Analisis pengaruh peran komite audit dan pengendalian intern terhadap kinerja keuangan : studi empiris beberapa perusahaan

(1)

ANALISIS PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT DAN

PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KINERJA

KEUANGAN

(Study Empiris Beberapa Perusahaan)

Disusun Oleh: Juaenatis Sariah NIM: 205082000222

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HID AYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT DAN

PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KINERJA KEUANGAN

(Study Empiris Beberapa Perusahaan)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

JUAENATIS SARIAH NIM: 205082000222

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HID AYATULLAH JAKARTA 1431H/2010M


(3)

Hari ini Selasa Delapan Belas Mei Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian komprehensif atas nama Juaenatis Sariah NIM 205082000222 dengan judul

skripsi: "ANALISIS PENGARUH KOMITE AUDIT DAN

PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Study Empiris Beberapa Kantor Akuntan Publik Di Jakarta Selatan)",

Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian beriangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurus<ai Akuntansi Fakultas Ekonomi dan flmu Sosial Umversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Mei 2010


(4)

Hari ini Selasa Empat Belas Desember Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian sidang skripsi atas nama Juaenatis Sariah NIM 205082000222 dengan judul skripsi: "ANALISIS PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT DAN PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Study Empiris Beberapa Perusahaan di Jakarta)". Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Desember 2010


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

1. Nama : Juaenatis Sariah

2. Tempat/Tanggal lahir : Serang, 03 Maret 1988

3. Phone : 085694560489

4. Agama : Islam

5. Alamat : Kamp Caringin, Jl Perintis Kemerdekaan, Rt/Rw 09/03, Labuan 42264,

Pandeglang-Banten 6. Email: ambrosia slayer@yahoo.com

II. Pendidikan

1. TK Aisyiah Labuan : 1992-1993 (1 Tahun) 2. SDN Nelayan 01 Labuan : 1993-1999 (6 Tahun) 3. SLTPN 02 Labuan : 1999-2002 (3 Tahun) 4. SMAN 03 Pandeglang : 2002-2005 (3 Tahun) 5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2005

IV. Pengalaman Kerja


(6)

Analysis The Effect Of The Role Audit Committee And Intern

Control Of Financial Performance

By:Juaenatis Sariah

Abstract

The purpose from this research is for finding empirical evidence about influent audit committee, and intern control about finance performance in several BUMN companies which is belong audit committee. The datum which is used in this research is gotten from the audit committee member in several companies. The collecting data are done by questioner separation. The determining of method data which are used are convenience sampling. The questioners which are separated to auditor are sixty questioners. The questioners are which come back are fourty-one questioners (68, 33%) the data analysis method which is used is double regression analysis which is audit committee and intern control as independent variable, where as finance performance as dependent variable. The result from this research shows that audit committee doesn't have significant influent about the finance company, where as the intern control has significant influent about the finance company. The result from the experiment show that the values of significant from audit committee's variable is 0, 256 and the intern control is 0, 000.


(7)

ANALISIS PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT DAN PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KINERJA KEUANGAN

(Study Empiris Pada Beberapa Perusahaan)

Oleh:Juaenatis Sariah

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empris tentang pengaruh peran komite audit, dan pengendalian intern terhadap kinerja keuangan pada beberapa perusahaan BUMN yang memiliki komite audit. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari anggota komite audit pada beberapa perusahaan. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Metode penentuan data yang digunakan adalah convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan pada auditor sebanyak 60 kuesioner. Jumlah kuesioner yang kembali adalah 41 kuesioner (68, 33%) metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dimana peran komite audit dan pengendalian intern sebagai variabel independen sedangkan kinerja keuangan sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, sedangkan pengendalain intern secara mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil uji parsial menunjukan bahwa nilai signifikan dari variabel komite audit adalah 0, 256 dan pengendalian intern adalah 0,000.


(8)

KATAPENGANTAR

Fuji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Rahmat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Hanya berkat petunjuk dan pertolongan Allah-lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi dengan judul "Analisis Pengaruh Peran Komite Audit dan Pengandalian Intern Terhadap Kinerja Keuangan (Study Empiris Beberapa Perusahaan)". Terwujudnya tulisan dalam bentuk skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Allah SWT, Robb semesta alam. Sujud syukur ku atas karunia, anugrah, kasih sayang, kesehatan, pertolongan, petunjuk, dan semua kebaikan yang Kau berikan padaku sehingga dapat merampungkan skripsi ini.

2. Penghargaan setinggi-tingginya untuk Ayah Ibuku yang sanggat mulia dan sangat kucintai. Terima kasih atas kasih sayang, cinta, dukungan, semangat, kepercayaan, kesabaran, ketulusan, bimbingan, dan do'a yang ku tau tak pernah putus mengiringi setiap hembusan nafasku. Semoga Allah selalu memberikan kalian yang terbaik melebihi apa-apa yang terbaik yang kalian berikan untukku, dan semoga ampunan-Nya luas meliputi masa saat laku lisanku menyakiti kalian.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UPN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

4. Bapak Dr. Yahya Hamja MM selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, tuntunan, serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. (semoga Bapak selalu dalam lindungan Allah SWT).

5. Ibu Rahmawati. SE. MM selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, tuntunan, serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. (semoga Ibu selalu dalam lindungan Allah SWT).

6. Bapak Zainudin Bey selaku dosen pembimbing KKS dari Fakultas Saint dan Tekhnologi.

7. Seluruh keluarga besar embah H. Samsu (Aim) dan abah H. Rusdy (Aim). Terutama untuk keluarga Bapak Dr. Saiful Mujani MA, Phd atas semua kebaikan yang kalian berikan kepada kami sekeluarga.

8. Untuk semua staf akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mas Ajiz, Mas Heri, Mas Alfred, Mbak Hani, Mpok, Pak Sukmadi sukses untuk kalian semua.

9. Terima kasih kepada Yajiurrahmat untuk semangat, support, nasehat, dan do'a.

10. Semua responden yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu dalam pengisian kuesioner.

Mengingat terbatasnya kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik maupun ide-ide yang membangaun dari rekan-rekan pembaca. Akhirul kalam, semoga skripsi ini dapat


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komite Audit... 9

1. Definisi Komite Audit... 9

2. Tanggung Jawab Komite Audit ... 12

3. Tujuan dan Manfaat Dibentuknya Komite Audit... 14

4. Lingkup Kerja Komite Audit ... 15

B. Pengendalian Intern... 20

C. Kinerja Keuangan ... 24

1. Definisi Kinerja Keuangan... 24

2. Pengukuran Kinerja Keuangan ... 25

D. Keterkaitan Antar Variabel ... 27

1. Peran Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan ... 27 2. Pengendalian Intern terhadap Kinerja Keuangan


(11)

E. Kerangaka Pemikiran ... 28

F. Perumusan Hipotesis... 29

G. Penelitian Terdahulu ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 31

B. Metode Penentuan Sampel... 31

C. Metode Pengumpulan Data ... 32

D. Metode Analisis Data... 32

1. Uji Kualitas Data... 33

2. Uji Asumsi Klasik ... 34

3. Uji Hipotesis ... 36

E. Operasional Variabel Penelitian... 39

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 43

B. Penemuan dan Pembahasan ... 44

1. Deskriptif Demografi Responden ... 44

2. Uji Kualitas Data ... 47

3. Uji Asumsi Klasik ... 51

4. Uji Hipotesis ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 60

B. Implikasi... 60

C. Saran... 61


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal

2.1 Penelitian Terdahulu 29

3.1 Operasional Variabel Penelitian 41

4.1 Nama Perusahaan 43

4.2 Tingkat Pengembalian Kuesioner 44

4.3 Jenis Kelamin Responden 45

4.4 Pendidikan Responden 45

4.5 Lama Berprofesi 46

4.6 Jawaban Responden 46

4.7 Hasil Uji Reliabilitas 48

4.8 Hasil Uji Validitas Peran Komite Audit 49

4.9 Hasil Uji Validitas Pengendalian Intern 50

4.10 Hasil Uji Validitas Kinerja Keuangan 50

4.11 Hasil Uji Multikolinearitas 51

4.12 Hasil Uji t 56

4.13 Hasil Uji F 58


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal

Kerangka Pemikiran 28

Hasil Uji Heterokedastisitas 53

Hasil Uji Normalitas-Graflk Histogram 55


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Balakang Masalah

Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertugas membantu tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan. Keberadaan komite audit di perusahaan dewasa ini menjadi penting. Banyaknya kasus dan kecurangan yang menyangkut masalah praktek transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan perusahaan telah mendorong profesi akuntan, pemakai laporan keuangan dan pemerintah memberikan perhatian yang serius terhadap pentingnya keberadaan komite audit dalam perusahaan. Kasus-kasus yang terjadi tersebut menekankan kembali pentingnya keberadaan komite audit di perusahaan (Iqbal, 2007: 1).

Sebagai salah satu organ perusahaan, komisaris mempunyai kedudukan penting di dalam mengawasi jalannya perusahaan. Untuk mendukung tugas dan fungsinya, komisaris dibantu oleh komite audit. Pembentukan komite audit dimaksudkan untuk membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya serta tanggung jawabnya yang antara lain berkaitan dengan pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan, sistem pengandalian intern atas keuangan dan asset perushaan pada umumnya, proses atau pelaksanaan audit intern dan ekstern, serta evaluasi terhadap tingkat kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku (Iqbal, 2007: 3).


(15)

Pembentukan komite audit di lingkungan masing-masing perusahaan sebagai fenomana baru dalam sistem pengelolaan perusahaan, dituntut untuk dapat mengurangi atau bahkan mengatasi banyaknya kasus penipuan dan kecurangan dalam pelaporan keuangan (Paramitha, 2008: 4).

Ada beberapa kendala yang menjadi hambatannya fungsi audit di dalam perusahaan. Yang pertama adalah pemahaman yang sempit mengenai tugas auditor. Bagi banyak kalangan, selama ini auditor sering dipandang hanya untuk membenahi penyimpangan yang sudah terlanjur terjadi di dalam perusahaan. Cara pandang seperti ini sangat kontra produktif, mengingat skill dan kompetensi auditor sebanarnya bisa diberdayakan lebih dari itu. Kendala yang kedua adalah lemahnya posisi auditor dalam organisasi. Sangat sulit dibayangkan, sejauh mana seorang auditor internal bisa bersikap independent dan objektif sikap mental yang seharusnya ada dalam setiap profesi audit, bila secara struktural dia bertanggunga jawab kepada menejemen, pihak yang menjadi objek auditnya sendiri (Iqbal, 2007: 4).

Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan perlu menerapkan suatu sistem yang mendukung independensi dan akuntabilitas fungsi audit internal dimata pemegang saham maupun publik. Pada tahun 1930-an beberapa aktivis pasar modal memperkenalkan konsep mengenai komite audit kepada masyarakat bisnis, terutama perusahaan-perusahaan go-public namun saat itu sambutan mereka belum begitu antusias. Baru pada dekade 1970-anNew York Stock Exchange (NYSE) mewajibkan perusahaan yang terdaftar untuk memiliki komite audit, sebagai bagian dari persyaratan pendaftaran di bursa


(16)

(Iqbal, 2007: 4).

Sejak saat itu pembentukan komite audit telah menjadi persyaratan rutin di pasar modal di berbagai negara. Komite ini dibentuk untuk menjembatani kesengajaan informasi antara fungsi audit dalam perusahaan dengan pemegang saham. Selama ini pihak yang lebih banyak memiliki akses terhadap proses dan asil audit adalah mnejemen. Dengan kewenangan struktural yang mereka miliki, menejemen bisa mempengaruhi auditor internal dalam menentukan informasi mana yang bisa dipublikasikan dan yang mana yang tidak. Mereka juga bisa memilih untuk menindaklanjuti temuan-temuan audit atau menyimpannya saja di dalam laci. Sementara pihak auditor sendiri tidak memiliki jalur lain untuk mengungkap temuan-temuan mereka. Kehadiran komite audit dalam perusahaan diharapkan dapat menghentikan praktik-praktik tersebut (Iqbal, 2007: 5).

Keberadaan komite audit di atur dalam keputusan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) nomor: 103/MBU/2002 tentang pembentukan komite audit nagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kemudian dikeluarkan UU Republik Indonesia nomor: 19 tahun 2003 tanggal 19 Juni 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kemudian BEJ mengeluarkan KEP-315/BEJ/06-2000 pada tanggal 30 Juni 2000 yang diberlakukan pada tanggal 1 Juni oleh BEJ, dapat diperkuat dengan dikeluarkannya Kep-41/PM /2003 pada tanggal 22 Desember 2003 oleh BAPEPAM. Pada tanggal 24 September 2004 diperbaharui kembali oleh BAPEPAM melalui Kep-29/PM/2004. Dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut maka perusahaan publik diwajibkan


(17)

membentuk komite audit (BUMN: 103/MBU/2002).

Dengan semakin berkembangnya dunia usaha, kebutuhan akan jasa audit pun semakin banyak, sehingga profesi audit pun di anggap sebagai ladang yang menguntungkan. Oleh karena itu, semakin banyak orang yang memasuki bidang ini, tingkat persaingan akuntan publik pun semakin besar dan menyebabkan banyaknya pilihan bagi perusahaan dalam menentukan akuntan publik mana yang akan dipilihunuk membantu mereka dalam menyajikan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan diandalkan (Paramitha, 2008: 5).

Pada dasarnya setiap usaha juga selalu ingin tetap bertahan hidup, setiap perusahaan harus memiliki kemampuan atau daya saing yang memadai, terutama dalam rangka menghadapi tingkat persaingan yang dari hari ke hari dirasa semakin meningkat tingkat intensitasnya. Hal paling sederhana yang harus dilakukan setiap perusahaan agar mampu mempertahankan kelangsungan dan keberadaan kegiatan usahanya adalah bahwa setiap perusahaan setidaknya harus dapat melaksanakan semua kegiatan rutin usahanya dengan baik. Dalam pengaertian yang paling sederhana, setiap perusahaan dituntut untuk mampu melaksanakan semua kegiatan rutin usahanya sesuai dengan system dam prosedur yang telah ditetapkan (Doddy Hapsoro, 1999: 11).

Apabila perusahaan dapat melaksanakan semua kegiatan rutin usahanya berdasarkan rancangan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan, diharapkan semua kegiatan bisnis dapat berjalan dengan baik sesuai rencana yang ditetapkan, sehingga mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan


(18)

tersebut. Dengan adanya keuntungan itulah dapat dipastikan bahwa perusahaan akan mampu menjamin dan mempertahankan keberadaan serta kelangsungan hidupnya. Namun demikian, tidak bisa diabaikan bahwa keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan harus di dukung pula oleh adanyainternal controlyang memadai (Doddy Hapsoro, 1999: 11).

Sistem pengendalian intern pada dasarnya merupakan struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dapat dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek, ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, serta mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Boockholdt (1993) juga mengemukakan bahwa setiap struktur tersebut meliputi berbagai macam variasi tindakan yang diarahkan untuk mencapai berbagai tujuan, namun pada umumnya para akuntan lebih menekankan kepada empat aspek yaitu tujuan sebagai berikut: (1) menjaga kekayaan organisasi, (2) mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, (3) mendorong efisiensi, (4) mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (Boockholdt: 1993 dalam Doddy Hapsoro, 1999: 12).

Dalam menjalankan roda operasinya perusahaan perlu menerapkan sistem pengendalian intern yang baik untuk mencegah penyelewengan dan tindak kecurangan yang dapat merugikan perusahaan dan diharapkan dengan adanya sistem yang baik dilingkungan perusahaan akan dapat memberikan pengaruh yang baik juga terutama dalam kinerja keuangan perusahaan tersebut (Ika Haripratiwi, 2006: 15).


(19)

individual yang dibuat secara terus-menerus oleh menejemen. Oleh karna itu, untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampak keuangan kumulatifdan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan ukuran komparatif (Sucipto, 2003).

Dalam membahas kinerja keuangan, perusahaan harus didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan yang berlaku umum. Perusahaan kemungkinan akan menggunakan informasi akuntansi untuk menilai kinerja menejer. Kemungkinan lain adalah informasi akuntansi digunakan bersama dengan informasi non akuntansi untuk menilai kerja menejernya (Sucipto, 2003).

Penilaian kerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan struktur organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisai. Penilaian kerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan untuk meningkatkan kinerja keuangan (Sucipto, 2003: 3).

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan tersebut, maka penulis merasa tertarik dan terdorong keinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Peran Komite Audit Dan Pengendalian Intern

Terhadap Kinerja Keuangan (Study Empiris Pada Beberapa Perusahaan). Karena untuk mendorong terwujudnya kinerja keuangan yang baik dilingkungan organisasi peran komite audit sebagai personil yang


(20)

kompeten dan handal diharapkan mampu menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan kinerja keuangan, serta sistem pengendalian intern yang baik diharapkan mampu mendorong terwujudnya kinerja kerja yang baik dari para karyawan agar dapat pula meningkatkan kinerja keuangan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan?

2. Apakah pengendalian intern berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan?

3. Apakah komite audit dan pengendalian intern berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Menganalisis pengaruh komite audit terhadap kinerja keuangan.

b. Menganalisis pengaruh pengendalian intern terhadap kinerja keuangan. c. Menganalis secara simultan pengaruh komite audit dan pengandalian


(21)

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, diantaranya:

a. Bagi penulis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana pengaruh komite audit dan pengendalian intern terhadap kinerja keuangan yang dilakukan perusahaan.

b. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai kritikan dan saran agar perusahaan dapat mmperbaiki kekurangan yang ada, sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat diminimalkan.

c. Bagi auditor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi auditor dalam meningkakan kualitas jasa yang diberikan kepada perusahaan.

d. Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa khusus jurusan akuntansi untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.

e. Bagi pustaka akuntansi

Selain bermanfaat bagi berbagai pihak, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah jumlah koleksi perpustakaan akuntansi yang ada.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komite Audit

1. Definisi Komite Audit

Secara formal komite audit diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995, melalui SK Direksi BI, yang mewajibkan kepada Bank di Indonesia untuk membentuk komite audit tersebut. Adanya konsep komite audit merupakan fenomena untuk meningkatkan efektifitas sistem pengendalian internal perusahaan pada levelcorporate governance.

Menurut Arrrens dan Loebbecke (2000 : 90-91) mengartikan

komite audit sebagai berikut: “An audit committee is a selected number of

member of company’s bread of directors whose responsibilities include

helping auditors remain independent of management”.

Menurut Assegaf (2001: 29) mendefinisikan komite audit ialah: Komite audit adalah suatu komisi dewan direksi yang menentukan pemeliharaan eksternal auditor atau akuntan publik yang akan melakukan pemeriksaan atas penyajian laporan keuangan perusahaan.

Ikatan komite audit Indonesia (IKAI, 2006) dalam Widjaja (2008) mendefinisikan komite audit sebagai: suatu komite yang bekerja dengan cara yang professional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris dan dengan demikian tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam


(23)

menjalankan fungsi pengawas atas proses pelaporan keuangan, menejemen resiko, pelaksanaan audit dan implementasi dari good corporate governance perusahaan.

Menurut Widjaja (2008) pengertian komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang anggotanya terdiri atas outside directors yang tidak mempunyai posisi manajemen dalam perusahaan, yang tujuannya untuk meningkatkan pengawasan terhadap kinerja direksi perusahaan.

Bapepam melalui SE-03/PM/2000 bagi perusahaan publik Indonesia yang setidaknya terdiri dari tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen terhadap perusahaan sertamenguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Dalam pelaksanaan tugasnya, komite audit memiliki fungsi untuk membantu dewan komisaris untuk (i) meningkatkan kualitas laporan keuangan (ii) menciptakan iklim disiplin yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan (iii) meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI) maupun eksternal audit, serta (iv) mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris atau dawan pengawas (F. A Alijiyo, 2003: 3).

Untuk perusahaan BUMN/BUMD, Kep. Men 117 secara garis

tegas menyatakan hal berikut: “komisaris/dewan komisaris harus


(24)

mebantu komisaris/dewan pengawas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu membentuk komisaris atau dewaan komisaris dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian intern dan efektifitas pelaksanaan tugas auditor ekternal dan auditor internal”(F. A Alijoyo, 2003: 3).

Menurut pedoman good corporate governance (2001) yang disusun oleh komite nasional kebijakan corporate governance, komite audit dapat diartikan sebagai komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris. Dewan komisaris dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas yang dibutuhkan untuk duduk sebagai anggota komite guna mencapai tujuan komite audit. Komite audit harus babas dari pengaruh direksi, eksternal auditor, dan dengan demikian hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris (F. A Alijoyo, 2003: 3).

Berdasarkan pengertian tersebut maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komite audit merupakan suatu kelompok yang terdiri dari tiga sampai lima orang dan memiliki sifat independen atau tidak memiliki kepentingan terhadap manajemen dan diangkat secara khusus serta memiliki pandangan antara lain bidang akuntansi dan hal-hal lain yang terkait dengan pengawasan internal dan eksternal perusahaan. Komite audit berperan pentinga dalam proses peraturan laporan keuangan,

sebagai sebuah “financial monitoring” dan berperan pentinga dalam proses laporan keuangan (Syakhroza, 2005 dalam Rika Amalia, 2009: 40).


(25)

2. Tanggung Jawab Komite Audit

Di Indonesia, komite audit beranggotakan auditor independen yang bertanggung jawab dan diketahui oleh komisaris independen. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris dan bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang independen tentang telaah atas info keuangan yang dikeluarkan perusahaan, telaah atas ketaatan perusahaan pada peraturan perundang-undangan pasar modal serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, telaah atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal, melaporkan kepada komisaris berbagai resiko yang dihadapai perusahaan dan pelaksanaaan menejemen resiko oleh direksi, menelaah dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten, menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi perusahaan serta telaah atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik untuk memastikan semua resiko yang telah dipertimbangkan (BAPEPAM, Kep-29/PM/2004).

Selain itu, komite audit juga bertanggung jawab untuk mendorong terbentuknya struktur pengawasan internal yang memadai, meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan, mengkaji ulang lingkup dan ketetapan eksternal audit, biaya eksternal audit, dan kemandirian serta objektivitas eksternal audit (Agustin : 2005 dalam Dody 2010: 13).

Terdapat beberapa tanggung jawab yang dimiliki komite audit menurut Cremers (2004), yaitu:


(26)

a. Mengawasi dan memonitor serta menyarankan kepada dewan direksi atas operasional manajemen resiko internal dan sistem pengendalian intern.

b. Mengawasi dikeluarkannya informasi keuangan oleh perusahaan. c. Mengawasi ketaatan rekomendasi dan pengamatan auditor internal

dan eksternal.

d. Mengawasi kebijakan perusahaan menyangkut pajak. e. Mengawasi keuangan perusahaan.

f. Mengawasi pelaksanaan tekhnologi informasi dan komunikasi.

g. Menyiapkan pengeturan pertemuan auditor eksternal dengan rapat umum pemegang saham.

h. Setiap tahun mangevaluasi fungsi dan kecukupan dari peran komite audit yang sudah ada.

Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 30 Tahun 2003 pada pasal 70 ayat 1, menyebutkan beberapa tugas dan tanggung jawab yang sedikitnya harus dilaksanakan oleh anggota komite komite audit diperusahaan, diantaranya:

1. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh satuan pengawas intern maupun eksternal.

2. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen serta palaksanaanya.

3. Memastikan telah terdapat review yang memuaskan terhadap segala informasi yang dilakukan BUMN.


(27)

4. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris san pengawas serta tugas-tugas komisaris dan dewan pengawas lainnya.

3. Tujuan dan Manfaat Dibentuknya Komite Audit

Menurut pedoman pembentukan komite audit yang efektif yang diakses tanggal 17 juni 2010 dalam www.governance-indonesia.com, tujuan dibentunya komite audit adalah:

a. Pelaporan Keuangan

Meskipun direksi dan dewan komisaris bertanggungjawab terutama atas laporan keuangan dan auditor eksternal bertanggung jawab hanya atas laporan keuangan auditor eksternal, komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit eksternal.

b. Manajemen Resiko dan Kontrol

Meskipun direksi dan dewan komisaris terutama bertanggung jawab atas menejemen resiko dan kontrol, komite audit memberikan pengawasan independen atas proses resiko dan kontrol.

Komite audit yang efektif bekerja sebagai suatu alat untuk meningkatkan efektifitifitas, tanggung jawab, keterbukaan dan objektifitas dewan komisaris dan memiliki fungsi untuk:

1. Memperbaiki mutu laporan keunangan dengan mengawasi mutu laporan keuangan atas nama dewan komisaris.


(28)

2. Menciptakan iklimhudisiplin dan kontrol yang akan mengurangi kemungkinan penyelewengan-penyelewengan.

3. Kemungkinan anggota yang non eksekutif menyumbang suatu penilaian independen dan memainkan suatu peranan yang positif. 4. Membantu direktur keuangan dengan memberikan suatu kesempatan

dimana pokok-pokok persoalan yang penting yang sulit dilaksanakan dapat dikemukakan.

5. Memperkuat posisi auditor eksternal dengan memberikan suatu saluran komunikasi terhadap pokok-pokok persoalan yang memprihatinkan dengan efektif.

6. Memperkuat posisi auditor internal dengan memperkuat independensinya dari manajemen.

7. Meningkatkan kepercayaan public terhadap kelayakan dan objektifitas laporan keuangan serta meningkatkan kepercayaan terhadap kontrol internal yang lebih baik.

4. Lingkup Kerja Komite Audit

Menurut pedoman pembentukan komite audit (2002) kerangka fungsional komite audit harus terdiri dari:

a. Charter

1) Komite audit harus memiliki suatu audit committee charter (atau ketentuan tertulis) yang menetapkan secara jelas peran dan tanggung jawab komite audit dan lingkup kerjanya.


(29)

2) Audit Committee Charter tersebut termasuk di dalamnya: a) Sasaran dan ketentuan menyeluruh

b) Peran dan tanggung jawab c) Struktur

d) Syarat-syarat keanggotaan e) Rapat dan pertemuan f) Pelaporan

g) Kinerja

3) Audit Committee Cahrter disipkan oleh komite audit dan disetujui oleh dewan komisaris.

4) Audit Committee Caharter harus dikaji ulang setiap tahun oleh komite audit dan dewan komisaris.

5) Audit Committee Charter disebarkan kepada semua stakeholders perusahaan tersebut.

b. Struktur

1) Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris.

2) Komite audit diangkat oleh dewan komisaris setidaknya oleh komite nasional.

3) Anggota komite audit terdiri dari orang-orang yang independent, seperti komisaris yang tidak terlibat dalam pengurusan perusahaan dan pihak-pihak yang terafiliasi.


(30)

4) Komite audit paling sedikit terdiri atas tiga orang anggota , perlu dicatat berdasarkan praktek dan pengalaman dalam lingkup internasional, kebanyakan dari komite audit yang efektif terdiri dari tiga sampai lima anggota.

5) Anggota baru komite audit harus menerima orientasi dalam organisasinya, peran dan tanggung jawab komite audit dan lingkup fungsional.

6) Ketua komite audit diangkat oleh dewan komisaris, atau setidaknya oleh komite nasional.

7) Anggota komite audit, termasuk ketua komite audit diangkat untuk jangka waktu paling sedikit satu tahun. Namun, perlu diperhatikan bahwa praktek dan pengalaman dalam lingkup internasional menunjukan bahwa komite audit yang paling efektif adalah yang bertugas antara 1-3 tahun.

8) Sehubungan dengan sifat aktifitas komite audit yang memiliki tujuan jangka panjang, kelangsungan keanggotaan menjadi sangat penting, namun hal ini harus diimbangi oleh keperluan untuk mempertahankan suatu pendekatan penyegaran dan independensi, sehingga memerlukan suatu pergantian anggota komite audit. Pengangkatan kembali serta periode yang berakhir ditahun yang berbeda akan mmbantu tercapainya sasaran ini. Diupayakan pula menghindari anggota yang berpengalaman diganti secara serentak.


(31)

c. Syarat-Syarat Keanggotaan

1) Anggota komite audit harus memiliki suatu keseimbangan keterampilan dengan pengalaman dan latar belakang usaha yang luas.

2) Anggota komite audit harus: independen, objektif, dan professional.

3) Anggota komite audit harus pula memiliki: integritas, dedikasi, pemahaman organisasi, pemahaman yang baik tentang lingkungan bisnisnya, pemahaman mengenai resiko dan kontrol, paling sedikit satu anggota komite audit harus pula mempunyai pengertian yang baik mengenai pelaporan keuangan., dan selain syarat-syarat keanggotaan tersebut ketua komite audit harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan ketrampilan berkomunikasi dengan baik sekali.

d. Rapat dan Pertemuan

Penting artinya, bahwa rapat dan pertemuan komite audit direncanakan dan dipersiapkan dengan cukup baik. Ketua komite auditharus bertanggung jawab atas agenda dan bahan-bahan pendukung yang diperlukan.

1) Komite audit harus mengadakan rapat paling sedikit setiap 3 bulan sekali.


(32)

2) Anggota komite audit harus menghadiri rapat-rapat ini, termasuk rapat dengan pihak luar yang diundang sesuai keperluan. Pihak-pihak luar tersebut antara lain komisaris, manajemen senior, kepla auditor intenal dan auditor eksternal.

3) Rapat harus diadakan sesuai agenda yang telah disepakati.

4) Hasil rapat-rapat harus direkam dalam notulen, dan dibagi-bagikan pada peserta rapat semuanya.

e. Pelaporan

1) Komite audit diwakili oleh ketua komite audit memberikan laporan langsung kepada dewan komisaris yang diwakili oleh presiden komisaris.

2) Komite audit harus lapor paling sedikit setiap tahun dan menjelaskan apakah telah memenuhi dan melaksanakan peran mereka sebagaimana diuraikan dalamaudit committee charter. 3) Presiden komisaris harus menerima salinan-salinan sari semua

notulen dan laporan.

f. Kinerja

Kinerja komite audit sebaiknya dievaluasi paling sedikit satu tahun sekali baik secara self assessment or evaluation maupun oleh pihak independent diluar komite audit, misalnya: anggota komite lain dari dewan komisaris, atau semua anggota dewan komisaris diluar


(33)

eksekutif yang menjadi anggota komite audit. Evaluasi tersebut membandingkan kinerja actual komite audit terhadap peran dan tanggung jawab mereka yang tercakup dalam rencana kerja tahunan komite audit.

B. Pengendalian Intern

Pengendalian internal merupakan proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, menejemen serta personal lain dalam entitas, yang dirancang untuk memberikan jaminan yang layak berkaitan dengan pencapaian berbagai tujuan denan kategori: (1) efektivitas dan efisiensi operasi; (2) reliabilitas laporan keuangan; (3) ketaatan terhadap ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku (Tugiman, 2002: Fitria, 2008).

Tujuan pengendalian intern adalah menjamin menejemen perusahaan agar: (1) tujuan perusahaan yang ditetapkan akan dapat dicapai; (2) laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya; (3) kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku (http://id.wikipedia.org).

Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengelolaan sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan menejemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan (http://id.wikipedia.org).


(34)

Pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, menejemen dan personal lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan laporan keuangan; (b) efektifitas dan efisiensi operasi; (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Ahmad Maqsudi, 1997: 44).

Menurut Sawyer (2003: 59) pengendalian adalah penggunaan semua sarana perusahaan untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan dan mengawasi berbagai aktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai. Sarana pengendalian ini meliputi: bentuk organisasi, kebijakan, sistem, prosedur, instruksi, standar, komite, bagan, akun, perkiraan, anggaran, jadwal, laporan, catatan, daftar pemerriksaan, metode, rencana, dan audit internal.

Menurut Committee Of Sponsoring Organization Of The Threadway Commission (COSO) Internal Control (1994) dalam Kery (2004) mengenai pengendalian internal terdiri dari lima komponen yaitu: (1) lingkungan pengendalian; (2) penaksiran resiko; (3) kegitan pengendalian; (4) komunikasi dan informasi; dan (5) pemantauan (Sawyer, 2003: 61).

1. Lingkungan pengendalian (control environment) adalah lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para menejemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada diorganisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap linkungan pengendalian adalah filosofi menejemen (menejemen tunggal dalam persekutuan atau


(35)

menejemen bersama dalam perseroan) dan gaya operasi menejemen (menejemen yang progresif atau yang konservatif), sttruktur organisasi (terpusat dan terdesentralisasi) serta praktek kepersonaliaan. Lingkungan pengndalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengndalian intern yang lain. Komponen ini meliputi sikap manajemen di semua tingkatan secara umum dan konsep kontrol secara khusus, hal ini mencakup: etika, kompetensi, serta integritas, dan kepentingan terhadap kesejahteraan sosial (Sawyer, 2003: 62).

2. Penilaian resiko (Risk Assesment) adalah semua organisasi memiliki resiko, dalam kondisi apapun yang namanya resiko pasti ada dalam suatu aktifitas, baik aktifitas yang berkaitan dengan bisnis (profit dan non profit) maupun non bisnis. Suatu resiko yang telah di identifikasi dapat di analisa dan di evaluasi sehingga dapat diperkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya. COSO juga menambahkan pertimbangan tujuan disemua bidang operasi untuk memastikan bahwa semua bagian organisasi bekerja secara harmonis. Komponen ini telah menjadi bagian dari aktivitas audit yang terus berkembang (Sawyer, 2003: 62).

3. Prosedur pengendalian (Control Procedure) adalah prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja hingga menjamin pencapaian tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan kesalahan. Prosedur pengendalian meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib; (2) pelimpahan tanggung jawab; (3) pemisahan tanggung jawab


(36)

untuk kegiatan terkait; dan (4) pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan aset dan operasional (Sawyer, 2003: 62).

4. Pemantauan (Monitoring) adalah pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menentukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalain. Pengendalian intern dapat di monitor dengan baik dengan caa penilain khusus atau sejalan dengan usaha menejemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi. Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan pokok dalam strategi menejemen senior, struktur korporasi atau kegiatan usaha. Pada perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan sistem pengendalian intern. Auditor independen juga sering melakukan penilaian atas pengendalian intern sebagai bagian dari auditor atas laporan keuangan (Sawyer, 2003: 62).

5. Informasi dan komunikasi (Information and Communication) adalah informasi dan komunikaasi merupakan elemen-elemen yang penting dari pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian resiko, prosedur pengandalian dan monitoring diperlukan oleh menejemen sebagai pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan (Sawyer, 2003: 62).


(37)

Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Menejemen dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal. Hukum, peristiwa dan kondisi yang berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal (Fitria, 2008: 24).

C. Kinerja Keuangan

1. Definisi Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja menurut kamus besar bahasa Indonesia dalam Sucipno (2008) adalah merupakan kata benda yang artinya: suatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kemapuan kerja. Sedangkan penilaian kinerja menurut Mulyadi dalam Sucipno (2008:2) adalah penentuan secara priodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia sehingga penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang meraka mainkan dalam organisasi (Sucipto, 2003: 2).

Pengertian kinerja keuangan menurut Sucipno adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Pengukuran kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggung jawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggung jawab menejer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnya tanggung jawab sekaligus mengukur


(38)

prestasi keuangan tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang ukar untuk diukur (Sucipto, 2003: 2).

Kinerja keuangan perusahaan adalah sesuatu hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen, oleh karena itu menilai kinerja keuangan perlu melibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari pusat dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif (Yudha, 2007: 19).

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memproduksi posisi keuangan dan kinerja dimasa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemaki seperti pembayaran deviden, upah, pergerakan harga sekuritas, dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.

2. Pengukuran Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan merupakan suatu kunci sukses sebuah organisasi. Ketika suatu organisasi tumbuh dan berkembang, perkembangan tersebut akan diikuti oleh peningkatan kompleksitas dalam pengendalian internal. Oleh karena itu diperlukan sistem pengendalian kinerja yang sistematik dan terorganisir dengan baik. Dengan perencanaan dan proses implementasi yang baik, perusahaan dapat mencapai sukses secara berkeseimbangan, dimana kajian terhadap kinerja secara periodik


(39)

adalah inti dari proses pencapaian kesuksesan. Hal yang sama juga berlaku pada sebuah perusahaan BUMN, secara umum untuk sebuah perusahaan pengukuran kinerja dapat dipisahkan kedalam dua golongan yaitu kinerja keuangan dan kinerja non keuangan. Indikator pengukuran kinerja keuangan dapat diliaht dibawah ini (Yuliani 2007 dalam Intan Dewita 2010: 39):

1) Kinerja Laba, meliputi laba yang dapat diukur secara keuangan yang merupakan selisih antara pendapata dan biaya. Untuk unit bisnis (cabang), selain biaya yang terjadi pada cabang yang bersangkutan, perhitungan biaya sebaiknya mengikutsertakan porsi biaya kantor pusat dan yang dialokasikan bagi cabang yang bersangkutan (Yuliani 2007 dalam Intan Dewinta 2010: 39).

2) Kinerja Investasi, dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengambilan (return) atas aset (selain kas) yang dimanfaatkan dalam menjalankan bisnis, dan yang kedua adalah pengambilan atas investasi lainnya yang didanai oleh surplus kas yang dimiliki perusahaan. Cara sederhana untuk melakukan pengukuran investasi pada unit bisnis adalah dengan menghitung return on invesment (ROI) untuk masing-masing unit bisnis. Investasi pada aset di unit bisnis meliputi gedung, furniture, dan perlengkapan kantor lainnya (Yuliani 2007 Dalam intan Dewinta 2010: 39-40).


(40)

D. Keterkaitan Antar Variabel

1. Peran Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan

Dalam pedoman pembentukan komite audit salah satu tujuan dibentuknya komite audit adalah untuk mebantu direktur keuangan dalam memperbaiki mutu laporan keuangan, dan menciptakan iklim disiplin dan kontrol yang akan mengurangi kemungkinan penyelewengan-penyelewengan (F. A Alijoyo, 2003: 3). Untuk perusahaan BUMN/BUMD keputusan menteri secara tegas menyatakan bahwa komisaris/dewan direksi harus mebentuk komite audit yang bekerja secara kolektif dalam pelaksanaan tugasnya (F. A Alijoyo, 2003: 3), dan salah satu tugas dari komite audit yang bekerja secara kolektif yaitu mengawasi dan mengevaluasi kerja auditor (Sugiartha: 2008). Pada saat perusahaan menerbitkan laporan keuangan harus berdasarkan persetujuan dari manajer yang kemudian dievaluasi oleh auditor, jika dalam satu perusahaan terdapat orang-orang yang kompeten dalam meningkatkan laporan keuangan maka kinerja keuangan dalam perusahaan tersebut juga akan semakin baik sehingga data keuangan yang dipublikasikan tidak menyesatkan para pengambil keputusan (Sugiartha: 2008).

2. Pengendalian Intern terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Pengendalian intern yang efektif merupakan komponen penting dalam manajemen perusahaan dan menjadi dasar bagi kegiatan operasional perusahaan yang sehat dan aman. Pengendalaian yang efektif dapat


(41)

membatu pengurus juga menjaga aset perusahaan, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya (Bank Indonesia, 2003: 1). Salah satu komponen pengendalian intern adalah komunikasi dan informsi, informasi yang dimaksud adlah informsi akuntansi yang merupakan metode dan catatan yang mengidentifikasi, menyatuakn, analisis, klasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi organisasi/ lembaga dan menjaga akuntabilitasnya (Andi Yusuf Wahyu: 2009: 50). Sedangkan kinerja keuangan harus dibat dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Sucipto: 2003), sehingga pihak yang berkepentingan (business stakeholders) seperti pemilik, manajer, karyawan, pelanggan, kreditor serta pemerintah tidak dirugikan (Niswonger et. al. 1999) (Andi Yusuf wahyu, 2009: 50).

E. Kerangaka Pemikiran

Berdasarkan judul yang diangkat penulis mengenai komite audit dan pengen dalian intern tehadap kinerja keuangan, maka peneliti merumuskan kerangka berfikirnya sebagai berikut:

Gambar 2.1

Peran Komite Audit (X1)

Pengendalian intern (X2)


(42)

F. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha1 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara peran komite

audit terhadap kinerja keuangan.

H01 : Tidak terdapat pengaruh yang positif antara peran komite audit

terhadap kinerja keuangan.

Ha2 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengendalian

intern terhadap kinerja keuangan.

H02 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

pengendalian intern terhadap kinerja keuangan.

Ha3 : Secara bersama-sama peran komite audit dan pengendalian intern

terhadap kinerja keuangan.

H03 : Secara bersama-sama peran komite audit dan pengendalian intern tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

G. Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel Metode Hasil

Fitria Anggraini (2008),“Analisis pengaruh peran auditor internal dan peningkatan

pengendalian intern terhadap kinerja

keuangan”.

Peran auditor internal, pengendalian intern, dan Kinerja perusahaan.

Regresi berganda Pengendalian intern berpengaruh

terhadap kinerja keuangan perusahaan.


(43)

Paramitha Rika Sari (2008),“Hubungan

komite audit terhadap kinerja keuangan melalui

GCG”.

Komite audit, kinerja keuangan.

Regresi berganda Tidak terdapat pengeruh yang signifikan antara

komite audit terhadap kinerja

keuangan perusahaan. Puspita Anggraini

(2010),“Pengaruh audit manajemen dan pengendalian intern terhadap kinerja keuangan”.

Audit manajemen, Pengendalian

intern, dan Kinerja Keuangan.

Regresi berganda Sistem pengendalian intern

berpengaruh terhadap kinerja


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah anggota ikatan komite audit Indonesia (IKAI) serta beberapa perusahaan di jakarta yang memiliki komite audit yang berada disektor publik maupun swasta. Jenis penelitian ini menjelaskan fenomena dalam bentuk pengaruh peran komite audit dan pengendalian intern terhadap kinerja keuangan.

B. Metode Penentuan Sampel 1. Populai

Elemen popolasi ini tidak terbatas maka peneliti akan meneliti sebagaian dari elemen-elemen tersebut sebagai sample yaitu anggota IKAI dan anggota komite audit yang berada dibeberapa perusahaan.

2. Sampel

Tehnik penelitian sample dalam penelitian ini adalah dengan cara convenience sampling yaitu tipe pemilihan sample secara tidak acak (nonprobabiliti sampling) dengan memilih sample dari populasi (orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh peneliti (Indriantoro & Supomo, 2002: 130). Metode ini dipilih karena penelitidiberi kemudahan untuk memilih sample yang paling cepat serta adanya kesediaan dari responden untuk mnjawab pertanyaan dari penelitian.


(45)

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam membahas dan meneliti masalah dibutuhkan data dan informasi yang disusun dan dianalisis, sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang peran komite audit dan pengendalian intrn terhadap kierja keuangan. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (Indriantoro dan Supomo, 2002:46). Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner pertanyaan tertutup (closed) dengan memberikan pertanyaan kepada responden mengenai pendapat mereka tentang prean komite audit dan pengendalian intern terhadap kinerja keuangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro dan Supomo, 2006:147). Data sekunder ini diperlukan sebagai landasan teori yang dikumpulkan dengan cara membaca literatur, buku-buku akuntansi auditing dan sumber-sumber lain yang menunjang penyusunan skripsi ini.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik, sehingga pengujian yang dilakukan adalah sebagai


(46)

1. Uji Kualitas Data

Data ini merupakan data primer maka uji kualitas data penelitian menggunakan uji reliabilitas dan uji validasi.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur perubahan yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2001: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pertanyaan berkorelasi

positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan r hitung

dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2001:45).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari responden


(47)

melalui pertanyaan yang diberikan. Dalam pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar 0,6 dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar dari 0,6 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya, jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih kecil dari 0,6 maka butir pertanyaan tersebut tidak reliable. (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2001:42).

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Dalam penelitian ini uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi atau hubungan diantara variabel peran komite audit dan pengendalian intern. Pedoman suatu model regresi yang ideal adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (nilai VIF dan tolerance disekitar angka 1 serta koefisien korelasi antar variabel independen haruslah dibawah 0,5). Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidakorthogonal, yakni variabel orthogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2001: 91).


(48)

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.

Menurut Nugroho (2005:62) cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar scatterplot. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan tidak terdapat heterkesdastisitas apabila:

1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0 pada sumbu Y.

2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah aja. 3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika plot tidak membentuk pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka mengindikasikan telah terjadi homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah plot yang mengindikasikan homokedastisitas atau tidak


(49)

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001:105).

c. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2001:110)

3. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel independen dan satu variabel dependen. Metode analisis yang digunakan untuk


(50)

menguji hipotesis adalah metode regresi berganda (multiple regression), yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, yang digunakan untuk menguji Ha

1 , Ha2 ,dan Ha3dengan pendekatan interaksi yang bertujuan

untuk memenuhi ekspektasi peneliti mengenai analisis pengaruh komite audit dan pengendalian intern terhadap kinerja keuangan di KAP. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e

Keterangan:

Y : Kinerja Keuangan

a : Konstanta

b1 b2 : Koefisien Regresi

X1 : Pengaruh Peran Komite Audit

X2 : Pengendalian Intern

e : Error

Untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis, digunakan uji statistik terhadap output yang dihasilkan oleh model Regresi Berganda, uji statistik ini meliputi:

a. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabelModel Summarybdan tertulisAdjusted R Square.


(51)

seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Ghozali, 2005:45).

b. Uji Regresi Secara Parsial ( Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel Coefficientsa.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Masing-masing variabel independen dengan tingkat signifikansi yang digunakan 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jikap-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima (Nugroho, 2005:55).

c. Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA.


(52)

simultan mempengaruhi variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan p-value pada kolom Sig.Dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05. jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima (Nugroho, 2005:53)

E. Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variable dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala ordinal.

Kemudian jawaban yang didapat akan dibuat skor tertinggi bernilai 5 (lima) dan terendah bernilai 1(satu). Untuk jawaban tidak setuju (TS) = skor 1, kurang setuju (KS) = skor 2, cukup setuju (CS) = skor 3, setuju (S) = skor 4, dan sangat setuju (SS) = skor 5.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 4 variabel, yaitu:

1. Variabel Independen

Pengertian variabel independen yaitu variabel yang bebas dan mempengaruhi variabel lain (dependen). Variabel independen dalam penelitian ini adalah peran komite audit dan pengendalian intern.


(53)

a. Komite Audit

Komite audit adalah suatu komisi dewan direksi yang menentukan pemeliharaan eksternal auditor atau akuntan publik yang akan melakukan pemeriksaan dan penyajian atas laporan keuangan perusahaan. Adanya konsep komite audit adalah fenomena untuk meningkatkan pengendalian intern perusahaan pada level corporate governance.

b. Pengendalian Intern

Pengendalian intern adalah suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat yang di koordinasikan yang digunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijakan menejemen yang telah ditetapkan.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel tidak bebas atau yang dipengaruhi variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja Keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.


(54)

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Peran Komite

Audit

(X¹) Sumber: F. A. Alijiyo (2003).

1. Tujuan dan manfaat

dibentuknya komite audit.

1. Komite audit melakukan pengawasan laopan keuangan.

2. Komite audit memberikan pengawasan atas proses resiko dan kontrol.

3. Komite audit memberikan pengawasan atas proses tata kelola perusahaan. 2. Tanggung

jawab komite audit

1. Komite audit memberikan pendapat professional atas informasi perusahaan. 2. Komite audit bertanggung

jawab terhadap kegiatan internal dan eksternal perusahaan.

3. Komite audit bertanggung jawab mengawasi seluruh kegiatan perusahaan. 3. Lingkup kerja

komite audit

1. Audit committee charter 2. Struktur komite audit 3. Syarat keanggotaan

komite audit.

4. Rapat pertemuan komite audit.

5. Laporan komite audit. 6. Kinerja komite audit.

Pengendalian Intern (X²) Sumber: Puspita Anggraini (2008) 1. Lingkungan pengendalian

1. Sikap kerja seluruh karyawan.

2. Filosofi manajemen, gaya operasi, dan struktur organisasi dalam perusahaan. 2. Penilaian

Resiko

1. Identifikasi untuk meminimalkan resiko. 2. Perkembangan aktivitas

audit.


(55)

Pengendalian dan pendeteksian kesalahan. 2. Hal-hal terkait dengan

prosedur pengaendalian. 4. Pemantauan 1. Pemantauan terhadap

perilaku karyawan. 2. Penilaian secara khusus

dalam lingkungan perusahaan. 5. Informasi dan

komunikai

1. Informasi dalam lingkungan perusahaan sebagai

pedoman operasional. 2. Komunikai dan informasi

digunakan untuk efektifitas kontrol.

3. Informasi digunakan agar tidak menyesatkan para pengambil keputusan.

Kinerja Keuangan

(Y) Sumber: Sucipto

(2003).

Pengukuran Kinerja

1.Profit Performance. 2.ROI


(56)

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan kepada para anggota komite audit yang bekerja baik di Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) atau perusahaan lainnya yang memiliki komite audit. Pada dasarnya peneliti melakukan pemilihan beberapa perusahaan yang memiliki komite audit untuk menjadi sasaran penyebaran kuesioner. Dalam hal ini peneliti mendatangi langsung perusahaan yang bersangkutan.

Daftar nama perusahaan yang ditunjuk dalam penyebaran kuesioner dapa dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Nama Perusahaan No Nama Perusahaan

1 IKAI

2 Perum Perhutani 3 PT. Pos Indonesia

4 PT. Bank Negara Indonesia

Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010

Penyebaran kuesioner dilakukan dari awal bulan November 2010, sedangkan proses pengembalian dan pengumpulan data dilakukan sampai akhir November 2010. Kuesioner yang disebar sebanyak 60 buah dan dari jumlah tersebut yang kembali sebanyak 41 buah kuesioner dan dapat diolah seluruhnya. Hal ini dapat ditunjukan dalam tabel berikut:


(57)

Tabel. 4.2

Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah

Penyebaran Kuesioner 60

Kuesioner yang kembali 41

Kuesioner yang tidak kembali 19

Kuesioner yang bisa diolah 41

Tingkat pengembalian(Response rate) 68.33%

Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010

Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 60 kuesioner yang disebarkan yang dapat terkumpul sebanyak 41 buah kuesioner. Tingkat pengembalian yang diperoleh adalah sebesar 68.33% dari total kuesioner. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 19 kuesioner atau sebesar 31.66%. Hal ini menunjukkan tingkat pengembalian kuesioner yang cukup tinggi karena peneliti mendatangi langsung perusahaan yang bersangkutan dalam melakukan penyebaran kuesioner.

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Deskriptif Demografi Responden

Deskriptif demografi responden memberikan gambaran mengenai karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase (dengan pembulatan tanpa koma) jenis kelamin, pendidikan, dan lamanya bekerja pada perusahaan.


(58)

Tabel 4.3

Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Absolut Persentase

Laki-laki 36 87.80 %

Perempuan 5 12.19%

Jumlah 41 100%

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 36 orang atau sebesar 87.80%, sedangkan sisanya sebanyak 5 orang atau sebesar 12.19% dipenuhi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, sebagian besar responden yang mengisi kuesioner ini adalah laki-laki.

Tabel 4.4.

Pendidikan Responden

Pendidikan Absolut Persentase

SI 8 19.51%

S2 18 43.90 %

S3 15 36.58%

Jumlah 41 100%

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Pada tabel 4.4. dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir tersebar pada pendidikan Sarjana Strata Satu (SI) sebanyak 8 orang atau sebesar 19.51%. Responden yang berpendidikan terakhir dengan kategori Sarjana Strata Dua (S2) sebanyak 18 orang atau sebesar 43.90%, dan Sarjana Strata Tiga (S3) sebanyak 15 orang atau sebesar 36.58% .


(59)

Tabel 4.5.

Lama Berprofesi Sebagai Anggota Komite Audit

Lama Bekerja Absolut Persentase

1-3 tahun 29 70.73 %

3- 10 tahun 12 29.26%

Jumlah 41 100%

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Pada tabel 4.5. dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan lama berprofesi sebagai anggota komite audit antara 1-3 tahun sebanyak 29 orang atau sekitar 70.73 %, antara 3-10 tahun sebanyak 12 orang atau sekitar 29.26 %.

Tabel 4.6. Jawaban Responden Variabel Sangat

Setuju Setuju

Setuju Cukup

Kurang Setuju

Tidak Setuju

Peran Komite Audit 110 Butir 315 Butir 61 Butir 6 Butir 0 Pengendalian Intern 82 Butir 292 Butir 67 Butir 10 Butir 0 Kinerja Keuangan 20 Butir 38 Butir 21 Butir 3 Butir 0

Sumber: Hasil Penelitian yang diolah, 2010.

Pada tabel 4.6 dapat dilihat karakteristik responden yang menjawab sangat setuju, setuju, cukup setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Pada variabel peran komite audit pertanyaan yang diajukan sebanyak 12 butir kepada 41 responden, jawaban sangat setuju diperoleh sebanyak 110 butir, setuju sebesar 315 butir, cukup setuju 61 butir, kurang setuju 6 butir, dan tidak ada satupun responden yang menjawab tidak


(60)

sebanyak 11 butir kepada 41 responden, pada variabel ini jawaban sangat setuju diperoleh sebanyak 82 butir, setuju 292 butir, cukup setuju 67 butir, kutang setuju 10 butir, dan tidak ada satupun responden yang menjawab tidak setuju atas pertanyaan yang di ajukan. Sedangkan pada variabel kinerja keuangan pertanyaan yang diajukan sebanyak 2 butir kepada 41 responden, dan dari variabel ini diperoleh jawaban sangat setuju sebanyak 20 butir, setuju 38 butir, cukup setuju 21 butir, kurang setuju 3 butir, dan tidak ada satupun responden yang menjawab tidak setuju pada pertanyaan ini.

2. Uji Kualitas Data a. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari responden melalui pertanyaan yang diberikan. Hasil dari pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dapat dikatakanreliableatau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Dalam pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar 0,6 dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar


(61)

dari 0,6 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya, jika nilaiCronbach Alphadari suatu variabel lebih kecil dari 0,6 maka butir pertanyaan tersebut tidak realible. (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2005: 42).

Tabel 4.7. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Jumlah butir

pertanyaan Cronbach alpha

Peran Komite Audit 12 butir 0,919

Pengendalian Intern 1 1 butir 0,906

Kinerja Keuangan 2 butir 0,777

Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa instrumen untuk setiap variabel penelitian adalah reliabel, karena a hitung > 0,6. pada variabel peran komite audit memiliki α 0,919 > 0,6. Variabel pengendalian intern memiliki α hitung 0,906 > 0,6. Dan variabel kinerja keuangan memilikiα hitung 0,777 > 0,6.

b. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur perubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2005: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan


(62)

Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pertanyaan tidak

berkorelasi positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha, kemudian uji dengan

membandingkan r hitung (tabel corrected item-total correlation) dengan r tabel (tabelProduct Moment dengan signifikansi 0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2, dimana "n" adalah jumlah sampel penelitian sebanyak 41 responden sehingga diperoleh nilai (df) = 41-2 atau nilai df dari 39 adalah 0,260. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2005: 45). Hasil pengujian validitas ditunjukkan dalam table berikut:

Tabel 4.8.

Hasil Uji Validitas Variabel Peran Komite Audit

Pertanyaan r hitung r tabel Kesimpulan

Butir 1 0,782 0,260 Valid

Butir 2 0,735 0,260 Valid

Butir 3 0,742 0,260 Valid

Butir 4 0,516 0,260 Valid

Butir 5 0,685 0,260 Valid

Butir 6 0,662 0,260 Valid

Butir 7 0,716 0,260 Valid

Butir 8 0,776 0,260 Valid

Butir 9 0,697 0,260 Valid

Butir 10 0,765 0,260 Valid

Butir 1 1 0.773 0.260 Valid


(63)

Tabel 4.9

Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Intern

Pertanyaan r hitung r tabel Kesimpulan

Butir 1 0,404 0,260 Valid

Butir 2 0,700 0,260 Valid

Butir 3 0,710 0,260 Valid

Butir 4 0,664 0,260 Valid

Butir 5 0,422 0,260 Valid

Butir 6 0,627 0,260 Valid

Butir 7 0,676 0,260 Valid

Butir 8 0,762 0,260 Valid

Butir 9 0,790 0,260 Valid

Butir 10 0,701 0,260 Valid

Butir 1 1 0,705 0,260 Valid

Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010

Tabel 4.10

Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Keuangan

Pertanyaan r hitung r tabel Kesimpulan

Butir 1 0,636 0,260 Valid

Butir 2 0,636 0,260 Valid

Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010

Variabel peran komite audit terdiri atas 12 butir pertanyaan, dari 12 butir pertanyaan tersebut 11 butir pertanyaan adalah valid sedangkan 1 butirnya tidak valid, (r hitung > r table). Variabel pengendalian intern terdiri dari 11 butir pertanyaan, dan semua pertanyaan tersebut adalah valid (r hitung > r table). Begitupun juga pada variabel kinerja keuangan terdiri dari 2 butir pertanyaan, dan semua butir pertanyaan tersebut adalah valid (r hitung > r table).


(64)

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Dalam penelitian ini uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi atau hubungan diantara variabel komite audit, dan pengendalian intern. Pedoman suatu model regresi yang ideal adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (nilai VIF dan tolerance disekitar angka 1 serta koefisien korelasi antar variabel independen haruslah dibawah 0,5) atau tidak terjadi multikolinearitas. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidakorthogonalyakni variabelorthogonaladalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2005: 91).

Tabel 4.11.

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficients(a)

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1. (Constant)

Peran Komite Audit Pengendalian Intern

.429 .429

2.329 2.329 a Dependent Variable: Kinerja Keuangan


(65)

Pada tabel 4.11 terlihat nilai tolerance untuk tiap variabel sebesar 0.429 sedangkan nilai VIF untuk masing-masing varibel sebesar 2.329. berdasarkan pedoman terhadap uji multikolinearitas nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF 10 maka terlihat bahwa tidak terjadi korelasi diantara variabel peran komite audit dan pengendalian intern, atau tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi ini.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telahdi-studentized.

Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika plot tidak membentuk pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka mengindikasikan telah terjadi homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah plot yang mengindikasikan homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005: 105).


(66)

Gambar 4.1

Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010

Pada gambar 4.1. menunjukkan tidak terjadi pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar, dll. Sesuai dengan pedoman uji heteroskedastisitas, maka dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas atau disebut homokedastisitas. Hal ini dibuktikan dengan grafik plot diatas yang tidak membentuk pola tertentu yang teratur sehingga penelitian ini layak dilakukan pengujian lebih lanjut.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal, model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak mendekati normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F


(67)

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Ghozali, 2001:110).

Pada gambar 4.2. menunjukkan adanya persebaran data (titik) pada sumbu diagonal yang mendekati garis diagonal. Berdasarkan pedoman uji normalitas mengatakan bahwa jika persebaran data (titk) mengikuti atau mendekati garis normal maka suatu penelitian dapat dikatakan normal. Pada gambar histogram juga menunjukkan adanya normalitas dalam penelitian ini. Melihat hal tersebut maka dapat disimpulkan penelitian ini memenuhi uji normalitas.


(68)

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas-Grafik Histogram

Histogram

Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010. Gambar 4.3

Hasil Uji Normalitas-Grafik Normal P-Plot

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(1)

74

Regression

Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Pengendalian

Intern, Komite Audita

Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .835a .697 .681 .698

a. Predictors: (Constant), Pengendalian Intern, Komite Audit

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression Residual Total

42.605 18.517 61.122

2 38 40

21.303 .487

43.717 .000a

a. Predictors: (Constant), Pengendalian Intern, Komite Audit b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) Komite Audit Pengendalian Intern

-1.074 .035 .171

1.037 .031 .033

.157 .710

-1 .036 1.153 5.209

.307 .256 .000

.429 .429

2.329 2.329 a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan


(2)

Coefficient Correlationsa

Model Pegendalaian Intern Komite Audit

1 Correlations Pengendalaian Intern

1.000 -.755

Komite Audit -.755 1.000

Covariances Pengendalian Intern

.001 .000

Komite Audit .000 .001

a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Collinearity Diagnostica

Variance Proportions Dimensi

Model on Eigenvalue Condition Index (Constant) Komite Audit

Pengendalian Intern

1 1

2 3

2.989 .007 .003

1.000 20.031 31.168

.00 .98 .01

.00 .09 .91

.00 .16 .84 a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan


(3)

76

Reliability X1 (Komite Audit)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid Excludeda Total

41 0 41

100.0 .0 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.919 .922 12

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

VAR00001 3.93 .685 41

VAR00002 4.17 .704 41

VAR00003 4.07 .519 41

VAR00004 4.05 .631 41

VAR00005 3.93 .685 41

VAR00006 4.10 .583 41

VAR00007 4.10 .539 41

VAR00008 4.05 .669 41

VAR00009 4.10 .700 41

VAR00010 4.20 .601 41

VAR0001 1 4.05 .590 41


(4)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 44.98 27.624 .256 .516 .931

VAR00002 44.73 24.051 .782 .823 .907

VAR00003 44.83 25.795 .735 .755 .910

VAR00004 44.85 24.878 .742 .716 .909

VAR00005 44.98 25.874 .516 .398 .919

VAR00006 44.80 25.561 .685 .748 .911

VAR00007 44.80 26.011 .662 .734 .913

VAR00008 44.85 24.728 .716 .801 .910

VAR00009 44.80 24.111 .776 .819 .907

VAR00010 44.71 25.362 .697 .647 .911

VAR00011 44.85 25.078 .765 .740 .908

VAR00012 44.73 25.051 .773 .747 .908

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

48.90 29.940 5.472 12

Reliability X2 (Pengendalian Intern)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid Excludeda Total

41 0 41

100.0 .0 100.0


(5)

78

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.906 .907 11

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

VAR00001 3.93 .608 41

VAR00002 4.12 .678 41

VAR00003 3.95 .590 41

VAR00004 4.00 .632 41

VAR00005 3.85 .691 41

VAR00006 4.02 .570 41

VAR00007 3.98 .612 41

VAR00008 3.95 .740 41

VAR00009 4.00 .707 41

VAR00010 4.10 .735 41

VAR00011 3.98 .570 41

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 39.95 23.698 .404 .533 .910

VAR00002 39.76 21.589 .700 .770 .895

VAR00003 39.93 22.170 .710 .733 .895

VAR00004 39.88 22.110 .664 .605 .897

VAR00005 40.02 23.174 .422 .297 .910

VAR00006 39.85 22.728 .627 .719 .899

VAR00007 39.90 22.190 .676 .713 .896

VAR00008 39.93 20.770 .762 .808 .891

VAR00009 39.88 20.860 .790 .798 .889

VAR00010 39.78 21.176 .701 .757 .895

VAR0001 1 39.90 22.340 .705 .662 .895

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(6)

Reliability Y (Kinerja Keuangan)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid Excludeda Total

41 0 41

100.0 .0 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.777 111 2

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

VAR00001 4.12 .678 41

VAR00002 4.02 .689 41

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted VAR00001

VAR00002

4.02 4.12

.474 .460

.636 .636

.404 .404

.a .a a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates

reliability model assumptions. You may want to check item codings.

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Intitusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating (Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 40 99

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5 103 106

Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

14 239 98

Pengaruh Kualitas Auditor Dan Ukuran Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 59 86

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

1 76 98

Analisis Pengaruh Peran auditor Internal terhadap Peningkatan Pengendalian Intern an Kinerja Perusahaan

0 10 113

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Ukuran Dewan, dan Struktur Kepemilikan terhadap Financial Distress(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)

5 35 132

PENGARUH KUALITAS AUDIT, OPINI AUDIT DAN KOMITE AUDIT TERHADAP KINERJA PASAR PERUSAHAAN

0 7 85

PENGARUH AUDIT INTERNAL, PENGENDALIAN INTERNAL, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE Pengaruh Audit Internal, Pengendalian Internal, Dan Komite Audit Terhadap Penerapan Good Corporate Governance (Study Empiris Pada Bumn Di Kota Surakarta).

1 4 19

Pengaruh Penerapan Peran Komite Audit, Peran Dewan Pengawas Syariah, Dan Efektivitas Pengendalian Intern Atas Pelaporan Keuangan Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan.

0 1 2