PENGEMBANGAN SENSOR KIMIA UNTUK PENENTUAN PENGAWET FORMALDEHIDA DI DALAM MAKANAN DAN MINUMAN.

PENGEMBANGAN SENSOR KIMIA UNTUK PENENTUAN PENGAWET
FORMALDEHIDA DI DALAM MAKANAN DAN MINUMAN

Oleh :
Fanni Kristiyanti Zendrato
NIM 409210011
Program Studi Kimia

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan kasih yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga penelitian
skripsi ini dapat diselasaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Skripsi ini berjudul, “Pengembangan Sensor Kimia untuk
Penentuan Pengawet Formaldehida di Dalam Makanan dan Minuman” yang
dilaksanakan sejak bulan Juli 2013.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, mulai dari pengajuan
proposal penelitian, pelaksanaan sampai penyusunan skripsi antara lain Bapak
Drs. Marudut Sinaga, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi serta kepada Bapak
Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc, Ph.D, Bapak Drs. Jamalum Purba, M.Si,
Ibu Dra. Ani Sutiani, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukan. Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak Drs. Amser Simanjuntak,
M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak/Ibu dosen
tenaga pengajar dan staff pengawai di Jurusan Kimia FMIPA UNIMED.
Teristimewa saya sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orangtua saya,
Ibunda tercinta (S. Hutabarat) dan ayahanda tercinta (F. Zendrato). Untuk abang
(Juliyanto Zendrato) serta adik-adik saya (Mathias Zendrato, Doddi Zendrato, dan
Rizaldo Zendrato), yang selalu memberi dukungan doa, nasehat dan motivasi dari
awal kuliah sampai menyelesaikan studi di UNIMED. Buat teman-teman

seperjuangan Miska Likasina Tarigan, Arini, Lukman, Agam dan Gorat serta
sahabat saya Maridina Br. Sitepu, Nelius Harefa, Ida Sitindaon, Endah Hariyanti,
Kalsumah Rangkuti, Frisdawati, dan teman-teman lainnya khususnya jurusan
kimia NK’09 atas segala doa, saran, masukan dan dukungannya, saya sampaikan
banyak terima kasih.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi
ini tetapi sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu Penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
penyempurnaan skripsi ini (fannie.cbmi@gmail.com). Penulis berharap semoga
penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
serta menambah wawasan bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih.

Medan, Agustus 2013

Fanni Kristiyanti Zendrato
NIM 409210011

iii


PENGEMBANGAN SENSOR KIMIA UNTUK PENENTUAN
PENGAWET FORMALDEHIDA DI DALAM
MAKANAN DAN MINUMAN
Fanni Kristiyanti Zendrato (NIM 409210011)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sensor kimia dengan deteksi
spektofotometri yang memiliki daya analisis sensitif, selektif, dan hasil
analisisnya akurat. Prinsip analisisnya berdasarkan reaksi kondensasi
formaldehida dengan sistem aromatik dari asam kromatropat, membentuk
senyawa berwarna 3,4,5,6-dibenzoxanthylium. Untuk mendapatkan hasil yang
akurat dalam analisis pengawet formaldehida dengan metode spektrofotometri
dilakukan prosedur optimasi yaitu penentuan pH optimum, penentuan linieritas
kurva kalibrasi, dan pengaruh senyawa pengganggu terhadap pergeseran panjang
gelombang. Kondisi percobaan yang optimum adalah pada larutan buffer pH 6,
panjang gelombang maksimum 565,09 nm, dan dari kurva kalibrasi diperoleh
persamaan regresi linear y = 0.113x + 0.067, dengan harga R2 = 0.995. Zat-zat
penggangu tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap pengukuran
formaldehida. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa seluruh sampel makanan
yang dianalisis menggandung formaldehida dengan kadar yang berbeda-beda,

kadar formaldehida tertinggi terdapat pada sampel Burger Ayam berkode F yaitu
kadarnya sebesar 1.5686 mg/g, sementara kadar formaldehida terendah yaitu pada
sampel ikan asin perak-perak berkode M yaitu sebesar 0.0324 mg/g. Metode
Spektrofotometri sensitif dan akurat dalam pengukuran kadar formaldehida
dengan linieritas pengukuran 0,2 – 10 µg/mL formaldehida.
Kata kunci: Sensor Kimia, Pengawet, Formaldehida, Spektrofotometri Visibel.

v

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak


iii

Kata Pengantar

iv

Daftar Isi

v

Daftar Gambar

vii

Daftar Tabel

ix

Daftar Lampiran


x

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Batasan Masalah
1.3. Rumusan Masalah
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Manfaat Penelitian

1
1
2
3
3
3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahan Pengawet Makanan dan Minuman
2.2. Formaldehida

2.2.1. Kegunaan Formaldehida
2.2.2. Bahaya Penggunaan Formaldehida
2.3. Analisis Menggunakan Sensor Kimia
2.4. Metode Spektrofotometri
2.5. Penentuan Formaldehida Dalam Sampel dengan Metode
Spektrofotometri Cahaya Tampak ( Visibel)
2.6. Analisis Kuantitatif Formaldehida Dalam Sampel dengan
Metode Spektrofotometri Cahaya Tampak
2.7. Komponen- Komponen Peralatan Spektrofotometer UV-VIS

4
4
5
6
7
9
12

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2. Alat dan Bahan
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Pembuatan Larutan
3.3.2. Optimasi Spektrofotometri Penentuan Formaldehida
3.3.3. Metode Spektrofotometri untuk Penentuan Kadar Formaldehida
Larutan Baku
3.3.3.1. Penentuan pH Optimum Formaldehida
3.3.3.2. Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Formaldehida

19
19
19
19
19
20

13
14
17


21
21
22

vi

3.3.3.3. Penentuan Pengaruh Senyawa Pengganggu Terhadap
Pergeseran Panjang Gelombang
3.3.4. Aplikasi Spektrofotometri untuk Penentuan Kadar Formaldehida
dalam Makanan
3.4. Prosedur Perlakuan Sampel

22
23
23

BAB IV. HASIL PEMBAHASAN
4.1. Optimisasi Spektrofotometri Penentuan Formaldehida
4.1.1. Penentuan pH Optimum Reaksi
4.1.2. Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi

4.1.3. Analisis Pengaruh Senyawa Pengganggu Terhadap Pergeseran
Panjang Gelombang
4.2. Penentuan Formaldehida dalam Sampel

25
25
26
27
28
29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

32
32
33

DAFTAR PUSTAKA


34

ix

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Beberapa senyawa pengawet makanan dan minuman
serta pengaruhnya terhadap kesehatan manusia

4

Tabel 2.2. Karakteristik formaldehida berdasarkan sifat fisika dan
sifat kimianya

5

Tabel 2.3. Daftar panjang gelombang dan warna komplementer

13

Tabel 4.1. Data hasil pengukuran panjang gelombang maksimum
formaldehida 1.6 µg/mL pada masing-masing pelarut (pH 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8) setelah ditambahkan asam kromatropat

26

Tabel 4.2. Data hasil pengukuran larutan standar formaldehida (0.2-10)
µg/mL dengan variasi buffer pH dan panjang gelombang
maksimum pada setiap variasi pH ( pH 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8)

26

Tabel 4.3. Data hasil pengukuran kurva kalibrasi larutan standard
formaldehida pada panjang gelombang maksimum 565.09 nm.

28

Tabel 4.4. Data hasil pengukuran pengaruh senyawa pengganggu terhadap
pergeseran panjang gelombang maksimum dan absorbansi
dalam analisis formaldehida

29

Tabel 4.5. Data hasil pengukuran absorbansi dalam sampel ikan asin,
tahu, dan daging olahan secara spektrofotometri pada panjang
gelombang 565.09 nm

30

vii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.

Reaksi asam kromatropat dengan formaldehida
menghasilkan 3,4,5,6- dibenzoxanthylium berwarna
violet

14

Skema sederhana spektrofotometer UV-Visible

18

Gambar 3.1. Skema preparasi sampel untuk penentuan kadar formaldehida
secara spekrtofotometri

24

Gambar 2.2.

Gambar 4.1.

Gambar 4.2.

Pengaruh pH pada panjang gelombang maksimum masingmasing pH (pH 1,2,3,4,5,6,7, dan 8) terhadap absorbansi
larutan pada masing-masing konsentrasi formaldehida (0.2,
0.8, 1.4, 1.6, 2, 5, 8, dan 10) µg/mL

27

Kurva kalibrasi larutan standart formaldehida setelah
ditambahkan asam kromatrofat dan pelarut pH optimum
(pH 6) pada panjang gelombang 565.09 nm

28

x

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Dokumentasi penelitian

38

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Seiring dengan semakin pesatnya teknik pengolahan pangan, penambahan

bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit untuk dihindari, seperti penambahan
senyawa pengawet pada makanan dan minuman. Adapun berbagai alasan suatu
industri menambahkan senyawa pengawet pada produk olahan mereka yaitu untuk
menjaga kesegaran makanan, menghambat pertumbuhan organisme, memelihara
warna bahan makanan, dan untuk menjaga kualitas makanan dalam penyimpanan
dalam jangka waktu tertentu (Giesova, dkk., 2004).
Penggunaan pengawet dalam makanan sebenarnya diperbolehkan selama
masih dalam ambang batas toleransi. Namun, ada juga pengawet yang dilarang
ditambahkan di dalam makanan maupun minuman karena dalam jangka waktu
pendek maupun jangka panjang dapat merusak kesehatan tubuh, salah satunya
yaitu formaldehida atau yang lebih dikenal dengan nama formalin.
Larutan Formaldehida atau larutan Formalin mempunyai nama dagang
formalin, formol atau mikrobisida dengan rumus molekul CH2O mengandung
kira-kira 37% gas formaldehid dalam air. Formaldehida bukan bahan pengawet
makanan, tetapi digunakan untuk mengawetkan spesimen patologi, hewan-hewan
kecil seperti serangga, bahkan mayat manusia. Bahan pengawet ini memiliki
unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein dan mudah berikatan
dengan unsur protein mulai dari permukaan hingga terus meresap ke jaringan
yang dalam. Dengan matinya protein setelah terikat dengan unsur kimia dari
formalin, maka ia tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan
senyawa asam. Selain itu, formalin juga membunuh bakteri dengan membuat
jaringan dalam bakteri yang menyebabkan bakteri itu kekeringan dan membentuk
lapisan baru di permukaannya supaya ianya tahan terhadap serangan bakteri yang
lain pada masa akan datang.
Kadar formaldehida di udara memiliki ambang batas yang dibenarkan
yaitu 0.1 ppm (parts per million). Dalam International Programme on Chemical

2

Safety (IPCS) disebutkan bahwa batas toleransi formaldehida yang dapat diterima
tubuh dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan
yang diperbolehkan adalah 0,2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke
tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg
per hari. Jika melebihi ambang batas tersebut maka dalam jangka pendek maupun
jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, mulai dari gejala
seperti sensasi terbakar di mata, hidung dan di daerah tenggorokan, bahkan
sampai mengakibatkan penyakit kanker (National Cancer Institute, 2009). Jika
terpapar formaldehida

dalam jumlah banyak misalnya

terminum,

bisa

menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadi
asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek,
sering hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematian.
Seiring dengan semakin seringnya bahan pengawet ditambahkan pada
makanan maupun minuman saat ini, maka sangat dibutuhkan instrumen analisis
yang akurat, selektif dan sensitif terhadap berbagai jenis senyawa pengawet untuk
memonitoring keberadaan senyawa pengawet tersebut. Karena sampai saat ini
instrumen yang sering digunakan untuk penentuan senyawa pengawet umumnya
adalah berdasarkan perubahan warna (kolorimetri). Metode ini hasilnya kurang
akurat karena rentan terhadap pengaruh senyawa pengganggu (interference).
Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka dibutuhkan instrument
analisis sensor kimia dengan deteksi spektrofotometri karena sensor kimia
memiliki daya analisis sensitif, selektif, akurat, cepat, stabil, keterulangan baik,
sederhana, serbaguna, mudah mengoperasikan dan dengan biaya analisis relatif
murah untuk penentuan bahan pengawet yang terdapat di dalam sampel makanan
dan minuman (Situmorang, M.dkk. 2005).
1.2.

Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada permasalahan pengembangan metode analisis

sensor kimia dengan deteksi spektrofotometri sebagai instrument analisis menjadi
instrument standar untuk menguji kadar pengawet formaldehida dalam makanan.

3

1.3.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengembangkan metode analisis sebagai instrument analisis
menjadi metode standar yang sensitif, akurat, sederhana dan cepat untuk
penentuan formaldehida pada makanan?.
2. Bagaimana cara optimisasi dan penentuan kadar formaldehida pada
makanan secara sensor kimia dengan deteksi spektrofotometri ?.

1.4.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan

metode

analisis

sensor

kimia

dengan

deteksi

spektrofotometri sebagai instrument analisis menjadi metode standar yang
sensitif, akurat, sederhana dan cepat untuk penentuan formaldehida pada
makanan.
2. Mengetahui cara optimisasi dan penentuan kadar formaldehida pada
makanan secara sensor kimia dengan metode spektrofotometri.
3. Memberikan kontribusi ilmiah melalui publikasi ilmiah di Jurnal
Internasional dan Jurnal Nasional Terakreditasi tentang pengembangan
metode analisis standar berupa sensor kimia untuk penentuan kadar
senyawa pengawet di dalam sampel makanan dan minuman.
1.5.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan instrumen analisis sensor kimia yang sensitif, selektif,
akurat, sederhana, dan cepat untuk penentuan formaldehida pada makanan.
2. Memberikan

informasi

kepada

masyarakat

mengenai

kandungan

formaldehida dalam makanan sehingga dapat memudahkan masyarakat
untuk memilih makanan yang baik dan layak untuk dikonsumsi.
3. Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya dalam menganalisis kadar
formaldehida dalam makanan menggunakan metode sensor kimia dengan
deteksi spektrofotometri.

32

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1.

Dengan metode spektrofotometri dalam penentuan formaldehida dalam
sampel makanan diperoleh kondisi optimum analisa yaitu pada pH larutan
buffer optimum adalah pH 6, panjang gelombang maksimum adalah
565.09 nm, linieritas pengukuran 0,2 – 10 µg/mL formaldehida, serta dari
kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi linear y = 0.113x + 0.067,
dengan harga R2 = 0.995.

2.

Dari hasil pengukuran terhadap zat-zat pengganggu, zat pengganggu tidak
terlalu memberikan pengaruh terhadap pengukuran formaldehida, dapat
dilihat dari pergeseran panjang gelombang yang tidak terlalu jauh hanya
sekitar 2.07 nm pada zat pengganggu NaCl.

3.

Dari hasil pengukuran spektrofotometri kadar formaldehida yang terdapat
dalam sampel tidak memenuhi syarat karena tidak seharusnya ada
formaldehida dalam sampel makanan sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan (MenKes) Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999.

4.

Sampel makanan yang memiliki kadar formaldehida tertinggi adalah
Burger Ayam berkode G sebesar 1.5686 mg/g , sementara kadar
formaldehida terendah yaitu pada ikan asin perak-perak berkode N sebesar
0.0324 mg/g.

5.

Penentuan

formaldehida

secara

sensor

kimia

dengan

metode

spektrofotometri sangat sensitif dan akurat dengan linieritas pengukuran
(0,2-10 ppm) formaldehida.

33

5.2.

Saran
Dari hasil penelitian ini diajukan saran sebagai berikut:

1.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sensor
elektrokimia untuk penentuan formaldehida dalam makanan maupun
minuman.

2.

Perlu dilakukan penentuan formaldehida pada lebih banyak lagi sampel
makanan maupun minuman.

3.

Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk memilih sampel yang akan
dianalisis lebih kepada sampel kemasan yang umumnya banyak
dikonsumsi masyarakat.

4.

Peneliti selanjutnya hendaknya lebih teliti dalam pemipetan, terutama saat
menggunakan pipet mikro.

5.

Peneliti selanjutnya disarankan untuk menguji formaldehida dengan
menggunakan spektrofotometri UV.

6.

Peneliti selanjutnya hendaknya lebih memperbanyak variasi optimisasi
untuk pengukuran formaldehida.

7.

Peneliti selanjutnya hendaknya lebih memvariasikan konsentrasi larutan
standardnya.

34

DAFTAR PUSTAKA
Albert, K.J., Lewis, N.S., Schauer, C.L., Sotzing, G.a., Stitzel, S.E., Vaid, T.P.,
and Walt. D.R., (2000), Cross-reactive chemical sensor arrays, Chemical
Reviews 100: 2595-2626.
Broto, L., (2006), Formalin Bukan Formalitas, Harian Kompas, 5 Januari 2006.
Cosnier, S., (1999), Biomolecule immobilization on electrode surfaces by
entrapment or attachment to electrochemically polymerized films. A
review, Biosensors & Bioelectronics 14: 443-456.
Davletshina, T.A., Shul'gina, L.V., Lazhentseva, L.Y., Blinov, Y.G., and Pivneko,
T.N., (2003), Inhibitory effect of an antimicobial preparation from lipids
of marine fishes on tissue and microbial enzyms, Applied Biohemistry and
Microbiology, 39(6): 595-598.
Day, R. A., and A. L. Underwood., (1981), Analisa Kuantitatif Edisi Keempat,
Erlangga, Jakarta.
Ditjen POM., (1995), Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Eigenmann, P.A., and Haenggeli, C.A., (2007), Food colourings, preservatives,
and hyperactivity, The Lancet 370: 1524-1525.
Emr, SA., and Yacynyh, A.M., (1995), Use of polymer film in amperometric
biosensors, Electroanalysis 7: 913-923.
Forcato, D.O., Carmine, M.P., Echeverria, G.E., Pecore, R.P., and Kivatinitz,
S.C., (2005), Milk fat content measurement by a simple UV
spectrophotometric method : an alternative screening method, Journal of
Dairy Science 88(2): 478-481.

35

Giatrakou, V., Ntzmani, A., and Savvaidis, I.N., (2010), Combined chitosanthyme treatments with modified atmosphere packaging on a ready-to-cook
poultry product, Journal of Food Protection, 73(4): 663-669.
Giesova, M., Chumchalova, J., and Plockova, M., (2004), Effect of food
preservatives on the inhibitory activity of acidocin CH5 and bacteriocin
D10, Eur Food Res Technol 218: 194-197.
Harvey, O.R., Herbert, B.E., Harris, J.P., Stiffler, E.A., and Crenwelge, J.A.,
(2009), A new spectrophotometric method for rapid semiquantitative
determination of soil organic carbon, SSSAJ: 73(3): 822-830.
Heck, Casanova S., P. B. Dodd, E. N. Schachter, T. J. Witek., and T. Tosun.,
(1985), Formaldehyde concentration in the blood of human and fischer344 rats exposed to CH2O under controlled conditions. J. Am. Ind. Hyg.
Assoc 46: 1-3.
Herlich, K., (1990), Official Methods Of Analysis, 15th edition, AOAC Inc,
Virginia.
International Agency for Research on Cancer (IARC)., (1982), Some Industrials
Chemicals and Drystuffs. IARC Monograph.
Khopkar, S. M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Marquie, C., A. M. Tessier., C. Aymard., and S. Guilbert., (1997), HPLC
determination of the reactive lysine content of rotton seed protein films to
monitor the extent of cross-linking by formaldehyde, glutaraldehyde, and
glyoxal. J. Agric. Food Chem. 45: 922-926.
Mittal, K., Kaushal, R., Mashru, R., and Thakkar, A., (2010), Estimation of the
galanthamine using derivative spectrophotometry in bulk drug and
formulation, J. Biomedical Science and Engineering. 3: 439-441.

36

Pfendt, L.B., VukaDinovic, V.L., Blagojevic, N.Z., and Radojevic, M.P., (2003),
Second order derivative spectrophotometric method for determination of
vitamin c content in fruits, vegetables, and fruit juices, Eur Food Res
Technol. 217: 269-272.
Rachmawati, E., (2006), Waspadai Jajanan Anak di Sekolah, Makan Sehat Hidup
Sehat. Harian Kompas. 19 Juli 2005.
Rendina, G., (1976), Experimental Methods in Modern Biochemistry, W.B.
Saunders Company, Philadelphia.
Saparinto, C., and Hidayati, D., (2006), Bahan Tambahan Pangan, Penerbit
Kansisnus, Yogyakarta.
Situmorang, M., Hibbert, D.B., Gooding, J.J., and Barnett, D., (1999), A sulfite
biosensor fabricated using electrodeposited polytiramine: aplication to
wine analysis, Analyst 124: 1775-1779.
Situmorang, M., Gooding, J.J., and Hibbert, D.B., (1999), Immobilisation of
enzyme throughout a polytiramine matrix: a versatile

procedure for

fabricating biosensors, Analytica Chimica Acta 394: 211-223.
Situmorang, M., Hibbert, D.B., and Gooding, J.J., (2000), An experimental
design study of interferences of clinical relevance of a polytiramine
immobilized-enzyme biosensor, Electroanalysis 12: 111-119.
Situmorang, M., (2010), Kimia Analitik Lanjut dan Instrumentasi. Penerbit
FMIPA UNIMED, Medan.
Skoog, D. A., and Leary, J. J., (1992), Principles of Instrumnetal Analysis, 4th ed.,
Saundres College Publishers, New York.
Suharta., (2005), Kimia Instrumentasi, Jurusan Kimia FMIPA UNIMED, Medan.

37

Suchy, J., Lukow, O.M., Brown, D., DePauw, R., Fox, S., and Humphreys, G.,
(2007), Rapid assessment of glutenin and gliadin in wheat by uv
spectrophotometer, Crop Science. 47(1): 91-99.
Varma, R.J., and Gaikwad, B.G., (2008), Spectrophotometric method for
estimation of aliphatic primary amines in biological samples, World J
Microbiol Biotechnol. 24: 573-576.
Velasco-Garcia, M.N., and Mottram, T., (2003), Biosensors technology
addressing agricultural problems. Automation and Emerging Technologies.
84 (1) : 1 – 12.
Vo-Dingh, T., and Cullum, B., (2000), Biosensor and biochips: advances in
biological and medical diagnostics, Fresenius Journal of Analytical
Chemistry 366: 540-551.
Winarno, F. G., and T. S. Rahayu., (1994), Bahan Tambahan Untuk Makanan dan
Kontaminan. Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
World Health Organization (WHO)., (2002), Formaldehyde. Concise International
Chemical Assessment Document 40. Geneva.
Yao, T., and Takashima, K., (1998), Amperometric biosensor ith a composite
membrane sol-gel derived enzyme film and electrochemical generated
poly(1,2-diaminobenzene) film, Biosensors & Bioelectronics 13: 67-73.
Yuliarti, N., (2007), Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Penerbit Andi,
Yogyakarta.