Perbedaan tingkat perilaku seksual beresiko pada remaja sekolah yang mendapat program pendidik sebaya dan yang tidak mendapat program pendidik sebaya - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PERBEDAAN TINGKAT PERILAKU SEKSUAL BERESIKO

PADA REMAJA SEKOLAH YANG MENDAPAT PROGRAM

PENDIDIK SEBAYA DAN YANG TIDAK MENDAPAT

PROGRAM PENDIDIK SEBAYA

Skripsi

  

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Jurusan Psikologi

  

Disusun Oleh :

M I SRI DEWI RETNO C

009114154

  

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

Grew up in a small town

And when the rain would fall down

I 'd just stare out my window

D reaming of what could be

  

And if I 'd end up happy

I would pray

Trying hard to reach out

But when I tried to speak out

  

Felt like no one could hear me

W anted to belong here

But something felt so wrong here

So I 'd pray

  

I could breakaway

I 'll spread my wings and I 'll learn how to fly

I 'll do what it takes till I touch the sky

I 'll make a wish,

  

Take a chance,

M ake a change,

And breakaway

Buildings with a hundred floors

  

Swinging with revolving doors

M aybe I don't know where they'll take me

But gotta keep movin' on

M ovin' on, fly away

  

Breakaway

(Kelly Clarkson – Breakaway)

  

KU PERSEMBAHKAN KARYA SED ERHAN AKU IN I UN TUK :

  Kemuliaan-N ya, Semua yang kucinta dan mencintaiku, Papa, Mama, adik yang kusayangi, semua sahabat-sahabat terkasihku. Terima kasih untuk semua cinta yang indah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PERBEDAAN TINGKAT PERILAKU SEKSUAL BERESIKO PADA

REMAJA SEKOLAH YANG MENDAPAT PROGRAM PENDIDIK SEBAYA

DENGAN YANG TIDAK MENDAPAT PROGRAM PENDIDIK SEBAYA

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat perilaku seksual beresiko pada remaja sekolah yang mendapat program Pendidik Sebaya dan remaja sekolah yang tidak mendapat program Pendidik Sebaya. Hipotesis yang diajukan adalah tingkat perilaku seksual beresiko pada remaja sekolah yang mendapat program Pendidik Sebaya lebih rendah dari pada tingkat perilaku seksual beresiko pada remaja sekolah yang tidak mendapat program Pendidik Sebaya. Subjek penelitian ini berjumlah 120 orang yang berusia antara 15 - 18 tahun dan duduk di bangku sekolah menengah kelas XI. Metode pengumpulan data menggunakan skala Perilaku Seksual Beresiko. Teknik analisis data yang digunakan adalah t-test. Berdasarkan hasil t-test diperoleh koefisien perbedaan (nilai t) sebesar 3,155 dengan signifikansi 0,001 (p < 0,01). Hal ini berarti tingkat perilaku seksual beresiko remaja sekolah yang mendapat program Pendidik Sebaya lebih rendah dari pada tingkat perilaku seksual beresiko remaja sekolah yang tidak mendapat program Pendidik Sebaya. Rerata tingkat perilaku seksual beresiko remaja sekolah yang mendapat program Pendidik Sebaya(Mean=49,17) lebih rendah dibandingkan rerata tingkat perilaku seksual beresiko remaja sekolah yang tidak mendapat program pendidik sebaya (Mean=74,17). Kata kunci : Perilaku seksual beresiko, Remaja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

WITH OR WITHOUT PEER EDUCATOR PROGRAM: RISKY SEXUAL

BEHAVIOR LEVEL ESTIMATION IN SCHOOL TEENAGERS

ABSTRACT

  The aim of this research is to find that the difference of risky sexual behavior level estimation in school teenage rs with Peer Educator program and school teenagers without Peer Educator program. The hypothesis of the research is the risky sexual behavior level estimation in school teenage rs with Peer Educator program is lower than the risky sexual behavior level estimation in school teenagers without Peer Educator program. The sample of this research are 120 second year high school students, range from 15 – 18 years old. The data is gathered by using the Risky Sexual Behavior scale, and analyzed by using t-test. The t-test result shows that the differential coefficient (t-score) is 3,155 with the significance of 0,001 (p < 0,01). In other words, the risky sexual behavior level estimation of school teenager with Peer Educator program is lower than the risky sexual behavior level estimation of school teenager without Peer Educator program. The average of school teenager with Peer Educator program (Mean=49,17) is lower than the risky sexual behavior level estimation of school teenager without Peer Educator program (Mean=74,17).

  Key words: Risky sexual behavior, Teenager.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kuucapkan pada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat, perlindungan, dan bimbingan yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Banyak halangan dan hambatan untuk menyelesaikan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua yang sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini.

  Ucap syukur dan terima kasih kepada :

  1. Ibu Tanti Arini, S.Psi, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberi bimbingan, petunjuk, dan saran-saran hingga penulisan skripsi ini selesai.

  Terima kasih juga, ya bu, ima pernah dapat bonus konsultasi masalah pribadi gratis. Hehehe.. J. Akhirnya dapat merasakan juga konsultasi dengan psikolog profesional, thanks for the unconditional rewards, bu..

  2. Pihak SMK Marsudi Luhur I, SMK Marsudi Luhur II, dan SMK Negri 3 yang menjadi sampel penelitian. Terima kasih telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan pengumpulan data.

  3. PKBI DIY yang memberikan rekomendasi dan dukungannya. Thanks, guys..

  4. Mamah-Papah, yang telah dengan sabar dan mendukung penuh sampai skripsi ini selesai. Maaf, ya ma, pa skripsinya lama sekali.

  5. Ites-ku yang selalu memberikan semangat dan mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi, walaupun jarang kutanggapi. J But I eternally thank you.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6. Sahabat-sahabatku : Eve ‘ Thanks, ve statistiknya..’, Adis ‘Tiket PP ke Bali nya keburu hangus kalo harus tunggu 3 tahun, jeng..’, Yuyun ‘Sampe bosen ya.. ngingetin ima buat skripsi..’, Yoke and the babarsari gank.

  7. Bu Sylvia CMYM., S.Psi., M.Si trima kasih, bu.. atas bantuan dan dukungannya, mau direpotkan ima yang selalu telat ngurus segala tentang kuliah, jadi merepotkan sekali.

  8. Mas Gandung, dan Mbak Nanik, trima kasih rela selalu direpotkan olehku terutama kalau ima telat urus sesuatu. Pak Gik yang selalu bukakan pintu ruang dosen kalau ku telat mengumpulkan tugas, juga bukakan lift kalau ima telat masuk kuliah, hehe.. . Mas Muji yang selalu kurepotkan dengan telfon-telfon gak penting tentang keberadaan dosen hihihi.., Mas Doni, Bapak-bapak parkiran ‘sampe bosen ya..kok ima belum pergi-pergi dari sadar. Hehe..’ dan semua Sadhar crews, makasi atas bantuan dan dukungannya selama ini ya...!!

  9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis, M. I Sri Dewi Retno C

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................ v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................................. vi ABSTRAK............................................................................................................. vii KATA PENGANTAR........................................................................................... ix DAFTAR ISI.......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL.................................................................................................. xv

  BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah...................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 8 BAB II. LANDASAN TEORI............................................................................... 9 A. Remaja........................................................................................................ 9

  1. Pengertian dan batasan remaja............................................................. 9

  2. Perkembangan pada masa remaja......................................................... 11

  a. Perkembangan fisik.........................................................................12

  b. Perkembangan kognitif................................................................... 13

  c. Perkembangan sosial.......................................................................14

  3. Minat seks............................................................................................. 16

  B. Program Pendidik Sebaya (Peer Edocator)............................................... 17

  1. Pendidikan seksualitas secara umum .................................................. 17

  2. Program Pendidik Sebaya.................................................................... 18

  C. Perilaku Seksual Beresiko.......................................................................... 23

  1. Pengertian perilaku seksual.................................................................. 23

  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual............................ 25

  3. Bentuk perilaku seksual........................................................................ 26

  4. Bentuk perilaku seksual beresiko......................................................... 34

  D. Perbedaan Tingkat Perilaku Seksual Beresiko Pada Remaja Sekolah....... 37 Yang Mendapat Program Pendidik Sebaya Dan Remaja Sekolah Yang Tidak Mendapat Program Pendidik Sebaya

  E. Hipotesis..................................................................................................... 42

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 43 A. Jenis Penelitian........................................................................................... 43 B. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................................. 43 C. Definisi Operasional................................................................................... 43 D. Subjek Penelitian........................................................................................ 47 E. Metode Pengumpulan Data......................................................................... 49

  1. Penyusunan Aitem................................................................................ 50

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2. Pemberian Skor .................................................................................... 54

  3. Validitas dan Reliabilitas...................................................................... 58

  F. Metode Analisis Data................................................................................. 59

  G. Persiapan Penelitian.................................................................................... 59

  1. Orientasi Kancah Penelitian..................................................................59

  2. Perijinan Penelitian............................................................................... 61

  H. Pelaksanaan Penelitian................................................................................ 62

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 65 A. Hasil Penelitian.......................................................................................... 65

  1. Karakteristik Subjek............................................................................. 65

  2. Deskripsi Data.......................................................................................66

  3. Pengujian Prasyarat...............................................................................67

  a. Uji Normalitas.................................................................................67

  b. Uji Homogenitas............................................................................. 68

  4. Pengujian Hipotesis.............................................................................. 68

  B. Pembahasan.................................................................................................70

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 75 A. Kesimpulan................................................................................................. 75 B. Saran........................................................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 77 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

  Lampiran A

  1. Skala Penelitian.................................................................................................1

  2. Tabulasi Jawaban Remaja Sekolah Yang Mendapat Program Pendidik.......... 4 Sebaya

  3. Tabulasi Jawaban Remaja Sekolah Yang Tidak Mendapat Program .............. 6 Pendidik Sebaya

  4. Skor Total Penelitian........................................................................................ 8

  5. Frekuensi Dan Prosentase Respon Aitem Secara Keseluruhan........................ 10

  6. Frekuensi Respon Aitem menurut Jenis Kelamin Dan Status Pacaran.............11 Lampiran B

  1. Uji Reliabilitas................................................................................................. 12

  2. Uji Normalitas...................................................................................................13

  3. Uji Homogenitas............................................................................................... 14

  4. Uji Hipotesis..................................................................................................... 15 Lampiran C

  1. Surat Keterangan Penelitian..............................................................................16

  2. Surat Ijin Penelitian...........................................................................................17

  3. Keterangan Penelitian Dari SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta...................... 18

  4. Keterangan Penelitian Dari SMK Marsudi Luhur II Yogyakarta.................... 19

  5. Keterangan Penelitian Dari SMK Negri 3 Yogyakarta.....................................20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Skema Perbedaan Tingkat Perilaku Seksual Beresiko Pada Remaja...... 41 Sekolah Yang Mendapat Program Pendidik Sebaya Dan Yang Tidak Mendapat Program Pendidik Sebaya

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Spesifikasi Bentuk-bentuk Perilaku Seksual Beresiko......................... 51 Tabel 2 Pemberian Skor Respon Jawaban “Pernah” Pada Skala Perilaku........ 55

  Seksual Beresiko Tabel 3 Karakteristik Subjek............................................................................. 65 Tabel 4 Deskripsi Data Perilaku Seksual Beresiko. (N=120) .......................... 66 Tabel 5 Uji Normalitas .................................................................................... 67 Tabel 6 Uji Homogenitas ................................................................................. 68 Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 69

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kasus-kasus remaja yang berkaitan dengan masalah- masalah remaja

  meningkat seiring perkembangan jaman. Beberapa penelitan menunjukkan gambaran fenomena yang sangat memprihatinkan tentang meningkatnya perilaku seksua l aktif di kalangan remaja. Hasil survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2004) menunjukkan bahwa angka aborsi di kalangan remaja mencapai 700 sampai 800 kasus per tahun, sedangkan tingkat kelahiran dari kalangan remaja mencapai 11 persen dari seluruh kelahiran. Hanya 55 persen remaja yang mengetahui proses kehamilan dengan benar, 42 persen mengetahui tentang HIV/AIDS dan hanya 24 persen mengetahui tentang penyakit menular seksual (PMS). Data dari Pusat Studi Seksualitas (PSS) PKBI DIY mengungkapkan, angka konseling remaja KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) dari bulan Januari-Desember 2005 di Yogyakarta mencapai 550 kasus. Dari angka tersebut untuk usia remaja 18 sampai 24 tahun mencapai 465 kasus. Selain itu, merebaknya penularan HIV/AIDS di Yogyakarta sampai bulan November 2006 mencapai 309 kasus.

  Kasus-kasus di atas ini tidak lepas dari kurangnya pengetahuan remaja akan masalah kesehatan reproduksinya, IMS dan HIV/AIDS. Pemberian informasi yang jelas dan benar kepada remaja tentang kesehatan reproduksinya, penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS, merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  hal yang sangat penting. Sementara meninjau berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul pro-kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih berpandangan bahwa pendidikan seks seolah sebagai suatu hal yang vulgar.

  Berdasarkan kesepakatan Internasional di Kairo (The Cairo Consensus, 1994) tentang kesehatan reproduksi yang berhasil ditandatangani oleh 184 negara termasuk Indonesia, diputuskan tentang perlunya pendidikan seks bagi para remaja. Dalam salah satu butir konsensus tersebut ditekankan tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi remaja.

  Pentingnya remaja mendapatkan informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan seksualitas ini, dikarenakan meningkatnya minat remaja terhadap seks sebagai salah satu perubahan yang terjadi selama masa remaja. Meningkatnya minat pada seks, membuat remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang berharap bahwa seluk-beluk tentang seks dapat dipelajari dari orang tuanya. Oleh karena itu, remaja mencari pelbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya dengan membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, atau mengadakan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu, atau bersengama (Hurlock: 1991).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Perubahan lain yang terjadi pada masa remaja adalah perubahan sosial. Penyesuaian terhadap perkembangan sosialnya menjadi salah satu tugas perkembangan yang tersulit yang dihadapi remaja. Remaja umumnya harus menyesuaikan denga n lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum ada. Lingkungan sosial pada masa remaja tidak lagi terbatas pada lingkungan keluarga saja, tetapi semakin luas. Remaja harus mengadakan penyesuaian sosial dengan orang di luar lingkungan keluarga, yaitu dengan lingkungan teman sebaya baik yang sejenis maupun lawan jenis. Hal ini ditegaskan Monks (1987) bahwa pada perkembangan sosial, remaja memperlihatkan dua macam gerak, yaitu memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman sebaya.

  Dengan berkembangnya aspek sosial, remaja akan memperluas pengalaman sosialnya dan mulai mempersiapkan tugas-tugas ya ng lebih spesifik yang sesuai dengan orang dewasa. Bertambah luasnya lingkup sosial, remaja semakin dituntut selalu menyesuaikan dan diharapkan mampu membuat hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, serta mampu bertingkah laku sosial yang bertanggung jawab (Havinghurst dalam Hurlock, 1991). Dalam proses penyesuaian diri tersebut, remaja sering manghadapi masalah. Permasalahan remaja sebenarnya merupakan masalah yang kompleks, merupakan hasil interaksi dari berbagai sebab, antara lain remaja itu sendiri, lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan sosial.

  Lingkungan sosial dapat merupakan penyebab sekaligus sebagai sarana untuk penanggulangan permasalahan remaja. Penyebab dan penanggulangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  permasalahan remaja dapat dilihat melalui konsep dan dukungan sosial (social

  

support ). Dukungan sosial adalah sumber-sumber yang diberikan oleh orang

lain. Salah satu sumber dukungan sosial adalah kelompok teman sebaya.

  Kelompok teman sebaya merupakan konteks yang paling alami dan aman bagi remaja, karena hubungan dengan teman sebaya merupakan interaksi yang mendalam (Sugianto, 1994).

  Hasil studi dari Afiatin, dkk (1994) menunjukkan bahwa remaja telah melakukan berbaga i usaha mengatasi permasalahan yang dirasakan. Usaha yang telah dilakukan tersebut sebagian besar mencoba mengemukakan permasalahannya pada teman sebaya. Dengan sesama kelompok remaja mereka merasa aman karena dapat bebas mengemukakan permasalahannya, saling belajar dan saling mendapat umpan balik dari teman sebayanya. Maka dari studi di atas dapat diasumsikan bahwa pendekatan kelompok teman sebaya merupakan sarana yang cukup efektif untuk membantu remaja memecahkan permasalahannya.

  Studi yang dilakukan Afiatin tidak mengungkap secara langsung pemecahan masalah seksualitas pada remaja yang diselesaikan dengan mengemukakan permasalahannya dengan teman sebaya, akan tetapi survey yang dilakukan oleh Youth Center PKBI di beberapa kota yaitu Cirebon, Tasikmalaya, Singkawang, Palembang, dan Kupang (2001) mengungkapkan bahwa pengetahuan remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi terutama didapat dari teman sebaya, disusul oleh pengetahuan dari televisi, majalah atau media cetak lain, sedangkan orang tua dan guru menduduki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  posisi setelah kedua sumber tadi. Oleh karena itulah, pengetahuan reproduksi juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengetahuan teman-teman sebayanya (peer). Jika teman sebaya mempunyai pengetahuan yang memadai, maka dia akan dapat memberikan pengetahuan ini kepada temannya.

  Sebaliknya, apabila pengetahuan remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi rendah, maka yang beredar di kalangan remaja adalah informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, termasuk mitos- mitos yang menyesatkan. Hal ini tentunya sangat membahayakan, apalagi mengingat bahwa mitos yang menyesatkan tersebut dapat berakibat fatal terhadap masa depan remaja itu sendiri.

  Dengan menyadari hal ini, maka Youth Center PKBI seluruh Indonesia mengembangkan program yang disebut Pendidik Sebaya, yaitu pendidikan yang dilakukan dengan cara mengkader sekelompok orang untuk menjadi Pendidik Sebaya bagi kelompok sebayanya. Para Pendidik Sebaya adalah orang yang memberikan pendidikan kepada kelompok sebayanya. PKBI DIY sampai saat ini telah mendampingi 17 sekolah tingkat menengah umum dan 5 sekolah tingkat menengah pertama. Konsep ini dikembangkan untuk membantu remaja dalam menghadapi masalah-masalahnya. Salah satunya dengan memenuhi kebutuhan remaja akan informasi tentang seksualitas.

  Informasi tentang seksualitas adalah informasi tentang segala hal tentang seksualitas, misalnya kesehatan reproduksi, resiko seksual aktif, dan penyakit menular seksual ataupun HIV/AIDS. Dari pemenuhan kebutuhan remaja akan informasi tentang seksual ini, diharapkan kasus-kasus seksual yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dikehendaki seperti hubungan seksual pra nikah, kehamilan tidak dikehendaki, aborsi, dan penyakit menular seksual ataupun HIV/AIDS dapat dikurangi dan dicegah.

  Sebelum menjadi Pendidik Sebaya, para remaja ini mendapat pendidikan dulu dari para ahli di PKBI mengenai seksualitas, kesehatan reproduksi dan masalah- masalah remaja lainnya, termasuk tentang NARKOBA dan penyalahgunaannya. Setelah itu, diharapkan mereka dapat menularkan pengetahuannya tadi ke rekan-rekan sebayanya, serta mempengaruhi mereka untuk mengambil keputusan yang sehat dan bertanggung jawab.

  Pada intinya Pendidik Sebaya berperan sebagai pemberi informasi atau nara sumber bagi rekan sebayanya. Kegiatan yang dilakukan oleh Pendidik Sebaya bermacam- macam dan dapat dilakukan di sekolah maupun si luar sekolah, misalnya menfasilitasi diskusi kelompok, menyelenggarakan sarasehan, mengisi majalah dinding (mading), memberikan informasi secara interpersonal dengan konseling sebaya (peer counseling) dan menjadi motivator untuk kegiatan-kegiatan remaja lainnya baik di sekolah ataupun di lingkungannya, dan juga memberikan konseling sebaya (peer counseling).

  Dalam hal ini Pendidik Sebaya berperan mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi di antara rekan-rekan sebayanya, kemudian jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, merujuk rekan yang mengalami masalah tadi ke konselor, ahli yang ada di Youth Center. Dalam kegiatannya, mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  didampingi oleh pihak sekolah dan divisi Pendamping Pendidik Sebaya PKBI DIY.

  Kecanggungan yang dialami remaja ketika membuka komunikasi dengan orang lain diharapkan akan berkurang bila ia berada dalam kelompoknya. Dengan sesama kelompok remaja ini, mereka akan dapat merasa aman karena dapat bebas mengemukakan permasalahannya, saling belajar dan saling mendapat umpan balik dari teman sebayanya. Kelompok remaja ini dipandang memiliki sifat-sifat positif dalam hal memberikan kesempatan luas untuk melatih caranya bersikap, bertingkah laku dalam hubungan-hubungan sosial. Dengan demikian, kelompok teman sebaya dapat dijadikan sebagai agen perubahan (change agent) yang dapat membantu remaja itu sendiri untuk memecahkan masalahnya dan berperilaku yang lebih sehat terutama dalam kaitannya dengan seksualitas.

  Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini ingin melihat apakah ada perbedaan tingkat perilaku seksual beresiko pada remaja sekolah yang mendapat program Pendidik Sebaya (Peer Educator) dan remaja sekolah yang tidak mendapat program Pendidik Sebaya (Peer Educator).

II. Rumus an Masalah

  Apakah ada perbedaan tingkat perilaku seksual beresiko pada remaja sekolah yang mendapat program Pendidik Sebaya dan remaja sekolah yang tidak mendapat program Pendidik Sebaya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  III. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada perbedaan tingkat perilaku seksual beresiko pada remaja sekolah yang mendapat program Pendidik Sebaya dan remaja sekolah yang tidak mendapat program Pendidik Sebaya.

  IV. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis Dapat digunakan sebagai literatur dalam melakukan penelitian yang relevan di masa yang akan datang khususnya dalam bidang psikologi perkembangan khususnya remaja.

  2. Manfaat Praktis Sebagai evaluasi keefektifan program Pendidik Sebaya bagi PKBI DIY dan sekolah-sekolah tingkat menengah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja

  1. Pengertian dan batasan remaja Remaja atau adolescence berasal dari kata latin yang berarti

  “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Ba nyak ahli berbeda-beda dalam memberikan pengertian tentang remaja, contohnya adalah Hurlock (1991) yang mengemukakan masa remaja sebagai masa peralihan dari suatu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya. Pada masa remaja seseorang dituntut untuk meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan mulai mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.

  Erikson (1989), mengemukakan bahwa adolesensi adalah suatu masa pertumbuhan yang berada di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa ini tindakan dan perbuatan individu belum menunjukan kedewasaan dan juga identitas masa depannya belum pasti.

  Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis, psikologis, dan sosial. Persoalan pokok masa adolesensi adalah berkembangnya suatu kesadaran akan identitas dan konflik pokoknya adalah “krisis identitas”. Periode yang merupakan bagian dari lingkaran hidup ini bermula pada waktu setiap kaum muda mulai mencari bagi dirinya sendiri suatu pandanga n dan arah hidup sentral serta mencari satu kesatuan batiniah yang mantap,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  berdasarkan sisa-sisa dari masa kanak-kanaknya dan harapan- harapan akan masa dewasanya yang diantisipasikannya. Ia harus menemukan satu kesamaan yang berarti antara bentuk identitas yang telah ia lihat dalam dirinya sendiri dan bentuk identitasnya yang menurut kesadarannya yang tajam diharapkan darinya oleh orang lain.

  Mussen dkk (1969) menyatakan juga bahwa masa remaja merupakan tahap kehidupan yang penuh tantangan dan kesulitan. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja selain terjadi perubahan fisik, psikis dan kognitif juga terjadi perubahan dalam tuntutan sosial terhadap remaja.

  Hampir sama dalam memberikan definisi, para ahli pun berbeda- beda dalam memberikan batasan usia masa remaja. Monks (1987) menyatakan masa remaja secara global berlangsung antara unur 12 sampai 21 tahun. Jersild (dalam Mappiare, 1982) menyebutkan bahwa masa remaja berada pada usia sekitar 11 sampai 20 tahun. Gunarsa & Gunarsa (1991) memberikan batasan masa remaja pada usia 12 sampai 22 tahun.

  Sedangkan batasan usia remaja menurut WHO adalah antara usia 10 sampai 20 tahun dengan pembagian usia 10 sampai 14 tahun sebagai remaja awal dan usia 15 sampai 20 tahun sebagai remaja akhir (sarwono, 1981). Batasan remaja tersebut hampir sama seperti yang dikemukakan dalam PBB yang menetapkan usia 15 sampai 24 tahun sebagai usia pemuda dan di Indonesia batasan remaja mendekati batasan PBB, yaitu antara usia 14 sampai 24 tahun (Sarwono, 1989)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Dari beberapa pendapat di atas dapat peneliti menyimpulkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa dengan segala perubahan-perubahan yang dialami meliputi perubahan fisiologis, psikologis, dan sosial dengan batasan usia berkisar antara usia 14 atau 15 tahun sampai usia 20 atau 24 tahun. Peneliti menyimpulkan batasan usia remaja berdasarkan batasan yang dikemukakan oleh PBB karena melihat penelitian ini dilakukan di Indonesia.

  2. Perkembangan pada masa remaja Perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai macam perubahan seiring dengan perkembangannya. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Begitu juga dengan sebaliknya, jika perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga akan menurun.

  Perubahan-perubahan lainnya adalah meningginya emosi, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, serta nilai-nilai. Terhadap setiap perubahan ini, sebagian besar remaja bersikap ambivalen yaitu keinginan dan tuntutan akan kebebasan, tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  mereka masih takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.

  Berikut ini adalah berbagai macam perkembangan yang terjadi pada masa remaja: a. Perkembangan fisik

  Pertumbuhan fisik masih jauh dari sempurna pada saat masa puber berakhir, dan juga belum sepenuhnya sempurna pada akhir masa awal remaja. Terdapat penurunan dalam laju pertumbuhan dan perkembangan internal lebih menonjol daripada perkembangan eksternal.

  Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan tubuh yang baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu panjang. Organ seks baik pria maupun wanita juga mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kedepan. Sedangkan ciri-ciri seks sekunder yang utama berada pada tingkat perkembangan yang matang pada akhir masa remaja.

  Dengan berkurangnya perubahan fisik, kecanggungan pada masa puber dan awal masa remaja pada umumnya menghilang, karena remaja yang lebih besar sudah mempunyai waktu tertentu untuk mengawasi tubuhnyayang bertambah besar.

  Hanya sedikit remaja yang mengalami kateksis-tubuh atau merasa puas dengan dirinya. Ketidak puasan lebih banyak dialami di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  beberapa bagian tubuh tertentu. Kegagalan mengalami kateksis-tubuh menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya harga diri selama masa remaja. Keprihatinan in timbul karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial (Hurlock, 1991).

  b. Perkembangan kognitif Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002) pemikiran masa remaja berada pada tahap operasional formal. Pemikiran ini lebih abstrak daripada pemikiran seorang anak. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman kongkret aktual sebagai dasar pemikiran, akan tetapi mereka dapat membangkitkan situasi-situasi khayalan, kemungkinan- kemungkinan hipotesis, atau dalil-dalil dan penalaran yang labih abstrak. Remaja semakin dapat berpikir tentang pemikiran itu sendiri. Mereka dapat bertanya-tanya mengapa mereka memikirkan apa yang sedang mereka pikirkan. Hal ini mencirikan bertambahnya minat remaja pada memikiran itu sendiri dan keabstrakan pemikiran.

  Selain itu, pemikiran remaja juga idealis. Mereka mulai memikirkan tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain serta membandingkan diri mereka dan orang lain dengan standar- standar ideal ini. Selama masa remaja, pemikiran-pemikiran sering berupa fantasi yang mengarah ke masa depan.

  Pada saat yang bersamaan, ketika mereka berpikir lebih abstrak dan idealis, mereka juga berpikir lebih logis menurut Kuhn (dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Santrock, 2002). Remaja mulai berpikir seperti ilmuwan yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah- masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis.

  Dalam kognisi sosial, remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus. Mereka mulai berpikir tentang kepribadian.

  Pemikiran egosentrisme ini menurut Elkind (dalam Santrock, 2002) ada dua bagian, yang pertama yaitu penonton khayalan. Bagian ini adalah dimana remaja meyakini bahwa orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. Bagian yang kedua adalah dongeng pribadi. Bagian ini meliputi perasaan unik seorang anak remaja. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengerti bagaimana perasaan mereka yang sebenarnya.

  c. Perkembangan sosial Dalam perkembangannya, remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai- nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, serta nilai- nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 1991). Monk (1987) juga mengungkapkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pada perkembangan sosial remaja memperlihatkan dua macam gerak, yaitu memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman sebaya.

  Pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga.

  Horrocks dan Benimoff (dalam Hurlock, 1991) mengungkapkan bahwa didalam kelompok sebaya remaja merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya. Mereka dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang ingin mereka dihindari. Nilai- nilai dalam kelompok sebaya bukanlah nilai- nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya. Dalam kelompok sebaya inilah mereka memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasi, dan disini jugalah mereka dapat menemukan dunia yang memungkinkan mereka bertindak sebagai pemimpin apabila mampu melakukannya.

  Dalam hal memilih teman, remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, yang dapat mempercayakan masalah- masalah dan membahas hal- hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua maupun guru. Remaja juga tidak lagi hanya menaruh minat pada teman-teman sejenis. Minat terhadap lawan jenis bertambah besar pada masa remaja (Hurlock, 1991; Santrock, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Minat seks Untuk memenuhi tugas perkembangan dalam hal peran seksual,

  Hurlock (1991) mengungkapkan minat terhadap seks meningkat pada masa remaja. Hal ini membuat remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang berharap bahwa segala informasi mengenai seks dapat dipelajari dari orang tuanya.

  Oleh karena itu, remaja mencari berbagai sumber informasi yang dapat diperoleh, misalnya dari pendidikan seks disekolah, membahas dengan teman-teman, buku-buku dan situs internet tentang seks, atau mengadakan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu atau bersenggama. Survey yang dilakukan ole h Youth Center PKBI di beberapa kota yaitu Cirebon, Tasikmalaya, Singkawang, Palembang, dan Kupang (2001) mengungkapkan bahwa pengetahuan remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi terutama didapat dari teman sebaya, disusul oleh pengetahuan dari televisi, majalah atau media cetak lain, sedangkan orang tua dan guru menduduki posisi setelah kedua sumber tadi.

  Telaah telaah tentang apa yang terutama ingin diketahui tentang seks menunjukan bahwa perempuan sangat ingin tahu tentang keluarga berencana, “pil antihamil”, pengguguran dan kehamilan. Di sisi lain, laki- laki ingin mengetahui tentang penyakit kelamin, kenikmatan seks, hubungan seks, dan keluarga berencana. Minat utama mereka tertuju pada masalah hubungan seks, konteksnya dan akibatnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Untuk memenuhi tugas perkembangan membentuk hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis, remaja mulai mengembangkan sikap yang baru pada lawan jenisnya dan selain mengembangkan minat pada pelbagai kegiatan yang melibatkan laki- laki dan perempuan. Minat ini bersifat romantis dan disertai dengan keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dari lawan jenis.

  Remaja perempuan memiliki keinginan yang lebih kuat untuk penjajakan keintiman dan kepribadian dalam berkencan daripada remaja laki- laki (Santrock, 2003). Berkencan bagi remaja ialah suatu konteks dimana harapan- harapan peran yang berkaitan dengan gender meningkat.

  Laki- laki merasakan tekanan untuk tampil secara “maskulin” dan perempuan merasakan tekanan untuk tampil secara “feminin”.

B. Program Pendidik Sebaya

  1. Pendidikan seksualitas secara umum Menurut Sarlito (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak (Gunarsa, 2001). Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar (Mutadin, 2002).

  Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping pendidik sebaya PKBI DIY selama hampir dua tahun, masih banyak sekolah yang belum mempunyai jam pelajaran khusus tentang seksualitas untuk menyampaikan materi seksualitas secara utuh. Materi seksualitas diberikan secara terpisah pada jam pelajaran Bimbingan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Konseling, Agama, Pendidikan Jasmani dan Biologi. Meninjau berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul pro-kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan seks (Sumardi, 1976).

  Dimensi biologis seksualitas, dalam hal ini tentang anatomi terpaparkan dalam bab Anatomi Tubuh kelas XI (Syamsuri, 2007 dan Tia, 2008). Sehingga dapat terbayangkan siswa kelas X belum mendapatkan materi tentang anatomi tubuh secara kurikulum.

  Pendidikan Jasmani kelas XI berdasarkan observasi, ada beberapa sekolah yang menjelaskan tentang berbagai macam penyakit menular seksual dan pemeliharaan kesehatan organ reproduksi. Materi ini diberikan guru untuk melengkapi materi pemeliharaan kesehatan (Mujahir, 1996).

  Materi seksualitas yang behubungan dengan psikologis dan sosial biasanya disampaikan melalui mata pelajaran Bimbingan Konseling dan Agama, akan tetapi hal itu tergantung pada guru dan kebijakan sekolah masing- masing (Riandari, 2007). Dari pengalaman peneliti selama hampir dua tahun sebagai pendamping pendidik sebaya di sekolah, ada beberapa sekolah yang mulai meniadakan mata pelajaran bimbingan konseling mengingat, salah satu alasannya adalah, semakin padatnya materi kurikulum pelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2. Program Pendidik Sebaya Program Pendidik Sebaya adalah pengkaderan siswa sekolah untuk menjadi pendidik sebaya bagi teman-temannya. Para Pendidik Sebaya adalah orang yang me mberikan pendidikan kepada kelompok sebayanya. Program ini adalah program dampingan PBKI DIY kepada sekolah- sekolah di Yogyakarta yang nantinya ketika sekolah sudah dapat menjalankannya sendiri, PKBI akan melepas pendampingannya. Sampai saat ini, sudah ada 17 sekolah tingkat menengah umum dan 5 sekolah tingkat menengah pertama yang didampingi oleh PKBI DIY dengan 6 orang pendamping Pendidik Sebaya yang setiap orangnya mendampingi 3 sampai 4 sekolah.

  Latar belakang program ini adalah karena remaja sangat kuat dipengaruhi oleh kelompok sebayanya. Oleh karena itu akan lebih baik jika pengaruh yang diberikan oleh kelompok sebaya merupakan pengaruh yang positif dan membangun. Dalam kelompok sebaya inilah diharapkan program ini dapat membantu remaja menyelesaikan masalahnya dalam hal seksualitas.