Hubungan antara Penguasaan Kosakata dan Motivasi Belajar dengan Kemampuan Membaca Cerita (Survei pada Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Jatiroto).

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

Hubungan antara Penguasaan Kosakata dan Motivasi Belajar
dengan Kemampuan Membaca Cerita
(Survei pada Siswa Kelas V SD Negeri
di Kecamatan Jatiroto)
Siti Samsiyah, Andayani, Muhammad Rohmadi
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sekolah Dasar Negeri 1 Sugihan
[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penguasaan
kosakata dengan kemampuan membaca cerita, antara motivasi belajar dengan
kemampuan membaca cerita, antara penguasaan kosakata dan motivasi belajar secara
bersama-sama dengan kemampuan membaca cerita. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei korelasional. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi

regresi dengan signifikansi 0,05. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa penguasaan
kosakata dan motivasi belajar secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terdapat
hubungan positif yang signifikan dengan kemampuan membaca cerita. bersama-sama
penguasaan kosakata dan motivasi belajar memberi sumbangan sebesar 43,5% terhadap
kemampuan membaca cerita. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel
tersebut dapat menjadi prediktor yang baik bagi kemampuan membaca cerita.
Kata Kunci: kemampuan membaca cerita, penguasaan kosakata, motivasi belajar

PENDAHULUAN
Membaca merupakan salah satu aspek

beraktivitas sehingga seseorang dapat

kemampuan berbahasa yang dominan,

meningkat

karena dapat menunjang keempat aspek

pengetahuannya.


kecerdasan

dan

berbahasa yang lain dalam pembelajaran

Oleh

membaca. Hal ini sejalan dengan Rahim

membaca

(2011) bahwa proses belajar yang efektif

sepenuhnya

antara lain dilakukan dengan membaca.

pengajaran membaca di sekolah dasar


Membaca

merupakan acuan untuk membaca di

dapat

membuka

wawasan

dunia yang luas serta otak akan terbiasa

sekolah

27 
 

karena


itu

harus

dapat

oleh

lanjutan.

kemampuan

siswa.

Jika

dikuasai
Mengingat

konsep


yang

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
ditanamkan

di

sekolah

sudah

akan lebih mudah memahami cerita yang

benar, maka siswa tidak akan merasa

disuguhkan. Demikian sebaliknya, siswa


kesulitan memahami materi membaca di

yang rendah semangat belajarnya akan

tingkat berikutnya.

kesulitan dalam mengikuti pembelajaran

Penguasaan
faktor

dasar

kosakata

dominan

yang

merupakan


membaca

menunjang

termotivasi mengikuti kegiatan belajar

cerita.

Siswa

akan

lebih

kemampuan membaca. Semakin banyak

mengajar

perbendaharaan kata yang dimiliki, siswa


suasana

akan dengan mudah memahami bacaan.

Suasana kelas yang dirancang menarik

Sebaliknya Semakin sedikit penguasaan

mampu

kosakata yang dimiliki siswa maka siswa

belajar siswa sehingga mudah menyerap

akan lebih sulit memahami bacaan. Hal

materi yang disampaikan. Sebagaimana

ini


pendapat

diperkuat

dengan

pernyataan

yang

dilaksanakan

kelas

yang

menyenangkan.

membangkitkan


ahli,

dengan

semangat

karena

dengan

Sebagaimana dinyatakan ”Learners with

menciptakan

big vocabularies are more proficient in a

dapat membangkitkan motivasi belajar

wide


(Slameto, 2010).

range

of

language

skills

than

learners with smaller vocabularies, and

kondisi-kondisi

Penelitian

ini

bertujuan

tertentu

untuk

there is some evidence to support the view

mengetahui hubungan antara penguasaan

that vocabulary skills make a significant

kosakata dengan kemampuan membaca

contribution to almost all aspects of L2

cerita,

proficiency” (Brown. et. all, 1996). Siswa

motivasi

yang mempunyai jumlah kosakata yang

membaca cerita, mengetahui hubungan

banyak

antara penguasaan kosakata dan motivasi

akan

lebih

pandai

dalam

mengetahui
belajar

hubungan

dengan

kemampuan

berbahasa daripada siswa yang memiliki

belajar

jumlah kosakata yang lebih kecil dan ada

kemampuan membaca cerita.

sejumlah

fakta

yang

pandangan

bahwa

kosakata

aspek

memiliki

dengan

Tinjauan Pustaka

kemahiran

“Belajar ialah suatu proses usaha

berbahasa

yang

(bahasa kedua).
Kemampuan

bersama-sama

mendukung

kontribusi yang signifikan pada hampir
semua

secara

antara

dilakukan

seseorang

untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah
menguasai

kosakata

laku

yang

baru

secara

keseluruhan,

bukanlah masalah tunggal yang dihadapi

sebagai

dalam pengajaran membaca. Semangat

dalam interaksi dengan lingkungannya”

belajar yang tidak sama pada setiap

(Slameto, 2010). Hal senada diungkapkan

siswa membawa dampak terhadap proses

bahwa belajar adalah modifikasi atau

pengajaran

memperteguh

membaca.

Siswa

yang

memiliki semangat tinggi untuk belajar

pengalaman.

28 
 

hasil

pengalamannya

kelakuan
(learning

is

sendiri

melalui
defined

as

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
modification

or

behaviour

strengthening

through

(Hamalik,

yang meliputi faktor-faktor nonsosial dan

experiencing)

2011).

mengungkapkan

of

Pendapat
“factors

faktor-faktor sosial.

lain

Kemampuan merupakan penampilan

affecting

maksimum (maximum performance) yang

learners and learning: (1) cognitif and

dilakukan

metakognitif;

pekerjaan. Apabila penampilan maksimal

(2)

motivational

and

seseorang

affective; (3) developmental and social; (4)

tersebut

individual differences” Combs and Miller

kecenderungan

(2007).

Faktor

pekerjaan

peserta

didik

yang
dan

mempengaruhi

pembelajaran:

(1)

diukur,

itu

dalam

orang

beberapa

tersebut

untuk

ada

melakukan

sebaik-baiknya

dengan

harapan akan mencapai hasil yang paling

kognitif dan metakognitif, (2) motivasi

besar (Cronbach, 1984).

dan afektif, (3) perkembangan dan sosial,

Membaca sebagai sebuah interaksi

(4) perbedaan individual.

berfungsi untuk melakukan komunikasi.

Bahasa pada dasarnya merupakan

Tarigan (2008) menyatakan “membaca

sistem simbol yang ada di dunia ini

adalah

(Hidayat,

pergunakan untuk berkomunikasi dengan

2006:

23).

Keterampilan

suatu

metode

yang

kita

berbahasa (language arts, language skills)

diri

dalam kurikulum di sekolah mencakup

dengan

empat

keterampilan

mengkomunikasikan

skills);

(2)

terkandung atau tersirat dalam lambang-

keterampilan berbicara (speaking skills);

lambang tertulis”. Membaca merupakan

(3)

(reading

kegiatan

menulis

tersebut

segi,

menyimak

yaitu:

(listening

keterampilan

skills);

dan

(1)

(4)

membaca
keterampilan

kita

sendiri

dan

orang

yang

lain

yaitu

makna

aktif

ditegaskan

kadang-kadang

yang

produktif.
oleh

Brown

Hal
and

(writing skiils) (Tarigan, 1980). Ahmadi

Attardo (2009) “Reading is an active

dan Supriyono (1991) mengemukakan

process,

a

faktor-faktor penyebab kesulitan belajar

Readers

bring

bahasa

dua

experience and background knowledge”.

golongan, yaitu faktor intern dan faktor

Membaca adalah proses aktif, dalam arti

ekstern. Faktor intern dibagi menjadi dua

aktivitas produktif.

yaitu faktor fisiologi dan faktor psikologi.

membaca

Faktor fisiologi misalnya sakit, cacat

kekayaan pengetahuan. Membaca sebagai

tubuh, mudah lelah, mengantuk, dan lain-

kegiatan yang aktif produktif menuntut

lain. Faktor psikologi meliputi inteligensi,

siswa untuk kreatif. Kegiatan membaca

bakat, minat, motivasi, kesehatan mental,

yang berlangsung menuntut siswa secara

tipe-tipe khusus seorang pelajar. Selain

aktif merespon tugas yang diberikan

faktor intern terdapat faktor ekstern

kepadanya. Tugas tersebut dapat disikapi

digolongkan

ke

dalam

meaning-making
to

banyak

reading

activity.
a

lot

of

Pembaca dibawa ke
pengalaman

dan

siswa dengan langkah-langkah tertentu.

29 
 

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Langkah kegiatan atau rumusan kegiatan

evaluate);

membaca

dapat

menemukan bagaimana caranya tokoh

menunjang kegiatan membaca siswa agar

berubah. Ini disebut membaca untuk

berlangsung dengan baik.

memperbandingkan

yang

sistematis

Tarigan (2008) secara lebih rinci

(7)

membaca

untuk

atau

mempertentangkan (reading to compare

mengemukakan, tujuan membaca yaitu

or contrast).

(1) membaca untuk menemukan atau

Wellek dan Warren (1990) sastra

mengetahui penemuan-penemuan yang

adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah

telah dilakukan oleh tokoh. Ini disebut

karya

membaca untuk memperoleh perincian-

dikemukakan Fanani (2000: 6) bahwa

perincian atau fakta-fakta (reading for

sastra adalah karya fiksi yang merupakan

details for facts); (2) membaca untuk

hasil kreasi berdasarkan luapan emosi

mengetahui mengapa hal itu merupakan

yang

topik yang baik dan menarik. Ini disebut

mengungkapkan aspek estetika baik yang

membaca

didasarkan aspek kebahasaan maupun

utama

untuk

(reading

membaca

memperoleh
for

untuk

main

ide-ide

ideas);

menemukan

(3)

seni.

Pendapat

spontan

aspek

serupa

yang

makna.

mampu

Sudjiman

(1988)

atau

mengemukakan karya sastra menurut

mengetahui apa yang terjadi pada setiap

ragamnya dibedakan atas prosa, puisi,

bagian cerita. Ini disebut membaca untuk

dan

mengetahui

cerpen,

urutan

atau

susunan

drama.

Lebih rinci

novela,

dan

diungkapkan
novel

pada

organisasi cerita (reading for inference);

hakikatnya merupakan kategori-kategori

(4) membaca untuk menemukan serta

fiksi

mengetahui

tokoh

(2008) bahwa unsur-unsur yang terdapat

merasakan seperti cara mereka itu. Ini

dalam cerita meliputi tema, amanat, plot

disebut membaca untuk menyimpulkan

atau alur cerita, tokoh atau penokohan,

(reading

sudut

mengapa

para

for inference);

(5)

membaca

untuk menemukan serta mengetahui apa-

membaca

bersifat

pandang,

formal.

latar,

dan

Musfiroh

sarana

kebahasaan.

apa yang tidak biasa mengenai tokoh. Ini
disebut

yang

Memahami bacaan pada dasarnya

untuk

meliputi kemampuan yang terdiri atas

untuk

kemampuan untuk (1) memahami arti

mengklasifikasikan (reading tocalssify);

kata-kata sesuai penggunaannya dalam

(6) membaca untuk menemukan apakah

bacaan; (2) mengenali susunan organisasi

tokoh

wacana

mengelompokkan,

berhasil

ukuran-ukuran

membaca

atau
tertentu,

hidup

dengan

antar hubungan

bagian-

kita

bagiannya; (3) mengenali pokok-pokok

ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh

pikiran yang terungkapkan; (4) mampu

tokoh. Ini disebut membaca menilai,

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

membaca

jawabannya

mengevaluasi

apakah

dan

(reading

to

30 
 

secara

eksplisit

terdapat

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
dalam wacana; (5) mampu menjawab

posisi melekatnya pada bentuk dasar

pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya

biasanya

terdapat

infiks,

dalam

diungkapkan

wacana

dengan

meskipun

kata-kata

yang

dibedakan

sufiks,

Chaer

tentang isi wacana; (7) mampu mengenali

menurut

dan memahami kata-kata dan ungkapan-

klasifikasi

ungkapan

makna

sastra;

(8)

memahami

mampu

nuansa

mengenali

dan

(2007)
tata

dan

sebagai bagian dari pemahaman tentang

sedangkan

penulis (Djiwandono, 2011).

untuk

diucapkan

unsur

atau

merupakan
perasaan

bahasa

dituliskan

perwujudan
pikiran

bahasawan

tradisional

kriteria

fungsi.

Kriteria

verba,

nomina,

kriteria

dan

fungsi

mengidentifikasi

adjektiva;
digunakan
preposisi,

yang

konjungsi, adverbia, pronomina, dan lain-

yang

lain.

kesatuan

Pendapat

lain

mengungkapkan

pembagian kelas kata yang disingkat
Papan Caniv, terdiri dari: (1) pronomina

digunakan dalam berbahasa (Alwi, 2001).

(kata ganti); (2) ajektiva (kata sifat); (3)

Seperti diungkapkan bahwa “Vocabulary

preposisi (kata depan); (4) artikel (kata

is central to language and of critical

sandang); (5) nomina (kata benda); (6)

importance

konjungsi (kata sandang); (7) adverbia

to

the

(Coady

Kosakata

adalah

yang

mengemukakan

dapat

learner”

dan

dan

makna digunakan untuk mengidentifikasi
kelas

adalah

interfiks,

kata menggunakan kriteria

memahami maksud dan pesan penulis

Kata

konfiks,

prefiks,

transfiks.

berbeda; (6) mampu menarik inferensi

untuk

adanya

typical

dan

language

Huckin,

bilangan); (9) interjeksi (kata seru); dan

bersifat sangat penting sehingga menjadi

(10) verba (kata kerja) (Pateda, 1995).

bahasa siswa yang khas.

Parera (2004) secara umum hubungan

kata

dasar

antara satu makna dan makna yang lain

untuk pembicaraan kosakata adalah (1)

secara klasikal dibedakan atas sinonim/

bentuk dasar; (2) bentuk berimbuhan

sinonimi, antonim/ antonimi, penjaminan

atau bentuk turunan; (3) bentuk berulang

makna,

atau reduplikasi; (4) bentuk majemuk

(superordinat

atau

komposisi;

yang

bahasa

(kata keterangan); (8) numeralia (kata

dan

Wujud

pusat

1997).

menjadi

hipernimi
atau

dan

hiponimi
subordinat),

(5)

bentuk

terikat

homonimi, dan polisemi. Pateda (1995)

bentuk

paduan

leksem

mendefinisikan kosakata terdiri atas (1)

(Pateda, 1995). Afiksasi adalah proses

kosakata dasar; (2) kosakata umum; (3)

pembubuhan afiks pada sebuah dasar

kosakata khusus; (4) kosakata khusus; (5)

atau bentuk dasar. Proses ini melibatkan

kosakata konkret; (6) kosakata abstrak;

unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar;

(7) kosakata populer; (8) kosakata asli; (9)

(2) afiks; (3) makna gramatikal yang

kosakata serapan; (10) kosakata baku dan

dihasilkan (Chaer, 2007). Dilihat dari

nonbaku; (11) kosakata muatan lokal; (12)

konteks;

(6)

31 
 

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
kosakata menurut bidang; (13) kosakata

mendorong pada sejumlah urusan atau

menurut jenis kata.

bentuk perilaku, dan harus diarahkan

Penguasaan

kosakata

dapat

sampai akhir (Maslow: 1992).

dibedakan dalam penguasaan yang aktif

Kemauan pada setiap diri manusia

produktif dan penguasaan yang pasif

terbetuk melalui empat momen, yaitu: (1)

reseptif. Selanjutnya dijelaskan bahwa

momen timbulnya alasan; (2) momen

kosakata yang merupakan bagian dari

pilih; (3) momen putusan; (4) momen

penguasaan

terbentuknya kemauan. Motivasi terdiri

aktif

produktif

dikenal dengan kosakata

sering

aktif,

yaitu

atas

motivasi

intrinsik

dan

motivasi

kosakata yang dapat digunakan seorang

ekstrinsik.

Motivasi

pemakai bahasa secara wajar, dan tanpa

motif-motif

yang

banyak kesulitan dalam mengungkapkan

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari

dirinya.

yang

luar, karena dalam diri manusia sudah

merupakan bagian dari penguasaan pasif

ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

reseptif

atau

Motivasi

seorang

pemakai

Sebaliknya

kosakata

kosakata

pasif,

bahasa

adalah

orang

lain,

yang

menjadi

ekstrinsik

aktif

dan

intrinsik

adalah

aktif

yaitu

atau

motif-motif

berfungsinya

karena

tanpa mampu menggunakannya sendiri

adanya perangsang dari luar (Sardiman,

secara

2011).

wajar

dalam

ungkapan-

ungkapannya (Djiwandono, 1996).

Hamalik

(2011)

menjelaskan

Tes kosakata menurut Djiwandono

motivasi intrinsik adalah motivasi yang

(2011) adalah tes tentang penguasaan arti

hidup dalam diri peserta didik dan

kosakata yang dapat dibedakan menjadi

berguna

penguasaan yang bersifat pasif reseptif

funsional.

dan

motivasi murni atau motivasi sebenarnya,

penguasaan

yang

bersifat

aktif

produktif.

dalam

Motivasi

misalnya

Motivasi menunjuk kepada seluruh

situasi

keinginan

belajar

intrinsik

untuk

yang
atau

mendapat

keterampilan

tertentu,

memperoleh

proses gerakan, termasuk situasi yang

informasi

dan

pemahaman,

mendorong, dorongan yang timbul dalam

mengembangkan sikap untuk berhasil,

diri

menikmati

individu,

tingkah

laku

yang

kehidupan,

secara

sadar

ditimbulkan oleh situasi tersebut, dan

memberikan

tujuan atau akhir dari gerakan atau

kelompok, keinginan untuk diterima oleh

perbuatan (Fauzi, 2008). Seiring dengan

orang

pendapat tersebut menurut Mappa (1977)

ekstrinsik

motivasi berasal dari kata lain yaitu

disebabkan oleh faktor-faktor dari luar

“movere”

situasi belajar, seperti: angka kredit,

yang

artinya

menggerakkan

lain,

ijazah,

melakukan sesuatu. Kekuatan motivasi

pertentangan

32 

dan

sebagainya.

adalah

atau sesuatu yang mendorong seseorang

 

sumbangan

tingkatan,
dan

kepada

Motivasi

motivasi

hadiah,
persaingan,

yang

medali,
yang

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
bersifat negatif adalah sarkasme, ejekan

belajar sebagai variabel bebas, sedangkan

(ridicule), dan hukuman.

kemampuan

Asdam

(2007)

motivasi

belajar

variabel

membaca

terikat

cerita

Tes

sebagai

kemampuan

adalah keseluruhan atau sesuatu yang

membaca

mendorong

melakukan

objektif dalam pemerolehan datanya. Tes

aktivitas belajar, baik yang berasal dari

penguasaan kosakata menggunakan tes

dalam diri maupun yang disebabkan oleh

objektif

rangsangan dari luar sehingga dapat

Untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

motivasi belajar menggunakan angket

siswa

Hipotesis
sebagai
hubungan
kosakata

untuk

penelitian

berikut

adalah

pertama,

positif
dan

ini

antara

dalam

menggunakan

pemerolehan

memperoleh

data

tes

datanya.
mengenai

yang berupa pertanyaan untuk dijawab

terdapat

siswa

penguasaan

kemampuan

cerita

Validitas instrumen tes kemampuan

membaca

membaca

cerita

dan

tes

penguasaan

cerita, kedua terdapat hubungan positif

kosakata menggunakan rumus Korelasi

antara motivasi belajar dan kemampuan

Point

membaca

motivasi belajar menggunakan rumus

hubungan

cerita,ketiga
positif

antara

terdapat
penguasaan

Biserial

Korelasi

Product

kosakata dan motivasi belajar secara

instrumen

bersama-sama

cerita

dengan

kemampuan

membaca cerita.

sedangkan

dan

tes
tes

menggunakan

Moment.

kemampuan
penguasaan

instrumen

Reliabilitas
membaca
kosakata

rumus

Kuder-

Richardson~20 atau KR~20sedangkan uji
METODE PENELITIAN

reliabilitas instrumen angket motivasi

Penelitian ini dilaksanakan selama

belajar

enam bulan mulai bulan Juni sampai

menggunakan

rumus

alpha

cronbach.

dengan bulan November dalam tahun

Teknik analisis data meliputi dua hal

2012 di SD negeri di Kecamatan Jatiroto

yaitu Analisis data deskriptif dan analisis

Kabupaten Wonogiri. Metode penelitian

data inferensial. Analisis data inferensial

yang digunakan dalam penelitian ini

digunakan untuk menguji hipotesis atau

adalah metode survei dengan teknik

penarikan

korelasional.

dalam

inferensial menggunakan teknik analisis

penelitian ini adalah 600 siswa dari 33 SD

regresi dan korelasi (korelasi sederhana

negeri di Kecamatan Jatiroto. Sampel

dan korelasi berganda).

Jumlah

populasi

kesimpulan.

Analisis

data

dalam penelitian ini ditetapkan sejumlah
63 siswa yang diambil secara acak dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

keseluruhan populasi.

Hasil

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel

Penelitian ini terdiri dari dua variabel

yaitu penguasaan kosakata dan motivasi

bebas dan satu variabel terikat. Variabel

33 
 

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 27-36)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
bebas

dalam

penelitian

ini

adalah
Tabel 5. Tabel Anava Ŷ = 6,52+0,46X1

Sumber
variasi
total
Koefisien (a)
Regresi(b/a)
sisa
Tuna Cocok
Galat

dk

JK

63
1
1
61
12
49

12.631,00
12.152,78
123,30
354,92
31,49
323,43

penguasaan
belajar

KT

Ft

123,3
21,19

3,40

0,40

4,75

5,82
2,63
6,60

kosakata

sedangkan

F

dan

variabel

Hasil tersebut dapat dijelaskan
bahwa r hitung sebesar 0,51 lebih besar

motivasi

dari r tabel 0, 250, taraf signifikansi

terikatnya

0,05%. Harga F0 sebesar 21,19 lebih kecil

adalah kemampuan membaca cerita.

daripada Ft sebesar 3,398 hasil uji t
sebesar 4,60 lebih besar daripada t tabel
1,67, kontribusi sebesar 25,8%.

Statistics
Penguasaan
Kosakata
N

Valid

Tabel 6. Tabel AnavaUntuk Regresi linier Ŷ
Kemampuan
Membaca
Cerita

Motivasi
Belajar

=5,89+0,14X2

63

63

63

Sumber

0

0

0

variasi

Mean

16.0159

57.7619

13.8889

Median

16.0000

58.0000

14.0000

Total

63

12.631,00

16.00a

65.00

15.00

Koefisien (a)

1

12.152,78

3.06643

9.22429

2.77728

Regresi(b/a)

1

101,11

9.403

85.088

7.713

Sisa

61

377,11

Tuna Cocok

28

Galat

33

Missing

Mode
Std. Deviation
Variance

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

dk

JK

KT

F

101,11
6,18

16,36

217,53

7,77

1,61

159,58

4,84

Uji Persyaratan
Uji

persyaratan

analisis

dalam

Berdasarkan tabel tersebut dapat

penelitian ini meliputi uji normalitas, uji
signifikansi

(keberartian),

dan

dijabarkan

uji

0,92.

sebesar 3,398 t hasil =4,04 lebih besar
daripada t tabel 1,66, kontribusi sebesar

signifikansi yang diperoleh lebih besar
α.

nilai

Uji

21,1%.

linieritas
Tabel 7. Tabel Anava Untuk regresi X1

menunjukkan bahwa taraf signifikansi
yang

diperoleh

tersebut

adalah

berarti

0,000.

kelinieran

dan X2 terhadap Y

Hasil
Sumber

dipenuhi

variasi

untuk taraf signifikansi 0,05. Hasil uji

Total

signifikansi antara penguasaan kosakata

Koefisien (b0)

dan

Total

kemampuan

membaca

cerita

dikoreksi

diperoleh nilai sig. sebesar 0,000. Hasil

Regresi

itu menunjukkan bahwa nilai sig. kurang

Sisa

dari α (0,000

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

0 17 212

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD KECAMATAN KENDAL KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2008 2009

12 38 210

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN MOTIVASI MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN Hubungan Antara Penguasaan Kosakata Dan Motivasi Membaca Dengan Kemampuan Menulis Eksposisi (Penelitian di SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten).

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN MOTIVASI MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN Hubungan Antara Penguasaan Kosakata Dan Motivasi Membaca Dengan Kemampuan Menulis Eksposisi (Penelitian di SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten).

0 1 22

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA Hubungan Penguasaan Kosakata dan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV di SD Negeri Kecamatan Gebang Kabupaten Purwo

0 1 12

PENDAHULUAN Hubungan Penguasaan Kosakata dan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV di SD Negeri Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo.

0 1 8

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA Hubungan Penguasaan Kosakata dan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV di SD Negeri Kecamatan Gebang Kabupaten Purwo

0 4 18

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN MOTIVASI MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 SURAKARTA.

0 0 19

Hubungan antara tahap penguasaan kemahir

0 0 13

HUBUNGAN ANTARA SKEMATA DAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

0 0 10