HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KABUPATEN DELI SERDANG.

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA

GURU MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KABUPATEN DELI SERDANG

Oleh:

KHOIRUL FARDAH

NIM 809325008

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN KINERJA

GURU MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KABUPATEN DELI SERDANG

Oleh:

KHOIRUL FARDAH

NIM 809325008

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena penulis sadar bahwa atas berkat-Nya sehingga penyusunan tesis yang berjudul “Hubungan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi dengan Kinerja Guru MTs Negeri Kabupaten Deli Serdang” ini dapat selesai.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus ikhlas kepada:

1. Prof. Dr. Zainuddin, M. Pd. sebagai Pembimbing I yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan, serta keramahan kepada penulis.

2. Prof. Dr. Harun Sitompul, M. Pd. sebagai Pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan, serta keramahan kepada penulis.

3. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd. sebagai narasumber dan Ketua Prodi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana UNIMED, yang telah banyak memotivasi, membimbing secara umum, keramahan serta pelayanan secara administrasi yang baik kepada penulis.

4. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd. sebagai narasumber yang telah banyak mengkritisi, membimbing, dan mengarahkan penulis.

5. Dr. Zulkifli Matondang, M.Si. sebagai narasumber yang telah banyak mengkritisi, membimbing, dan mengarahkan penulis.

6. Prof. Dr. Belferik Manullang, M. Pd. sebagai Direktur Program Pascasarjana UNIMED, yang telah banyak memotivasi, membimbing secara umum kepada penulis.

7. Dr. Yasaratodo Wau, M. Pd. selaku Sekretaris Prodi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana UNIMED, yang telah banyak memotivasi,


(6)

membimbing secara umum, keramahan serta pelayanan secara administrasi yang baik kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu dosen Pacasarjana UNIMED yang telah banyak memberi ilmu dan membuka wawasan kepada penulis.

9. Kepala MTs Negeri Kabupaten Deli Serdang yang telah memberi izin melakukan penelitian dan para guru yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi angket penelitian penulis.

10. Seluruh rekan mahasiswa angkatan XVI kelas B, Prodi Administrasi Pendidikan yang telah banyak memberikan motivasinya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesisi ini.

Penulis mengharapkan kiranya mendapat kritik dan saran yang berguna bagi kebaikan dan kesempurnaan tesis ini dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini memberikan manfaat bagi peningkatan mutu pendidikan pada masa yang akan datang.

Medan, Desember 2012

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 14

A. Kajian Pustaka ... 14

1. Kinerja Guru ... 14

2. Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 22

3. Budaya Organisasi ... 33

B. Penelitian yang Relevan ... 37

C. Kerangka Berpikir ... 38

D. Hipotesis Penelitian ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

B. Populasi dan Sampel ... 48

C. Metode Penelitian ... 50

D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 51

E. Instrumen Penelitian ... 52


(8)

G. Teknik Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Deskripsi Data Penelitian ... 66

1. Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 66

2. Budaya Organisasi ... 68

3. Kinerja Guru ... 70

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 72

1. Uji Normalitas ... 72

2. Uji Homogenitas ... 73

3. Uji Linieritas dan Keberartian Arah Regresi ... 73

4. Uji Independensi ... 76

C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 77

1. Hubungan Persespi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Kinerja Guru (Y) ... 77

2. Hubungan Iklim Organisasi (X1) dengan Kinerja Guru (Y) ... 78

3. Hubungan Persespi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Iklim Organisasi (X2) dengan Kinerja Guru (Y) ... 79

D. Pembahasan Penelitian ... 82

E. Keterbatasan Penelitian ... 89

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 91

A. Simpulan ... 91

B. Implikasi ... 92

C. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

LAMPIRAN ... 104


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halam an

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ... 46 Gambar 4.1 Histogram Variabel Persepsi Guru tentang Kepemimpinan

Kepala Sekolah ... 67 Gambar 4.2 Histogram Variabel Iklim Organisasi ... 69 Gambar 4.3 Histogram Variabel Kinerja Guru ... 71


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Pengantar ... 104

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 105

Lampiran 3 Tabel Validitas Instrumen Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 112

Lampiran 4 Tabel Validitas Instrumen Budaya Organisasi ... 113

Lampiran 5 Tabel Validitas Instrumen Kinerja Guru ... 114

Lampiran 6 Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian ... 115

Lampiran 7 Tabel Relibialitas Instrumen Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 121

Lampiran 8 Tabel Relibialitas Instrumen Iklim Organisasi ... 122

Lampiran 9 Tabel Relibialitas Instrumen Kinerja Guru ... 123

Lampiran 10 Perhitungan Relibialitas Instrumen Penelitian ... 124

Lampiran 11 Data Hasil Penelitian ... 130

Lampiran 12 Perhitungan Statistik Deskriptif... 133

Lampiran 13 Uji Kecenderungan ... 138

Lampiran 14 Uji Normalitas ... 142

Lampiran 15 Uji Homogenitas ... 148

Lampiran 16 Regresi Sederhana, Uji Kelinieran dan Keberatian Y atas X1 ... 155

Lampiran 17 Regresi Sederhana, Uji Kelinieran dan Keberatian Y atas X2 ... 162

Lampiran 18 Uji Independensi ... 169

Lampiran 19 Koefisien Korelasi Antar Variabel ... 170

Lampiran 20 Perhitungan Korelasi Parsial dan Uji Keberartian Korelasi Parsial Koefisien ... 173

Lampiran 21 Regresi Ganda, Uji Kelinieran dan Keberatian Persamaan Regresi Ganda ... 175

Lampiran 22 Tabel Krejcie – Morgan ... 179

Lampiran 23 Tabel Nilai Kritik L untuk Uji Normalitas Liliefors ... 180

Lampiran 24 Tabel Luas di bawah Lengkungan Normal Standar Dari 0 ke z 181


(11)

Lampiran 26 Tabel f untuk Luas Daerah di Bawah Kurva Sebaran F=α ... 183 Lampiran 27 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment ... 185 Lampiran 28 Tabel Nilai “t” untuk Berbagai df ... 186


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rendahnya kualitas pendidikan pada suatu bangsa mencerminkan rendahnya kinerja guru dan buruknya sistem pengelolaan pendidikan pada suatu bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Untuk itu dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di era globalisasi dan otonomi daerah ini perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kinerja dalam mencapai tujuan pendidikan.

Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang memengaruhi keberhasilan pendidikan, antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan, dan kurikulum. Sagala (2007:71) menyebutkan bahwa tugas utama sekolah adalah menjalankan proses belajar-mengajar, evaluasi kemajuan peserta didik, dan meluluskan peserta didik yang berkualitas memenuhi standar yang dipersyaratkan.

Salah satu faktor yang menentukan baik buruknya kualitas pendidikan tersebut sangat ditentukan oleh guru dalam proses pendidikan. Untuk menjadi seorang guru harus memiliki kualitas khusus karena guru merupakan jabatan profesional. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya dituntut menguasai bahan ajar, tetapi harus memiliki kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat. Dengan kompetensi yang dimiliki guru, idealnya guru menunjukkan kinerja yang optimal dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga


(13)

2

pendidik di sekolah maupun tugas pengabdiannya di masyarakat. Dalam proses pembelajaran di sekolah guru harus mampu merencanakan proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran serta menilai kemajuan dan hasil belajar siswa.

Guru yang baik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya akan berupaya mengembangkan potensi-potensi yang ada pada peserta didik, sebagaimana amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 dalam pasal tiga yang menegaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi diri peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Namun dalam kenyataannya pendidikan masih tetap bermasalah. Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain: Data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human

Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan,

kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan 102 (1996), 99 (1997), 105 (1998), dan ke-109 (1999). Data Balitbang Depdiknas (2010) menunjukkan dari sekitar 1,5 juta guru SD/MI sekitar 87,4% yang berpendidikan D2-kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 826.482 guru SLTP/MTs baru 85,3% yang berpendidikan D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat Sekolah Menengah, dari 687.524 guru, baru


(14)

3

80,3% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 425.830 dosen, baru 56,9% yang berpendidikan S2/S3.

Selain itu, keadaan guru ini juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut Usman (1992:4) menyatakan bahwa tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Bukan itu saja, sebagian guru bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri.

Menurut Supriadi dalam Widoyoko (2008:1–2) menyatakan bahwa studi yang dilakukan Heyneman dan Loxley pada tahun 1983 di 29 negara menemukan bahwa di antara berbagai masukan (input) yang menemukan mutu pendidikan (yang ditujukan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. Peranan guru makin penting lagi di tengah keterbatasan sarana dan prasarana sebagaimana dialami oleh negara-negara sedang berkembang. Lengkapnya hasil studi itu antara lain: di 16 negara sedang berkembang, guru memberi kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik 26%. Di 13 negara industri, kontribusi guru adalah 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19 %.

Dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas guru berada pada baris terdepan, karena guru langsung berhadapan dengan peserta didik dalam penyampaian proses pembelajaran. Oleh karena itu guru merupakan salah satu unsur dalam bidang pendidikan harus berperan secara aktif dan menmpatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar


(15)

4

yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa.

Sagala (2007:38) menyatakan bahwa kinerja guru selama ini terkesan tidak optimal. Guru melaksanakan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin, ruang kreativitas. Inovasi bagi guru relatif tertutup, kreativitas bukan merupakan bagian dari prestasi. Jika ada guru mengembangkan krestivitasnya guru tersebut cenderung dinilai membuang-buang waktu dan boros. Lebih lanjut Sagala (2007:38) mengemukakan hasil penataran guru pada berbagai bidang studi belum menunjukkan daya kerja berbeda dibanding kinerja guru yang tidak mengikuti penataran. Tidak ada kontrol terhadap hasil penataran meski penataran itu telah menghabiskan biaya cukup besar. Instuisi yang membina kinerja guru dan tenaga kependidikan tidak jelas. Tugas guru tidak akan berjalan dengan baik tanpa memerhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas. Menurut Utami (2003:1) menyatakan bahwa harus diakui bahwa guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar dan pembelajaran yang maksimal.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan Juli 2011 terhadap kepala sekolah, Pembantu Kepala Sekolah I (PKS I), 8 orang guru dari setiap masing-masing sekolah, serta seorang pengawas yang bertugas di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang. Dari hasil observasi di tiga Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang dapat disimpulkan bahwa kinerja


(16)

5

guru masih rendah. Sikap guru terhadap profesinya juga rendah. Masalah rendahnya kinerja guru terjadi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang yang belum memenuhi harapan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari sisi kepala sekolah, pengangkatan kepala sekolah tanpa melalui proses seleksi dan diklat calon kepala sekolah, penguasaan kepala sekolah terhadap tugas dan tanggung jawab, pemberdayaan terhadap guru dan tenaga kependidikan, dukungan pengembangan terhadap peningkatan professional guru masih rendah, pelaksanaan supervisi kepala sekolah tidak teratur, dan penilaian kinerja guru tidak jelas.

Selain itu dari sisi guru yang diperoleh dari hasil obserasi dengan beberapa guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang, para guru tersebut menyatakan bahwa KTSP belum sepenuhnya dipahami, kemampuan penyusunan silabus dan RPP masih perlu peningkatan, kehadiran guru terutama pada jam pertama, penerapan model/metode pembelajaran, variasi mengajar, perangkat penilaian, menganalisis hasil evaluasi, dan pelaksanaan remedial/pengayaan. Hal ini di dukung oleh pernyataan Pembantu Kepala Sekolah (PKS I) yang bertugas membantu kepala sekolah dibidang kurikulum sekolah. Bukti ini menunjukkan bahwa kinerja guru masih rendah.

Sehubungan dengan deskripsi di atas, guru juga dituntut untuk dapat menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya secara profesional. Guru yang profesional dalam mendidik peserta didiknya akan berupaya mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk mampu mendidik peserta didik dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.


(17)

6

Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana juga diintegrasikan dengan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja menurut Amstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2007:99) sebagai berikut:

1) Personal factor, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang

dimiliki, motivasi, dan komitmen.

2) Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan

dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.

3) Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan

sekerja.

4) System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja, pelibatan anggota dan

fasilitas yang diberikan oleh organisasi.

5) Contextual/situasional factor, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan

perubahan lingkungan internal dan eksternal.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja di atas, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Jika dikaitkan dengan kinerja guru maka faktor internal seperti motivasi guru untuk berprestasi, komitmen guru untuk berprestasi, keinginan untuk berkembang, persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah, rasa tanggung jawab terhadap tugas dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah kepuasan kerja, penghargaan, budaya organisasi sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, supervisi kepala sekolah, pelibatan dalam mengambil keputusan, komunikasi interpersonal.

Dalam fungsinya sebagai penggerak para guru, kepala sekolah harus mampu menggerakkan guru agar kinerjanya menjadi meningkat karena guru merupakan ujung tombak untuk mewujudkan manusia yang berkualitas. Guru akan


(18)

7

bekerja secara maksimum apabila didukung oleh beberapa faktor di antaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah.

Penelitian Edmonds dalam Sagala (2007:90) memberi gambaran bahwa kemampuan kepala sekolah menjadi motor penggerak utama pelaksanaan program sekolah. Faktor-faktor tersebut menggambarkan dedikasi guru yang tinggi, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, harapan-harapan bagi peserta didik dan staf, pemantauan kemajuan peserta didik, iklim belajar yang positif, kesempatan yang cukup untuk belajar, pelibatan orangtua dan masyarakat dalam program sekolah.

Para ahli dalam Sagala (2008:151) juga menyatakan bahwa tidak ada kepemimpinan yang baik untuk semua situasi, sehingga masing-masing memiliki keunggulan yang berbeda-beda. Karena itu, aspek penerapan gaya kepemimpinan tidak lebih penting daripada persoalan kemampuan pemimpin memperlakukan semua unsur personel sacara manusiawi sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dan berkualitas sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik, karena dalam kepemimpinan diperlukan gaya dan sikap yang sesuai dengan iklim lembaga pendidikan dan satuan pendidikan.

Identitas di atas kontras dengan dewasa ini, beberapa kepala sekolah pun terkadang cenderung menanggap bahwa manajemen sekolah hanya terikat pada aspek pembelajarannya saja, sehingga terkadang justru mengganggap gurulah yang memiliki tanggung jawab besar dalam aspek pembelajaran ini. Padahal aspek manajemen pembelajaran bukan semata dari komponen aspek mengajar, melainkan juga dari kondisi yang menyertai pembelajaran tersebut mutlak


(19)

8

diperhatikan. Hal ini menilik dengan apa yang diungkapkan Sagala (2007:53) bahwa manajemen pembelajaran mencakup saling hubungan berbagai peristiwa tidak hanya seluruh peristiwa pembelajaran dalam proses pengajaran tetapi juga faktor logistik, sosiologis, dan ekonomis. Jika faktor logistik memusatkan pada persoalan sarana dan prasarana pendukung manajemen, dan faktor ekonomis menyangkut aspek pembiayaan, maka salah satu bentuk faktor sosiologis yang sangat urgen adalah pola kepemimpinan kepala sekolah.

Di samping guru dan kepala sekolah, budaya organisasi sekolah turut mempengaruhi kualitas penyelenggaraan pendidikan pada satu sekolah. Budaya organisasi sekolah yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan adalah budaya kerja keras, selalu berusaha menjadi terbaik, rasa memiliki dan tanggung jawab, mengutamakan kemajuan peserta didik, dan hubungan yang baik antara sesama warga sekolah, serta hubungan yang baik antara warga sekolah dengan masyarakat sekitar.

Pengaruh budaya organisasi dan dampaknya terhadap kinerja. Proporsi yang diajukan oleh Chuang, Church dan Zikic dalam Sopiah (2008:180) yakni kesesuaian budaya organisasi akan dapat mengurangi terjadinya konflik, baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang terkait dengan individu. Sementara itu, Mulyasa (2004:103) mengatakan dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer: kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau koperatif, memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.


(20)

9

Nasution (2008:6) menyatakan bahwa rendahnya kinerja guru ini tentu menjadi masalah serius karena dapat berakibat pada lemahnya fungsi sekolah itu sendiri sebagai wahana sosialisasi dan pengembangan sumber daya manusia. Kepemimpinan kepala sekolah sebagai elementer faktor sosiologis dalam manajemen pembelajaran jelas dituntut perannya dalam melakukan pembinaan, pengawasan terhadap tugas-tugas para guru.

Selain itu, kepala sekolah juga merupakan pimpinan akademik, dengan demikian ia harus mampu mengarahkan seluruh komponen (termasuk komponen guru) dan potensi sekolah menuju perbaikan mutu pendidikan di sekolah yang ia pimpin. Peran kepemimpinannya di sekolah harus terus dimobilisasi dan dieksplorasi sedemikian rupa, sehingga pengaruhnya dapat dirasakan bagi kalangan guru. Kepala sekolah harus secara terus menerus mendorong para guru untuk menggunakan berbagai macam teknik pengajaran, melakukan penelitian berbagai tingkat sekolah, memanfaatkan rapat-rapat guru untuk membahas cara-cara perbaikan pengajaran, menyertakan para guru dalam merumuskan perencanaan pembelajaran.

Salah satu penyebab yang diduga dapat memengaruhi hubungan kerja baik antara kepala sekolah dengan guru adalah budaya organisasi yang sehat. Sebagus apapun konsep yang direncanakan oleh kepala sekolah tidak bersikap demokratis memperlakukan guru secara konsisten dan proporsional. Kepala sekolah dan para juga harus membuat jalur-jalur komunikasi ke bawah dan ke samping. Dengan demikian suasana terbuka, saling bersinergi, terjalinnya komunikasi verbal dan behavioral dapat tercipta dan para guru pun akan semakin bersemangat dalam melakukan kinerja karena budaya organisasi yang tercipta di sekolah tersebut.


(21)

10

Mendukung para guru untuk melakukan yang terbaik, dikarenakan adanya apresiasi yang positif dari pimpinan sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola lembaga pendidikan memiliki pola pendekatan tersendiri. Pola pendekatan dalam kepemimpinan itu akan melahirkan persepsi tertentu bagi para anggota yang dipimpinnya. Seluruh komponen dalam lembaga pendidikan terutama para guru memiliki persepsi tertentu kepada setiap kepala sekolah menyangkut kepemimpinannya pada lembaga pendidikan harus memiliki keteladanan dan kecakapan dalam memberdayakan seluruh anggotanya serta memberi arah yang jelas dalam kepemimpinannya guna mencapai tujuan. Perilaku kepala sekolah inilah yang membentuk persepsi para anggotanya tentang kepemimpinannya di sekolah. Persepsi yang muncul tetunya berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.

Berdasarkan fenomena di atas, maka dilakukan penelitian yang berhubungan dengan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang.

B. Identifikasi Masalah

Sebenarnya banyak variabel yang memengaruhi kinerja guru, tetapi dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah yang berhubungan atau yang memengaruhi kinerja guru. Dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah sering ditemui kesenjangan atau ketidakharmonisan hubungan guru dengan guru dan guru dengan kepala sekolah. Pelaksanaan tugas guru terkesan asal jadi atau


(22)

11

sering lebih memerhatikan hak dari pada kewajiban. Hal ini berarti kepala sekolah kurang mampu memberdayakan guru secara optimal. Guru bertugas sebagai rutinitas saja dan masih banyak persoalan lain yang berhubungan dengan kinerja guru, baik bersumber dari guru seperti intelegensi, sikap, kemampuan profesional dan yang bersumber dari luar diri guru seperti keamanan, suasana atau iklim kerja, kepemimpinan dan pengawasan.

Beberapa masalah yang memengaruhi kinerja guru tersebut antara lain: (1) faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kinerja guru?, (2) apakah persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan kinerja guru (3) apakah budaya organisasi berhubungan dengan kinerja guru?, (4) apakah kecerdasan emosional berhubungan dengan kinerja guru?, (5) apakah kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja guru?, (6) apakah pengendalian stres berhubungan dengan kinerja guru?, (7) apakah motivasi berhubungan dengan kinerja guru?, (8) apakah kebijakan pemerintah (kebijakan dan prosedur kepegawaian) memengaruhi kinerja guru?

C. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyak uraian identifikasi masalah, serta mengingat pendapat para ahli tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja guru, peneliti sangat sadar bahwa seharusnya seluruh variabel yang mungkin mempengaruhi kinerja guru hendaknya diteliti. Agar penelitian ini terarah dan fokus, maka penelitian ini dibatasai pada hubungan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru khususnya guru sebagai pendidik, guru


(23)

12

sebagai pengajar, dan guru sebagai pelatih di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan positif persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang ?

2. Apakah terdapat hubungan positif budaya organisasi dengan kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang ?

3. Apakah terdapat hubungan positif antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui hubungan budaya organisasi dengan kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi secara bersama-sama dengan kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang.


(24)

13

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan secara praktis.

a. Manfaat secara teoretis

1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, dan kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Deli Serdang.

2. Sebagai bahan bandingan untuk penelitian yang relevan dikemudian hari.

b. Manfaat secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi/masukan:

1. Bagi pemerintah khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang dalam pengambilan kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru.

2. Bagi kepala sekolah untuk melakukan evaluasi diri dalam rangka perbaikan kepemimpinan untuk meningkatkan kinerja guru.

3. Bagi guru-guru untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kinerjanya.


(25)

91

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan dapat ditarik disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif dan signifikan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. Artinya semakin baik persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah maka semakin baik kinerja guru. Variasi yang terjadi pada variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah sebesar 12,59% dapat diprediksi dalam meningkatkan kinerja guru dan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah cenderung kategori cukup.

2. Terdapat hubungan positif dan signifikan budaya organisasi dengan kinerja guru. Artinya semakin baik budaya organisasi maka semakin baik kinerja guru. Variasi yang terjadi pada variabel budaya organisasi sebesar 3,77% dapat diprediksi dalam meningkatkan kinerja guru dan budaya organisasi cenderung kategori cukup.

3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru. Artinya semakin baik persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi maka semakin baik kinerja guru. Variasi yang terjadi pada variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan


(26)

92

budaya organisasi sebesar 16,36% dapat diprediksi dalam meningkatkan kinerja guru dan kinerja guru cenderung kategori cukup.

B. Implikasi

Simpulan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas mempunyai sejumlah implikasi penting terhadap upaya meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran. Perumusan implikasi penelitian ini menekankan pada upaya peningkatan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisai sehingga kinerja guru dalam pembelajaran meningkat. Dengan terciptanya kinerja guru yang baik merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu sekolah karena salah satu faktor yang menentukan baik buruknya kualitas pendidikan tersebut sangat ditentukan oleh guru dalam proses pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya dituntut menguasai bahan ajar, tetapi harus memiliki kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat.

Untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Tinggi rendahnya kinerja guru tergantung pada faktor yang mempengaruhi diri guru tersebut. Namun di antara berbagai faktor tersebut, faktor persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi merupakan faktor yang dikaji dalam penelitian ini.

Penelitian ini menemukan bahwa semua variabel prediktor yang diteliti yakni persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dan budaya organisasi dengan kinerja guru, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama


(27)

93

memberikan hubungan yang berarti terhadap kinerja guru. Oleh karena itu perlu diperhatikan variabel prediktor ini untuk ditingkatkan agar kinerja guru dapat ditingkatkan secara optimal untuk masa-masa yang akan datang, hal ini dapat diketahui dari hasil uji kecenderungan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Upaya Meningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan menunjukkan bahwa variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini cenderung cukup yang dibuktikan dengan 55,67% responden masuk dalam kategori cukup. Hasil analisis juga menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. Hal ini memberikan pengertian bahwa peningkatan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah akan meningkatkan kinerja guru. Oleh karena itu upaya peningkatan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah juga merupakan upaya peningkatan kinerja guru.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari kepala sekolah sebagai educator, manajer,

administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator para guru. Berdasarkan

uraian tersebut jelaslah bahwa persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dapat menimbulkan atau mendorong keinginan guru untuk melakukan aktivitas secara sadar dan berupaya sedapat mungkin melakukan aktivitas sesuai dengan petunjuk dan aturan dari kepala sekolah.


(28)

94

Salah satu upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah untuk menumbuhkan persepsi yang baik dari guru adalah dengan membuat kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan kerja. Sebaiknya kepala sekolah tidak membuat keputusan yang memihak kepada seseorang atau sekelompok guru tertentu karena hal itu akan membawa kepada kekecewaan dari guru lainnya, serta akan berpengaruh buruk terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Dengan baiknya kepala sekolah memimpin lingkungan kerjanya akan memberikan persepsi yang baik dari guru sebagai bawahannya. Dengan baiknya kepemimpinan kepala sekolah akan dapat meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari di sekolah.

Kepala sekolah perlu mengadakan transparansi segala keadaan, kebutuhan sekolah supaya persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah baik. Kepala sekolah perlu membangun keadilan, dan kebersamaan dalam pembagian tugas dan pekerjaan maupun pembagian insentif, karena orang yang tidak mendapat keadilan akan membuat seseorang tidak puas dengan pekerjaannya sehingga kinerjanya akan menurun dan sebaliknya perasaan adil akan membuat seseorang puas dalam pekerjaannya dengan demikian kinerjanya juga akan semakin baik pula.

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di MTs Negeri Kabupaten Deli Serdang hendaknya agar melakukan pengawasan atau supervisi secara terencana dan terjadwal yang diperuntukkan bagu guru, hal ini menjadi sangat penting mengingat guru merupakan salah satu pilar penentu bagi berlangsungnya kegiatan pengajaran di sekolah.


(29)

95

Kepala sekolah mengadakan pelatihan yang dipandang sebagai usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam meningkatkan mutu tenaga kependidikan di bidang pengetahuan, kemampuan, kepribadian agar lebih mampu melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi jabatannya.

Selain itu kepala sekolah perlu membangun kebersamaan dalam organisasi, sehingga dalam bekerja para anggota akan saling membantu dalam bekerja atau bekerja dama dan sama-sama bekerja dengan demikian kinerjanya akan semakin baik pula. Dengan kata lain, guru-guru dan siswa tidak dalam keadaan terpaksa dalam melakukan tugas-tugasnya tetapi karena motivasi yang timbul dari diri guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan sekolah secara maksimal.

2. Upaya Meningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Budaya Organisasi Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan menunjukkan bahwa variabel budaya organisasi dalam penelitian ini cenderung cukup yang dibuktikan dengan 48,45% responden masuk dalam kategori cukup. Hasil analisis juga menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara budaya organisasi dengan kinerja guru. Hal ini memberikan pengertian bahwa peningkatan budaya organisasi akan meningkatkan kinerja guru. Oleh karena itu upaya peningkatan budaya organisasi juga merupakan upaya peningkatan kinerja guru.

Berdasarkan hasil penelitian budaya organisasi diukur melalui indikator yaitu: perilaku, nilai dominan, filosofi, aturan. Untuk meningkatkan budaya organisasi dapat dilakukan melalui pembenahan terhadap berbagai aturan sekolah dan perilaku di sekolah. Berbagai aturan dan perilaku di sekolah yang mendukung


(30)

96

terciptanya suasana akademis di sekolah seperti anggota organisasi berinteraksi satu sama lain, mereka menggunakan bahasa, istilah, dan ritual umum yang berkaitan dengan rasa hormat dan cara berperilaku.

Untuk mendukung kinerja mengajar guru yang tinggi diperlukan adanya nilai dominan dari setiap personil di sekolah. Untuk menjamin terciptanya nilai dominan maka perlu dilakukan upaya-upaya melibatkan semua unsur di sekolah. Misalnya perlu melakukan peningkatan kualitas produk tinggi, sedikit absen, dan efisiensi tinggi

Kepala sekolah sebelum mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah internal perlu mempertimbangkan banyak hal dengan melibatkan pihak-pihak eksternal, sehingga hasil keputusan yang diambil menunjukkan mekanisme yang terpogram dan terencana, tanggap terhadap persoalan mempunyai perencanaan yang baik termasuk dalam pembuatan struktur organisasi dan mempunyai sistem dan prosedur yang merupakan bagian dari upaya meningkatkan budaya organisasi. Budaya organisasi yang baik akan membangun kerja sama dan hubungan baik sesama anggota dalam organisasi yang dapat mempengaruhi kepuasan tersendiri bagi anggota dan selanjutnya kinerjanya akan semakin baik pula.

3. Upaya Meningkatan Kinerja Guru melalui Peningkatan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi

Berdasarkan hasil pengujian kecenderungan menunjukkan bahwa variabel persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini cenderung cukup yang dibuktikan dengan 67,01% responden masuk dalam kategori cukup, untuk variabel budaya organisasi cenderung sedang dibuktikan


(31)

97

77,03% responden masuk dalam kategori cukup. Sedangkan untuk variabel kinerja guru dalam penelitian ini cenderung sedang yang dibuktikan dengan 64,86% responden masuk dalam kategori cukup.

Memperhatikan uji kecenderungan di atas, terlihat bahwa ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini terlihat bahwa kecenderungan variabel budaya organisasi cenderung cukup. Berdasarkan hal ini implikasi dari data di atas masih dipandang perlu menciptakan kondisi, situasi, budaya organisasi yang menyenangkan di MTs Negeri Kabupaten Deli Serdang. Hal ini menjadi penting mengingat bahwa kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana juga diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik itu kepala sekolah, budaya organisasi, guru, karyawan maupun anak didik seperti yang dikemukakan oleh Amstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2007:99) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kinerja yaitu (1) personal factor, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen, (2) leadership

factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang

dilakukan manajer dan team leader, (3) team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja, (4) system factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja, pelibatan anggota dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi, (5) Contextual/situasional factor, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal. Dengan perkataan lain, kepemimpinan akan mendorong sejumlah orang agar bisa bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama. Sedangkan budaya organisasi yang menyenangkan akan menjadi kunci pendorong bagi para karyawan uantuk menghasilkan kinerja yang lebih baik.


(32)

98

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kecilnya hubungan yang diberikan persepsi guru tentang kepemimpinan kepalasa sekolah maupun budaya organisasi dalam temuan ini menunjukkan bahwa persoalan keduanya selama ini berlangsung secara optimal sehingga berimplikasi pada upaya peningkatan kinerja guru. Memperhatikan hal ini kepala sekolah hendaknya dapat lebih memperhatikan aspek kepemimpinan maupun kemampuan manajerial ini untuk masa akan datang. Jika hal ini tidak mendapat perhatian dari kepala sekolah maka akan muncul perilaku guru dalam pelaksanaan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati sehingga hasil kerja yang dilakukan akan maksimal.

Guru perlu memperbaiki kinerjanya dengan membuat atau menciptakan suatu inisiatif atau prakarsa dalam bekerja atau pada saat proses pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran para peserta didik tertarik terhadap materi dan penyampaian materi yang diberikan. Dengan menciptakan inisiatif mendorong siswa tersebut akan lebih termotivasi dalam belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitasnya sendiri. Guru juga perlu meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan materi atau menajemen pembelajaran. Dengan lebih banyak belajara atau membaca buku-buku yang terbaru tetang materi pembelejaran, mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan materi pembelajarannya pula, maupun juga mengikuti seminar-seminar, lokakarya atau sejenisnya. Selain itu, dalam berkomunikasi dengan peserta didik harus dikembangkan dan dijalin dengan baik karena melalui komunikasi yang baik penyampaian materi atau proses pembelajaran akan semakin baik artinya interaksi antara guru dan siswa yang baik akan membuat suasana proses pembelajaran akan


(33)

99

terserap dengan baik, dengan demikian cita-cita pendidikan akan terwujud sesuai dengan yang diharapkan.

Begitu juga dengan budaya organisasi, walaupun dari hasil berdampak positif terhadap kinerja guru, namun demikian masih dianggap perlu meningkatkan kerjasama, kekompakkan dan sinergisitas kepala sekolah dengan guru untuk masa-masa yang akan datang guna menciptakan suasana dan kualitas mengajar yang optimal dan bermutu.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan dan implikasi yang dipaparkan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepala sekolah selaku pemimpin sekolah hendaknya dapat memimpin semua personil sekolah, sehingga mereka dapat menjalankan semua tugas dengan baik. Kepala sekolah hendaknya dapat memberikan perhatian secara terus-menerus kepada guru seperti: mengadakan pertemuan dan mendiskusikan faktor-faktor kesulitan dalan menjalankan tugas-tugas pengajaran.

2. Guru hendaknya dapat menjadi pendidik dan pengajar yang komunikatif bagi siswanya. Peran tersebut akan membawa kemampuan guru dalam memengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan para siswanya sehingga mau dan mampu belajar secara maksimal sehingga berpengaruh terhadap kualitas siswa/lulusan di sekolah tersebut.

3. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang beserta jajaran yang terkait lainnya terutama dalam hal peningkatan kinerja guru disarankan memberikan perhatian khusus dalam hal ini: (1) melakukan pembinaan terhadap


(34)

100

kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran, (2) memberikan reward bagi guru yang berprestasi dalam melaksanakan tugasnya, (3) membuka kesempatan pada guru untuk melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi.

4. Peneliti lain, disarankan menindak lanjuti penelitian ini dengan variabel-variabel berbeda yang turut memberikan sumbangan terhadap kinerja guru.


(35)

101

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta Daryanto, M. 1998. Administrasi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta

Gibson, James, dkk. 1994. Organisasi:Perilaku, Struktur, dan Proses.

Terjemahan Agus Dahrma. Jakarta:Erlangga

Handoko, T. Hani. 2004. Manajemen Edisi II. Yogyakarta:BPFE

Jariah. 2006. “Kontribusi Supervisi dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Medan.” Tesis Universitas Negeri Medan

Julkifli. 2006. “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Harapan Berkarier dengan Kinerja Guru.” Tesis Universitas Negeri Medan

Kartono, Kartini. 1990. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta:Rajawali

Kaspar. 2010. “Hubungan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru dengan Keefektifan Pembiayaan pada Tingkat SLTA di Kabupaten Dairi.” Tesis Universitas Negeri Medan

Kunandar. 2009. Guru Profesional. Jakarta:Rajawali Pers

Luthans, Fred. 2005. Organizational Behavior. New York:McGraw-Hill

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung:Refika Aditama

Matondang., M. H. 2008. Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen

Strategik. Yogyakarta:Graha Ilmu

Moeljono. 2005. Budaya Organisasi dalam Pendidikan. Bandung:Tarsito

Muchlas, Makmuri. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta:Gajah Mada University Press

Mulyasa, Enco. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung:Remaja Rosdakarya Offset


(36)

102

Nasution, Burhanuddin. 2008. “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dan Hubungannya dengan Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Patumbak.” Tesis Universitas Negeri Medan

Rivai, Veithzal. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:Rajawali Pers

Robbins, Stephen, P. 2006. Perilaku Organisa, Kontroversi, Aplikasi. Alih Bahasa Hadyana dan Benyamin Molan. Jakarta:Prenhallindo

Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peninmgkatan Mutu

Pendidikan. Bandung:Alfa Beta

. 2008. Budaya dan Reinventing Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfa Beta

Sinuhaji, Beluh. 2008. “Hubungan Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru”. Tesis Universitas Negeri Medan Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung:Tarsito

Sutrisno. 2006. Budaya Organisasi. Jakarta:Kencana

Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi:Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:Rajawali Pers

Timpe, A, Dale. 1992. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia:Kinerja.

Jakarta:Alex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Tuhadi. 2005. “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pemberian Kompensasi dengan Motivasi Mengajar Guru SMK PAB Kabupaten Deli Serdang”. Tesis Universitas Negeri Medan

Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara

Usman, Husaini, dkk. 2006. Pengantar Statistik. Jakarta:Bumi Aksara

Usman, Uzer. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung:Remaja Rosdakarya

Utami, Neni. 2003. Kualitas dan Profesionalisme Guru. Artikel diambil pada tanggal 4 Oktober 2010 dari http://www.pikiran-rakyat.com.

Wahjosumidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah:Tinjauan Teoretik dan

Permasalahannya. Jakarta:Grafindo Persada


(37)

103

Widoyoko, S, Eko Putro. 2008. “Analisis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Tesis Universitas Negeri Medan

Yulk, Gary. 2009. Kepemimpinan dalam Organisasi. Alih Bahasa: Budi Supriyanto. Jakarta:Indeks


(1)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kecilnya hubungan yang diberikan persepsi guru tentang kepemimpinan kepalasa sekolah maupun budaya organisasi dalam temuan ini menunjukkan bahwa persoalan keduanya selama ini berlangsung secara optimal sehingga berimplikasi pada upaya peningkatan kinerja guru. Memperhatikan hal ini kepala sekolah hendaknya dapat lebih memperhatikan aspek kepemimpinan maupun kemampuan manajerial ini untuk masa akan datang. Jika hal ini tidak mendapat perhatian dari kepala sekolah maka akan muncul perilaku guru dalam pelaksanaan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati sehingga hasil kerja yang dilakukan akan maksimal.

Guru perlu memperbaiki kinerjanya dengan membuat atau menciptakan suatu inisiatif atau prakarsa dalam bekerja atau pada saat proses pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran para peserta didik tertarik terhadap materi dan penyampaian materi yang diberikan. Dengan menciptakan inisiatif mendorong siswa tersebut akan lebih termotivasi dalam belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitasnya sendiri. Guru juga perlu meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan materi atau menajemen pembelajaran. Dengan lebih banyak belajara atau membaca buku-buku yang terbaru tetang materi pembelejaran, mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan materi pembelajarannya pula, maupun juga mengikuti seminar-seminar, lokakarya atau sejenisnya. Selain itu, dalam berkomunikasi dengan peserta didik harus dikembangkan dan dijalin dengan baik karena melalui komunikasi yang baik penyampaian materi atau proses pembelajaran akan semakin baik artinya interaksi antara guru dan siswa yang baik akan membuat suasana proses pembelajaran akan


(2)

terserap dengan baik, dengan demikian cita-cita pendidikan akan terwujud sesuai dengan yang diharapkan.

Begitu juga dengan budaya organisasi, walaupun dari hasil berdampak positif terhadap kinerja guru, namun demikian masih dianggap perlu meningkatkan kerjasama, kekompakkan dan sinergisitas kepala sekolah dengan guru untuk masa-masa yang akan datang guna menciptakan suasana dan kualitas mengajar yang optimal dan bermutu.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan dan implikasi yang dipaparkan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepala sekolah selaku pemimpin sekolah hendaknya dapat memimpin semua personil sekolah, sehingga mereka dapat menjalankan semua tugas dengan baik. Kepala sekolah hendaknya dapat memberikan perhatian secara terus-menerus kepada guru seperti: mengadakan pertemuan dan mendiskusikan faktor-faktor kesulitan dalan menjalankan tugas-tugas pengajaran.

2. Guru hendaknya dapat menjadi pendidik dan pengajar yang komunikatif bagi siswanya. Peran tersebut akan membawa kemampuan guru dalam memengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan para siswanya sehingga mau dan mampu belajar secara maksimal sehingga berpengaruh terhadap kualitas siswa/lulusan di sekolah tersebut.

3. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang beserta jajaran yang terkait lainnya terutama dalam hal peningkatan kinerja guru disarankan memberikan perhatian khusus dalam hal ini: (1) melakukan pembinaan terhadap


(3)

kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran, (2) memberikan reward bagi guru yang berprestasi dalam melaksanakan tugasnya, (3) membuka kesempatan pada guru untuk melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi.

4. Peneliti lain, disarankan menindak lanjuti penelitian ini dengan variabel-variabel berbeda yang turut memberikan sumbangan terhadap kinerja guru.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta Daryanto, M. 1998. Administrasi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta

Gibson, James, dkk. 1994. Organisasi:Perilaku, Struktur, dan Proses. Terjemahan Agus Dahrma. Jakarta:Erlangga

Handoko, T. Hani. 2004. Manajemen Edisi II. Yogyakarta:BPFE

Jariah. 2006. “Kontribusi Supervisi dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Medan.” Tesis Universitas Negeri Medan

Julkifli. 2006. “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Harapan Berkarier dengan Kinerja Guru.” Tesis Universitas Negeri Medan

Kartono, Kartini. 1990. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta:Rajawali

Kaspar. 2010. “Hubungan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru dengan Keefektifan Pembiayaan pada Tingkat SLTA di Kabupaten Dairi.” Tesis Universitas Negeri Medan

Kunandar. 2009. Guru Profesional. Jakarta:Rajawali Pers

Luthans, Fred. 2005. Organizational Behavior. New York:McGraw-Hill

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung:Refika Aditama

Matondang., M. H. 2008. Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik. Yogyakarta:Graha Ilmu

Moeljono. 2005. Budaya Organisasi dalam Pendidikan. Bandung:Tarsito

Muchlas, Makmuri. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta:Gajah Mada University Press

Mulyasa, Enco. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung:Remaja Rosdakarya Offset


(5)

Nasution, Burhanuddin. 2008. “Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dan Hubungannya dengan Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Patumbak.” Tesis Universitas Negeri Medan

Rivai, Veithzal. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:Rajawali Pers

Robbins, Stephen, P. 2006. Perilaku Organisa, Kontroversi, Aplikasi. Alih Bahasa Hadyana dan Benyamin Molan. Jakarta:Prenhallindo

Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peninmgkatan Mutu Pendidikan. Bandung:Alfa Beta

. 2008. Budaya dan Reinventing Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfa Beta

Sinuhaji, Beluh. 2008. “Hubungan Persepsi Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru”. Tesis Universitas Negeri Medan Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung:Tarsito

Sutrisno. 2006. Budaya Organisasi. Jakarta:Kencana

Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi:Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:Rajawali Pers

Timpe, A, Dale. 1992. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia:Kinerja. Jakarta:Alex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Tuhadi. 2005. “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pemberian Kompensasi dengan Motivasi Mengajar Guru SMK PAB Kabupaten Deli Serdang”. Tesis Universitas Negeri Medan

Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara

Usman, Husaini, dkk. 2006. Pengantar Statistik. Jakarta:Bumi Aksara

Usman, Uzer. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung:Remaja Rosdakarya

Utami, Neni. 2003. Kualitas dan Profesionalisme Guru. Artikel diambil pada tanggal 4 Oktober 2010 dari http://www.pikiran-rakyat.com.

Wahjosumidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah:Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta:Grafindo Persada


(6)

Widoyoko, S, Eko Putro. 2008. “Analisis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Tesis Universitas Negeri Medan

Yulk, Gary. 2009. Kepemimpinan dalam Organisasi. Alih Bahasa: Budi Supriyanto. Jakarta:Indeks


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMP KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG.

0 2 39

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA, PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU DENGAN KINERJA GURU SMK NEGERI SE-KABUPATEN DELI SERDANG.

0 4 51

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU : STUDI EMPIRIS DI SD NEGERI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 28

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP INOVASI DENGAN PROFESIONALISME GURU SMK NEGERI KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 29

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA AL-WASHLIYAH TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 39

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA AL-WASHLIYAH TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 47

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA AL-WASHLIYAH TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 13

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA AL-WASHLIYAH TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 1

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA AL-WASHLIYAH TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 2

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA AL-WASHLIYAH TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 17