengikuti program UPPKS, sosialisasi program UPPKS dan manfaat mengikuti program UPPKS.

b. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Evaluasi Masukan (Input Evaluation) dalam penelitian ini yaitu masukan yang diberikan sebagai persiapan sebelum pelaksanaan program UPPKS. Komponen-komponennya antara lain tenaga penyuluh program UPPKS, penerima program UPPKS, bantuan modal untuk program UPPKS dan sarana dan prasarana yang mendukung program UPPKS.

Dalam evaluasi tahap ini ditemukan kendala-kendala yang dihadapi oleh anggota-anggota kelompok UPPKS “Usaha Maju” dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kendala-kendala yang pertama yaitu kelompok “Usaha Maju” belum mempunyai alat/sarana usaha yang memadai. Selain itu alat yang sangat diperlukan adalah alat pencetak karak. Selama ini kelompok masih mencetak dengan cara manual/diiris menggunakan pisau..


(16)

Kendala yang kedua adalah Sumber Daya Manusia anggota kelompok yang kurang.Sumber Daya Manusia menjadi kunci utama dalam keberhasilan pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang. Tetapi dalam kelompok Usaha Maju tidak semua anggota memiliki SDM yang cukup. Mereka masih memiliki kekurangan dalam hal pengetahuan tentang UPPKS. Pengurus kelompoknya juga masih belum menguasai dalam hal pembukuan keuangan kelompoknya.

Kendala yang ketiga adalah kurangnya dukungan dari aparat desa untuk mendukung berjalannya pelaksanaan usaha dari kelompok UPPKS “Usaha Maju”. Dukungan aparat desa sangatlah penting dalam hal pelaksanaan UPKKS di Desa Mojogedang. Namun di Desa Mojogedang, aparat desanya kurang menyadari pentingnya keberadaan kelompok UPPKS “Usaha Maju”.

c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi proses (process evaluation) dalam penelitian ini yaitu program UPPKS dilaksanakan sesuai dengan konteksnya dan merupakan proses yang tepat untuk mencapai tujuan dari program tersebut. Komponen-komponennya antara lain pembentukan kelompok UPPKS, permodalan, pemasaran, pembinaan dan pelatihan.

Dalam tahap evaluasi proses juga terdapat kendala-kendala yang bisa menghambat pelaksanaan usaha kelompok UPPKS “Usaha Maju”. Kendala yang pertama adalah pemasaran barang produksi yang sulit. Barang-barang hasil produksi selama ini hanya dijual ke toko-toko, swalayan/mal-mal. Kalau pemasaran karak di toko kendalanya kalah saing dengan karak biasa.

Pemasaran percanya juga agak sulit. Karena selama ini kelompok Usaha Maju hanya menjual barang-barangnya ke tetangga, teman, ke gereja, dan sebagian ada yang dititipkan ke swalayan dan toko. Kadang ada beberapa toko yang tidak mau dititipi. Padahal kalau perca tidak ada kadaluwarsanya.

Kendala yang kedua adalah kurangnya jaringan komunikasi untuk dapat menembus pasar-pasar yang lain. Pengetahuan akan jaringan komunikasi dan manajemen pemasaran yang kurang dari anggota kelompok UPPKS juga menjadi kendala dalam menjalankan usaha.


(17)

Kendala yang ketiga adalah pembuatan karak lele yang masih bergantung dengan cuaca. Dalam proses pembuatan karak lele masih bergantung dengan cuaca. Misalnya dalam proses pengeringan.

d. Evaluasi Produk(Product Evaluation)

Evaluasi produk (product evaluation) dalam penelitian ini merupakan kualitas hasil program UPPKS yang dapat dicapai. Komponen-komponennya antara lain karak lele, pemanfaatan kain perca, selimut/ bed cover.

Dari tahap evaluasi produk, selain untuk mengetahui hasil-hasil produk dari kelompok UPPKS “Usaha Maju” juga dapat diketahui peningkatan pendapatan dari anggota-anggota kelompok. Peningkatan tersebut dilihat dari pendapatan mereka sebelum menjadi anggota kelompok UPPKS/mengikuti program UPPKS dan setelah mengikuti program UPPKS. Program UPPKS juga dapat mengurangi tingkat pengangguran di Desa Mojogedang. Anggota kelompok yang dulunya sebelum menjadi anggota UPKKS tidak mempunyai pekerjaan, setelah mengikuti program UPPKS mempunyai pekerjaan.

Dalam evaluasi produk juga dapat diketahui beberapa solusi untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan usaha kelompok UPPKS “Usaha

Maju”. Untuk mengatasi kendala kekurangan alat produksi, pihak BP3AKB akan

mengusahakan untuk mencari bantuan modal lewat jalur lain selain mengandalkan bantuan pinjaman dana dari propinsi. Karena dana dari prosinsi ternyata belum bisa mencukupi kebutuhan kelompok untuk melaksanakan usaha dengan maksimal.

Selain itu, dari kelompok Usaha Maju sendiri melalui ketua kelompoknya akan berusaha mencari pinjaman ke bank. Supaya nanti mereka mendapatkan tambahan modal untuk membeli peralatan yang mereka butuhkan saat ini. Karena bantuan dari propinsi belum dirasa cukup untuk membantu kelompok.

Untuk mengatasi kendala pemasaran barang yang sulit, nanti kedepannya pihak BP3AKB akan membantu mencarikan mitra usaha lain selain yang dimiliki oleh kelompok “Usaha Maju”. Selain itu nanti kita akan membantu mereka untuk masuk ke dalam pameran-pameran atau lomba-lomba yang diadakan oleh kabupaten.


(18)

Untuk mengatasi kendala mengenai kurangnya jaringan komunikasi untuk dapat menembus pasar-pasar lain khususnya untuk memasarkan di dunia internet pihak BP3AKB Kecamatan Mojogedang bekerja sama dengan BP3AKB Kabupaten Karanganyar untuk melatih anggota kelompok beserta pengurus untuk mempelajari manajemen pemasaran di internet.

Untuk menghadapi pasar yang semakin dinamis dan kompetitif, diperlukan teknik pemasaran yang aktif dan tidak hanya menunggu pembeli datang, karena produsen lainnya sebagai saingan akan berusaha pula untuk meningkatkan pemasaran produksi mereka semaksimal mungkin.

Untuk mengatasi masalah SDM anggota yang masih kurang, maka BP3AKB melakukan pemberdayaan terhadap anggota yang sudah ada.Misalnya beberapa kali mengikutsertakan mereka dalam pelatihan tentang pengembangan UPKKS.

Tingkat kualitas SDM dari pengurus kelompok UPPKS yang masih kurang menguasai dalam hal pembukuan keuangan kelompoknya oleh BP3AKB diatasi dengan mengadakan pelatihan dalam hal manajemen keuangan dan administrasi yang rutin setiap tahunnya. Selain itu dari petugas pendamping kelompok UPPKS pada Desa Mojogedang juga akan membantu dalam hal bagaimana pembukuan keuangan secara benar.

Untuk mengatasi kendala kurangnya dukungan dari aparat desa nanti pihak dari BP3AKB akan menghimbau kepada pemerintah Desa Mojogedang agar lebih memperhatikan lagi mengenai pelaksanaan UPPKS khususnya untuk kelompok “Usaha Maju”.

Untuk mengatasi masalah cuaca yang sering dihadapi oleh kelompok Usaha Maju, pihak dari pengurus kelompok akan berusaha mencari dana untuk membeli alat pengeringan di dalam ruangan. Agar dalam proses penjemurannya tidak lagi bergantung pada sinar matahari.

F. Penutup

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:


(19)

a. Pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang

Proses berlangsungnya kegiatan UPPKS di Desa Mojogedang dibagi menjadi 5 kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: Sosialisasi, Pembentukan Kelompok, Permodalan, Pemasaran, dan Pembinaan.

b. Kendala dalam Pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang

Kendala dalam pelaksanaan usaha kelompok UPPKS “Usaha Maju” antara lain: Kelompok belum mempunyai alat/sarana usaha yang memadai, Pemasaran barang produksi yang sulit, Kurangnya jaringan komunikasi untuk dapat menembus pasar-pasar yang lain, Sumber Daya Manusia dari anggota yang kurang, Kurangnya dukungan dari aparat desa, Pembuatan karak lele masih bergantung dengan cuaca.

c. Solusi Untuk Mengatasi Kendala dalam Pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang

Beberapa solusi untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan usaha kelompok UPKKS “Usaha Maju” adalah sebagai berikut: (a) Untuk mengatasi kendala kekurangan alat produksi, (b) Untuk mengatasi kendala pemasaran barang yang sulit, (c) Untuk mengatasi kendala mengenai kurangnya jaringan komunikasi untuk dapat menembus pasar-pasar lain khususnya untuk memasarkan di dunia internet, (d) Untuk mengatasi masalah SDM anggota yang masih kurang, maka BP3AKB melakukan pemberdayaan terhadap anggota yang sudah ada, (e) Untuk mengatasi kendala kurangnya dukungan dari aparat desa nanti pihak BP3AKB akan menghimbau kepada pemerintah Desa Mojogedang agar lebih memperhatikan lagi mengenai pelaksanaan UPPKS khususnya untuk kelompok Usaha Maju, (f) Untuk menghadapi masalah cuaca yang sering dihadapi oleh kelompok Usaha Maju.

G. DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.2009. BukuPedomanTentang Usaha Permodalan dan Pemasaran Melalui UPPKS. Jawa Tengah.


(20)

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1995. Strategi Pengembangan Kelompok UPPKS dalam Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera Nasional. Jakarta.

Faisal, Sanapiah. 1989. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: RajawaliPers Hadiansyah, Lody. 2011. Dampak Program Usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga Sejahtera (UPPKS) dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi dalam Menanggulangi Kemiskinan di Kota Surakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan: Sosiologi Fisip UNS.

Mardikanto, Totok. 2011. Metoda Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Program Studi Penyuluhan/Pemberdayaan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Negeri Sebelas Maret.

Moleong, Lexi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Retnowati,Dwi. 2007. Pemberdayaan Keluarga Melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Oleh Dinas Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Masyarakat (KBPM) Kabupaten Kebumen (Studi Deskriptif Kualitatif Pemberdayaan Keluarga Melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Di Desa Kutowinangan, Kecamatan Kutowinangan, Kabupaten Kebumen).Skripsi Tidak Dipublikasikan : Sosiologi Fisip UNS.

Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Sebelas Maret University Press.

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sebelas Maret University Press.


(1)

Analisis CIPP (Context, Input, Process, Product)

Dalam penelitian ini menggunakan model CIPP ( Context, Input, Process, Product) karena model CIPP merupakan model yang digunakan dalam pengembangan program yang secara keseluruhan memperhitungkan keterkaitan antarfaktornya (context, input, process, product).Dari kumpulan informasi lengkap yang meliputi empat factor tersebut peneliti bisa menganalisis dengan mengkaji kesesuaian antarfaktornya. Dari analisis tersebut bisa diketahui kelemahan dan kekuatan dari program yang ditelitinya, yang selanjutnya dijadikan dasar untuk menyusun saran secara operasional untuk memperbaikinya. Analisis

CIPP (Context, Input, Process, Product) pelaksanaan UPPKS di Desa

Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut :

a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Evaluasi konteks (Context Evaluation) dalam penelitian ini merupakan evaluasi yang berkaitan dengan beberapa faktor dan kondisi sebelum program UPPKS dilaksanakan. Komponen-komponennya antara lain : latar belakang mengikuti program UPPKS, sejak kapan mengikuti program UPPKS, tujuan mengikuti program UPPKS, sosialisasi program UPPKS dan manfaat mengikuti program UPPKS.

b. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Evaluasi Masukan (Input Evaluation) dalam penelitian ini yaitu masukan yang diberikan sebagai persiapan sebelum pelaksanaan program UPPKS. Komponen-komponennya antara lain tenaga penyuluh program UPPKS, penerima program UPPKS, bantuan modal untuk program UPPKS dan sarana dan prasarana yang mendukung program UPPKS.

Dalam evaluasi tahap ini ditemukan kendala-kendala yang dihadapi oleh

anggota-anggota kelompok UPPKS “Usaha Maju” dalam melaksanakan kegiatan

usahanya. Kendala-kendala yang pertama yaitu kelompok “Usaha Maju” belum mempunyai alat/sarana usaha yang memadai. Selain itu alat yang sangat diperlukan adalah alat pencetak karak. Selama ini kelompok masih mencetak dengan cara manual/diiris menggunakan pisau..


(2)

Kendala yang kedua adalah Sumber Daya Manusia anggota kelompok yang kurang.Sumber Daya Manusia menjadi kunci utama dalam keberhasilan pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang. Tetapi dalam kelompok Usaha Maju tidak semua anggota memiliki SDM yang cukup. Mereka masih memiliki kekurangan dalam hal pengetahuan tentang UPPKS. Pengurus kelompoknya juga masih belum menguasai dalam hal pembukuan keuangan kelompoknya.

Kendala yang ketiga adalah kurangnya dukungan dari aparat desa untuk

mendukung berjalannya pelaksanaan usaha dari kelompok UPPKS “Usaha Maju”.

Dukungan aparat desa sangatlah penting dalam hal pelaksanaan UPKKS di Desa Mojogedang. Namun di Desa Mojogedang, aparat desanya kurang menyadari

pentingnya keberadaan kelompok UPPKS “Usaha Maju”.

c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi proses (process evaluation) dalam penelitian ini yaitu program UPPKS dilaksanakan sesuai dengan konteksnya dan merupakan proses yang tepat untuk mencapai tujuan dari program tersebut. Komponen-komponennya antara lain pembentukan kelompok UPPKS, permodalan, pemasaran, pembinaan dan pelatihan.

Dalam tahap evaluasi proses juga terdapat kendala-kendala yang bisa

menghambat pelaksanaan usaha kelompok UPPKS “Usaha Maju”. Kendala yang

pertama adalah pemasaran barang produksi yang sulit. Barang-barang hasil produksi selama ini hanya dijual ke toko-toko, swalayan/mal-mal. Kalau pemasaran karak di toko kendalanya kalah saing dengan karak biasa.

Pemasaran percanya juga agak sulit. Karena selama ini kelompok Usaha Maju hanya menjual barang-barangnya ke tetangga, teman, ke gereja, dan sebagian ada yang dititipkan ke swalayan dan toko. Kadang ada beberapa toko yang tidak mau dititipi. Padahal kalau perca tidak ada kadaluwarsanya.

Kendala yang kedua adalah kurangnya jaringan komunikasi untuk dapat menembus pasar-pasar yang lain. Pengetahuan akan jaringan komunikasi dan manajemen pemasaran yang kurang dari anggota kelompok UPPKS juga menjadi kendala dalam menjalankan usaha.


(3)

Kendala yang ketiga adalah pembuatan karak lele yang masih bergantung dengan cuaca. Dalam proses pembuatan karak lele masih bergantung dengan cuaca. Misalnya dalam proses pengeringan.

d. Evaluasi Produk(Product Evaluation)

Evaluasi produk (product evaluation) dalam penelitian ini merupakan kualitas hasil program UPPKS yang dapat dicapai. Komponen-komponennya antara lain karak lele, pemanfaatan kain perca, selimut/ bed cover.

Dari tahap evaluasi produk, selain untuk mengetahui hasil-hasil produk

dari kelompok UPPKS “Usaha Maju” juga dapat diketahui peningkatan

pendapatan dari anggota-anggota kelompok. Peningkatan tersebut dilihat dari pendapatan mereka sebelum menjadi anggota kelompok UPPKS/mengikuti program UPPKS dan setelah mengikuti program UPPKS. Program UPPKS juga dapat mengurangi tingkat pengangguran di Desa Mojogedang. Anggota kelompok yang dulunya sebelum menjadi anggota UPKKS tidak mempunyai pekerjaan, setelah mengikuti program UPPKS mempunyai pekerjaan.

Dalam evaluasi produk juga dapat diketahui beberapa solusi untuk

mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan usaha kelompok UPPKS “Usaha

Maju”. Untuk mengatasi kendala kekurangan alat produksi, pihak BP3AKB akan

mengusahakan untuk mencari bantuan modal lewat jalur lain selain mengandalkan bantuan pinjaman dana dari propinsi. Karena dana dari prosinsi ternyata belum bisa mencukupi kebutuhan kelompok untuk melaksanakan usaha dengan maksimal.

Selain itu, dari kelompok Usaha Maju sendiri melalui ketua kelompoknya

akan berusaha mencari pinjaman ke bank. Supaya nanti mereka mendapatkan tambahan modal untuk membeli peralatan yang mereka butuhkan saat ini. Karena bantuan dari propinsi belum dirasa cukup untuk membantu kelompok.

Untuk mengatasi kendala pemasaran barang yang sulit, nanti kedepannya

pihak BP3AKB akan membantu mencarikan mitra usaha lain selain yang dimiliki

oleh kelompok “Usaha Maju”. Selain itu nanti kita akan membantu mereka untuk

masuk ke dalam pameran-pameran atau lomba-lomba yang diadakan oleh kabupaten.


(4)

Untuk mengatasi kendala mengenai kurangnya jaringan komunikasi untuk dapat menembus pasar-pasar lain khususnya untuk memasarkan di dunia internet pihak BP3AKB Kecamatan Mojogedang bekerja sama dengan BP3AKB Kabupaten Karanganyar untuk melatih anggota kelompok beserta pengurus untuk mempelajari manajemen pemasaran di internet.

Untuk menghadapi pasar yang semakin dinamis dan kompetitif,

diperlukan teknik pemasaran yang aktif dan tidak hanya menunggu pembeli datang, karena produsen lainnya sebagai saingan akan berusaha pula untuk meningkatkan pemasaran produksi mereka semaksimal mungkin.

Untuk mengatasi masalah SDM anggota yang masih kurang, maka

BP3AKB melakukan pemberdayaan terhadap anggota yang sudah ada.Misalnya beberapa kali mengikutsertakan mereka dalam pelatihan tentang pengembangan UPKKS.

Tingkat kualitas SDM dari pengurus kelompok UPPKS yang masih kurang menguasai dalam hal pembukuan keuangan kelompoknya oleh BP3AKB diatasi dengan mengadakan pelatihan dalam hal manajemen keuangan dan administrasi yang rutin setiap tahunnya. Selain itu dari petugas pendamping kelompok UPPKS pada Desa Mojogedang juga akan membantu dalam hal bagaimana pembukuan keuangan secara benar.

Untuk mengatasi kendala kurangnya dukungan dari aparat desa nanti pihak

dari BP3AKB akan menghimbau kepada pemerintah Desa Mojogedang agar lebih memperhatikan lagi mengenai pelaksanaan UPPKS khususnya untuk kelompok

“Usaha Maju”.

Untuk mengatasi masalah cuaca yang sering dihadapi oleh kelompok Usaha Maju, pihak dari pengurus kelompok akan berusaha mencari dana untuk membeli alat pengeringan di dalam ruangan. Agar dalam proses penjemurannya tidak lagi bergantung pada sinar matahari.

F. Penutup

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:


(5)

a. Pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang

Proses berlangsungnya kegiatan UPPKS di Desa Mojogedang dibagi menjadi 5 kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: Sosialisasi, Pembentukan Kelompok, Permodalan, Pemasaran, dan Pembinaan.

b. Kendala dalam Pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang

Kendala dalam pelaksanaan usaha kelompok UPPKS “Usaha Maju”

antara lain: Kelompok belum mempunyai alat/sarana usaha yang memadai, Pemasaran barang produksi yang sulit, Kurangnya jaringan komunikasi untuk dapat menembus pasar-pasar yang lain, Sumber Daya Manusia dari anggota yang kurang, Kurangnya dukungan dari aparat desa, Pembuatan karak lele masih bergantung dengan cuaca.

c. Solusi Untuk Mengatasi Kendala dalam Pelaksanaan UPPKS di Desa

Mojogedang

Beberapa solusi untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan usaha

kelompok UPKKS “Usaha Maju” adalah sebagai berikut: (a) Untuk mengatasi

kendala kekurangan alat produksi, (b) Untuk mengatasi kendala pemasaran barang yang sulit, (c) Untuk mengatasi kendala mengenai kurangnya jaringan komunikasi untuk dapat menembus pasar-pasar lain khususnya untuk memasarkan di dunia internet, (d) Untuk mengatasi masalah SDM anggota yang masih kurang, maka BP3AKB melakukan pemberdayaan terhadap anggota yang sudah ada, (e) Untuk mengatasi kendala kurangnya dukungan dari aparat desa nanti pihak BP3AKB akan menghimbau kepada pemerintah Desa Mojogedang agar lebih memperhatikan lagi mengenai pelaksanaan UPPKS khususnya untuk kelompok Usaha Maju, (f) Untuk menghadapi masalah cuaca yang sering dihadapi oleh kelompok Usaha Maju.

G. DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.2009. BukuPedomanTentang


(6)

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1995. Strategi Pengembangan Kelompok UPPKS dalam Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera Nasional. Jakarta.

Faisal, Sanapiah. 1989. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: RajawaliPers

Hadiansyah, Lody. 2011. Dampak Program Usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga Sejahtera (UPPKS) dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi dalam Menanggulangi Kemiskinan di Kota Surakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan: Sosiologi Fisip UNS.

Mardikanto, Totok. 2011. Metoda Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat.

Program Studi Penyuluhan/Pemberdayaan Masyarakat, Program

Pascasarjana Universitas Negeri Sebelas Maret.

Moleong, Lexi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Retnowati,Dwi. 2007. Pemberdayaan Keluarga Melalui Usaha Peningkatan

Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Oleh Dinas Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Masyarakat (KBPM) Kabupaten Kebumen (Studi Deskriptif Kualitatif Pemberdayaan Keluarga Melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Di Desa Kutowinangan, Kecamatan Kutowinangan, Kabupaten Kebumen).Skripsi Tidak Dipublikasikan : Sosiologi Fisip UNS.

Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Sebelas Maret University Press.

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sebelas Maret University Press.