Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia : Studi Kualitatif Penggunaan Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni Tingkat Sekolah Dasar di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tenga

(1)

HALAMAN PENGESAHAN Cecep Wahyu Hoerudin

NIM.0908077

MODEL BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA PENGANTAR PADA PENDIDIKAN HARMONI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAHAN

AJAR BAHASA INDONESIA

(Studi Kualitatif Penggunaan Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni Tingkat Sekolah Dasar di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah)

disetujui dan disahkan oleh panitia disertasi: Promotor Merangkap Ketua

Yus Rusyana, Prof., Dr. H.

Ko-Promotor Merangkap Sekretaris

Syihabuddin, Prof., Dr., H, M.Pd NIP 196001201987031001

Anggota

Vismaia S. Damaianti, Dr., Hj, M.Pd NIP 196704151992032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Sumiyadi, Dr., M.Hum. NIP 196603201990331004


(2)

KATA PENGANTAR

Seraya memanjatkan rasa syukur ke hadirat Allah Swt, walaupun dalam suasana ketergesaan, akhirnya laporan penelitian berupa disertasi ini terwujud dengan judul “Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia (Studi Kualitatif Penggunaan Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni Tingkat

Sekolah Dasar di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah)”. Bahasa dalam kedudukannya sebagai penyampai pesan dapat memuat nilai-nilai pendidikan harmoni. Bahan Ajar dapat menjadi sumber belajar nilai-nilai harmoni yang tersisipkan melalui kalimat, gambar, ilustrasi, contoh, dan sebagainya. Pendidikan harmoni mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat dijadikan model bagi daerah lain dalam mengembangkan pendidikan moral/karakter dan mengkaji kearifan lokal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: penyelenggaraan pendidikan harmoni pada sekolah dasar di Sulawesi Tengah; penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni di Sulawesi Tengah; model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni; dan model bahan ajar bahasa Indonesia pada pendidikan harmoni.

Disertasi ini tersaji dalam 6 bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori; Bab III Metode Penelitian; Bab IV Deskripsi, Analisis, dan Pembahasan Hasil Penelitian; Bab V Pengembangan Model; dan Bab VI Simpulan, Implikasi, serta Rekomendasi.

Penuangan gagasan melalui disertasi ini telah peneliti lakukan secara optimal. Peneliti menyadari bahwa laporan ini mengandung kekurangan yang memerlukan perbaikan. Mudah-mudahan hasil peneltian ini dapat memantik kejernihan berpikir kritis para pembaca, khususnya para guru penerap Pendidikan Harmoni, sehingga lahir karya tulis lain yang lebih inovatif dalam dunia pendidikan.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, disertasi ini dipersembahkan kepada panitia ujian untuk memperoleh koreksi dan penilaian.

Bandung, Juni 2015 Penyusun,


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Robbi karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menempuh pendidikan, penelitian, dan penyelesaian disertasi ini.

Penyelesaian disertasi ini tidak terlepas dari bantuan moril maupun materil, dorongan dan harapan berbagai pihak langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsih yang sangat berharga atas terwujudnya disertasi ini, khususnya kepada yang terhormat :

1. H. Yus Rusyana, Prof., Dr. selaku Promotor yang telah memberikan bimbingan, arahan-arahan, dan masukan-masukan yang sangat berharga, serta memotivasi penulis dalam penulisan disertasi ini. Di sela-sela kesibukannya beliau senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis.

2. Syihabuddin, Prof., Dr., H, M.Pd, selaku Ko-Promotor merangkap sekretaris dalam penulisan disertasi ini. Beliau telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan disertasi ini.

3. Vismaia S. Damaianti, Dr., Hj, M.Pd, selaku anggota panitia disertasi. Beliau telah banyak memberikan bimbingan dengan penuh kecermatan, motivasi, menyampaikan arahan-arahan kritis bagi penulis dalam menyelesaikan disertasi ini.

4. Prof. H. Furqon, Ph. D., Rektor UPI beserta segenap Pembantu Rektor yang telah memberikan izin studi pada program doktor serta kesempatan untuk memperoleh bantuan biaya studi kepada penulis.

5. Direktur Sekolah Pascasarjana, para asisten direktur Sekolah Pascasarjana UPI yang telah memberi kemudahan fasilitas dan perizinan yang diberikan sehingga memberikan andil yang cukup besar terhadap penyelesaian disertasi ini.

6. Dr. Sumiyadi, M.Hum., selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia UPI Bandung, terima kasih atas motivasi, bimbingan, dan bantuannya kepada penulis selama menyelesaikan disertasi ini.

7. Tim rivewer disertasi yang telah cermat meninjau isi dan mekanika bahasa sehingga berwujud lebih baik.

8. Tim Manajemen Bantuan Pendidikan Pascasarjana (BPPS) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas bantuan bea siswa yang diberikan kepada penulis selama menempuh studi di sekolah Pascasarjana UPI.

9. Seluruh staf administrasi Sekolah Pacasarjana UPI yang telah memberikan berbagai kemudahan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

10.Pimpinan True Bogor, World Vission Indonesian (WVI) Cabang Sulawesi Tengah, dan guru-guru sekolah dasar Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah yang telah memberikan izin dan bantuannya kepada penulis untuk melakukan penelitian.


(4)

11.Rektor dan Dekan FISIP Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S3 di UPI.

12.Rektor dan Dekan FKIP Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung yang telah memberi luang waktu kepada penulis untuk berpartisipasi aktif mengembangkan diri sehingga menjadi lebih akademik.

13.Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan motivasi. Mudah-mudahan karya ini menjadi teladan untuk menambah semangat mencari ilmu yang lebih berkah.

14.Kedua orang tua tercinta Ibunda Hj. Ikoh Markonah dan Ayahanda H. Solihin Partasasmita yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh cinta, kasih sayang, dan tulus. Penulis persembahkan karya tulis ini sebagai kebanggaan dan tanda bakti dan sembah sujud ananda Mudah-mudahan dukungan, bantuan, bimbingan, semangat dan doa yang telah diberikan kepada penulis diterima Allah Swt sebagai amal sholeh.

Bandung, Juni 2015 Penulis,


(5)

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015, Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia (Studi Kualitatif Penggunaan Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni Tingkat Sekolah Dasar di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah)

Penelitian ini mengkaji penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni dan pengembangan model bahan ajar yang dapat diterapkan pada pendidikan harmoni di sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: penyelenggaraan pendidikan harmoni pada sekolah dasar di Sulawesi Tengah; penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni di Sulawesi Tengah; model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni; dan model bahan ajar bahasa Indonesia pada pendidikan harmoni. Penelitian ini sangat penting dilaksanakan karena terkait dengan gaya bahasa guru yang mencerminkan penguasaan integrasi nilai harmoni dengan pilihan kata atau diksi; pemaknaan nilai-nilai harmoni yang terekam pada penguasaan kalimat; variasi bahasa yang mencerminkan aktualisasi nilai-nilai harmoni; dan bahan ajar yang menduduki posisi strategis untuk menyampaikan nilai-nilai harmoni. Bahasa dalam kedudukannya sebagai penyampai pesan dapat pula memuat nilai-nilai pendidikan harmoni. Bahan Ajar pun dapat menjadi sumber belajar nilai-nilai harmoni yang tersisipkan melalui kalimat, gambar, ilustrasi, contoh, dan sebagainya. Pendidikan harmoni mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat dijadikan model bagi daerah lain dalam mengembangkan pendidikan moral/karakter dan mengkaji kearifan lokal. Penelitian ini didesain dengan pendekatan kualitatif dengan metode (mix methods) desain sequential exploratory strategy. Data penelitian ini adalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni di Sulawesi Tengah, yang meliputi: analisis kewacanaan, gaya bahasa, peristiwa tutur, analisis kandungan nilai-nilai harmoni. Sumber data penelitian ini adalah guru-guru empat sekolah dasar, yakni Sekolah Dasar Gereja kristen Sulawesi Tengah di Tentena, Sekolah Dasar Gamaliel 1, Sekolah Dasar Gamaliel 2, dan Sekolah Dasar Negeri Sangira Tentena Kecamatan Pamona Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Simpulan penelitian ini dapat dikemukakan bahwa penyelenggaraan pendidikan harmoni di Sulawesi Tengah dibangun secara kontekstual dengan menggali dan memperkuat kearifan lokal, baik nilai-nilai sosial budaya maupun kekayaan alam hayati, dengan tetap mendukung pencapaian standar kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni berbentuk kalimat informatif; kalimat tanya; perintah atau ajakan; dan kalimat seruan. Aktivitas tuturan di dalam kelas berisi kegiatan: berdoa, menyanyi, menggerakan badan, menunjukkan sifat-sifat terpuji, seperti kejujuran, rajin, mencintai keberhasihan, menghargai, toleransi, dan menjelaskan sesuatu, memberikan intruksi, dan menjelaskan tata cara. Berdasarkan tinjauan nilai-nilai harmoni sebagai pendidikan nilai, secara berurut adalah menyatakan nilai-nilai harmoni diri; harmoni sesama; dan harmoni alam. Model bahan ajar mata pelajaran Bahasa Indonesia sekolah dasar pada pendidikan harmoni merupakan integrasi antara kompetensi dasar, nilai-nilai harmoni, dan kearifan budaya lokal.


(6)

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015. Model Indonesian as a Language Instruction to the

Harmony Education and Its Implications for Teaching Material Indonesian (Qualitative Study of Introduction Language to Education Harmony Elementary School in Palu, Poso and Tentena, Central Sulawesi)

This research study on the use of Indonesian language as the language of instruction on the Harmony Education and the development of model learning materials that can be applied to the Harmony Education elementary school. The language in his position as a better messanger messages may also contain values of harmony education. Learning materials can be a source to learn the values of harmony that is inserted through sentences, images, illustrations, examples and so on. Harmony Education contains educational values that can be a model for other regions in developing education moral/character and reviewing local wisdom.The objective of research to know the: organization of the education of harmony an an elementary school in Central Sulawesi; the use of Indonesian language as the language of instruction on the education of harmony in central Sulawesi; model of Indonesian Language as the language of instruction on the Education of harmony; and models of Indonesian language learning materials on the Harmony Education.This research is very important because the style associated with language teachers which reflects the value of the harmony integration of mastery with the choice of words or diction; the definition of the values recorded at harmony mastery of sentence; language variations that reflect the actualizing values harmony; and learning materials that occupy a strategic position yo convey the values of harmony. This study designed by approach with mix methods design sequential

exploratory strategy. The data’s are the use of Indonesian Language as the language of

instruction on the education of Harmony in Central Sulawesi, which include: discourse analysis, stylistic, said events, content analysis values of harmony. Data source of this research is teachers at four elementary schools, i.e. Elementary School Christian Church Central Sulawesi in Tentena, Gamaliel Elementary School 1, Gamaliel Elementary School 2, and SDN Sangira Tentena district of Pamona Regency of Poso Central Sulawesi. A summary of the research can be expressed that the organization of the Education of Harmony on an elementary school in Central Sulawesi are contextually constructed by digging and strengthening local wisdom, both the socio-cultural values as well as rich natural biodiversity, with fixed supports the achievement of basic competencies standars that have been set. The use of indonesian language as the language of instruction on the harmony education in the Province Central Sulawesi were analyzed based on the style of the language through use of diction and sentence analysis. Its used shaped informative sentences, interrogative sentence, a command or invitation, and appeal sentence. Speech activities in the clasaroom contain activities: praying, singing, moving the body, commendable traits, such as honesty, diligent, love cleanliness, respect, tolerance, and explain something, giving instructions, and explain the procedures. based on a review of values harmonies as an education value, chronologically are stated the harmony of self, nature, and fellow harmony. Teaching model Indonesian subject in Harmony Education is the integrated basic competency, harmony value, dan local wisdom.


(7)

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Definisi Operasional ... 14

G. Paradigma Penelitian ... 17

BAB II BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA PENGANTAR, PENDIDIKAN HARMONI, DAN MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJARNYA A. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Pendidikan ... 18

1. Ihwal Bahasa Pengantar ... 18

2. Bahasa, Budaya, dan Pikiran ... 25

3. Bahasa Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia ... 30

4. Bahasa Pengantar Pendidikan ... 36

B. Tindak Tutur ... 38

1. Pengertian Tindak Tutur ………..38

2. Jenis-jenis Tindak Tutur ……….. 44

3. Kelogisan Tuturan ………46

4. Kekomunikatifan Tuturan ………50

C. Makna Bahasa ... 50

1. Jenis Makna ………. 50

2. Relasi Makna ... 53

3. Perubahan Makna ... 57

4. Medan Makna dan Komponennya ... 58

D. Variasi Bahasa ... 60

1. Variasi dari Segi Penutur ... 61

2. Variasi dari Segi Pemakaian ... 65

3. Variasi dari Segi Keformalan ... 65


(8)

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pendidikan ... 67

a. Pengertian dan Unsur Pendidikan ... 67

b. Tujuan dan Proses Pendidikan ... 69

c. Pendidikan sebagai Sistem... 69

2. Pendidikan Harmoni sebagai Aktualisasi Pendidikan Karakter ... 70

a. Konsep Pendidikan Harmoni ... 70

b. Konsep Pendidikan Karakter ... 72

c. Integrasi dan Sinergi Pendidikan Harmoni dengan Pendidikan Karakter ... 76

F. Ihwal Pengembangan Bahan Ajar ... 78

1. Pengertian Bahan Ajar ... 78

2. Organisasi dan Pendekatan Penulisan Bahan Ajar ... 79

3. Evaluasi Bahan Ajar ... 81

G. Penelitian Terdahulu ... 83

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 85

1. Metode Penelitian ... 85

2. Desain Penelitian ... 89

B. Data dan Sampel Penelitian ... 91

C. Instrumen Penelitian ... 92

D. Teknik Pengumpulan Data ... 96

E. Teknik Analisis Data Penelitian ... 99

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Penyelenggaraan Pendidikan Harmoni pada SD di Sulawesi Tengah ... 110

1. Filosofi dan Prinsip Dasar Pendidikan Harmoni ... 110

2. Kurikulum ... 116

3. Bahan Ajar ... 118

B. Deskripsi dan Analisis Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni di Sekolah Dasar Provinsi Sulawesi Tengah ... 119

1. Deskripsi Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni pada Tingkat Sekolah Dasar di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah ... 119

2. Analisis Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni pada Tingkat Sekolah Dasar di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah ... 125

a. Analisis Bahasa Pengantar Berdasarkan Struktur ... 125

1) Analisis Penggunaan Diksi Bahasa Pengantar ... 125

2) Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Pengantar ... 169

3) Analisis Penggunaan Paragraf Bahasa Pengantar ... 188


(9)

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Analisis Bahasa Pengantar Berdasarkan Peristiwa Tutur ... 234

d. Analisis Bahasa Pengantar Berdasarkan Nilai-nilai Harmoni .... 344

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 364

1. Penyelenggaraan Pendidikan Harmoni pada Sekolah Dasar di Sulawesi Tengah ... 364

2. Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni di Sulawesi Tengah ... 367

3. Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni di Sekolah Dasar ... 370

BAB V PENGEMBANGAN MODEL BAHASA PENGANTAR PENDIDIKAN HARMONI DAN IMPLIKASI BAHAN AJARNYA A. Rancangan Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Pendidikan dalam Pendidikan Harmoni ... 375

1. Perencanaan Isi dan Kemasan Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni ... 375

2. Penyusunan Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni ... 377

3. Validasi Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni ... 383

B. Uji Coba/Pelaksanaan Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni di Sekolah Dasar di Jawa Barat ... 389

1. Tahapan Kegiatan ... 389

2. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran ... 391

C. Analisi Hasil Uji Coba Pelaksanaan Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni di Sekolah Dasar Jawa Barat ... 393

D. Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni Sekolah Dasar di Daerah Jawa Barat ... 412

E. Pengembangan Model Bahan Ajar Bahasa Indonesia pada Pendidikan Harmoni di Sekolah Dasar ... 417

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 437

B. Implikasi ... 439

C. Rekomendasi ... 440

DAFTAR PUSTAKA ………442


(10)

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Indonesia memiliki pengalaman peristiwa konflik horizontal di wilayah Sulawesi Tengah yang berlangsung cukup panjang mulai tahun 1998 hingga 2000. Konflik horizontal ini disebabkan oleh adanya perbedaan di atas kelompok-kelompok etnis, agama, atau politik. Kerusuhan Poso adalah sebutan bagi serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso Sulawesi Tengah yang melibatkan kelompok Muslim dan Kristen. Kerusuhan ini dibagi menjadi tiga bagian. Kerusuhan Poso I (25-29 Desember 1998), Poso II (17-21 April 2000), dan Poso III (16 Mei - 15 Juni 2000). Ketegangan dan kerusuhan ini menyebar ke kota lainnya seperti Palu di Sulawesi Tengah. Pendidikan harmoni lahir di Sulawesi Tengah sebagai upaya untuk mengatasi dan memulihkan kondisi masyarakat sekitar akibat konflik tersebut.

Salah satu upaya yang ditempuh dalam mengatasi akibat konflik tersebut adalah melalui pengembangan model Pendidikan Harmoni. Pengembangan model Pendidikan Harmoni merupakan komitmen kemitraan dari berbagai mitra yang mempunyai kesamaan visi untuk menciptakan Sulawesi Tengah yang aman dan damai melalui pendidikan yang berkarakter.

Sejak April 2009, Wahana Visi Indonesia telah mengembangkan pendidikan harmoni di wilayah Sulawesi Tengah dan Maluku Utara, secara khusus di kota Palu dan kabupaten Poso. Pengembangan ini dilakukan bersama mitra lokal, yang terdiri dari pemerintah daerah dan organisasi non pemerintah berbasis keagamaan seperti Muhammadyah, Alkhairat, dan Gereja Krinten Sulawesi Tengah. Tujuan pengembangan pendidikan harmoni adalah untuk menciptakan lingkungan dan masa depan yang aman dan damai bagi anak-anak di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Lingkungan dan masa depan yang aman dan damai bagi anak terwujud ketika anak, keluarga, masyarakat, dan pemerintah membangun, mempromosikan dan mempraktekkan nilai-nilai harmoni diri,


(11)

2

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

sesama dan lingkungan. Wahana Visi Indonesia bersama mitra lokal telah membangun kesepahaman tentang nilai-nilai harmoni diri, sesama, dan lingkungan.

Berkenaan dengan pengembangan karakter bangsa melalui dunia pendidikan, Wahana Visi Indonesia (WVI) berupaya untuk bisa berkontribusi menjaga dan memperbaiki kehidupan anak dengan mendorong pengembangan pendidikan transformatif, pembagian peran dan tanggung jawab antara orangtua dan masyarakat juga pemerintah sebagai lingkungan ekologis sosial dari kehidupan anak melalui Pendidikan Harmoni. Rangkaian kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan pendidikan yang terstruktur. Salah satu upaya pengembangan pendidikan harmoni di wilayah Sulawesi Tengah dan Maluku Utara berproses sejak bulan April 2009 secara khusus di kota Palu dan kabupaten Poso Sulawesi Tengah.

Pengembangan Pendidikan Harmoni di sekolah dasar Kota Palu dan Kabupaten Poso Sulawesi Tengah telah dilakukan melalui berbagai strategi dan aspek pendidikan. Pengembangan tersebut di antaranya melalui, peningkatan kapasitas tenaga pendidik (guru) melalui pengenalan nilai-nilai harmoni dengan metode PAKEM, pendampingan sekolah model, mendorong dukungan pemerintah, pengembangan di sektor non formal dengan kelompok anak telah dilakukan oleh WVI di berbagai wilayah di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Pengembangan konsep pendidikan harmoni sebagai payung konsep yang dikembangkan dengan dukungan dan proses kemitraan untuk mendukung upaya-upaya perdamaian di masyarakat dengan mengintegrasikan budaya kearifan lokal dan karakter pada kurikulum dan kompetensi di sekolah dan lingkungan sekitar anak. Pengembangan pendidikan harmoni berbasis mulitikultural diupayakan bisa berkelanjutan dan diterima secara akademis oleh stakeholder terkait (WVI, 2010, hlm. 2).

Meskipun konflik kekerasan di Sulawesi Tengah telah berlalu dan kehidupan telah berjalan dengan lebih aman, upaya untuk membangun lingkungan yang aman dan damai di masa kini dan masa yang akan datang masih perlu terus diupayakan. Hal ini didukung juga dengan hasil penelitian aksi (action research) yang dilakukan pada tahap awal pengembangan pendidikan harmoni di berbagai


(12)

3

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

sekolah dasar Sulawesi Tengah. Pada riset aksi tersebut, yang dilakukan di Palu dan Poso (Tentena) pada bulan Mei 2009, ditemukan bahwa banyak anak sekolah dasar yang mengalami tindak kekerasan (48-68%) dan banyak anak SD yang melihat kekerasan sebagai bentuk disiplin dan kasih sayang (88%). Di samping itu, masih banyak anak sekolah dasar yang tidak ingin berteman dengan anak lain yang berbeda suku (26-42%) dan yang berbeda agama (26-53%) (WVI, 2010, hlm. 4). Kondisi tersebut memerlukan suatu konsep pendidikan yang berbasis kedamaian. Salah satu konsepnya adalah Pendidikan Harmoni yang terintegrasi ke dalam pendidikan sekolah dasar.

Pemahaman nilai-nilai harmoni pada guru dan siswa sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Palu dan Kabupaten Poso dilakukan melalui berbagai kegiatan. Pemahaman nilai-nilai harmoni kepada guru dilakukan melalui pendidikan dan latihan yang diselenggarakan oleh WVI bekerja sama dengan dinas pendidikan setempat. Pelatihan bertujuan untuk: (1) menggali sumberdaya alam dan budaya serta nilai-nilai kearifan lokal di wilayah Palu-Poso-Tentena; (2) materi pembelajaran terintegrasi dan kontekstual; (3) pembelajaran harmoni berbasis budaya; (4) mengintisarikan dan meleburkan nilai harmoni ke dalam kompetensi pembelajaran; (5) kemampuan pembuatan modul bidang studi yang berbasis budaya yang terkandung nilai- nilai harmoni.

Penerapan Pendidikan Harmoni di Sulawesi Tengah difokuskan di Kota Palu (SD Gamaliel 3 Palu, SDN 6 Palu, dan SD Muhamdiyyah Palu); Kabupaten Poso (SD Muhamdiyyah dan SDN 7 Poso); dan Kecamatan Tentena (SD Gereja Kristen Sulawesi Tengah 3 Tentena dan SDN Sangira). Pengembangan pendidikan harmoni bertujuan menjadi sarana pendidikan kehidupan bagi anak-anak di Sulawesi Tengah. Pada hakikatnya, kegiatan pembelajaran adalah suatu kesatuan yang utuh antara kegiatan hidup manusia (berbahasa, mengindera, rohani, jasmani) dengan konteksnya (alam fisik, alam hayati, masyarakat, budaya dan kehidupan beragama) sehingga proses pembelajaran akan lebih mudah diberikan guru dan diterima siswa. Pendidikan Harmoni di sekolah dasar di Sulawesi Tengah tersebut ialah siswa mendapatkan kembali nilai-nilai kearifan dan keterampilan dalam kehidupannya sehingga anak-anak muda yang lulus dari bangku sekolah bisa hidup dan berkontribusi memecahkan persoalan-persoalan


(13)

4

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

hidup yang ada di lingkungan sekitarnya karena telah dilatih tentang bagaimana hidup dan memaknai kehidupan.

Penerapan model pendidikan harmoni dari segi kebijakan pendukung, realisasi pengembangan kurikulum pendidikan damai, dan perlindungan anak didukung oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dengan adanya UU tersebut, terdapat pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah mengenai urusan pembangunan yang dikenal dengan kebijakan otonomi daerah. Salah satu perwujudan kebijakan otonomi daerah tersebut adalah dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Penerapan desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah dengan pemberian wewenang kepada satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.

Konsep pendidikan harmoni dari sisi teori pengembangan pendidikan merupakan sebuah peluang ilmiah yang dapat dikaji dan dikembangkan menjadi sebuah model pendidikan untuk mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan harmoni pun berupa seperangkat nilai-nilai harmoni yang terdiri atas: harmoni diri, harmoni sesama, dan harmoni alam yang dapat bersinergi dengan pendidikan karakter. Pengembangan pendidikan karakter tersebut akan menopang pencapaian fungsi dan tujuan pendidikan nasional di sekolah. Pada skala mikro, diharapkan pengembangan tersebut bertemali pula pada mata pelajaran di sekolah dasar sehingga mampu membentuk siswa SD yang berakhlak mulia. Hal ini searah dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Secara tersurat, fungsi utama pendidikan nasional adalah membentuk watak, peradaban yang bermartabat, dan berakhlak mulia. Semua aspek kunci


(14)

5

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

yang berkenaan dengan kepribadian tersebut merupakan konsep pokok pengembangan pendidikan karakter.

Pentingnya pendidikan berbasis pada karakter bangsa memang sudah menjadi tawaran solutif bagi bangsa ini. Pendidikan akan berhasil, jika selain pintar atau cerdas juga kompetitif dan bermoral. Cerdas dan kompetitif saja tidak cukup tanpa didasari oleh moralitas yang baik. Oleh karena itu, visi pendidikan Indonesia tentu harus mengusung tiga ranah penting itu di dalamnya. Tidak hanya kemampuan intelektual yang akan diasah, akan tetapi juga sikap dan perilakunya. Pendidikan perilaku atau budi pekerti inilah yang rasanya memang harus dikedepankan. Tolok ukur kelulusan siswa dan mahasiswa bukan hanya pada kemampuannya untuk menghafal dan menganalisis berdasarkan logika dan intelektual, akan tetapi juga bagaimana tingkah laku dan sikap-sikapnya.

Integrasi nilai-nilai harmoni ke dalam sistem pembelajaran di sekolah dilakukan melalui kesinergian mata pelajaran dengan nilai-nilai harmoni. Nilai-nilai harmoni adalah Nilai-nilai-Nilai-nilai yang dibangun secara kontekstual dengan menggali dan memperkuat kearifan lokal, baik nilai-nilai sosial budaya maupun kekayaan alam hayati, dengan tetap mendukung pencapaian standar kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Hasil penggalian tersebut telah melahirkan tiga harmoni, yaitu harmoni diri, harmoni sesama, dan harmoni alam. Harmoni diri adalah harmoni terhadap diri sendiri, sebagai hasil dari olah rasa, hati nurani dan akal budi. Harmoni diri merupakan perwujudan dari hubungan manusia dengan Tuhan dan menjadi dasar bagi unsur harmoni yang lainnya. Harmoni sesama adalah penghargaan, penerimaan dan keselarasan hubungan dengan sesama manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan harmoni alam adalah penghargaan, pemeliharaan dan keselarasan hidup dengan alam semesta, tempat di mana manusia hidup dan berkarya.

Pemerintah pusat melalui pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) hanya memberikan standar dasar untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional. Daerah dan/atau sekolah diberikan kewenangan yang cukup untuk merancang dan menentukan materi pembelajaran, pengelolaan, strategi, dan evaluasi keberhasilan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah. Selain kebijakan tersebut, melalui Inpres Nomor 1


(15)

6

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

Tahun 2010, pemerintah mencanangkan pemberlakuan Kurikulum Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa yang penerapannya tidak berdiri sendiri sebagai mata pelajaran baru tetapi terintegrasi pada pelajaran yang sudah ada dan keseluruhan proses pendidikan di sekolah.

Bahasa dalam kedudukannya sebagai penyampai pesan dapat pula memuat nilai-nilai pendidikan harmoni. Kaitannya dengan penggunaan bahasa, nilai-nilai harmoni akan terkomunikasikan sehingga menimbulkan pemaknaan interaktif. Interaksi tersebut akan menjadi proses internalisasi, aktualisasi, identifikasi, dan transformasi nilai-nilai harmoni kepada siswa. Penggunaan bahasa yang sinergis dengan nilai-nilai harmoni menjadi sebuah keniscayaan agar nilai-nilai tersebut terefleksikan secara holistik kepada siswa sekalipun tersebar pada komponen-komponen bahan ajar. Guru sebagai fasilitator, belum optimal dalam menyinergikan pembelajaran dengan bahasa yang dilandasi oleh diksi atau frase yang mengandung nilai-nilai harmoni. Bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana efektif untuk menyampaikan nilai-nilai pendidikan sebab komunikasi selalu diasosiasikan dengan proses berbahasa. Realitanya apabila berbicara tentang bahasa kita selalu mengaitkannya dengan komunikasi. Seperti ditegaskan Lyons (dalam Siberani, 1992, hlm. 90) bahwa bahasa berperan sebagai alat komunikasi dan merupakan kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. Selain itu, sulit membayangkan batasan istilah yang memuaskan tanpa menghubungkannya dengan pengertian bahasa sebagai penyampai pesan (nilai-nilai pendidikan) dalam komunikasi di sekolah.

Memperhatikan kedudukannya tersebut, guru seyogianya memahami pengintegrasian nilai-nilai harmoni ke dalam bahasa pengantar melalui pemahaman gaya berbahasa (gaya bertutur), ragam kalimat, dan variasi bahasa. Harmoni diri, harmoni sesama, dan harmoni alam yang dikembangkan akan terefleksi melalui keterampilan guru dalam menggunakan bahasa Indonesia pada proses pembelajaran.

Gaya bahasa guru akan mencerminkan penguasaan integrasi nilai harmoni dengan pilihan kata atau diksi. Nilai-nilai harmoni pada dasarnya seperangkat konsep harmoni yang terefleksi pada istilah atau kata yang mengandung makna tertentu. Demikian pula pada saat kata atau istilah tersebut disajikan dalam


(16)

7

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

konteksnya, maka pemaknaan nilai-nilai harmoni akan terekam pada penguasaan kalimat. Ragam kalimat yang digunakan guru harus terintegrasi dan membangun kesatuan makna yang mengandung muatan nilai-nilai harmoni. Kalimat merupakan satuan bahasa yang memiliki kelengkapan makna yang mempunyai kapasitas menyampaikan nilai-nilai harmoni. Melalui kalimat akan terefleksi makna nilai-nilai harmoni dalam konteksnya. Variasi bahasa pun mencerminkan aktualisasi nilai-nilai harmoni. Variasi bahasa berkenaan dengan penjelasan kajian bahasa dalam masyarakat yang dapat dijelaskan dengan memperhatikan keberadaan faktor-faktor atau variabel-variabel sosial yang menyertainya. Variasi bahasa bergayut pula dengan berbagai faktor atau variabel sosial yang mempengaruhi hadirnya variasi bahasa dalam suatu peristiwa tutur. Menurut Bright (2000), ada tiga faktor sosial yang mempengaruhi hadirnya variasi bahasa, yaitu

Identitas sosial pengirim (pembicara/ penutur), identitas sosial penerima (pendengar/mitratutur), dan latar (setting) kegiatan atau peristiwa tutur itu terjadi. Identitas sosial pengirim dan penerima berhubungan dengan apa, siapa dan bagaimana hubungan antarkeduanya, misalnya umur, jenis kelamin, status sosial, hubungan kekerabatan dan; sedangkan latar (setting) berhubungan dengan lingkungan sosial tempat peristiwa tutur itu terjadi, jadi latar pada hakikatnya adalah semua unsur yang relevan dalam konteks komunikasi, kecuali identitas individu yang terlibat dalam komunikasi. (hlm. 32),

Selain itu, proses pembelajaran pun melibatkan sumber belajar atau bahan ajar. Bahan ajar merupakan salah satu komponen pokok dalam proses belajar mengajar. Guru dituntut kreatif dalam menyusun bahan ajar dari berbagai sumber bahan ajar. Sumber bahan ajar beraneka ragam, misalnya: hasil analisis karya sastra, media massa, televisi, radio, dan lain-lain. Dalam keberfungsiannya, bahan ajar menduduki posisi strategis untuk menyampaikan nilai-nilai harmoni. Aktualisasi nilai-nilai harmoni dalam bahan ajar tercantum melalu penggunaan bahasa, teks atau wacana, materi atau isi pelajaran, ilustrasi atau gambar, dan sebagainya.

Melalui penerapan sistem KTSP di sekolah dasar, guru diharapkan lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuai dengan kondisi lingkungan dan kemampuan siswa. Sebuah bahan ajar harus memiliki kesesuaian


(17)

8

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

dengan kurikulum, memiliki sistematika penyajian yang terurai, dan memiliki bahasa dan kerbacaan yang baik. Ketiga syarat tersebut harus terkandung dalam sebuah bahan ajar. Kesesuain dengan kurikulum merupakan syarat pokok sebab kurikulum adalah acuan pokok pelaksanaan pembelajaran. Sistematika penyajian akan berkenaan dengan susunan atau tahapan proses pembalajarannya. Bahan ajar pun harus memiliki bahasa yang dan keterbacaan yang sesuai dengan karakteristik siswa.

Pendidikan harmoni di sekolah dasar merupakan kesatuan dari pembelajaran kompetensi dasar, pembelajaran berbasis budaya dan alam sekitar, dan pembelajaran karakter yang diberikan secara menyenangkan melalui berbagai ragam kegiatan. Inti dari pendidikan harmoni selain olah suasana juga olah isi. Olah isi adalah memasukkan nilai-nilai harmoni dalam kurikulum, mengaitkan materi dengan pengalaman kehidupan sehari-ari, mengembangkan metode pembelajaran yang mudah, menggembirakan & kontekstual dengan menggunakan aktifitas budaya dan alam hayati yang tersedia di lingkungan sekitar. Pendidikan harmoni telah disepakati bersama bukan sebagai sebuah mata pelajaran baru, maka pelaksanaannya dilakukan secara terintegrasi dengan mata pelajaran lain, keteladanan dari guru dan penciptaan suasana sekolah yang mendukung. Dalam pendidikan harmoni terdapat nilai-nilai kompetensi yang disebut kompetensi harmoni, yang tiada lain adalah nilai-nilai karakter utama yang bersumber pada Pancasila.

Kaitannya dengan penggunaan bahasa, sama seperti halnya dengan bahasa pengantar pada kominukasi lisan, bahan ajar pun merupakan sebuah wacana komunikasi antara peneliti dengan pembacanya. Melalui penggunaan bahasanya nilai-nilai harmoni akan terkomunikasikan sehingga menimbulkan pemaknaan interaktif. Interaksi tersebut akan menjadi proses internalisasi, aktualisasi, identifikasi, dan transformasi nilai-nilai harmoni kepada siswa. Penggunaan bahasa yang sinergis dengan nilai-nilai harmoni menjadi sebuah keniscayaan agar nilai-nilai tersebut terefleksikan secara holistik kepada siswa sekalipun tersebar pada komponen-komponen bahan ajar.

Memperhatikan kondisi empirik Pendidikan Harmoni dan permasalahannya di Sulawesi Tengah, pentingnya bahasa Indonesia sebagai


(18)

9

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

bahasa pengantar pada Pendidikan Harmoni, dan posisi strategis bahan ajar yang akomodatif dalam proses penyampaian nilai-nilai harmoni, maka peneliti akan melakukan kajian ilmiah mengenai penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni dan implikasi model bahan ajarnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil studi eksplorasi di lapangan (kajian empiris), dan kajian teoritis (studi kepustakaan), permasalahan yang dapat teridentifikasi antara lain sebagai berikut.

1) Pendidikan harmoni mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat dijadikan model bagi daerah lain dalam mengembangkan pendidikan moral/karakter dan mengkaji kearifan lokal. Pengembangan pendidikan harmoni di Kota Palu dan Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, telah dilakukan melalui berbagai strategi dan aspek pendidikan. Pengembangan tersebut di antaranya melalui: peningkatan kapasitas tenaga pendidik melalui pengenalan nilai-nilai harmoni dengan metode PAKEM, pendampingan sekolah model, mendorong dukungan pemerintah, pengembangan di sektor non formal dengan kelompok anak telah dilakukan di berbagai wilayah layanan di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah. Pengembangan konsep pendidikan harmoni sebagai payung konsep yang dikembangkan dengan dukungan dan proses kemitraan untuk mendukung upaya-upaya perdamaian di masyarakat dengan mengintegrasikan budaya kearifan lokal dan karakter pada kurikulum dan kompetensi di sekolah dan lingkungan sekitar anak. Pengembangan pendidikan harmoni berbasis mulitikultural diupayakan bisa berkelanjutan dan diterima secara akademis oleh stakeholder terkait. Akan tetapi, pengembangan tersebut baru dilakukan pada guru melalui kegiatan pelatihan untuk memahami nilai-nilai harmoni. Pelatihan pemahaman nilai-nilai harmoni bertujuan agar guru memahami konsep pendidikan harmoni yang integratif dengan isi pelajaran di sekolah dasar. Pengintegrasian nilai-nilai harmoni ke dalam isi pelajaran belum diketahui secara ilmiah melalui penelitian empiris.


(19)

10

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

2) Kesinergian nilai-nilai harmoni dengan mata pelajaran di sekolah dasar dapat digayutkan melalui penggunaan bahasa pengantar. Bahasa pengantar adalah bahasa Indonesia yang digunakan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Melalui bahasa pengantar, guru dan siswa menjalin komunikasi interaktif. Pada saat komunikasi berlangsung, siswa akan memahami isi pesan yang disampaikan guru. Pesan-pesan tersebut berisi serangkaian muatan nilai-nilai harmoni yang telah terintegrasi melalui mata pelajaran. Dengan demikian, bahasa pengantar dalam kaitannya dengan penyampaian nilai-nilai harmoni, mempunyai kedudukan yang sangat penting karena semua mata pelajaran yang disampaikan di sekolah dasar menggunakan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya penelitian pengembangan model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar agar proses pembelajaran pendidikan harmoni lebih komunikatif.

3) Bahan ajar dapat menjadi sumber belajar nilai-nilai harmoni yang tersisispkan melalui kalimat, gambar, ilustrasi, contoh, dan sebagainya. Bahan ajar merupakan salah satu komponen pokok dalam proses belajar mengajar. Guru dituntut kreatif dalam menyusun bahan ajar dari berbagai sumber bahan ajar. Sumber bahan ajar beraneka ragam, misalnya: hasil analisis karya sastra, media massa, televisi, radio, dan lain-lain. Dalam keberfungsiannya, bahan ajar menduduki posisi strategis untuk menyampaikan nilai-nilai harmoni. Aktualisasi nilai-nilai harmoni dalam bahan ajar tercantum melalu penggunaan bahasa, teks atau wacana, materi atau isi pelajaran, ilustrasi atau gambar, dan sebagainya. Kenyataannya, bahan ajar yang pada pendidikan harmoni masih menggunakan bahan ajar pokok yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan melalui Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah. Akibatnya, nilai-nilai harmoni belum terakomodasi pada bahan ajar. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan model bahan ajar yang berbasis nilai-nilai harmoni agar internalisasi nilai-nilai harmoni pada bahan ajar lebih efektif. Keefektifannya tergambar melalu penggunaan bahasa, teks atau wacana, materi atau isi pelajaran, ilustrasi atau gambar, dan sebagainya.


(20)

11

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan deskripsi masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada Pendidikan Harmoni dan implikasinya terhadap bahan ajar bahasa Indonesia?

Adapun fokus kajian penelitian ini untuk menjawab rumusan penelitian di atas yang disusun dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1) Bagaimana penyelenggaraan Pendidikan Harmoni tingkat sekolah dasar di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah?

2) Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni tingkat sekolah dasar di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah?

a) Bagaimana struktur bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah? b) Bagaimana ragam bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada

pendidikan harmoni di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah? c) Bagaimana peristiwa tutur bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar

pada pendidikan harmoni di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah?

d) Bagaimana nilai-nilai harmoni pada bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan harmoni di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah?

3) Bagaimana pengembangan model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan harmoni sekolah dasar di daerah Jawa Barat?

4) Bagaimana implikasi model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan harmoni terhadap bahan ajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia sekolah dasar di daerah Jawa Barat?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui dan menemukan model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada Pendidikan Harmoni dan implikasinya terhadap bahan ajar bahasa Indonesia


(21)

12

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

yang dapat diterapkan di sekolah dasar. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Mengetahui penyelenggaraan Pendidikan Harmoni tingkat sekolah dasar di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah.

2) Mendeskripsikan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni tingkat sekolah dasar di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah;

a) struktur bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah;

b) ragam bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah;

c) peristiwa tutur bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah; dan d) nilai-nilai harmoni pada bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar

Pendidikan Harmoni di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah. 3) Memperoleh pengembangan model bahasa Indonesia sebagai bahasa

pengantar pendidikan harmoni sekolah dasar di daerah Jawa Barat.

4) Mendeskripsikan implikasi model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan harmoni terhadap bahan ajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia sekolah dasar di daerah Jawa Barat.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tentang model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada Pendidikan Harmoni dan implikasinya terhadap bahan ajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia sekolah dasar di daerah Jawa Barat yang dapat diterapkan di sekolah dasar dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan keilmuan kajian pendidikan bahasa Indonesia dan khususnya bidang ragam bahasa (sosiolingiustik). Pada akhirnya, hasil penelitian ini pun diharapkan dapat bermanfaat bagi perluasan kajian materi-materi tentang ragam bahasa Indonesia yang berkenaan dengan dialektika keilmuan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.


(22)

13

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat sebagai berikut.

1) Manfaat bagi Peneliti

a. Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dalam bidang sosiologi bahasa dan penerapannya di masyakat, khususnya di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah.

b. Kajian penelitian ini dapat melatih kepekaan dan kekritisan berpikir peneliti dalam bidang sosiolinguistik.

2) Manfaat bagi Lembaga (UPI)

a. Penelitian ini dapat menjadi pemerkaya khazanah keilmuan di lingkungan sekolah pascasarjana dalam bidang ilmu bahasa.

b. Hasil penelitian ini pun dapat dimanfaatkan sebagai sumber kajian bagi mahasiswa lain di lingkungan UPI Bandung.

3) Manfaat bagi daerah Sulawesi Tengah

a. Penelitian ini dapat menjadi sumber analisis kebijakan politik bahasa nasional dalam menentukan ragam bahasa para penutur di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah.

b. Penelitian ini memberikan masukan bagi penyusun kurikulum dalam rangka meningkatkan kualitas bahasa pengantar yang berkenaan dengan karakter bangsa melalui model yang akan dikembangkan.

c. Penelitian ini memberikan masukan positif bagi lembaga pendidikan, khususnya sekolah-sekolah yang menerapkan konsep pendidikan harmoni yang berada di daerah konflik dalam hal mengevaluasi pengembangan model pendidikan yang selama ini dilaksanakan.

4) Manfaat bagi Peneliti lain

a. Penelitian ini menyediakan data empiris mengenai penggunaan bahasa Indonesia di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah. Data ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lain pada bidang sosiolinguistik yang dikaji dari paradigma yang berbeda.

b. Penelitian dapat menjadi sumber kajian dalam memberikan arah bagi pihak lain yang berminat untuk meneliti permasalahan ini secara lebih lanjut.


(23)

14

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

F. Definisi Operasional

Konsep-konsep yang perlu dijelaskan pada penelitian ini antara lain: bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan pendidikan harmoni.

1) Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar

Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis.

Yang dimaksud bahasa pengantar dalam penelitian ini adalah bahasa yang digunakan guru pada saat melaksanakan proses pembelajaran di sekolah dasar Pendidikan Harmoni. Dalam konteks formal, penggunaan bahasa Indonesia mengandung pengertian menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar atau bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

Model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar Pendidikan Harmoni merujuk pada pengertian rencana atau konsep bahasa Indonesia ragam formal yang digunakan sebagai bahasa pengantar pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai harmoni sebagai aktualisasi konsep pendidikan karakter. Model bahasa Indonesia adalah bahasa Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur kehidupan, yakni nilai-nilai harmoni sebagai aktualisasi konsep pendidikan karakter. Nuansa nilai-nilai harmoni tercermin dalam pemilihan topik pembelajaran, diksi, kalimat, pola penalaran, dan situasi tutur pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Penelitian ini akan menyusun dan mengembangkan kerangka acuan penggunaan bahasa Indonesia pada pendidikan harmoni sebagai model berdasarkan hasil kajian dari studi deskripsi penggunaan bahasa Indonesia yang digunakan pada Pendidikan Harmoni di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah. Terkait dengan penelitian ini, bahasa pengantar yang digunakan pada Pendidikan Harmoni akan dianalisis melalui empat aspek, yakni: struktur bahasa, ragam bahasa, peristiwa tutur, dan nilai-nilai harmoni. Hasil analisis tersebut akan menjadi dasar pengembangan model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada Pendidikan Harmoni sekolah dasar di Jawa Barat.


(24)

15

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

2) Pendidikan Harmoni

Pendidikan harmoni dibangun secara kontekstual dengan menggali dan memperkuat kearifan lokal, baik nilai-nilai sosial budaya maupun kekayaan alam hayati, dengan tetap mendukung pencapaian standar kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Hasil penggalian tersebut telah melahirkan 3 harmoni, yaitu harmoni diri, harmoni sesama dan harmoni alam. Harmoni diri adalah harmoni terhadap diri sendiri, sebagai hasil dari olah rasa, hati nurani dan akal budi. Harmoni diri merupakan perwujudan dari hubungan manusia dengan Tuhan dan menjadi dasar bagi unsur harmoni yang lainnya. Harmoni sesama adalah penghargaan, penerimaan dan keselarasan hubungan dengan sesama manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan harmoni alam adalah penghargaan, pemeliharaan dan keselarasan hidup dengan alam semesta, tempat di mana manusia hidup dan berkarya. Pendidikan Harmoni memiliki beberapa prinsip, yakni: (1) integrasi dan kontekstual: Pendidikan Harmoni dapat mengintegrasikan beberapa kompetensi dasar bahkan mata pelajaran di dalam suatu tema. Tema yang dipilih harus kontekstual agar siswa mendapat gambaran nyata tentang suatu keadaan. Manfaat lain secara langsung adalah terpeliharanya budaya daerah dan alam sekitar yang selama ini kurang optimal diajarkan di sekolah serta memaknai seluruh kearifan budaya dan alam sekitar dalam kegiatan pembelajaran. (2) Menggali kearifan lokal: Karakter suatu bangsa tergantung pada budaya bangsa sendiri. Karakter akan lahir dari nilai-nilai kearifan lokalnya. Kearifan lokal hanya lestari jika budaya daerahnya lestari. Dari sebuah benda budaya, ataupun kegiatan budaya, akan banyak terkandung nilai-nilai karakter utama. Misalnya tentang pesan kelestarian alam, tidak boleh serakah, menghormati tamu dan sebagainya. Setiap cerita memiliki pesan moral. Oleh karena itu, apabila benda budaya, kegiatan budaya, atau cerita sastra hilang atau punah, maka akan punah pula karakter masyarakatnya. Karakternya akan tergantikan oleh karakter lain yang belum tentu sesuai dan selaras dengan masyarakat dan lingkungannya. Pendidikan Harmoni melatih para guru mampu mengangkat budaya dan alam sekitar menjadi berbagai ragam kegiatan pembelajaran sekaligus menanamkan nilai-nilai harmoni. (3) Aktif, kreatif dan menyenangkan: dengan menggunakan ragam kegiatan yang bertbasis alam dan budaya serta menjadikan seluruh lingkungan hidup menjadi


(25)

16

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

kelas, maka kegiatan pembelajaran akan menjadi mengasyikan dan menyenangkan. Selain itu, dalam proses belajar mengajar yang bernuansa harmoni juga mempromosikan suasana dan tempat yang aman dan nyaman bagi anak yang terbebas dari kekerasan (child friendly).

3) Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Pengertian bahan ajar yang peneliti kemukakan merujuk pada Buckingham (dalam Tarigan,1986, hlm. 12) yang menyatakan bahwa bahan ajar merupakan sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah untuk menunjang suatu program. Dasar pemikiran tersebut menjadi sarana definisi peneliti, bahwa yang dimaksud bahan ajar dalam penelitian ini adalah seperangkat bahan pelajaran yang perlu dikuasai oleh siswa yang mengacu kepada kompetensi pengetahuan, sikap, keterampilan dan tujuan.

Bertemali dengan penelitian ini, model bahan ajar merupakan seperangkat konsep bahan belajar siswa yang disusun berdasarkan hasil penelitian dan hasil kajian pendidikan harmoni di Sulawesi Tengah. Komponen utama bahan ajar adalah: a) tinjauan materi, b) pendahuluan setiap bab, c) penutup setiap bab, d) daftar pustaka, dan e) senarai. Setiap komponen mempunyai sub-sub komponen yang saling berintegrasi satu sama lain. Susunan komponen-komponen dan sub-sub komponen bahan ajar sama dengan strategi pembelajaran yang lazim digunakan guru dalan kegiatan belajar mengajar. Proses menyusun bahan ajar, meliputi langkah-langkah: perumusan tujuan instruksional atau standar kompetensi; melakukan analisis instruksional/kurikulum; menentukan perilaku awal siswa atau indikator kompetensi; merumuskan kompetensi dasar; menyusun rencana kegiatan; menyusun silabus; menulis/ menyusun bahan ajar; dan evaluasi bahan ajar dan perbaikan.

Berdasarkan model pengembangan tersebut, kegiatan pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia sebagai implikasi penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu (1) perencanaan isi dan kemasan bahan ajar, (2) penyusunan, (3) validasi, dan (4) uji coba.

Berdasarkan beberapa batasan istilah tersebut, maka yang dimaksud dengan model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada Pendidikan Harmoni dan implikasinya terhadap bahan ajar bahasa Indonesia dalam penelitian


(26)

17

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

ini adalah rencana atau konsep bahasa Indonesia ragam formal yang digunakan guru sekolah dasar sebagai bahasa pengantar pendidikan berlandaskan nilai-nilai harmoni yang tercermin dalam pemilihan topik pembelajaran, diksi, kalimat, pola penalaran, dan situasi tutur pada saat proses pembelajaran berlangsung.

G. Paradigma Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh data deskriptif tentang penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada Pendidikan Harmoni. Tujuan tersebut digambarkan pada paradigma penelitian ini sebagai berikut.


(27)

18

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Multi Etenik, Ras,

Agama Profil bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni Nilai-nilai Harmoni Konflik antaragama dan suku Ragam Budaya dan bahasa Pendidikan Harmoni Konsep Pendidikan Model Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni Rancangan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada

pendidikan harmoni

Nilai-nilai harmoni dalam pendidikan Peristiwa T utur Pendidikan harmoni Ragam Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni Struktur Bahasa Pengantar Pendidikan Harmoni Latar Belakang

Uji coba bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar Pendidikan Harmoni dalam pembelajaran dengan bahan ajar bahasa

Indonesia berbasis Pendidikan Harmoni

Rancangan bahan ajar bahasa Indonesia berbasis pendidikan harmoni


(28)

19

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1


(29)

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pemilihan pendekatan ini sesuai dengan tujuan penelitian, dan sifat data penelitian. Pendekatan ini mempunyai karakteristik sebagai berikut.

(1) Penelitian ini bersifat deskriptif; penelitian ini bermaksud mendeskripsikan gejala-gejala yang ada pada data tanpa memberikan perlakuan dalam bentuk apa pun pada sumber data. Data tersebut adalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni di Sulawesi Tengah (Palu, Poso, dan Tentena).

(2) Penelitian ini bersifat alamiah; penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami atau wajar tanpa adanya perlakuan pada sumber data. Penelitian ini hanya mengeksplorasi data alamiah yang ada melalui teknik deskriptif.

(3) Penelitian ini bersifat induktif; penelitian ini tidak bermaksud menguji hipotesis yang dirumuskan sebelumnya, tetapi menarik simpulan berdasarkan hasil telaah terhadap data.

(4) Peneliti sebagai pengumpul data utama; hal ini memungkinkan membuat instrumen sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. (5) Menggunakan kriteria keabsahan data. Spesifikasi penelitian yang

digunakan adalah deskriptif analisis yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 1993, hlm. 310). Pengumpulan data dengan melukiskan sebagaimana adanya, tidak diiringi dengan ulasan atau pandangan atau analisis dari penulis (Bachtiar, 1997, hlm. 60).


(30)

86

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan fokus masalah, tujuan, subjek penelitian, dan karakteristik data, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran (mixed methodology). Mixed method menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti masalah penelitian, karena peneliti ini memiliki kebebasan untuk menggunakan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu saja. Penggunaan metode penelitian ini didasari pada beberapa pendapat yakni Creswell (2007) bahwa

As a method, mixed methodsfocuses on collecting, analiyzing, and mixing both quantitative and qualitative data in a single study or series or studies. Its central premise is that the use of quantitative and qualitative approaches in combination provides a better understanding of research problems than either approach alone. Sebagai sebuah metode penelitian, mixed methods. Mixed method adalah metode yang memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam hal metodologi (seperti dalam tahap pengumpulan data), dan kajian model campuran memadukan dua pendekatan dalam semua tahapan proses penelitian. (hlm. 5)

Berfokus pada pengumpulan, penganalisisan, dan pencampuran data kuantitatif dan kualitatif dalam suatu penelitian tunggal atau lanjutan. Anggapan dasarnya ialah bahwa penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif dalam satu penelitian dapat memberikan pemahaman atau jawaban dari masalah penelitian secara lebih baik dibandingkan dengan penggunaan salah satunya. Pembagian tipe dalam penelitian mixed methods dapat dibagi menjadi empat, yakni; tipe embedded, explanatory, exploratory, dan triangulation (Cresswell, 2007, hlm. 62

–79). Lebih lanjut, Cresswell (Sugiono, 2011, hlm. 406–407) membagi penelitian kombinasi atau mixed methods menjadi dua model utama yakni model sequential (urutan) dan model concurrent (campuran). Model sequential (urutan) dibagi menjadi dua yakni sequential explanatory (pembuktian) dan sequential exploratory. Model concurrent (campuran) dibagi menjadi dua yakni model concurrent triangulation (campuran kuantitatif dan kualitatif secara berimbang) dan model concurrent embedded (campuran penguatan/metode kedua memperkuat metode pertama).

Berdasarkan pembagian tipe penelitian mixed methods, penulis memilih menggunakan desain sequential exploratory strategy. Desain tipe ini merupakan


(31)

87

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

desain penelitian mixed methods yang dilakukan dengan cara melaksanakan penelitian kualitatif terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif. Terhadap urutan penggunaan metode penelitian di atas, secara lebih komperehensif Cresswell (Sugiono, 2011, hlm. 409) menyatakan Sequential exploratory strategy in mixed methods research involves a first phase of qualitative data collection and analysis followed by a second phase of quantitative data collection and analysis that builds on the results of the first qualitative phase. Pada tahap awal metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan tahap berikutnya menggunakan metode kuantitatif. Penekanan metode lebih pada metode pertama, yakni metode kualitatif dan selanjutnya dilengkapi dengan metode kuantitatif. Pencampuran data kedua metode bersifat connecting (menyambung) antara hasil penelitian pertama dan tahap berikutnya.

Mixed Method juga disebut sebagai sebuah metodologi yang memberikan asumsi filosofis dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara pengumpulan data dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui beberapa fase proses penelitian Strategi metode campuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah urutan analisis kuantitatif dan kualitatif, tujuan strategi ini adalah untuk mengidentifikasikan komponen konsep (subkonsep) melalui analisis data kuantitatif dan kemudian mengumpulkan data kualitatif guna memperluas informasi yang tersedia (Ghozali, 2010, hlm. 222). Intinya adalah untuk menyatukan data kuantitatif dan data kualitatif agar memperoleh analisis yang lebih lengkap. Berdasarkan uraian tersebut, maka desain penelitian yang akan penulis gunakan ialah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Sequential Exploratory Strategy

Perencanaan penelitian ini berisi skema atau program penelitian yang bersifat out line, yakni berisi apa yang akan dilakukan peneliti, mulai dari

Qualitative Qualitative

Qualitative Data Collection

Qualitative Data Analysis

Qualitative Data Collection

Qualitative Data Analysis

Interpretation Entire Analysis


(32)

88

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan dalam menggali data sampai pada analisis data akhir. Strukturnya memuat skema, paradigma-paradigma variabel operasional, dan keterkaitan beberapa domain sehingga membangun skema struktural tujuan penelitian. Pemerolehan data dilakukan melalui eksplorasi, yaitu menelusuri dengan cermat semua dokumen yang terkait dengan fokus penelitian, wawancara yang luas dan mendalam, dan pengamatan mengenai penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada Pendidikan Harmoni di Sulawesi Tengah.

Penemuan model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan harmoni sekolah dasar di daerah Jawa Barat dan model bahan ajar Pendidikan Harmoni menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (R & D) dengan pendekatan kualitatif yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1989, hlm. 203). Studi ini secara konseptual berbingkai penelitian dan pengembangan, namun demikian secara operasional dilakukan modifikasi dan improvisasi, terutama dalam langkah-langkahnya. Langkah-langkah penelitian pengembangan sebagaimana diungkapkan Borg dan Gall (1989, hlm. 203). Prosedur penelitian merujuk pada langkah-langkah di atas, maka secara operasional prosedur penelitian pengembangan ini dilakukan dalam tujuh langkah:

1) Empirik (lapangan), yaitu penemuan kegiatan di lapangan secara empirik, tentang pelaksanaan Pendidikan Harmoni mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

2) Kepustakaan, yaitu kajian teori umum, konsep-konsep pokok serta konsep dan teori pendukung, berkenaan dengan konsep pembelajaran, bahan ajar, dan pendidikan karakter.

3) Penyusunan model konseptual, dilakukan melalui kegiatan: menganalisis kerangka teori dan data empirik bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada pendidikan harmoni tingkat sekolah dasar di Palu, Poso, dan Tentena Sulawesi Tengah, menjabarkan teori dalam model konseptual, menetapkan instrumen efektivitas model, dan menetapkan kerangka model. Hasilnya tersusun model konseptual model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan harmoni sekolah dasar di daerah Jawa Barat, dan model konseptual bahan ajar Pendidikan Harmoni.


(33)

89

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Verifikasi model, yakni kegiatan validasi teori, model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan harmoni sekolah dasar di daerah Jawa Barat, dan model bahan ajar Pendidikan Harmoni kepada pembimbing, para ahli dan praktisi.

5) Uji coba model (implementasi), yakni mengorganisir sampel penelitian, sosialisasi model, dan menerapkan model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan harmoni sekolah dasar di daerah Jawa Barat dengan menggunakan bahan ajar Pendidikan Harmoni.

6) Analisis dan revisi model, yaitu memberikan pertimbangan nilai dan manfaat model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan harmoni sekolah dasar di daerah Jawa Barat dan model bahan ajar Pendidikan Harmoni dalam hal perencanaan tindak lanjut serta revisi model.

7) Model akhir sebagai hasil implementasi, yakni model yang direkomendasikan sebagai model bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan harmoni sekolah dasar di daerah Jawa Barat dan model hipotetik bahan ajar Pendidikan Harmoni sebagi implikasi hasil penelitian ini.

2. Desain Penelitian

Seperti yang diungkapkan sebelumnya, bahwa berdasarkan pembagian tipe penelitian mixed methods, penulis memilih menggunakan desain sequential exploratory strategy. Pada tahap awal metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan tahap berikutnya menggunakan metode kuantitatif. Penekanan metode lebih pada metode pertama, yakni metode kualitatif dan selanjutnya dilengkapi dengan metode kuantitatif. Pencampuran data kedua metode bersifat connecting (menyambung) antara hasil penelitian pertama dan tahap berikutnya. Penelitian ini juga menggunakan sequential exploratory strategy sebagai strateginya. Penelitian tentang penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pada Pendidikan Harmoni dan pengembangan model bahan ajarnya dikaji secara mendalam, menyeluruh, dan terperinci tentang fenomena dari satu atau lebih kasus yang bersifat kontemporer.


(34)

90

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia


(1)

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alagmulai, S. (2006). SOLO, RASCH, QUEST, and Curriculum Evaluation. [Online].Tersedia:http//www.aare.edu.au/96pap/alags96046.txt[20Maret2010]. Amirin, M. Tatang, (2000). Menyusun rencana penelitian, Edisi 1, Cetakan Keempat,

Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.

Aslinda, L. Sy. (2007). Pengantar sosiolinguistik. Bandung: Refika.

Austin, J. L. (1962). How to do things with words. Oxford: Oxford University Press. Baran, S. J. dan Dennis K. Davis. (2010). Teori komunikasi massa dasar, pergolakan,

dan masa depan. Jakarta: Salemba Humanika.

berdasarkan nilai-nilai budaya untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Bogdan, R. C. dan Biklen, S.K. (1972). Riset kualitatif untuk pendidikan. Terjemahan oleh Munandir. Jakarta: Depdikbud.

Borg, W.R., & Gall, M.D. (1983). Educational research: An introduction. (4 th ed). New York London: Longman.

Bright, W. (1992). International encyclopedia of linguistic. New York: Oxford University Press.

Brown, G dan Yule, G. (2008). Analisis wacana. Terjemahan oleh I. Soetikno. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bungin, B. (2003). Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bungin, B. (2005). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi: teori, paradigma dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(2)

443

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bungin, B. (2009). Penelitian kualitatif; komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Chaer, A dan Leoni A. (1995). Sosiolinguistik: perkenalan awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. (2007). Linguisti umum. Jakarta; Rineka Cipta.

Chaer, A. (1994). Pengantar semantik bahasa indonesia. Jakarta: Rineka cipta. Chomsky, N. (1972). Language and mind. New York: Harcourt Brace.

Creswell, John W. (2010). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dardjowidjojo, S. (2005). Psikolinguistik. Jakarta: Erlangga. Davidoff, L. (1988). Pengantar psikologi. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kurikulum 2004: standar kompetensi mata pelajaran bahasa inggris. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Keterampilan dasar untuk hidup. literasi membaca, matematika, & sains. laporan program for international student’s assessment. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian & Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional.

Depdikbud. (1988). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, B. Sy. (2004). Pola komunikasi orang tua dan anak dalam keluarga. Jakarta : PT. Rhineka Cipta.

Driyarkara. (1978). Filsafat manusia. Yogyakarta: Kanisius.

Fatimah, Dj. (1999). Semantik 2 pemahaman ilmu makna, Bandung: PT Refika Aditama.

Firth, J. R. (1978). Papers in linguistics 1934-1951. Oxford: Oxford University Press. Fishman, J. A. (1972). The sosiologyof language. Massachussetts: Newbury House


(3)

444

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ghozali, A. (2010). Tinjauan literatur: effective school research, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 021. Tahun ke-5, Januari 2000, Balitbang Depdiknas. Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. (1990). Instruction: A models

approach. Boston: Allyn and Bacon.

Halliday. (1970). The Linguistic sciences and language teaching. Bloomington: Indiana.

Hardy, M. S. H. (1988). Pengantar psikologi. Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga.

Hartmann and Stork. (1972). Dictionary of language and linguistics. London: Applied Science.

Hasan. H. (1993). Analisis wacana pragmatik. Bandung: Angkasa.

Hendrikus, D.W. (1991). Retorika, terampil berpidato, berdiskusi, berargumen, bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius.

Hymes, D. (1972). Models of the interactions of language and social life. Dalam Jhon J.G. dan Dell Hymes (Ed.), Direction in Sociolinguitics (hlm. 35-71). New York: Holt, Ricehart and Winstton Inc.

Jalaludin Rakhmat. (1994). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kemendiknas, (2010). Bahan pelatihan penguatan metodologi pembelajaran .

Keraf, G. (1991). Tatabahasa indonesia rujukan bahasa indonesia untuk pendidikan menengah. Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, H. (1981). “Bahasa indonesia baku”. dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, Jilid II, Tahun 1981, 17-24. Jakarta: Bahtera.

Kridalaksana, H. (2001). Kamus linguistik Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lanu, A. (1995). Pancasila sebagai ideologi terbuka. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Leech, G. (1989). Principles of pragmatics. London: Logman.

Lickona, Thomas. (1991). Educating for character. how our school can teach respect and responsibility.


(4)

445

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mackey, F. W. (1978). Languange teaching analysis. London: Longman. Matsna, M. (2006). Orientasi Semantik al-zamakhsyari. Jakarta: Anglimedi.

Matsna, M. H.S. & Chudlori Umar. (2006). Pengantar studi al-Quran (at-Tibyan). Bandung: al-Maarif.

Miles, B.B. dan A.M. Huberman. (1992). Analisa data kualitatif. Jakarta: UI Press. Moeliono, A. M. dkk. (1998). Tata bahasa baku bahasa indonesia edisi ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka.

Moleong, L. J. (1990). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyana, D. (2008). Ilmu komunikasi: suatu pengantar. Jakarta: PT. Remaja. Rosdakarya.

Musfiroh. (2008). Cerdas melalui bermain. Jakarta: Grasindo

Nababan, P. W. J. (1984). Sosiolingustik: suatu pengantar. Jakarta: PT. Gramedia. Nababan, P. W. J. (1987). Ilmu pragmatik: (teori dan pengajarannya). Jakarta:

Depdikbud.

Nana Sudjana. (2000). Dasar-dasar proses pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algosindo.

Pateda, M. (1994). Linguistik sebuah pengantar. Bandung: Angkasa.

Poerwadarminta, W.J.S. (1976). Kamus umum bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Perbukuan. (2003). Pedoman pengembangan standar perbukuan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Pusbuk. (2004). Pedoman penilain buku teks. Jakarta: Depdiknas.

Rahadi, K. (2001). Serpih-serpih masalah kebahasaan indonesian. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Riswanto. (2005). “analisis wacana rubrik “nah ini dia”. Skripsi Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang.


(5)

446

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rivers, W. L. dan Jay W. J. (2003). Media massa dan masyarakat modern (edisi kedua). Jakarta: Kencana.

Sapir, E. (1921). Language: an introduction to the study of speech: Bibliographic Record.

Sibarani, R. (2004). Hakikat bahasa. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Smith, M. K. (1994). Local education. community, conversation, action, Buckingham: Open University Press.

Sudaryat, Y. (2009). Makna dalam wacana. Bandung: Yrama Widya.

Sudjana, N. (2000). Pemilihan dan peniliaian pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesinaro.

Sugiyono.(2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta. Sumarlam, dkk. (2003). Teori dan praktik analisis wacana. Surakarta: Pustaka

Cakra..

Sumarsono, P. P. (2002). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sumarsono, P.P. (2008). Pengantar semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryaman M. (2007). Dimensi-dimensi kontekstual dalam penulisan buku teks pelajaran bahasa indonesia, diksi. www.http://journal.uny.ac.id

Tarigan, H. G. (2009). Pengajaran gaya bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. (1993). Menulis suatu keterampilan berbahasa. Bandung : Angkasa. Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. (2005). Pengantar pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


(6)

447

Hoerudin, Cecep Wahyu, 2015

Model Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar pada Pendidikan Harmoni dan Implikasinya terhadap Bahan Ajar Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wedha. (2007). “Kohesi dan koherensi pada Rubrik “Parodi” dalam Kompas”,

Skripsi Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang.

Wijana, I. D. (1996). Dasar-dasar pragmatik. Yogyakarta: Andi. Arizona Education.

Williams, Russell T. dan Ratna Megawangi. 2010. Kecerdasan Plus Karakter.

http://ihf-org.tripod.com. diunduh tanggal 20 November 2013.

World Visi Indonesia. (2010). Laporan Kegiatan Lokakarya Penguatan

Modelpendidikan Harmoni &Workshop Metode Pembelajaran