Periksa Talasemia Sebelum Nikah.

Pikiran Rakyat
o Selasa o Rebu
4

5

6

20

o Mar

21

7
22

OApr

OMei


0
8

Kemls 0 Jumet
9
10
11

23

OJun

24

€!).
OJul

26

0 Ags


-TAIASEMIA merupakan penyakit kelainan genetik yang paling
banyak diderita orang diselunih dunia. Sayang penyakit ini sering
diketahui terlambat, meski sebenamya bisa terdeteksi sejak bayi
dalam kandungan. Karena bersifat genetis, untuk mencegahnya pun
bisa sejak awal, sebelum terjadi pemikahan. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan laboratorium bagi para pasangan yang akan menikah.

S

---

EPERTI kebanyakan
orang tua penderita talasemia lainnya, Rahayu
WlSmo (Yayuk)tic;lakpernab
mengetahui sebelunmya bahwa
dirinya merupakan pembawa
sifat gen talasemia. Bahkan saat
bayinya lahir pun Yayuk menganggap anaknya normal. Sarnpai saat anak pertamanya Reza
Rizki Rianto berumur empat
bulan, dokter yang memeriksa

kesehatannya mencurigai bahwa buah hati Yayuk itu
menderita talasemia.
" Setelah diperiksa hasillaboratoriurn ternyata anak saya
menderita talasemia," ujar
Yayuk tersebut kepada
wartawan "PR" di Bandung,
Rabu (21/10). PeIjuangan berat
p~ harns dialami Yayuk dalarn
merawat anaknya beIjuang
bertahan hidup. Secara rutin dia
membawa Reza untuk cek
kadar hemoglobin setiap 1-1,5
bulan sekali. Bilakadamya kurang, maka Reza yang kini sudab berusia 18 tabun harns selalu menjalani transfusi darah.
Dia mengakui hatinya sering
menjerit bila melihat perkembangan fisik anaknya yang ku- '
rang semputna. Pasalnya penderita talasemia sangat rentan
terhadap penyakit.
"Dia sudab seperti belahan
jiwa saya, bila dia sakit saya pun
merasakan sakit. Kadang saya

berdoa, kalau bisa mel1ukar
nyawa biar saya saja yang
menderita talasemia," kata dia
sambil terisak.
Meskipun demikian, dia
berupaya untuk memberikan
motivasi bagi anaknya untuk
terns bangkit dan beIjuang.
"Alharndulillah Reza kini masuk
seleksi SPMB di UPI melalui
jalur reguler," ujar ibu dari dua

~ini.

Bawaan
Menurut dokter spesialis
anak Susi Susanah Sp. A(K),talasemia adalah penyakit kelainan bawaan yang disebabkan
karena kekurangan hemoglobin
sehingga sel darah merah mudab hancui-. Biasanya pada
orang normal, sel darah merah

hancur antara 100-120 hari.
Tetapi pada penderita talasemia
bisa langsung hancur antara 15
sampai 30 hari. Hal itu
menyebabkan penderita menjadi pucat karena Hb (hemoglobin) turun sehingga harns dilakukan transfusi seurnur
hidupnya.
Jumlah hemoglobin dalam
darah tersebut yang membedakan apakah dia penderita talasemia berat atau ringan. Talasemia dibagi menjadi tiga
tingkatan yaitu mayor, intermediet, dan ringan. Pada talasemia
mayor, penyakit sudab bisa
diketabui pada urnur enarn buIan. Sementara penderita ringan
biasanya tidak begitu
merasakan dampaknya dan
hanya diketahui bila dilakukan
screening. "Kitabam
menyadari menderita talasemia
bila sudab tergolong berat,"
ujamya.
Gejala talasemia berat bisa
muncul sejak anak berumur

enam bulan. Apabila dokter
menemukan muka pasiennya
pucat, biasanya akan diminta
untuk melakukan tes laboratoriurn. Bilaberdasarkan penelitian
pasien menderita talasemia,
dokter akan memantau terns
jumlah hemoglobin dalarn
darah di antara kisaran 9,5
sampai 11gr/desiliter. "Biladi
bawah itu, harns ditransfusi
darah," ujamya.
Narnun permasalahan tidak,
hanya sampai disitu, penderita
talasemia seringlrnlimengalami
'\ ~ _.---

komplikasi kelebilian zat besi.
Pasalnya sel darah merah yang
hancur sebelum waktunya
menyebabkan tubuh bernsaha

menyerap zat besi sebanyakbanyaknya dari usus untuk bahan baku membentuk sel bam.
Padabal setiap sel darah merah
yang hancur mengeluarkan zat
besi. Hal itu menyebabkan terjadi penurnpukan zat besi
dalarn tubuh.
Kondisi tersebut diperparah
dengan adanya asupan darah
yang diberikan dari donor ketika anak tersebut transfusi. Hal
itu menyebabkan kelebilian zat
besi pada penderita menurnpuk
dijantung, otak dan hati sehingga mengakibatkan kematian.
"Kebanyakan penyebab kematian memang bukan karena
penyakitnya langsung tetapi
karena komplikasinya," kata
Susi menjelaskan.
Kelainan talasemia sebagian
besar disebabkan oleh faktor
genetik dari kedua orang tua.
Anak penderita talasemia mayor biasanya memiliki ayah dan
ibu pembawa gen talasemia.

Bila ayah dan ibunya masingmasing memiliki gen pembawa,
kemungkinan anaknya 25
persen menderita talasemia, 50
persen memiliki gen pembawa,
dan 25 persen normal. "Ayah
dan ibu yang membawa gen
tersebut hidup dengan sehat,
narnun mereka bisa menernskan talasemia mayor pada
anak-anak mereka apabila
menikah dengan orang yang
sarna pembawa gen," ujamya.
Ada juga penyakit talasemia
yang bukan disebabkan karena
turunan melainkan mutasi
genetik. Narnun kondisi tersebut jumlahnya sangat sedikit.
Susi mengatakan, talasemia
merupakah penyakit kelainan
genetik yang paling banyak di

dunia. Prediksi World Health

Organization (WHO),
banyaknya orang yang merupakan pembawa gen talasemia
bisa mencapai 5 x sampai 10
persen dari jumlah populasi.
"Tetapi itu barn kisaranjumlah,
tepatnya di suatu daerah terutama di Indonesia belum ada
penelitian lebih Ianjut," ujarnya.
Mencegah, lebih bail