DAMAS PRIABADA ARKA PAMUNGKAS C9408036

(1)

commit to user

i

POTENSI DAN PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA

MANDHASIYA TAWANGMANGU

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

Disusun Oleh:

DAMAS PRIABADA ARKA PAMUNGKAS

C9408036

PROGRAM DIII USAHA PERJALANAN WISATA

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

MOTTO

Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan / diperbuatnya. ( Ali Bin Abi Thalib )

Jalan terbaik dalam mencari kawan adalah kita harus berlaku sebagai kawan. (Penulis)

Only god can judge me.(Penulis)


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk :

1. Ayah, Ibu, kakak-kakakku, lini cardina novra murti, Dian fatima niranti.

2. Veionda putri, Devininta Imami N, Yudiawan, Warsini kawan kawan UPW 2008 serta dosen jurusan UPW.


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunianya yang telah melindungi dan membimbing sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk menyelesaikan studi bagi mahasiswa Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, tugas akhir ini tidak akan mungkin dapat terselesaikan dengan lancar dan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada :

1. Bapak Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph. D ,selaku Dekan Fakultas Sastra danSeni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Ibu Dra. Isnaini WW, M.Pd, selaku Ketua Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata yang telah memberikan petunjuk dan saran – saran serta pengarahan sehingga terselesaikannya tugas akhir ini.

3. Bapak Drs. Suharyana, Mpd., selaku sekretaris Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata serta pembimbing Tugas akhir yang telah memberikan bimbingan sehingga terselesaikan Tugas Akhir ini.


(7)

commit to user

vii

4. Ibu Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S., M.Hum, selaku pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan serta saran-saran sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Perangkat desa Pancot Tawagmangu yang memberikan informasi dan warga pancot yang telah mengizinkan melaksanakan observasi.

6. Ayah, Ibu, dan kakak-kakakku yang selalu mensupport dan mendoakan sehingga dapat terselesaiakan tugas akhir ini.

7. Seluruh mahasiswa – mahasiswi Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata angkatan 2008 yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tugas Akhir ini masih belum sempurna, oleh karena itu semua kekurangan, kritik, dan saran dari pembaca akan diterima dengan senang hati demi penyempurnaan tulisan ini.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Surakarta, Januari 2012


(8)

commit to user

viii

ABSTRAK

Damas Priabada Arka P C9408036, 2011. Kajian tentang potensi dan pengembangan

wisata budaya mandhasiya tawangmangu .Program Diploma III Usaha Perjalanan

Wisata Fakultas Sastra dan Seni RupaUniversitas Sebelas Maret Surakarta.

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji, Kajian tentang latar belakang upacara bersih desa mandhasiya serta prosesi, potensi dan strategi pengembangan upacara adat ini beserta kendala yang dihadapi dalam pengembangan upacara bersih desa mandhasiya.

Penulisan laporan ini disajikan untuk memperoleh gambaran informasi yang berhubungan dengan Kajian tentang potensi dan pengembangan wisata budaya mandhasiya tawangmangu dan kendala yang di hadapi dalam upaya pengembangan wisata budaya tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, studi dokumen, wawancara dan studi pustaka. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif.

Metode analisis yang dipakai adalah analisis 4A + 1P dan analisis SWOT untuk mencari potensi yang dimiliki upacara bersih desa Mandhasiya kemudian mendiskriptifkan menjadi suatu tujuan wisata budaya.

Upacara bersih desa mempunyai makna bahwa mereka bersama-sama memenuhi kewajiban untuk melestarikan budaya peninggalan nenek moyangnya, berbakti kepada bumi yang telah melahirkan dan yang telah member sumber hidup dan rejeki. Upacara ini berawal dari acara arak-arakan tarian reyog dilanjutkan penyiraman batu gilang, kemudian prosesi upacara nadar yaitu pelemparan ayam hidup yamg akan diperebutkan pengunjung. Hal-hal tersebut berpotensi sebagai atraksi wisata dengan cara mndatangkan wisatawan dengan strategi pembuatan paket wisata beserta kendala yang dihadapi seperti perbaikan jalan, dan lain-lain.

Hal ini dapat disimpulan bahwa upacara ini adalah upacara turun temurun yang bermakna bersyukur kepada alam kemudian dikarenakan adanya atraksi atau prosesi dari upacara ini yang berpotens sebagai tujuan wisata maka dikembangkanlah sebagai obyek wisata budaya dan dapat dibuat sebagai paket wisata.


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...………...…………...i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING…………..……….……….ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN……….………..…………..iii

MOTTO………...……….iv

PERSEMBAHAN……….………..………….….v

KATA PENGANTAR………....……….….vi

ABSTRAK………...…………..viii

DAFTAR ISI………...…….………ix

BAB I PENDAHULUAN………..…………..………..1

A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Perumusan Masalah………..………4

C. Tujuan Penelitian ……….………4

D. Manfaat penelitian……….….………..4

E. Kajian Pustaka……….………....….5

F. Metode Penelitian……….…………..12

G. Sistematika Penelitian ………...14

BAB II LATAR BELAKANG DAN PROSESI UPACARA ADAT MANDHASIYA………...16

A. Asal usul nama upacara……….……...……….16

B. Latar Belakang diadakannya upacara……….….………..………...17

C. Maksud, tujuan diadakannya upacara ………..……….………....23


(10)

commit to user

x

BAB III POTENSI DAN UPAYA PENGEMBANGAN

UPACARA ADAT MANDHASIYA……...………31

A. Potensi Upacara Adat Mandhasiya………..………..……31

B. Rencana Pengembangan Obyek Wisata Budaya Mandhasiya...40

C. Kendala Pengembangan Obyek Wisata Budaya Mandhasiya...47

BAB IV PENUTUP………...……….…..49

A. Kesimpulan ………..……….………...49

B. Saran………….………...………..……...51

DAFTAR PUSTAKA……….………..………...53


(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar informan...54 Lampiran 2 Peta Kab. Karanganyar dan Peta wisata Karanganyar...55 Lampiran 3 Peta Kecamatan Tawangmangu...57


(12)

commit to user

xii

DAFTAR FOTO

Foto 1. prosesi awal upacara yaitu arak-arakan penari reyog………..58

Foto 2. penari pengiring yaitu penari barongan...58

Foto 3. keseragaman pengiring tari reyog...59

Foto 4. penari pengiring tari reyog (tari jaranan) ……….. 59

Foto 5. seperangkat gamelan pengiring tari reyog………...60

Foto 6. seperangkat gamelan turun temurun………61

Foto 7. atraksi manusia pyramid………..62

Foto 8. reyog dari desa pancot……….62

Foto 9. pengunjung dapat berfoto dengan penari reyog……….….63

Foto 10. atraksi reyog naik keatas kepala reyog lain………...63

Foto 11. upacara awal penyiraman batu gilang dipimpin oleh ketua lingkungan...…64

Foto 12. penyiraman batu gilang dan sekitar batu………...64

Foto 13. pelemparan pertama ayam nadar oleh ketua lingkungan………...…...65

Foto 14. antusias warga yang akan merebutkan ayam nadar………...65

Foto 15. salah seorang warga yang mendapatkan ayam memiliki mitos akan mendapat berkah………...……...66

Foto 16. saling merebutkan ayam di atap pasar pancot………...…66

Foto 17. wisatawan yang tertarik melihat upacara bersih desa mandhasiya………...67


(13)

KAJIAN TENTANG POTENSI DAN PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA MANDHASIYA TAWANGMANGU

Damas Priabada Arka P1 Drs. Suharyana, M.Pd2

ABSTRAK

2011. Kajian tentang potensi dan pengembangan wisata budaya mandhasiya tawangmangu .Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni RupaUniversitas Sebelas Maret Surakarta.

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji, Kajian tentang latar belakang upacara bersih desa mandhasiya serta prosesi, potensi dan strategi pengembangan upacara adat ini beserta kendala yang dihadapi dalam pengembangan upacara bersih desa mandhasiya.

Penulisan laporan ini disajikan untuk memperoleh gambaran informasi yang berhubungan dengan Kajian tentang potensi dan pengembangan wisata budaya mandhasiya tawangmangu dan kendala yang di hadapi dalam upaya pengembangan wisata budaya tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, studi dokumen, wawancara dan studi pustaka. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif.

Metode analisis yang dipakai adalah analisis 4A + 1P dan analisis SWOT untuk mencari potensi yang dimiliki upacara bersih desa Mandhasiya kemudian mendiskriptifkan menjadi suatu tujuan wisata budaya.

Upacara bersih desa mempunyai makna bahwa mereka bersama-sama memenuhi kewajiban untuk melestarikan budaya peninggalan nenek moyangnya, berbakti kepada bumi yang telah melahirkan dan yang telah member sumber hidup dan rejeki. Upacara ini berawal dari acara arak-arakan tarian reyog dilanjutkan penyiraman batu gilang, kemudian prosesi upacara nadar yaitu

1

Mahasiswa Jurusan Usaha Perjalanan Wisata dengan NIM C9408036

2 Dosen Pembibmbing

pelemparan ayam hidup yamg akan diperebutkan pengunjung. Hal-hal tersebut berpotensi sebagai atraksi wisata dengan cara mndatangkan wisatawan dengan strategi pembuatan paket wisata beserta kendala yang dihadapi seperti perbaikan jalan, dan lain-lain.

Hal ini dapat disimpulan bahwa upacara ini adalah upacara turun temurun yang bermakna bersyukur kepada alam kemudian dikarenakan adanya atraksi atau prosesi dari upacara ini yang berpotens sebagai tujuan wisata maka dikembangkanlah sebagai obyek wisata budaya dan dapat dibuat sebagai paket wisata.


(14)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berwisata atau melakukan suatu perjalanan adalah salah satu tujuan orang melakukan wisata. Industri pariwisata mendapat prioritas utama dari proses pambangunan pariwisata karena memiliki peranan penting dan manfaat yang bermacam-macam yaitu menciptakan lapangan pekerjaan yang dapat menanggulangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar daerah tujuan wisata, sehingga dapat merangsang aktifitas pariwisata untuk dapat berkembang. Sesuai dengan amanat UU Kepariwisataan No 10 Tahun 2009 bahwa keadaan alam, flora dan fauna sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah , seni dan budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Oleh karena itu dalam pasal 10 ayat 1 UU No 10 Tahun 2009 menyebutkan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah mendorong penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing di bidang kepariwisataan sesuai dengan rencana induk pembangunan kepariwisataan Nasional, Provinsi dan Kabupaten atau Kota. Dalam pengembangan kepariwisataan, pemerintah berusaha untuk mengarahkan kepada penggalian dan pembinaan potensi sumber-sumber lahir batin dari alam, peninggalan spiritual yang bersifaf nasional sehingga dapat menunjang pembangunan bangsa Indonesia secara kondusif.


(15)

commit to user

Bangsa Indonesia memiliki berbagai wisata seperti wisata alam, buatan dan wisata budaya. Dan salah satu yang memiliki budaya yang menarik adalah Kota kecil di timur Kota Surakarta yaitu Tawangmangu.

Tawangmangu adalah salah satu kota kecamatan Di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tawangmangu dikenal sebagai obyek wisata pegunungan di lereng barat Gunung Lawu yang dapat ditempuh dengan kendaraan darat selama sekitar satu jam dari Kota Surakarta. Obyek tujuan wisata utama adalah air terjun Grojogan Sewu dengan tinggi 81 m. Dari Tawangmangu dapat dimulai pendakian ke puncak Gunung Lawu (Pos Cemorokandang). Selain itu, dari sini terdapat jalan tembus yang menuju ke Telaga Sarangan di Magetan melewati Cemorosewu. Tawangmangu berada pada arel pegunungan yang subur dikelilingi oleh hutan dan perbukitan. Namun kota kecil ini telah terkenal hingga ke manca negara karena kawasan ini merupakan obyek pariwisata yang cocok untuk dijadikan pilihan saat berlibur maupun berdarma wisata.

Selain wisata alamnya Tawangmangu memiliki satu wisata yang berbeda dari wisata lain yaitu adalah wisata budaya. Salah satu desa lokal di Tawangmangu memiliki tradisi yang disebut Mandhasiya. Mandhasiya adalah upacara sedekah bumi yang dilaksanakan bertepatan dengan pelaksanaan bersih desa. Khususnya di Pancot Kelurahan Blumbang Kecamatan Tawangmangu, sebelum gerakan bersih desa dilaksanakan warga masyarakat secara gotong royong mengumpulkan beras yang nantinya akan dimasak menjadi nasi gandik. Kemudian nasi gandik dibagi-bagikan kepada seluruh warga masyarakat. Menurut kepercayaan masyarakat setempat mereka dengan makan nasi gandik akan


(16)

mendapatkan keselamatan dan terlepas dari malapetaka Upacara ini dikalsanakan setiap 7 bulan sekali tepatnya hari Selasa Kliwon wuku Mandhasiya. Upacara ini dilaksanakan di dusun Pancot Tawangmangu, acara dimeriahkan dengan parade kuda turangga karya dan kesenian reog, acara yang paling meriah adalah pelepasan ayam kampung yang akan diperebutkan para pengunjung upacara. Sebelum acara tersebut dilaksanakan penyiraman air badheg atau air tape pada batu gilang yang berada di sebelah pasar. Batu gilang merupakan legenda yang ada di Pancot.

Upacara adat tersebut sangatlah berpotensi sebagai tujuan wisata Di Tawangmangu pada khususnya. Selain prosesi atau acara dari upacara adapt tersebut yang menarik tetapi ada satu hal yang membuat upacara adapt ini berbeda, yaitu upacara adat ini dilakukan oleh semua warga dan demi terselengaranya acara tersebut banyak warga yang tidak melakukan kegiatan mereka sehari- hari seperti bekerja tetapi mereka mendedikasikan waktu mereka pada hari itu untuk melakukan prosesi dari awal hingga akhir. Hal tersebut yang membuat berbeda yaitu rasa cinta mereka terhadap budaya mereka sendiri. Selain itu untuk memajukan upacara adat tersebut agar dapat dikenal masyarakat luas maka dalam pengembangannya akan dilakukan upaya pembuatan paket wisata budaya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menyusun tugas akhir dengan judul Potensi dan pengembangan Wisata Budaya Mandhasiya Tawangmangu. Ini merupakan salah satu langkah strategis yang juga akan


(17)

commit to user

mendukung dalam penyediaan data dan informasi bagi penyusunan strategi serta mengantisipasi kedatangan wisatawan dimasa yang akan datang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa latarbelakang upacara adat Mandhasiya?

2. Bagaimana prosesi, potensi dan strategi pengembangan upacara adat tersebut?

3. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam pengembangan upacara adat Mandhasiya menjadi suatu obyek wisata?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui latarbelakang upacara adat Mandhasiya.

2. Untuk menggali dan mengenal bagaimana prosesi potensi dan strategi pengembangan upacara adat Mandhasiya.

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengembangan upacara adat Mandhasiya menjadi suatu obyek wisata budaya.

D. Manfaat Penelitian


(18)

1. Manfaat teoritis, yaitu sebagai referensi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang upacara adat Mandhasiya.

2. Manfaat praktis, yaitu memberikan gambaran pada penulis dan pembaca mengenai potensi yang terdapat dalam upacara adat Mandhasiya yang dapat dijadikan wisata baru Tawangmangu.

3. Manfaat akademis, yaitu untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia kepariwisataan pada umumnya serta untuk mempresentasikan teori-teori yang didapat selama bangku kuliah terutama tentang wisata budaya yang disini adalah upacara adat Mandhasiya.

E. Kajian Pustaka

1. Pengertian Budaya

Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup, manusia belajar, berfikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan social, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik, teknologi, semua itu berdasarkan budaya.

Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat secara forma. Budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan sekelompok orang dari generasi ke generasi melalui usaha dan kelompok.(Mulyana, Dedi, 1990 ; 18)


(19)

commit to user

Istilah budaya berasal dari bahasa sansekerta “budayah” yang bearti budi atau hal-hal yang berhubungan dengan akal budi. Menurut E.B Taylor, kebudayaan merupakan suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lain yang didapat manusia dalam masyarakat.

2. Pengertian Wisata budaya

Pariwisata yang disebabkan adanya daya tarik seni dan budaya di suatu daerah atau tempat seperti adapt istiadat, tata cara kehidupan masyarakat, peninggalan nenek moyang, benda-benda kuno dan sebagainya .(Mulyana, Dedi, 1990 ; 18)

3. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan dalam sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud dan tujuan bukan untuk perusahaan (business) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata sebagai konsumen yang menikmati perjalanan tersebut guna untuk bertamasya atau rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam (Oka A.Yoeti, 1993; 109)

Berdasarkan ketentuan W A T A (World Association of Travel Agent : Perhimpunan Agen Perjalanan Sedunia ) Wisata itu adalah perjalanan keliling selama lebih dari 3 hari, yang diselenggarakan suatu kantor perjalanan (Travel) didalam dan yang acaranya antara lain mencangkup melihat lihat diberbagai tempat atau kota, baik didalam maupun luar negeri. (R.G Soekadijo, 1996; 2)


(20)

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata . Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut juga dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Oka. A. Yoeti, 2001; 146)

Pengertian pariwisata oleh para ahli memberikan gambaran bahwa kegiatan pariwisata mencangkup banyak hal seperti orang yang melakukan perjalanan (wisatawan), tempat yang dikunjungi (objek wisata), waktu, dan biro perjalanan yang menyelenggarakan perjalanan.

Secara garis besar terdapat beberapa hal unsur-unsur dalam perjalanan : Terdapat dua tempat atau lebih, ada orang yang melakukan perjalanan tersebut, ada aktivitas-aktivitas tersebut menyebabkan perpindahan, ada tujuan perjalanan dan pada koordinasi dan pengorganisasian langkah awal yang harus dilakukan adalah menginvestasi titik rawan yang dapat menimbulkan komplain, biasanya berkenaan dengan pemberian pelayanan dan fasilitas.

4. Pengertian Wisatawan

Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal disuatu negara tanpa memandang kewarganegaraan, berkunjung kesuatu tempat pada negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanan dapat diklasifikasikan pada salah satu hal berikut ini:

a. Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olah raga


(21)

commit to user

Menurut Ogilvie wisatawan adalah semua orang yang memenuhi syarat yaitu pertama bahwa mereka meninggalkan rumah kediaman mereka untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan kedua bahwa sementara mereka berpergian mereka mengeluarkan uang ditempat mereka kunjungi tanpa dengan maksud mencari nafkah ditempat tersebut. (Nyoman.S Pendit, 1986; 32)

5. Pengertian Objek Wisata

Menurut Happy Marpaung objek wisata adalah suatu bentuk atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengujung untuk datang kesuatu daerah atau tempat tertentu. (Happy Marpaung, 2002; 78)

Objek Wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. (Oka. A. Yoeti, 1983; 95)

6. Bentuk-bentuk Pariwisata

Dilihat dari pembagian kategori bentuk-bentuk pariwisata dengan istilah-istilah tersebut, agaknya terlalu bersifat teknis. Namun demikian, dilihat dari segi ekonomi hal ini sangat penting dan perlu. Sebab dari klasifikasi ini, ditentukan sistem perpajakan dan perhitungan pendapatan dalam industri pariwisata.

Di samping adanya bentuk pariwisata, ada pula jenis pariwisata yang beraneka ragam. Menurut Nyoman S Pendit, (1986 ; 36 ) jenis-jenis pariwisata yang terkenal dewasa ini adalah :


(22)

1. Wisata Budaya (Cultural Tourism), yaitu jenis pariwisata yang maksud dan tujuan perjalanannya atas dasar keinginan atau adanya daya tarik seni budaya atau suatu tempat atau daerah. Jadi yang merupakan objek kunjungannya itu adalah warisan nenek moyang, misalnya berbentuk benda-benda kuno, seni tari, seni musik atau kegiatan yang bermotif sejarah dan disamping itu ingin mendapat kepuasan dari hasil kebudayaan suatu negara.

2. Wisata Kesehatan (Health Tourism), yaitu jenis pariwisata yang maksud dan tujuan perjalanannya adalah dalam rangka untuk menyembuhkan suatu penyakit, atau memulihkan kesehatan di suatu negara misalnya berkunjung ke mata air panas dan mandi lumpur.

3. Wisata Komersial (Commercial Tourism), yaitu jenis pariwisata yang maksud dan tujuan perjalanannya dikaitakan dengan kegiatan perdagangan nasional, internasional misalnya sering diadakannya kegiatan Expo, Pekan Raya, Pameran Indistri dan lain-lain.

4. Wisata Olahraga (Sport Tourism), yaitu jenis pariwisata yang maksud dan tujuan perjalanannya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan untuk melakukan kegiatan olahraga yang disenangi atau untuk menyaksikan suatu peseta olahraga disuatu tempat atau negara tertentu.

5. Wisata Konferensi (Conference Tourism), yaitu jenis pariwisata yang maksud dan tujuan perjalanannya dilakukan untuk suatu


(23)

commit to user

pertemuan, konferensi, dimana para pesertanya juga memerlukan fasilitas kepariwisataan seperti transpotasi, akomodasi, serta pembelian souvenir, sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang sebagai kenang-kenangan.

6. Wisata Belanja (Shopping Tourism), yaitu jenis pariwisata yang maksud dan tujuan perjalanannya mengunjungi objek wisata sekaligus mengunjungi suatu pusat perbelanjaan tradisional, pusat oleh-oleh, souvenir serta benda-benda pernak-pernik ciri khas daerah atau negara yang dikunjungi sebagai koleksi pribadi atau bahkan untuk dijual lagi didaerah atau negara asalnya.

7. Wisata Politik (Political Tourism), yaitu jenis pariwisata yang maksud dan tujuan perjalananya untuk melihat suatu keadaan pariwisata atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan yang diadakan oleh suatu negara.

8. Wisata Rekreasi (Recreational Tourism), yaitu jenis pariwisata yang maksud dan tujuan perjalanannya untuk mengembalikan kekuatan fisik maupun mental setelah melakukan pekerjaan atau tugas rutin.

Jenis pariwisata dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi perkembangan dunia pariwisata baik itu disuatu daerah maupun negara yang ingin memajukan industri pariwisatanya. Pada dasarnya semua ini tergantung pada selera atau kreatifitas para ahli professional yang berkecimpung dalam bisnis


(24)

industri pariwisata, termasuk gagasan-gagasan untuk menciptakan bentuk dan jenis wisata baru tentunya.

Berdasarkan sifat perjalanannya, lokasi dimana perjalanan dilakukan, wisatawan dapat diklarifikasikan sebagai berikut :

a. Wisatawan Asing (foreign tourist)

Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang dtang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana biasanya tinggal, wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara atau disingkat wisman.

b. Domestic Foreign Tourism

Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara dimana ia tinggal.

c. Domestic Tourist

Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam wilayah negara sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya.

d. Indigenous Foreign Tourist

Warga negara suatu negara tertentu yang karena tugas atau jabatannya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara sendiri.


(25)

commit to user

Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu negara tertentu yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu pelabuhan atau airport atau stasiun bukan atas kemauannya sendiri.

f. Business Tourist

Orang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan tujuan wisata tetapi wisata akan dilakukan setelah tujuannya yang utama selesai. Jadi, perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, setalah tujuan primer yaitu bisnis selesai dilakukan. (A Hari Karyono, 1997; 21)

F. Metode Penelitian

1. Lokasi Penlitian

Penelitian ini dilakukan di desa Pancot, Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah pada periode bulan Juli-November 2011 yaitu 26 Juli 2011observasi obyek dan bulan Oktober-November wawancara.

2. Metode Penelitian

Berdasarkan jenis penelitian dan sumber data yang digunakan, maka metode yang digunakan adalah:


(26)

commit to user

Menurut Endar Sugiarto dan Kusmayadi (2000; 85) wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data dengan responden, sehingga wawancara dapat diartikan sebagai cara mengumpulkan data dengan bertanya langsung kepada responden dan jawaban-jawaban dicatat atau direkam dengan alat perekam. Metode wawancara, disebut juga interview dalam hal ini dijadikan sebagai cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti dengan subjek penelitian atau informan. Pada awalnya penyusunan dilakukan terlebih dahulu pembuatan pedoman wawancara yang berisi garis-garis besar pertanyaan tentang permasalahan yang akan diteliti. Pemilihan nara sumber penulis memilih informan yang dianggap lebih tahu dan dipercaya mengetahui dan menguasai permasalahan yang akan dibahas. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara dengan Ketua Lingkungan desa Pancot yang dipercaya lebih tau mengenai upacara ini.

b. Metode observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Dengan cara ini data yang diperoleh adalah data faktual dan aktual dalam artian data yang dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung. (Endar Sugiarto dan Kusmayadi, 2000; 84-85)

Dalam penelitian ini observasi dilakukan di desa Pancot kecamatan Tawangmangu. Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum masalah yang dikaji sehingga penelitian akan terarah untuk mendapatkan deskripsi nyata tentang permasalahan yang akan dibahas. Dalam hal ini


(27)

commit to user

penpenulis mengakaji atau meneliti tentang potensi yang ada didalam pelaksanaan upacara adat mandhasiya.

c. Studi pustaka

Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yang relevan meliputi literature, referensi maupun buku-buku yang mendukung penelitian. Studi pustaka merupakan data pendukung yang dapat digunakan sebagai acuan pembahasan permasalahan dalam penelitian baik segi instansi terkait maupun yang lain melalui buku-buku untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh. Studi Pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara membaca buku dan tulisan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan data yang diperoleh dari buku-buku teori, perpustakaan Laboraturium Tour DIII Usaha Perjalanan Wisata maupun informasi dari pihak pengelola upacara adat Mandhasiya dan pamong desa serta warga Pancot, Tawangmangu.

3. Teknik Analisis Data

Dengan data yang diperoleh dengan metode-metode tersebut diatas, peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif untuk menganalisa data yang didapatkan. Teknik deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan hubungan antara fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. (Endar Sugiarto dan Kusmayadi,2000;29)


(28)

Data yang ada baik data yang diperoleh secara langsung ataupun tidak langsung dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan melihat kaitan data yang diperoleh dengan teori yang ada, sehingga nantinya data yang dipakai sebagai bahan pembahasan masalah lebih lanjut merupakan data-data yang berkualitas sehingga dapat menberikan sumbangan pikiran guna pemecahan masalah yang ada.

G. Sistematika Penulisan

BAB I Merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, analisis dan sistematika penulisan.

Bab II Merupakan pembahasan mengenai potensi yang dimiliki oleh upacara adat baik itu dari segi, Atraksi, Aksesibilitas, aktivitas, maupun amenitas dan pengelola dan analisis SWOT serta upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam pengembangan upacara adat Mandhasiya.

BAB III Menguraikan tentang potensi dan pengembangan serta hambatan dan kendala dalam pengembangan serta cara mengatasi hambatan tersebut.

BAB IV Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan terhadap rumusan masalah yang dibahas, saran serta lampiran-lampiran.


(29)

commit to user

BAB II

LATAR BELAKANG DAN PROSESI UPACARA ADAT MANDHASIYA

A. Asal usul nama upacara adat

Nama upacara Bersih Desa Mandhasiya ini erat hubungannya dengan nama wuku (nama hari jawa). Oleh karena itu akan diuraikan tentang wuku yang ada hubungannya dengan cerita rakyat. Secara singkat ceritanya adalah sebagai berikut: (observasi dan wawancara Bp Saryadi dan Bp Sulardiyanto bulan November 2011)

Alkisah menurut cerita, Prabu Watugunungadalah seorang raja Gilingwesi yang beristri Dewi Sinta yang kemudian mempunyai putra dan putrid berjumlah 28 orang. Mereka akan kembali ke khayangan dalam kurun waktu berturut-turut dalam selang waktu satu Minggu yang berawal dari Sinta dan Berakhir dengan Watugunung.

Adapun nama wuku dan jumlahnya berdasarkan dari cerita tersebut adalah 30 nama yaitu Ibu, 28 orang anaknya serta ayah. Tiap-tiap wuku berawal dari hari Minggu dan berakhir pada hari Sabtu.

Dibawah ini akan penulis uraikan nama wuku serta nama “hari” dan

“pasaran” (observasi dan wawancara Bp Saryadi dan Bp Sulardiyanto bulan

November 2011).


(30)

commit to user

Nama-nama wuku :

Sinta, Landep, Wukir, Kurantil, Tolu, Gumbreng, Warigalit, Warigagung, Julungwangi, Sungsang, Galungan, Kuningan, Lankir, Mandhasiya, Julungpujut, Pahang, Kuruwelut, Merakeh, Tambir, Medhangkungan, Maktal, Wuye, Menahil, Prangbakat, Bala, Wugu, Wayang, Kelawu, Dhukut, Watugunung.

Nama-nama hari :

Minggu neptu (nilai yang ada di hari dan pasaran yang digunakan untukj menghitung sesuatu hal seperti pernikahan, membuat rumah oleh orang jawa kuno) atau memiliki nilai 5, Senin neptu 4, Selasa neptu 3, Rabu neptu 7, Kamis neptu 8, Jumat neptu 6, Sabtu neptu 9.

Nama-nama pasaran:

Pon neptu 7, Wage neptu 4, Kliwon neptu 8, Legi neptu 5, Pahing neptu 9

Upacara tradisional tersebut dinamakan “MANDHASIYA” karena

dilaksanakan pada wuku Mandhasiya tepatnya pada hari Selasa Kliwon.

B. Latar belakang diadakannya upacara Mandhasiya

Pada umumnya masyarakat yang mengadakan upacara tradisional mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap tradisi adat istiadat yang telah berjalan turun temurun. Upacara tersebut sejak kapan dilaksanakan tidak diketahui secara pasti. Menurut kepercayaan masyarakat setempat upacara ini dilaksanakan


(31)

commit to user

sejak terjadinya peristiwa antara Prabu Baka dan Puthut Tetuka yang terlibat dalam pertempuran dan yang dimenangkan oleh Puthut Tetuka karena Prabu Baka bersifat serakah. Upacara bersih desa mempunyai makna bahwa mereka bersama-sama memenuhi kewajiban untuk melestarikan budaya peninggalan nenek moyangnya, berbakti kepada bumi yang telah melahirkan dan yang telah member sumber hidup dan rejeki.

Berhubungan dengan cerita rakyat tentang terjadinya upacara Mandhasiya tak lepas dari suatu derita yang tidak diketahui pengarangnya dan disampaikan secara turun-temurun dari masyarakat setempat. Adapun ringkasan ceritanya adalah sebagai berikut :

Kyai Jenta adalah orang pertama yang mendiami Dukuh Pancot (Desa pancot). Kyai Jenta mau bekerja keras agar masyarakat dukuhnya aman, makmur dan sejahtera sehingga segala kebutuhannya dapat tercukupi. Dalam hal membangun Kyai Jenta sangat berhasil sehingga beliau dihormati dan dikenang oleh rakyatnya. ( wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011)

Prabu Baka adalah orang yang memimpin Pedukuhan tersebut, pada suatu waktu , ia menggunakan kekuasaanya diluar batas peri kemanusiaan sehingga meresahkan rakyat yang dipimpinnya. Perampasan harta dan penganiayaan bukan merupakan hal yang haram baginya. Penindasan tersebut memuncak hingga sampai-sampai Sang Prabu memakan daging manusia.

Asal mula Sang Prabu makan daging manusia adalah sebagai berikut. Seperti biasanya setiap hari para juru masak menghidangkan masakannya untuk


(32)

commit to user

Sang Prabu. Pada suatu hari dirasakan masakan juru masak lebih lezat dari biasanya. Dalam hal ini Sang Prabu bertanya kepada juru masak tentang apa yang digunakan bumbu masak sehingga masakan lebih lezat dari biasanya. Karena takut dan jujurnya juru maka juru masak menceritakan semuanya. Bahwa ketika sedang memasak, jarinya tersayat pisau sehingga sebagian darah dan daging jarinya masuk kedalam masakan. Juru masak menceritakan dengan wajah ketakutan apabila akan diberi hukuman oleh Sang Prabu. Mendengar hal tersebut Sang Prabu tidak menjadi marah tetapi Sang Prabu menjadi senang serta member pujian dan terima kasih kepada juru masaknya. Demikianlah cerita dari juru masak dan selanjutnya Sang Prabu memerintahkan kepada Sang Patih dan Tumenggung agar pada hari-hari tertentu menyiapkan korban manusia sebagai santapannya. Pengambilan korban dilaksanakan secara bergilir. Dengan keadaan tersebut masyarakat menjadi resah dan takut. Suasana Pedukuhan menjadi mencekam dengan keputusan Sang Prabu Baka. Banyak penduduk yang mengungsi kedaerah lain demi keselamatan jiwanya.

Keresahan tersebut menimpa Nyai Randha Dhadhapan. Pada suatu saat undian bergulir pada keliarga Nyai Randha Dhadhapan. Nyai Randha Dhadhapan adalah seorang janda yang mempunyai seorang anak yang sangat dicintainya. Ia sangat bingung dan sukar menentukannya apakah dirinya atau anaknya yang akan diserahkan kepada Sang Prabu. Apabila ia mengorbankan dirinya maka ia tidak rela anaknya sebatang kara, siapa yang akan mengasuh dan memberinya makan. Tetapi apabila ia mengorbankan anaknya maka apalah arti hidup bagi Nyai Randha Dhadhapan jika sampai anaknya menjadikorban. Untuk mencari jalan


(33)

commit to user

keluar tidak ada jalan lain kecuali ratap tangis dan menyesali hidupnya yang malang itu.

Dengan ratap tangis dan deraian air mata, siang malam mereka selalu berdoa memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dijauhkan dari mala petaka yang menimpanya. Hari-hari yang dilalui keluarga tersebut selalu diwarnai dengan kesedihan. (wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011).

Dibagian Lereng Gunung Lawu di bagian barat terdapat suatu tempat yang bias digunakan untuk bertapa. Tempat pertapaan itu disebut dengan nama

“Pringgodani”.

Pada suatu hari di Petapaan tersebut ada seorang pemuda yang berwajah tampan, gagah beran idan berbudi luhur sedang melakukan semedi. Adapun maksud dan tujuannya tidak lain adalah agar diberikan kekuatan lahir dan bain oleh Tuhan Yang Maha Esa dehingga dapat digunakan untuk memegakkan keadilan dan menumpas penindasan yang akan terjadi pada umat manusia. Pemuda itu bernama Puthut Tetuka. Pada tiap malam ia berjalan-jalan sendirian dengan tujuan supaya diberi ilham dan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa tentang apa yang harus dilakukannya.ia berjalan-jalan disekitar Pertapaan sehingga masuk pada sebuah Pedukuhan atau sebuah Desa. Di sana ia mendengar suara tangisan dari sebuah rumah penduduk tetepi ia tidak menghiraukannya. Pada malam berikutnyaia berjalan-jalan pada tempat yang sama dan ia pun mendengar


(34)

commit to user

dari tangisan dari rumah yang sama. Barulah pada hari ketiga ia mendekati rumah tersebut.

Alangkah terkejutnya Nyai Randha Dhadhapan mendengar pintunya diketuk oleh seseorang. Mereka mengira bahwa tamunya adalah utusan Prabu Baka yang akan membawa salah satu dari mereka. Setelah mereka mendengar beberapa pertanyaan dari luar barulah mereka yakin bahwa yang dating bukan utusan dari Prabu Baka tetapi justru orang yang akan menyelamatkannya. Nyai Randha Dhadhapan menceritakan kejadian yang menimpa mereka bahwa mereka akan menjadi santapan Prabu Baka yang serakah. Sebagai Ksatria, Puthut Tetuka tidak keberatan mengorbankan dirinya sebagai ganti keluarga Nyai Randha dhadhapan. Keadaan menjadi tenang ketika Puthut Tetuka mengutarakan maksudnya. Nyai Randha Dhadhapan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berterima kasih kepada Puthut Tetuka.

Seperti biasanya wajib setor manusia tersebut ditentukan waktunya oleh Prabu Baka. Kali ini pada hari Selasa Kliwon prabu baka memerintahkan kepada pengawalnya untuk mengambil tumbal dari keluarga Nyai Randha Dhadhapan. Puthut Tetuka diarak menuju tempat Prabu Baka untuk menjadi santapan. Melihat wajah tampan dan tubuh yang gagah maka Prabu Baka menyala-nyala nafsu makannya. Sambil tertawa-tawa Prabu Baka mengiggit-gigit tubuh Puthut Tetuka dan menyabetkan pedangnya untuk memotong tubuh Puthut Tetuka. Atas perlindungan Tuhan Yang Maha Esa maka gigitan dan sabetan pedang Prabu Baka tidak mempan pada tubuh Puthut Tetuka.ia masih berdiri dengan tegap menghadapi Prabu Baka.


(35)

commit to user

Hari Selasa Kliwon adalah hari naas Prabu Baka. Alangkah marahnya ia melihat hal yang belum pernah terjadi pada hari itu. Prabu Baka terus menyerang Puthut Tetuka dengan senjatanya yang ampuh dan bermacam-macam. Hal tersebut mebuat Puthut Tetuka menjadi hilang kesabarannya dan menyerang Prabu Baka. Terjadilah perang tanding antara keduanya. Penduduk bersorak-sorai melihat pemandangan tersebut. Karena lelahnya, Prabu Baka lengah, tubuhnya diinjak-injak dan ditendang-tendang oleh Puthut Tetuka. Tubuh Prabu Baka dipancatkan kebumi. Lehernya diputar hingga putus. Kepalanya dibantingkan ke sebuah batu didekatnya sehingga jasadnya hancur menjadi bagian-bagian yang terpisah dan berserakan. Penduduk bersorak-sorai sambil mengulurkan tangannya kepada Puthut Tetuka. Peristiwa yang mereka tunggu setelah sekian lama yaitu hancurnya Prabu Baka yang menindas rakyat. Untuk kelestarian dan kedamaian masyarakat desa, maka Puthut Tetuka berpesan kepada mereka bahwa setiap hari

Selasa Kliwon wuku Mandhasiya agar diadakan “bersih desa” dengan

menghidangkan sesaji pada tempat tersebut dan dalam waktu itu pula Watu Gilang (Batu Gilang) disiram dengan Badheg (air tape ketan) dengan tujuan supaya tempat itu tidak menjadi angker untuk masa yang akan datang. Pada hari itu juga saat Prabu Baka menjadi Roh menyadari kesalahannya di dunia. Agar arwahnya diterima tuhan dan sebagai balas budi kepada masyarakat maka keempat taringnya berubah menjadi bawang merah dan bawang putih sebagai tanam pokok masyarakat. Hapuslah sudah angkara murka yang dilakukan Prabu Baka sehingga Pedukuhan menjadi tersebut menjadi aman, makmur, tentram dad damai. Masyarakat bekerja giat untuk meningkatkan produksi bawang merah dan


(36)

commit to user

bawang putihnya. Puthut Tetuka bersyukur kepada Tuhan atas berhasilnya kewajiban menumpas angkara murka tersebut. Ia segera meninggalkan tempat kejadian tersebut untuk melanjutkan semedinya.

Dengan adanya cerita rakyat yang diikuti upacara Bersih Desa Mandhasiya. Cerita tersebut menimbulkan kepercayaan yang cukup kuat kepada penduduk setempat untuk melaksanakaan upacara adat Mandhasiya. Demikian pula dengan tanaman bawang merah dan bawang putih yang menjadi tanaman pokok penduduk secara turun-temurun. Walaupun masyarakat sudah hidup pada jaman modern sekarang ini, namun masyarakat belum berani meninggalkan pelaksanaan upacara tersebut.

C. Maksud dan tujuan diadakannya upacara Mandhasiya

Maksud upacara Bersih Desa Mandhasiyaini seolah-olah merupakan peringatan tentang peristiwa antara Prabu Baka dengan Puthut Tetuka atau keserakahan dilawan dengan kejujuran yang dimenagkan oleh kejujuran.

Upacara ini lahir terjadinya peristiwa tersebut atau setelah manusia mempunyai kepercayaan dan kepercayaan tersebut dilatarbelakangi oleh kebudayaan serta kepercayaan bahwa penghormatan kepada roh nenek moyang tidak bertentangan dengan agama.

Atas dasar inilah upacara Bersih Desa Mandhasiya dimaksudkan untuk memberikan pisungsung saji (sesaji) kepada roh Prabu Baka dan Danyang Desa (roh penguasa desa). Sebab walaupun Prabu Baka semasa hidupnya mengunakan kekuasaannya di luar batas kemanusiaan namun setelah menjadi roh menyadari


(37)

commit to user

bahwa semasa hidupnya di Pedukuhan yang disengsarakan tersebut dapat subur makmur.

Masyarakat telah mengenyam hasil dari pertaniannya yang telah menjadi sumber pokok pencaharian, maka mereka perlu untuk menyajikan sebagian kecil dari hasilnya sebagai rasa syukur dan ucapan terima kasih atas balas budi yang menjadi sumber kehidupan itu.

Dalam membinasakan Prabu Baka. Puthut Tetuka mengunakan sebuah batu yang bernama watu Gilang atau Batu Gilang. Tempat itu setiap upacara dilaksanakan selalu disiram dengan air tape ketan dengan tujuan agar pada sekitar batu itu dan semua tanah di Pedukuhan tidak menjadi angker.

Dengan menyelengarakan upacara adat tersebut masyarakat merasa bersih dari kewajiban dan tangung jawab yang harus dipenuhi terhadap kampung halamannya. Dan menjaga keselamatan sehari hari dari hal-hal yang tidak diinginkan. ( wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011)

D. Penyelenggaraan upacara Mandhasiya

Upacara penyelenggaraan dilaksanakan setiap tujuh bulan sekali yaitu 26 Juli 2011 dan menetap yaitu di “Pundhen Bale Pathokan”. Dilaksanakan di tempat itu karena menurut kepercayaan masyarakat setempat bahwa di tempat itulah terjadinya peristiwa antara Prabu Baka dengan Puthut Tetuka dan di tempat itulah terdapat Batu Gilang. Tempat ini berupa sebuah rumah yang khusus digunakan sebagai Punden, di depannya terdapat halaman yang saat upacara dilaksanakan


(38)

digunakan sebagai tempat pementasan reog, di tempat itu juga terdapat rumah yang berisi Batu Gilang. (wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011)

Upacara dilaksanakaan pada hari Selasa Kliwon tepatnya wuku Mandhasiya. Upacara tersebut dilaksanakan setiap tujuh bulan sekali dengan dasar wuku ada 30 nama.

Pada jaman dahulu pelaksanaan upacara tersebut ditangani oleh Pamong Desa yang pada waktu dulu disebut Petinggi yang dibantu oleh para Bekel yang jumlahnya ada 10 orang. Pada waktu sekarang masih melestarikan naluri tersebut bahwa yang menangani pelaksanaan upacara tersebut adalah Kepala Lingkungan yang dibantu para Ketua RT. ( wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011)

Dua hari sebelum pelaksanaan upacara sudah menjadi kebiasaan masyarakat setelah mendengar pengumuman dari kepala Lingkungan, mereka pergi ke tempat Kepala Lingkungan untuk menyerahkan 1 liter belas, kayu bakar dan sejumlah uang. Penyerahan barang-barang tersebut oleh masyarakat setempat dinamakan atau dikenal dengan nama cebukan.

Penggunaan bahan-bahan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Beras diolah menjadi gandik atau sesaji lainnya tempat pengolahannya berada di tempat Kepala Lingkungan. Gandik yang digunakan sebagai sesaji dan sisanya dibagikan kepada masyarakat.


(39)

commit to user

2. Kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar memasak gandik dan sesaji lainnya.

3. Uang digunakan untuk membeli ketan yang akan dibua menjadi tape ketan, kambing kendit yaitu kambing jawa yang dibadannya melingkar warna putih. Beberapa ayam untuk sesaji dan perlengkapan lainnya.

Dalam pembuatan sesaji yang sangat beragam bahan-bahan tersebut dimasak oleh wanita yang sudah tua yang sudah berpengalaman dikarenakan pemasak dilarang mencicipi masakan tersebut.

1. Persiapan Upacara Mandhasiya

a. Perlengkapan berupa sesaji

Perlengkapan upacara dapat dibedakan menjadi 9 macam, Sajen diletakkan pada dua tempat yaitu pada ruangan khusus yang disebut sanggar pada rumah Kepala Lingkungan dan di tempatkan pada Pundhen Bale Pathokan.

Perlengkapan yang berupa Sajen banyak macamnya diantaranya sebagai berikut :

Gandik, makanan yang terbuat dari beras yang digiling kemudian dibentuk dengan bentuk tertentu kemudian di tanak atau direbus, pisang kepyok, tape ketan, pencok bakal, perlengapan sesaji yang berisi sebatang rokok, telur, kacang hijau, daun sirih dan lain-lain, bothok ares, sayuran dari daging pelepah pisang, kedelai goreng, kinangan, berisi sirih dan tembakau, kumpang dan beras, tumpeng rakan, tumpeng dari bahan jagung, daging kambing matang, belulang kambing kaki kambing, usus dan daging kambing mentah, tempe bakar, pelas dele, kedelai yang


(40)

commit to user

ditumbuk kemudian dibungkus daun pisang dan direbus, gula kelapa atau gula jawa, minyak wangi, ayam (godhog, mentah, panggang), degan paes, kelapa muda yang dihias.

Syarat pembuatan sesaji

- Harus bersih atau suci (mandi keramas dahulu).

- Tidak dalam masa haid (orang tua yang tidak mengalami haid).

- Tidak boleh mencicip.

- Selama memasak tidak boleh berdiri dan bercakap-cakap.

- Memegang sesuatu dalam memasak harus menggunakkan tangan kanan.

- Kayu bakar tidak boleh dilangkahi.

b. Perlengkapan berupa alat

Perlengkapan upacara penyiraman Watu Gilang dengan Bhadeg (air tape ketan). Alat yang digunakan yaitu air tape ketan yang dimasukkan pada tembaga yang sudah dipersiapan petugasnya. Perlengapan Bendhe tradisional, Bendhe adalah sebuah alat music khusus Mandhasiya yang dibunyikan pada waktu-waku terentu. Perlengkapan pakaian para Danyang Desa, pakaian ersebut dijemur untuk disanggarkan. Perlengkapan upacara nadar, alat yang digunakan adalah ketupat atau ketupat luwar, tumpeng, beras kuning dan uang logam. Perlengkapan Gamelan tradisional, gamelan tersebut merupakan gamelan khusus digunakan pada waktu upacara adat Mandhasiya secara turun temurun. Dari mana asal usul


(41)

commit to user

gamelan tersebut tidak dapat diketahui secara pasti. Gamelan tersebut tidak akan dijual atau diganti karena telah menjadi kegemaran Danyang Desa. Gamelan tersebut disimpan pada salah satu rumah warga.

Persiapan seni reog, perlengkapan ini disiapkan oleh beberapa warga karena kelompok yang akan menghiasi atau meramaikan upacara adalah kelompok dari dalam dusun sendri yang berfungsi sebagai hiburan bari masyarakat.

Perlengkapan janur kuning, beras kuning dan uang logam, janur kuning, beras kuning dan uang logam, janur kuning dipergunakan untuk hiasan dan kupat luwar pada acara pelepasan nadar sadangkan beras kuningdan uang logam digunakan untuk tabur sebelum dan sesudah upacara penyiraman batu gilang dengan air tape.

Perlengkapan payung kebesaran, perlengkapan ini berupa payung diletakkan pada depan Punden Bale Patokan yang jumlahnya dua buah karena dusun Pancot terdiri dari dua dusun yaitu Pancot Utara dan selatan. (wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011)

2. Prosesi upacara

a. Upacara pendahuluan

Sehari sebelum pelaksanaan upacara disiapkan sesaji dan pakaian Danyang Desa pada tempat khusus di rumah Kepala Lingkungan yang disebut Sangar sesaji. Pada malam harinya sekitar pukul 19.00 WIB ada warga yang


(42)

commit to user

memukul Bendhe tradisional di sekitar dusun dan tempat-tempat yang dianggap keramat.yang bertujuan unuk pemberitahuan terhadap warga desa karena keesokan harinya akan dilaksanakaan upacara Bersih Desa Mandhasiya dengan permohonan kepada dayang dimohon datang dan tidak menggangu upacara.

b. Puncak acara

Pada hari selasa pagi, Kepala Lingkungan beserta pembantunya mendatangi Punden Bale Pathokan untuk menyembelih kambing kendit dan beberapa ayam jantan sebagai sesaji. Kambing dan ayam langsung dimasak di punden dan dapat dibawa pulang setelah acara selesai. Semua bahan sesaji disanggarkan di tempat sesaji punden. Dilaksanakan pemberian gandik kepada masyarakat. Kemudian mengambil gamelan tradisional.

Pada siang hari sekitar pukul 13.00 WIB gamelan mulai dimainkan oleh masyarakat yang mempunyai keahlian menabuh. Kemudian sekitar pukul 15.00 WIB seni Reyog mulai menari di sekiar jalan desa menuju punden bale pathokan. Seni Reyog adalah seni yang berupa tarian dengan merak diatas kepala hariamau diiringi beberapa pendamping tarian yaitu kuda lumping yang ditarikan oleh wanita dan tarian lainnya. Dengan diiringi alat music kendang, kempul, kenong, angklung, gong dan alat lainnya saat tarian ini telah sampai di Punden Bale Pathokan maka disambut suara bendhe tradisional. Terdapat tiga tempat sebagai pusat acara yaitu, Punden Bale Patokan, Pasar Pancot dan Tempat batu gilang.

Setelah selesainya pentas reyog maka dilaksanakan upacara penyiraman watu gilang dengan Badheg (air tape ketan) yang didahului oleh penyiraman beras


(43)

commit to user

kuning oleh sesepuh dusun. Acara ini adalah acara inti dari seluruh proses upacara.

Kemudian dilanjutkan upacara nadar yaitu untuk warga yang memiliki janji tertentu jika keinginannya tercapai akan mengadakan upacara nadar dengan menarik kupat luwar yang berisi beras kuning yang artinya lepas dari nadar atau keluar dari kesulitan hidup.Warga yang melaksanakan upacara nadar maka harus menyumbangkan ayam yang akan diperebutkan. Acara inilah yang sangat menarik pengunjung dari luar desa. Ayam dilepaskan di samping atap punden untuk diperebutkan pengunjung. Acara ini diiringi gamelan dengan irama kebogiro.

c. Mengakhiri upacara

Upacara ini berakhir dengan sendirinya setelah Ketua Lingkungan beserta para pembantunya menyebarkan uang logam dan beras kuning yang artinya ayam nadar telah habis.

Sebagai salah satu kekayaan budaya yang berasal dar leluhur maka acara Bersih Desa Mandhasiya sangat mengakar dimasyarakat. Mereka percaya bahwa keamanan terjamin setelah dilaksanakannya upacara Mandhasiya tersebut. Oleh karena itu masyarakat Pancot masih melaksanakaanya sampai sekarang. Mandhasiya dan desa Pancot adalah saatu rangkaian, sampai saat ini tidak ada tanda-tanda bahwa upacara adat ini berakhir sejalan dengan berkembangnya peradaban. Semua peralatan masih dikemas rapi dan dilakukan sesuai alur. Upacara adat Mandhasiya ini adalah kebangaan warga Pancot. ( wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011).


(44)

commit to user

BAB III

POTENSI DAN UPAYA PENGEMBANGAN UPACARA ADAT MANDHASIYA

A. Potensi Upacara Adat Mandhasiya

Dalam upaya mewujudkan suatu wilayah sebagai tujuan wisata, perlu dikembangkan upaya-upaya pemberdayaan seluruh potensi yang ada untuk ditampilkan sebagai atraksi wisata. Untuk itu perlu dilakukan eksplorasi kreatif guna mengenali potensi lain yang terpendam. Upaya ini dimaksudkan agar dapat memperkaya khasanah daya tarik wisata. Tingkat keanekaragaman daya tarik akan sangat penting artinya bagi kelangsungan industri pariwisata suatu daerah. Semakin banyak jenis daya tarik yang ditawarkan akan semakin banyak pangsa

yang akan dirambah dan akan lebih punya peluang “memaksa” wisatawan untuk

tinggal lebih lama di suatu tempat.

Di kawasan Tawangmangu, selain suasana alam juga suasana pedesaan yang masih cukup terasa merupakan potensi lain yang juga layak ditawarkan sebagai daya tarik wisata. Wilayah pedesaan yang secara geografis dan sosial berbeda dengan perkotaan, terdapat suasana khusus dan khas. Potensi daya tarik wisata di kawasan Tawangmangu paling tidak terdapat tiga jenis daya tarik, yaitu daya tarik budaya upacara adat seperti upacara tradisional dukutan dan upacara bersih desa Mandhasiya, kesenian local seperti gemelan tradisional, kegiatan ekonomi khas seperti pusat oleh-oleh pasar wisata Tawangmangu, keramahan penduduk, dll. daya tarik alam, yaitu keindahan alam pedesaan seperti desa


(45)

commit to user

Pancot, Blumbang, Gondosuli yang sebagian besar warga bermata pencahariaan sebagai petani sehingga alam pedesaan sangat terasa, karakter khas lingkungan, dll. daya tarik khusus meliputi event-event khusus seperti pemilihan putra putrid lawu yang menjadi daya tarik.

Daya tarik budaya dalam bentuk upacara adat bersih desa merupakan daya tarik unggulan bagi kawasan Tawangmangu khususnya desa Pancot sebagai daerah tujuan wisata. Pengembangan daya tarik budaya ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati. (Observasi bulan Juni-November 2011)

Adapun komponen-komponen yang menjadi dasar potensi obyek dan daya tarik wisata meliputi empat komponen utama (4A) yaitu Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, dan Aktivitas (Samsuridjal D dan Kaelany HD, 1997: 20-21).

1. Atraksi

Dalam dunia pariwisata segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi (Nyoman S. Pendit, 2003:19). Dalam istilah menyebutkan yang dimaksud dengan atraksi atau daya tarik

wisata adalah “The features that attract a tourist to aparticular

destination…They constitute the main reason for travel to the destination. They are the pull factors tourism” artinya atraksi merupakan aspek yang menarik bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat tertentu. Atraksi merupakan salah satu tujuan utama dalam suatu perjalanan dan merupakan salah satu faktor penarik dalam pariwisata. (Soekadijo, 1996: French, 1996:124).


(46)

Berikut ini adalah berbagai acara dalam bersih desa Mandhasia yang menarik untuk dikunjungi, yang pertama adalah kisah dilaksanakannya upacara adat bersih desa Mandhasia, atraksi reyog dengan penari kuda lumping serta penari penari lainnya yang diiringi oleh alat musik tradisional, upacara nadar dengan cara melepaskan ayam atau dilempar ke atas atap punden dan diperebutkan oleh warga, kemudian kebersamaan warga yang masih mau melestarikan budayanya agar tidak punah, selain itu alam pedesaan yang masih asri dengan hamparan saawah yang indah adalah salah satu hal menarik di tempat ini. (Obsevasi pada bulan November 2011).

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah sarana pendukung yang memberikan kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata. Asesibilitas tidak hanya menyangkut kemudahan transportasi bagi wisatawan tetapi juga waktu yang dibutuhkan untuk sampai di lokasi. Dengan kata lain aksesibilitas atau disebut juga keterjangkauan obyek merupakan sarana pendukung untuk mencapai suatu obyek wisata serta jarak tempuh dan waktu yang diperlukan untuk mencapai obyek wisata tersebut. Faktor-faktor yang penting di dalam

aksesibilitas meliputi ”... road signage, acces to tourist attractions, and

ground transport,... time taken to reach the destination, the cost of travelling to destination, and the frequency of transport to the destination.” Aksesibilitas yang dimaksud meliputi penunjuk jalan, jalan menuju atraksi wisata, transportasi darat, waktu yang dibutuhkan untuk


(47)

commit to user

mencapai obyek, biaya perjalanan menuju obyek dan jumlah transportasi yang tersedia menuju obyek (French, 1996: 204).

Akses menuju tempat upacara adat Mandhasiya tidak terlalu sulit karena letaknnya yang hanya sekitar 3 kilometer dari pusat kota Tawangmangu dan sekitar 46 kilometer dari kota Surakarta. Wisatawan yang berasal dari arah Solo dapat dicapai dengan menggunakan bus umum jurusan Tawangmangu dengan harga penumpang umum Rp.6.000.- dan pelajar Rp.4.000.-. Dari Terminal Tawangmangu pengunjung dapat menggunakan angkutan desa yang biasa disebut colt disel menuju desa Pancot dengan membayar antara Rp.2.000-Rp.3.000. Jika menggunakan kendaraan pribadi dapat dicapai dari Solo melewati Karanganyar, Karangpandan kemudian Tawangmangu dan langsung menuju desa Pancot, jika dari arah Matesih dapat melalui jalur Matesih Tawangmangu. (Observasi pada bulan November 2011).

Untuk kunjungan wisatawan yang berupa group atau rombongan yang menggunakan transportasi bus pariwisata dapat langsung menuju obyek, tetapi bus tidak dapat masuk ke dalam desa hanya dapat parkir di jalan raya karena jalan desa tidak dapat menampung bus pariwisata. Kondisi jalan menuju lokasi sudah cukup baik dan beraspal walau sedikit berlubang dan bergelombang tetapi memungkinkan untuk dilalui berbagai macam alat transportasi temasuk bus pariwisata yang berukuran besar serta kendaraan pribadi baik mobil maupun motor walaupun tidak sampai ke area desa pancot untuk bus pariwisata. Papan petunjuk arah menuju obyek


(48)

commit to user

juga sudah terpasang cukup baik, sehingga para wisatawan yang berkunjung dapat dengan mudah untuk menemukan obyek wisata yang dituju (Tawangmangu). (Obsevasi pada bulan November 2011).

3. Amenitas

Amenitas adalah fasilitas pendukung demi kelancaran kegiatan pariwisata yang juga ditujukan untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan. Pengertian lain menyebutkan “…basic facilities required by tourist…aminities do not usually in themselves generate or attract tourist, but the lack of amenities might cause tourist to avoid a particular destination ’’ artinya amenitas merupakan fasilitas dasar yang menjadi permintaan wisatawan. Amenitas biasanya tidak untuk menghasilkan atau menarik wisatawan, tetapi kurangnya amenitas di suatu obyek wisata dapat mengakibatkan para wisatawan enggan untuk mengunjungi obyek tersebut. (French, 1996:15).

Berbagai sarana wisata yang harus dibangun atau disediakan oleh daerah tujuan wisata antara lain adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap, pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Adapun fasilitas pendukung dari sekitar obyek upacara adat mandhasiya antara lain hotel, rumah makan (restaurant), pusat perbelanjaan, bank.

Bahwa pusat perbelanjaan yang ada sebagian besar berlokasi di pusat kota Tawangmangu yang jaraknya sekitar 2-3 kilometer dari desa Pancot walau begitu banyak terdapat juga disekitar desa Pancot. Salah satu tempat belanja


(49)

commit to user

yang sangat menarik bagi para wisatawan untuk membeli cinderamata adalah di Pasar Wisata Tawangmangu. Ditempat ini menjual berbagai macam oleh-oleh khas Tawangmangu serta makanan khas tawangmangu dan buah-buahan. (Obsevasi pada bulan November 2011).

Akomodasi yang tersedia bagi wisatawan banyak disekitar desa Pancot. Hal ini disebabkan daerah tersebut adalah kawasan wisata alam sehingga para wisatawan selain menginap sekaligus dapat menikmati suasana alam.

Restoran atau rumah makan sangat banyak di sekitar desa, pengunjung tinggal memilih menu apa yang akan mereka pilih. Tentu saja sate khas Tawangmangu. (Obsevasi pada bulan November 2011).

4. Aktivitas

Aktivitas adalah segala kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama berada di suatu daerah wisata. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap minat wisatawan untuk tinggal lebih lama ataupun mempercepat kepulangannya. French menyebutkan bahwa aktivitas adalah “…What the tourist does at the destination area “ atau kegiatan apa yang dapat dilakukan oleh para wisatawan di daearah tujuan wisata. (French, 1996:124). Aktivitas juga dapat berarti kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar obyek wisata, yang berfungsi sebagai penunjang keberlangsungan kegiatan pariwisata di daerah tersebut serta sebagai wujud partisipasi dalam


(50)

commit to user

industri pariwisata. Menurut Murphy (1995:46) aktivitas dapat digolongkan menjadi:

a. Sightseeing (melihat-lihat tempat menarik), hiking (mendaki gunung), photography (fotografi), enjoying the outdoors. (menikmati udara bebas).

b. Extractive-symbolic, seperti picking berries (memetik buah), bird hunting (berburu burung).

c. Passive-free play (permainan bebas yang pasif), seperti resting and relaxing (istirahat dan bersantai), getting away from the city (pergi jauh dari kota), campin (kemah) cooking, (memasak), reading (membaca), enjoying camp-fires (menikmati api unggun), playing cards (bermain kartu).

d. Sociable-learning (pembelajaran social), seperti visiting friends and relatives (mengunjungi teman dan relasi), meeting people (menemui seseorang), drinking (minum), partying, (pesta), nature study (belajar di alam terbuka).

e. Active-expressive, seperti swimming (berenang), canoeing (bermain kano), beach activities (bermain di pantai) children’s play (permainan anak-anak) boating (bermain boat).

Adapun berbagai akitivitas yang dapat dilakukan oleh para wisatawan yang berkunjung ke obyek upacara adat Mandhasiya adalah pertama, pemandangan alam pedesaan yang asri dan terawat serta hamparan sawah yang


(51)

commit to user

hijau di sekeliling desa yang dapat dijadikan tujuan pengunjung untuk berfoto. Kemudian saat acara upacara adat bersih desa Mandhasiya dilaksanakan terdapat banyak sekali tontonan yang dapat menjadi sebuah atraksi wisata. Permainan instrument gamelan turun-temurun yang selalu dipakai saat upacara adat Mandhasiya sangat menarik. Dijaman sekarang hanya sedikit orang yang mau mempelajari tentang budaya leluhur tetapi di desa ini yang memainkan instrument gamelan tersebut adalah anak-anak muda yang mereka sangat cinta terhadap budaya mereka tradisi mereka. Gamelan tersebut dimainkan saat prosesi tertentu saja. Setelah itu juga terdapat permainan reog yang diiringi oleh penari kuda lumping dan yang menarikannya adalah perempuan yang belum dewasa atau anak-anak, hal ini berarti para warga desa mengajarkan anak-anak mereka dari kecil tentang budaya mereka sehingga budaya tersebut tidak akan hilan atau dilupakan. Reog-reog dari desa tersebut memainkan berbagai atraksi seperti memutar dan berjoged. Selain itu para penari kuda lumping menari dengan luesnya diiringi seperangkat gamelan. Selain itu penari yang biasa disebut penari warok yaitu penari dengan wajah garang berwarna merah memakai jenggot dan kumis tebal menari gagah dengan sesekali melakukan atraksi dalam sirkus seperti salto, membuat menara manusia, dan lain-lain. Beristirahat di pedesaan sangat menarik bagi wisatawan dan terdapat di sekitar desa, melihat pembuatan makanan khas upacara adat yaitu gandik. (Obsevasi pada bulan November 2011).

Selain atraksi tersebut pengunjung dapat melihat sebuah batu yang konon adalah batu yang dipakai oleh Puthut tetuka untuk benghancurkan kepala prabu Baka. Batu tersebut saat upacara besih desa disiram dengan air tape ketan yang


(52)

berfungsi agar tempat tersebut dan sekitar desa tidak dikeramatkan. Kemudian atraksi sebelum akhir acara yang sangat menarik adalah saat upacara nadar yaitu orang-orang yang mempunyai keinginan dan keinginanya terpenuhi maka warga desa tersebut wajib menyumbang ayam yang akan diperebutkan penonton. Hal inilah yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Karena mereka percaya jika mendapatkan ayam nadar tersebut maka mendapatkan berkah. Ayam dilempar ke atap punden kemudian diperebutkan oleh masyarakat, walaupun harus berebut tetapi sampai saat ini masih banyak warga desa atau pendatang yang akan merebutkan ayam tersebut. Terakhir dan paling penting adalah rasa persatuan warga, gotong royong, dan kecintaan warga desa dengan budayanya yang sangat mengagumkan. Mereka berhenti bekerja saat upacara tersebut dengan tujuan menyerahkan waktu mereka untuk acara tersebut. Rasa cinta mereka terhadap budayanya itulah yang mendorong mereka enggan meninggalkan budayanya tetapi mengajarkan kepada anak cucu mereka agar budaya tersebut tidak mati dimakan usia. (Obsevasi pada bulan November 2011).

5. Pengelola

Sementara ini pengelola dari Pamong desa atau perangkat desa, Ketua RT desa Pancot lor (utara) dan desa Pancot kidul (selatan) serta masyarakat desa Pancot. (Obsevasi pada bulan November 2011).

Potensi dilihat dari analisis SWOT sebagai berikut: 1. Kekuatan (Strength)


(53)

commit to user

Alam sekitar tempat penyelenggaraan upacara bersih desa Mandhasiya sangat menjadi daya tarik tersendiri bagi pendatang, selain itu terdapat atraksi tambahan yang berupa ritual yang dapat menarik wisatawan bahkan wisatawan mancanegara, dalam prosesi terdapat pentas tari reyog yang disini sebagai hiburan bagi masyarakat, di puncak acara terdapat pelepasan ayam nadar yang dapat dijadikan hiburan tersendiri. Prosesi awal awal dari untukpacara ini adalah daya tarik tersendiri seperti acara pemasakan sesaji dan masakan khas yaitu gandik selain itu pemotongan ayam sesaji dan kambing sesaji adalah atraksi yang menarik.

2. Kelemahan (Weaknesses)

Akses jalan yang bergelombang dan berlubang menjadi salah satu hambatan datangnya wisatawan, kemudian waktu pelaksanaan yang hanya dua kali dalam satu tahun sehingga menjadikan satu keemahan, seharusnya obyek-obyek sekitar harus dikelola secara optimal sehingga terjadi saling menjadi promosi wisata, transportasi yang terbatas menjadi kelemahan lain untuk upacara bersih desa Mandhasiya ini. Kemudian belum adanya homestay adalah kelemahan di obyek sehingga wisatawan harus menginap di rumah penduduk.

3. Peluang atau Kesempatan (Oppertunities)

Kekayaan alam yang indah dan masih pedesaan dimungkinkan menarik wisatawan kota yang ingin merasakan hidup di pedesaan dan berinteraksi langsung dengan warga desa, selain itu prosesi dari upacara bersih desa Mandhasiya yang sacral dapat menjadi suatu atraksi wisata yang dapat dijual


(54)

menjadi sebuah paket wisata. Animo dari masyarakat atau wisatawan mancanegara dan wisatawan dalam negeri dapat menjadikan upacara ini sebagai bahan penelitian budaya atau akademik sehingga dapat mendatangkan wisatawan.

4. Ancaman (Threats)

Suatu daerah tujuan wisata memiliki hal negativ yaitu persaingan dengan obyek wisata lain dan cuaca yang tidak menentu dapat menjadikan berkurangnya pemgumjumg bahkan pembatalan atraksi pendukung.

B. Rencana Pengembangan Obyek Wisata Budaya Mandhasiya

Pengembangan kawasan ini juga sudah mulai dipikirkan oleh Pengurus upacara adat Mandhasiya. Sebagai sarana pendukung juga akan dirancang pengembangan sebagai tujuan wisata. Untuk memajukan suatu tempat yang berpotensi sebagai daerah tujuan wisata agar menjadi tempat wisata budaya maka harus ada suatu strategi pengenalan terhadap obyek tersebut. Obyek yang berpotensi sebagai tujuan wisata budaya ini dapat dikembangkan sebagai sebuah paket wisata. Paket wisata tersebut bertujuan membuat pedoman pengembangan Upacara Adat Mandhasiya agar menjadi Pusat Informasi yang representatif dengan tujuan masyarakat lebih mencintai warisan budaya, khususnya warisan budaya Mandhasiya, kecintaan pada warisan budaya Mandhasiya diharapkan mampu menjadikan masyarakat ikut berperan serta dalam upaya pelestariannya, khususnya bagi masyarakat sekitar Desa Pancot, Tawangmangu yang hidup di tempat dimana budaya itu hidup.


(55)

commit to user

Apresiasi terhadap peninggalan budaya Mandhasiya diharapkan dapat menumbuhkan kebanggan dan jati diri bangsa. Dengan strategi pembuatan suatu paket wisata yang bertujuan mendatangkan pengunjung agar dapat dijual menjadi sebuah tujuan wisata. dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar agar meningkatkan kepedulian dan rasa memiliki warisan budaya Mandhasiya menjadi tinggi.

Dibuatnya sebuah paket wisata yang bertujuan mengenalkan budaya bersih desa Mandhasiya dengan mengikuti semua prosesi yang diperbolehkan oleh pengelola seperti ikut menari dengan penari reyog dan penari jaranan dengan diiringi oleh seperangkat gamelan pendukung tari reyog, naik ke atas kepala reyog juga di perbolegkan, berfoto bersama dengan reyog, melihat upacara penyiraman batu gilang dan ikut melempar ayam nadar yang ayam tersebut sudah disediakan oleh pembuat paket yang dana dimasukan dalam harga, setelah acara selesai wisatawan disuguhi makanan khas yaitu sate landak.

Karena hanya dilaksanakan dua kali dalam setahun bahkan hanya sekali dalam setahun maka akan dibuat paket alternative yaitu paket wisata napak tilas dengan tujuan merndatangi tempat tempat seperti punden bale pathokan yaitu tempat dilaksanakannya upacara puncak bersih desa mandhasiya, batu gilang yaitu batu yang digunakan oleh puthut tetuka untuk memecahkan kepala prabu baka. Dean pringgondani yaitu tempat pertapaan puthut tetuka beserta tujuh pancuran. Paket ini hanya sekedar perencanaan tetrapi sudah dibicarakan dengan pihak pengelola akan tetapi belum pernah dilaksanakan.


(56)

kosep perencanaan paket wisata budaya

a. paket ini meliputi serangkaian adat atau prosesi serta wisata sekeliling tempat upacara adat Mandhasiya. Untuk kedepannya dengan paket ini diharapkan upacara adat Mandhasiya semakin dikenal masyarakat luas. Tetapi paket ini belum teruji dikarenkan masih dalam preoses perencanaan.

b. fasilitas yang terdapat dalam paket wisata ini

mobil Avanza, TV, DVD player, buku panduan acara, snack, makan sesuai program, dokumentasi, compact disc, P3K, tour leader, guide(mancanegara)

c. Model paket wisata yang dikembangkan beserta itenerynya

Paket half day

Jam 07.00 berangkat dari Solo

Jam 08.30-09.00 tiba di rumah makan sate landak untuk makan pagi Jam 09.00-10.30 berkunjung ke grojogan sewu

Jam 10.30 dilanjutkan menuju desa Pancot

Jam 10.30-13.00 melihat prosesi penyembelihan ayam, dll Jam 13.00-14.00 istirahat + makan siang


(57)

commit to user

kemudian melihat uparaca puncak menyiram batu gilang, dilanjutkan upacara nadar atau melempar ayam ke atap punden.

Jam 16.30-17.00 persiapan kembali ke Solo Jam 17.00-19.30 tiba di solo

Paket stay over

Day I

Jam 11.30 berangkat dari Solo

Jam 13.00-14.00 tiba di Tawangmangu + lunch Jam 14.00-17.00 melihat prosesi pemasakan sesaji

Jam 17.00-18.00 melihat persiapan reyog dan gamelan turun temurun Jam 18.00-20.00 istirahat + dinner

Jam 20.00-23.00 free program

Jam 23.00-24.00 melihat prosesi pemukulan bendho tradisional Jam 24.00 istirahat malam ( rumah penduduk)

Day II

Jam 04.00-05.30 persiapan tour hari II +snack

Jam 06.00-09.00 mengikuti upacara di pertapaan pringgondani Jam 09.00-10.00 breakfast

Jam 10.00-13.00 mengikuti upacara penyembelihan ayam dan kambing kendit

Jam 13.00-14.00 lunch


(58)

dilanjutkan penyiraman batu gilang kemudian upacara nadar hingga selesai

Jam 16.30-17.00 persiapan kembali ke solo Jam 17.00 berangkat ke Solo

Jam 19.00 tiba di Solo

d. perhitungan harga biaya tetap paket half day

sewa mobil Rp. 600.000 parkir Rp. 5.000

driver RP. 200.000

tour leader Rp. 200.000

guide Rp. 200.000

doc+buku panduan+CD Rp. 175.000 +

total RP. 1.380.000

biaya tidak tetap

snack @Rp. 10.000

lunch @Rp. 30.000

asuransi @Rp. 50.000 +

total @Rp. 90.000 x 4 pax Rp. 360.000


(59)

commit to user

Biaya tidak tetap 360.000 +

Rp. 1.740.000 = profit 10% = 174.000 1.740.000/ 4 pax = @Rp.435.000 + profit harga per pax = Rp. 600.000

biaya tetap stay over

home stay Rp. 250.000 sewa mobil Rp. 1.200.000

parkir Rp. 10.000

driver Rp. 200.000 tour leader Rp. 300.000 guide Rp. 300.000 doc+buku panduan+CD Rp. 175.000 + total Rp. 2.435.000

biaya tidak tetap

snack @Rp. 10.000

meals @Rp. 30.000 x 4 asuransi @Rp. 50.000 +

total @Rp. 180.000 x 4pax


(60)

Biaya tetap 2.435.000 Biaya tidak tetap 720.000 +

Rp. 3.155.000 = profit 10% = 315.000 3.155.000 / 4pax

@789.000 + profit


(61)

commit to user

C. Kendala Pengembangan Obyek Wisata Budaya Mandhasiya

Upacara Adat Mandhsiya sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi obyek wisata budaya andalan di Karanganyar, khususnya di Kota Kecamatan Tawangmangu. Upaya pengembangan tersebut mengalami berbagai hambatan, sehingga potensi dan aset budaya yang ada di Kec.Tawangmangu tersebut belum dapat digarap secara maksimal. Salah satu kendala mendasar dalam upaya pengembangan obyek wisata di kawasan ini adalah minimnya dana yang tersedia. Kendala lain dari upaya pengembangan Upacara Adat Mandhasiya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar dan pengelola bahwa upacara tersebut dapat dijadikan tujuan wisata seperti upacara ngaben di Bali.

Kurangnya pengetahuan tentang adanya budaya ini kepada masyarakat luas menjadi hal yang sangat menghambat. Pengenalan terhadap budaya ini di masyarakat luas sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah. Di jaman media yang berkembang seperti sekarang, promosi itu sangat mudah jika pelaku ingin dengan contoh pembuatan brosur, pemanfaatan media internet dengan membuat suatu blog tentang budaya Mandhasiya. Karena di media internet sangat minim tentang uracara tersebut. Suatu daerah tujuan wisata memiliki suatu hal yang negativ, contohnya adalah naiknya harga dari barang-barang ekonomi, kemudian masyarakat menjadi seperti mencari keuntunggan, tumbuhnya pedagang.

Akses jalan yang bergelombang dan berlubang menjadi salah satu hambatan datangnya wisatawan, kemudian waktu pelaksanaan yang hanya dua kali dalam satu tahun sehingga menjadikan satu keemahan, seharusnya


(62)

obyek-obyek sekitar harus dikelola secara optimal sehingga terjadi saling menjadi promosi wisata, transportasi yang terbatas menjadi kelemahan lain untuk upacara bersih desa Mandhasiya ini. (Observasi pada bulan November 2011)


(63)

commit to user

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Upacara Adat Mandhasiya mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi obyek wisata budaya andalan Kabupaten Karamganyar khususnya Tawangmangu. Di tempat ini terdapat warisan budaya yang harus senantiasa dijaga dan dilestarikan. Selain wisala alam yang indah di tempat ini juga terdapat budaya yang sangat menarik. Para wisatawan dapat memahami lebih jauh tentang asal mula diadakan upacara bersih desa tersebut. Di sini selain peninggalan budaya yang sangat dijaga juga suasana pedesaan yang masih cukup terasa, keindahan alam pedesaan serta keramahan penduduk sekitar juga merupakan daya tarik wisata tersendiri bagi wisata budaya ini.

Pada umumnya masyarakat yang mengadakan upacara tradisional mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap tradisi adat istiadat yang telah berjalan turun temurun. Upacara tersebut sejak kapan dilaksanakan tidak diketahui secara pasti. Menurut kepercayaan masyarakat setempat upacara ini dilaksanakan sejak terjadinya peristiwa antara Prabu Baka dan Puthut Tetuka yang terlibat dalam pertempuran dan yang dimenangkan oleh Puthut Tetuka karena Prabu Baka bersifat serakah. Upacara bersih desa mempunyai makna bahwa mereka bersama-sama memenuhi kewajiban untuk melestarikan budaya peninggalan nenek moyangnya, berbakti kepada bumi yang telah melahirkan dan yang telah member sumber hidup dan rejeki.


(1)

commit to user

C. Kendala Pengembangan Obyek Wisata Budaya Mandhasiya

Upacara Adat Mandhsiya sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi obyek wisata budaya andalan di Karanganyar, khususnya di Kota Kecamatan Tawangmangu. Upaya pengembangan tersebut mengalami berbagai hambatan, sehingga potensi dan aset budaya yang ada di Kec.Tawangmangu tersebut belum dapat digarap secara maksimal. Salah satu kendala mendasar dalam upaya pengembangan obyek wisata di kawasan ini adalah minimnya dana yang tersedia. Kendala lain dari upaya pengembangan Upacara Adat Mandhasiya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar dan pengelola bahwa upacara tersebut dapat dijadikan tujuan wisata seperti upacara ngaben di Bali.

Kurangnya pengetahuan tentang adanya budaya ini kepada masyarakat luas menjadi hal yang sangat menghambat. Pengenalan terhadap budaya ini di masyarakat luas sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah. Di jaman media yang berkembang seperti sekarang, promosi itu sangat mudah jika pelaku ingin dengan contoh pembuatan brosur, pemanfaatan media internet dengan membuat suatu blog tentang budaya Mandhasiya. Karena di media internet sangat minim tentang uracara tersebut. Suatu daerah tujuan wisata memiliki suatu hal yang negativ, contohnya adalah naiknya harga dari barang-barang ekonomi, kemudian masyarakat menjadi seperti mencari keuntunggan, tumbuhnya pedagang.

Akses jalan yang bergelombang dan berlubang menjadi salah satu hambatan datangnya wisatawan, kemudian waktu pelaksanaan yang hanya dua kali dalam satu tahun sehingga menjadikan satu keemahan, seharusnya


(2)

obyek-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

obyek sekitar harus dikelola secara optimal sehingga terjadi saling menjadi promosi wisata, transportasi yang terbatas menjadi kelemahan lain untuk upacara bersih desa Mandhasiya ini. (Observasi pada bulan November 2011)


(3)

commit to user

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Upacara Adat Mandhasiya mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi obyek wisata budaya andalan Kabupaten Karamganyar khususnya Tawangmangu. Di tempat ini terdapat warisan budaya yang harus senantiasa dijaga dan dilestarikan. Selain wisala alam yang indah di tempat ini juga terdapat budaya yang sangat menarik. Para wisatawan dapat memahami lebih jauh tentang asal mula diadakan upacara bersih desa tersebut. Di sini selain peninggalan budaya yang sangat dijaga juga suasana pedesaan yang masih cukup terasa, keindahan alam pedesaan serta keramahan penduduk sekitar juga merupakan daya tarik wisata tersendiri bagi wisata budaya ini.

Pada umumnya masyarakat yang mengadakan upacara tradisional mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap tradisi adat istiadat yang telah berjalan turun temurun. Upacara tersebut sejak kapan dilaksanakan tidak diketahui secara pasti. Menurut kepercayaan masyarakat setempat upacara ini dilaksanakan sejak terjadinya peristiwa antara Prabu Baka dan Puthut Tetuka yang terlibat dalam pertempuran dan yang dimenangkan oleh Puthut Tetuka karena Prabu Baka bersifat serakah. Upacara bersih desa mempunyai makna bahwa mereka bersama-sama memenuhi kewajiban untuk melestarikan budaya peninggalan nenek moyangnya, berbakti kepada bumi yang telah melahirkan dan yang telah member sumber hidup dan rejeki.


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Upacara ini didahului dengan arak-arakan tarian reyog dengan penari pengiring kemudian dilanjutkan upacara penyiraman batu gilang dengan air badheg yang didahului dengan pembacaan doa dan pelemparan beras kuning yang sebagai pertanda upacara penyiraman akan dimulai. Acara inilah acara inti dari upacara bersih desa Mandhasiya. Setelah itu dilanjutkan upacara nadar yaitu untuk yang memiliki keinginan dan keinginanya tercapai maka wajib melaksanakan upacara ini dengan cara menarik kupat luwar kemudian dilaksanakan pelemparan ayam di atas punden yang akan diperebutkan pengunjung. Setelah ayam habis maka ketika lingkungan menyebarkan beras kuning dan uang logam bertanda upacara selesai.

Pembuatan suatu paket wisata yang bertujuan mendatangkan pengunjung agar dapat dijual menjadi sebuah tujuan wisata. Dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar agar meningkatkan kepedulian dan rasa memiliki warisan budaya Mandhasiya menjadi tinggi.

Dalam upaya pengembangan obyek wisata ini mengalami berbagai kendala diantaranya minimnya dana yang tersedia. Kurangnya pengetahuan tentang adanya budaya ini kepada masyarakat luas menjadi hal yang sangat menghambat. Pengenalan terhadap budaya ini di masyarakat las sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah. Di jaman media yang berkembang seperti sekarang, promosi itu sangat mudah jika pelaku mau dengan contoh pembuatan brosur, pemanfaatan media internet dengan membuat suatu blog tentang budaya Mandhasiya. Karena di media internet sangat minim tentang uracara tersebut.


(5)

commit to user

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan yang sedikit banyak dapat menjadi masukan bagi pihak Pengelola Upacara Bersih desa Mandhasiya dalam upaya pengembangan kawasan ini menjadi obyek wisata budaya Kabupaten Karanganyar antara lain pihak pengelola harus melakukan promosi secara gencar. Kegiatan Promosi baik melalui leaflet, booklet, brosur serta melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik terutama internet merupakan langkah yang cukup efektif untuk memasarkan obyek wisata budaya ini kepada publik dan masyarakat luas baik dari dalam maupun luar negeri. Upaya promosi yang gencar diharapkan mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan sehingga dapat mendongkrak pendapatan daerah. Dengan menigkatnya pendapatan daerah maka minimnya dana untuk pengembangan kawasan Wisata Budaya Mandhasiya dengan sendirinya dapat teratasi.

Berbagai hasil industri kecil seperti cinderamata dapat sebagai alternatif pekerjaan saat upacara berlangsung. Alternatif tersebut tersebut seharusnya mampu menjadi cinderamata yang khas bagi wisata budaya Mandhasiya. Kesan kenangan bagi para wisatawan ketika mengunjungi suatu obyek wisata akan mereka bawa pulang melalui cinderamata yang mereka beli di obyek tersebut. Upaya pengelolaan dan pemanfaatan berbagai hasil industri kecil tersebut dapat dilakukan dengan pembuatan sentra penjualan kerajinan tangan disekitar obyek wisata. Dengan adanya sentra penjualan kerajinan tangan tersebut selain para pengrajin dapat dengan mudah untuk memasarkan hasil karya mereka juga dapat mendukung perkembangan pariwisata di kawasan ini.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Satu hal yang perlu diperbaiki adalah pertama akses jalan menuju tempat upacara tersebut, diadakannya pelaksanaan upacara ini tanpa harus selasa kliwon saat wuku Mandhasiya saja tetapi dilaksanakan upacara bayangan sebagai hiburan wisatawan. Pengelolaan secara optimal di sekitar tempat upacara ini sehingga dapat mendukung wisata budaya ini. Kemudian pemerintah membuat kalender pariwisata mengenai upacara ini sebagai promosi ke masyarakat luas, ditambahi jam dalam sisi transportasi.

Ceritra tentang awal diadakannya upacara ini lebih baik dibuat suatu pementasan, sebelum acara brosur pelaksanaan disebar ke hotel-hotel dan biro wisata.