PENGARUH PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAANTERHADAP PERILAKU KREATIF EKONOMI.

(1)

Sikap, dan Motivasi Kewirausahaan terhadap Perilaku Kreatif

Ekonomi pada Mahasiswa di Yogyakarta)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar

Doktor Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh:

VICTOR NOVIANTO

1008900

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

(3)

Motivasi Kewirausahaan terhadap Perilaku Kreatif Ekonomi pada

Mahasiswa di Yogyakarta)

Oleh:

VICTOR NOVIANTO

1008900

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Doktor

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Victor Novianto 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

April 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(4)

Victor Novianto, 2014

ABSTRACT

Victor Novianto, NIM 1008900, The Effect of Entrepreneurship Learning on Creative Economy Behavior, advised by Prof. Dr. H. Disman, M.Si., Prof. Dr. Hj. Tjuju Yuniarsih, M.Pd., dan Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.P.

This aim of the study is to answer whether creative economic behaviour among university students are effected by entrepreneurship learning style, entrepreneurship knowledge, and entrepreneurship attitude and entrepreneurship motivation. Although entrepreneurship is a compulsory subject for university students, the levels of creative economic behaviour and entrepreneurship are still low empirically.

The method used in this study was survey. Data were collected through questionnaire among 399 respondents from 5 (five) state and private universities across Special Province of Yogyakarta. Samples were decided through “cluster random sampling method”. Data analysis was held by using Structural Equation Modelling (SEM) which includes confirmatory factor analysis and path analysis. The results showed that four variables; entrepreneurship learning style, entrepreneurship knowledge, entrepreneurship attitude, and entrepreneurship motivation significantly affected students creative economy behavior. Furthermore, learning style and entrepreneurship attitude variables significantly affected entrepreneurship motivation, on the contrary the variables of entrepreneurship knowledge did not. Other findings from this research were intelligence level and student knowledge did not affect entrepreneurship motivation. The study recommends the entrepreneurial learning not only promote transfer of knowledge, tetapi juga transfer of skill dan transfer of values.

Keywords: entrepreneurship, student learning style, motivation, attitude, knowledge, creative economy behavior.


(5)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi

ABSTRAK

Victor Novianto, NIM 1008900, Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan terhadap Perilaku Kreatif Ekonomi, dibawah bimbingan Prof. Dr. H. Disman, M.Si., Prof. Dr. Hj. Tjuju Yuniarsih, M.Pd., dan Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar gaya belajar kewirausahaan, pengaruh pengetahuan kewirausahaan, sikap kewirausahaan, dan motivasi kewirausahaan terhadap perilaku kreatif ekonomi mahasiswa. Secara empirik tingkat perilaku kreatif ekonomi dan motivasi kewirausahaan mahasiswa masih rendah, padahal mata kuliah kewirausahaan di perguruan tinggi menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa.

Metode survey digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui angket yang tersebar di 5 (lima) perguruan tinggi negeri dan swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan

cluster random sampling. Data yang terkumpul dianalisis melalui Structural Equation Modelling (SEM) yang meliputi analisis faktor konfirmatori dan analisa

jalur.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa empat varibel yaitu, gaya belajar kewirausahaan, pengetahuan kewirausahaan, sikap kewirausahaan, dan motivasi kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap perilaku kreatif ekonomi mahasiswa. Meskipun gaya belajar dan sikap kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kewirausahaan, namun variable pengetahuan kewirausahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kewirausahaan. Temuan dari penelitian ini bahwa motivasi kewirausahaan tidak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan dan pengetahuan mahasiswa. Penelitian ini merekomendasikan dalam pembelajaran kewirausahaan tidak hanya mengedepankan transfer of

knowledge, tetapi juga transfer of skill dan transfer of values.

Keyword: kewirausahaan, gaya belajar, motivasi, sikap, pengetahuan, perilaku kreatif ekonomi.


(6)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 13

C. Rumusan Masalah ... 14

D. Tujuan Penelitian ... 15

E. Manfaat Penelitian ... 17

F. Struktur Organisasi Penulisan ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 20

A. Kajian Pustaka ... 20

1. Pembelajaran Kewirausahaan ... 20

2. Gaya Belajar ... 22

3. Pengetahuan Kewirausahaan ... 34

4. Sikap Kewirausahaan ... 41

5. Motivasi Kewirausahaan ... 44

6. Perilaku Kreatif Ekonomi ... 52


(7)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Hipotesis Penelitian ... 76

BAB III METODE PENELITIAN ... 78

A. Metode Penelitian ... 78

B. Subjek Penelitian: Lokasis, Populasi dan Tekhnik Pengambilan Sampel ... 78

1. Lokasi Penelitian ... 78

2. Populasi Penelitian ... 80

3. Teknik Sampling ... 81

C. Definisi Konseptual dan Operasionalisasi Variabel ... 84

D. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 95

1. Validitas Instrumen ... 95

2. Pengujian Reliabilits Alat Ukur Penelitian ... 96

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 97

F. Teknik Analisis Data ... 97

1. Pengembangan Model Teoritis ... 100

2. Penyusunan Diagram Jalur (Path Diagram) ... 101

3. Konversi Diagram Jalur ke dala Persamaan ... 101

4. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model ... 101

5. Evaluasi Kriteria Goodness-of-fit ... 102

a. χ2 – Uji Chi Square Statistic ... 102

b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation) ... 102

c. GFI (Goodness of FIT Index) ... 103

d. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index) ... 103

e. CMIN/DF ... 103

f. CFI (Comparative Fit Index) ... 104

6. Interpretasi dan Modifikasi Model ... 104

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 105

A. Hasil Penelitian ... 105

1. Deskripsi Variabel Penelitian ... 105

a. Variabel Gaya Belajar Kewirausahaan ... 105

b. Variabel Pengetahuan Kewirausahaan ... 106

c. Variabel Sikap Kewirausahaan ... 108

d. Variabel Motivasi Kewirausahaan ... 109

e. Variabel Perilaku Kreatif Ekonomi ... 111


(8)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Pengujian model pengukuran (Measurement Model) dan membangun

diagram jalur ... 115

1) Model Gaya Belajar Kewirausahaan ... 115

2) Model Pengetahuan Kewirausahaan ... 118

3) Model Sikap Kewirausahaan ... 126

4) Model Motivasi Kewirausahaan ... 128

5) Model Perilaku Kreatif Ekonomi ... 129

c. Memilih Matrik Input Dan Mendapatkan Model Estimasi ... 131

d. Uji Normalitas Data ... 132

e. Evaluasi Outlier Data ... 132

f. Evaluasi Multikolinieritas dan Singularitas ... 133

3. Uji Model Struktural ... 133

B. Analisis Atas Pengaruh Langsung (Direct Effect), Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect), dan Pengaruh Total (Total Effect) ... 139

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 142

1. Hipotesis 1, pengaruh signifikan gaya belajar terhadap pengetahuan kewirausahaan mahasiswa ... 142

2. Hipotesis 2, pengaruh signifikan gaya belajar dan pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa ... 143

3. Hipotesis 3, pengaruh signifikan gaya belajar, pengetahuan, dan sikap kewirausahaan terhadap motivasi kewirausahaan mahasiswa ... 143

4. Hipotesis 4, pengaruh signifikan gaya belajar, pengetahuan, sikap, dan motivasi kewirausahaan terhadap perilaku kreatif mahasiswa ... 149

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 152

1. Pengaruh Gaya Belajar, Pengetahuan Kewirausahaan, Sikap Kewirausahaan terhadap motivasi Kewirausahaan Mahasiswa .... 155

2. Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Sikap Kewirausahaan terhadap Motivasi Kewirausahaan ... 157

3. Pengaruh Gaya Belajar, Pengetahuan Kewirausahaan, Sikap Kewirausahaan, dan Motivasi Kewirausahaan terhadap Perilaku Kreatif Ekonomi ... 160

E. Hasil Temuan Penelitian dan Implikasi ... 165

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 170

A. Simpulan ... 170

B. Rekomendasi ... 171


(9)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA


(10)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel

3.1. Jumlah Perguruan tinggi di Wilayah Provinsi DIY Tahun 2010 ... 79

3.2. Komposisi Responden Berdasarkan Asal Universitas ... 83

3.3. Hasil Seleksi Data ... 84

3.4. Hasil Penjabaran Variabel dan Indikator ... 87

3.5. Hasil uji Reliabilitas Instrumen Variabel Gaya Belajar ... 96

3.6. Hasil uji Reliabilitas Instrumen Variabel Sikap Kewirausahaan ... 96

3.7. Hasil uji Reliabilitas Instrumen Variabel Motivasi Kewirausahaan ... 96

3.8. Hasil uji Reliabilitas Instrumen Variabel Perilaku Kreatif Ekonomi ... 97

3.9. Kriteria Uji Kesesuaian Model Goodness of Fit ... 104

4.1. Kategori Gaya Belajar Kewirausahaan Mahasiswa ... 106

4.2. Kategori Pengetahuan Kewirausahaan Mahasiswa ... 107

4.3. Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Instrumen Variabel Pengetahuan Mahasiswa ... 107

4.4 Kategori Skala Sikap Kewirausahaan Mahasiswa ... 108

4.5. Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Instrumen Variabel Sikap Mahasiswa ... 109

4.6. Karakteristik Variabel Motivasi Kewirausahaan ... 110

4.7. Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Instrumen Variabel Motivasi Mahasiswa ... 110

4.8. Karakteristik Variabel Perilaku Kreatif Ekonomi ... 111

4.9. Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Instrumen Variabel Perilaku Kreatif Ekonomi ... 112

4.10. Standardized Regression Weights Estimasi Nilai Loading faktor Konstruk Gaya Belajar Kewirausahaan ... 116

4.11. Indeks Goodness of Fit Variabel Gaya Belajar Kewirausahaan ... 117

4.12. Standardized Regression Weights Estimasi Nilai Loading faktor Konstruk Pengetahuan Kewirausahaan Mahasiswa ... 119

4.13. Standardized Regression Weights Estimasi Nilai Loading faktor Konstruk Pengetahuan Kewirausahaan Mahasiswa ... 120

4.14. Indeks Goodness of Fit Variabel Pengetahuan Kewirausahaan ... 120 4.15. Standardized Regression Weights Estimasi Nilai Loading faktor


(11)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.16. Indeks Goodness of Fit Variabel Sikap Kewirausahaan ... 122

4.17. Standardized Regression Weights Estimasi Nilai Loading faktor Konstruk Motivasi Kewirausahaan Mahasiswa ... 123

4.18. Indeks Goodness of Fit Variabel Motivasi Kewirausahaan ... 125

4.19. Standardized Regression Weights Estimasi Nilai Loading faktor Konstruk Perilaku Kreatif Ekonomi Mahasiswa ... 125

4.20. Indeks Goodness of Fit Variabel Perilaku Kreatif Ekonomi ... 125

4.21. Hasil Uji full model ... 130

4.22. Hasil Uji Model SEM ... 131

4.23. Hasil Perhitungan Variance Extracted, Construct Realiabilty, Discriminant Validity ... 132

4.24. Korelasi Antar Konstruk dan Akar Kuadrat AVE ... 133

4.25. Hasil Perhitungan Pengaruh Langsung ... 134

4.26. Hasil Perhitungan Pengaruh Tidak Langsung ... 135

4.27 Hasil Perhitungan Pengaruh Total ... 136

4.28. Output Hasil Pengujian Hipotesis ... 137


(12)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar

1.1. Hubungan Hubungan antara Global Entrepreneurship Index

dengan Global Creativity Index ... 3

2.1. Hierarki kebutuhan Abraham Maslow ... 49

3.1. Model Hubungan antar Variabel ... 86

4.1. Model Pengukuran Variabel Gaya Belajar Kewirausahaan ... 116

4.2. Model Pengukuran Variabel Pengetahuan Kewirausahaan ... 118

4.3. Model Revisi Pengukuran Variabel Pengetahuan Kewirausahaan ... 119

4.4. Model Pengukuran Variabel Sikap Kewirausahaan ... 121

4.5. Model Pengukuran Variabel Motivasi Kewirausahaan ... 123

4.6. Model Pengukuran Variabel Perilaku Kreatif Ekonomi ... 125

4.7. Uji Full Model dengan AMOS 20.0 ... 129

4.8. Model SEM Hasil Revisi ... 130


(13)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran

1. Surat Keputusan Direktur Sekolah Pascasarana Universitas Pendidikan Indonesia

tentang Pembimbing Penulisan Disertasi ... 187

2. Surat Keterangan Validasi ... 189

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Masing-Masing Variabel ... 194

4. Instrumen Penelitian ... 218

5. Tabulasi Data ... 220

6. Data Awal ... 248

7. Uji Normalitas ... 260

8. Mahalanobi Distance ... 261

9. Uji Model Fit ... 263

10.Surat Ijin Penelitian dan Observasi Lapangan ... 272

11.Ijin Survei dan Penelitian Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat ... 275


(14)

Victor Novianto, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Selama berabad-abad, karateristik perkembangan ekonomi global berubah-ubah dan dinamis. Hal ini tidak terlepas dari berkembangnya kemampuan manusia dengan melibatkan segala tingkah lakunya dalam usaha memenuhi kebutuhan dasar terutama berkaitan dengan masalah ekonomi. Perkembangan kemampuan tersebut terutama berkaitan dengan cara pandang, pola hidup dan pola berpikir terutama berkurangnya kekuatiran terhadap kelangkaan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas dengan berkembangnya teknologi yang berdasarkan kekuatan intelektual. Perkembangan orientasi ini yang menjadikan bergesernya era perekonomian, diawali dengan era pertanian kemudian berkembang menjadi era industri dan dilanjutkan era informasi, serta saat ini mulai berkembang menuju era baru yaitu era ekonomi kreatif. Soesilo Bambang Yudhoyono, mantan presiden Republik Indonesia saat membuka Pekan Produk Budaya Indonesia 2007 mencermati era yang berkembang saat ini dengan menyatakan bahwa, “...we now must look at the creative and culture industry as the way to our economic future” (www.pelita.or.id, 11 Juli 2007). Seiring dengan majunya tingkat pendidikan dan kesehatan di berbagai negara di dunia berkembang era baru berbasis industri kreatif dan budaya sehingga taraf hidup manusia semakin meningkat dan menciptakan paradigma baru.

Paradigma baru ini secara mikro maupun makro menjelaskan bahwa kegiatan ekonomi perlu dikembangkan berbasis budaya, teknologi, sosial dan ilmu pengetahuan. Dikatakan oleh Saputra (2010:30) bahwa daya saing suatu negara tidak lagi mutlak ditentukan oleh kekayaan sumber daya alam tetapi mengarah kepada kemampuan mengelola ilmu pengetahuan dan menciptakan nilai tambah terhadap perekonomian. Kreativitas diakui memiliki kontribusi penting terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, sosial dan teknologi sebagaimana teori respon and challenge dari Toynbee (1934: 432) bahwa


(15)

kreativitas merupakan salah satu faktor kognitif yang dilihat sebagai salah satu dari lima kekuatan yang mampu mempertahankan suatu peradaban. Salah satunya adalah kemampuan kreativitas untuk memformulasikan suatu ide baru dan diaplikasikan sehingga menghasilkan satu bentuk produksi barang maupun jasa yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Paradigma baru dalam pengembangan ekonomi, dilakukan dengan mengembangkan kegiatan ekonomi melalui aspek budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial. Kreativitas merupakan inti dari paradigma di era industri kreatif. Kreativitas yang dimaksud adalah kreativitas yang digunakan untuk memformulasikan suatu ide baru dan diaplikasikan untuk menghasilkan satu bentuk produksi barang maupun jasa sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Kontribusi wirausaha dalam industri kreatif sebagai inti dari ekonomi kreatif ditunjukkan dengan data di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Eropa, Asia dan Indonesia dengan nilai kontribusi terhadap pemasukan negara yang mencapai jutaan dolar. Pernyataan Howkins (2001:4) dalam bukunya “The Creative

Economy” menegaskan bahwa kehadiran gelombang ekonomi kreatif pada tahun

1997 dari ekspor karya hak cipta Amerika Serikat menghasilkan penjualan sebesar US$ 414 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat. Laporan UNDP mengenai Creative Economy (2008:115) menunjukkan perkembangan yang luar biasa dari industri ini, bahwa pada tahun 2005 saja ekonomi kreatif mampu menghasilkan 424,4 Juta Dolar di seluruh dunia dan meningkat terus sebesar 3,4% per tahun.

Di Indonesia, studi yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan (Depdag) Republik Indonesia pada tahun (2007:8) menyimpulkan bahwa,

“Kemampuan penyerapan tenaga kerja di industri kreatif mencapai 5,4 juta pekerja dengan angka partisipasi 5,8% dari total angkatan kerja nasional sehingga memberikan sumbangan 6,3% terhadap GDP Indonesia. Ekspor di bidang industri pada sektor ini mencapai Rp 81,4 triliun atau menyumbang lebih dari 9% dari nilai total ekspor nasional.”

Pemetaan Industri Kreatif Depdag (2007:8) menyatakan bahwa sumbangan terbesar dari industri ini berasal dari kelompok fashion, kerajinan, periklanan dan


(16)

design dengan rata-rata nilai PDB kelompok pada kurun 2002-2006 secara

berturut-turut adalah Rp 46 trilyun, Rp 29 triliun, Rp 7 triliun, dan Rp 7 triliun. Dalam studi industri kreatif Depdag (2008:23) dijelaskan bahwa industri kreatif perlu dikembangkan karena selain memberikan kontribusi dari sudut pandang ekonomis namun juga mampu memberikan dampak positif seperti peningkatan citra dan identitas bangsa, menumbuhkan inovasi serta kreativitas, mampu memberdayakan sumber daya terbarukan dan dampak sosial yang positif. Jadi industri kreatif memiliki kontribusi positif terhadap peningkatan lapangan usaha, peningkatan taraf pendapatan, membangun budaya serta nilai lokal dan berpengaruh terhadap kehidupan sosial seperti kualitas hidup masyarakat. Namun, berdasarkan laporan Penelitian yang dilakukan Martin Prosperity Institute (2011: 20-35) tentang Global Creativity Index menunjukkan Indonesia masih berada pada urutan 76 dari 90 negara yang diteliti. Bagan di bawah ini menunjukkan posisi Indonesia pada indeks Global Entrepreneurship dengan Global Creativity;

Bagan 1.1. Hubungan antara Global Entrepreneurship Index dengan Global


(17)

Pendidikan menjadi faktor yang penting dalam mengembangkan industri kreatif. Hal ini dapat dicermati dalam Knowledge Economy Index (KEI) yang menjadikan pendidikan (education) sebagai salah satu dari empat indikator penilaian yang digunakan (Saputra, 2010:27). Dalam studi yang dilakukan Bank Dunia (2009), menjelaskan bahwa belum adanya blue print yang dibuat oleh pemerintah membuat Asia Tenggara terutama Indonesia cukup tertinggal. Ketertinggalan tersebut dibuktikan dengan posisi Indonesia dalam KEI berada di peringkat 103 dari 140 negara yang dinilai. Rendahnya kreativitas ekonomi di Indonesia menurut Saputra (2010:30), karena masih rendahnya pengembangan terhadap ilmu pengetahuan khususnya pendidikan.

Berkembangnya industri ini tentu saja berdampak terhadap perubahan sosial. Cepatnya perubahan sosial yang terjadi di masyarakat menuntut peran pendidikan lebih intensif agar dapat mempengaruhi pola perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan menurut Wahyudin (2008:19) perlu menekankan pengembangan kemampuan antara lain:

1. Kemampuan untuk mendekati permasalahan secara global dengan kemampuan multidisipliner;

2. Kemampuan untuk menyeleksi arus informasi yang sedemikian deras, untuk kemudian dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari:

3. Kemampuan untuk menghubungkan peristiwa satu dengan lain secara kreatif;

4. Meningkatkan kemandirian anak-anak karena tingkat ekonomi kehidupan pribadi dan keluarga semakin tinggi.

Kemampuan mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi sehingga menjadikan tantangan sebagai peluang merupakan kebutuhan mutlak bagi munculnya sikap kreatif. Hal ini dikarenakan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia modern begitu cepat terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga tidak mudah meramalkan pengetahuan seperti apa yang dibutuhkan anak didik di masa yang akan datang. Salah satu perilaku yang dikembangkan di dunia pendidikan adalah kemampuan menghadapi persoalan-persoalan secara kreatif dan inventif (Munandar, 2009). Hal ini sesuai dengan pendapat Sternberg (2008) menyatakan bahwa kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara intelegensi, gaya kognitif, dan motivasi. Namun sayangnya pendidikan di


(18)

Indonesia terutama di perguruan tinggi belum mengembangkan hal tersebut, sebagaimana yang dicermati Guilford (1950) bahwa:

“keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi

kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka

tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara baru” (Munandar, 2009:7)

Kewirausahaan merupakan salah satu faktor penting untuk mewujudkan industri kreatif (Depdag, 2008:63). Industri kreatif membutuhkan individu-individu yang visioner, berani menerima tantangan, mampu melihat peluang dan berani mengambil resiko serta mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat sebagaimana inti dari pembelajaran kewirausahaan.

Di perguruan tinggi sudah dikenalkan pembelajaran kewirausaahaan sebagai perwujudan keluarnya kepres tahun 1997 mengenai kewirausahaan, bahkan dalam undang-undang nomer 12 tahun 2012 pasal 35 ayat 3 disebutkan secara jelas bahwa mata kuliah kewirausahaan termasuk sebagai mata kuliah wajib (bagian dari mata kuliah dasar umum) bagi pendidikan sarjana dan diploma. Tujuan pembelajaran kewirausahaan di perguruan tinggi menurut departemen pendidikan direktorat perguruan tinggi adalah sebagai berikut,

1. meningkatkan pemahaman dan penjiwaan kewirausahaan dikalangan mahasiswa agar mampu menjadi wirausahawan yang berwawasan jauh ke depan dan luas berbasis ilmu yang diperolehnya,

2. Dapat mengenal pola berpikir wirausaha serta meningkatkan pemahaman manajemen (organisasi, produksi, keuangan dan pemasaran), dan

3. Memperkenalkan cara melakukan akses informasi dan pasar serta teknologi, cara pembentukan kemiteraan usaha, strategi dan etika bisnis, serta pembuatan rencana bisnis atau studi kelayakan yang diperlukan mahasiswa agar lebih siap dalam pengelolaan usaha yang sedang akan dilaksanakan. (dikti, 2006:224)

Meskipun studi Depdag (2008:21) mengungkapkan masih banyak lulusan perguruan tinggi dengan IPK tinggi ternyata tidak berprestasi di dunia kerja karena orientasi kurikulum belum berorientasi kepada kreativitas, dan terbentuknya jiwa kewirausahaan. Akibatnya sesuai dengan kajian kemenkop UMKM (Januari, 2012) jumlah wirausahawan baru masih sebesar 1,56% hal ini


(19)

jauh tertinggal dibandingkan Singapura yang sudah mencapai 7% atau Malaysia yang sudah mencapai 5% dari total jumlah penduduk di negaranya.

Studi Handriani (2011:83) menguatkan pernyataan belum optimalnya hasil dari pembelajaran kewirausahaan di perguruan tinggi. Berdasarkan penelitiannya lebih dari 50% lulusan perguruan tinggi mengalami masa tunggu mendapatkan pekerjaan di atas tujuh bulan. Kebanyakan alumni berorientasi mencari pekerjaan (job seekers) terutama sebagai pegawai negeri dan pegawai swasta, bukan sebagai pencipta lapangan pekerjaan (job creators). Studi Sri Sumardiningsih et.all (2013:70) menunjukkan bahwa kreativitas mahasiswa terutama dalam bidang ekonomi masih rendah, sehingga mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam hal mencari peluang usaha. Jadi kemampuan alumni perguruan tinggi dalam membuat usaha yang mampu menyerap tenaga kerja masih rendah, hal ini tidak terlepas dari rendahnya kemauan berwirausaha.

Terbentuknya pengetahuan, sikap dan motivasi kewirausahaan dianggap penting mengingat World Economic Forum sebagai suatu lembaga nirlaba yang didirikan 1000 perusahaan atas dunia sudah mengingatkan bahwa kewirausahaan adalah penggerak yang sangat penting bagi kemajuan perekonomian dan sosial suatu negara. Tumbuhnya usaha kecil dan menengah sampai perusahaan yang besar tidak terlepas dari adanya peran kewirausahaan sebagai sumber pertumbuhan inovasi, produktivitas dan peluang pekerjaan.

Apabila mahasiwa hendak dibangun perilaku kreatif ekonominya maka perlu dimulai dari pembelajaran serta motivasi kewirausahaan yang dimiliki, sebagaimana bunyi hukum efek Thordike bahwa individu akan mencari kenikmatan dan menghindari kesengsaraan, dalam konteks ekonomi seseorang akan meningkatkan keuntungan dan meminimalkan kerugian (Pervin, 1975:378).

Kewirausahan saat ini sudah dikenalkan sebagai ilmu yang dapat dipelajari baik di sekolah atau masyarakat. Output dari pembelajaran kewirausahaan sendiri adalah individu yang tidak saja siap kerja tapi juga mampu membuka usaha. Sayangnya pemahaman wirausaha masih dipahami sekedar menjual dan memproduksi. Padahal banyak hal yang bisa dilakukan seperti pekerjaan meniru (copy cat), mengembangkan (franchaise), pendelegasian, pelimpahan bahkan


(20)

menjual kepada pihak lain sehingga bisnis bisa berjalan tanpa pemilik. Hal itu bisa kita lihat di sekeliling kita bagaimana usaha dijalankan tanpa campur tangan pemilik secara teknis, contohnya adalah keberadaan mart-mart (minimarket).

Berbagai produk industri sudah banyak yang sukses dengan mengandalkan inovasi dan desain. Sebagai contoh sesorang mungkin akan malu membawa kantung plastik berisi air namun sikap berbeda ditunjukkan saat membawa sebotol air mineral. Ini menunjukkan bahwa kreativitas bisa mengubah paradigma sehingga berdampak terhadap gaya hidup. Namun ide kreatif saja belum cukup namun yang perlu diperhatikan adalah kemampuan dari kreativitas untuk mewujudkan ide tersebut sehingga memiliki nilai ekonomis. Memang bukan hal yang mudah mentransformasikan sebuah ide kreatif menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis. Masa depan dunia industri akan berada di tangan individu yang memiliki kreativitas, konsep inovasi, dan kemampuan kewirausahaan.

Pembelajaran kewirausahaan tidak saja menciptakan individu yang siap di dunia kerja, namun mampu memberikan nilai lebih pada modal dasar peserta didik itu sendiri. Apalagi jika peserta didik mampu berinovasi dan kreatif menyikapi pengalaman yang dimiliki selama ini. Inovasi dan kreativitas tersebut akan menjadi kekuatan yang luar biasa di abad 21 yang menuntut kecepatan dan ketrampilan seperti saat ini. Hubungan antara kreativitas, budaya, ekonomi dan teknologi berkaitan erat terutama di saat globalisasi dan konektivitas menjadi kekuatan dalam mengolah industri seperti saat ini.

Dalam implementasi pembelajaran wirausaha menurut Suherman (2008) pengajar perlu mendasarkan pada (1) teori-teori ekonomi; (2) teori-teori psikologi; (3) teori-teori perilaku; dan (4) teori keterasingan. Teori-teori ekonomi baik secara mikro maupun makro perlu ada dalam kerangka pemikiran pembelajaran kewirausahaan terutama yang menyangkut prinsip ekonomi, teori supply and

demand dan tujuan ekonomi. Teori-teori psikologi relevan terutama dalam

menanamkan sifat-sifat yang diperlukan untuk menjadi wirausahawan. Dengan adanya teori-teori psikologi akan dapat memotivasi peserta didik untuk membentuk pribadi wirausaha. Teori perilaku penting untuk dijadikan dasar dalam pembelajaran kewirausahaan agar peserta didik mendapat gambaran


(21)

bagaimana melakukan sesuatu yang diinginkan sesuai dengan kemampuan dan selaras tujuan yang ingin dicapai oleh individu tersebut agar dapat menjadi wirausaha yang handal. Teori keterasingan penting dalam mengubah mindset peserta didik untuk mau berubah dari kebiasaan yang dilakukan sebelumnya menjadi kebiasaan seorang wirausaha.

Dalam kajian Linan (2004) mengenai Intention-based models of

entrepreneurship education dijelaskan bahwa pembelajaran bagi mereka yang

memiliki usaha masuk dalam kategori pendidikan lanjutan bagi pengusaha. Selengkapnya dijelaskan sebagai berikut,

“Continuing education for entrepreneurs. This would be the fourth and last type of entrepreneurship education. It would be a specialized version of adult education in general, designed to allow improvement of the existing entrepreneur’s abilities (Weinrauch, 1984). In particular, it is difficult to attract these entrepreneurs towards this type of programmes, since they tend to consider these initiatives as too general for the particular needs of their firms. A possible way to overcome this difficulty could be linking this category with the above-mentioned modalities. In this sense, participation in some start-up or dynamism programme could make entrepreneurs more receptive to continuous training.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kewirausahaan bagi pemilik usaha termasuk merupakan pendidikan orang dewasa yang bertujuan meningkatkan kemampuan yang sudah dimiliki. Ini artinya para pengusaha ini sudah memiliki perilaku kewirausahaan sehingga langkah selanjutnya adalah meningkatkan perilaku yang sudah ada menjadi perilaku ekonomi kreatif.

Kreatifitas adalah modal kuat untuk berwirausaha sebagaimana penjelasan Schumpeter (1950:2) bahwa ‘entrepreneur as person who destroyers the existing economic order by introducing new product and services, by creating new form of organization, or exploiting new raw material.’ Ini artinya wirausaha adalah faktor utama untuk mengembangkan ekonomi kreatif, karena perannya dalam menemukan sumber daya, proses produksi, teknologi dan metode baru sampai ke pasar-pasar baru. Melalui kreativitas, wirausaha mengubah struktur yang ada menjadi tidak stabil (creative destruction) dan menggantinya dengan tatanan baru. Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya rantai permintaan dan rantai penawaran maka wirausaha yang kreatif, mampu menciptakan nilai tambah dan


(22)

hal baru kemudian kreasi tersebut diproduksi serta terdistribusi dan dipasarkan dengan baik nantinya akan mampu diserap pasar.

Disinilah letak penting pembelajaran kewirausahaan untuk menempa peserta didik memiliki kemampuan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif sulit berkembang jika sumber daya manusia yang ada belum memiliki perilaku wirausaha. Produk kreatif mampu berkembang apabila sumber daya manusia memiliki perilaku wirausaha sehingga produk yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, tidak kebingungan bagaimana memasarkannya atau memanajemen sumber daya yang ada. Seorang wirausaha adalah individu yang berani mengambil resiko dan mau mewujudkan apa yang diinginkan.

Kemampuan berwirausaha mahasiswa perlu dikembangkan karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa keinginan berwirausaha para mahasiswa merupakan sumber bagi lahirnya wirausaha-wirausaha masa depan (Gorman et

al., 1997: Kourilsky dan Walstad, 1998, dalam Handriani 2011). Pengetahuan,

sikap, dan perilaku kewirausahaan yang dimiliki mahasiswa tentu saja akan

membentuk kecenderungan untuk membuka usaha-usaha baru di masa mendatang.

Namun masih banyak kajian memaparkan bahwa perilaku kewirausahaan masih rendah dan belum terbangun karena model pembelajaran belum mampu menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan sesuai harapan. Secara sadar kita paham bahwa ekonomi kreatif tidak mungkin terbangun jika pemahaman kewirausahaan kurang. Stephen Covey dalam bukunya “The 7 Habits of Highly Effective People” menggarisbawahi hal tersebut dengan pernyataanya bahwa orang-orang pada jaman sekarang akan dapat selamat dari ‘ketersiksaan’ bila mereka mampu menemukan makna. Ini menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran kewirausahaan, peserta didik harus mengonstruksi makna dari apa yang dipelajarinya sehingga terinspirasi untuk mengembangkan apa diketahui dan mencari jawaban apa yang tidak dipahami.

Belajar merupakan perilaku yang dibentuk melalui umpan balik informatif yang dihasilkan oleh perilaku langsung individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Beajar dapat dilakukan dengan mengamati, melihat, dan bahkan


(23)

meniru orang lain di sekitarnya. Inilah mengapa dalam proses belajar bisa timbul emosi yang menyenangkan atau tidak sesuai harapan. Teori Bandura sebagaimana dijelaskan oleh Murray (1979:67) mengenai belajar sosial perilaku dibentuk melalui umpan balik informatif yang dihasilkan dari perilaku langsung individu dalam interaksinya di lingkungan, mungkin bisa menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran kewirausahaan. Dalam hal ini peserta didik diajak untuk belajar dari lingkungan kemudian secara bertahap membangun pemahaman berdasarkan pengalaman mengenai apa yang dimaksud sebagai kreativitas namun memiliki nilai ekonomis.

Meskipun sudah dikenalkan sejak 18 tahun yang lalu melalui keppres 1997 tentang pengembangan kewirausahaan, namun perkembangan kewirausahaaan belum sesuai harapan. Belum optimalnya perilaku kewirausahaan menjadikan

tenaga kerja Indonesia ‘dicap’ memiliki etos kerja rendah, perilaku malas, kurang

memiliki semangat juang dalam bekerja, bersifat romantis mengagungkan nama besar keluarga dan masih banyak lagi. Belum optimalnya perilaku kewirausahaan menjadikan jumlah wirausaha di Indonesia masih sedikit padahal negara bisa dikatakan maju jika wirausaha mencapai minimal 2%. Indikator-indikator dalam laporan IMD World Competitiveness Yearbook tahun 2004 menjadi bukti, bahwa daya saing Indonesia menduduki nomor 56 dari 60 negara yang dinilai. Tentu saja rendahnya nilai tersebut tidak lepas dari rendahnya produktivitas kerja, kewirausahaan, serta lemahnya corporate governance.

Mampu memecahkan masalah baru, merupakan wujud besarnya kreativitas seseorang sehingga penting untuk dikembangkan terutama di perguruan tinggi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tantangan dunia kerja berkembang serta berubah begitu cepat sehingga dibutuhkan individu-individu yang mampu mengantisipasi serta menjadikannya menjadi peluang. Zuckerberg, mencermati pola perilaku remaja di era modern kemudian membuat Facebook yang menjadikannya sebagai salah satu jutawan baru di tahun 2000 tidak lain karena mampu kreatif dan memberikan atensinya sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Munandar (2009:31) menyatakan bahwa kemampuan kreatif memang mampu meningkatkan kualitas hidup.


(24)

Sternberg menyatakan bahwa kreativitas sendiri merupakan titik pertemuan yang khas antara intelegensi, gaya kognitif, dan motivasi(Munandar 2009:20). Perkembangan ilmu pengetahuan membuktikan bahwa kepribadian individu terbentuk dari pengalaman belajar (Skinner:1953, Dollard & Miller:1956, Bandura:1963). Teori pembelajaran behaviorism yang dikembangkan Skinner (dalam Friedman & Schustack, 2008:248-250) menjelaskan bahwa pendidikan dan agama sebagai dua hal yang mengontrol perilaku tersembunyi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi yang di sebut oleh Freud sebagai dorongan id, adalah

reinforcement biologis dari lingkungan. Beberapa studi menunjukkan pentingnya

motivasi di dalam produktivitas kreatif (Amabile, 1996: Collins & Amabile, 1999). Pernyataan ini dikuatkan oleh Dollard dan Miller (dalam Friedman & Schustack, 2008) terdapat hubungan antara pembelajaran, dorongan,

reinforcement, dan perilaku.

Darimana perilaku kreatif ekonomi mahasiswa dibangun? Berangkat dari pembelajaran kewirausahaan disertai motivasi sebagaimana hukum efek Thordike yaitu individu akan mencari kenikmatan dan menghindari kesengsaraan (Pervin, 1975: 378). Dalam konteks ekonomi seseorang akan meningkatkan keuntungan dan meminimalkan kerugian jika mampu berwirausaha disertai kemampuan kreatif.

Survei yang dilakukan pada awal 2012 oleh IPSOS (Media Indonesia, 2012) menjelaskan bahwa persentase penduduk Indonesia yang memilih menjadi lebih kreatif, tertinggi di antara 24 negara. Dalam survei tersebut digambarkan bahwa orang Indonesia baik laki-laki maupun perempuan di bawah 35 tahun hingga 64 tahun dengan pendapatan dan tingkat pendidikan yang bervariasi menginginkan menjadi lebih kreatif yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 75%, ini lebih tinggi dibandingkan dengan Swedia yang 69% dan Jepang yang hanya 58%.

Sayangnya jumlah, kualitas dan produktifitas pekerja industri kreatif mengalami penurunan yang positif (Depdag, 2008:77). Hal ini tidak terlepas dari belum berkembangnya creative entrepreneur (wirausaha kreatif) lulusan perguruan tinggi. Hal ini dicermati Depdag (2008:79) dengan banyaknya lulusan yang tidak mampu menjawab tantangan industri sehingga memilih bekerja di


(25)

sektor informal. Untuk itu penting peran perguruan tinggi dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan, terutama by design (berdasarkan perencanaan) daripada by

chance (berdasarkan kebetulan).

Kewirausahaan merupakan jawaban untuk meningkatkan kesejahteraan. Padahal kewirausahaan di masa yang akan datang bertitik tolak dari berkembangnya industri kreatif. Di Perguruan tinggi mahasiswa belum berinteraksi secara mendalam dan masih dalam proses belajar maka masih setingkat economy creativity (kreatif ekonomi). Kreatif ekonomi adalah kemampuan memecahkan masalah-masalah ekonomi dengan kreatif. Untuk itu pembelajaran kewirausahaan dapat mempengaruhi kemampuan kreatif dalam mengatasi permasalahan ekonomi mahasiswa.

Azjen (2008) dalam teori perilaku berencana (theory planned behaviour) menjelaskan bahwa perilaku individu dapat diajarkan. Azjen menekankan bahwa keyakinan dikombinasikan dengan nilai, menjadi sikap. Keyakinan dan sikap kurang stabil dibandingkan nilai, oleh karena itu pengetahuan mampu mengubah keyakinan seseorang dan kemudian berubah menjadi sikap baru. Selanjutnya Azjen (2008) menyatakan bahwa keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, norma-norma subjektif dan kontrol perilaku. Ketiga komponen ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi kehendak atau minat yang menentukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak. Sikap terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Berdasarkan pada teori Azjen tersebut maka dapat dijelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam kegiatan ekonomi.

Pembelajaran kewirausahaan mampu menjadi jembatan penanaman pemahaman ekonomi kreatif di perguruan tinggi sehingga perlu mendapat perhatian. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak lama menyandang predikat kota pelajar, budaya, dan seni. Pembelajaran kewirausahaan sudah menjadi mata kuliah wajib di beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Kreativitas masyarakat Yogyakarta dalam bidang seni atau bidang lainnya cukup diakui di pentas dunia, dengan banyaknya karya serta industri berbasis budaya


(26)

yang berkembang di kota ini. Permasalahan mendasar dalam mengembangkan industri kreatif adalah ketiadaan informasi yang akurat mengenai peran pembelajaran kewirausahaan yang dipelajari selama ini terutama oleh pelaku usaha industri kreatif yang merupakan mahasiswa di perguruan tinggi, sehingga dampak dari pembelajaran kewirausahaan terhadap kegiatan industri ini tidak dapat diketahui dan diukur secara pasti. Untuk itu diperlukan suatu studi yang didesain sedemikian rupa untuk memberikan langkah awal dalam pengembangan industri kreatif berangkat dari pembelajaran kewirausahaan di Provinsi DI Yogyakarta. Studi ini akan mendukung langkah Pemerintah Republik Indonesia khususnya perguruan tinggi di Provinsi DIY mengembangkan pembelajaran kewirausahaan sebagai penggerak industri kreatif di masa depan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan suatu permasalahan sebagai berikut.

Pertama, kemauan berwirausaha mahasiswa ekonomi di Yogyakarta belum

optimal, sementara dalam praksis pembelajaran mahasiswa tersebut mendapatkan mata kuliah kewirausahaan. Peluang untuk mencipatakan usaha sebagai salah satu alternatif pekerjaan menjadi salah satu kendala dalam membentuk perilaku kreatif ekonomi mahasiswa. Kedua, rendahnya motivasi kewirausahaan mahasiswa yang tercermin dalam orientasi terhadap jenis pekerjaan yang diinginkan mahasiswa setelah selesai kuliah. Ketiga, kondisi ini memberikan suatu pernyataan yang mampu memprediksi terjadinya perubahan pada proses pembelajaran kewirausahaan mahasiswa. Gaya belajar, meskipun bersifat eksklusif pada setiap mahasiswa, namun dapat dijadikan sebagai penuntun untuk mencari alternatif menumbuhkan motivasi kewirausahaan mahasiswa. Keempat, pengetahuan dalam arti kognitif sebagai salah satu komponen hasil belajar secara teoretik dapat menumbuhkan sikap kewirausahaan. Pembuktian secara empirik diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya tentang keadaan tersebut. Kelima, rangkaian yang menentukan motivasi kewirausahaan mahasiswa ekonomi dapat ditentukan dari pengetahuan, sikap, dan gaya belajar mahasiswa. Keenam, faktor-faktor tersebut juga dapat digunakan untuk menentukan perilaku kreatif ekonomi.


(27)

C. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada kewirausahaan berbasis ekonomi kreatif yang tidak mudah untuk diwujudkan. Untuk itu perlu dicari jembatan bagaimana mengembangkan ekonomi kreatif dengan mengetahui faktor-faktor apakah yang berpengaruh dalam perilaku kreatif ekonomi. Keberadaan pembelajaran kewirausahaan di perguruan tinggi dianggap mampu menjembatani penumbuhan perilaku kreatif ekonomi yang nantinya berujung kepada pengembangan industri kreatif di Indonesia. Perilaku ekonomi kreatif sendiri disusun dari siklus saling mempengaruhi scientific creativity (kreativitas intelektual), cultural creativity (kreativitas budaya), tecnological

creativity (teknologi kreatif) dan economic creativity (penyelesaian problematika

ekonomi secara kreatif).

Berdasarkan kompleksitas hal yang mempengaruhi ekonomi kreatif tersebut, maka penelitian ini akan diarahkan pada pengkajian economic creativity

behaviour atau perilaku ekonomi kreatif mahasiswa yang dipengaruhi oleh

motivasi, sikap, pengetahuan, dan gaya belajar kewirausahaan.

Permasalahan tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk rumusan masalah yang lebih operasional dalam bentuk pertanyaan penelitian. Adapun rumusan pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,

Pertanyaan penelitian:

1. Apakah ada pengaruh positif gaya belajar terhadap pengetahuan kewirausahaan mahasiswa?

2. Apakah sikap kewirausahaan dipengaruhi oleh gaya belajar dan pengetahuan terhadap sikap kewirausahaan?

Dari rumusan masalah tersebut dijabarkan kembali menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Apakah terdapat pengaruh positif gaya belajar kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa?

b. Apakah ada pengaruh positif pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa?


(28)

3. Apakah motivasi kewirausahaan dipengaruhi oleh gaya belajar, pengetahuan dan sikap kewirausahaan ?

Dari rumusan masalah tersebut dijabarkan kembali menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Apakah ada pengaruh positif gaya belajar terhadap motivasi kewirausahaan mahasiswa?

b. Apakah ada pengaruh positif pengetahuan kewirausahaan terhadap motivasi kewirausahaan mahasiswa?

c. Apakah ada pengaruh positif sikap kewirausahaan terhadap motivasi kewirausahaan mahasiswa?

4. Apakah perilaku kreatif ekonomi dipengaruhi oleh gaya belajar, pengetahuan, sikap, dan motivasi kewirausahaan?

Dari rumusan masalah tersebut dijabarkan kembali menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Apakah ada pengaruh positif gaya belajar terhadap perilaku kreatif ekonomi mahasiswa?

b. Apakah terdapat pengaruh positif pengetahuan kewirausahaan terhadap perilaku kreatif ekonomi mahasiswa?

c. Apakah ada pengaruh positif sikap kewirausahaan terhadap perilaku kreatif ekonomi mahasiswa?

d. Apakah ada pengaruh positif motivasi kewirausahaan terhadap perilaku kreatif ekonomi mahasiswa?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menggali, menganalisis, dan mengetahui secara utuh faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kreatif ekonomi dalam pembelajaran kewirausahaan perguruan tinggi di Yogyakarta. Selain itu, untuk menganalisis motivasi yang mempengaruhi perilaku kreatif ekonomi. Tujuan tersebut dapat diperinci dalam tujuan-tujuan yang secara khusus bersifat operasional sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh gaya belajar terhadap pengetahuan kewirausahaan mahasiswa.


(29)

2. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh gaya belajar dan pengetahuan terhadap sikap kewirausahaan.

Dari tujuan deskriptif tersebut dijabarkan kembali menjadi tujuan penelitian yang lebih rinci sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh gaya belajar kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa.

b. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa. 3. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh gaya

belajar, pengetahuan dan sikap kewirausahaan terhadap motivasi kewirausahaan.

Dari tujuan deskriptif tersebut dijabarkan kembali menjadi tujuan penelitian yang lebih rinci sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh gaya belajar terhadap motivasi kewirausahaan mahasiswa?

b. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap motivasi kewirausahaan mahasiswa? c. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh sikap

kewirausahaan terhadap motivasi kewirausahaan mahasiswa?

4. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh gaya belajar, pengetahuan, sikap, dan motivasi kewirausahaan terhadap perilaku kreatif ekonomi.

Dari tujuan deskriptif tersebut dijabarkan kembali menjadi tujuan penelitian yang lebih rinci sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh gaya belajar terhadap perilaku kreatif ekonomi mahasiswa.

b. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap perilaku kreatif ekonomi mahasiswa. c. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh sikap


(30)

d. Untuk memperoleh dan menganalisis gambaran empiris pengaruh motivasi kewirausahaan terhadap perilaku kreatif ekonomi mahasiswa.

E. Manfaat Penelitian

Bertitik tolak dari tujuan yang telah dikemukakan di atas diharapkan penelitian ini :

1. Secara Teoritik mampu,

a. Memberikan gambaran tentang bagaimana pembentukan perilaku kreatif ekonomi peserta didik sebagai hasil dari pembelajaran kewirausahaan b. Memperkaya khasanah penelitian di bidang pendidikan khususnya bidang

pendidikan kewirausahaan untuk pembentukan kreatif ekonomi. c. Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian yang relevan.

d. Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kewirausahaan.

2. Secara Praktis mampu,

a. Memberikan gambaran yang luas dan komprehensif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran kewirausahaan dalam mengembangkan perilaku kreatif ekonomi di perguruan tinggi untuk memperbaiki efektifitas proses pembelajaran kewirausahaan.

b. Memberikan masukan bagi dosen pengampu mata pelajaran kewirausahaan.

c. Memberikan kontribusi terhadap kualitas pembelajaran mata kuliah kewirausahaan di perguruan tinggi.

d. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan sikap kewirausahaan mahasiswa di perguruan tinggi.

e. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan motivasi peserta didik di perguruan tinggi untuk berwirausaha sehingga menciptakan lapangan kerja.

f. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan kreativitas lulusan perguruan tinggi.


(31)

F. Struktur Organisasi Penulisan

Bab I diawali dengan latar belakang penelitian yang menggambarkan belum optimalnya motivasi dan kemauan berwirausaha bagi mahasiswa ekonomi di Yogyakarta. Rendahnya motivasi dan kemauan berwirausaha mahasiswa ini terkait erat dengan perilaku kreatif mahasiswa. Secara teoretik dibuktikan bahwa sikap, pengetahuan, dan gaya belajar mahasiswa memberikan pengaruh terhadap kecenderungan ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka disusunlah pertanyaan penelitian dan rumusan masalah yang diuraikan pada bagian subbab dua. Kemudian diikuti bagian bab berikutnya, yaitu tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan desain penelitian.

Bab II menguraikan kajian pustaka yang berfungsi sebagai landasan teoretis dalam menyusun pertanyaan penelitian dan hipotesis. Pada bagian ini ditunjukkan the state of the art teori perilaku kreatif. Payung disiplin ilmu dalam penelitian ini berada adalah Pendidikan IPS (social studies). Kemudian diuraikan konsep-konsep dan teori yang berkaitan dengan variabel yang mengontruksi penelitian ini yaitu gaya belajar, sikap, pengetahuan, dan motivasi kewirausahaan. Hasil penelitian para pakar terdahulu dijadikan bahan untuk merumuskan asumsi dalam penelitian ini. Bagian ketiga dari bab ini diuraikan tentang kerangka pemikiran yang berfungsi sebagai kerangka merumuskan hipotesis. Dengan demikian, struktur organisasi bab dua ini meliputi kajian pustaka dari teori-teori pembelajaran kewirausahaan, gaya belajar, pengetahuan kewirausahaan, sikap, dan kewirausahaan, serta perilaku kreatif ekonomi. Bagian selanjutnya adalah kajian penelitian terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran, dan pengajuan pernyataan hipotesis.

Bab III berisi struktur organisasi yang meliputi metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, variabel dan definisi operasional, pengembangan alat pengumpulan data, pengembangan instrumen penelitian, analisis validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data. Perangkat lunak (software) yang digunakan untuk analisis data adalah Microsoft Excel 2007, IBM Statistics 20, dan


(32)

Pada Bab IV dipaparkan hasil penelitian dengan diawali dengan proses pengolahan data, berdasarkan prosedur penelitian kuantitatif. Gambaran tentang temuan penelitian diuraikan berkaitan dengan hipotesis yang diformulasikan. Data hasil penelitian dipresentasikan dalam bentuk tabel dan bagan untuk memberikan gambaran hasil yang sebenarnya. Berdasarkan hasil temuan penelitian tersebut, maka kemudian dilakukan analisis dengan model persamaan struktural (structural

equation model/SEM). Secara ringkas uraian bab empat ini meliputi gambaran

umum lokasi penelitian, hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian. Inti pokok dari penelitian yaitu menguji hipotesis kemudian dibuktikan dan diuraikan dalam bab empat ini.

Bab V berisi tentang simpulan, rekomendasi, dan implikasi. Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan dari hasil analisis temuan penelitian. Cara penulisan simpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara uraian padat. Bab ini juga menyampaikan rekomendasi, dan implikasi. Bagian akhir dari Bab V adalah keterbatasan penelitian.


(33)

Victor Novianto, 2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab ini disajikan metodologi penelitian yang terdiri dari metode yang digunakan, subjek penelitian, definisi konseptual dan operasional variabel, analisis validitas dan reliabilitas instrumen, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisa data.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei dan analisis deskriptif. Penelitian kuantitatif akan menjelaskan hubungan kausal antar variabel yang mempengaruhi perilaku kreatif ekonomi pada mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah kewirausahaan.

A. Metode yang Digunakan

Rangkaian penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kreatif ekonomi mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta. Pendekatan kuantitatif dengan metode survei digunakan dalam penelitian ini dengan alasan peneliti mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur data pokok untuk menggambarkan suatu variabel secara mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan variabel dengan variabel lainnya, tetapi keterpengaruhan dari suatu variabel eksogen terhadap variabel endogen (Craswell, 2008).

B. Subjek Penelitian: Lokasi, Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY) dengan asumsi bahwa Yogyakarta sebagai “kota pelajar” merupakan

pertemuan dari berbagai latar belakang budaya dan ekonomi yang melingkupi kehidupan mahasiswa. Yogyakarta juga menjadi tujuan wisata baik domestik maupun asing yang dapat mempengaruhi geliat perekonomian, sehingga berdampak pula pada tingkat kompetitif yang tinggi. Selain itu kategori


(34)

Victor Novianto, 2014

pemilihan lokasi tersebut dikarenakan Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, kota wisata dan kota budaya sehingga dianggap mendukung perkembangan ekonomi kreatif.

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, serta Kabupaten Gunung Kidul dan satu Kota yaitu Kota Yogyakarta. Memiliki wilayah dengan luas 3.185,80 KM2, Yogyakarta merupakan daerah wisata tujuan kedua setelah Provinsi Bali. Selain sebagai kota wisata Provinsi DIY dikenal juga sebagai kota pendidikan. Dalam konteks kota pendidikan, DIY memiliki salah satu universitas tertua di Indonesia yaitu Gadjah Mada sebagai salah satu perguruan tinggi negeri selain universitas Negeri Yogyakarta, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Terdapat juga 120 Perguruan tinggi swasta berada di bawah koordinasi perguruan tinggi swasta (kopertis) V. Berdasarkan data laporan evaluasi program studi berbasis evaluasi diri tahun 2010 terdapat 19 perguruan tinggi di wilayah Kabupaten Bantul, 28 perguruan tinggi di wilayah kabupaten Sleman, satu perguruan tinggi di wilayah Kabupaten Kulon Progo dan 71 perguruan tinggi di wilayah kota Yogyakarta, 1 di Kabupaten Gunung Kidul dan 19 perguruan tinggi di Kabupaten Bantul. Perguruan tinggi tersebut terdiri dari akademi (50), Institut (4), Politeknik (40) dan Universitas (18).

Tabel 3.1 Jumlah Perguruan Tinggi di Wilayah Provinsi DIY Tahun 2010

No Wilayah Jumlah Perguruan

Tinggi

1 Kota Yogyakarta 71

2 Kabupaten Sleman 28

3 Kabupaten Kulonprogo 1

4 Kabupaten Bantul 19

5 Kabupaten Gunung Kidul 1

Jumlah 120


(35)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi

2. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa dari lima perguruan tinggi yang sudah mengambil mata kuliah kewirausahaan. Pemilihan perguruan tinggi adalah dua perguruan tinggi negeri dan tiga perguruan tinggi swasta. Perguruan tinggi yang diambil sebagai sampel diutamakan yang memiliki minimal dua program studi di fakultas ekonomi atau jurusan ekonomi.

Menurut Nazar (1988: 3) populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Handari (1995: 141) bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung atau pengukuaran kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap. Jadi Populasi dalam penelitian ini mahasiswa yang sudah lulus mata kuliah kewirausahaan.

Total populasi dari penelitian ini sejumlah 2971 mahasiswa dari perguruan tinggi strata 1 fakultas ekonomi jurusan ekonomi manajemen dan akuntansi di provinsi DIY. Ditentukan lima perguruan tinggi sebagai tempat penelitian, yaitu dua perguruan tinggi negeri dan tiga perguruan tinggi swasta. Lima perguruan tinggi dijadikan sebagai sampel dengan pertimbangan, masing-masing perguruan tinggi tersebut memiliki lebih dari satu jurusan atau program studi ekonomi, dan mata kuliah kewirausahaan diberikan dijadikan sebagai paket system kredit semester (sks), meskipun Universitas Gadjah Mada tidak mewajibkan mahasiswa untuk mengambil mata kuliah kewirausahaan. Diambil dua perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada karena di DIY hanya terdapat dua perguruan tinggi negeri strata satu yang membuka program studi fakultas ekonomi. Diambil tiga perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Sanatha Dharma sebagai tempat pengambilan sampel. Tiga perguruan tinggi ini mewakili sampel universitas yang membuka strata satu program studi ekonomi dan memiliki jumlah mahasiswa lebih besar dari dari perguruan


(36)

Victor Novianto, 2014

tinggi swasta yang ada di DIY, dengan harapan tingkat heterogenitas sampel terwakili.

Besarnya sampel ditentukan menggunakan rumus dari Slovin (1994) yaitu: N

n =

1 + Ne2 Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi = 2971

e2 = level of error yang ditetapkan = 0,05

2971 n =

1 + 2971 (0,05)2 = 350,767 dibulatkan menjadi 351

Berdasarkan perhitungan tersebut maka ditetapkan besarnya sampel minimal sebesar 351 mahasiswa.

3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik cluster random

sampling. Cluster random sampling adalah pengambilan sampel yang

dilakukan terhadap sampling unit (contoh individu), dimana sampling unitnya berada dalam satu cluster (kelompok) (Gaspertsz, 1991: 183-185). Tiap sampling unit di dalam kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Jadi populasi dalam penelitian ini dibagi dalam kelompok-kelompok dan setiap kelompok terdapat karateristik yang dipelajari. Pertimbangan Cluster

random sampling digunakan karena populasi yang tersebar dalam jumlah yang

besar sementara daftar populasi yang akan dijadikan sampel elemen-elemen yang memiliki jarak yang cukup jauh. Elemen-elemen dari populasi tersebut tersebar dalam program studi atau jurusan, yang keseluruhannya tidak memiliki keterwakilan sebagai sampel, sebab mata kuliah kewirausahaan di perguruan tinggi tidak diberikan dalam satu semester yang sama. Oleh karena itu, ini pengambilan sampel dilakukan secara bertahap yaitu,


(37)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi

Menentukan sampel pertama, yaitu perguruan tinggi yang akan diambil sebagai sampel penelitian. Populasi sampling pertama terdiri dari semua perguruan tinggi yang berada di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan data pada perguruan tinggi yang memiliki jurusan ekonomi dengan alasan mahasiswanya mendapatkan mata kuliah kewirausahaan dan fokus terhadap keahlian ekonomi. Namun berdasarkan fakta di lapangan maka diputuskan penelitian akan difokuskan pada dua perguruan tinggi negeri dan tiga perguruan tinggi swasta. Pembagian kelompok sampel dalam penelitian ini berdasarkan jumlah program studi yang dimiliki oleh masing-masing perguruan tinggi dan mata kuliah kewirausahaan di program studi yang dimaksud. Dari pembagian tersebut ditentukan kelompok sampel yang pertama adalah 2 perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Gadjah Mada dan Universitas Negeri Yogyakarta kemudian 3 perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Unversitas Sanatha Dharma Yogyakarta.

Kedua adalah menentukan sampel pada masing-masing perguruan tinggi yaitu mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah kewirausahaan, mata kuliah ini diberikan pada semester empat atau enam. Kemudian penentuan sampel dilakukan dengan cara random sampling, dimana populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Cara ini digunakan dengan pertimbangan bahwa karateristik sampel yang dimaksud adalah mahasiswa-mahasiswa yang sudah lulus mata kuliah kewirausahaan, terutama untuk mengetahui pengetahuan kewirausahan mahasiswa. Pada saat pengambilan data ini berlangsung yang menjadi sampel penelitian adalah mahasiswa jurusan ekonomi dan atau pendidikan ekonomi angkatan 2011/2012 dan angkatan 2012/2013.

Berdasarkan pada pertimbangan tersebut maka komposisi jumlah responden dari masing-masing universitas seperti tercantum dalam Tabel 3.2 di bawah ini.


(38)

Victor Novianto, 2014

Tabel 3.2 Komposisi Responden Berdasarkan Asal Universitas

Perguruan Tinggi Mahasiswa Ekonomi Jumlah Populasi Tahun 2012

Jumlah Responden

Universitas Negeri Yogyakarta 385 82

Universitas Gadjah Mada 560 66*)

Universitas Sanatha Dharma 365 54 Universitas Islam Indonesia 780 104 Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta 881 114

Jumlah 2971 420

Sumber: Dari berbagai sumber diolah kembali oleh peneliti

*) Mahasiswa fakultas ekonomi UGM tidak diwajibkan mengambil mata kuliah kewirausahaan, sehingga sampel disesuaikan dengan jumlah mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah tersebut.

Pada tahun 2010 total terdapat 279.212 mahasiswa perguruan tinggi swasta di Provinsi DIY (2010: 37). Mahasiswa terbanyak adalah mereka yang mengambil strata S1 yaitu sebesar 216.385, dengan komposisi tiga provinsi terbesar asal mahasiswa selain dari provinsi DIY, adalah provinsi Jawa Tengah, provinsi Jawa Timur, dan provinsi Riau.

Analisis SEM menghendaki sampel pada kisaran 100 sampai dengan 200, apabila jumlah sampel di atas 200 maka sensitivitas akan mengalami peningkatan. Hal ini sesuai pendapat Ghozali (2008: 61) dan Ferdinand (2002: 51) bahwa analisis SEM menggunakan persyaratan asumsi yang harus terpenuhi adalah jumlah sampel harus besar (minimal 100) dengan estimasi analisis menggunakan Maximum Likelihood (ML). Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas terhadap normalitas data. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut maka penelitian ini menyebarkan angket ke lima universitas sebanyak 420 angket, sebagai estimasi meningkatkan sensitivitas terhadap normalitas data (Ghozali, 2008; Ferdinand, 2002), mengantisipasi angket yang tidak kembali, rusak, atau tidak lengkap dalam pengisian.


(39)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi

Dari keseluruhan angket yang disebar ke responden, tidak semua instrumen berhasil dikembalikan, hanya 410 yang kembali. Penyebaran angket dan pengumpulannya seperti tampak pada Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Hasil Seleksi Data

Angket Disebar 420 100%

Angket Terkumpul 410 97,6%

Angket Terpakai 399 95%

Sumber: Data Primer 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa angket yang disebar sebanyak 420 dapat terkumpul kembali sebanyak 410 (97,6%), data yang memenuhi syarat sebanyak 399 (95%), terdapat 11 responden tidak mengisi kuesioner secara lengkap sehingga kesebelas data tersebut tidak diproses/drop. Berdasarkan data tersebut sampel yang diambil lebih besar dari persyaratan yang ditentukan dengan rumus Slovin sebesar 351 responden. Langkah berikutnya adalah melakukan tabulasi data terhadap 399 responden ke dalam tabel induk data penelitian. Program yang digunakan untuk tabulasi data adalah software Microsoft Excel 2010.

C. Definisi Konseptual dan Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat empat variabel eksogen (independent variabel) dan satu variabel endogen (dependent variabel). Empat variabel eksogen yaitu (1) variabel eksogen gaya belajar mahasiswa dalam pembelajaran kewirausahaan (GBK), (2) variabel eksogen pengetahuan kewirausahan (PK), dan sebagai variabel endogen gaya belajar kewirausahaan; (3) Variabel eksogen sikap kewirausahaan (SK), juga sebagai variabel endogen gaya belajar dan pengetahuan kewirausahaan; (4) Variabel eksogen motivasi kewirausahaan (MK), variabel ini juga sebagai variabel endogen dari variabel eksogen gaya belajar, pengetahuan kewirausahaan, dan sikap kewirausahaan; (5) Variabel endogen adalah perilaku


(40)

Victor Novianto, 2014

kreatif ekonomi (PKE). Adapun definisi operasional variabel-variabel tersebut di atas adalah sebagai berikut,

1. Gaya belajar kewirausahaan (GBK) mahasiswa ekonomi adalah faktor-faktor yang mempermudah dan mendorong mahasiswa untuk belajar kewirausahaan dalam situasi yang telah ditentukan. Gaya belajar mahasiswa pada pembelajaran kewirausahaan meliputi Competitive/bersaing (GBK.1),

Collaborative/bekerjasama (GBK.2), Avoidant/menyendiri (GBK.3),

Participant/berpartisipasi (GBK.4), Dependent/menggantungkan diri (GBK.5)

dan Independent/mandiri (GBK.6) (Grasha & Reichmann’s Student Learning Styles Scales dalam Kit Logan & Pete Thomas, 2002). Data gaya belajar mahasiswa dalam pembelajaran kewirausahaan diperoleh dengan menggunakan instrumen skala model Likert. Pada pernyataan favorable dengan skor 5 untuk jawaban Selalu, skor 4 untuk jawaban Sering, skor 3 untuk jawaban Netral, skor 2 untuk jawaban Jarang, dan skor 1 untuk jawaban Tidak Pernah, sedangkan untuk pernyataan unfavorable sebaliknya.

2. Pengetahuan kewirausahaan (PK) adalah kemampuan berwirausaha yang harus dimiliki oleh mahasiswa, diterima dan disimpan dalam pikiran serta dapat diungkap dalam bentuk kata-kata atau tulisan. Pengetahuan kewirausahaan meliputi Konsep dasar kewirausahaan (PK 1): karateristik wirausaha (PK 2); ide dan peluang kewirausahaan (PK 3); kelebihan dan kekurangan kewirausahaan (PK 4); jenis-jenis kewirausahaan (PK 5); cara merintis usaha baru (PK 6); konsep strategi bersaing (PK 7); konsep analisis bisnis dan studi kelayakan (PK 8); konsep dasar manajemen bisnis (PK 9) dan etika bisnis (PK 10) (Suryana, 2003: 64). Data diperoleh menggunakan instrumen tes pengetahuan kewirausahaana yang juga digunakan oleh Iskandar (2012) dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang sudah terukur. Jawaban betul dengan skor 1, dan jawaban salah dengan skor 0.

3. Sikap kewirausahaan (SK) merupakan bentuk reaksi perasaan dan kemampuan mendukung serta memihak, atau perasaan sebaliknya dalam melakukan tindakan kewirausahaan. Sikap kewirausahaan meliputi percaya diri (SK.1), berorientasi tugas dan hasil (SK.2), pengambil resiko (SK.3), kepemimpinan


(41)

Victor Novianto, 2014

Pengaruh pembelajaran kewirausahaan Terhadap perilaku kreatif ekonomi

(SK4), keorisinilan (SK.5), dan berorientasi masa depan (SK.6) (Meredith, 2002: Alma, 2009). Data ini diperoleh menggunakan instrumen dengan model skala sikap Likert. Pada pernyataan favorable Sangat Setuju (SS) skor 5, Setuju (S) skor 4, Netral (N) skor 3, Tidak Setuju (TS) skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1. Sedang untuk pernyataan unfavorable sebaliknya. 4. Motivasi kewirausahaan (MK) adalah kekuatan untuk mewujudkan sesuatu

dorongan kewirausahaan guna mencapai tujuan tertentu. Motivasi kewirausahaan meliputi berorientasi sukses (MK.1), motif berprestasi (MK.2), motif diri (MK.3), motif mandiri (MK.4) David C. McClelland (2010). Data ini diperoleh menggunakan instrumen dengan model skala Likert. Pada pernyataan favorable Sangat Setuju (SS) skor 5, Setuju (S) skor 4, Netral (N) skor 3, Tidak Setuju (TS) skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) skor 1. Sedang untuk pernyataan unfavorable sebaliknya.

5. Perilaku kreatif ekonomi (PKE) adalah perilaku kreatif mahasiswa untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang meliputi aspek keterampilan berpikir original (Originality) (PKE.1), Keterampilan berpikir lancar (Fluency) (PKE.2), Keterampilan berpikir luwes (Flexibility) (PKE.3), Keterampilan memperinci (Elaboration) (PKE.3) (Munandar, 1992). Data ini diperoleh dengan model skala Likert. Pada pernyataan favorable Selalu (SL) skor 5, Sering (SR) skor 4, Jarang (J) skor 3, Hampir Tidak Pernah (HTP) skor 2, dan Tidak Pernah (TP) skor 1. Sedang untuk pernyataan unfavorable sebaliknya. Hubungan antar variabel dapat dilihat dalam bagan di bawah ini:

Gambar 3.1: Model Hubungan antar Variabel

Gaya Belajar KWU 1. Bersaing 2. Bekerjasama 3. Menyendiri 4. Berpartisipasi 5. Menggantungkan diri 6. mandiri Pengetahuan KWU 1. Konsep Dasar KWU

2. Karateristik KWU

3. Ide & Peluang KWU

4. Kelebihan & Kekurangan KWU

5. Jenis-jenis KWU

6. Cara Merintis Usaha Baru

7. Konsep Strategi Bersaing 8. Konsep Analistis Bisnis &

Studi Kelayakan

9. Konsep Dasar Manajemen Bisnis

10. Etika Bisnis

Sikap KWU 1. Percaya Diri

2. Berorientasi Tugas & Hasil 3. Pengambil Resiko

Motivasi KWU 1. Berorientasi Sukses 2. Motif Berprestasi 3. Motif Diri

4. Motif Mandiri

Perilaku Kreatif Ekonomi 1. Berpikir Orisinil


(42)

Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala

Gaya belajar Mahasiswa

(GBK)

Kombinasi dari persoalan psikologis, kognitif dan afektif yang dipengaruhi bagaimana peserta didik berinteraksi serta merespon lingkungan belajar.

Competitive/bersaing

(GBK.1)

 Belajar ditujukan ke arah pencapaian prestasi

 Mahasiswa berkeinginan untuk diperhatikan, mendapat pujian dan hadiah

 Memandang kelas sebagai arena kompetisi

Interval

Collaborative/bekerja

sama (GBK.2)

 Selalu merasa berhasil bila saling tukar pikiran.

 Senang bekerja sama dengan dosen, teman sekelasnya, tutor,asisten dan sebagainya.

 Memandang kelas itu sebagai arena untuk berinteraksi sosial

 Memandang kelas sebagai arena belajar bersama.


(1)

Delors, Jacques. (1996). Learning: The Treasure Within. Paris: Unesco Publishing.

Departemen Perdagangan RI. (2008). Studi Industri Kreatif Indonesia:Rencana Pengembangan Kreatif ekonomi 2009‐2015. Kelompok Kerja Indonesia Design Power-Departemen Perdagangan.

Djo. (2007). Tampilkan Sejarah Indonesia sejak Majapahit hingga Zionis. Pelita.or.id. diunduh 03 Nopember 2013.

Delong, Suzanne. (2009). Teaching Methods to Encourage Independent Learning and Thingking. Center for Teaching Excellence United States Academy West Point. New York.

Kuncoro, Mudradjad. (2007). Visi Indonesia 2030:Quo Vadis?. Yayasan Indonesia Forum. diunduh 10 September 2011. di http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/periskop/visi-indonesia-2030-quo-vadis-3.html. Kopertis V, (2012) Analisis Laporan EPSBED.

Kesten, Cyril. (1987). Independent Learning. Saskatchewan Departement of Education Core Curriculum Investigation Project. Diunduh www.sasked.gov.sk.ca/docs/policy/cels/index.html diunduh 12 Maret 2015

Logan, K., & Thomas, P., “Learning Styles in Distance Education Students Learning to Program”, in J Kuljis, L. Baldwin & R. Scoble (Eds.) 14th Workshop of the Psychology of Programming Interest Group, Brunel University, June 2002, p. 29-44.

IRCO. (2007). Cross-cultural management network. Diambil pada tanggal 11 Juni 2011, dari http://www.iese.edu/es/files/IRCO-CrossCultural-motivation_tcm5-6119.pdf diunduh 8 Maret 2012

Muhyi, H.A., (2007). Menumbuhkan Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan, Makalah Jurusan Adminsitrasi Niaga FISIP Unpadj, Bandung.

Media Indonesia . Cri Qanon. (2012). Orang Indonesia Pilih Jadi Kreatif. Hal 14; 13 Juli 2012.

Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian & Pengembangan Pusat kurikulum. (2010). Bahan Pelatihan Pengembangan Pendidikan Kewirausahan.Jakarta: Puskur.

Harian Umum Pelita (2007). Presiden Ajak Masyarakat Kembangkan Ekonomi Kreatif. http://www.pelita.or.id. diunduh 5 maret 2013


(2)

Riyana, E., (2012) Gaya Kognitif dalam Pembelajaran, tersedia: endririyatul.blogspot.com/2012/03/gaya.kognitif_dalam_pembelajaran, 4 Oktober 2014

United Nations Development Program. (2008). Creative Economy: Report 2008 UNCTAD., New York, United Nations USA. http://www.unctad.org/ creative-economy. diunduh 1 Juni 2011.

Jurnal

Ajzen, I., (1991) The Theory of Planned Behavior: Organizational Behavior and Human Decision Process, 50, 179-211.

Baykul, Y. Et. All. (2010). A Validity and Reliability Study of Grasha-Reichmann Student Learning Style Scale. International Journal of Human and Social Sciences. Diunduh dari http://www.waset.org/journals/ijhss/v5/v5-3-26.pdf

Estay, C., Francois Durrieu, Manzoom Akhter. (2013) Entrepreneurship:From Motivation to start up. Journal International Entrepreneur 11:243-267. Springer science+business media new york

Farsi, J.M.A., & Farghaly, N.Farsi (2003) Oral Health Knowledge, Attitude And Behaviour Among Saudi School Students In Jeddah City. Journal of dentistry (2004) 32, 47-53

Handriani, Eka., (2011). Pengembangan Kualitas Pendidikan Kewirausahaan Di Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmiah Inkoma, Volume 22, No. 1 Februari 2011 Johann.T, Koch. Hendrik, dan Halter, Frank,. (2008). An International Analysis

of Student Nascent Entrepreneur’s Key Barriers. Journal of asia entrepreneurship and sustainability. Vol IV, Issue 4. Diunduh dari asiaentrepreneurshipjournal.com

Johnson, David. (2001). What is Innovation and Entrepreneurship? Lessons for Larger Organisations. Industrial and Commercial Training Journal. MCB University Press Vol. 33 Numb. 4 Hal. 135-140. Diakses di http://www.mcbup.com/research-registers diunduh 1 Maret 2012

Jegede, OJ. & Aikenhead, GS. (2000). Transcending Cultural Border: Implications for Science Teaching [online] tersedia di http://www.jegede@ouhk.edu.hk. diunduh 1 Oktober 2011Miettinen, Asko. (2006). Entrepreneurship Education Among Students in Higher Education. Journal of asia entrepreneurship and sustainability 2008. Vol IV, Issue 1. Diunduh dari asiaentrepreneurshipjournal.com diunduh 1 April 2013


(3)

Krueger, N. F., Jr., dan Carsrud, A. L. (1993). Entrepreneurial Intentions: Applying the Theory of Planned Behavior. Entrepreneurship & Regional Development, Vol. 5 No. 4, 315-330.

Lieli Suharti, Hani Sirine. (2011). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention) :(Studi Terhadap Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga), Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol.13, no. 2, 124-134

Murwani, F.D., (2009). Pengembangan Instrumen Pengukuran Gaya Belajar Konsumen, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 7, No. 1, Februari 2009. Noor, Nor A.M. Muhammad, A. Kassim, Azzila. (2012) Creating green

consumer:how enviromental knowledge and enviromental attitude lead to green purchase behaviour? International Journal of arts & science. 5 (1) 55-71.

Legault L., & Pelletier, L.G., (2000). “Impact of an Environmental Education Program on Students’ and Parents’ Attitudes, Motivation, and Behaviours”, Canadian Journal of Behavioural Science, 2000, 32-4, 245-250.

Owlia M.Saleh, Shookuhi. S., dan Ekhtiyari, Esfandiar (2008). Innovation Center: A Climate for Attracting and Developing Creativity. Journal of asia entrepreneurship and sustainability. Vol IV, Issue 1. Diunduh dari asiaentrepreneurshipjournal.com diunduh 1 Maret 2013

Palaniappan, Ananda Kumar., (1998) Figural Creativity and Cognitive preference among Malaysia Undergraduate Students. The Journal of Psichology. 132.4 391-388

Pinayani, A., (2006) Jurnal Penelitian Pendidikan, vol 1 nomer 1 januari 2006. Univ penidikan indonesia

Rigby,C. Mueller,J. Partridge,J. Dan Kriel,D. (2008) Motivational & Career Drivers For Entrepreneurs. Journal of asia entrepreneurship and sustainability. Vol IV, Issue 3. Diunduh dari asiaentrepreneurshipjournal.com diunduh 1 Maret 2013.

Sumaatmadja, Nursid. (2003). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial No. 20 tahun XI, edisi Januari-Juni 2003. 28-35.

Sarwoko, E., (2011), Kajian Empiris Entrepreneur Intention Mahasiswa, JURNAL EKONOMI BISNIS, TH. 16, NO. 2, JULI 2011


(4)

Sri Sumardiningsih, Endang Mulyani, Marzuki, (2013), Model Pendidikan Ekonomi Kreatif Berbasis Karakter Sebagai Bridging Course Pembelajaran Mata Kuliah Kewirausahaan. Jurnal Kependidikan, Volume 43, Nomor 1, Mei 2013, hal 69-77.

Tulus Tambunan. (2009). Women Entrepreneurs in Indonesia: their mainconstraints and reasons. Journal of asia entrepreneurship and

sustainability. Vol V, Issue 3. Diunduh dari

asiaentrepreneurshipjournal.com tanggal 31 Desember 2009

Valiente, C., (2008) Are students using the wrong style of learning?. Journal Sage Publications vol 9 (1):73-91.

Wagner, K. V. (2010). Social Learning Theory an Overview of Bandura's Social Learning Theory. Diakses dari http://psychology.about.com/od/ developmentalpsychology/a/social learning.htm. Tanggal 31 Desember 2009 Wijaya, T. (2008). Kajian Model Empiris Perilaku Berwirausaha UKM DIY dan

Jawa Tengah, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 10. No. 2.

Tesis dan Disertasi

Aini, Dian Nur (2012) Peran efikasi diri kewirausahaan, penghindaran ketidakpastian, dan motivasi berprestasi terhadap munculnya perilaku pengambilan resiko pada wirausaha berbasis online. Thesis. Program Magister psikologi UGM Yogyakarta.

Aeni, Y.N., (2013). Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Motivasi Berprestasi Terhadap Sikap Kewirausahaan (Survey pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia), Skripsi FPBS UPI Bandung.

Febrian, Fadlik. (2012). Analisis Pengaruh Berbagi Pengetahuan dan Orientasi kewirausahaan terhadap Kapabilitas Inovasi dan Kinerja Perusahaan pada Sektor Industri Keatif. Tesis: Program Magister Sains Fakultas Ekonomika dan Binis UGM. Tidak diterbitkan.

Disman. (2004). Efektifitas Pendidikan Ekonomi dalam Pembentukan Nilai-Niai Ekonomi, Studi tentang Faktor–faktor yang mempengaruhi Efektifitas Pembelajaran Ekonomi dan Implikasinya terhadap Nilai-Nilai Perilaku Ekonomi Berdasarkan Asas Kekeluargaan pada Siswa SMA Negeri di Kota Bandung. Disertasi. Bandung: PPS UPI.

Handayani, S., (2009). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Minat, dan Motivasi belajar dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah KDM 1 pada Mahasiswa


(5)

Semester 1 Akper Giri Satria Husada Wonogiri, Tesis: Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pasca Sarjana UNS Surakarta. Hayati,R.N., (2009). Pengaruh Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi Terhadap

Minat Bidan Mengikuti Uji Kompetensi di Kota Semarang Tahun 2007, Tesis Program Pasca Sarjana Undip, Semarang.

Iwan Purwanto. (2002). Pengaruh Pelatihan Kerja Industri Terhadap Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Negeri 2 Majalengka. Tesis pada FPLS PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kurjono, (2012), Pengaruh Faktor Siswa, Kompetensi Guru dan Lingkungan Keluarga, terhadap Sikap Kreatif dan Sikap Inovatif dan Implikasinya terhadap Motivasi Kewirausahaan. ,Disertasi. Tidak Diterbitkan. PPs UPI. Limbong, B. (2010). Pengaruh antara SIkap Mandiri, Penegtahuan Kewirausahaan dan Motivasi Berwirausaha Terhadap Minat Berwirausaha Siswa-Siswi SMK Di Kota Medan, Tesis, Sekolah Pascasrjana Universitas Sumatera Utara, Tidak Diterbitkan,

Mulyadi, Hari. (2011) Mengenai Pengaruh Pendidikan & Latihan Serta Magang Terhadap Sikap & Motivasi Kewirausahaan Implikasinya pada Perilaku Kewirausahaan Mahasiswa. Disertasi. Tidak Diterbitkan. PPs UPI.

Nina Erlina. (2011). Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan Dan Kecakapan Vokasional Terhadap Minat Berwirausaha :Survey Pada SMK Bidang Bisnis Dan Manajemen Di Kabupaten Bangka. Tesis Pendidikan IPS SPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Syamsuddin, Syamsuria. (2011). Entreprenurial Intentions Among Dutch Master Students And Indonesian Master Student. Magister Manajemen Fakultas Ekonomika & Bisnis UGM. Tesis: Tidak diterbitkan.

Wahyudi, E., (2010). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Kader Dengan Penemuan Suspek Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sanankulon, Tesis Program Pascasarjana UNS Surakarta.

Wahyu Permana. (2009). Pengaruh Faktor Individu, Lingkungan, Dan Sosial Terhadap Minat Wirausaha Mahasiswa (Studi pada Mahasiswa AMIK YPAT Purwakarta). Tesis SPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Winaputra, US. (2001a). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi (suatu kajian konseptual dalam konteks pendidikan IPS) disertasi, Bandung: PPS-UPI


(6)

Martin Prosperity Institute, (2011), Creativity and Prosperity: The Global Creativity Index, Rotman School of Management University of Toronto Canada.

Sri Martini. (?) Analisa Konsep Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Industri Kreatif. Laporan Penelitian STISITELKOM. Bandung: Tidak Diterbitkan. Diunduh dari www.stisitelkom.ac.id Tanggal 20 Oktober Desember 2009

Cetina,M.N., (2009). Teachers Beleifs, Type of Knowledge, Attitudes and Motivation as Determinant Constituents in Teacher Training. The Current State of The Art in EFL Teaching in Mexico: A Case Study in Quintana Roo, Memorials Del V Foro De Estudios En Lenguas Internacional (Fel 2009).

Winaputra, US. (2001b). Reorientasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Mengantisipasi Perubahan Sosial di Era Global. Makalah seminar nasional dan kongres forum komunikasi X pimpinan FPIPS/FIS/FKIP Universitas/IKIP se Indonesia serta kongres HISPIPSI, 22-24 oktober

Zamroni (2001) School And University Colaboration For Improving Science And Mathematics Instruction In School, Paper Presented in National Seminar On Science And Mathematic Education. Bandung. 21 Agustus 2001.