Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Seks Pra Nikah di Desa Glagah, Sragen ROHMI R1111033

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP

SEKS PRA NIKAH DI DESA GLAGAH, SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Oleh :

ROHMI NIM R.1111033

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(2)

(3)

commit to user ABSTRAK

Rohmi. R1111033. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seks Pra Nikah Di Desa Glagah, Sragen. Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012

Latar belakang : Pengetahuan remaja yang kurang tentang kesehatan reproduksi terhadap seks pra nikah menyebabkan remaja sering melakukan kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari aturan dan kontrol sosial yang perlu ditindaklanjuti. Tujuan Penelitian :Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah di Desa Glagah, Sragen.

Metode Penelitian : Menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling dengan jumlah sampel 36 remaja. Teknik pengumpulan data dengan kuisioner. Uji analisis dengan Kendal Tau dengan bantuan SPSS.

Hasil Penelitian : Remaja dengan pengetahuan baik sebanyak 34 responden (94,4%) dan remaja yang mempunyai sikap negatif sebanyak 20 responden (55,6%). Analisis data didapatkan hasil nilai ρ<0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Kesimpulan : ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah.

Kata kunci : pengetahuan remaja, kesehatan reproduksi, sikap seks pra nikah


(4)

commit to user ABSTRACT

Rohmi. R 1111033. Correlation between adolescent knowledge level of reproduction health attitude of premarital sexual in Glagah Village, Sragen. DIV Midwifery Educator Program Study Of Medical Faculty Of Surakarta Sebelas Maret University. 2012

Background : Adolescent knowledge is less about reproduction healt with attitude of premarital sexual so caused adolescent often do something to cross matter and social control must be followed up.

Objective : To know the correlation between knowledge level of reproduction health with attitude of premarital sexual.

Method : This method is observational analitic with approach of cross sectional. The sampling tecnique was used Total Sampling, with 36 sample. Method of collecting data using questionare. The analysis test in the reseach was used Kendal Tau with SPSS help.

Result : Result of this research that adolescent with good knowledge of reproduction health was 34 respoder (94,4%) and adolescent with negative attitude was 20 responder (55,6%). Result of analysis data could be found value ρ<0,05. It’s means Ho rejected and Ha accepted.

Conclusion : There is correlation between knowledge level of reproduction health with attitude of premarital sexual.

Keywords : adolescent knowledge, reproduction health, premarital sexual attitude.


(5)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10 – 13 tahun dan berakhir pada usia 18 – 22 tahun. Menurut WHO (World Health Organization) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan, secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri (Notoatmojo, 2007).

Remaja belum cukup mampu untuk membuat keputusan sendiri, oleh karena itu mereka sering terjerumus ke dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari aturan, salah satu contohnya adalah perilaku seks pra nikah (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan tentang seksual pranikah dapat mempengaruhi sikap individu tersebut terhadap seksual pra nikah ( Adikusuma, 2005).

Laporan Planned Parenthood Federation Of America Inc (PPAC) 2004 tentang penilaian 1038 remaja berumur 13-17 tahun terhadap hubungan diluar nikah adalah 16% dari remaja mengatakan sikap setuju dalam melakukan


(6)

commit to user

hubungan seks diluar nikah, sedang 43% mengatakan tidak setuju melakukan hubungan seks diluar nikah (Soetjiningsih,2004).

Beberapa penelitian perilaku seksual remaja menyebutkan, dari tahun ke tahun terjadi peningkatan angka remaja yang sudah pernah berhubungan seks. Riset strategi nasional kesehatan remaja yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan (2005) menyebutkan 5,3% pelajar SMA di Jakarta pernah berhubungan seks. Survei juga menyebutkan sebesar 63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks pra nikah ( BKKBN, 2008 ). Setelah melakukan studi pendahuluan di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen pada tanggal 14 Februari 2012 didapatkan hasil wawancara dengan ketua karang taruna bahwa di desa tersebut belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi. Dari hasil observasi, kontrol sosial di desa tersebut terlalu longgar dan kurangnya kontrol dari orangtua terhadap anak-anaknya yang membolehkan anaknya dikunjungi sampai larut malam.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul yaitu Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seks Pra Nikah di Desa Glagah, Sragen.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas , maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja


(7)

commit to user

tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen.

b. Untuk mengetahui sikap seks pra nikah pada remaja di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen.

c. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen .

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Teoritis

Menambah dan mengembangkan wawasan atau ilmu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan sikap seks pra nikah.


(8)

commit to user 2. Bagi Aplikatif

a. Bagi Remaja dan masyarakat

Membuka wawasan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehingga terbentuk sikap seks pra nikah yang memadai.

b. Bagi Tenaga kesehatan

Sebagai sumbangan aplikatif terutama b a g i bidan agar lebih meningkatkan perhatian dalam memberikan informasi mengenai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dalam kaitannya dengan pembentukan sikap seks pra nikah remaja.

c. Bagi Orangtua

Memberikan informasi dalam merencanakan pembinaan tentang kesehatan reproduksi remaja dalam kaitanya dengan pembentukan sikap seks pra nikah.


(9)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telingga (Notoatmodjo, 2007).

b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercangkup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan setelah diterima. Hal ini

merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan


(10)

commit to user 2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambar (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk


(11)

commit to user

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formula-formula

yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap

suatu teori atau rumusan rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Melalui jalur pendidikan yang tinggi maka

seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari

orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang

masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang

kesehatan (Notoatmodjo,2007).

2) Kultur

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan


(12)

commit to user

tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut

(Notoatmodjo,2007).

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang (Notoatmodjo,2007).

4) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu (Notoatmodjo,2007).

5) Umur

Semakin tua umur semakin bijaksana karena semakin banyak

informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan

sehingga menambah pengetahuannya (Mubarak dkk, 2007).

6) Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga


(13)

commit to user

kemudahan untuk memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru

(Mubarak dkk, 2007).

2. Kesehatan reproduksi remaja

a. Pengertian kesehatan reproduksi

Kesehatan Reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik,

mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau

kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem

reproduksi, fungsi serta prosesnya atau suatu keadaan dimana manusia

dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi

dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (Yanti, 2011).

b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi

1) Faktor sosial dan ekonomi, serta demografi

Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan, tingkat pendidikan

yang rendah, kurangnya informasi dan pengetahuan tentang

kesehatan, ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses

kesehatan reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.

2) Faktor budaya dan lingkungan

Praktik tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan

reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rejeki dan informasi yang

membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses


(14)

commit to user 3) Faktor psikologi

Keretakan orang tua akan memberikan dampak buruk pada

kehidupan remaja, depresi akibat ketidakseimbangan hormonal, rasa

tidak berharganya wanita dimata pria yang membeli kebebasan

dengan materi.

4) Faktor biologis

Antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi dan

lain-lain (Notoatmodjo, 2007).

c. Tahapan perkembangan remaja

Masa remaja dibedakan dalam masa remaja awal 10 – 13 tahun,

masa remaja tengah/madya 14 – 16 tahun, masa remaja akhir 17 – 19

tahun.

1) Remaja Awal 10-13 Tahun (Early Adolescence)

Remaja awal adalah remaja yang berumur 10-13 tahun. Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak ke dewasa. Pada masa remaja

ini terjadi pertumbuhan yang pesat baik berat badan maupun tinggi

badan yang disebut pacu tumbuh adolesen, terjadi pertumbuhan yang

pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda seks sekunder.

2) Remaja Sedang/Madya 14-16 Tahun (Midlle Adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia

senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan

“narastic” yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman


(15)

commit to user

dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang

mana, peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau

pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya. Remaja pria harus

membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu

sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan

dengan kawan-kawan dan lawan jenis.

3) Remaja Akhir 17-19 Tahun (Late Adolescence)

Tahap ini adalah masa konsilidasi menuju periode dewasa dan

ditandai dengan pencapaian lima hal di bawah ini :

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri diganti dengan

keseimbangan diri sendiri dengan orang lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan

masyarakat umum (Soetjiningsih, 2007).

d. Perubahan-perubahan pada remaja

1) Perubahan fisik (Pubertas)

Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan

biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu

terjadilah perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertambahan


(16)

commit to user

“pertumbuhan” dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan

hormonal.

Pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang cepat dan

pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai

kematangan sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi,

perubahan ini ditandai dengan tanda-tanda sebagai berikut :

a) Tanda-tanda seks primer

Yaitu perubahan-perubahan yang langsung berkaitan dengan

organ seks. Pada remaja putri terjadinya haid (menarche),

sedangkan pada remaja laki-laki terjadiya mimpi basah (wet

dream) (Soetjiningsih,2007).

b) Tanda-tanda seks sekunder

Yaitu perubahan-perubahan yang berhubungan dengan

penampilan fisik pada remaja tersebut. Misalnya pada remaja putri

terjadi pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, pembesaran

panggul, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar,

tumbuh rambut di ketiak dan kemaluan, kulit rambut mulai

berminyak, mulai timbul jerawat di wajah.Sedangkan pada remaja

laki-laki terjadi perubahan suara, wajah mulai timbul jerawat,

timbulnya jakun, penis, dan buah zakar yang bertambah besar,

terjadi ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, tubuh mulai berotot


(17)

commit to user

jenggot, tumbuh rambut pada ketiak dan kemaluan

(Notoatmojo,2007).

2)Alat reproduksi dan fungsinya

a) Alat reproduksi wanita

Alat Reproduksi wanita dibagi menjadi dua, yaitu alat

reproduksi bagian luar dan alat reproduksi bagian dalam. Fungsi

alat reproduksi wanita menurut Prawiroharjo, 2005 adalah:

(1) Genetalia eksterna

(a) Mons veneris, berfungsi untuk melindungi alat genetalia dari masuknya

kotoran selain itu untuk estetika.

(b) Labia mayora, berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di

dalamnya.

(c) Labia minora, berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di

dalamnya serta merupakan daerah erotik yang mengandung pambuluh

darah dan syaraf.

(d) Klitoris, merupakan daerah erotik utama pada wanita yang akan membesar

dan mengeras apabila mendapatkan rangsangan seksual.

(e) Vestibulum, berfungsi untuk mengeluarkan cairan apabila ada rangsangan

seksual yang berguna untuk melumasi vagina pada saat bersenggama.

(f) Himen, merupakan lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari

introitus vagina, membentuk lubang sebesar ibu jari sehingga darah haid


(18)

commit to user (2) Genetalia interna

(a) Vagina, berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan darah waktu

haid dan sekret dari dalam uterus. Alat untuk bersenggama. Jalan lahir

bayi waktu melahirkan

(b) Uterus, berfungsi sebagai tempat bersarangnya atau tumbuhnya janin di

dalam rahim pada saat hamil. Memberi makanan pada janin melalui

plasenta yang melekat pada dinding rahim.

(c) Tuba fallopi, berfungsi sebagai saluran yang membawa ovum yang

dilepaskan ovarium ke dalam uterus.

(d) Ovarium, berfungsi memproduksi ovum.

(e) Ligamentum, berfungsi untuk mengikat atau menahan organ-organ

reproduksi wanita agar terfiksasi dengan baik pada tempatnya, tidak

bergerak dan berhubungan dengan organ sekitarnya.

b)Alat reproduksi pria

Fungsi alat reproduksi pria menurut BKKBN, 2007 adalah :

(1) Genetalia eksterna

(a) Penis, berfungsi untuk menyalurkan dan menyemprotkan sperma saat

ejakulasi.

(b) Skrotum, berfungsi untuk melindungi testis dari taruma atau suhu.

(2) Genetalia interna

(a) Testis, berfungsi untuk memproduksi sperma, tempat memproduksi

testosteron yang memegang peranan penting untuk sifat kelamin sekunder


(19)

commit to user

(b) Epididimis, berfungsi untuk menghubungkan testis dengan saluran vas

deferens memproduksi cairan yang banyak mengandung enzym dan gizi

yang fungsinya mematangkan / menyempurnakan bentuk sperma.

(c) Vas deferens, berfungsi untuk menyalurkan sperma dari epididimis ke

vesika seminalis. Tempat menyimpan sebagian dari sperma sebelum

dikeluarkan.

(d) Vesika seminalis, berfungsi sebagai tempat untuk mengeluarkan cairan

yang sifatnya alkalis atau sedikit basa yang mengandung fruktosa dan zat

gizi yang merupakan sumber energi bagi spermatozoa dan agar sperma

lebih segar, kuat dan mudah bergerak dalam mencapai ovum dan sebagai

tempat penyimpanan spermatozoa sebelum dikeluarkan melalui kegiatan

seksual.

(e) Kelenjar prostat, berfungsi untuk mengeluarkan cairan yang bersifat

alkalis yang encer berwarna seperti susu mengandung asam sitrat, kalsium

dan beberapa zat lain.

(f) Kelenjar bulbo uretralis, berfungsi mengsekresi cairan yang membantu

agar sperma lebih tahan hidup dan lebih memungkinkan untuk bergerak

dan memudahkan pembuahan.

3) Perubahan psikologis

Selain terjadi perubahan fisik, remaja juga mengalami

perubahan emosi, pikiran, perasaan, proses perubahan jiwa ini


(20)

commit to user

a) Terjadi perubahan emosi dalam bentuk amarah, sensitif, keras

kepala, egois bahkan perbuatan nekad sehingga remaja bisa

menjadi lebih agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan

dari luar yang dapat mempengaruhinya (Notoatmodjo, 2007).

b) Ketidakstabilan emosi menyebabkan remaja mempunyai rasa ingin

tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan

intelektual pada remaja cenderung membuat mereka bersikap

kritis, tersalur melalui perbuatan-perbuatan yang sifatnya ingin

mencoba sesuatu yang baru seperti merokok, minuman keras

bahkan berhubungan seksual. Tindakan seperti ini jika dibimbing

dan diarahkan dengan baik akan membuat remaja lebih bisa

berfikir positif dan dapat membedakan mana hal yang baik atau

boleh dilakukan dan hal yang buruk atau yang tidak boleh

dilakukan oleh remaja (Sarwono, 2007).

c) Perubahan psikis juga dapat terjadi baik pada remaja putri maupun

remaja laki-laki, remaja dapat mengalami perubahan emosi,

pikiran, perasaan, sikap, perilaku, pendidikan yang diberikan oleh

kedua orang tuanya, lingkungan pergaulan dengan

teman-temannya, lingkungan tempat tinggal dan tanggung jawab

(Notoatmodjo, 2007).

Berbagai perubahan tersebut terjadi karena adanya peningkatan

kadar gonatrotopin yaitu folikel stimulating hormone (FSH) dan


(21)

commit to user

mengeluarkan hormon testosterone pada laki- laki dan hormon estrogen

pada perempuan sebelum menstruasi. Selama pubertas pada anak laki –

laki kadar hormon testosterone meningkat melebihi 20ng/dl, yang

sebelumnya selama anak-anak lebih kecil dari 10 ng/dl (Soetjiningsih,

2007).

3. Sikap

a. Pengertian sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2007).

b. Komponen sikap

1) Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai

apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2) Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif

seseorang terhadap suatu sikap. Secara umum, komponen ini

disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

4)Konatif

Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan


(22)

commit to user

diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan

perasaan banyak mempengaruhi perilaku (Azwar,2009)

c. Tingkatan sikap

1) Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek), sehingga apa yang

diterima oleh individu tersebut dapat diterima dengan baik.

2) Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu usaha indikasi dari

sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau

salah. Berarti individu tersebut dapat menerima ide, tugas atau

pertanyaan yang ditujukan pada dirinya.

3) Menghargai (responding)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga, sehingga terjadi timbal balik antar individu untuk saling

merespon.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya


(23)

commit to user

merupakan perilaku yang positif bagi individu yang mempunyai tekad

untuk bertanggung jawab selayaknya seorang pemimpin.

(Notoatmodjo, 2007).

d. Sifat sikap menurut (Azwar, 2009):

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi

dan mengharapkan objek tertentu

2) Sikap negatif kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci

dan tidak menyukai objek tertentu

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Tidak adanya

pengalaman sama sekali terhadap suatu objek cenderung akan

membentu sikap negatif terhadap suatu objek.

2) Pengaruh orang lain

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting

untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting

tersebut dan juga bisa dikarenakan adanya kepercayaan yang

mendalam terhadap orang yang dianggap penting.

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan menanamkan garis pengaruh terhadap sikap dalam


(24)

commit to user 4) Media massa

Berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.

5)Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dn lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga

mempengaruhi sikap.

6)Faktor emosional

Suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2010)

4. Seks pra nikah

a. Pengertian seks pra nikah

Seks pra nikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja

sebelum menikah (BKKBN, 2007).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan seksual yang

pertama dialami oleh remaja menurut Soetjiningsih (2007) yaitu:

1) saat mengalami pubertas

2) kontrol sosial kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar),

kurangnya kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas


(25)

commit to user

3) frekuensi pertemuan dengan pacarnya, hubungan antar mereka

semakin romantis, adanya keinginan untuk menunjukkkan cinta pada

pacarnya, penerimaan aktifitas seksual pacarnya

4) status ekonomi, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan

untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik

5) korban pelecehan seksual

6) tekanan dari teman sebaya, penggunaan obat-obat terlarang dan

alkohol, merasa sudah saatnya untuk melakukan aktivitas seksual

sebab sudah merasa matang secara fisik

7) sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya

8) terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan

kadar hormon reproduksi atau seksual. Faktor-faktor yang yang

meningkatkan dorongan seksual pada remaja menurut BKKBN

(2007) yaitu menonton film porno, melihat gambar porno, mendengar

cerita porno, berduaan ditempat sepi, berkhayal tentang seksual,

menggunakan zat perangsang atau NAPZA.

c. Dampak seks pra nikah bagi remaja yaitu :

1) Dampak psikologis

Dampak psikologis dari perilaku seksual pra nikah pada remaja

diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri,


(26)

commit to user 2) Dampak fisiologis

Diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan

aborsi.

3) Dampak sosial

Antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan

yang hamil dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari

masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.

4) Dampak fisik

Berkembangnya penyakit menular seksual dikalangan remaja,

dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang

tertinggi usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat

menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatnya

resiko terkena PMS dan HIV/AIDS (Sarwono,2007).

d. Cara menghindari seks pra nikah

1) Tidak melakukan hubungan seks pada masa remaja dan hal ini

membutuhkan komitmen, motivasi dan pengendalian diri yang kuat

dari remaja tersebut.

2) Meningkatkan kemampuan untuk menolak setiap ajakan berhubungan

seks dari pacar atau pasangan karena seks bukan salah satu cara untuk

mengungkapkan cinta kepada pasangan atau pacar.

3) Hindari sikap-sikap yang dapat menimbulkan rangsangan seperti

menyentuh bagian tubuh yang muda terangsang sehingga


(27)

commit to user

4) Bagi orang tua harus menganjurkan dan mendorong anaknya

(khususnya anak perempuan) agar berani dan tegas menyatakan

“tidak” bila pacarnya mengajak berhubungan seks.

5) Orang tua memberi bekal atau mengajarkan kepada anaknya

(laki-laki) agar menghormati teman wanita (pacar) sehingga tidak

melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan rangsangan dan

meminta apalagi memaksa untuk berhubungan seksual sebelum

menikah.

6) Mencari kegiatan-kegiatan atau alternatif baru sehingga dapat

menemukan kepuasaan yang mendalam dari interaksi yang terjalin

(bukan kepuasan seksual).

7) Menghindari membaca atau menonton hal-hal yang berbau pornografi.

8) Mendekatkan diri kepada Tuhan dan berusaha keras mengahayati

norma dan nilai yang berlaku.

9) Mencari informasi tentang kesehatan reproduksi remaja dan

seksualitas dari sumber-sumber yang dapat dipercaya sehingga dapat

digunakan untuk menambah pengetahuan bagi remaja yang

diharapkan remaja dapat mempertimbangkan resiko-resiko yang akan

terjadidari tiap-tiap perilaku seksual yang dipilih (Suryoputro, 2006).

5. Hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

dengan sikap seks pranikah

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang


(28)

commit to user

sikap merupakan reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek,

proses selanjutnya adalah mempunyai persepsi kemudian

menginterpretasikan dan yang terakhir menilai atau bersikap terhadap

stimulus atau objek tersebut. Pengetahuan tentang seksual pranikah dapat

mempengaruhi sikap individu tersebut terhadap seksual pra nikah

(Adikusuma, 2005). Remaja yang mendapat informasi yang benar tentang

seksual pranikah maka mereka akan cenderung mempunyai sikap

negatif. Sebaliknya remaja yang kurang pengetahuannya tentang seksual

pranikah cenderung mempunyai sikap positif atau menerima adanya

perilaku seksual pranikah sebagai kenyataan sosiologis (Bungin, 2001).

B. Kerangka Konsep


(29)

commit to user

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah

Keterangan :

C. Hipotesis

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan


(30)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data sekaligus pada saat bersamaan (Notoatmojo,2002).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen pada bulan Februari - Juli 2012.

C. Populasi Penelitian

1. Populasi Target : remaja desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen usia 14-19 tahun

2. Populasi Aktual : remaja desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen usia 14-19 tahun sebanyak 40 remaja.

D. Sampel dan Teknik Sampling

1. Sampel penelitian ini adalah remaja desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen sebanyak 40 remaja.


(31)

commit to user 2. Teknik Sampling

Metode pengambilan sampel menggunakan metode total sampling yang berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah populasi dan subjeknya tidak telalu banyak.

E. Kriteria Retriksik

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Remaja usia 14-19 tahun

2. Bersedia menjadi responden

Kriteria ekslusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Tidak bersedia menjadi responden

2. Remaja yang berada di luar kota

F. ESTIMASI BESAR SAMPEL

Menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus : n=N1+N(d)2

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = keterangan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (0.05) Jadi sampel dalam penelitian ini adalah


(32)

commit to user G. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel penelitian, definisi operasional dan pengukuran. No . Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil (Kategori) Skala 1. Variabel bebas yaitu tingkat pengetahu an remaja tentang kesehatan reproduksi Remaja mampu mengetahui dan memahami tentang kesehatan reproduksi yang meliputi pengertian, fungsi organ reproduksi, tahap perkembangan remaja, perubahan-perubahan pada remaja Kuesi oner

Baik : 76%-100%

Cukup : 56%-75%

Kurang : ≤56%

Ordinal 2. Variabel terikat yaitu perilaku seks pra nikah Reaksi terhadap hubungan seksual sebelum menikah yang diberikan oleh remaja setelah melihat, mendengar atau membaca dalam wujud suatu orientasi atau kecenderungan dalam bertindak yang meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi seks pra nikah, akibat seks pra nikah, dan cara menghindari seks pra nikah Kuesi oner Positif : T>mean T Negatif : T≤mean T Ordinal


(33)

commit to user H. INSTRUMENT

1. Instument Penelitian

a. Kuisioner untuk mengidentifikasi pengetahuan subjek penelitian tentang kesehatan reproduksi

Penilaian pengetahuan kesehatan reproduksi disusun dengan menggunakan dasar skala Guttman yaitu bentuk pernyataan tertutup dengan dua alternatif jawaban, kemudian responden diminta untuk memilih salah satu dari dua alternatif jawaban tersebut yaitu benar atau salah. Skor untuk pernyataan positif diberi nilai 1 untuk pilihan benar dan 0 untuk pilihan jawaban salah, untuk pernyataan negatif diberi nilai 0 untuk pilihan jawaban benar dan 1 untuk pilihan jawaban salah Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuisioner Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang kesehatan Reproduksi setelah dilakukan uji validitas

No Indikator Pernyataan Jumlah

Positif Negatif

1 Definisi 1,9,14,20 5,16,11 7 2 Fungsi organ reproduksi 6,12,17,24 2,21 6

3 Tahap perkembangan remaja

3,22 7,18,26 5 4 Perubahan yang terjadi

pada masa remaja

8,13,19, 25,27

4,10,15,23 9

JUMLAH 15 12 27

b. Kuisioner untuk mengidentifikasi sikap subjek penelitian tentang seks pra nikah setelah dilakukan uji validitas

Penilaian sikap seks pra nikah disusun dengan menggunakan dasar skala Likert yaitu bentuk pernyataan tertutup dengan empat


(34)

commit to user

alternatif jawaban kemudian responden diminta untuk memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju ( SS ), setuju (S), tidak setuju ( TS ) dan sangat tidak setuju ( STS ). Skor yang diberikan adalah 4,3,2,1 untuk pernyataan positif ( favorable ) dan 1,2,3,4 untuk pernyataan negatif ( unfavorable )

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pernyataan Kuisioner Sikap Seks Pra Nikah

No Indikator Pernyataan Jumlah

Positif Negatif 1 Faktor-faktor yang

mempengaruhi hubungan seksual

7,12,25 4,9,18,22 7

2 2

Akibat seks pra nikah 1,5,13 10,16,19, 23,24

8 3 Cara menghindari seks pra

nikah 3,8,11, 15,20 2,6,14, 17,21 10

JUMLAH 11 14 25

2. Cara pengukuran

Remaja didesa Glagah yang memenuhi kriteria retriksi di beri kuisioner, setelah diisi kuisioner diserahkan kembali ke peneliti untuk diolah dan dianalisa.

3. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas

Uji validitas menurut Hidayat (2007) menggunakan Pearson Product Moment dan diolah dengan program SPSS ( Statistical Package for Social Science ) versi 18.0. Setelah di lakukan uji validitas, soal-soal yang tidak valid akan dihapus apabila jumlah


(35)

commit to user

soal yang valid telah mewakili indikator soal. Apabila jumlah soal yang valid belum mewakili seluruh indikator maka soal yang valid akan di revisi atau diperbaiki dan akan dilakukan uji validitas ulang.

Setelah dilakukan uji validitas terhadap 32 soal kuisioner pengetahuan tentang kesehatan reproduksi ada 27 soal yang valid dan 5 soal yang tidak valid yaitu soal no 10,11,15,18 dan 19. Nilai yang diperoleh pada soal-soal tersebut adalah berkisar antara -0,090 sampai 0,172. Sedangkan uji validitas terhadap 32 soal kuisioner sikap seks pra nikah ada 25 soal yang valid dan 7 soal yang tidak valid yaitu soal no 1,5,6,11,21,27 dan 30. Nilai yang diperoleh pada soal-soal tersebut adalah berkisar antara -0,29 sampai 0,325. Oleh karena nilai asymp Sig>0,05 maka dinyatakan tidak valid. Pada kuisioner yang telah dibuat tetap memenuhi indikator soal meskipun ada soal yang dihapus sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas ulang.

b. Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach’s dan diolah dengan program SPSS versi 18.0. instrument penelitian mempunyai reliabilitas tinggi apabila r>0,6 ( Murti, 2008). Setelah dilakukan uji reliabilitas terhadap kuisioner pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan sikap seks pra nikah didapatkan hasil untuk kuisioner pengetahuan tenteng kesehatan


(36)

commit to user

reproduksi dengan nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0,888 dan untuk kuisioner sikap seks pra nikah dengan nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0,859. Karena Alpha Cronbach’s>0,6 maka kuisioner yang akan digunakan dalam penelitian telah memenuhi syarat reliabilitas.

I. Pengolahan Dan Analisis Data 1. Metode pengolahan data

a. Editing

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data atau setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengecekan untuk meneliti apakah semua item pertanyaan yang diajukan telah dijawab dengan lengkap.

b.Coding

1) Kode untuk pengetahuan Kode 1 : pengetahuan baik

Kode 2 : pengetahuan cukup Kode 3 : pengetahuan kurang 2) Kode untuk sikap Kode 1 : Sikap positif Kode 2 : Sikap negatif


(37)

commit to user c. Tabulating

Menghitung jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

d. entry

Memasukkan data ke dalam komputer dengan bantuan SPSS versi 18.0 untuk di analisis.

2. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan alat bantu menggunakan SPSS for Windows versi 18.0, dengan langkah-langkah analisa data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Analisis Univariat yaitu menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel.

b. Analisis Bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan kedua variabel. Melihat hubungan variabel bebas yaitu pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan skala ordinal sedangkan variabel terikat yaitu sikap seks pra nikah dengan skala ordinal. Analisis data dalam penelitian ini, menggunakan uji Kendal Tau.


(38)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah dilakukan pada bulan februari sampai Juli terhadap 36 responden. Responden yang digunakan adalah remaja usia 14-19 tahun di desa Glagah, Sragen.

Desa Glagah merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen. Batas wilayah Desa Glagah bagian timur : Desa Blimbing, Kecamatan Sambirejo, batas utara : Desa Ngarum, Kecamatan Ngrampal, batas barat : Desa Japol, Kecamatan Pelemdadung dan batas selatan : Desa Mantup, Kecamatan Kedawung.

Prosedur penelitian ini adalah responden mengisi kuisioner yang telah di sediakan dan ditunggui oleh peneliti. Kemudian dilakukan kunjungan rumah bagi responden yang tidak dijumpai pada acara karang taruna.

B. Karakteristik Responden


(39)

commit to user

Usia responden dibagi menjadi 2 golongan yaitu remaja madya usia 14-16 tahun dan remaja akhir usia 17-19 tahun. Adapun distribusi frekuensi terdapat dalam tabel 4.1 :

Tabel 4.1 Karakteristik Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Prosentase

1. 14-16 tahun 24 66,7%

2. 17-19 tahun 12 33,4%

Total 36 100%

Sumber : Data Primer 2012

Umur responden terbanyak pada umur 14-16 tahun sebanyak 24 responden (66,7%) dan paling sedikit pada golongan umur 17-19 tahun sebanyak 12 responden (33,4%).

2. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden di bagi menjadi 2 golongan yaitu laki-laki dan perempuan. Adapun distribusi frekuensi terdapat dalam tabel 4.2 :

Tabel 4.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

No Umur Jumlah Prosentase

1. Laki-laki 18 50%


(40)

commit to user

Total 36 100%

Sumber : Data Primer 2012

Jenis kelamin responden laki-laki sebanyak 18 responden (50%) dan perempuan sebanyak 18 responden (50%).

3. Karakteristik Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Kesehatan Reproduksi

Karakteristik mengenai Sumber Informasi Tentang Kesehtan Reproduksi dapat dilihat pada tabel 4.4 :

Tabel 4.4 Karakteristik Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Kesehatan Reproduksi

No Umur Jumlah Prosentase

1. Tenaga Kesehatan 2 5,6%

2. Orang Tua 6 16,7%

3. Teman 4 11,1%

4. Media massa

cetak/elektronik

22 61,1%

5. Guru 2 5,6%

Total 36 100%

Sumber : Data Primer 2012

Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi yang diperoleh responden paling banyak dari media massa cetak/elektronik sebanyak


(41)

commit to user

22 responden (61,1%) dan yang paling sedikit diperoleh dari tenaga kesehatan dan guru sebanyak 2 responden (5,6%).

C. Hasil Analisis Data

1. Analisis Univariat

a. Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Reproduksi

Karakteristik pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi terdapat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Reproduksi

No Pengetahuan Jumlah Prosentase

1. Baik 34 94,4 %

2. Cukup 2 5,6 %

3. Kurang 0 0 %

Total 36 100 %

Sumber : Data Primer 2012

Sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 34 responden (94,4 %) dan yang berpengetahuan cukup sebanyak 2 responden (5,6 %).


(42)

commit to user

Correla tions

1,000 ,267 *

. ,040

36 36

,267 * 1,000

,040 . 36 36 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Pengetahuan Sikap Kendall's tau_b Pengetahuan Sikap

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.

b. Sikap Responden Terhadap Seks Pra Nikah

Karakteristik pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi terdapat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Reproduksi

No Pengetahuan Jumlah Prosentase

1. Positif 16 44,4 %

2. Negatif 20 55,6 %

Total 36 100 %

c. Sumber : Data Primer 2012

Sebagian besar responden mempnyai sikap negatif terhadap seks pra nikah yaitu sebanyak 20 responden (55,6 %).

2. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah.


(43)

commit to user

Hasil uji Kendal Tau dengan tingkat kepercayaan 95% atau α= 0, 05 menunjukkan nilai ρ sebesar 0,040 <0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah.


(44)

commit to user BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini jumlah responden adalah sebanyak 36 remaja. Responden yang digunakan adalah remaja usia 14-19 tahun yang berdomisili di desa Glagah, Sragen. Kendala yang ditemui pada saat penelitian adalah responden banyak yang gaduh dan bertanya jawaban dengan responden yang lain. Solusinya peneliti memberikan kesempatan bertanya kepada responden yang kurang memahami pertanyaan yang diberikan. Ada responden yang tidak bisa hadir dalam pengambilan data maka peneliti melakukan kunjungan rumah bagi responden yang berhalangan hadir.

Dilihat dari umur sebagian besar responden berumur antara 14-16 tahun (66,7%) dan responden berumur 17-19 tahun (33,4%). Hal ini dikarenakan perilaku seksual pra nikah akan mulai terjadi jika seseorang sudah berusia 16 tahun atau seseorang yang mengalami masa pubertas lebih cepat. Menurut Smith dan Anderson (2009) munculnya dorongan seksual terjadi pada remaja pertengahan yaitu usia 14-16 tahun. Ciri khas remaja pertengahan yaitu para remaja mengalami pematangan fisik secara penuh, anak laki-laki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi. Menurut Fisher dan Hall menunjukkan bahwa remaja menengah dan remaja akhir cenderung lebih permisif dibandingkan remaja awal dimana pengaruh orang tua masih cukup besar. Menurut Reiss dan Miller mengungkapkan adanya suatu kecenderungan


(45)

commit to user

bahwa semakin meningkat usia seseorang maka tingkat perilaku seks pra nikah semakin meningkat (Puspitasari, 2009).

Berdasarkan jenis kelamin seorang pria cenderung lebih permisif terhadap perilaku seksual pra nikah dibandingkan wanita. Menurut Roche menemukan pria lebih mementingkan keintiman fisik tanpa memperhatikan keterlibatan emosional dalam hubungan heteroseksual. Sedangkan wanita lebih mementingkan kualitas hubungan sehingga pada wanita keterlibatan emosional mempengaruhi tingkat penerimaan keintiman fisik yang dilakukan pasangannya (Puspitasari, 2009).

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi didapat dari berbagai sumber yaitu dari tenaga kesehatan, orang tua, teman, media massa cetak/elektronik dan guru. Hasil penelitian ini remaja paling dominan memperoleh informasi dari media massa cetak/elektronik sebesar 61,1%. Hal ini dikarenakan terutama media elektronik atau internet menyediakan informasi secara bebas tanpa batas walaupun informasi ada yang positif dan negatif. Hal ini sesuai dengan penelitian Oktarina (2009), orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media massa. Pengetahuan masyarakat khususnya tentang kesehatan bisa didapat dari beberapa sumber antara lain media cetak, tulis, elektronik, pendidikan sekolah dan penyuluhan.

Selain dari media massa, orang tua juga berperan yaitu sebesar 16,7%. Hal ini dikarenakan orang tua menanamkan nilai-nilai yang mempengaruhi


(46)

commit to user

pengetahuan remaja. Jika orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak-anaknya, maka anak tersebut cenderung mengontrol perilaku seksnya karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah diberikan dari orang tua sendiri. Teman memberikan pengaruh penting yaitu sebesar 11,1% karena pada saat menginjak usia remaja biasanya lebih merasa nyaman jika bersama teman-temannya. Maka remaja mempunyai kecenderungan untuk memperoleh informasi dari temannya tanpa memiliki dasar informasi yang lebih dapat dipercaya. Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi juga didapat dari tenaga kesehatan dan guru (5,6%). Hal ini dikarenakan remaja sudah mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan dan pada umumnya remaja juga sudah mendapat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sejak duduk di bangku kelas VIII.

Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja desa Glagah menunjukan bahwa responden berpengetahuan baik (94,4%) dan berpengetahuan cukup (5,6%), berarti responden mengetahui dan memahami dengan baik mulai dari pengertian kesehatan reproduksi, fungsi organ reproduksi, tahap-tahap perkembangan remaja dan perubahan yang terjadi pada masa remaja. Sesuai dengan teori Nursalam (2008), yaitu remaja mampu menjawab dengan benar (76-100%) dari semua pertanyaan. Hasil penelitian terebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmasih (2009) dengan hasil pengetahuan baik mencapai 82,5%.

Sikap seks pra nikah pada remaja desa Glagah yaitu sebanyak 20 remaja (55,6 %) menunjukkan sikap negatif dan 16 remaja (44,4%) menunjukkan sikap


(47)

commit to user

positif. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Sedangkan sikap positif responden ( kecenderungan untuk mendekati seks pra nikah). Perbedaan remaja dalam bersikap terhadap seks pra nikah dipengaruhi salah satunya oleh media massa (61,1%).

Dari analisis data yang dilakukan dengan uji Kendal Tau didapatkan nilai signifikasi 0,040<0,05 berarti ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pranikah. Berdasarkan data penelitian ditemukan hasil bahwa responden dengan pengetahuan baik berjumlah 34 responden (94,4%) yang mempunyai sikap negatif terhadap seks pra nikah sebanyak 18 responden (52,9%) dan yang mempunyai sikap positif terhadap seks pra nikah sebanyak 16 responden (44,4%). Responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 2 responden (5,56%) mempunyai sikap negatif terhadap seks pra nikah. Perbedaan remaja dalam bersikap terhadap seks pra nikah dipengaruhi salah satunya oleh media massa (61,1%). Pendapat Azwar (2009) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan/ agama dan faktor emosi dalam diri individu.

Menurut Walgito (2003) sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorangnya. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan.


(48)

commit to user

Penelitian Suryoputro (2006) dengan judul ”Faktor-faktor yang mempengaruhi seksual remaja di Jawa Tengah: implikasinya terhadap kebijakan dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi”, hasilnya masing-masing variabel pengetahuan, pemahaman tingkat agama, sumber informasi, dan peran kelurga mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja yaitu sebesar (91%). Sedangkan sebesar (9%) dipengaruhi oleh faktor yang lain. Jika tidak ada dukungan pengetahuan, pemahaman tingkat agama, sumber informasi, dan peran keluarga maka perilaku seks pranikah akan meningkat sebesar 10 kali lipat untuk melakukan seks pranikah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja adalah teman sebaya, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, status perkawinan, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu (Suryoputro, 2006).

Keterbatasan pada penelitian ini adalah keterbatasan waktu yang singkat sehingga sampel yang digunakan kecil.


(49)

commit to user BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di desa Glagah yaitu remaja mempunyai pengetahuan baik sebanyak 94,4%dan pengetahuan cukup sebanyak 5,6%.

2. Sikap seks pranikah remaja menunjukkan 55,6 % termasuk dalam kategori sikap negatif (kecenderungan untuk menghindari seksual pranikah) dan 44,4 % mempunyai sikap positif (kecenderungan untuk mendekati seksual pranikah).

3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah dengan nilai ρ sebesar 0,040.

B. Saran

1. Bagi Remaja

Diharapkan remaja dapat memilih informasi yang akurat agar menghindari seks pra nikah sehingga dampak yang diakibatkan oleh seks pra nikah tidak terjadi.


(50)

commit to user

2. Bagi Tenaga Kesehatan bekerjasama dengan instansi terkait

Diharapkan agar tenaga kesehatan lebih meningkatkan dalam memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi kaitannya dengan pembentukan sikap seks pra nikah remaja melalui program-program yang ada di desa tersebut.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambah variabel penelitian atau menggunakan desain penelitian pre eksperimental.


(1)

commit to user

bahwa semakin meningkat usia seseorang maka tingkat perilaku seks pra nikah semakin meningkat (Puspitasari, 2009).

Berdasarkan jenis kelamin seorang pria cenderung lebih permisif terhadap perilaku seksual pra nikah dibandingkan wanita. Menurut Roche menemukan pria lebih mementingkan keintiman fisik tanpa memperhatikan keterlibatan

emosional dalam hubungan heteroseksual. Sedangkan wanita lebih

mementingkan kualitas hubungan sehingga pada wanita keterlibatan emosional mempengaruhi tingkat penerimaan keintiman fisik yang dilakukan pasangannya (Puspitasari, 2009).

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi didapat dari berbagai sumber yaitu dari tenaga kesehatan, orang tua, teman, media massa cetak/elektronik dan guru. Hasil penelitian ini remaja paling dominan memperoleh informasi dari media massa cetak/elektronik sebesar 61,1%. Hal ini dikarenakan terutama media elektronik atau internet menyediakan informasi secara bebas tanpa batas walaupun informasi ada yang positif dan negatif. Hal ini sesuai dengan penelitian Oktarina (2009), orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media massa. Pengetahuan masyarakat khususnya tentang kesehatan bisa didapat dari beberapa sumber antara lain media cetak, tulis, elektronik, pendidikan sekolah dan penyuluhan.

Selain dari media massa, orang tua juga berperan yaitu sebesar 16,7%. Hal ini dikarenakan orang tua menanamkan nilai-nilai yang mempengaruhi


(2)

commit to user

pengetahuan remaja. Jika orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak-anaknya, maka anak tersebut cenderung mengontrol perilaku seksnya karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah diberikan dari orang tua sendiri. Teman memberikan pengaruh penting yaitu sebesar 11,1% karena pada saat menginjak usia remaja biasanya lebih merasa nyaman jika bersama teman-temannya. Maka remaja mempunyai kecenderungan untuk memperoleh informasi dari temannya tanpa memiliki dasar informasi yang lebih dapat dipercaya. Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi juga didapat dari tenaga kesehatan dan guru (5,6%). Hal ini dikarenakan remaja sudah mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan dan pada umumnya remaja juga sudah mendapat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sejak duduk di bangku kelas VIII.

Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja desa Glagah menunjukan bahwa responden berpengetahuan baik (94,4%) dan berpengetahuan cukup (5,6%), berarti responden mengetahui dan memahami dengan baik mulai dari pengertian kesehatan reproduksi, fungsi organ reproduksi, tahap-tahap perkembangan remaja dan perubahan yang terjadi pada masa remaja. Sesuai dengan teori Nursalam (2008), yaitu remaja mampu menjawab dengan benar (76-100%) dari semua pertanyaan. Hasil penelitian terebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmasih (2009) dengan hasil pengetahuan baik mencapai 82,5%.

Sikap seks pra nikah pada remaja desa Glagah yaitu sebanyak 20 remaja (55,6 %) menunjukkan sikap negatif dan 16 remaja (44,4%) menunjukkan sikap


(3)

commit to user

positif. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Sedangkan sikap positif responden ( kecenderungan untuk mendekati seks pra nikah). Perbedaan remaja dalam bersikap terhadap seks pra nikah dipengaruhi salah satunya oleh media massa (61,1%).

Dari analisis data yang dilakukan dengan uji Kendal Tau didapatkan nilai signifikasi 0,040<0,05 berarti ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pranikah. Berdasarkan data penelitian ditemukan hasil bahwa responden dengan pengetahuan baik berjumlah 34 responden (94,4%) yang mempunyai sikap negatif terhadap seks pra nikah sebanyak 18 responden (52,9%) dan yang mempunyai sikap positif terhadap seks pra nikah sebanyak 16 responden (44,4%). Responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 2 responden (5,56%) mempunyai sikap negatif terhadap seks pra nikah. Perbedaan remaja dalam bersikap terhadap seks pra nikah dipengaruhi salah satunya oleh media massa (61,1%). Pendapat Azwar (2009) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan/ agama dan faktor emosi dalam diri individu.

Menurut Walgito (2003) sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorangnya. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan.


(4)

Penelitian Suryoputro (2006) dengan judul ”Faktor-faktor yang mempengaruhi seksual remaja di Jawa Tengah: implikasinya terhadap kebijakan dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi”, hasilnya masing-masing variabel pengetahuan, pemahaman tingkat agama, sumber informasi, dan peran kelurga mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja yaitu sebesar (91%). Sedangkan sebesar (9%) dipengaruhi oleh faktor yang lain. Jika tidak ada dukungan pengetahuan, pemahaman tingkat agama, sumber informasi, dan peran keluarga maka perilaku seks pranikah akan meningkat sebesar 10 kali lipat untuk melakukan seks pranikah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja adalah teman sebaya, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, status perkawinan, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu (Suryoputro, 2006).

Keterbatasan pada penelitian ini adalah keterbatasan waktu yang singkat sehingga sampel yang digunakan kecil.


(5)

commit to user BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di desa Glagah yaitu remaja mempunyai pengetahuan baik sebanyak 94,4%dan pengetahuan cukup sebanyak 5,6%.

2. Sikap seks pranikah remaja menunjukkan 55,6 % termasuk dalam kategori sikap negatif (kecenderungan untuk menghindari seksual pranikah) dan 44,4 % mempunyai sikap positif (kecenderungan untuk mendekati seksual pranikah).

3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah dengan nilai ρ sebesar 0,040.

B. Saran

1. Bagi Remaja

Diharapkan remaja dapat memilih informasi yang akurat agar menghindari seks pra nikah sehingga dampak yang diakibatkan oleh seks pra nikah tidak terjadi.


(6)

2. Bagi Tenaga Kesehatan bekerjasama dengan instansi terkait

Diharapkan agar tenaga kesehatan lebih meningkatkan dalam memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi kaitannya dengan pembentukan sikap seks pra nikah remaja melalui program-program yang ada di desa tersebut.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambah variabel penelitian atau menggunakan desain penelitian pre eksperimental.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN LINGKUNGAN PERGAULAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJA

2 9 93

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja Di Kelurahan Danguran Kabupaten Klaten.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja Di Kelurahan Danguran Kabupaten Klaten.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRA-NIKAH DI YAYASAN PERGURUAN TELADAN BINJAI.

0 1 11

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SIKAP TENTANG SEKS PRA NIKAH DI MADRASAH ALIYAH NEGERI KARANGANYAR.

0 0 17

Hubungan Antara Perilaku Seks Pra Nikah dengan Kecemasan Hamil Pra Nikah pada Remaja

0 0 17

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP SEKS PRANIKAH

0 0 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PRA NIKAH PADA SISWA KELAS XI SMA N I SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2009 NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKA

0 1 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKS SEBELUM NIKAH PADA REMAJA DI SMK MUHAMADIYAH I TURI

0 0 10

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG SEKS PRA NIKAH PADA REMAJA DUSUN BEMBEM JETIS BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG SEKS PRA NIK

0 0 14