PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DIBALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT.

(1)

67/S1/KTP/OKTOBER/2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA

DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

(Studi Deskriptif Analitik Terhadap Penyelenggaraan In House Training Pada Mata Pelajaran Bahasa Sunda di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

WIWI WINARTI 1100804

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

67/S1/KTP/OKTOBER/2015

Penyelenggaraan Program

In House

Training

Pada Mata Pelajaran Bahasa

Sunda di Balai Pengembangan Bahasa

Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Oleh

Wiwi Winarti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Wiwi Winarti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

WIWI WINARTI (1100804). PENYELENGGARAAN PROGRAM IN

HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA

DIBALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT.

Skripsi Program Studi Teknologi Pendidikan. Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Tahun 2015.

Penelitian ini berusaha untuk menjawab rumusan masalah penelitian, yaitu: bagaimana penyelenggaraan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda. Secara lebih khusus masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana Perencanaan in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di BPBDK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat? (2) Bagaimana pelaksanaan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di BPBDK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat? (3) Bagaimana evaluasi program In house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di BPBDK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat? (4) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan In house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat?.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara, angket dan studi dokumentasi. Instrumen penelitian yang berupa angket disebarkan kepada 38 orang guru Bahasa Sunda yang mengikuti program In house training di Kota Bandung, wawancara dilakukan kepada penyelenggara, narasumber/pengajar dan panitia pelaksana dan studi dokumentasi untuk melihat dokumen yang dibutuhkan dan tersedia dalam program In house training.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di BPBDK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat berjalan sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan instruksi dari BPBDK selaku penyelenggara, dan terbukti in house training dapat mendatangkan lebih banyak guru yakni sebesar 2025 orang, dapat meningkatkan kompetensi guru, dari ke empat kompetensi yang dimiliki kompetensi profesional yang paling mengalami peningkatan setelah peserta mengikuti program in house training.

Kata kunci: in house training, perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan.


(5)

ABSTRACT

Wiwi Winarti (1100804), IMPLEMENTATION IN HOUSE TRAINING PROGRAM OF THE SUBJECT SUNDA hall LANGUAGE DEVELOPMENT AND LOCAL LANGUAGE ARTS (BPBDK) EDUCATION OFFICE WEST JAVA PROVINCE.

Thesis Studies Program in Education Technology. Department of Curriculum and Educational Technology. 2015.

This study seeks to answer the formulation of research problems, namely: how the organization of in-house training programs on subjects Sundanese. More specifically the research problem can be formulated as follows: (1) How Planning in-house training on the subjects in BPBDK Sundanese of West Java Provincial Education Department? (2) How is the implementation of the program in-house training on the subjects in BPBDK Sundanese of West Java Provincial Education Department? (3) How does the evaluation of In-house training program on the subjects in BPBDK Sundanese of West Java Provincial Education Department? (4) What are the supporting factors and obstacles in the implementation of In -house training on the subjects of Sundanese in West Java Provincial Education Office?.

This research uses descriptive quantitative method. The research data was obtained through interviews, questionnaires and documentation. The research instrument in the form of a questionnaire distributed to 38 teachers Sundanese In -house training program in the city of Bandung, the interview is done to the organizers, speakers / lecturers and the executive committee and documentation to see the documents required and are available in In-house training programs. The results of the show there it can be concluded that the implementation of the program in-house training on the subjects of Sundanese in BPBDK Provincial Education Department of West Java running in relevance with procedures and in accordance with the instructions of BPBDK as the organizer, and its proven in -house training can bring more teachers namely amounted to 2025 people, can improve the competence of teachers, of the four competency of professional competence that most increased after participants attended in-house training program.


(6)

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR DIAGRAM... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Hasil Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan dan pelatihan... 9

1. Konsep Pendidikan dan Pelatihan... 9

1. Tujuan dan Kegunaan Pendidikan dan Pelatihan... 11

2 Model-model Pelatihan... 14

3 Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan... 15

4 Prinsip Penyelenggaraan Pelatihan dan Pengembangan SDM... 19

B. In house training... 20

1. Konsep In house training... 20

2. Manfaat In house training... 23

3. Kelebihan dan kekurangan In house training……..………... 23

C. Kompetensi Guru... 24

1. Pengertian Guru... 24


(7)

3. Kompetensi Guru... 26

D. Penelitian yang Relevan... 28

BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Metode... 32

2. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel... 32

3. Definisi Operasional... 35

4. Instrumen Penelitian... 36

5. Teknik Pengembangan Instrumen... 37

6. Analisis Data... 39

7. Prosedur Penelitian... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Coba Instrumen... 42

1. Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 43

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 43

1. Pembahasan Hasil Penelitiap Pada Tahap Perencanaan... 44

2. Pembahasan Hasil Penelitian Pada Tahap Pelaksanaan... 49

3. Pembahasan Hasil Penelitian Pada Tahap Evaluasi... 63

4. Pembahasan Hasil Penelitian Pada Tahap Faktor Pendukung dan Penghambat.. 64

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 67

1. Perencanaan Program In house training... 67

2. Pelaksanaan Program In house training... 73

3. Evaluasi Program In house training... 77

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Program In house training... 79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 81


(8)

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA 85

LAMPIRAN – LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS


(9)

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Globalisasi yang masuk ke Indonesia telah mempengaruhi aspek-aspek dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, baik itu sikap, perilaku, bahkan cara berbicara. Globalisasi sedikit banyak telah memberikan dampak pada semua aspek kehidupan manusia seperti dibidang pendidikan, kebudayaan, sosial dan lainnya. Pengaruh globalisasi juga telah mempengaruhi kedudukan bahasa daerah salah satu penyebabnya yakni banyaknya bahasa asing dan budaya luar masuk ke Indonesia menjadi salah satu penyebab bahasa daerah dan budaya daerah yang ada di seluruh penjuru Indonesia perlahan memudar. Hal tersebut juga mempengaruhi kedudukan Bahasa Sunda sebagai bahasa khas daerah Jawa Barat.

Salah satu upaya untuk mempertahankan kebudayaan dan bahasa daerah yaitu melalui pendidikan, pendidikan memiliki peran untuk untuk melestarikan dan meningkatkan kebudayaan itu sendiri. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengembangkan bahasa daerah dan kebudayaan dengan baik dan peningkatan kualitas pendidikan juga harus ditingkatkan supaya transformasi budaya menjadi lebih baik dan dapat terlaksana seperti yang diharapkan. Salah satu komponen pendidikan yang bisa melaksanakan dan ikut berperan serta dalam hal tersebut yakni guru.

Guru adalah salah satu sumber daya manusia yang memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Guru memegang peranan penting dalam mendidik, mengajar, dan melatih siswa agar menjadi sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam persaingan dimasa depan. Guru yang profesional akan ikut serta meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Untuk menjadikan guru professional tidaklah mudah, faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalitas seorang guru seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3, guru yang profesional adalah guru yang memiliki; (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional dan (4) kompetensi sosial.


(10)

2

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam melaksanakan tanggung jawab yang dijalankannya, guru mempunyai peranan dalam menentukan serta mencapai tujuan yang ditetapkan. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang kini mengharuskan guru untuk bisa mengikutinya oleh karena itu upaya pengembangan kemampuan profesional guru secara terus-menerus dilakukan baik oleh sekolah, maupun oleh dinas pendidikan. Kompetensi yang dimiliki guru tersebut harus terus ditingkatkan dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan cara salah satunya melalui sistem pembinaan yang dapat meningkatkan kualitas dan meningkatkan profesional guru.

Dalam Hal ini banyak ditemukan guru Bahasa Sunda di Provinsi Jawa Barat yang memiliki latar belakang pendidikan yang tidak sama seperti mata pelajaran yang diajarkannya. Seperti dikutip dari harian online

(http://www.pikiran-rakyat.com/node/219222) memberitakan mengenai Jawa barat kekurangan guru bahasa daerah: Dikemukakan Kepala dari Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Bapak Husen R. Hasan dapat dijelaskan bahwa:

Jawa barat masih kekurangan guru Bahasa Daerah yang mempunyai latar belakang pendidikan bahasa daerah seperti Bahasa Sunda. Kalau bukan dari latar belakang pendidikan Bahasa Sunda maka bisa dibayangkan bagaiman itu nanti pengajarannya," kata Husen. Menurut beliau, saat ini di Jabar memiliki 37.000 sekolah negeri dan swasta dari jenjang TK hingga SMA. Jadi seharusnya minimal ada 37.000 guru bahasa daerah dengan asumsi satu guru di tiap sekolah. Akan tetapi jumlah tersebut masih jauh dari jumlah ideal. Idealnya setiap sekolah memiliki tiga guru bahasa daerah berlatar pendidikan bahasa daerah.

Kebutuhan akan guru Bahasa Sunda yang menjadikan para guru untuk mengajar pelajaran Bahasa Sunda. Hal ini sangat disayangkan mengingat setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan merupakan salah satu latar belakang diadakannya pendidikan dan pelatihan yang diperuntukan bagi seluruh guru Bahasa Sunda. Indonesia sangat kaya dengan bahasa daerah dan sastra daerah. Kedudukan Bahasa Sunda saat ini masih kokoh sebagai salah satu Bahasa Daerah dari Jawa Barat. Data dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO tahun 2012 ) menjelaskan bahwa masyarakat Sunda saat ini masih menjaga bahasa yang menjadi ciri khas dari Suku Sunda. Dalam rangka peringkat UNESCO, dari 6.912


(11)

bahasa daerah di dunia, Bahasa Sunda berada di posisi ke-32 terbanyak penuturnya. Pada tanggal 21 Februari 2012 lalu, UNESCO menetapkan bahwa Bahasa Sunda merupakan Bahasa Indung Internasional. Ini menjadi salah satu kebanggaan bagi masyarakat suku Sunda juga tantangan bagi semua pihak untuk bisa melestarikannya. Keberagaman penduduk yang berada di Provinsi Jawa Barat melahirkan berbagai budaya, tradisi dan juga bahasa yang digunakan, sehingga Jawa Barat memiliki tiga bahasa daerah yaitu bahasa daerah Cirebonan, bahasa melayu dialek betawi dan Bahasa Sunda. Mayoritas masyarakat jawa barat menggunakan Bahasa Sunda. Pembelajaran mengenai Bahasa Sunda menjadi mata pelajaran yang diwajibkan mulai dari SD,SMP dan SMA.

Upaya untuk mencegah kepunahan bahasa dicegah oleh banyak pemerintah daerah seperti yang dikutip dari koran online

(http://bahasa.kompasiana.com/2013/11/28/penerapan-bahasadaerah-pada-kurikulum-2013-di-jawa-barat-613871.html) dalam artikel tersebut dijelaskan: Untuk menghambat atau mencegah laju kepunahan bahasa-bahasa daerah di Jawa Barat, berbagai upaya pemerintahanan dilakukan, baik melalui regulasi yakni Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 yang mengakui adanya tiga suku asli di Jawa Barat yaitu Suku Betawi yang berbahasa Melayu dialek Betawi, Suku Sunda yang berBahasa Sunda dan Suku Cirebon yang berbahasa Bahasa Cirebon (dengan keberagaman dialeknya) termasuk usaha melalui lembaga pendidikan dengan memasukannya dalam kurikulum.

Pendidikan merupakan tanggung jawab yang harus dipikul bersama oleh seluruh masyarakat, salah satu jalur pendidikan yang dapat ditempuh yaitu melalui program pendidikan pelatihan yang diselenggarakan di lingkungan lembaga atau instansi baik swasta maupun milik pemerintah (negeri). Salah satu cara meningkatkan kompetensi guru adalah melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian yang integral dari pengembangan Sumber daya Manusia(SDM) aparatur pemerintah. Pengembangan SDM aparatur di Indonesia telah diatur melalui suatu kebijakan khusus yang berkenaan dengan hal tersebut, yaitu melalui Peraturan Pemerintah No.101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan jabatan pegawai negeri sipil.

Istilah yang digunakan dalam pendidikan dan pelatihan yang diperuntukan bagi para guru sebagai bentuk pengembangan personil. Istilah-istilah tersebut


(12)

4

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

antara lain in house training, in service training, in service education, up-grading, dll. In house training merupakan salah satu program pelatihan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau organisasi tertentu dengan memanfaatkan fasilitas/tempat pelatihan sendiri, peralatan yang dimiliki sendiri, serta menentukan peserta dan mendatangkan widyaiswara sendiri yang sesuai dengan materi pelatihan yang dibutuhkan oleh peserta pelatihan.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terkait dengan kesenjangan mengenai kebutuhan guru Bahasa Sunda dan tenaga pendidik Bahasa Sunda yang tersedia Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas pendidikan Provinsi Jawa Barat mengadakan suatu program pendidikan dan pelatihan yang diperuntukan bagi guru Bahasa Sunda yang berada diseluruh sekolah di Provinsi Jawa Barat melalui kegiatan In house training. Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diperuntukan untuk guru merupakan suatu kegiatan dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran di sekolah dan merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru, diharapkan para guru dapat memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik.

In house training dianggap sebagai salah satu metode yang tepat digunakan saat ini bagi para guru Bahasa Sunda yang tersebar diseluruh kota/kab yang berada di Provinsi Jawa Barat yang berjumlah lebih dari 2000 orang. Berbagai keuntungan diperoleh dengan menyelenggarakan pelatihan dalam bentuk in house training diantaranya biaya pelatihan yang lebih murah, hasil pelatihan bisa lebih maksimal, peserta dari suatu organisasi yang sama, dan materi yang diberikan lebih spesifik yang disesuaikan dengan kebutuhan bagi para guru basa sunda.

Pelaksanaan in house training yang dilaksanakan didaerah tempat guru tersebut berasal diharapkan akan mempermudah mobilitas guru dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan. Salah satu tujuan dari pelaksanaan pendidikan dan pelatihan ini yaitu untuk meningkatkan profesionalisem guru Bahasa Sunda dan juga sebagai saran untuk bertukar informasi terkait dengan permasalahan pembelajaran yang guru Bahasa Sunda temukan pada saat mengajar di kelas.


(13)

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas pendidikan provinsi Jawa Barat mengenai jumlah guru yang mengikuti pelatihan sebelum dan sesudah diselenggarakannya In house training yaitu jumlah guru yang mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas pendidikan Provinsi Jawa Barat. Jumlah guru Bahasa Sunda yang mengikuti pelatihan sebelum pelaksanaan in house training yaitu sebanyak 208 orang guru basa sunda, angka ini diperoleh dari data perwakilan kabupaten dan kota yang mengirimkan perwakilan guru sebanyak 2 orang guru yang berasal dari jenjang pendidikan seperti TK,SD,SMP/MTS dan SMA/SMK/MA. Pada pelaksanaan program in house training jumlah guru Bahasa Sunda yang mengikuti pendidikan dan pelatihan meningkat menjadi 2025 angka ini diperoleh dari data guru yakni sebanyak 25 orang guru yang berasal dari tingkat SD,SMP/MTS, dan SMA/SMK/MA dari masing-masing Kabupaten dan Kota yang berada di Provinsi Jawa Barat.

Dari berbagai permasalahan yang dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penyelenggaraan in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Kota Bandung. Berdasarkan informasi-informasi yang peneliti peroleh dari berbagai sumber, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di Kota Bandung di karenakan Kota Bandung adalah Ibu kota dari provinsi Jawa Barat yang notabene Jawa Barat adalah basis dari Suku Sunda.

Seperti yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu Fidiawati (2012) mengenai efektivitas in house training dalam meningkatkan kompetensi guru PKN yang dilakukan, diketahui bahwa in house training dapat meningkatkan kompetensi guru PKN baik kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Selain itu pelaksanaan kegiatan In house training telah memberikan pengetahuan untuk para guru agar menjadi guru yang lebih kompeten dibidangnya. Melihat penelitian terdahulu tersebut, kegiatan In house training cocok digunakan untuk pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi guru.

Peneliti memiliki harapan dengan penelitian ini, dapat memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai penyelenggaraan program in house


(14)

6

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

training pada mata pelajaran Bahasa Sunda, oleh karena itu maka diharapkan kedepannya penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan/rujukan dalam upaya untuk mengembangkan diri widyaiswara, menciptakan pendidikan dan pelatihan yang seefektif mungkin dan seefisien mungkin.

Dari permasalahan yang akan diteliti tersebut, oleh karena itu peneliti merumuskan judul untuk penelitian yaitu “Penyelenggaraan in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Studi Deskriptif Analitik Pada Penyelenggaraan Program In House Training Mata Pelajaran Bahasa Sunda di Kota Bandung).

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada masalah-masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti merumuskan masalah umum dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana penyelenggaraan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat ?”.

Adapan permasalahan yang akan dikaji secara khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat?

2. Bagaimana pelaksanaan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat?

3. Bagaimana evaluasi program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat?

4. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan in house

training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat?


(15)

C.Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan sejauh mana penyelenggaraan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Secara khusus tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

2. Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis evaluasi program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

4. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

D.Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian deskriptif tentang Penyelenggaraan in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Analisis terhadap Penyelenggaraan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat ini memberikan gambaran mengenai pelaksanaan penyelenggaraan in house training yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengelola dan mengembangkan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.


(16)

8

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Manfaat Praktis

a. Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK)

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan informasi kepada lembaga. Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan proses kegiatan Pendidikan dan pelatihan kedepannya, baik dari segi teori, metode, maupun media yang digunakan dalam proses In house training. Dijadikan acuan bagi pengembangan program In house training

khususnya di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

b. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang positif, terutama sebagai pengembang kurikulum dan pembelajaran. Terutama karena In house training merupakan salah satu model pendidikan dan pelatihan yang bisa dijadikan pilihan bagi perkembangan sumber daya manusia. Penelitian ini juga termasuk ke dalam bagian teknologi pendidikan, yaitu penyelenggaraan program Pendidikan dan Pelatihan.

c. Peneliti

Penelitian ini memiliki harapan dapat menginformasikan mengenai gambaran dan wawasan pengetahuan yang lebih luas dan dalam lagi serta menjawab rasa keingintahuan peneliti mengenai Penyelenggaraan program

In house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode

Pendekatan dan metode penelitian merupakan faktor yang menentukan keberhasilan suatu penelitian. Pada setiap kegiatan penelitian, diharuskan untuk memilih suatu metode yang sesuai untuk membantu langkah-langkah penelitian dilapangan. Pendekatan dan metode dalam penelitian ini, yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif.

Menurut Arikunto (2006:12), “penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang menggunakan angka, yang dimulai dari pengumpulan data, penafsiran mengenai data dan penyajian hasil data tersebut. Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan yakni metode deskriptif. Menurut Koentjaraningrat (1993:30), ”penelitian yang memiliki sifat deskriptif memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan tertentu, gejala atau kelompok tertentu”.

Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan mengenai fakta-fakta yang akurat, gambaran secara sistematis dan secermat mungkin, sifat-sifat yang berhubungan dengan fenomena yang diselidiki terkait dengan pengkajian dan mendeskripsikan bagaimana penyelenggaraan in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Kota Bandung.

B.Lokasi Penelitian, Populasi dan sampel 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dilaksanakannya penelitian dalam rangka memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian dilakukan di dua tempat yang berbeda, yang pertama di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang beralamat di Jl. Dr. Radjiman sebagai tempat penyelenggara. Selain itu lokasi penelitiannya juga dilakukan di SMA Negeri 22 Bandung yang berada di Jl. Rajamantri Kulon No.17A yang merupakan tempat diselenggarakannya program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Kota Bandung.


(18)

33

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Populasi

Populasi merupakan objek dari penelitian yang akan dijadikan sumber dari data penelitian. Menurut Arifin (2011:215), “populasi adalah keseluruhan daripada objek yang akan diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, maupun hal-hal yang terjadi”. Populasi pada penelitian ini berjumlah 105 orang.

Sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian Jumlah sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan in house training yakni jumlah orang yang dilibatkan semua Kota/Kab samarata. Adapun subjek dari penelitian adalah orang yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan in house training di Kota Bandung. Adapun populasi yang akan dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No. Subjek Bidang Jumlah

01 Perencanaan Kepala BPBDK 1

02 Kepala Seksi Pelestarian

dan pembelajaran

1

03 Kepala Seksi pelestarian

dan evaluai

1

04 Kepala seksi Tata usaha 1

05 Panitia MGMP Bahasa Sunda Kota Bandung

5

07 Narasumber/Pengajar MGMP Bahasa Sunda 1

08 Sanggar Seni Sunda 1

09 Dosen Bahasa Sunda UPI 1

11 Peserta Guru Bahasa Sunda di Kota Bandung tingkat SD,

SMP, dan SMA

75

12 Monitoring Staff BPBDK 18


(19)

3. Sampel

Dari jumlah populasi tersebut, maka peneliti menentukan jumlah sampel yang terlibat dalam penelitian ini. Seperti yang dikemukakan oleh Arifin (2011:215), “sampel merupakan separuh dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini (lebih kecil)”. Adapun penentuan sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Seperti yang dikemukakan oleh Arifin (2011:221), “purposive sampling adalah suatu cara dalam rangka pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan dan tujuan tertentu, serta berdasarkan ciri atau sifat yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Purposive sampling digunakan dalam mencapai tujuan tertentu, berdasarkan pertimbangan tertentu”. Penggunaan purposive sampling dilakukan karena Kota Bandung merupakan kota yang memungkinkan untuk dijadikan tempat penelitian karena dari sekian banyak Kota/Kab yang ada di Jawa Barat Kota Bandung belum melaksanakan kegiatan In house training.

Menurut Arifin (2011:224), “dalam pengambilan dan penentuan jumlah sampel, sebenarnya tidak ada ada ketentuan yang mutlak, tetapi sekedar dapat mengikuti petunjuk sebagai berikut:

1. Jika jumlah anggota populasi sampai dengan 50 orang, sebaliknya dijadikan sampel semua atau sering disebut dengan sampel total, artinya seluruh anggota populasi dijadikan objek penelitian.

2. Jika jumlah anggota populasi yang dilibatkan dalam penelitian berada antara 51 orang sampai 100 orang, maka jumlah sampel dapat diambil 50-60% atau juga dapat menggunakan sampel total.

3. Jika jumlah anggota populasi berada antara 101 orang sampai dengan 500 orang, maka sampel dapat diambil 30-40%

4. Jika jumlah anggota populasi yang dibutuhkan antara 501 orang sampai dengan 1000 orang, maka sampel dapat diambil 20-25%, dan 5. Jika jumlah anggota populasi diatas 1000, maka sampel dapat diambil

10-15%.

Mengacu kepada teori di atas adapun penentuan sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan kebutuhan penelitian, yaitu sebagai berikut:


(20)

35

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2

Sampel penyelenggaraan In House Training di Kota Bandung

No. Subjek Jumlah Instrumen

1. Perencanaan 1 Wawancara, Studi Dokumentasi 2. Pelaksanaan

(Narasumber dan Pengajar)

3 Wawancara

Peserta 38 Angket

Panitia 5 Wawancara

3. Evaluasi/ monitoring

1 Wawancara, Studi Dokumentasi Jumlah 48

C.Definisi Operasional

Pada peneltian terdapat dua kata kunci yang harus didefinisikan agar pengertian dari dari kata kunci tersebut tidak melebar kemana-mana, kata kunci tersebut yaitu:

1. In House Training

In house training merupakan suatu bentuk program pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan di tempat peserta pelatihan berasal dengan materi yang relevan terkait dengan permasalahan yang dihadapi dalam sebuah perusahaan atau organisasi, in house training mendatangkan langsung narasumber dan pengajar ketempat dimana peserta tersebut berada, in house training dapat mendatangkan lebih banyak peserta dan dapat memilih waktu pelatihan sesuai dengan kesediaan peserta.

2. Penyelenggaraan Pelatihan

Penyelenggaraan pelatihan terdiri dari tiga tahapan yang berurutan, ketiga tahapan tersebut meliputi: Tahapan pertama adalah tahap perencanaan, tahap kedua adalah tahapan pelaksanaan, dan tahap ketiga adalah tahap evaluasi. Ketiga tahap tersebut merupakan kesatuan yang menjadi bagian dalam sistem


(21)

penyelenggaraan program diklat. Begitupula dengan penyelenggaraan in house training, tidak jauh berbeda seperti penyelenggaraan diklat pada umumnya. D.Instrumen Penelitian

Pada dasarnya pada setiap penelitian membutuhkan data yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Pengumpulan data tersebut dibutuhkan agar suatu penelitian terukur sesuai dengan alat ukur yang bisa dikategorikan baik. Alat ukur pada suatu penelitian tertentu disebut sebagai instrumen penelitian.

Dalam penelitian terkait dengan masalah penelitian ini, maka instrumen yang digunakan yaitu angket, wawancara, dan studi dokumentasi

1. Angket

Menurut Arifin (2011:228), “angket merupakan instrumen penelitian yang berisi mengenai serangkaian pertanyaan/pernyataan dalam rangka menjaring data atau informasi yang mesti dijawab oleh responden sesuai dengan pendapatnya”. Angket digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulan data terkait dengan permasalahan yang diajukan sebelumnya. Masalah tersebut terkait dengan Bagaimana perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan faktor pendukung dan penghambat penyelenggaraan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Kota Bandung. Angket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Angket digunakan pada penelitian ini yakni angket tertutup dan angket terstruktur. Angket berstruktur bentuk jawaban tertutup dan terbuka, yaitu angket yang menyediakan beberapa pilihan jawaban dengan memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan kondisi nyata

2. Wawancara

Wawancara dalam penelitian bersifat tidak formal, yaitu terjadi tanya jawab tidak formal antara peneliti dan responden, namun peneliti tetap menggunakan tujuan penelitian yang dijadikan sebagai pedoman.

Menurut Arifin (2011:234) dalam rangka penyusunan pedoman wawancara dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan dari wawancara.

b. Membuat kisi-kisi/layout yang digunakan sebagai pedoman wawancara. c. Manyusun pertanyaan yang disesuaikan dengan data yang diperlukan

dan bentuk daripada pertanyaan yang diinginkan.

d. Melaksankan uji coba yang dimaksukan untuk mengidentifikasi kelemahan dari pertanyaan yang disusun.


(22)

37

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e. Melaksanakan wawancara situasi yang sebenarnya.

Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi secara langsung dan memberikan penjelasan data dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara langsung kepada sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan kata lain, wawancara digunakan untuk memperjelas data yang dikumpulkan.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk melihat sejauh mana proses penyelenggaraan program in house training yang telah berjalan sesuai dengan yang terekam dalam dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan program in house training. Studi dokumentasi pada penelitian ini mencakup cv narasumber/pengajar, jadwal pelatihan, daftar hadir para peserta program in house training.

E.Teknik Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian yang dijadikan sebagai alat pengumpul data adalah hal yang penting di dalam kegiatan penelitian. Teknik pengembangan instrumen dilaksanakan untuk mengetahui kualitas instrumen yang digunakan, karena instrumen penelitian akan mempengaruhi kualitas data yang dihimpun dari penelitian. Pada umumnya instrumen penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Sebelum penelitian dilakukan, hendaknya instrumen di uji terlebih dahulu karena instrumen merupakan alat untuk mengukur dan mengungkapkan data yang diperlukan dalam sebuah penelitian, uji validitas berkaitan dengan ketepatan suatu instrumen pengukuran untuk melakukan fungsi ukurannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:168):

Validitas merupakan ukuran menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid memiliki validitas yang tinggi. Instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Sebuh instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak emnyimpang dari gambaran mengenai validitas.


(23)

Pada penelitian ini menggunakan instrumen non-tes yang bersifat menghimpun data sehingga tidak perlu standarisasi instrumen, cukup dengan menggunakan validitas isi dan validitas empirik.

a. Validitas Isi (Content Validity)

Untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti meminta pertimbangan kepada para ahli (expert judgment) dari pakar kepada Dosen ahli dengan menelaah kisi-kisi dan item pertanyaan. Setelah dilakukan expert judgment, maka dilakukan uji coba instrumen. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sekaran (2006: 43), “validitas isi yakni validitas diestimasi melalui suatu pengujian mengenai relevansi isi tes lalu analisis rasional oleh panel berkompeten yakni expert judgment (penilaian ahli).

b. Validitas empiris

Teknik yang digunakan dalam menentukan validitas empiris yakni dengan melakukan uji coba kepada 37 orang peserta, kemudian hasil dari uji coba tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus chi-kuadrat.

Pada penelitian ini, untuk mengetahui daripada tingkat validitas suatu instrumen dapat menggunakan uji kai kuadrat.

2

(Sumber: Arifin, 2011:288) Keterangan:

Nilai kai-kuadrat

= Frekuensi yang diobservasi

= Frekuensi yang diharapkan

Untuk dapat mengetahui mengenai butir item-item yang valid dan tidak valid maka dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel pada taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05. Jika diperoleh nilai rhitung > rtabel, maka item petanyaan dalam instrumen dinyatakan valid, sebaliknya jika rhitung < rtabel, maka item petanyaan dalam instrumen dinyatakan tidak valid, Instrumen yang diujicobakan sebanyak 27 pertanyaan.

Hasil dari rangkuman uji validitas yang dilaksanakan terhadap 37 responden dari uji validitas yang diuji cobakan dapat dirangkum sebagai berikut:


(24)

39

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3

Hasil analisis validitas angket Penyelenggaraan In house training No. Kriteria Nomor Soal Jumlah Persentase

1 Valid 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8. 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19,

20, 22, 23, 24, 26, 27

23 85%

2 Tidak Valid 6, 18, 21, 25 4 15%

Total 27 100%

F. Analisis Data

Setelah instrumen diuji cobakan kepada para responden dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, langkah selanjutnya yaitu menganalisis data. Data yang dikumpulkan adalah data yang mentah dan harus di olah untuk diproses penarikan kesimpulannya. Teknik analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil angket, wawancara dan studi dokumentasi.

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan perhitungan Kai-kuadrat.

2

(Sumber: Arifin, 2011:288) Keterangan:

Nilai kai-kuadrat

= Frekuensi yang diobservasi

= Frekuensi yang diharapkan

Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

1. Mengelompokan jawaban yang diberikan oleh para responden, untuk mengetahui banyaknya frekuensi yang diobservasi atau Fo.

2. Mencari frekuensi yang diharapkan Fe dengan cara seluruh Fo dibagi dengan jumlah alternatif jawaban.


(25)

4. Lalu menghitung Kai kuadrat setelah memperoleh Fo dan Fe.

5. Setelah itu menentukan daripada tingkat kebebasan (dk) yaitu jumlah alternatif jawaban dikurangi satu (dk-1).

6. Melihat kolom dari dk dalam tingkat kepercayaan 95% (0,95) sebagai batas bawah, dan 99% (0,99) sebagai batas atas, hal ini dimaksudkan untuk melihat signifikansi perbedaan.

7. Menafisrkan atau menguji hasil dari perhitungan Kai kuadat dengan cara perhitungan kriteria sebagai berikut:

 Jika > maka terdapat perbedaan yang signifikan.  Jika < maka tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara frekuensi yang diperoleh dengan frekuensi yang diharapkan.

G. Prosedur penelitian

Prosedur dari penelitian digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga tahapan sesuai dengan pendapat dari Arikunto (2006:22) yaitu membuat langkah-langkah mulai dar rancangan penelitian, lalu pelaksanaan penelitian dan membuat laporan penelitian.

a. Persiapan Penelitian

Dalam tahap persiapan penelitian terdapat dua tahapan penelitian yaitu mencari dan memilih masalah penelitian yang akan diteliti lalu melakukan studi pendahuluan kepada lembaga terkait dengan masalah penelitian dan membaca hasil dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelum peneliti yang berkaitan dengan masalah penelitian yang dipilih.

1) Perencanaan penelitian

 Dalam tahapan perencanaan penelitian terdapat beberapa tahapan yaitu:  Menetapkan masalah yang akan dikaji

 Mencari sumber untuk mendukung penelitian seperti teori yang tepat mengenai permasalahan yang akan dikaji

 Memilih dari metode dan pendekatan dari penelitian

 Menentukan sumber data dalam hal ini yaitu menentukan sampel guru Bahasa Sunda yang mengikuti penyelenggaraan program In house training


(26)

41

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada kepala dari Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

 Menentukan dan menyusun sumber instrumen

Mengkonsultasikan dan melakukan judgment instrumen Menguji cobakan instrumen yang telah di judgment

 Analisis hasil uji coba instrumen untuk menentukan kelayakan instrument penelitian

2) Pelaksanaan penelitian

Dalam langkah ini merupakan pelaksanaan dari persiapan dan perencanaan penelitian. Dalam penelitian terkait dalam permasalah ini, peneliti langsung ke lapangan dalam rangka mengumpulkan data yang disesuiakan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian yang telah ditetapkam untuk memperoleh data yang diharapkan. Dan secara rinci tahapan tersebut meliputi:

 Menyebarkan instrumen angket penelitian kepada responden penelitian yang telah ditetapkan, yaitu guru Bahasa Sunda yang mengikuti program In house training di Kota Bandung.

 Melakukan wawancara kepada beberapa perwakilan dari Balai Pengembangan Bahasa daerah dan Kesenian (BPBDK) dan beberapa perwakilan panitia penyelenggara In house training di Kota Bandung.  Mengamati hasil kinerja peserta pelatihan setelah mengikuti program

In house training di Kota Bandung. 3) Melaporkan hasil penelitian

Tahapan ini merupakan tahapan yang terakhir, dimana peneliti menganalisis data yang diperoleh, menarik kesimpulan dari hasil analisis data dan menyusun laporan hasil penelitian. Secara rinci tahapan tersebut meliputi:

 Menganalisis data hasil penyebaran angket  Menganalisis data hasil wawancara

 Menganalisis data hasil dokumentasi

 Menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh data yang ditemukan di lapangan.


(27)

SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan pada penyelenggraan in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda Di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Simpulan Umum

Simpulan umum yang diperoleh pada penelitian ini yaitu mengenai penyelenggaraan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang ditemukan beraneka ragam. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil dari penelitian dan data yang dikumpulkan mulai dari perencanaan penyelenggaraan program in house training, pelaksanaan program in house training, evaluasi program in house training, dan faktor pendukung dan faktor penghambat yang ditemukan selama penyelenggaraan program in house training. Selain itu in house training dapat merangkul lebih banyak guru Bahasa Sunda untuk dapat mengikuti pelatihan karena dilaksanakan di Kota/Kab asal peserta berasal, hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru Bahasa Sunda secara merata, kesimpulan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 2. Simpulan Khusus

a. Dalam perencanaan penyelenggaraan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda di Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian (BPBDK) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan oleh pihak penyelenggara sudah sesuai dengan kebutuhan guru Bahasa Sunda saat ini. Hal ini dikarenakan perencanaan penyelenggaraan in house training sudah direncanakan sebelum pelaksanaan yakni dengan menetapkan tujuan pelatihan yang didasarkan kepada latar belakang pelatihan dan hasil dari analisis kebutuhan.

Pemilihan narasumber/pengajar disesuaikan berdasarkan materi yang akan diajarkan kepada peserta pelatihan dan sudah sesuai dengan kompetensinya,


(28)

82

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penjadwalan pelaksanaan disesuaikan dengan letak geografis Kota/Kab dan kesiapan peserta dan panitia dalam pelaksnaannya, pemilihan peserta pelatihan disesuaikan dengan kuota dari masing-masing tingkatan seperti guru SD 25 orang, guru SMP 25 orang, dan guru SMA 25 orang, anggaran pelatihan sudah diatur porsinya kepada semua Kota/Kab dengan baik karena disesuaikan dengan kebutuhan dan kesiapan dari penyelenggaraan program in house training.

b. Pelaksanaan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda sudah terlaksana sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh pihak penyelenggara. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan program in house training sudah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya, seperti anggaran pelatihan yang tercukupi, peserta antusias dalam mengikuti materi pelatihan, narasumber/pengajar sudah semaksimal mungkin dalam menyampaikan materi, panitia bekerja secara maksimal. Namun masih ditemui beberapa kendala seperti kurangnya sumber daya manusia sebagai panitia, fasilitas yang kurang memadai, dan tercampurnya peserta sesuai jenjang pelatihan, tetapi hal tersebut tidak menjadikan sebagai permasalahan yang berarti dalam proses pelaksanaan program in house training.

c. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penilaian yang dilaksanakan dalam program in house training belum mendetail, hal ini dikarenakan dalam program in house training tidak menggunakan evaluasi secara mendalam, pihak penyelenggara hanya memonitoring pelaksanaan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dari pihak penyelenggara, dan tidak dilakukan pretest dan posttest kepada peserta pelatihan. Hal tersebut mengakibatkan tidak terukurnya peningkatan pengetahuan dan kemampuan peserta pelatihan sebelum dan sesudah mengikuti program in house training.

d. Faktor-faktor yang mendukung penyelenggaraan program in house training adalah waktu pelaksanaan yang diserahkan terhadap kesiapan peserta dan panitia Kota/Kab. Selain itu, dari sekian faktor penghambat yang ditemukan seperti pemberian materi yang diberikan secara bersama-sama, dan fasilitas


(29)

pelatihan kurang lengkap menjadi salah satu faktor penghambat yang ditemukan selama penyelenggaraan program in house training.

B. Saran

1. Perencanaan

Dari aspek perencanaan masih ditemukan kekurangan-kekurangan, diantaranya kekurangan-kekurangan tsb dijadikan perbaikan bagi pelaksanaan pelatihan mendatang.

a. Sebaiknya proses analisis kebutuhan dilaksanakan secara menyeluruh untuk menemukan kesenjangan yang belum teridentifikasi lebih mendalam.

b. Pemilihan materi pelatihan lebih spesifik dan mendetail sesuai dengan kebutuhan kompetensi guru Bahasa Sunda yang berbeda-beda.

c. Kuota peserta pelatihan lebih diperbanyak lagi. 2. Pelaksanaan

Dari aspek pelaksanaan masih ditemukan kekurangan-kekurangan, diantaranya kekurangan-kekurangan tsb dijadikan perbaikan bagi pelaksanaan pelatihan mendatang.

a. Pemilihan tempat pelaksanaan sebaiknya yang berada ditengah-tengah Kota untuk memudahkan peserta pelatihan dalam menjangkau tempat pelatihan.

b. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan agar semuanya berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. 3. Evaluasi

Dari aspek evaluasi masih ditemukan kekurangan-kekurangan, diantaranya kekurangan-kekurangan tsb dijadikan perbaikan bagi pelaksanaan pelatihan mendatang.

a. Dilakukan bentuk evaluasi lebih mendalam untuk mengetahui tingkat pencapaian program in house training baik bagi pemahaman peserta, pelaksanaan pelatihaan, dan penilaian terhadap kinerja narasumber/pengajar dan panitia.


(30)

84

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Hasil dari evaluasi dijadikan laporan perKota/Kab untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pelaksanaan program in house training yang berbeda-beda setiap Kota/Kab.

4. Faktor penghambat

a. Fasilitas pelatihan dilengkapi sesuai dengan kebutuhan dari penyelenggaraan pelatihan.

b. Pemberian materi pelaihan sebaiknya dibagi berdasarkan jenjang pendidikan mengajar agar penyampaian dan penyerapan materi lebih optimal.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar P,M. (2009). Perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia. Bandung: Refika Aditama.

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. ____________(2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. (2004). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto. (2010). Evaluasi program pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ariyati, Dhesy. (2013). Studi Evaluatif pelaksanaan In house training Bidang TIK Pada Guru Di SMA Negeri 2 Amlapura Administrasi Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha, Bali.

Craig, Robert. (1988). Handbook Development. Amerika Serikat: University Of Colorado.

Danim, Sudarwan. (2011). Pengembangan profesi guru. Jakarta: Kencana prenada media group.

Fidiawati. (2013). Efektivitas In House Training dalam meningkatkan kompetensi Guru PKN. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hamalik, Oemar. (2007). Manajemen pelatihan ketenagakerjaan pendekatan terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hansen, Dag Roll. (2012). In-house training in statistical organisations. Norwegia : Statistisk Sentralbyra.

Kamil, Mustofa. (2007). Model pendidikan dan pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Yogyakarta: Alfabeta.

Kartika, Ikka.(2011). Mengelola pelatihan partisipatif. Bandung: Alfabeta.

Koentjaranungrat. (1993). Metode-metode penelitian masyarakat edisi ketiga. Jakarta: Gramedia.

Mujiman. (2011). Manajemen pelatihan. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Mulyasa. (2011). Menjadi guru profesional. Bandung: Remaja rosda Karya. Notoatmodjo, Soekidjo. (2009). Pengembangan sumber daya manusia. Jakarta:


(32)

86

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3. Jakarta: Kemendiknas.

Putra, Donatus. (2013). Efektivitas Program In House Training di Dinas Perizinan Yogyakarta. (Skripsi). Ilmu Administrasi Negara. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Putri, Nuranwari. (2014). Dampak program E-Training terhadap peningkatan kompetensi Profesional Guru. Skripsi Sarjana pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI Bandung.

Riduwan, (2002). Skala Pengukuran Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Roesmingsih, Erny. (2009). Pedoman model dan paket pelatihan mutu guru

dalam perspektif manajemen strategik. Semarang :

Rugaiyah & Atiek sismiati. (2011). Profesi Kependidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rusman. (2011). Model-model pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya. (2006). Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenadamedia Group.

Sastradipoera, Komarudin. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfasigma.

Sekaran, Uma, (2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta:Salemba Empat. Siagian. (1984). Pengembangan sumber daya insani. Jakarta: Gunung Agung. Siagian. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Susilana, dan Riyana. (2008). Media Pembelajaran Hakikat Pengembangan dan Penilaian. UPI:Kurtekpend

Uno, Hamzah. (2007). Profesi kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Diaf Edukasi.(2013). Bahasa Sunda di Peringkat 32 Dunia. [Online]. Diakses dari: http://www.diaf.web.id/2013/02/bahasa-sunda-di-peringkat-32-dunia.html?m=0 . Kompasiana. (2013). Penerapan Bahasa Daerah pada kurikulum 2013. [Online].

Diakses dari: (http://bahasa.kompasiana.com/2013/11/28/penerapan-bahasdaerah-pada-kurikulum-2013-di-jawa-barat-613871.html).

Pikiran Rakyat. (2013). Jabar kekurangan guru Bahasa Daerah. [Online]. Diakses dari: http://www.pikiran-rakyat.com/node/219222.


(33)

Pelatihan SDM.Net. (2013). In House Training. [Online]. Diakses dari http://www.pelatihan-sdm.net/in-house-training/.


(1)

82

penjadwalan pelaksanaan disesuaikan dengan letak geografis Kota/Kab dan kesiapan peserta dan panitia dalam pelaksnaannya, pemilihan peserta pelatihan disesuaikan dengan kuota dari masing-masing tingkatan seperti guru SD 25 orang, guru SMP 25 orang, dan guru SMA 25 orang, anggaran pelatihan sudah diatur porsinya kepada semua Kota/Kab dengan baik karena disesuaikan dengan kebutuhan dan kesiapan dari penyelenggaraan program in house training.

b. Pelaksanaan program in house training pada mata pelajaran Bahasa Sunda sudah terlaksana sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh pihak penyelenggara. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan program in house training sudah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya, seperti anggaran pelatihan yang tercukupi, peserta antusias dalam mengikuti materi pelatihan, narasumber/pengajar sudah semaksimal mungkin dalam menyampaikan materi, panitia bekerja secara maksimal. Namun masih ditemui beberapa kendala seperti kurangnya sumber daya manusia sebagai panitia, fasilitas yang kurang memadai, dan tercampurnya peserta sesuai jenjang pelatihan, tetapi hal tersebut tidak menjadikan sebagai permasalahan yang berarti dalam proses pelaksanaan program in house training.

c. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penilaian yang dilaksanakan dalam program in house training belum mendetail, hal ini dikarenakan dalam program in house training tidak menggunakan evaluasi secara mendalam, pihak penyelenggara hanya memonitoring pelaksanaan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dari pihak penyelenggara, dan tidak dilakukan pretest dan posttest kepada peserta pelatihan. Hal tersebut mengakibatkan tidak terukurnya peningkatan pengetahuan dan kemampuan peserta pelatihan sebelum dan sesudah mengikuti program in house training.

d. Faktor-faktor yang mendukung penyelenggaraan program in house training adalah waktu pelaksanaan yang diserahkan terhadap kesiapan peserta dan panitia Kota/Kab. Selain itu, dari sekian faktor penghambat yang ditemukan seperti pemberian materi yang diberikan secara bersama-sama, dan fasilitas


(2)

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelatihan kurang lengkap menjadi salah satu faktor penghambat yang ditemukan selama penyelenggaraan program in house training.

B. Saran

1. Perencanaan

Dari aspek perencanaan masih ditemukan kekurangan-kekurangan, diantaranya kekurangan-kekurangan tsb dijadikan perbaikan bagi pelaksanaan pelatihan mendatang.

a. Sebaiknya proses analisis kebutuhan dilaksanakan secara menyeluruh untuk menemukan kesenjangan yang belum teridentifikasi lebih mendalam.

b. Pemilihan materi pelatihan lebih spesifik dan mendetail sesuai dengan kebutuhan kompetensi guru Bahasa Sunda yang berbeda-beda.

c. Kuota peserta pelatihan lebih diperbanyak lagi. 2. Pelaksanaan

Dari aspek pelaksanaan masih ditemukan kekurangan-kekurangan, diantaranya kekurangan-kekurangan tsb dijadikan perbaikan bagi pelaksanaan pelatihan mendatang.

a. Pemilihan tempat pelaksanaan sebaiknya yang berada ditengah-tengah Kota untuk memudahkan peserta pelatihan dalam menjangkau tempat pelatihan.

b. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan agar semuanya berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. 3. Evaluasi

Dari aspek evaluasi masih ditemukan kekurangan-kekurangan, diantaranya kekurangan-kekurangan tsb dijadikan perbaikan bagi pelaksanaan pelatihan mendatang.

a. Dilakukan bentuk evaluasi lebih mendalam untuk mengetahui tingkat pencapaian program in house training baik bagi pemahaman peserta, pelaksanaan pelatihaan, dan penilaian terhadap kinerja narasumber/pengajar dan panitia.


(3)

84

b. Hasil dari evaluasi dijadikan laporan perKota/Kab untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pelaksanaan program in house training yang berbeda-beda setiap Kota/Kab.

4. Faktor penghambat

a. Fasilitas pelatihan dilengkapi sesuai dengan kebutuhan dari penyelenggaraan pelatihan.

b. Pemberian materi pelaihan sebaiknya dibagi berdasarkan jenjang pendidikan mengajar agar penyampaian dan penyerapan materi lebih optimal.


(4)

Wiwi Winarti, 2015

PENYELENGGARAAN PROGRAM IN HOUSE TRAINING PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA DI BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN (BPBDK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung: Refika Aditama.

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. ____________(2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. (2004). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto. (2010). Evaluasi program pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ariyati, Dhesy. (2013). Studi Evaluatif pelaksanaan In house training Bidang TIK

Pada Guru Di SMA Negeri 2 Amlapura Administrasi Pendidikan.

Universitas Pendidikan Ganesha, Bali.

Craig, Robert. (1988). Handbook Development. Amerika Serikat: University Of Colorado.

Danim, Sudarwan. (2011). Pengembangan profesi guru. Jakarta: Kencana prenada media group.

Fidiawati. (2013). Efektivitas In House Training dalam meningkatkan kompetensi

Guru PKN. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hamalik, Oemar. (2007). Manajemen pelatihan ketenagakerjaan pendekatan

terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hansen, Dag Roll. (2012). In-house training in statistical organisations. Norwegia : Statistisk Sentralbyra.

Kamil, Mustofa. (2007). Model pendidikan dan pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Yogyakarta: Alfabeta.

Kartika, Ikka.(2011). Mengelola pelatihan partisipatif. Bandung: Alfabeta.

Koentjaranungrat. (1993). Metode-metode penelitian masyarakat edisi ketiga. Jakarta: Gramedia.

Mujiman. (2011). Manajemen pelatihan. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Mulyasa. (2011). Menjadi guru profesional. Bandung: Remaja rosda Karya. Notoatmodjo, Soekidjo. (2009). Pengembangan sumber daya manusia. Jakarta:


(5)

86

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3. Jakarta: Kemendiknas.

Putra, Donatus. (2013). Efektivitas Program In House Training di Dinas

Perizinan Yogyakarta. (Skripsi). Ilmu Administrasi Negara. Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta.

Putri, Nuranwari. (2014). Dampak program E-Training terhadap peningkatan kompetensi Profesional Guru. Skripsi Sarjana pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI Bandung.

Riduwan, (2002). Skala Pengukuran Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Roesmingsih, Erny. (2009). Pedoman model dan paket pelatihan mutu guru

dalam perspektif manajemen strategik. Semarang :

Rugaiyah & Atiek sismiati. (2011). Profesi Kependidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rusman. (2011). Model-model pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya. (2006). Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenadamedia Group.

Sastradipoera, Komarudin. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfasigma.

Sekaran, Uma, (2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta:Salemba Empat. Siagian. (1984). Pengembangan sumber daya insani. Jakarta: Gunung Agung. Siagian. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Susilana, dan Riyana. (2008). Media Pembelajaran Hakikat Pengembangan dan

Penilaian. UPI:Kurtekpend

Uno, Hamzah. (2007). Profesi kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Diaf Edukasi.(2013). Bahasa Sunda di Peringkat 32 Dunia. [Online]. Diakses dari: http://www.diaf.web.id/2013/02/bahasa-sunda-di-peringkat-32-dunia.html?m=0 . Kompasiana. (2013). Penerapan Bahasa Daerah pada kurikulum 2013. [Online].

Diakses dari: (http://bahasa.kompasiana.com/2013/11/28/penerapan-bahasdaerah-pada-kurikulum-2013-di-jawa-barat-613871.html).

Pikiran Rakyat. (2013). Jabar kekurangan guru Bahasa Daerah. [Online]. Diakses dari: http://www.pikiran-rakyat.com/node/219222.


(6)

Pelatihan SDM.Net. (2013). In House Training. [Online]. Diakses dari http://www.pelatihan-sdm.net/in-house-training/.