HUBUNGAN ANTARA IKLIM KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

(1)

DI KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

WINDI WINANDARI 1401412166

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

“Education and innovation begins in the classroom.” Pendidikan dan inovasi berawal dari ruang kelas. (Nancy Pelosi)

“Motivation is a energy change within the person characterized by affective

arousal and anticipatory goal reactions.” Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. (McDonald)

PERSEMBAHAN

Tanpa mengurangi rasa syukur penulis kepada Allah SWT, karya tulis ini penulis persembahkan untuk:

1. Orang tua tercinta (Bapak Tupardji dan Ibu Isniatun) terimakasih atas doa, semangat, dukungan dan kasih sayang yang selalu menyertai setiap langkahku.


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat diberi kemudahan dan

kelancaran untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Iklim

Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”. Skripsi ini diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin melasanakan penelitian.

3. Drs. Isa Ansori. M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini.

4. Drs. A. Zaenal Abidin, M. Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran selama penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Sri Susilaningsih, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran selama penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Sri Sulistyorini, M. Pd., Dosen Penguji Utama yang telah menguji skripsi ini dan memberikan masukan yang membangun.

7. Segenap dosen jurusan PGSD FIP UNNES yang telah membekali ilmu yang bermanfaat.

8. Seluruh Kepala Sekolah Dasar Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian.


(7)

vii

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusuan skripsi yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan pembelajaran di SD.

Semarang, 22 Agustus 2016 Peneliti


(8)

viii

ABSTRAK

Windi Winandari. 2016. Hubungan antara Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. A. Zaenal Abidin, M. Pd. II. Dra. Sri Susilaningsih, M. Pd.

Penciptaan iklim kelas yang positif merupakan keharusan bagi terbangunnya proses belajar yang baik. Iklim kelas diarahkan untuk mewujudkan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan agar dapat memotivasi peserta didik untuk dapat belajar dengan baik sesuai dengan perkembangan dan kemampuannya. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting dalam belajar karena dengan adanya motivasi akan menentukan arah siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal sejumlah 279 siswa. Sampel penelitian ini 100 siswa, diambil dengan menggunakan teknik proportional random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket, observasi, wawancara dan dokumentasi. Uji instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan iklim kelas termasuk dalam kategori baik dengan skor rata-rata 75,64 dan motivasi belajar termasuk dalam tinggi dengan skor rata-rata 79,36. Berdasarkan hasil hipotesis (product moment) diperoleh angka indeks korelasi ( ) sebesar 0,622 yang berarti ada korelasi atau hubungan antar kedua variabel yang termasuk kategori koefisien korelasi kuat.

Simpulan penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal, yang ditunjukkan dengan uji hipotesis yang menunjukkan > ( 0,622 > 0,195). Saran bagi guru diharapkan mampu menciptakan iklim kelas yang positif, dengan begitu akan memotivasi siswa dalam belajar.


(9)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Maasalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.1.Manfaat Penelitian ... 8

1.1.1 Manfaat Teoretis ... 8

1.1.2 Manfaat Praktis ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kajian Teori ... 9

2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajran ... 9

2.1.1.1Belajar ... 9

2.1.1.1.1 Proses Belajar ... 10

2.1.1.1.2 Unsur-Unsur Belajar ... 11

2.1.1.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 12

2.1.1.2Pembelajaran ... 14

2.1.1.2.1 Ciri-Ciri Pembelajaran ... 15

2.1.1.2.2 Komponen-Komponen Pembelajaran ... 15


(10)

x

2.1.2.1Macam-Macam Iklim Kelas ... 18

2.1.2.2Tipe-Tipe Iklim Kelas ... 21

2.1.2.3Ciri-Ciri Iklim Kelas ... 22

2.1.2.4Faktor yang Diperhatikan dalam Menciptakan Iklim Kelas yang Positif ... 22

2.1.2.5Menciptakan Iklim Kelas yang Positif ... 24

2.1.2.6Manfaat Iklim Kelas yang Positif ... 25

2.1.2.7Indikator Iklim Kelas ... 27

2.1.3 Motivasi Belajar ... 28

2.1.3.1Ciri-Ciri Motivasi Belajar ... 29

2.1.3.2Macam-Macam Motivasi Belajar ... 30

2.1.3.3Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar ... 31

2.1.3.4Fungsi Motivasi ... 34

2.1.3.5Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 35

2.1.3.6Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar ... 36

2.1.3.7Indikator Motivasi Belajar ... 39

2.1.4 Hubungan antara Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar ... 40

2.2 Kajian Empiris ... 41

2.3 Kerangka Berpikir ... 44

2.4 Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1Jenis dan Desaian Penelitian ... 47

3.2Prosedur Penelitian... 48

3.3Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

3.3.1 Subjek Penelitian ... 48

3.3.2 Lokasi Penelitian ... 48

3.3.3 Waktu Penelitian ... 49

3.4Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

3.4.1 Populasi Penelitian... 49

3.4.2 Sampel Penelitian ... 50


(11)

xi

3.6.1 Iklim Kelas... 52

3.6.2 Motivasi Belajar... 53

3.7Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.7.1 Kuesioner (Angket) ... 53

3.7.2 Wawancara ... 54

3.7.3 Observasi ... 55

3.7.4 Dokumentasi ... 55

3.8Uji Coba Instrumen, Validitas, Reliabilitas ... 55

3.8.1 Uji Coba Instrumen... 55

3.8.2 Validitas ... 57

3.8.3 Reliabilitas ... 60

3.9Analisis Data ... 61

3.9.1 Analisis Data Deskriptif ... 61

3.9.2 Uji Prasyarat Analisis ... 63

3.9.2.1Uji Normalitas ... 63

3.9.2.2Uji Linieritas ... 64

3.9.3 Analisis Akhir (Uji Hipotesis) ... 64

3.9.3.1Uji Hipotesis ... 64

3.9.3.2Uji Signifikansi ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

4.1 Hasil Penelitian ... 66

4.1.1 Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian ... 66

4.1.1.1Analisis Deskriptif Iklim Kelas ... 66

4.1.1.2Analisis Deskriptif Motivasi Belajar ... 75

4.1.2 Uji Prasyarat Analisis ... 85

4.1.2.1Uji Normalitas ... 85

4.1.2.2Uji Linieritas ... 87


(12)

xii

4.1.3.1Uji Hipotesis ... 88

4.1.3.2Uji Signifikansi ... 89

4.2 Pembahasan ... 89

4.2.1 Pemaknaan Temuan ... 89

4.2.1.1Deskripsi Hasil Analisis Iklim Kelas ... 89

4.2.1.2Deskripsi Hasil Analisis Motivasi Belajar ... 93

4.2.1.3Hasil Analisis Hubungan Antara Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar ... 96

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 99

4.2.2.1Implikasi Teoretis ... 99

4.2.2.2Implikasi Praktis ... 100

4.2.2.3Implikasi Pedagogis ... 101

BAB V PENUTUP ... 102

5.1Simpulan ... 102

5.2Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(13)

xiii

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ... 51

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen ... 58

Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen ... 61

Tabel 3.5 Kriteria Iklim Kelas dan Motivasi Belajar ... 62

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Angket Iklim Kelas SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 67

Tabel 4.2 Skor Rata-Rata Angket Iklim Kelas SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 68

Tabel 4.3 Hasil Observasi Iklim Kelas SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 70

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Angket Suasana Pembelajaran di dalam Kelas ... 71

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Angket Hubungan Interaksi Antar Warga Kelas ... 72

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Angket Lingkungan Fisik ... 73

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Angket Aktivitas Pelajaran ... 74

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Angket Sarana dan Prasarana atau Fasilitas Pembelajaran ... 75

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Angket Motivasi Belajar SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 76

Tabel 4.10 Skor Rata-Rata Angket Motivasi Belajar SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 77

Tabel 4.11 Hasil Observasi Motivasi Belajar SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 79

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Angket Indikator Hasrat dan Keinginan Berhasil ... 80

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Angket Indikator Dorongan dan Kebutuhan dalam Belajar ... 81


(14)

xiv

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Angket Indikator Harapan dan

Cita-Cita Masa Depan ... 82

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Angket Indikator Penghargaan dalam Belajar ... 83

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Angket Indikator Kegiatan yang Menarik dalam Belajar ... 84

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Angket Indikator Lingkungan Belajar yang Kondusif ... 85

Tabel 4.18 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 86

Tabel 4.19 Test for Linearity ... 87


(15)

xv

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 47

Gambar 4.1 Diagram Persentase Hasil Angket Iklim Kelas ... 67

Gambar 4.2 Diagram Skor Rata-Rata Angket Iklim Kelas ... 69

Gambar 4.3 Diagram Persentase Hasil Angket Motivasi Belajar... 77

Gambar 4.4 Diagram Skor Rata-Rata Angket Motivasi Belajar ... 78


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Pra Penelitian ... 108

Lampiran 2 Kisi-Kisi Angket Uji Coba ... 110

Lampiran 3 Angket Uji Coba ... 112

Lampiran 4 Lembar Hasil Uji Coba Angket Angket ... 119

Lampiran 5 Daftar Responden Uji Coba ... 121

Lampiran 6 Tabulasi Data Uji Coba Angket Iklim Kelas ... 122

Lampiran 7 Tabulasi Data Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 123

Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas Uji Coba Angket Iklim Kelas ... 124

Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 125

Lampiran 10 Kisi-Kisi Angket Penelitian ... 126

Lampiran 11 Angket Penelitian ... 128

Lampiran 12 Lembar Hasil Angket Penelitian ... 134

Lampiran 13 Daftar Responden Sampel Penelitian ... 136

Lampiran 14 Tabulasi Data Hasil Analisis Deskriptif Angket Iklim Kelas ... 139

Lampiran 15 Hasil Analisis Deskriptif Iklim Kelas Per Indikator ... 142

Lampiran 16 Tabulasi Data Hasil Analisis Deskriptif Angket Motivasi Belajar ... 144

Lampiran 17 Hasil Analisis Deskriptif Motivasi Belajar Per Indikator .... 147

Lampiran 18 Kisi-Kisi Lembar Observasi ... 149

Lampiran 19 Lembar Observasi ... 150

Lampiran 20 Lembar Hasil Observasi ... 154

Lampiran 21 Tabulasi Data Hasil Observasi Iklim Kelas ... 155

Lampiran 22 Hasil Observasi Iklim Kelas Per Indikator ... 156

Lampiran 23 Tabulasi Data Hasil Observasi Motivasi Belajar ... 157

Lampiran 24 Hasil Observasi Motivasi Belajar Per Indikator ... 158

Lampiran 25 Kisi-Kisi Wawancara Guru ... 159

Lampiran 26 Lembar Wawancara Guru ... 160


(17)

xvii

Lampiran 32 Hasil Uji Linieritas ... 170

Lampiran 33 Hasil Uji Hipotesis ... 171

Lampiran 34 Surat Keputusan ... 172

Lampiran 35 Surat Izin Penelitian ... 173

Lampiran 36 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 182


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi setiap orang yang tidak dapat ditinggalkan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan sebaiknya diselenggarakan secara efektif dan efesien guna mempersiapkan proses pembangunan yang berkualitas. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas, 2011: 3).

Pendidikan yang berlangsung di sekolah tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Pembelajaran menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 20 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Sisdiknas, 2011: 5).

Pengorganisasian lingkungan belajar yang kondusif dan efektif merupakan keharusan bagi terbangunnya proses belajar yang baik. Pada hakikatnya lingkungan mempengaruhi kemampuan konsentrasi siswa untuk belajar. Jika siswa dapat memaksimalkan konsentrasinya, maka mereka mampu menggunakan kemampuannya untuk menyerap materi ajar dengan baik.


(19)

Ardi (2014: 71) menjelaskan bahwa untuk menciptakan lingkungan yang positif di dalam kelas, guru harus memperhatikan pola interaksi, baik antara dirinya dengan murid maupun antar sesama murid. Dengan, lingkungan kelas yang positif akan mendorong anak didik untuk bersemangat menjalani kegiatan belajar.

Pembangunan lingkungan belajar yang positif di kelas, maka perlu menciptakan iklim kelas yang tepat. Iklim kelas menurut Muijs (dalam Prajitno, 2008: 165) adalah sebuah konsep yang luas, mencakup mood (suasana perasaan) atau atmosfer yang diciptakan oleh guru kelas melalui aturan-aturan yang ditetapkan, cara guru berinteraksi dengan murid, dan bagaimana lingkungan fisik dikelola.

Peranan guru di dalam kelas haruslah mampu menciptakan iklim kelas yang menarik, aman, nyaman dan keberadaannya di tengah-tengah siswa mampu mencairkan suasana, kebosanan, kejenuhan siswa saat dalam pembelajaran. Iklim kelas yang tidak kondusif akan berdampak negatif terhadap proses pembelajaran dan sulitnya tercapai tujuan pembelajaran, siswa akan merasa gelisah, resah, bosan dan jenuh. Sebaliknya dengan iklim kelas yang kondusif dan menarik dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang dilakukan menyenangkan bagi peserta didik.

Novan (2013: 65) menjelaskan bahwa iklim kelas diarahkan untuk mewujudkan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan agar dapat memotivasi peserta didik untuk dapat belajar dengan baik sesuai dengan perkembangan dan kemampuannya. Dengan adanya iklim kelas yang kondusif


(20)

3

maka akan mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dan iklim kelas yang kondusif akan memacu siswa untuk bersemangat dalam belajar sehingga pembelajaran akan lebih berkualitas.

Iklim kelas yang positif dan kondusif diharapkan mampu memotivasi belajar siswa di kelas karena motivasi belajar menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Menurut Uno (2015: 23) motivasi belajar dapat ditimbulkan karena faktor instrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar, menurut Dimyati (2009: 42) motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Inti dari motivasi adalah mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, karena jika seseorang tidak memiliki motivasi, kegiatan aktivitas belajar tidak akan berlangsung secara efektif.

Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman (2014: 85) yaitu: (1) mendorong manusia untuk berbuat, motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan; (2) menentukan arah perbuatan, motivasi memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuannya; (3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.


(21)

Sedangkan menurut Uno (2015: 27) ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (1) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar; (2) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai; (3) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar; (4) menentukan ketekunan belajar.

Adanya motivasi akan mendorong peserta didik untuk berprestasi dalam belajar. Namun kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah, hal ini ditunjukkan dari data Batlibang (2003) bahwa dari sebanyak 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dalam kategori The Diploma Program (DP). Diperkuat dengan hasil survei dari Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 tentang pendidikan dan kemampuan siswa sekolah. Peringkat siswa Indonesia berada pada posisi 64 dari 65 negara.

Selaras dengan keadaan yang ada, berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan sebelumnya di SD Negeri Kecamatan Boja Kabupaten Kendal diketahui bahwa iklim kelas adalah sebagai berikut: (1) suasana pembelajaran masih belum cukup kondusif, karena dalam pembelajaran masih ada siswa yang gaduh, berbicara dengan teman lainnya dan kurang memperhatikan guru saat menjelaskan; (2) rata-rata luas ruang kelas masih kurang


(22)

5

jika dibanding dengan jumlah siswa yang banyak; (3) ketersedian media dan alat peraga masih kurang; (4) guru biasanya hanya menggunakan alat peraga secara tradisional belum semua sekolah menggunakan teknologi seperti LCD. Selain itu, dari segi positifnya adalah kebersihan kelas sudah mulai terjaga, karena kebersihan kelas termasuk salah satu indikasi untuk menciptakan iklim kelas yang positif dan terjalinnya hubungan yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa membuat suasana pembelajaran menjadi lebih harmonis dan menyenangkan.

Sedangkan untuk motivasi belajar siswa diketahui bahwa, (1) masih banyaknya siswa yang kurang berani untuk bertanya; (2) dalam pembelajaran guru masih sering menunjuk-nunjuk siswa agar siswa berani bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru; (3) masih selalu ada siswa yang tidak mengerjakan PR atau hanya mengerjakan PR hanya untuk menggugurkan tanggung jawabnya agar tidak mendapat hukuman; (4) di dalam kelas saat pembelajaran juga ada siswa yang melamun, tidur, dan berbicara dengan teman lainnya; (5) kurangnya kesadaran siswa dalam belajar, karena siswa masih kurang bisa memahami bacaan yang ada, daya serap siswa masih rendah, dibuktikan dengan siswa masih susah untuk menangkap materi yang diberikan oleh guru, dalam pembelajaran juga siswa sangat mudah melupakan materi yang sudah diberikan sehingga guru harus sering kali mengulang-ulang materi tersebut.

Sesuai akar permasalahan yang ada, diduga iklim kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah. Untuk itu perlu diciptakannya iklim kelas yang kondusif, sehingga siswa akan berkonsentrasi


(23)

dalam belajar dan dapat meningkatkan motivasi belajarnya. Karena dengan adanya motivasi akan mendorong siswa untuk berprestasi dalam belajar.

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Ratih Endang Palupi pada

tahun 2014 dengan judul “Hubungan Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas

dengan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasi di Sekolah Dasar Negeri Harapan Jaya XV Bekasi Utara)”. Dari hasil perhitungan melalui SPSS didapat nilai rxy

product moment sebesar 0,606 yang berarti H1 diterima dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 36,7% menunjukkan angka kontribusi dari keterampilan guru dalam mengelola kelas terhadap motivasi belajar siswa. Sedangkan 63,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan guru dalam mengelola kelas dengan motivasi belajar siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai suasana kelas yang kondusif penting bagi guru untuk selalu meningkatkan keterampilannya serta kreativitasnya. Karena hal ini akan mempengaruhi motivasi belajar siswa serta proses pembelajaran di kelas.

Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh

Agustin, dkk pada tahun 2013 yang berjudul “Hubungan Pendekatan Manajemen

Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa”. Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan pendekatan manajemen kelas di SD Negeri Karangwidoro 01 Malang sudah baik, yang berarti guru kelas II sampai dengan kelas V telah melaksanakan pendekatan manajemen kelas yaitu pendekatan pengubahan tingkah laku, pendekatan penciptaan iklim sosio–emosional dan pendekatan proses kelompok.


(24)

7

Namun dari ketiga pendekatan tersebut pendekatan pengubahan tingkah laku yang memiliki korelasi paling tinggi dengan motivasi belajar siswa, disusul dengan pendekatan sosio-emosional dan proses kelompok. Tingkat motivasi belajar siswa kelas II sampai dengan kelas V di SD Negeri Karangwidoro 01 Malang adalah sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis didapat nilai r hitung sebesar 0,702 dengan tingkat signifikan sebesar 0,05 untuk r tabel dengan jumlah responden 111 dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan 5 % didapatkan r tabel sebesar 0,187 hal ini dapat diartikan jika nilai r hitung 0,702 > r tabel 0,187 maka terdapat hubungan antara pelaksanaan manajemen kelas dengan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti akan mengkaji masalah tersebut dengan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”.

1.2

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

Adakah hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal?

1.3

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.


(25)

Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaatnya adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

1.4.1.1 Sebagai bahan acuan untuk mengkaji dan menganalisis hubungan iklim kelas dengan motivasi belajar siswa.

1.4.1.2 Menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori-teori yang berhubungan dengan iklim kelas dengan motivasi belajar siswa.

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana penelitian untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan dan untuk memperluas pengetahuan tentang iklim kelas untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 1.4.2.2 Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk guru dalam menciptakan iklim kelas yang baik bagi peserta didik agar peserta didik semakin termotivasi untuk belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

1.4.2.3 Bagi Siswa

Memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai pentingnya motivasi belajar dengan iklim kelas yang kondusif.


(26)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran 2.1.1.1 Belajar

Belajar menurut Susanto (2013: 4) adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dan sadar yang bertujuan untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa maupun bertindak.

Sardiman (2014: 20) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Hamdani (2011: 21) mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan. Belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya. Jadi, tidak bersifat verbalistik namun berupa rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.

Sedangkan menurut Dimyati (2009: 18) belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.


(27)

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, peneliti mengasumsikan bahwa belajar merupakan serangkaian proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku melalui pengalamannya sendiri yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya. Suatu proses belajar bersifat relatif permanen karena meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.1.1.1.1 Proses Belajar

Menurut Bruner (dalam Nasution, 2013:9) dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode, yaitu:

1). Informasi

Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.

2). Transformasi

Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.

3). Evaluasi

Kemudian dinilai hingga manakah pengetahuan yang diperoleh dan ditransformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Dalam proses belajar selalu terdapat ketiga fase/episode tersebut, yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditransformasi. Jangka waktu setiap episode tidak selalu sama, hal ini dikarenakan


(28)

11

juga bergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi belajar siswa, minat. Keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan diri.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks. Proses itu sendiri sulit diamati, namun perbuatan atau tindakan belajar dapat diamati berdasarkan perubahan tingkah laku yang dihasilkan oleh tindakan tersebut. Pada proses belajar terdapat unsur-unsur yang mempengaruhinya.

2.1.1.1.2 Unsur-Unsur Belajar

Menurut Hamalik (2014: 50-52) unsur-unsur yang terkait dengan proses belajar adalah.

1). Motivasi Siswa

Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau tindakan tertentu.

2). Bahan Belajar

Bahan belajar merupakan suatu unsur belajar yang penting mendapat perhatian oleh guru.

3). Alat Bantu Belajar

Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efesien dan efektif.

4). Suasana Belajar

Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar, sedangkan suasana yang


(29)

kacau, ramai, tak tenang, dan banyak gangguan sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif.

5). Kondisi Subjek Belajar

Kondisi subjek belajar turut menentukan kegiatan dan keberhasilan belajar.

Kelima unsur inilah yang bersifat dinamis, sering berubah, menguat atau melemah sehingga dapat mempengaruhi proses belajar. Oleh karena itu, proses belajar juga dipengaruhi oleh bebrapa faktor.

2.1.1.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Slameto (2013:54) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1). Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu, meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

a. Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Dan keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar, sehingga siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. b. Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.


(30)

13

c. Faktor Kelelahan

Terdapat dua macam faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

2). Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

a. Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c. Faktor Masyarakat

Kegiatan yang mempengaruhi belajar siswa dalam masyarakat adalah kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.


(31)

Faktor-faktor tersebut sangatlah mempengaruhi dalam proses belajar. Proses belajar di sekolah tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. 2.1.1.2 Pembelajaran

Menurut peneliti secara umum pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang dilakukan guru dengan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu.

Hal ini juga diperkuat oleh pengertian dari beberapa ahli. Pembelajaran menurut Hamdani (2011: 71) adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal anatara guru dan siswa serta antar siswa.

Menurut Hamalik (2014: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Rifai’i (2012: 159) menyatakan bahwa proses pembelajaran merupakan

proses komunikasi anatara pendidik dengan peserta didik, atau antar peserata didik. Dalam proses komunikasi dapat dilakukan secara verbal (lisan), dan dapat pula secara nonverbal, seperti penggunaan media komputer dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran sangatlah kompleks. Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya agar terjadi perubahan tingkah laku. Untuk memahami lebih lanjut proses pembelajaran maka perlu memahami juga ciri-ciri pembelajaran.


(32)

15

2.1.1.2.1 Ciri-Ciri Pembelajaran

Menurut Hamalik (2014: 65) ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, ialah.

1). Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus.

2). Kesalingtergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.

3). Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efesien dan efektif.

Seperti yang telah dikemukakan bahwa ciri-ciri pembelajaran meliputi rencana, kesalingtergantungan, tujuan. Dalam berbagai pembelajaran juga melibatkan komponen-komponen yang perlu dipersiapkan untuk menunjang terjadinya suatu pembelajaran.

2.1.1.2.2 Komponen-Komponen Pembelajaran

Menurut Hamdani (2011: 48) apabila pembelajaran ditinjau dari pendekatan sistem, dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen sebagai berikut.


(33)

1). Tujuan

Tujuan secara eksplisit diupayakan melalui kegiatan pembelajaran instructional effect, biasanya berupa pengetahuan dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam tujuan pembelajaran.

2). Subjek Belajar

Dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek.

3). Materi Pelajaran

Materi pelajaran merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran.

4). Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. 5). Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat atau wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran.

6). Penunjang

Penunjang dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, sumber belajar, alat pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya. Penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.


(34)

17

Komponen-komponen pembelajaran tersebut akan sangat menunjang terjadinya pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan adanya komponen tersebut dalam proses pembelajaran mengharuskan peserta didik untuk berinteraksi dengan lingkungan belajar. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang tepat memerlukan adanya iklim kelas.

2.1.2 Iklim Kelas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa iklim merupakan keadaan hawa (suhu, kelembaban, awan, hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang agak lama. Selain itu, iklim juga diartikan sebagai suasana. Kemudian, kelas secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah tempat atau ruangan tempat guru mengajar dan peseta didik belajar. Dengan demikian, di dalam kelas itulah kegiatan belajar mengajar biasanya berlangsung (Novan, 2013: 185).

Hoy dan Miskell dalam Tarmidi (2006: 3) mengatakan bahwa iklim merupakan kualitas dari lingkungan (kelas) yang terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkah laku, dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka.

Iklim kelas menurut Muijs (dalam Prajitno, 2008: 165) adalah sebuah konsep yang luas, yang mencakup mood (suasana perasaan) atau atmosfer yang diciptakan oleh guru kelas melalui aturan-aturan yang ditetapkan, cara guru berinteraksi dengan murid, dan bagaimana lingkungan fisik dikelola. Selanjutnya Tarmidi (2006: 3) menyatakan bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dengan peserta didik atau hubungan antar


(35)

peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik serta antar peserta didik lainnya. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar di kelas sangat dipengaruhi beberapa faktor, mulai dari faktor guru dan peserta didik itu sendiri, sarana prasarana atau fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar maupun suasana di dalam kelas tersebut.

Dari beberapa pengertian ahli tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa iklim kelas adalah suasana yang mendukung pelaksanaan pembelajaran yang muncul karena adanya interaksi antara guru dengan peserta didik serta peserta didik lainnya di dalam kelas yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui mengenai iklim kelas, iklim kelas dibedakan menjadi bermacam-macam.

2.1.2.1 Macam-Macam Iklim Kelas

Nasution (2013: 119) mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga macam iklim kelas.

2.1.2.1.1 Iklim Kelas dengan Sikap Guru yang Otoriter

Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, guru yang otoriter akan menggunakan kekuasaan atau kewenangannya untuk mencapai tujuan kegiatan belajar mengajar yang telah ditentukan. Tidak jarang dengan kekuasaan atau kewenangannya guru memberikan hukuman kepada peserta didik yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar. Dengan ancaman dan juga hukuman, guru memaksakan kepada peserta didiknya untuk menguasai materi


(36)

19

pelajaran yang dianggapnya penting sebagai bahan ulangan dan ujian. Memang upaya guru tersebut menjadikan suasana kelas tenang, akan tetapi suasana hati peserta didik menjadi tidak tenang karena berada di bawah tekanan guru yang oteoriter.

2.1.2.1.2 Iklim Kelas dengan Sikap Guru yang Permisif

Suasana kelas dengan sikap guru yang permisif ini ditandai dengan membiarkan peserta didik berkembang dalam kebebasan tanpa banyak tekanan, ancaman, larangan, perintah, atau paksaan. Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas selalu dibuat menyenangkan. Guru tidak menonjolkan dirinya dan berada di belakang untuk memberi bantuan bila dibutuhkan. Sikap ini mengutamakan perkembangan pribadi peserta didik khususnya dalam aspek emosional, agar peserta didik bebas dari kegoncangan jiwa dan menjadi peserta didik yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kelasnya.

2.1.2.1.3 Iklim Kelas dengan Sikap Guru yang Nyata (Riil)

Suasana kelas dengan sikap guru yang nyata atau riil ini ditandai dengan pemberian kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar di kelas diiringi dengan kegiatan pengendalian terhadapnya. Peserta didik diberi kebebasan untuk belajar sesuai dengan tipe belajarnya serta kemampuan dan minatnya tanpa diawasi dan diatur dengan ketat. Di lain pihak, peserta didik diberi tugas sesuai dengan petunjuk dan pengawasan guru.

Dreikurs dan Leron Grey dalam Novan (2013: 188) yang menggunakan pendekatan sosio-emosional kelas juga mengemukakan bahwa ada tiga jenis suasana kelas yang dihadapi oleh peserta didik setiap harinya.


(37)

2.1.2.1.1. Suasana Kelas Autokrasi

Dalam suasana kelas autokrasi ini guru lebih banyak menerapkan perintah dan larangan, menggunakan kekerasan, penekanan, persaingan, hukuman dan ancaman untuk mengawasi perilaku peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Dominan guru pada kelas autokrasi ini sangatlah menonjol sehingga jalannya kegiatan belajar mengajar cenderung berpusat pada guru (teacher oriented).

2.1.2.1.2. Suasana Kelas Laissez-Faire

Pada suasana kelas ini guru sedikit bahkan sama sekali tidak memperlihatkan kegiatannya atau kepemimpinannya serta banyak memberikan kebebasan kepada peserta didiknya. Guru melepaskan tanggung jawab kepada masing-masing peserta didiknya untuk melakukan tugas belajarnya. Dalam suasana kelas ini kegiatan belajar mengajar lebih didominasi oleh peserta didik (student oriented).

2.1.2.1.3. Suasana Kelas yang Demokratis

Dalam suasana kelas yang demokratis ini guru memperlakukan peserta didiknya sebagai individu yang dapat bertanggung jawab, berharga, mampu mengambil keputusan, dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Manfaat yang dapat diperoleh dari suasana kelas yang demokratis ini adalah tumbuhnya rasa percaya diri, saling menerima dan percaya satu sama lain, baik antara guru dengan peserta didik maupun antar peserta didik. Guru membimbing, mengembangkan, dan membagi tanggung jawab untuk semua warga kelas termasuk guru itu sendiri.


(38)

21

Berdasarkan macam-macam iklim kelas yang telah dikemukakan, cara terbaik untuk membentuk iklim kelas yang baik adalah dengan melibatkan peserta didik dalam pembelajaran. Dengan memberikan wewenang kepada perta didik di kelas akan mendorong mereka untuk memiliki tanggung jawab atas lingkungannya. Untuk itu iklim kelas diklasifikasikan menjadi beberapa tipe. 2.1.2.2 Tipe-Tipe Iklim Kelas

Borich (dalam Prajitno, 2008: 172) mendefinisikan tiga iklim kelas yang dapat digunakan guru pada pelajaran-pelajaran yang berbeda, yakni tipe kelas kompetitif, kooperatif, dan individualistik.

Di kelas yang kompetitif, siswa saling berkompetisi untuk memberikan jawaban yang benar atau untuk mencapai sebuah standar yang ditetapkan oleh guru. Di dalam pelajaran seluruh kelas, bentuknya dapat berupa siswa berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan giliran untuk memberikan jawaban yang benar. Iklim kompetitif dapat memotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi murid.

Di kelas kooperatif, siswa terlibat di dalam dialog yang dipantau guru. Mereka diizinkan berdiskusi dan mengemukakan ide-idenya sendiri, tetapi guru menyela mereka untuk membantu mempertajam diskusinya dan mengklarifikasikan ide-ide mereka, dan mendorong pengunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi dan kreatif. Tipe iklim ini lebih efektif untuk kerja kelompok, dimana siswa dapat bekerjasama dengan mendiskusikan sebuah topik atau menyelesaikan berbagai masalah dimana semua siswa diberi kesempatan untuk memberikan kontribusi.


(39)

Tipe yang terakhir adalah tipe individualistik. Di dalam tipe kelas ini penekanan terletak pada siswa yang menyelesaikan pekerjaannya secara mandiri dan menguji dirinya sendiri. Siswa akan menyelesaikan tugasnya dengan dipantau oleh guru, dan didorong untuk memberikan jawaban yang dianggap “benar” atau

“salah”. Jadi, peran siswa adalah menyelesaikan tugas itu dengan sebaik-baiknya,

sedangkan peran guru adalah menentukan pekerjaan untuk siswa dan memastikan bahwa siswa membuat kemajuan ke arah penyelesaiannya.

Selain dibedakan menjadi tipe-tipe, iklim kelas juga memiliki ciri-ciri tersendiri.

2.1.2.3 Ciri-Ciri Iklim Kelas

Menurut Jaap Scheerens dalam Ikbal (2013: 92) ciri-ciri iklim kelas dalam komponen-komponen yang dilakukan sekolah efektif yaitu.

1). Hubungan di dalam kelas terjalin dengan baik.

2). Dikodifikasikan dan terpajangnya tata tertib bagi para peserta didik di ruang kelas dan di lingkungan sekolah secara umum yang setiap saat dapat dilihat peserta didik.

3). Pendidik mengajar dengan baik.

4). Semua pengguna kelas merasakan kepuasan terhadap iklim kelas yang ada. Untuk menciptakan iklim kelas yang positif perlu diperhatikan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2.1.2.4 Faktor yang diperhatikan dalam Menciptakan Iklim Kelas yang Positif Lingkungan belajar dapat mempengaruhi aktivitas belajar. Maka untuk itu perlu mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan, seperti


(40)

23

temperatur, sirkulasi udara, tempat duduk, pencahayaan dan sebagainya yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang belajar.

Menurut Rifa’i (2012: 176) ada empat faktor utama yang perlu diperhatikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif adalah sebagai berikut.

2.1.2.4.1 Persiapan Sarana dan Kegiatan Belajar

Pemberitahuan kegiatan belajar yang disampaikan kepada siswa akan memberikan dampak positif terhadap iklim belajar. Dalam kegiatan awal pembelajaran, siswa perlu dilibatkan di dalam berbagai kegiatan, misalnya ikut serta menyiapkan sarana belajar seperti penempatan OHP, LCD, komputer dan sejenisnya.

2.1.2.4.2 Pengaturan Fisik

Sebelum kegiatan belajar dimulai, lingkungan fisik hendaknya ditata sehingga tampak menyenangkan. Misalnya, penataan meja kursi, letak papan tulis atau letak OHP, pengaturan suhu dan udara ruangan.

2.1.2.4.3 Pembukaan Pembelajaran

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam menciptakan iklim yang kondusif. Misalnya, dalam kegiatan diskusi, pembukaan pembelajaran dijadikan forum untuk berkenalan antara pendidik dengan siswa. Pendidik memberikan orientasi mengenai tujuan dan rencana kegiatan yang akan dilakukan siswa.


(41)

2.1.2.4.5 Membangun Suasana Kebersamaan

Membangun kebersamaan siswa di dalam kelompok adalah gampang-gampang susah. Apabila pendidik mampu memfasilitasi peserta didik untuk membangun kebersamaan dengan prakarsa diri, berarti dia telah memperoleh keberhasilan awal di dalam melaksanakan pembelajaran.

Faktor-faktor tersebut sangat diperhatikan agar dapat tercapainya kelas yang kondusif. Setelah memperhatikan faktor yang harus diperhatikan, maka dilanjutkan cara untuk menciptakan iklim kelas yang positif.

2.1.2.5 Menciptakan Iklim Kelas yang Positif

Dalam menciptakan lingkungan yang positif di dalam kelas, guru harus memperhatikan pola interaksi, baik antara dirinya dengan siswa maupun antar sesama siswa. Sebab, lingkungan kelas yang positif akan mendorong siswa bersemangat menjalani kegiatan belajar. Selain itu, diperlukan komunikasi yang efektif melengkapi satu sama lain, agar guru dan siswa sama-sama berperan aktif.

Untuk menciptakan iklim yang positif di dalam lingkungan kelas menurut Ardi (2014: 72), guru dapat menerapkan beberapa cara. Pertama, berbicara dengan tenang dan sopan terhadap siswa. Sebab, pilihan kata secara lisan mengindikasi keadaan manusia yang sebenarnya. Saat siswa merasa frustasi atau terancam, guru harus merespon dengan tenang dan sopan. Hal tersebut akan berdampak positif berupa membuat siswa merasa lebih tenang.

Kedua, saling memberi informasi satu sama lain, baik guru ke siswa atau sebaliknya. Dengan kata lain, informasi tidak boleh hanya dimonopoli oleh salah satu pihak. Melalui sikap saling memberi informasi, setiap siswa secara


(42)

bersama-25

sama merasa memiliki ruang kelas. Oleh karena itu, setiap informasi harus dipastikan menjangkau seluruh siswa. Bahkan, guru dapat melakukan komunikasi secara personal dengan siswa.

Ketiga, memiliki sikap berbaik sangka terhadap siswa. Tidak jarang guru lebih sering mengingat kelakuan negatif dari siswa. Hal tersebut berakibat guru sering memberikan komentar buruk terhadap siswa. Sebenarnya, pernyataan negatif boleh jadi perlu diungkapkan apabila hal itu dapat membantu siswa mengubah sikapnya. Akan tetapi, kenyataan yang sering terjadi justru sebaliknya. Pernyataan negatif tidak hanya menyakiti siswa, tetapi juga menciptakan lingkungan yang jauh dari kondusif. Sebab, siswa cenderung mencontoh ucapan serta perilaku lingkungan sekitarnya.

Membangun iklim kelas yang positif sangat membantu siswa dalam memahami proses pembelajaran. Rasa tenang dan nyaman di dalam kelas membuat siswa senang dalam menerima materi pelajaran. Keuntungan tersebut tidak hanya dirasakan oleh siswa saja, tetapi juga guru. Untuk itu iklim kelas sangatlah bermanfaat dalam pembelajaran.

2.1.2.6 Manfaat Iklim Kelas yang Positif

Iklim kelas yang positif memberi peluang dalam mencapai hasil kegiatan belajar menngajar secara optimal. Menurut Novan (2013: 190) iklim kelas yang kondusif dapat memberikan sumbangan positif berikut ini:

1). Peserta didik merasa betah di kelas sehingga angka bolos sekolah dapat diminimalisasi.


(43)

2). Peserta didik antusias belajar di kelas. Antusiasme peserta didik tersebut dapat memotivasi mereka dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

3). Dengan iklim kelas yang kondusif, peserta didik akan mematuhi segala tata tertib kelas secara sukarela tanpa ada paksaan dari pihak lain, khususnya guru.

4). Iklim kelas yang kondusif dapat menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis antara guru dengan peserta didik dan juga antar peserta didik. Keharmonisan tersebut dapat menjadikan mereka merasa berada di dalam sebuah keluarga dalam satu rumah, bukan di dalam sebuah kelas.

5). Suasana kelas yang kondusif menjadikan guru bersemangat dan energik saat mengajar. Dengan semangat tersebut, guru dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan maksimal.

6). Suasana kelas yang kondusif ditandai dengan keaktifan peserta didik di dalam kelas saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan hal itu dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar berjalan dengan efektif pula.

7). Iklim kelas yang kondusif memudahkan guru dalam melakukan transformasi pengetahuan dan trasformasi nilai kepada peserta didiknya.

8). Iklim kelas yang kondusif dapat memunculkan kesiapan belajar lebih kuat bagi peserta didik.

Iklim kelas yang positif sangat bermanfaat dalam pembelajaran sehingga pembelajaran akan tercapai dengan optimal. Dengan adanya iklim kelas yang positif akan membuat siswa merasa nyaman berada di dalam kelas. Iklim kelas


(44)

27

dapat dikatakan sudah tercapai apabila sudah memenuhi indikator yang telah ditetapkan.

2.1.2.7 Indikator Iklim Kelas

Menurut Jaap Scheerens dalam Ikbal (2013: 92) ciri-ciri iklim kelas dalam komponen-komponen yang dilakukan sekolah efektif adalah sebagai berikut. 1). Hubungan di dalam kelas terjalin dengan baik.

2). Dikodifikasikan dan terpajangnya tata tertib bagi para peserta didik di ruang kelas dan di lingkungan sekolah secara umum yang setiap saat dapat dilihat peserta didik.

3). Pendidik mengajar dengan baik.

4). Semua pengguna kelas merasakan kepuasan terhadap iklim kelas yang ada.

Rifa’i (2012: 176) menyebutkan ada empat faktor utama yang perlu

diperhatikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yaitu: (1) persiapan sarana dan kegiatan belajar; (2) pengaturan fisik; (3) pembukaan pelajaran; (4) membangun suasana kebersamaan.

Menurut Muijs (2008: 165) iklim kelas adalah sebuah konsep yang luas, yang mencakup mood (suasana perasaan) atau atmosfer yang diciptakan oleh guru kelas melalui aturan-aturan yang ditetapkan, cara guru berinteraksi dengan murid, dan bagaimana lingkungan fisik dikelola.

Berdasarkan beberapa aspek tersebut, peneliti menetapkan indikator iklim kelas dalam penelitian ini adalah: (1) suasana pembelajaran di dalam kelas; (2) hubungan interaksi antar warga kelas (guru dengan siswa dan siswa dengan


(45)

siswa); (3) lingkungan fisik; (4) aktivitas pelajaran; (5) sarana dan prasarana atau fasilitas pembelajaran.

Iklim kelas yang kondusif apabila telah memenuhi kelima indikator tersebut. Dengan adanya iklim kelas yang kondusif diharapkan mampu memotivasi belajar siswa.

2.1.3 Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku berupa ranngsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Uno, 2015: 3).

Menurut McDonald dalam Sardiman (2014: 73) motivasi adalah perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukan McDonald, terkandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi, yaitu: (1) motivasi mengawali terjadinya perubahan energi; (2) motivasi ditandai dengan adanya perasaan; dan (3) motivasi dirangsang karena adanya tujuan.

Dengan ke tiga elemen di atas, Sardiman (2014: 74) menjelaskan bahwa motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu dan semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.


(46)

29

Motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar, menurut Dimyati (2009: 42) motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.

Inti dari motivasi adalah mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, karena jika seseorang tidak memiliki motivasi, kegiatan aktivitas belajar tidak akan berlangsung secara efektif.

Dari beberapa pengertian di atas, peneliti mengartikan motivasi belajar sebagai daya penggerak atau suatu dorongan yang berasal dari diri individu untuk mencapai tujuan tertentu dalam kegiatan belajar. Berdasarkan pengertian dari motivasi belajar yang telah dikemukakan tersebut, motivasi belajar mempunyai beberapa ciri-ciri.

2.1.3.1 Ciri-Ciri Motivasi Belajar

Sardiman (2014: 83) menyatakan bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1). Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2). Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3). Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4). Lebih senang bekerja mandiri.

5). Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).


(47)

7). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8). Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Selain ciri-ciri, motivasi juga bervariasi.

2.1.3.2 Macam-Macam Motivasi Belajar

Macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Namun secara umum motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

2.1.3.2.1 Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya.

Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan. Jadi motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial (Sardiman, 2014: 89).


(48)

31

2.1.3.2.2 Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi ekstrinsik tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik (Sardiman, 2014: 91).

Berdasarkan penjelasan tersebut motivasi ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari diri seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang.

Di dalam kegiatan pembelajaran peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatifnya, untuk itu terdapat beberapa bentuk untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.

2.1.3.3 Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar

Ada beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi belajar dalam kegiatan belajar di sekolah menurut Sardiman (2014: 92), yaitu.


(49)

2.1.3.3.1 Memberi Angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai raport yang angkanya yang baik.

2.1.3.3.2 Hadiah

Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi. Misalnya guru menjanjikan hadiah bagi siswanya yang berhasil mencapai angka standar, atau berhasil menjawab pertanyaan.

2.1.3.3.3 Saingan/Kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong semangat belajar siswa. Persaingan, baik individu maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar.

2.1.3.3.4 Ego-Involvement

Guru harus menumbuhkan kesadaran pada siswanya agar merasakan dan menyadari betapa pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan yang harus diselesaikan. Sehingga siswa akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

2.1.3.3.5 Memberi Ulangan

Siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Sehingga memberi ulangan merupakan sarana motivasi.

2.1.3.3.6 Mengetahui Hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaannya, akan mendorong siswa agar lebih giat lagi dalam belajar. Semakin mengetahui bahwa hasil belajar meningkat,


(50)

33

maka ada motivasi diri siswa untuk belajar dengan harapan hasilnya terus meningkat.

2.1.3.3.7 Pujian

Pujian adalah bentuk motivasi yang baik dan positif akan memupuk suasana yang menyenangkan dan meningkatkan gairah belajar.

2.1.3.3.8 Hukuman

Hukuman tidak selamanya berdampak negatif jika diberikan pada saat yang tepat dengan alasan yang jelas, dan dengan jenis hukuman yang logis sesuai dengan kesalahannya. Hukuman yang demikian akan menjadikan siswa menyadari kesalahannya dan memunculkan gairah untuk mengubahnya dan meningkatkan prestasi belajarnya.

2.1.3.3.9 Hasrat untuk Belajar

Hasrat untuk belajar merupakan sesuatu yang muncul dalam diri siswa, yang mengakibatkan siswa mau belajar lebih giat lagi.

2.1.3.3.10 Minat

Minat merupakan instrumen motivasi yang kedua setelah kebutuhan. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika dilandasi minat untuk belajar.

2.1.3.3.11 Tujuan yang diakui

Tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh siswa merupakan instrumen motivasi yang sangat penting. Sebab, dengan memahami tujuan yang harus dicapai, maka akan timbul gairah untuk terus belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh.


(51)

Motivasi dianggap sangat penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya.

2.1.3.4 Fungsi Motivasi

Menurut Hamalik (2014: 108) fungsi motivasi adalah sebagai berikut. 1). Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak

akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

2). Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3). Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Selain itu Sardiman (2014: 85) juga menyebutkan tiga fungsi motivasi sebagai berikut.

1). Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2). Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3). Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfat bagi tujuan tersebut.


(52)

35

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha karena adanya motivasi. Dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil atau prestasi belajar yang baik pula. Motivasi belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat memperlancar kegiatan belajar.

2.1.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Rifa’i (2012: 137) terdapat enam faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. Keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut.

2.1.3.5.1 Sikap

Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisin untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.

2.1.3.5.2 Kebutuhan

Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu peserta didik untuk mencapai tujuan.

2.1.3.5.3 Rangsangan

Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif.

2.1.3.5.4 Afeksi

Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar.


(53)

2.1.3.5.5 Kompetensi

Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa peserta didik secara alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Peserta didik secara intrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas.

2.1.3.5.6 Penguatan

Salah satu hukum psikologi paling fundamental adalah prinsip penguatan (reinforcement). Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon.

Untuk mendorong motivasi belajar siswa, khususnya di sekolah haruslah memperhatikan prinsip-prinsip motivasi belajar.

2.1.3.6 Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Kenneth H. Hoover dalam Hamalik (2014: 114-116) mengemukakan prinsip-prinsip motivasi belajar sebagai berikut.

1). Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan.

2). Siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu mendapat kepuasan. Siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.


(54)

37

3). Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi yang berasal dari luar. Motivasi dari dalam memberi kepuasan kepada individu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri siswa itu sendiri. 4). Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu

dilakukan penguatan (reinforcement). Penguatan perlu dilakukan pada setiap tingkat pengalaman belajar.

5). Motivasi sudah menjalar kepada orang lain. Guru yang berminat dan antusias dapat mempengaruhi siswa, sehingga berminat dan antusias pula, yang pada gilirannya akan mendorong motivasi rekan-rekannya, terutama dalam kelas bersangkutan.

6). Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar. Apabila siswa telah menyadari tujuan belajar dan pembelajaran yang hendak dicapainya, maka perbuatan belajar kea rah tujuan tersebut akan meningkat, karena daya dorongnya menjadi lebih besar.

7). Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk melaksanakannya daripada tugas-tugas yang dipaksakan dari luar. Guru perlu memberi kesempatan kepada siswa menemukan dan memecahkan masalah sendiri berdasarkan minat dan keinginannya, dan bukan dipaksakan oleh guru sendiri.

8). Ganjaran yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar. Dorongan berupa pujian, penghargaan oleh guru terhadap keberhasilan siswa dalam belajar dapat merangsang minat dan motivasi belajar yang lebih aktif.


(55)

9). Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah efektif untuk memelihara minat siswa. Strategi pembelajaran yang dilaksanakan secara bervariasi dapat menciptakan suasana yang menantang dan menyenangkan bagi siswa, sehingga mendorong motivasi belajar.

10).Minat khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran. Minat khusus itu mudah ditransferkan menjadi minat untuk mempelajari bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu dalam bidang studi.

11).Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat belajar bagi siswa yang lamban, ternyata tidak bermakna bagi siswa yang tergolong pandai, karena adanya perbedaan tingkat kemampuan.

12).Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat membantu siswa belajar menjadi lebih baik. Keadaan emosi yang lemah dapat mendorong perbuatan yang lebih energik.

13).Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar, dan mengganggu perbuatan belajar siswa, karena perhatiannya akan terarah pada hal lain. Akibatnya, kegiatan belajarnya menjadi tidak efektif.

14).Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat menyebabkan frustasi pada siswa, bahkan dapat mengakibatkan demoralisasi dalam belajar, yakni perbutan yang tidak wajar (misal: mencontoh).

15).Masing-masing siswa memiliki kadar emosi yang berbeda satu dengan yang lainnya.


(56)

39

16).Pengaruh kelompok umumnya lebih efektif dalam motivasi belajar dibandingkan dengan paksaan orang dewasa. Guru yang membimbing siswa belajar hendaknya mengarahkan siswa ke arah nilai-nilai kelompok, sehingga mereka belajar lebih efektif.

17).Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan kreativitas. Dengan strategi pembelajaran tertentu, motivasi belajar dapat ditunjukkan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif.

Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, maka setiap siswa haruslah mempunyai motivasi dalam belajar. Siswa dapat dikatakan memiliki motivasi belajar yang tinggi apabila sudah mencapai indikator yang sudah ditetapkan oleh peneliti.

2.1.3.7 Indikator Motivasi Belajar

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan indikator dari Uno (2015: 23) sebagai indikator dari motivasi belajar. Indikator motivasi belajar sebagai berikut: (1) hasrat dan keinginan berhasil; (2) dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) harapan dan cita-cita masa depan; (4) penghargaan dalam belajar; (5) kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) lingkungan belajar yang kondusif.

Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan karena jika dalam diri siswa tidak ada motivasi maka aktivitas belajar tidak akan berlangsung optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah adalah penciptaan iklim kelas yang kondusif. Dengan demikian iklim kelas dan motivasi belajar memiliki hubungan yang penting dalam proses tercapainya tujuan pembelajaran.


(57)

2.1.4 Hubungan antara Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar

Proses pembelajaran di sekolah salah satunya dapat dipengaruhi oleh iklim kelas. Iklim kelas yang kondusif akan berpengaruh pada motivasi belajar siswa. Menurut Uno (2015: 33) motivasi belajar dengan baik dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain, melalui pengaruh lingkungan. Artinya, lingkungan belajar yang baik dengan cara penciptaan iklim kelas yang kondusif cenderung akan membuat siswa menjadi nyaman, senang, dan tenang belajar didalam kelas sehingga akan memacu semangat siswa dalam belajar.

Kegiatan pembelajaran di sekolah dasar biasanya hampir seluruhnya dilakukan di dalam kelas. Maka untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif di dalam kelas, haruslah memperhatikan suasana yang ada dalam kelas, pola interaksi antar warga kelas, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Selain itu sarana dan prasarana atau faslitas dalam kelas juga harus diperhatikan. Apabila kelas pengap, padat, kurang pertukaran udara, dan cuaca yang panas akan menyebabkan kurangnya perhatian siswa terhadap terhadap pembelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga motivasi belajar siswa menjadi menurun.

Uno (2015: 36) menyatakan bahwa pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan pendorong kemudahan bagi siswa. Oleh karena itu apabila penciptaan iklim kelas tidak kondusif akan mengakibatkan motivasi belajar siswa menurun karena siswa merasa bosan berada dalam kelas. Hal ini berakibat mengganggu


(58)

41

jalannya proses pembelajaran. Tentunya dengan adanya iklim kelas yang positif akan meningkatkan motivasi belajar siswa di dalam kelas.

2.2

KAJIAN EMPIRIS

Beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut.

1). Penelitian yang dilakukan oleh Muhiddinur Kamal pada tahun 2013 yang

berjudul “Strategi Active Knowledge Sharing dalam Meningkatkan Motivasi

Belajar Siswa SD/MI”. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi active knowledge sharing berdampak positif pada peningkatan motivasi belajar siswa, artinya pembelajaran dengan menggunakan strategi active knowledge sharing mampu meningkatkan motivasi belajar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Strategi pembelajaran ini memberikan kesempatan belajar lebih luas dan suasana kondusif kepada siswa untuk memperoleh, mengembangkan pengetahuan, sikap, sehingga dengan sendirinya motivasi belajar siswa dapat meningkat dalam pembelajaran.

2). Penelitian yang dilakukan oleh Misyanto pada tahun 2015 dengan judul “Pengaruh Manajemen Kelas dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh langsung antara manajemen kelas terhadap hasil belajar matematika sebesar 0,324, terdapat pengaruh langsung antara motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika sebesar 0,350, dan terdapat pengaruh langsung antara manejemen kelas terhadap motivasi belajar sebesar 0,496. Guru yang memiliki kemampuan manajemen kelas tinggi umumnya mampu berfikir secara kritis,


(59)

karena guru akan berpikir bagaimana cara mengelola kelas yang kondusif bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik akan merasakan kenyamanan dalam belajar dan akan menumbuhkan motivasi belajarnya.

3). Penelitian yang dilakukan oleh Haditya Saputra pada tahun 2013 yang berjudul “Studi tentang Kemampuan Berkomunikasi Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Kegiatan Belajar Mengajar di

SDN 017 Kota Samarinda”. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa

kemampuan guru untuk bersikap luwes dan terbuka dalam kegiatan pembelajaran, kemampuan guru untuk tampil bergairah dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan pembelajaran, dan kemampuan guru untuk mengelola interaksi dalam kegiatan pembelajaran sudah terbilang baik sehingga secara tidak langsung telah mampu untuk menjadi daya pendorong bagi siswa untuk mengikuti pelajaran dan mendorong terciptanya suasana kelas yang kondusif.

4). Penelitian dengan judul “Pengaruh Lingkungan Kelas terhadap Motivasi

Sikap Siswa untuk Pelajaran Matematika” yang dilakukan oleh Joice, dkk pada tahun 2013. Hasil uji korelasi menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara lingkungan kelas dengan sikap siswa terhadap matematika (r=0,359, p<0,01. Lingkungan kelas dapat digunakan untuk memprediksi sikap siswa terhadap matematika dengan persamaan regresi Y = 48,916 + 0,229 X ± 23,023. Hasil penelitian menunjukkan lingkungan kelas memiliki


(60)

43

pengaruh yang signifikan terhadap sikap siswa terhadap matematika, meskipun tidak besar.

5). Penelitian yang dilakukan oleh Nicole Good tahun 2015 dengan judul “Creating a Positive Emotional Climate in an Elementary School Classroom”. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa guru tidak menggunakan strategi yang sama. Mereka dapat dibagi menjadi empat kategori tertentu, berdasarkan hasil wawancara guru sangat penting untuk menciptakan iklim kelas positif di kelas dengan siswa setiap hari.

6). Penelitian yang dilakukan oleh Slavica Sevkusic, Sonja Andelkovic dan Vladeta Milin tahun 2014 yang berjudul “Classroom Climate In Serbia: The Perspective of Primary School Teachers”. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa guru di Serbia sangat menghargai pentingnya semua yang diteliti dalam aspek iklim kelas dan percaya bahwa mereka adalah faktor utama dalam menciptakan iklim kelas yang positif. Juga, itu menunjukkan bahwa gender guru dan tingkat pengajaran adalah penentu yang paling penting dari kualitas iklim kelas.

7). Penelitian yang dilakukan oleh Sulaiman pada tahun 2015 yang berjudul “Classroom Management and The Implications to Quality Of Learning (A Study About Classroom Climate at Madrasah Aliyah In Aceh, Indonesia)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan kondisi fisik kelas belum efektif, sementara pengelolaan kelas non-fisik (sosio-emosional) menunjukkan efektif. Selain itu, kemampuan guru untuk interaksi pendidikan di kelas menunjukkan tidak optimal. Strategi untuk membangun iklim kelas


(61)

dalam menciptakan pembelajaran yang efektif di Aceh pada Madrasah Aliyah berpengaruh pada kualitas pembelajaran dan kepuasan studi (iklim).

2.3

KERANGKA BERPIKIR

Menurut Sugiyono (2015: 92) kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Belajar merupakan serangkaian proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku melalui pengalamannya sendiri yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya. Pengorganisasian lingkungan belajar yang kondusif dan efektif merupakan keharusan bagi terbangunnya proses belajar yang baik. Pada hakikatnya lingkungan mempengaruhi kemampuan konsentrasi siswa untuk belajar. Jika siswa dapat memaksimalkan konsentrasinya, maka mereka mampu menggunakan kemampuannya untuk menyerap materi ajar dengan baik.

Pembangunan lingkungan belajar yang positif di kelas, maka perlu menciptakan iklim kelas yang tepat. Iklim kelas yang kondusif adalah suasana atau keadaan yang mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan adanya iklim kelas yang kondusif akan memacu siswa untuk bersemangat dalam belajar sehingga belajar akan terasa lebih menyenangkan.


(62)

45

Suatu kelas dikatakan memiliki iklim kelas yang baik apabila telah mencapai indikator yang telah ditetapkan. Indikator tersebut adalah: (1) suasana pemebelajaran di dalam kelas; (2) hubungan interaksi antar warga kelas; (3) lingkungan fisik; (4) aktivitas pelajaran; (5) sarana dan prasarana atau fasilitas pembelajaran. Iklim kelas yang kondusif diharapkan mampu memotivasi belajar siswa di kelas karena motivasi belajar menentukan keberhasilan dalam pembelajaran.

Motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Inti dari motivasi adalah mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, karena jika seseorang tidak memiliki motivasi, kegiatan aktivitas belajar tidak akan berlangsung secara efektif.

Seorang siswa dapat dikatakan memiliki motivasi belajar yang tinggi apabila sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan. Indikator tersebut adalah: (1) hasrat dan keinginan berhasil; (2) dorongan dan kebutuhan dalan belajar; (3) harapan dan cita-cita masa depan; (4) penghargaan dalam belajar; (5) kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) lingkungan belajar yang kondusif.

Berdasarkan pernyataan di atas peneliti memastikan apabila iklim kelas baik, maka motivasi belajar siswa akan tinggi. Namun sebaliknya apabila iklim kelas kurang, maka motivasi belajar siswa akan rendah pula.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka berpikir penelitian tentang hubungan antara iklim kelas dengan motivasi belajar sebagai berikut.


(63)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

2.4

HIPOTESIS

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ha = ada hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.

Ho = tidak ada hubunganyang signifikan antara iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.

Motivasi Belajar 1. hasrat dan keinginan

berhasil

2. dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3. harapan dan cita-cita masa depan

4. penghargaan dalam belajar

5. kegiatan yang menarik dalam belajar

6. lingkungan belajar yang kondusif.

Iklim Kelas 1. suasana pembelajaran di

dalam kelas

2. hubungan interaksi antar warga kelas (guru dengan siswa dan siswa dengan siswa)

3. lingkungan fisik 4. aktivitas pelajaran

5. sarana dan prasarana atau fasilitas pembelajaran.


(64)

47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Menurut Mahmud (2011: 103) penelitian korelasi berkaitan dengan pengumpulan data untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih dan tingkat hubungannya.

Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015: 14).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Pada penelitian ini terdapat satu variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen).

Gambar 3.1 Desain Penelitian


(65)

3.2

PROSEDUR PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti merencanakan langkah-langkah yang diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian, langkah-langkah tersebut adalah:

1). Menentukan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat penelitian. 2). Mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di lokasi penelitian. 3). Membuat batasan dan rumusan masalah.

4). Membuat kisi-kisi instrumen masing-masing variabel dan mengembangkan instrumen berdasarkan kerangka teori yang sudah ditentukan.

5). Melakukan uji coba instrumen untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.

6). Setelah instrumen valid dan reliabel, maka dilakukan penelitian dengan memberikan angket kepada responden.

7). Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data dengan teknik analisis data yang telah ditentukan untuk menguji hipotesis.

3.3

SUBJEK, LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

3.3.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.

3.3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di delapan SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal dengan rincian sebagai berikut.


(66)

49

1). SD Negeri 01 Campurejo 2). SD Negeri 02 Campurejo 3). SD Negeri 01 Tampingan 4). SD Negeri 02 Tampingan 5). SD Negeri 01 Ngabean 6). SD Negeri 02 Ngabean 7). SD Negeri 03 Ngabean 8). SD Negeri Karangmanggis 3.3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016.

3.4

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi menurut Sugiyono (2015: 117) adalah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Mahmud (2011: 154) populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 279 siswa dengan rincian sebagai berikut.


(1)

(2)

(3)

191

Lampiran 37

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Suasana pembelajaran di dalam kelas

Gambar 2. Hubungan interaksi antar warga kelas


(4)

Gambar 4. Aktivitas pelajaran

Gambar 5. Sarana dan prasarana atau fasilitas pembelajaran


(5)

193

Gambar 7. Dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Gambar 8. Harapan dan cita-cita masa depan


(6)

Gambar 10. Kegiatan yang menarik dalam belajar

Gambar 11. Lingkungan belajar yang kondusif