Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Fitur Facebook terhadap Keterbukaan Diri Siswa Kelas XI SMK Pelita Salatiga Tahun 2012/2013 T1 132009010 BAB II
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Penyesuaian Sosial
2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial
Setiap individu selalu melakukan penyesuaian sosial. Menurut Hurlock (1999) Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Menurut Willis (Suryaningrum, 2010) penyesuaian sosial yang baik ialah, kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga remaja merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungan.
Hurlock(1999) mengartikan penyesuaian sosial sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara baik dengan orang lain, baik terhadap teman maupun terhadap orang yang tidak dikenal, sehingga sikap orang terhadap mereka menyenangkan. Biasanya orang yang berhasil melakukan penyesuaian sosial dengan baik bisa mengembangkan
(2)
11
sikap sosial yang menyenangkan seperti kesediaan untuk membantu orang lain.
Dari pengertian penyesuaian sosial yang dikemukakan Hurlock, peneliti menyimpulkan bahwa penyesuaian sosial merupakan proses individu untuk dapat diterima di lingkungan sosialnya baik dengan orang lain maupun dalam kelompok, sehingga individu dapat berhubungan baik dengan orang lain. Individu yang dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik bisa mengembangkan sikap sosial yang menyenangkan seperti kesediaan untuk membantu orang lain.
2.1.2. Proses Terbentuknya Penyesuaian Sosial Remaja
Hurlock (1999) mengemukakan bahwa proses sosialisasi seorang remaja atau anak dalam masyarakat meliputi 3 (tiga) tahapan yang masing-masing terpisah dan sangat berbeda antara satu dengan yang lain, tapi saling berkaitan sehingga kegagalan dalam salah satu tahap akan menurunkan kadar sosialisasi individu, ketiga proses tersebut yaitu :
a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima untuk masyarakat, remaja atau anak tidak harus mengetahui perilaku
(3)
12
dengan patokan yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang diterima.
b. Memainkan peran sosial yang dapat diterima.
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi.
c. Perkembangan sikap sosial
Untuk bermasyarakat, remaja harus menyukai orang lain dan aktifitas sosial agar dapat diterima sebagai anggota dalam kelompok sosial sehingga berhasil dalam penyesuaian sosialnya.
2.1.3. Kriteria Penyesuaian Sosial.
Hurlock (1999) menyatakan bahwa ada kriteria dalam menentukan sejauh mana penyesuian sosial seseorang itu mencapai ukuran baik, adalah sebagai berikut :
a. Penampilan Nyata.
Bila perilaku sosial anak atau remaja seperti yang dinilai berdasarkan standar kelompoknya dan memenuhi harapan kelompok, maka remaja akan menjadi anggota yang diterima kelompoknya.
b. Menyesuaikan diri terhadap berbagai kelompok
Remaja yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik kelompok teman sebaya
(4)
13
maupun kelompok orang dewasa secara sosial dianggap sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik.
c. Sikap sosial
Remaja harus menunjukkan sikap sosial yang menyenangkan terhadap orang lain, terhadap partisipasi sosial dan terhadap perannya dalam kehidupan sosial bila menginginkan dinilai sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial.
d. Kepuasan pribadi
Untuk mendapatkan kepuasan pribadi remaja harus menyesuaikan diri dengan baik secara sosial dan remaja harus pula merasa puas terhadap kontak sosialnya serta terhadap peran yang dimainkan dalam situasi sosial, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota.
Dari pendapat tersebut dipahami bahwa kriteria penyesuaian sosial mencapai ukuran baik adalah penampilan nyata seorang individu yang harus sesuai dengan harapan kelompoknya, menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia bergaul, mempunyai sikap sosial yang mendukung terhadap peran dalam lingkungan sosialnya seperti berpartisipasi dalam setiap kegiatan, mampu bertoleransi dengan orang lain serta menghargai norma-norma yang berlaku. Dengan tercapainya kriteria-kriteria tersebut maka muncul rasa puas serta perasaan
(5)
14
bahagia dalam diri sendiri dan dapat menerima diri sendiri apa adanya.
2.2. Komunikasi Interpersonal
2.2.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Menurut Devito (2011) komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (Devito, 2011)
Sehingga dari pendapat di atas dapat dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan suatu gagasan atau pesan atau perasaan dengan efek dan beberapa umpan balik seketika, dimana proses tersebut mewujudkan suatu interaksi dan membentuk hubungan antar pribadi.
(6)
15
2.2.2. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Menurut Devito (2011) tujuan komunikasi interpersonal adalah
a. Belajar tentang diri sendiri, tentang orang lain, bahkan tentang dunia.
Dengan individu melakukan komunikasi interpersonal, individu dapat mengetahui siapa diri individu tersebut, penilaian orang lain terhadap diri individu. Selain itu semakin pribadi mengenal orang, semakin bertambah pula pengetahuan tentang lingkungan di sekitar.
b. Untuk berhubungan dengan orang lain dan untuk membangun suatu ikatan (relationship).
Komunikasi interpersonal berguna untuk berinteraksi dengan orang lain. Dari interaksi tersebut, dapat menciptakan suatu ikatan batin yang erat. Individu dapat membangun suatu ikatan. Disamping itu, melalui komunikasi interpersonal ikatan kekeluargaan tetap bisa dipelihara dengan baik.
c. Untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain.
Dengan komunikasi interpersonal, individu dapat mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain dengan cara memengaruhi atau membujuk agar orang lain memiliki sikap, pendapat dan atau perilaku yang sesuai dengan tujuan individu tersebut. Contoh seorang sales menawarkan dagangannya
(7)
16
kepada orang lain dengan bujukan supaya ingin membeli barang tersebut.
d. Untuk hiburan atau menenangkan diri sendiri.
Komunikasi interpersonal dapat dilakukan individu untuk untuk hiburan atau menenangkan diri sendiri. Contohnya mengobrol kesana kemari, untuk sekedar melepaskan kelelahan, mengisi waktu luang dan lain sebagainya. Sepertinya ini merupakan hal yang sepele, tapi komunikasi seperti itu pun penting bagi keseimbangan emosi, dan kesehatan mental.
e. Untuk membantu orang lain.
misalnya ketika seorang siswa sedang mempunyai masalah dan datang ke guru BK, atau individu yang mendengarkan seorang teman yang mengeluhkan sesuatu (curhat). Proses komunikasi interpersonal yang demikian merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menolong orang lain memecahkan masalah yang dihadapinya dengan bertukar pikiran. Sifat komunikasi interpersonal yang tatap muka dan interaktif memungkinkan proses konsultasi berjalan dengan efektif.
2.2.3. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal yang Efektif
DeVito (2011) memandang komunikasi interpersonal yang efektif ditentukan oleh 5 faktor, sebagai berikut:
(8)
17 a. Openness (keterbukaan)
Komunikasi interpersonal akan efektif apabila terdapat keinginan untuk membuka diri terhadap lawan bicara kita, keinginan untuk bereaksi dengan jujur pada pesan yang disampaikan oleh lawan bicara kita, keinginan untuk menghargai bahwa perasaan dan pemikiran yang disampaikan selama proses komunikasi berlangsung adalah kepunyaan kita sendiri (owning of feels and thought). Dalam situasi seperti ini diantara pelaku komunikasi akan tercipta keterbukaan perasaan dan pemikiran, serta masing-masing pihak bertanggungjawab atas apa yang disampaikannya.
b. Empathy
Empathy yaitu ikut merasakan apa yang orang lain rasakan tanpa kehilangan identitas diri sendiri. Melalui empathy kita bisa memahami baik secara emosi maupun secara intelektual apa yang pernah dialami oleh orang lain. Empathy harus diekspresikan sehingga lawan bicara kita mengetahui bahwa kita berempathy padanya, sehingga bisa meningkatkan efektivitas komunikasi.
c. Supportiveness (mendukung)
Komunikasi interpersonal akan efektif apabila tercipta suasana yang mendukung. Nuansa dukungan akan tercipta apabila proses komunikasi bersifat deskriptif dan tidak evaluative, serta lebih fleksibel dan tidak kaku. Jadi dalam proses penyampaian pesan gunakanlah kata-kata atau kalimat yang deskriptif dan tidak memberikan penilaian, kemudian tunjukkan bahwa masing-masing pelaku komunikasi bersedia mendengarkan pendapat lawan bicara dan bahkan mengubah pendapat kalau memang diperlukan.
d. Positiveness (sikap positif)
Dalam komunikasi interpersonal yang efektif para pelaku komunikasi harus menunjukkan sikap yang positif dan menghargai keberadaan orang lain sebagai seseorang yang penting (stroking).
e. Equality (kesetaraan)
Penerimaan dan persetujuan terhadap orang lain yang menjadi lawan bicara. Harus disadari bahwa semua orang bernilai dan memiliki sesuatu yang penting yang bisa diberikan pada orang lain. Kesetaraan dalam komunikasi interpersonal
(9)
18
harus ditunjukan dalam proses pergantian peran sebagai pembicara dan pendengar.
2.3. Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Penyesuaian Sosial
Melalui komunikasi interpersonal individu berinteraksi dengan orang lain, mengenal orang lain dan juga diri sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Apakah dengan kenalan baru, kawan lama, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi antar pribadilah individu dapat membina, memelihara, kadang-kadang merusak (dan ada kalanya memperbaiki) hubungan pribadi anda.
Penyesuaian sosial yang baik sangat tergantung pada efektivitas komunikasi yang dijalin individu dengan orang lain (Suryaningrum, 2010). Remaja yang dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar maka tidak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, tetapi bagi remaja yang kurang dalam berkomunikasi akan menimbulkan masalah-masalah dalam menyesuaikan diri (kumpulanskripsi.com, 2003).
Penelitian dari Ria Sari (2006) yang berjudul “Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dan Penyesuaian Sosial pada Remaja” menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara komunikasi interpersonal dengan penyesuaian sosial pada remaja di SMP Negeri 1 Sukoharjo, koefisien korelasi r adalah sebesar 0,311, dengan p-value 0,01<0,05.
(10)
19 2.4. Hipotesis
Berdasarkan pada landasan teori di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
“Ada Hubungan yang Signifikan Antara Komunikasi Interpersonal dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan”.
(1)
14
bahagia dalam diri sendiri dan dapat menerima diri sendiri apa adanya.
2.2. Komunikasi Interpersonal
2.2.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Menurut Devito (2011) komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (Devito, 2011)
Sehingga dari pendapat di atas dapat dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan suatu gagasan atau pesan atau perasaan dengan efek dan beberapa umpan balik seketika, dimana proses tersebut mewujudkan suatu interaksi dan membentuk hubungan antar pribadi.
(2)
15
2.2.2. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Menurut Devito (2011) tujuan komunikasi interpersonal adalah
a. Belajar tentang diri sendiri, tentang orang lain, bahkan tentang dunia.
Dengan individu melakukan komunikasi interpersonal, individu dapat mengetahui siapa diri individu tersebut, penilaian orang lain terhadap diri individu. Selain itu semakin pribadi mengenal orang, semakin bertambah pula pengetahuan tentang lingkungan di sekitar.
b. Untuk berhubungan dengan orang lain dan untuk membangun suatu ikatan (relationship).
Komunikasi interpersonal berguna untuk berinteraksi dengan orang lain. Dari interaksi tersebut, dapat menciptakan suatu ikatan batin yang erat. Individu dapat membangun suatu ikatan. Disamping itu, melalui komunikasi interpersonal ikatan kekeluargaan tetap bisa dipelihara dengan baik.
c. Untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain.
Dengan komunikasi interpersonal, individu dapat mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain dengan cara memengaruhi atau membujuk agar orang lain memiliki sikap, pendapat dan atau perilaku yang sesuai dengan tujuan individu tersebut. Contoh seorang sales menawarkan dagangannya
(3)
16
kepada orang lain dengan bujukan supaya ingin membeli barang tersebut.
d. Untuk hiburan atau menenangkan diri sendiri.
Komunikasi interpersonal dapat dilakukan individu untuk untuk hiburan atau menenangkan diri sendiri. Contohnya mengobrol kesana kemari, untuk sekedar melepaskan kelelahan, mengisi waktu luang dan lain sebagainya. Sepertinya ini merupakan hal yang sepele, tapi komunikasi seperti itu pun penting bagi keseimbangan emosi, dan kesehatan mental.
e. Untuk membantu orang lain.
misalnya ketika seorang siswa sedang mempunyai masalah dan datang ke guru BK, atau individu yang mendengarkan seorang teman yang mengeluhkan sesuatu (curhat). Proses komunikasi interpersonal yang demikian merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menolong orang lain memecahkan masalah yang dihadapinya dengan bertukar pikiran. Sifat komunikasi interpersonal yang tatap muka dan interaktif memungkinkan proses konsultasi berjalan dengan efektif.
2.2.3. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal yang Efektif
DeVito (2011) memandang komunikasi interpersonal yang efektif ditentukan oleh 5 faktor, sebagai berikut:
(4)
17 a. Openness (keterbukaan)
Komunikasi interpersonal akan efektif apabila terdapat keinginan untuk membuka diri terhadap lawan bicara kita, keinginan untuk bereaksi dengan jujur pada pesan yang disampaikan oleh lawan bicara kita, keinginan untuk menghargai bahwa perasaan dan pemikiran yang disampaikan selama proses komunikasi berlangsung adalah kepunyaan kita sendiri (owning of feels and thought). Dalam situasi seperti ini diantara pelaku komunikasi akan tercipta keterbukaan perasaan dan pemikiran, serta masing-masing pihak bertanggungjawab atas apa yang disampaikannya.
b. Empathy
Empathy yaitu ikut merasakan apa yang orang lain rasakan tanpa kehilangan identitas diri sendiri. Melalui empathy kita bisa memahami baik secara emosi maupun secara intelektual apa yang pernah dialami oleh orang lain. Empathy harus diekspresikan sehingga lawan bicara kita mengetahui bahwa kita berempathy padanya, sehingga bisa meningkatkan efektivitas komunikasi.
c. Supportiveness (mendukung)
Komunikasi interpersonal akan efektif apabila tercipta suasana yang mendukung. Nuansa dukungan akan tercipta apabila proses komunikasi bersifat deskriptif dan tidak evaluative, serta lebih fleksibel dan tidak kaku. Jadi dalam proses penyampaian pesan gunakanlah kata-kata atau kalimat yang deskriptif dan tidak memberikan penilaian, kemudian tunjukkan bahwa masing-masing pelaku komunikasi bersedia mendengarkan pendapat lawan bicara dan bahkan mengubah pendapat kalau memang diperlukan.
d. Positiveness (sikap positif)
Dalam komunikasi interpersonal yang efektif para pelaku komunikasi harus menunjukkan sikap yang positif dan menghargai keberadaan orang lain sebagai seseorang yang penting (stroking).
e. Equality (kesetaraan)
Penerimaan dan persetujuan terhadap orang lain yang menjadi lawan bicara. Harus disadari bahwa semua orang bernilai dan memiliki sesuatu yang penting yang bisa diberikan pada orang lain. Kesetaraan dalam komunikasi interpersonal
(5)
18
harus ditunjukan dalam proses pergantian peran sebagai pembicara dan pendengar.
2.3. Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Penyesuaian Sosial
Melalui komunikasi interpersonal individu berinteraksi dengan orang lain, mengenal orang lain dan juga diri sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Apakah dengan kenalan baru, kawan lama, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi antar pribadilah individu dapat membina, memelihara, kadang-kadang merusak (dan ada kalanya memperbaiki) hubungan pribadi anda.
Penyesuaian sosial yang baik sangat tergantung pada efektivitas komunikasi yang dijalin individu dengan orang lain (Suryaningrum, 2010). Remaja yang dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar maka tidak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, tetapi bagi remaja yang kurang dalam berkomunikasi akan menimbulkan masalah-masalah dalam menyesuaikan diri (kumpulanskripsi.com, 2003).
Penelitian dari Ria Sari (2006) yang berjudul “Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dan Penyesuaian Sosial pada Remaja” menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara komunikasi interpersonal dengan penyesuaian sosial pada remaja di SMP Negeri 1 Sukoharjo, koefisien korelasi r adalah sebesar 0,311, dengan p-value 0,01<0,05.
(6)
19 2.4. Hipotesis
Berdasarkan pada landasan teori di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
“Ada Hubungan yang Signifikan Antara Komunikasi Interpersonal dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan”.