PENGEMBANGAN SENSOR OPTIK KIMIA UNTUK PENENTUAN FORMALDEHIDA DI DALAM MAKANAN.

(1)

PENGEMBANGAN FORMAL

Diajukan

FAKULTAS MA

AN SENSOR OPTIK KIMIA UNTUK P FORMALDEHIDA DI DALAM MAKANAN

Oleh :

Herna Julin Simanjuntak NIM 408231028 Program Studi Kimia

SKRIPSI

an Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Ge Sarjana Sain

JURUSAN KIMIA

MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2012

UK PENENTUAN ANAN

Gelar


(2)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga penelitian skripsi ini dapat diselasaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Skripsi ini berjudul, “Pengembangan Sensor Optik Kimia Untuk Penentuan Formaldehida di Dalam Makanan” yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, mulai dari pengajuan proposal penelitian, pelaksanaan sampai penyusunan skripsi antara lain Bapak Drs. Marudut Sinaga, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi serta kepada Bapak Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc, Ph.D, Bapak Drs. Jamalum Purba, M.Si, Ibu Dra. Ani Sutiani, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan. Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak Drs. P. Maulim Silitonga, MS selaku dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh Bapak/Ibu dosen tenaga pengajar dan staff pengawai di Jurusan Kimia FMIPA UNIMED. Teristimewa saya sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orangtua saya, Ibunda tercinta (A. Sembiring) dan ayahanda tercinta (A. Simanjuntak). Untuk kakak (Christina Simanjuntak dan Elisabeth Simanjuntak) serta adek terbaikku sekaligus sahabatku Mezbah Simanjuntak, yang selalu memberi dukungan doa, nasehat dan motivasi dari awal kuliah sampai menyelesaikan studi di UNIMED. Buat teman-teman seperjuangan Ribka Tiwa Naibaho, Betharia S Kalit, Zainiati, Eko Ahmad Samosir, serta teman-teman lainnya khususnya jurusan kimia NK’08 atas segala doa, saran, masukan dan dukungannya saya sampaikan banyak terima kasih.


(3)

Penulis telah be tetapi sebagai manusi masih banyak kekuran sangat mengharapka penyempurnaan skripsi bermanfaat bagi pe menambah wawasan b

h berupaya semaksimal mungkin dalam penyusuna nusia yang tak luput dari kesalahan, penulis m kurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. U pkan saran dan kritik yang bersifat mem skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga

pengembangan Ilmu Pengetahuan dan T n bagi pembaca.

Medan, Agust

Herna Julin Si NIM 408231028

v

yusunan skripsi ini s menyadari bahwa . Untuk itu Penulis embangun guna oga penelitian ini Teknologi serta

ustus 2012

n Simanjuntak M 408231028


(4)

iii

PENGEMBANGAN SENSOR OPTIK KIMIA UNTUK PENENTUAN FORMALDEHIDA DI DALAM MAKANAN

Herna Julin Simanjuntak (NIM 408231028)

ABSTRAK

Kelebihan yang dimiliki formaldehida sebagai pengawet spesimen hayati adalah merupakan senyawa antimikroba yang efektif dalam membunuh bakteri, jamur, bahkan virus sekalipun. Penggunaan formaldehida dimaksudkan untuk memperpanjang umur simpan, namun kelebihan formaldehida ini disalahgunakan, ketika formaldehida digunakan sebagai pengawet untuk makanan yang dapat menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan, formaldehida berkombinasi dengan asam amino bebas dari protein pada protoplasma sel, merusak nukleus, dan mengkoagulasi protein yang bersifat toksis, sehingga menurut peraturan pemerintah kesehatan (MenKes) nomor 1168/MenKes/PER/X/1999, formaldehida merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan membuat suatu instrumen analisis yang memiliki daya analisis sensitif dan selektif, hasil analisis akurat, dan prosedur analisis yang sederhana. Prinsip analisisnya adalah berdasarkan reaksi yang terjadi karena kondensasi formaldehida dengan sistem aromatik dari asam kromatropat, membentuk senyawa berwarna violet (3,4,5,6-dibenzoxanthylium). Pewarnaan disebabkan terbentuknya ion karbenium-oksonium yang stabil karena mesomeri. Untuk dapat melakukan analisis dengan akurat dengan menggunakan spektrofotometri maka dilakukan berbagai prosedur optimasi yang mempengaruhi reaksi pembentukan kompleks formaldehida. Optimasi yang dilakukan adalah penentuan panjang gelombang maksimum, penentuan waktu kerja formaldehida, penentuan linearitas formaldehida, penentuan pengaruh buffer pH, dan pengaruh zat-zat penggangu dalam analisis. Kondisi percobaan yang optimum adalah pada larutan buffer pH 3, panjang gelombang maksimum 563,58 nm, waktu kerja formaldehida selama 15 menit, dan dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi linear y = 0,1170 x + 0,0912, dengan R2 = 0,0954. Zat-zat penggangu memberikan pengaruh terhadap pengukuran formaldehida dalam analisis berupa pergeseran panjang gelombang dan absorbansi, dan asam askorbat memberikan pengaruh lebih besar dalam analisis yakni memberikan serapan absorbansi sebesar 0,12 pada panjang gelombang maksimum 280,09 nm. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa seluruh sampel makanan yang dianalisis menggandung formaldehida dengan kadar yang berbeda-beda, kadar formaldehida tertinggi terdapat pada ikan asin kepala batu yaitu berada pada 74.74 ppm sementara yang terendah yaitu pada tahu medan Sentosa sebesar 0.08 ppm. Metode Spetrofotometri sensitif dan akurat dalam pengukuran kadar formaldehida dengan linearitas pengukuran 0,2–10 mg/L formaldehida.


(5)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Batasan Masalah 3

1.3.Rumusan Masalah 3

1.4.Tujuan Penelitian 4

1.5.Manfaat Penelitian 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1.Bahan Pengawet Makanan dan Minuman 5

2.2.Formaldehida 7

2.2.1.Kegunaan Formaldehida 9

2.2.2.Pengawetan dengan Formaldehida 10 2.2.3.Penyalahgunaan Formaldehida 11 2.2.4.Bahaya Penggunaan Formaldehida 12 2.2.5.Formaldehida dengan Asam Kromatropat 14 2.3.Sensor Kimia dan Perkembangannya 15 2.4.Analisis Menggunakan Sensor Kimia 18

2.5.Metode Spektrofotometri 19


(6)

vii

2.6.Ikan Asin 23

2.7.Tahu 23

BAB III METODE PENELITIAN 24

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian 24

3.2.Alat dan Bahan 24

3.3.Prosedur Penelitian 24

3.3.1.Pembuatan Larutan 24

3.3.2.Preparasi Sampel 26

3.3.3.Pengembangan Sensor Optik Kimia sebagai Instrumen Analisis untuk Menguji Kadar Pengawet Formaldehida

dalam Ikan Asin dan Tahu 26

3.3.4.Metode Spektrofotometri untuk Penentuan Kadar

Formaldehida di dalam Ikan Asin dan Tahu 27 3.3.4.1.Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Formaldehida Baku 27

3.3.4.2.Penentuan Linearitas Formaldehida 28 3.3.4.3.Penentuan pH Optimum Reaksi 28 3.3.4.4.Penentuan Waktu Kerja Formaldehida Baku 28 3.3.4.5.Penentuan Kurva Kalibrasi Formaldehida Baku 29 3.3.4.6.Pengaruh Senyawa Penggangu 29 3.3.5.Aplikasi Spektrofotometri untuk Penentuan Kadar

Formaldehida pada Ikan Asin dan Tahu 29

3.3.6. Analisis Data 30

3.4.Bagan Alir Penelitian 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 32

4.1.Gambaran Umum Penelitian 32

4.2.Preparasi Sampel 33

4.3.Pengukuran dengan Metode Spektrofotometri 33 4.3.1.Penentuan Panjang Gelombang Maksimum 33 4.3.2. Penentuan Linearitas Formaldehida Baku 34


(7)

viii

4.3.3.Penentuan pH Larutan Buffer 35 4.3.4.Waktu Kerja Optimum Reaksi 37

4.3.5.Penentuan Kurva Kalibrasi 38

4.3.6.Pengaruh Zat Penganggu 39

4.3.7.Penentuan Kadar Formaldehida dalam Sampel 40

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 43

5.1.Kesimpulan 43

5.2.Saran 43


(8)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Beberapa senyawa pengawet makanan dan minuman

serta pengaruhnya terhadap kesehatan manusia 6 Tabel 2.2. Karakteristik Fisika Kimia Formaldehida 7 Tabel 2.3. Daftar panjang gelombang dan warna komplementer 22 Tabel 4.1. Pengaruh zat penggangu terhadap pergeseran panjang

gelombang dan absorbansi 40


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Bentuk hasil ikatan silang antara formaldehida

dengan asam amino lisin dari protein 11 Gambar 2.2. Reaksi asam kromatropat dengan formaldehida 14 Gambar 2.3. Skema spektrofotometer 20 Gambar 3.1. Rancang bangun sensor kimia tunggal dalam sistem

statis yang terdiri atas : analit, senyawa kimia aktif, transduser terdiri atas komponen elektronik, amplifikasi

signal, dan signal prossesor pada mikrokomputer 27 Gambar 3.2. Diagram preparasi sampel 31 Gambar 4.1. Sampel yang telah dipreparasi 33 Gambar 4.2. Kurva penentuan panjang gelombang maksimum

formaldehida untuk analisis (ppm) formaldehida secara spektrofotometri uv-vis setelah perlakuan dengan

asam kromatrofat 34

Gambar 4.3. Kurva linearitas larutan standar formaldehida 35 Gambar 4.4. Panjang gelombang maksimum formaldehida

pada pH 3 untuk analisis (ppm) formaldehida secara spektrofotometri uv-vis setelah perlakuan dengan

asam kromatrofat 36

Gambar 4.5. Pengaruh pH pada panjang gelombang maksimum masing-masing pH terhadap absorbansi larutan pada masing-masing konsentrasi untuk analisis (ppm) formaldehida secara spektrofotometri uv-vis setelah

perlakuan dengan asam kromatrofat 36 Gambar 4.6. Waktu kerja optimum dengan menggunakan larutan baku

formaldehida 4 ppm 37


(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Metabolisme formaldehida dalam tubuh manusia 48 Lampiran 2. Data hasil pengkuran pengaruh pelarut 48 Lampiran 3. Data hasil pengukuran waktu kerja optimum 49 Lampiran 4. Data hasil pengukuran larutan standar formaldehida

dengan variasi pH dan panjang gelombang maksimumnya 49 Lampiran 5. Data kurva kalibrasi hasil penguuran larutan standar

Formaldehida 50

Lampiran 6. Data pengukuran absorbansi sampel ikan asin dan tahu 50 Lampiran 7. Perhitungan kadar formaldehida pada ikan asin dan tahu 51 Lampiran 8. Dokumentasi penelitian 52


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggunaan senyawa pengawet di dalam makanan sering sekali tidak dapat dihindari karena berbagai alasan seperti menjaga kesegaran makanan, menghambat pertumbuhan organisme, memelihara warna bahan makanan, dan untuk menjaga kualitas makanan dalam penyimpanan dalam jangka waktu tertentu (Giesova, dkk., 2004). Penggunaan bahan pengawet alami sudah menjadi pilihan yang banyak dilakukan saat ini dengan alasan, untuk keamanan kesehatan dan keamanan lingkungan (Damalas, 2011). Akan tetapi, penggunaan senyawa anorganik dan organik juga ada yang dipergunakan sebagai bahan pengawet, dan umumnya sudah diberikan batas aman (toleransi) bagi keberadaan senyawa tersebut sebagai pengawet makanan dan minuman (Vadas, 2003).

Permasalahan yang dihadapi adalah seringnya ditemukan bahan pengawet yang dimasukkan dan ditambahkan ke dalam makanan bukan sebagai bahan pengawet yang aman sehingga sangat berpotensi terhadap timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh toksisitas senyawa pengawet tersebut terhadap kesehatan (Eigenmann, dkk., 2007). Salah satu bahan pengawet yang tidak diperbolehkan ditambahkan ke dalam makanan, namun masih dipergunakan secara ilegal adalah bahan pengawet yang berasal dari golongan aldehida yaitu formaldehida.

Formaldehida dalam air dengan kadar 30-40% mempunyai nama dagang Formalin. Formaldehida bukan bahan pengawet makanan, tetapi merupakan pengawet untuk spesimen hayati. Pada pengawet spesimen hayati, formaldehida bergabung dengan protein dan jaringan sehingga membuatnya keras dan tidak larut dalam air. Keadaan ini yang mencegah pembusukan spesimen hayati, dimana konsumsi terhadap pengawet ini baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang mengakibatkan berbagai penyakit (Achmadi, 1992). American Conference of Govermental and Industrial Hygienists (ACGIH) menetapkan


(12)

2

ambang batas (Threshould Limit Value/TLV) untuk formaldehida adalah 0.4 ppm. Sementara National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) merekomendasikan paparan limit untuk para pekerja adalah 0,016 ppm selama periode 8 jam, sedangkan untuk 15 menit 0,1 ppm. Dalam International Programme on Chemical Safety (IPCS) disebutkan bahwa batas toleransi formaldehida yang dapat diterima tubuh dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang diperbolehkan adalah 0,2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari. NIOSH juga menyatakan formaldehida berbahaya bagi kesehatan pada kadar 20 ppm (Saraswati, dkk., 2009). Menurut SNI 19-0232-2005 ambang batas formaldehida di udara bagi pekerja adalah 0,37 ppm. Permasalahan lain penggunaan pengawet adalah keberadaan senyawa pengawet tersebut dapat ditambahkan melebihi batas aman disebabkan oleh ketidaktahuan produsen, terutama produsen tradisional yang sangat banyak menjadi konsumsi masyarakat di Indonesia. Untuk mengetahui keberadaan bahan pengawet tersebut didalam makanan secara pasti, baik secara kualitatif maupun kuantitatif maka diperlukan instrumen analisis untuk penentuan kadar bahan pengawet yang terdapat di dalam makanan.

Seiring dengan permasalahan tersebut maka kebutuhan akan analisis yang sensitif, akurat dan cepat untuk kontrol kualitas makanan dan minuman sangat mendesak karena keberadaan senyawa bahan pengawet di dalam makanan secara berlebihan dapat mengakibatkan berbagai jenis penyakit (Vadas, 2003, Mahajan, dkk., 2010). Metode analisis yang dipergunakan untuk menentukan bahan pengawet diantaranya metode kolorimetri dan metode spektrofotometri (Voravuthikunchai, dkk., 2010). Teknik analisis secara spektrofotometri kurang sensitif karena sulit memilih senyawa kimia pengabsorbsi yang tepat, zat kimia pengabsorbsi kebanyakan karsinogenik, kurang selektif karena memberi respon terhadap senyawa berwarna, lambat dan menggunakan zat-zat kimia mahal. Teknik analisis secara kromatografi sangat sensitif, akan tetapi waktu analisis cukup lama, membutuhkan instrumen mahal, biaya analisis tinggi, harus dikerjakan oleh orang yang sangat terampil, dan biaya perawatan atau (Running


(13)

3

Cost) instrumen mahal. Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka dibutuhkan instrumen analisis dengan menggunakan sensor kimia, karena sensor kimia memiliki daya analisis sangat sensitif dan selektif, hasil analisis akurat, prosedur analisis sederhana karena penentuan umumnya dilakukan tanpa perlakuan sampel, dan dengan biaya analisis yang relatif rendah. Hal inilah yang mendorong peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan Pengembangan Sensor Optik Kimia Untuk Penentuan Formaldehida Di Dalam Makanan.

1.2. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan pengembangan metode analisis sensor kimia dengan deteksi spektrofotometri sebagai instrument analisis menjadi instrument standar untuk menguji kadar pengawet formaldehida dalam makanan. 1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mengembangkan metode analisis sebagai instrument analisis menjadi metode standar yang sensitif, akurat, sederhana dan cepat untuk penentuan formaldehida pada makanan?.

2. Bagaimana membuat rancang bangun sensor kimia sebagai instrument analisis yang sensitif, selektif, akurat, cepat, dan stabil terhadap penentuan formaldehida pada makanan?.

3. Bagaimana melakukan immobilisasi senyawa kimia aktif pada permukaan membran transparan agar menjadi transduser sensor yang selektif dan sensitif terhadap penentuan formaldehida pada makanan?.

4. Bagaimana cara optimisasi dan penentuan kadar formaldehida pada makanan secara sensor kimia dengan metode spektrofotometri?.


(14)

4

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan metode analisis sensor kimia sebagai instrument analisis menjadi metode standar yang sensitif, akurat, sederhana dan cepat untuk penentuan formaldehida pada makanan.

2. Membuat rancang bangun sensor kimia sebagai instrument analisis yang sensitif, selektif, akurat, cepat, dan stabil terhadap penentuan formaldehida pada makanan.

3. Melakukan immobilisasi senyawa kimia aktif pada permukaan membran transparan agar menjadi transduser sensor yang selektif dan sensitif terhadap penentuan formaldehida pada sampel makanan dan bebas dari pengaruh senyawa penggangu (interference).

4. Mengetahui cara optimisasi dan penentuan kadar formaldehida pada makanan secara sensor kimia dengan metode spektrofotometri.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan instrumen analisis sensor kimia yang sensitif, selektif, akurat, sederhana, dan cepat untuk penentuan formaldehida pada makanan. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kandungan formaldehida dalam makanan sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk memilih makanan yang baik dan layak untuk dikonsumsi.

3. Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya dalam menganalisis kadar formaldehida dalam makanan menggunakan metode sensor kimia dengan deteksi spektrofotometri.


(15)

43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Optimisasi serta penentuan kadar formaldehida dalam sampel makanan dilakukan dengan metode spektrofotometri untuk penentuan formaldehida dalam sampel ikan asin dan tahu diperoleh kondisi optimum yaitu waktu kerja optimum 15 menit, pH larutan buffer optimum adalah pH 3, panjang gelombang maksimum 563,58 nm, serta kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi linier y = 0,1170 x + 0,0912, dengan harga R2 = 0,9954. Sampel makanan yang memiliki kadar formaldehida tertinggi adalah ikan asin kepala batu yaitu berada pada 74,74 ppm sementara kandungan formaldehida terendah yaitu pada Tahu Medan Sentosa berada pada 0.08 ppm.

2. Dari hasil pengukuran terhadap zat-zat pengganggu, semua zat pengganggu memberikan pengaruh terhadap pengukuran formaldehida dalam analisis berupa pergeseran panjang gelombang dan absorbansinya. Asam askorbat (vitamin C) memberikan pengaruh paling besar dalam analisis yakni 0,12 A pada panjang gelombang maksium 280,09 nm

3. Penentuan formaldehida secara sensor kimia dengan metode spektrofotometri sangat sensitif dan akurat dengan linieritas pengukuran (0,2-10 ppm) formaldehida.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian ini diajukan saran sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan penggunaan potensiometri untuk penentuan formaldehida dalam makanan.

2. Perlu dilakukan penentuan formaldehida pada berbagai jenis ikan asin dan tahu lainnya.


(16)

44

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, S.A dan Atkinson, S.a, (2003), Calcium, magnesium, phosporus and vitamin D fortification of comlementary foods, The Journal of Nutrition 133 (9): S2994-S2999.

Achmadi, S., (1983). Kimia Organik, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Achmadi, S., (1992), Pengantar Kimia Organik dan Hayati, Penerbit ITB, Bandung.

Albert, K.J.; Lewis, N.S.; Schauer, C.L.; Sotzing, G.a.; Stitzel, S.E.; Vaid, T.P. and Walt. D.R., (2000), Cross-reactive chemical sensor arrays, Chemical Reviews 100: 2595-2626.

Bevilacqua, A., Corbo, M.R., dan Sinigaglia, M., (2010), In Vitro Evaluation of the Antimicrobial Activity of Eugenol, Limonene, and Citrus Extract against Bacteria and Yeasts, Representative of the Spoiling Microflora of Fruit Juices, Journal of Food Protection, 73(5): 888-894.

Bardana E. J., Jr. and A. Montaro., (1991), Formaldehyde: an analysis of its respiratory, cotaneous, and immunological effect, Marcel Dekkers, Inc., New York.

Branen, A. L. and P. M. Davidson., (1983), Antimicrobials in food, Marcel Dekkers, Inc., New York.

Broto, L., (2006), Formalin Bukan Formalitas, Harian Kompas, 5 Januari 2006. Cahyadi, W., (2006), Kajian dan Analilis Bahan Tambahan Pangan. Edisi

Pertama. Bumi Aksara, Jakarta.

Cosnier, S., (1999), Biomolecule immobilization on electrode surfaces by entrapment or attachment to electrochemically polymerized films. A review, Biosensors & Bioelectronics 14: 443-456.

Damalas, C.A., (2011), Potential uses of turmeric (Curcuma longa) products as alternative means of pest management in crop production, Plant Osmich Journal 4(3): 136-141.

Davletshina, T.A., Shul'gina, L.V., Lazhentseva, L.Y., Blinov, Y.G. dan Pivneko, T.N., (2003), Inhibitory Effect of an Antimicobial Preparation from Lipids of Marine Fishes onn Tissue and Microbial Enzyms, Applied Biohemistry and Microbiology, 39(6): 595-598.

Day, R. A dan A. L. Underwood., (1981), Analisa Kuantitatif Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta..

Eigenmann, P.A., dan Haenggeli, C.A., (2007), Food colourings, preservatives, and hyperactivity, The Lancet 370: 1524-1525.


(17)

45

Emr, SA. And Yacynyh, A.M., (1995), Use of polymer film in amperometric biosensors, Electroanalysis 7: 913-923.

Endrikat, S., Gallagher, G., Pouillot, R.G., Quesenberry, H.H., Labarre, D., Schroeder, C,M,. Dan Kause, J., (2010), A Comparative Risk Assessment for Listeria monocytogenes in Prepackaged versus Retail-Sliced Deli Meat, Journal of Food Protetion, 73(4): 612-619.

Frazier, W. C. dan D. C. Westhoff., (1988), Food Microbiology 4th Edition, Mc Graw Hill, Inc., USA.

Giatrakou, V., Ntzmani, A., dan Savvaidis, I.N., (2010), Combined Chitosan-Thyme Treatments with Modified Atmosphere Packaging on a Ready-to-cook Poultry Product, Journal of Food Protection, 73(4): 663-669.

Giesova, M., Chumchalova, J., dan Plockova, M., (2004), Effect of food preservatives on the inhibitory activity of acidocin CH5 and bacteriocin D10, Eur Food Res Technol 218: 194-197.

Hall, E.A.H., (1991), Biosensor, Prentice Hall. Englewood Cliffs, New Jersey. Heck, Casanova S., P. B. Dodd, E. N. Schachter, T. J. Witek and T. Tosun.,

(1985), Formaldehyde concentration in the blood of human and fischer-344 rats exposed to CH2O under controlled conditions. J. Am. Ind. Hyg. Assoc 46: 1-3.

International Agency for Research on Cancer (IARC), (1982), Some Industrials Chemicals and Drystuffs. IARC Monograph.

Khopkar, S. M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Mahajan, B.V.C., Singh, K. Dan Dhillon, W.S., (2010), Effect of 1-methylcyclopropene (1-MPC) on Storage life and quality of pear fruits, J Food Sci Technol 47(3): 351-354.

Marquie, C., A. M. Tessier, C. Aymard, and S. Guilbert., (1997), HPLC Determination of The Reactive Lysine Content of Rotton Seed Protein Films to Monitor The Extent of Cross-Linking by Formaldehyde, Glutaraldehyde, and Glyoxal. J. Agric. Food Chem. 45: 922-926.

Owen, B. A., C. S. Dudney, E. L. Tan, and C. E. Easterly., (1990), Formaldehyde In Drinking Water. Regul. Toxicol. Pharmacol. J. Am. Ind. Hyg. Assoc 11: 220-236.

Rachmawati, E, (2006), Waspadai Jajanan Anak di Sekolah, Makan Sehat Hidup Sehat. Harian Kompas. 19 Juli 2005.

Rodríguez-Martin, A., Acosta, R., Liddell, S., Núňez, F., Benito, M.J., dan

Asensio, M.A., (2010), Characterization of the novel antifungal chitosanase pgChP and the encoding gene from Penicillium chrysogenm, Appl Microbiol Biotechnol 88: 519-528.


(18)

46

Saparinto, C. & Hidayati, D., (2006), Bahan Tambahan Pangan, Penerbit Kansisnus, Yogyakarta.

Saraswati T.R., Indraswari. E., Nurani., (2009), Pengaruh Formalin, Diazepam dan Minuman Beralkohol terhadap Konsumsi Pakan, Minum dan Bobot Tubuh. Jurnal Sains dan Mat. 17(3). 141-144.

Situmorang, M.; Gooding, J.J. dan Hibbert, D.B., (1999), Immobilisation of enzyme throughout a polytiramine matrix: a versatile procedure for fabricating biosensors, Analytica Chimica Acta 394: 211-223.

Situmorang, M.; Hibbert, D.B. dan Gooding, J.J., (2000), An experimental design study of interferences of clinical relevance of a polytiramine immobilized-enzyme biosensor, Electroanalysis 12: 111-119.

Situmorang, M.; Hibbert, D.B.; Gooding, J.J. dan Barnett, D., (1999), A sulfite biosensor fabricated using electrodeposited polytiramine: aplication to wine analysis, Analyst 124: 1775-1779.

Situmorang, M.; Lee, M.T.B.; Witzeman, K.,; dan Heinemen, W.R., (1998), Liquid chromatography with electrochemical detection (LC-EC): An experiment using 4-Aminophenol, Journal of Chemical Education 75: 1035-1038.

Situmorang, M.; Purba, J.; Nurwahyuni, I., dan Sinaga, M., (2003), Pembuatan Membran Elektroda Ion Selektif Melalui Sintesa Ionofor Azacrown, Jurnal Penelitian Saintika 3(2): 100-108.

Skoog, D. A. And Leary, J. J., (1992), Principles of Instrumnetal Analysis, 4th ed., Saundres College Publishers, New York.

Sørensen, H.P., Madsen, L.S., Petersen, J., Andersen, T.P., Hansen, A.M., dan Beck, H.C., (2010), Oat (Avena Sativa) Seed Extract as an Antifungal Food Preservative Through the Catalytic Activity of a Highl Abundant Class I Chitinase, Appl Biochem Biotechnol 160: 1573-1584.

Suharta., (2005), Kimia Instrumentasi, Jurusan Kimia FMIPA Unimed, Medan. Vadas, P., (2003), Food allergens and anaphylaxis, Canadian Journal of Dietetic

Practice and Research 64(2): 1-5.

Voravuthikunchai, S.P., Dolah, S., dan Charernjiratraku, W., (2010), Control of Bacillus cereus in Foods by Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) Hassk. Leaf Extract and Its Purified Compound, Journal of Foods Protection, 73(10): 907-1912.

Vo-Dingh, T. Dan Cullum, B., (2000), Biosensor and biochips: advances in biological and medical diagnostics, Fresenius Journal of Analytical Chemistry 366: 540-551.

Winarno, F. G. dan T. S. Rahayu., (1994), Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan. Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.


(19)

47

World Health Organization (WHO), (2002), Formaldehyde. Concise International Chemical Assessment Document 40. Geneva.

Yao, T dan Takashima, K., (1998), Amperometric biosensor ith a composite membrane sol-gel derived enzyme film and electrochemical generated poly(1,2-diaminobenzene) film, Biosensors & Bioelectronics 13: 67-73. Yuliarti, N., (2007), Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Penerbit Andi,


(1)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan metode analisis sensor kimia sebagai instrument analisis menjadi metode standar yang sensitif, akurat, sederhana dan cepat untuk penentuan formaldehida pada makanan.

2. Membuat rancang bangun sensor kimia sebagai instrument analisis yang sensitif, selektif, akurat, cepat, dan stabil terhadap penentuan formaldehida pada makanan.

3. Melakukan immobilisasi senyawa kimia aktif pada permukaan membran transparan agar menjadi transduser sensor yang selektif dan sensitif terhadap penentuan formaldehida pada sampel makanan dan bebas dari pengaruh senyawa penggangu (interference).

4. Mengetahui cara optimisasi dan penentuan kadar formaldehida pada makanan secara sensor kimia dengan metode spektrofotometri.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan instrumen analisis sensor kimia yang sensitif, selektif, akurat, sederhana, dan cepat untuk penentuan formaldehida pada makanan. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kandungan formaldehida dalam makanan sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk memilih makanan yang baik dan layak untuk dikonsumsi.

3. Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya dalam menganalisis kadar formaldehida dalam makanan menggunakan metode sensor kimia dengan deteksi spektrofotometri.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Optimisasi serta penentuan kadar formaldehida dalam sampel makanan dilakukan dengan metode spektrofotometri untuk penentuan formaldehida dalam sampel ikan asin dan tahu diperoleh kondisi optimum yaitu waktu kerja optimum 15 menit, pH larutan buffer optimum adalah pH 3, panjang gelombang maksimum 563,58 nm, serta kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi linier y = 0,1170 x + 0,0912, dengan harga R2 = 0,9954. Sampel makanan yang memiliki kadar formaldehida tertinggi adalah ikan asin kepala batu yaitu berada pada 74,74 ppm sementara kandungan formaldehida terendah yaitu pada Tahu Medan Sentosa berada pada 0.08 ppm.

2. Dari hasil pengukuran terhadap zat-zat pengganggu, semua zat pengganggu memberikan pengaruh terhadap pengukuran formaldehida dalam analisis berupa pergeseran panjang gelombang dan absorbansinya. Asam askorbat (vitamin C) memberikan pengaruh paling besar dalam analisis yakni 0,12 A pada panjang gelombang maksium 280,09 nm

3. Penentuan formaldehida secara sensor kimia dengan metode spektrofotometri sangat sensitif dan akurat dengan linieritas pengukuran (0,2-10 ppm) formaldehida.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian ini diajukan saran sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan penggunaan potensiometri untuk penentuan formaldehida dalam makanan.

2. Perlu dilakukan penentuan formaldehida pada berbagai jenis ikan asin dan tahu lainnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, S.A dan Atkinson, S.a, (2003), Calcium, magnesium, phosporus and vitamin D fortification of comlementary foods, The Journal of Nutrition 133 (9): S2994-S2999.

Achmadi, S., (1983). Kimia Organik, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Achmadi, S., (1992), Pengantar Kimia Organik dan Hayati, Penerbit ITB, Bandung.

Albert, K.J.; Lewis, N.S.; Schauer, C.L.; Sotzing, G.a.; Stitzel, S.E.; Vaid, T.P. and Walt. D.R., (2000), Cross-reactive chemical sensor arrays, Chemical Reviews 100: 2595-2626.

Bevilacqua, A., Corbo, M.R., dan Sinigaglia, M., (2010), In Vitro Evaluation of the Antimicrobial Activity of Eugenol, Limonene, and Citrus Extract against Bacteria and Yeasts, Representative of the Spoiling Microflora of Fruit Juices, Journal of Food Protection, 73(5): 888-894.

Bardana E. J., Jr. and A. Montaro., (1991), Formaldehyde: an analysis of its respiratory, cotaneous, and immunological effect, Marcel Dekkers, Inc., New York.

Branen, A. L. and P. M. Davidson., (1983), Antimicrobials in food, Marcel Dekkers, Inc., New York.

Broto, L., (2006), Formalin Bukan Formalitas, Harian Kompas, 5 Januari 2006. Cahyadi, W., (2006), Kajian dan Analilis Bahan Tambahan Pangan. Edisi

Pertama. Bumi Aksara, Jakarta.

Cosnier, S., (1999), Biomolecule immobilization on electrode surfaces by entrapment or attachment to electrochemically polymerized films. A review, Biosensors & Bioelectronics 14: 443-456.

Damalas, C.A., (2011), Potential uses of turmeric (Curcuma longa) products as alternative means of pest management in crop production, Plant Osmich Journal 4(3): 136-141.

Davletshina, T.A., Shul'gina, L.V., Lazhentseva, L.Y., Blinov, Y.G. dan Pivneko, T.N., (2003), Inhibitory Effect of an Antimicobial Preparation from Lipids of Marine Fishes onn Tissue and Microbial Enzyms, Applied Biohemistry and Microbiology, 39(6): 595-598.

Day, R. A dan A. L. Underwood., (1981), Analisa Kuantitatif Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta..

Eigenmann, P.A., dan Haenggeli, C.A., (2007), Food colourings, preservatives, and hyperactivity, The Lancet 370: 1524-1525.


(4)

Emr, SA. And Yacynyh, A.M., (1995), Use of polymer film in amperometric biosensors, Electroanalysis 7: 913-923.

Endrikat, S., Gallagher, G., Pouillot, R.G., Quesenberry, H.H., Labarre, D., Schroeder, C,M,. Dan Kause, J., (2010), A Comparative Risk Assessment for Listeria monocytogenes in Prepackaged versus Retail-Sliced Deli Meat, Journal of Food Protetion, 73(4): 612-619.

Frazier, W. C. dan D. C. Westhoff., (1988), Food Microbiology 4th Edition, Mc Graw Hill, Inc., USA.

Giatrakou, V., Ntzmani, A., dan Savvaidis, I.N., (2010), Combined Chitosan-Thyme Treatments with Modified Atmosphere Packaging on a Ready-to-cook Poultry Product, Journal of Food Protection, 73(4): 663-669.

Giesova, M., Chumchalova, J., dan Plockova, M., (2004), Effect of food preservatives on the inhibitory activity of acidocin CH5 and bacteriocin D10, Eur Food Res Technol 218: 194-197.

Hall, E.A.H., (1991), Biosensor, Prentice Hall. Englewood Cliffs, New Jersey. Heck, Casanova S., P. B. Dodd, E. N. Schachter, T. J. Witek and T. Tosun.,

(1985), Formaldehyde concentration in the blood of human and fischer-344 rats exposed to CH2O under controlled conditions. J. Am. Ind. Hyg. Assoc 46: 1-3.

International Agency for Research on Cancer (IARC), (1982), Some Industrials Chemicals and Drystuffs. IARC Monograph.

Khopkar, S. M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Mahajan, B.V.C., Singh, K. Dan Dhillon, W.S., (2010), Effect of 1-methylcyclopropene (1-MPC) on Storage life and quality of pear fruits, J Food Sci Technol 47(3): 351-354.

Marquie, C., A. M. Tessier, C. Aymard, and S. Guilbert., (1997), HPLC Determination of The Reactive Lysine Content of Rotton Seed Protein Films to Monitor The Extent of Cross-Linking by Formaldehyde, Glutaraldehyde, and Glyoxal. J. Agric. Food Chem. 45: 922-926.

Owen, B. A., C. S. Dudney, E. L. Tan, and C. E. Easterly., (1990), Formaldehyde In Drinking Water. Regul. Toxicol. Pharmacol. J. Am. Ind. Hyg. Assoc 11: 220-236.

Rachmawati, E, (2006), Waspadai Jajanan Anak di Sekolah, Makan Sehat Hidup Sehat. Harian Kompas. 19 Juli 2005.

Rodríguez-Martin, A., Acosta, R., Liddell, S., Núňez, F., Benito, M.J., dan

Asensio, M.A., (2010), Characterization of the novel antifungal chitosanase pgChP and the encoding gene from Penicillium chrysogenm, Appl Microbiol Biotechnol 88: 519-528.


(5)

Saparinto, C. & Hidayati, D., (2006), Bahan Tambahan Pangan, Penerbit Kansisnus, Yogyakarta.

Saraswati T.R., Indraswari. E., Nurani., (2009), Pengaruh Formalin, Diazepam dan Minuman Beralkohol terhadap Konsumsi Pakan, Minum dan Bobot Tubuh. Jurnal Sains dan Mat. 17(3). 141-144.

Situmorang, M.; Gooding, J.J. dan Hibbert, D.B., (1999), Immobilisation of enzyme throughout a polytiramine matrix: a versatile procedure for fabricating biosensors, Analytica Chimica Acta 394: 211-223.

Situmorang, M.; Hibbert, D.B. dan Gooding, J.J., (2000), An experimental design study of interferences of clinical relevance of a polytiramine immobilized-enzyme biosensor, Electroanalysis 12: 111-119.

Situmorang, M.; Hibbert, D.B.; Gooding, J.J. dan Barnett, D., (1999), A sulfite biosensor fabricated using electrodeposited polytiramine: aplication to wine analysis, Analyst 124: 1775-1779.

Situmorang, M.; Lee, M.T.B.; Witzeman, K.,; dan Heinemen, W.R., (1998), Liquid chromatography with electrochemical detection (LC-EC): An experiment using 4-Aminophenol, Journal of Chemical Education 75: 1035-1038.

Situmorang, M.; Purba, J.; Nurwahyuni, I., dan Sinaga, M., (2003), Pembuatan Membran Elektroda Ion Selektif Melalui Sintesa Ionofor Azacrown, Jurnal Penelitian Saintika 3(2): 100-108.

Skoog, D. A. And Leary, J. J., (1992), Principles of Instrumnetal Analysis, 4th ed., Saundres College Publishers, New York.

Sørensen, H.P., Madsen, L.S., Petersen, J., Andersen, T.P., Hansen, A.M., dan Beck, H.C., (2010), Oat (Avena Sativa) Seed Extract as an Antifungal Food Preservative Through the Catalytic Activity of a Highl Abundant Class I Chitinase, Appl Biochem Biotechnol 160: 1573-1584.

Suharta., (2005), Kimia Instrumentasi, Jurusan Kimia FMIPA Unimed, Medan. Vadas, P., (2003), Food allergens and anaphylaxis, Canadian Journal of Dietetic

Practice and Research 64(2): 1-5.

Voravuthikunchai, S.P., Dolah, S., dan Charernjiratraku, W., (2010), Control of Bacillus cereus in Foods by Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) Hassk. Leaf Extract and Its Purified Compound, Journal of Foods Protection, 73(10): 907-1912.

Vo-Dingh, T. Dan Cullum, B., (2000), Biosensor and biochips: advances in biological and medical diagnostics, Fresenius Journal of Analytical Chemistry 366: 540-551.

Winarno, F. G. dan T. S. Rahayu., (1994), Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan. Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.


(6)

World Health Organization (WHO), (2002), Formaldehyde. Concise International Chemical Assessment Document 40. Geneva.

Yao, T dan Takashima, K., (1998), Amperometric biosensor ith a composite membrane sol-gel derived enzyme film and electrochemical generated poly(1,2-diaminobenzene) film, Biosensors & Bioelectronics 13: 67-73. Yuliarti, N., (2007), Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Penerbit Andi,