KONSTRUKSI TES KELINCAHAN DALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS.

(1)

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN DALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan olahraga

oleh

Dewa Putra Pratama NIM.1103924

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN DALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Oleh:

Dewa Putra Pratama

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mempreoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

© Dewa Putra Pratama 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, di fotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

Dewa Putra Pratama

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN DALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Drs. Dudung Hasanudin C. NIP. 196003151987031002

Pembimbing II

Drs. Satriya

NIP. 196002101987031004

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kepelatihan

Dr. Komarudin, M. Pd. NIP. 196210231989031001


(4)

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu v ABSTRAK

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN DALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Dosen Pembimbing I : Drs. Dudung Hasanudin C. Dosen Pembimbing II : Drs. Satriya

Dewa Putra Pratama* 1103924

Dalam permainan bulutangkis kelincahan merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki. Seorang atlet bulutangkis harus dapat bergerak dengan cepat ke berbagai arah untuk dapat mengembalikan shuttle-cock. Dalam mengetahui kelincahan seorang atlet bulutangkis diperlukan alat ukur tes kelincahan yang gerakannya spesifik seperti dalam permainan sebenarnya. Untuk itu peneliti menguji tingkat validitas dan reliabilitas konstruksi tes kelincahan shadow dalam cabang olahraga bulutangkis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet tunggal remaja putra club Sampurna Exist Sumedang, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 19 orang, dengan menggunakan teknik sampel jenuh. Berdasarkan pengolahan dan analisis data diperoleh tingkat validitas konstruksi tes model A (1 balikan) sebesar 0,76, model A (2 balikan) sebesar 0,91, model A (3 balikan) sebesar 0,89, model B (1 balikan) sebesar 0,71, model B (2 balikan) sebesar 0,90 dan model B (3 balikan) sebesar 0,88. Sedangkan tingkat reliabilitasnya konstruksi tes kelincahan model A (1 balikan) sebesar 0,60, model A (2 balikan) sebesar 0,85, model A (3 balikan) sebesar 0,86, model B (1 balikan) sebesar 0,61, model B (2 balikan) sebesar 0,85 dan model B (3 balikan) sebesar 0,87. Oleh karena itu peneliti menarik kesimpulan bahwa konstruksi tes kelincahan shadow menunjukan tingkat validitas dan reliabilitas yang baik.

*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Angkatan 2011 Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan


(5)

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu v ABSTRACK

Construction of Agility Test In Badminton

First Suvervisor : Drs. Dudung Hasanudin C. Second Suvervisor : Drs. Satriya

Dewa Putra Pratama* 1103924

In a badminton game the agility is one of important aspect that must owned. A badminton athlete must be move quickly in every different side for restore the shuttle-cock. To knowing the agility of badminton athlete must need a measuring instrument that move specifically as the real game. Therefore the researcher doing test about the validity and reliability and also agility shadow test in the badminton. The researcher used descriptive method as the methodology of the study. The population of this study is men’s single group young athlete of sampurna exist club Sumedang. The sample used of the study consist of 19 peoples and using the saturated sampling technique. Based on the analyzing and process of data obtained by validity of construct level test models A (1 turning) about 0,76, test models A (2 turning) about 0,91, test models A (3 turning) about 0,89, test model B (1 turning) about 0,71, test model B (2 turning) about 0,90, test model B (3 turning) about 0,88. For the reliability level, construct test models A (1 turning) about 0,60, test models A (2 turning) about 0,85, test models A (3 turning) about 0,86, test models B (1 turning) about 0,61, test models B (2 turning) about 0,85, and test models B (3 turning) about 0,87. Therefore the researcher makes a conclusion that the construction of agility shadow test shows the better of validity and reliability levels.

*) The Student of Courses Sport and Coaching Education of 2011 Grade Faculty of Sport and Health


(6)

vi

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... ... v

DAFTAR ISI ... ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... .. xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Tes Pengukuran ... 6

B. Fungsi Dan Prinsip –Prinsip Tes Pengukuran ... 7

1. Fungsi Tes Pengukuran ... 7

2. Prinsip-prinsip Tes Pengukuran ... 7

C. Kriteria Pemilihan Tes ... 8

1. Kesahihan (validity) ... 8

a. Validitas Logis... 8

1) Validitas Isi (Content Validity) ... 8

2) Validitas Konstruksi (Construck Validity)... 8

b. Validitas Empiris... 9

1) Validitas Setara (Concurent Validity) ... 9

2) Validitas Prediksi (Predictive validity) ... 9

2. Keterandalan (Reliability) ... 10


(7)

vii

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4. Ekonomis... 11

5. Kepraktisan Dalam Pelaksanaan ... 11

6. Norma ... 11

D. Hakikat Permainan Bulutangkis ... 11

1. Pengertian Bulutangkis ... 11

2. Cara Memegang Raket ... 12

a. Cara Western (American Grip) ... 13

b. Cara Continental (Backhand Grip) ... 13

c. Cara Shakehand (Forehand Grip) ... 14

3. Sikap Siap (Stance) ... 15

4. Teknik Dasar Gerakan Kaki (Footwork)... 16

E. Karakteristik Permainan Bulutangkis ... 24

F. Komponen-Komponen Kondisi Fisik ... 24

1. Pengertian Kondisi Fisik ... 24

2. Komponen Fisik Dasar... 25

G. Anggapan Dasar ... 28

H. Hipotesus ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Metode Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel... 31

C. Desain dan Alur Penelitian ... 33

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 34

1. Instrumen ... 34

2. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3. Teknik Pelaksanaan Tes ... 35

E. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA... 42

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 42

B. Hasil Perhitungan Validitas ... 43

C. Hasil Perhitungan Signifikansi Koefesien Validitas Tes... 44


(8)

viii

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

E. Hasil Perhitungan Signifikansi Koefesien Reliabilitas Tes ... 46

F. Diskusi Penemuan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 52


(9)

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bulutangkis merupakan cabang olahraga permainan yang dimainkan menggunakan raket dan shuttle-cock, dengan cara memukul atau menangkis shuttle-cock agar tidak jatuh ke daerah sendiri. Bulutangkis sangat digemari oleh masyarakat Indonesia, baik kaum laki-laki maupun kaum perempuan mulai dari anak-anak hingga dewasa baik di daerah maupun di kota-kota besar. Subarjah dan Hidayat (2007, hlm. 1) mengemukakan bahwa “pada hakikatnya permainan bulutangkis adalah permainan yang saling berhadapan satu lawan satu orang maupun dua lawan dua orang, dengan menggunakan raket dan shuttle-cock

sebagai alat permainan”. Permainan ini mudah dilaksanakan karena alat pemukulnya ringan, shuttle-cock mudah dipukul, dapat dimainkan di dalam maupun di luar ruangan, serta dapat dimainkan oleh siapa saja. Tujuan olahraga bulutangkis ialah sebagai olahraga rekreasi, olahraga pendidikan, olahraga kesehatan atau media untuk meningkatkan kesegaran jasmani, dan olahraga prestasi. Untuk tujuan permainan bulutangkis sendiri menurut Satriya dan Subarjah (2013, hlm. 9) “ memperoleh angka dan kemenangan dengan cara menyebrangkan dan menjatuhkan shuttle-cock di bidang permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttle-cock atau menjatuhkannya di daerah permainan sendiri”.

Tujuan bermain bulutangkis sebagai olahraga prestasi mendapat perhatian yang relative besar dari masyarakat, yang ditunjukan dengan telah disediakan pembinaan melalui sekolah atau klub untuk pecinta bulutangkis mulai dari pembinaan atlet usia dini sampai usia dewasa. Sekolah atau klub bulutangkis sebagai wadah pembinaan ini sudah mulai banyak bermunculan di setiap daerah, baik di kota maupun di daerah terpencil. Wadah ini merupakan wujud dari kepedulian masyarakat terhadap perkembangan bulutangkis dan upaya pencapaian terhadap prestasi yang setinggi-tingginya.


(10)

2

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Keberhasilan dari seorang atlet bulutangkis diraih dari latihan yang teratur dan bersungguh-sungguh, sistematis dan berkesinambungan dengan didukung oleh kualitas kepelatihan, managemen kepelatihan olahraga, peningkatan dalam pengadaan sarana dan prasarana yang memadai. Dilihat dari karakteristik permainan bulutangkis merupakan jenis olahraga yang banyak menutut para atletnya menguasai teknik dan memiliki kondisi fisik yang prima, tanpa mengabaikan aspek taktik dan mental. Mengenai hal ini Harsono (1988, hlm. 100) mengemukakan bahwa “ ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik dan (d) latihan mental”.

Latihan kondisi fisik adalah proses meperkembangkan kemampuan aktivitas gerak jasmani yang dilakukan secara sistematik dan ditingkatkan secara progresif untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran jasmani, agar tercapai kemampuan kerja fisik yang optimal. Tujuan utamanya adalah meningkatkan potensi fungsional atlet dan mengembangkak kemampuan biomotor ke derajat yang paling tinggi. Kondisi fisik merupakan salah satu unsur penting dalam setiap cabang olahraga. Oleh karena itu latihan kondisi fisik perlu mendapat perhatian yang serius direncanakan dengan matang dan sistematis sehingga tingkat kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional alat-alat tubuh lebih baik. Seperi yang diungkapkan Satriya dkk. (2010, hlm. 51) “latihan fisik merupakan bagian terpenting untuk semua cabang olahraga. Tujuannya untuk membentuk kondisi tubuh sebagai dasar untuk meningkatkan ketahanan, kebugaran, dan pencapaian suatu prestasi.

Seperti dalam penjelasan di atas kondisi fisik merupakan salah satu aspek penting dalam olahraga termasuk bulutangkis. Oleh karena itu sebagai atlet bulutangkis dituntut harus memiliki tingkat kondisi fisik yang baik. Maka dari itu dalam pembinaannya atlet bulutangkis harus dilatihkan beberapa komponen dasar seperti yang diungkapkan oleh Satriya dkk. (2010, hlm.61)

1. Kekuatan (strength) 2. Kelentukan (flexibility) 3. Kecepatan (speed) 4. Daya tahan (endurance)


(11)

3

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dalam pengamatan di lapangan salah satu komponen kondisi fisik yang cukup dominan dalam bulutangkis yaitu kecepatan (speed). Dilihat dari gerakannya, seorang atlet harus memiliki kecepatan dalam mengejar shuttlecock dan kembali ke tengah setelah melakukan pukulan untuk bersiap kembali. Kecepatan terbagi dalam 3 bentuk seperti yang diungkapkan Satriya dkk. (2010, hlm.73) “ ada 3 bentuk kecepatan yaitu : 1) Kecepatan maksimal (speed), 2) Agility (kelincahan), 3) Quickness (aksi-reaksi).

Dari uraian di atas dan dilihat dari pergerakannya, seorang atlet bulutangkis tepatnya harus memiliki agility atau kelincahan yang baik. Kelincahan merupakan kemampuan untuk mengubah arah secara cepat tanpa menimbulkan gangguan pada keseimbangan. Terbukti salah satunya dari analisis pertandingan Sirkuit Nasional antara Vicky Angga Saputra (Tangkas Jakarta) VS Christofel Karinda (Mentari RBT), setiap pemain setelah melakukan pukulan harus dengan cepat merubah arah badan dan kembali ke tengah lapangan bulutangkis untuk kembali bersiap menerima pengembalian shuttle-cock berikutnya, semua itu dapat dilakukan apabila seorang atlet mempunyai kelincahan yang baik.

Kelincahan dalam permainan bulutangkis sangat erat kaitannya dengan footwork atau gerakan kaki. Footwork merupakan salah satu teknik dasar dalam bulutangkis, untuk menghasilkan pukulan yang berkualitas harus dalam posisi yang baik dan benar. Untuk dapat memukul dengan baik dan berkualitas harus mempunyai kecepatan gerak kaki. Latihan footwork dengan gerakan maju ke depan kanan dan kiri, ke samping kanan dan kiri, ke belakang kanan dan kiri. Seperti yang dikemukakan oleh Poole (1986, hlm.50) “ ada enam daerah „dasar‟, dan ke tempat-tempat tersebut anda harus bergerak secara efektif.”

Dalam permainan bulutangkis seorang atlet harus dapat bergerak dengan cepat ke berbagai arah yang berbeda-beda, oleh karena itu seorang atlet untuk mencapai prestasi yang tinggi harus mempunyai tingkat kelincahan yang baik. Untuk dapat mengukur dan mengetahui perkembangan atletnya diperlukan sebuah alat ukur yaitu tes kelincahan yang valid dan reliabel. Alat ukur tes kelincahan diantaranya : shuttle run tes, zig-zag run, Illinois agility run, hexagon test, dll. Namun kenyataannya di lapangan belum ada alat ukur tes kelincahan yang khusus


(12)

4

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

atau spesifik untuk cabang olahraga bulutangkis. Oleh karena itu peneliti ingin membuat tes untuk kelincahan yang lebih spesifik dalam cabang olahraga bulutangkis.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, peneliti menganggap penting untuk diangkat dalam bentuk penelitian, khususnya penelitian mengenai konstruksi tes kelincahan dalam permainan bulutangkis.

Sebuah tes dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan tes, salah satunya adalah tes itu harus memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Syarat ini sangat mutlak harus terpenuhi dalam suatu tes. Jika syarat itu tidak terpenuhi maka tes itu kurang layak untuk dipakai. Tes yang valid adalah tes yang menjalankan fungsi ukurnya. Seperti yang dikemukakan oleh Nurhasan dan Cholil (2007, hlm.35)

Tes yang valid adalah tes yang mengukur apa yang hendak diukur. Suatu pengukuran dikatakan valid, apabila alat pengukuran atau tes benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak diukur dan sesuai dengan gejala yang diukurnya.

Maka dari itu dalam membuat alat ukur tes yang lebih spesifik untuk cabang olahraga bulutangkis dilakukan penelitian dengan judul konstruksi tes kelincahan dalam bulutangkis, dan tes kelincahan tersebut adalah shadow badminton.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar tingkat validitas tes kelincahan dalam cabang olahraga bulutangkis ?

2. Seberapa besar tingkat reliabilitas tes kelincahan dalam cabang olahraga bulutangkis ?

C. Tujuan Penelitian

Dari beberapa masalah yang telah dipaparkan di rumusan masalah di atas, adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu sebagai berikut :


(13)

5

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Untuk mengetahui tingkat validitas tes kelincahan dalam cabang olahraga bulutangkis.

2. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes kelincahan dalam cabang olahraga bulutangkis.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoretis

Secara teoretis penelitian ini dapat menjadi sumbangan pengetahuan bagi para pelatih olahraga khususnya untuk olahraga bulutangkis, dalam mengetahui tigkat kemampuan kelincahan dan memberikan feedback pada atletnya, agar atlet bisa berkembang dan menjadi lebih baik lagi dalam tingkat kemampuan kelincahannya.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau informasi bagi pelatih olahraga dan bagi orang yang akan meneliti mengenai kelincahan dalam bulutangkis. Untuk pelatih olahraga bulutangkis bisa dijadikan bahan acuan agar potensi atlet berkembang menjadi lebih baik lagi.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mengetahui penulissan dari setiap bab dan bagian bab, penulis memaparkan rincian sebagai berikut : Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II Kajian Pustaka dan Anggapan Dasar yang berisi hakekat tes dan pengukuran, prinsip-prinsip tes dan pengukuran, kriteria tes, hakekat permainan bulutangkis, karakteristik bulutangkis, komponen-komponen kondisi fisik,. Bab III Metodologi penelitian yang berisi metode penelitian, definisi operasional, tempat dan waktu pnelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen dan pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi deskripsi data, pengujian persyaratan analisis. Bab V Kesimpulan dan Saran.


(14)

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Sudjana dan Ibrahim (2012, hlm. 64) sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Hal serupa dikemukakan oleh Arifin (2011, hlm. 54) “ penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini ”.

Berdasar pada beberapa pendapat tersebut memberikan makna bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam suatu situasi. Data yang diperoleh itu dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis untuk menetapkan kesimpulan. Hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan penelitian tercapai seperti yang diharapkan. Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini mengungkapkan masalah yang terjadi pada masa sekarang yaitu kebakuan tes kelincahan shadowbadminton.

B. Populasi dan Sampel

Dalam menyusun sampai dengan menganalisis data sehingga mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data dalam penelitian disebut populasi dan sampel penelitian. Sudjana dan Ibrahim (2012, hlm. 84) menjelaskan “ populasi maknanya berkaitan dengan


(15)

32

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut dapat berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok social, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lainnya ”. Sedangkan (Arifin 2011, hlm. 215) menjelaskan “ populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi ”. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat digambarkan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian tempat diperolehnya informasi yang dapat berupa individu maupun kelompok. Dalam penelitian ini populasinya adalah atlet tunggal remaja putra Club Sampurna Exis Sumedang sebanyak 19 orang.

Dalam menentukan sampel dapat menggunakan semua anggota populasi dan dapat pula menggunakan sebagian dari populasi. Arifin (2011, hlm. 215) “sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini (miniature population) ”. Jadi dapat dikatakan bahwa sampel terdiri atas subyek penelitian (responden) yang menjadi sumber data yang terpilih dari hasil pekerjaan teknik penyampelan (teknik sampling). Menurut Darmawan (2013, hlm. 138) “ada beberapa teknik sampling untuk memperoleh responden/sumber data yang repsentatif dalam suatu penelitian, di antaranya, yaitu Probability Sampling dan Non-Probability Sampling”. Yang termasuk dalam probability sampling yaitu simple random sampling atau sampel acak sederhana, stratified random sampling atau sampel acak distratifikasikan, cluster sampling atau sampel gugus, systematic sampling atau sampel sistematis, area sampling atau sampel wilayah. Dan yang termasuk dalam non-probability sampling adalah sampling seadanya atau sampel jenuh, convenience sampling, purposive sampling, judgment sampling, quota sampling, snowball sampling.

Dari semua teknik sampling yang telah dijelaskan di atas dalam penelitian ini digunakan sampling seadanya atau sampel jenuh. Menurut Sugiyono (2014, hlm. 124) “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Maka dari itu jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 19 orang atlet tunggal remaja putra Club Sampurna Exis Sumedang yang merupakan jumlah dari keseluruhan populasi.


(16)

33

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu C. Desain dan Alur Penelitian

Suatu penelitian akan berjalan baik apabila penelitian tersebut memiliki langkah-langkah dan desain penelitian. Hal ini dilakukan agar arah penelitian tidak keluar dari ketentuan yang sudah ditetapkan dan tujuan serta hasil dari penelitian dapat tercapai sesuai yang penulis harapkan. Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang membantu penelitian dalam pengumpulan dan menganalisis data.

Desain penelitian yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut pada gambar 3.1 :

Gambar 3.1

Gambar Desain Penelitian Keterangan :

X1 : Tes kelincahan shadow model A dengan 1, 2 dan 3 balikan X2 : Tes kelincahan shadow model B dengan 1, 2 dan 3 balikan Y : Validitas dan reliabilitas tes

Sedangkan untuk alur penelitian, penulis menggambarkan seperti yang tertera pada halaman 34.

X1

X2


(17)

34

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2 Alur Penelitian D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen

Instrumen dalam penelitian digunakan sebagai alat ukur memperoleh data dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Hasil dari pengolahan data ini kemudian akan dijadikan sebagai sebuah kesimpulan dari hasil penelitian, dan akan menjawab permasalahan yang ada. Hal ini sesuai dengan apa yang

Populasi

Tes kelincahan shadow model A

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan Sampel

Tes kelincahan shadow model B


(18)

35

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dikemukakan oleh Arikunto (dalam Mauliate, 2014, hlm. 29) “ instrumen ialah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik ”.

Penulis menggunakan tes sebagai alat pengumpul data, sesuai konsep penelitian yaitu konstruksi tes kelincahan shadow dalam cabang olahraga bulutangkis, maka instrumen yang dipakai adalah tes kelincahan shadow.

Langkah-langkah penelitian yang penulis tempuh dalam melaksanakan penelitian ini adalah :

a. Menyiapkan surat perizinan untuk melaksanakan penelitian kepada ketua Club Sampurna Exis Sumedang.

b. Meminta surat balasan dari ketua Club Sampurna Exis Sumedang. c. Penentuan populasi dan sampel.

d. Menyusun administrasi pelaksanaan tes. e. Menyiapkan testee dan tester.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian prooses pengumpulan data sangat penting karena dengan hasil yang diperoleh dari pengukuran, dapat dilihat gejala atau perkembangan yang terjadi pada sampel yang diteliti. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka yang harus dipersiapkan penulis untuk pelaksanaan tes atau pengukuran yaitu :

a. Mempersiapkan alat ukur atau konstruksi yang akan diuji tingkat kesahihan dan keterandalannya.

b. Mempersiapkan sampel. c. Mempersiapkan peralatan tes. d. Mempersiapkan testee.

e. Melakukan tes.

f. Mengumpulkan dan mengelompokan data. 3. Teknik Pelaksanaan Tes


(19)

36

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1) Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur kelincahan dalam cabang olahraga bulutangkis

2) Peralatan : Lapangan bulutangkis, peluit, format pengetesan, meteran, stopwatch, lakban, alat tulis.

3) Pelaksanaan tes :

a) Testee diberi arahan mengenai pelaksanaan tes yang akan dilakukan. b) Testee dipersilahkan melakukan pemanasan masing-masing selama 15

menit.

c) Testee dipanggil satu persatu untuk melakukan tes. d) Testee berdiri di tengah-tengah lapangan bulutangkis

e) Ketika aba-aba ya stopwatch di jalankan dan testee mulai melakukan gerakan ke arah no 1 yaitu kanan depan sampai menginjak tanda silang yang sudah ada pada setiap arah kemudian kembali ke tengah-tengah lapangan dilanjutkan ke arah no 2 yaitu kiri depan dan kembali ke tengah lapangan, kemudian arah no 3 yaitu samping kanan dan kembali ke tengah, kemudian arah no 4 yaitu samping kiri dan kembali ke tengah, kemudian arah no 5 belakang kanan dan kembali ke tengah, terakhir arah no 6 belakang kiri dan kembali ke tengah. Satu rangkaian gerakan tersebut dari no 1 sampai 6 merupakan 1 balikan. Dalam pelaksanaan tes model a ini dilakukan dengan 1, 2 dan 3 balikan. f) Setiap melakukan gerakan ke semua arah tujuan harus diakhiri dengan

kaki kanan.

g) Stopwatch di hentikan ketika testee telah mencapai arah terakhir dan telah berada di tengah-tengah lapangan kembali.

h) Testee diberikan 2 kali kesempatan dalam setiap bentuk tes. i) Mencatat hasil berupa waktu dari masing-masing testee.

Instrumen atau alat pengumpul data yang disusun berupa tes kelincahan shadow model A ini dengan jarak depan kanan dan kiri 3,5 m, samping kanan dan kiri dengan jarak 1,9 m, dan belakang kanan dan kiri dengan jarak 4,2 m didasarkan pada analisis kebutuhan di lapangan, dengan panjang lapangan bulutangkis 13,40 m dan lebar lapangan 6,10 m dengan adanya pengurangan


(20)

37

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

lebar lapangan untuk permainan tunggal yaitu 0,46 m pada kedua sisi lapangan. Jarak yang diambil adalah jarak terjauh pengembalian shuttle-cock dari lawan dikurangi dengan panjang raket sekitar 0,66-0,68 m, kecuali untuk arah belakang kanan dan kiri karena shuttle-cock harus berada sedikit lebih depan dari atas kepala kita. Lihat gambar 3.3 pada halaman 37.

2 1

4 3

6 5 Gambar 3.3

Tes kelincahan Shadow Model A b. Tes Kelincahan Shadow Model B

1) Tujuan: Tes ini bertujuan untuk mengukur kelincahan dalam cabang olahraga bulutangkis

2) Peralatan : Lapangan bulutangkis, peluit, format pengetesan, meteran, stopwatch, lakban, alat tulis.

3) Pelaksanaan tes :

a) Testee diberi arahan mengenai pelaksanaan tes yang akan dilakukan. b) Testee dipersilahkan melakukan pemanasan masing-masing selama 15

menit.

c) Testee dipanggil satu persatu untuk melakukan tes. d) Testee berdiri di tengah-tengah lapangan bulutangkis

e) Ketika aba-aba ya stopwatch di jalankan dan testee mulai melakukan gerakan ke arah no 1 yaitu kanan depan sampai menginjak tanda silang yang sudah ada pada setiap arah kemudian kembali ke tengah-tengah


(21)

38

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

lapangan dilanjutkan ke arah no 2 yaitu samping kiri dan kembali ke tengah lapangan, kemudian arah no 3 yaitu kiri depan dan kembali ke tengah, kemudian arah no 4 yaitu samping kanan dan kembali ke tengah, kemudian arah no 5 belakang kanan dan kembali ke tengah, terakhir arah no 6 belakang kiri dan kembali ke tengah. Satu rangkaian gerakan tersebut dari no 1 sampai 6 merupakan 1 balikan. Dalam pelaksanaan tes model B ini dilakukan dengan 1, 2 dan 3 balikan.

f) Setiap melakukan gerakan ke semua arah tujuan harus diakhiri dengan kaki kanan.

g) Stopwatch di hentikan ketika testee telah mencapai arah terakhir dan telah berada di tengah-tengah lapangan kembali.

h) Testee diberikan 2 kali kesempatan dalam setiap bentuk tes. i) Mencatat hasil berupa waktu dari masing-masing testee.

3 1

2 4

6 5 Gambar 3.4

Tes kelincahan Shadow Model B

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian. Hal ini dapat dilihat dalam data yang diperoleh peneliti bisa diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Maka dari itu, perlu kerja keras, daya kreatifitas dan kemampuan intelektual yang tinggi agar mendapat hasil yang memuaskan.


(22)

39

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai social, akademis dan ilmiah. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis.

Data yang didapat dari hasil tes masih merupakan data mentah sehingga diperlukan pengolahan data untuk membakukannya. Data-data yang telah dibakukan dapat diolah dan dianalisis untuk menghasilkan suatu hubungan yang berarti melalui data-data tersebut.

Setelah data yang penulis perlukan dalam penelitian terkumpul, langkah selanjutnya adalah data-data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus secermat mungkin, sehingga nanti diperoleh jawaban diterima atau ditolaknya hipotesis sesuai taraf yang diajukan.

Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data ini adalah sebagai berikut :

1. Data yang telah terkumpul di periksa kembali dan di susun. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan penilaian dalam proses pengolahan atau hilangya data.

2. Menghitung nilai rata-rata dari item tes yang dilakukan dengan menggunakan rumus :

̅

Keterangan :

̅ = Nilai rata-rata

X = Skor yang diperoleh

n = Jumlah sampel


(23)

40

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Menghitung simpangan baku dari hasil data mentah setiap variabel dengan menggunakan rumus :

̅

keterangan :

S = Simpangan baku

X1 = skor yang dicapai seseorang ̅ = nilai rata-rata

n = sampel

4. Menguji normalitas data dengan pendekatan uji Liliefors. Adapun langkah-langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari nilai pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar.

b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan Z-skor yaitu :

̅

c. Untuk tiap angka tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing nilai Z (FZi) dengan ketentuan : jika nilai Z negatif, maka dalam penentuan Fzi-nya adalah 0,5 – luas daerah distribusi Z pada tabel.

d. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (SZi) dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.

e. Hitung selisih antara F(Zi) – S(Zi) dan tentukan harga mutlaknya.

f. Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari seluruh sampel yang ada dan berilah symbol Lo.

g. Dengan bantuan tabel nilai Kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukanlah nilai L.

h. Bandingkan nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk mengetahui diterima atau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria :


(24)

41

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

- Terima Ho jika Lo > Lα = TIDAK NORMAL

5. Mencari validitas dan reliabilitas butir. Untuk mencari validitas, dengan menggunakan cara mengkorelasikan skor hasil tes pertama dengan kriteria (dalam penelitian ini menggunakan composite score yaitu skor gabungan dari masing-masing model tes) di gunakan rumus korelasi product momnt, sedangkan untuk mencari reliabilitas penulis menggunakan cara mengkorelasikan hasil tes pertama dengan tes kedua (test re-rest). Adapun rumus untuk mencari validitas dan reliabilitas tes kelincahan shadow yang penulis kutip dari buku Nurhasan (2007) yang tertera pada halaman 41.

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterengan :

= koefesien korelasi antara variabel X dan Y

x = skor pada variabel X y = skor pada variabel Y ∑x = jumlah skor variabel X ∑y = jumlah skor variabel Y ∑x2

= jumlah dari kuadrat skor X ∑y2

= jumlah dari kuadrat skor Y Xy = skor X kali Y

N = jumlah subyek

Sebagai kriteria penulis ajukan skor gabungan (composite Score). Kemudian uji signifikan satu pihak dengan pendekatan uji t :

√ √

Kriteria penguji : tolak Ho jika t < to (0,05) dalam hal ini Ho diterima.

6. Adapun kriteria tingkat korelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1

Kriterian Tingkat Korelasi (Sumber : Sugiyono, 2009:184)


(25)

42

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

R Kriteria

0.00-0.199 Sangat rendah 0.20-0.399 Rendah 0.40-0.599 Sedang 0.60-0.799 Kuat 0.80-1.000 Kuat sekali


(26)

50

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, hasil perhitungan, pengolahan data dan analisis data yang dilakukan, maka penelitian ini dapat di tarik kesimpulannya bahwa Instrument Tes Kelincahan Shadow model A (1 balikan), A (2 balikan), A (3 balikan), B (1 balikan), B (2 balikan) dan B (3 balikan) dalam cabang olahraga bulutangkis menunjukan tingkat validitas dan reliabilitas yang baik. Oleh karena itu ke enam instrumen tes bisa digunakan sebagai tes kelincahan dalam cabang olahraga bulutangkis. Instrumen tes yang memiliki nilai validitas dan reliabilitas paling tinggi dari ke enam tes kelincahan shadow adalah tes kelincahan model A (2 balikan) dengan nilai validitas 0,91 dan nilai reliabilitas 0,85.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, penulis memiliki beberapa hal yang ingin penulis sampaikan sebagai masukan dan saran :

1. Bagi para pendidik dan pelatih yang mengajarkan pendidikan jasmani pada lembaga pendidikan ataupun pelatihan, untuk dapat menggunakan tes kelincahan shadow ini dalam mengetes atau mengetahui tingkat kelincahan yang dimiliki oleh siswa atau atlet

2. Bagi rekan-rekan atau siapapun yang berkecimpung di cabang olahraga bulutangkis, penulis sarankan melanjutkan penelitian mengenai tes kelincahan shadow ini, untuk lebih membuktikan model tes yang lebih sesuai dengan kebutuhan dalam permainan bulutangkis pada sampel yang berbeda, karena dalam penelitian ini tes yang lebih sesuai merupakan tes model B namun yang memiliki validitas paling tinggi adalah model A. Selain itu semoga kelak tes ini dilengkapi dengan suatu standar penilaian.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan dari penelitian yang telah dilakukan dengan judul “ Konstruksi Tes kelincahan dalam


(27)

50

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Cabang Olahraga Bulutangkis ”. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang.


(28)

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 51

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Darmawan, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Dira, N. H. (2014). Pengaruh Metode Drill dengan Metode Bermain Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Teknik Dasar Defensive Lob Atlet Bulutangkis Usia Dini. (Skripsi). Perpustakaan UPI Pusat, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma

Harsuki. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Poole, J. (1986). Belajar Bulutangkis. Bandung : Pionir Jaya

Mauliate, A. M. S. (2014). Konstruksi Tes Ball Handling Dalam Cabang Olahraga Bola Basket. (Skripsi). Perpustakaan UPI Pusat, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nurhasan, Hasanudin, D. C., & Hidayah, N. (2012). Modul Mata Kuliah Statistika. Bandung : FPOK UPI Bandung

Nurhasan, & Hasanudin, D. C. (2007) . Tes Dan Pengukuran Olahraga. Bandung: FPOK UPI

Satriya, Sidik D.Z., & Imanudin, I. (2010). Modul Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung : FPOK UPI Bandung

Satriya, & Subarjah, H. (2013). Permainan Bulutangkis. Bandung : FPOK UPI Bandung

Subarjah, H., & Hidayat, Y. (2007). Permainan Bulutangkis. Bandung : FPOK UPI Bandung

Sudjana, N., & Ibrahim. (2012). Penelitin dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(29)

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Freed, A. (2012). Pengkondisian Dalam Bulutangkis. [Online]. Diakses dari http://abunfreed-bulutangkisbadminton.blogspot.co.id/2012/01


(1)

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

- Terima Ho jika Lo > Lα = TIDAK NORMAL

5. Mencari validitas dan reliabilitas butir. Untuk mencari validitas, dengan menggunakan cara mengkorelasikan skor hasil tes pertama dengan kriteria (dalam penelitian ini menggunakan composite score yaitu skor gabungan dari masing-masing model tes) di gunakan rumus korelasi product momnt, sedangkan untuk mencari reliabilitas penulis menggunakan cara mengkorelasikan hasil tes pertama dengan tes kedua (test re-rest). Adapun rumus untuk mencari validitas dan reliabilitas tes kelincahan shadow yang penulis kutip dari buku Nurhasan (2007) yang tertera pada halaman 41.

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterengan :

= koefesien korelasi antara variabel X dan Y

x = skor pada variabel X y = skor pada variabel Y ∑x = jumlah skor variabel X ∑y = jumlah skor variabel Y ∑x2

= jumlah dari kuadrat skor X ∑y2

= jumlah dari kuadrat skor Y Xy = skor X kali Y

N = jumlah subyek

Sebagai kriteria penulis ajukan skor gabungan (composite Score). Kemudian uji signifikan satu pihak dengan pendekatan uji t :

Kriteria penguji : tolak Ho jika t < to (0,05) dalam hal ini Ho diterima. 6. Adapun kriteria tingkat korelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1

Kriterian Tingkat Korelasi (Sumber : Sugiyono, 2009:184)


(2)

42

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

R Kriteria

0.00-0.199 Sangat rendah

0.20-0.399 Rendah

0.40-0.599 Sedang

0.60-0.799 Kuat


(3)

50

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, hasil perhitungan, pengolahan data dan analisis data yang dilakukan, maka penelitian ini dapat di tarik kesimpulannya bahwa Instrument Tes Kelincahan Shadow model A (1 balikan), A (2 balikan), A (3 balikan), B (1 balikan), B (2 balikan) dan B (3 balikan) dalam cabang olahraga bulutangkis menunjukan tingkat validitas dan reliabilitas yang baik. Oleh karena itu ke enam instrumen tes bisa digunakan sebagai tes kelincahan dalam cabang olahraga bulutangkis. Instrumen tes yang memiliki nilai validitas dan reliabilitas paling tinggi dari ke enam tes kelincahan shadow adalah tes kelincahan model A (2 balikan) dengan nilai validitas 0,91 dan nilai reliabilitas 0,85.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, penulis memiliki beberapa hal yang ingin penulis sampaikan sebagai masukan dan saran :

1. Bagi para pendidik dan pelatih yang mengajarkan pendidikan jasmani pada lembaga pendidikan ataupun pelatihan, untuk dapat menggunakan tes kelincahan shadow ini dalam mengetes atau mengetahui tingkat kelincahan yang dimiliki oleh siswa atau atlet

2. Bagi rekan-rekan atau siapapun yang berkecimpung di cabang olahraga bulutangkis, penulis sarankan melanjutkan penelitian mengenai tes kelincahan shadow ini, untuk lebih membuktikan model tes yang lebih sesuai dengan kebutuhan dalam permainan bulutangkis pada sampel yang berbeda, karena dalam penelitian ini tes yang lebih sesuai merupakan tes model B namun yang memiliki validitas paling tinggi adalah model A. Selain itu semoga kelak tes ini dilengkapi dengan suatu standar penilaian.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan dari penelitian yang telah dilakukan dengan judul “ Konstruksi Tes kelincahan dalam


(4)

50

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Cabang Olahraga Bulutangkis ”. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang.


(5)

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

51

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Darmawan, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Dira, N. H. (2014). Pengaruh Metode Drill dengan Metode Bermain Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Teknik Dasar Defensive Lob Atlet Bulutangkis Usia Dini. (Skripsi). Perpustakaan UPI Pusat, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma

Harsuki. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Poole, J. (1986). Belajar Bulutangkis. Bandung : Pionir Jaya

Mauliate, A. M. S. (2014). Konstruksi Tes Ball Handling Dalam Cabang Olahraga Bola Basket. (Skripsi). Perpustakaan UPI Pusat, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nurhasan, Hasanudin, D. C., & Hidayah, N. (2012). Modul Mata Kuliah Statistika. Bandung : FPOK UPI Bandung

Nurhasan, & Hasanudin, D. C. (2007) . Tes Dan Pengukuran Olahraga. Bandung: FPOK UPI

Satriya, Sidik D.Z., & Imanudin, I. (2010). Modul Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung : FPOK UPI Bandung

Satriya, & Subarjah, H. (2013). Permainan Bulutangkis. Bandung : FPOK UPI Bandung

Subarjah, H., & Hidayat, Y. (2007). Permainan Bulutangkis. Bandung : FPOK UPI Bandung

Sudjana, N., & Ibrahim. (2012). Penelitin dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)

Dewa Putra Pratama, 2015

KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Freed, A. (2012). Pengkondisian Dalam Bulutangkis. [Online]. Diakses dari http://abunfreed-bulutangkisbadminton.blogspot.co.id/2012/01