4) Sebelah timur dengan wilayah Distrik Ransiki Kabupaten Manokwari, wilayah Distrik

  B B A A B B

  Papua. Berdekatan dengan leher pegunungan sempit yang menghubungkan Kepala Burung dengan wilayah lainnya di Provinsi Papua. Secara geografis wilayah Kabupaten Teluk Bintuni berada antara 1° 57’50”LS - 3° 11’26”LS dan 1.9.32° 44’59” - 134° 14’49”BT serta terletak antara pantai selatan kepala burung dan pantai semenanjung Onin yang menghadap ke arah laut Seram di lepas pantai barat Papua. Secara administratif, kawasan Teluk Bintuni berbatasan dengan :

GAMBAR 2.1 Kabupaten Bintuni Berdasarkan UU NO. 26 Tahun 2002 Tentang Pemekaran Wilayah

  Wamesa, Distrik Windesi, dan Distrik Wasior Kabupaten Teluk Wondama, serta wilayah Distrik Yaur Kabupaten Nabire.

  4) Sebelah timur dengan wilayah Distrik Ransiki Kabupaten Manokwari, wilayah Distrik

  3) Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Distrik Kaimana dan Distrik Teluk Arguni Kabupaten Kaimana, wilayah Distrik Kokas Kabupaten Fakfak

  2) Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Distrik Kokoda dan Distrik Aifat Timur Kabupaten Sorong Selatan

  1) Sebelah utara berbatasan dengan Distrik Aifat Timur Kabupaten Sorong Selatan, wilayah administrasi Distrik Kebar, Distrik Testega, Distrik Mayambow, dan Distrik Sururey Kabupaten Manokwari

  awasan Teluk Bintuni merupakan salah Kabupaten pemekaran baru di Provinsi Papua Barat yang baru disahkan dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 12 November 2002. Terletak antara pantai selatan Kepala Burung dan Pantai Semenanjung Onin, menghadap ke arah Laut Seram di lepas pantai barat

  I I

  I I 2 .1 K ondisi U m um 2 .1 .1 Profil Ge ogra fi 2 .1 .1 .1 Le t a k , Lua s da n Ba t a s Ge ogra fis

  I I N N T T U U N N

  I I L L A A Y Y A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N T T E E L L U U K K B B

  I I W W

  I I S S

  I I G G A A M M B B A A R R A A N N U U M M U U M M D D A A N N K K O O N N D D

  K K

  Kabupaten Teluk Bintuni memiliki luas wilayah 18.637 km² . Distrik Babo merupakan distrik yang memiliki luas daerah terbesar di Kabupaten Teluk Bintuni yaitu 23,32% atau sebesar 4.328 km² . Distrik Aranday memiliki luas kedua terbesar setelah Distrik Babo yaitu sebesar 2.431 km² atau sebesar 13,04% . Sementara itu distrik yang memiliki luas terkecil adalah Distrik Bintuni memiliki luas sebesar 1.318 km² atau hanya sebesar 7,11% dari total luas Kabupaten Teluk Bintuni.

  14 Sum uri Tofoi

  5

  5

  16 Aroba Aroba

  5

  5

  15 Kait aro Sara

  5

  5

  6

  4

  6

  13 Dat aran Beim es Horna

  5

  5

  12 Tuhiba Tuhiba

  6

  6

  11 Manim eri Bum i Saniari

  17 Masy et a Masy et a

  4

  5

  5

  3

  24 Moskona Tim ur I gom u

  4

  4

  23 Meyado Meyado

  4

  4

  22 Moskona Barat Mey erga

  5

  18 Biscoop Jahabra

  21 Weriagar Weriagar

  4

  4

  20 Kam undan Kalit am i I

  4

  4

  19 Tom u Sebyar Rej osari

  7

  7

  5

  10 Kuri Sarbe

TABEL 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni Menurut Distrik Luas Rasio Terhadap (Km

  9 Moskona Selatan 2.417 12,97

  8

  2

  6

  1 Bint uni Bint uni Barat

TABEL 2.2 Pembagian Daerah Administratif Kabupaten Teluk Bintuni D ist r ik I bu k ot a D ist r ik Jm l D e sa Jm l Ke lu r a h a n Ju m la h

  Pada tahun 2007 Distrik di Kabupaten Teluk Bintuni dimekarkan menjadi 24 Distrik berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2.

  Sumber : Kabupaten Teluk Bintuni Dalam Angka, 2006 No. Kelurahan/Kampung KOTA BINTUNI GAMBAR 2.2 Luas Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni Menurut Distrik

  10 Moskona Utara 1.189 6,39 18.637 100,00

  8 Merdey 2.030 10,89

  4

  7 Aranday 2.431 13,04

  6 Tembuni 1.326 7,11

  5 Bintuni 1.318 7,07

  4 Farfurwar 1.171 6,28

  3 Kuri 1.611 8,65

  2 Idoor 816 4,38

  1 Babo 4.328 23,22

  2 ) Total (%)

  2 Babo I rarut u I I I

  4

  4

  4

  4

  9 Wam esa I door

  3

  3

  8 Farfurw ar Fruat a

  4

  4

  7 Tem buni Tem buni

  4

  3 Merdey Merdey

  6 Moskona Ut ara Moy eba

  5

  5

  5 Moskona Selat an Jagiro

  4

  4

  4 Aranday Aranday

  7

  7

  3 Ju m la h 1 1 3 2 1 1 5 Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Teluk Bintuni No. 3 Tahun 2007

TABEL 2.3 Pembentukan Distrik Baru Di Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2007 No. Distrik I bu Kota Nama Desa K/ P Status

  2

  1 At ibo Manim eri

  2

  1 Pasam ai

  2

  1 Korano Jaya

  2

  1

  12. Tuhiba Tuhiba Tuhiba

  1 Tusaida

  1 Warait am a

  2

  1 Kucir

  2

  1 Sibena Raya

  2

  1 Sibena Perm ai

  2

  1

  2

  2

  2

  2

  1 Yakat i

  2

  1 Mam uranu

  2

  1

  10. Kuri Sarbe Sarbe

  2

  1 Wgura

  1 Refideso

  1 Banj ar Ausoy

  2

  1 Naram asa

  2

  1 Obo

  2

  1

  11. Manim eri Bum i Saniari Bum i Saniari

  2

  13. Dat aran Beim es Horna Horna

  1 Cum naj i

  1 Yensei

  16 Aroba Aroba Aroba

  2

  1 Warga Nusa I I

  2

  1 Tugurem a

  2

  1 Suga

  2

  1

  2

  2

  1 Yaru

  2

  1 Sido Makm ur

  2

  1 Wim bro

  2

  1 Sangguar

  2

  1 Warga Nusa I

  15. Kait aro Sara Sara

  2

  1

  1 Menci

  2

  1 Sir

  2

  1 Huss

  2

  1 Ugdohop

  2

  14. Sum uri Tofoi Tofoi

  1

  2

  1 Tanah Merah

  2

  1 Saengga

  2

  1 Forada

  2

  1 Mat erabu Jaya

  2

  2

  2

  1. Bint uni Bint uni Barat Bint uni Barat

  2

  1 Kasira

  2

  1

  3. Merdey Merdey Merdey

  2

  1 Mogr om us

  2

  1 Menggerba

  1 Mey om

  1 Nusei

  2

  1 Mor om buy

  2

  1 Mekiesefeb

  2

  1 Mer yeb

  2

  1

  2

  2

  2

  2

  1

  1 Bint uni Tim ur

  1

  1 Beim es

  2

  1 I gurij i

  2

  1 Tuasai

  1 Wesiri

  1 Am ut u

  2

  1 Argosigem erai

  2

  1 Masina

  2

  1

  2. Babo I rarut u I I I I rarut u I I I

  2

  4. Aranday Aranday Aranday

  1 Kecap

  9. Wam esa I door I door

  1 Bangun Mulya

  2

  1

  7. Tem buni Tem buni Tem buni

  2

  1 Araisum

  2

  1 Mogoi Baru

  2

  2

  2

  1 No. Distrik I bu Kota Nama Desa K/ P Status

  8. Farfurw ar Fruat a Fruat a

  2

  1 Riendo

  2

  1 Mary ed i

  2

  1

  1 I nofina

  1 Mosum

  2

  2

  1 Baru

  2

  1 Manunggal Karya

  2

  1

  5. Moskona Selat an Jagiro Jagiro

  2

  1 I nggof

  1 Mey enda

  2

  2

  1 Raw ara

  2

  1 Barm a Barat

  2

  1

  6. Moskona Ut ara Moy eba Moy eba

  2

  1 Mer est im

  1

  No. Distrik I bu Kota Nama Desa K/ P Status

  2

  1

  2

  1 Maj nic

  2

  1 lst ew kim

  2

  1 Macok

  22. Moskona Barat Mey erga Mey erga

  2

  1

  2

  1 Tuanaikin

  2

  1 Weriagar Ut ara

  2

  1 Weriagar Baru

  2

  23. Meyado Meyado Meyado

  1 Barm a

  2

  1 Sum uy

  Berdasarkan survey dan juga ketetapan yang telah disepakati bersama, Distrik Bintuni akan dijadikan sebagai I bukota Kabupaten Teluk Bintuni, dimana Kota Bintuni sendiri akan direncanakan terdiri atas kelurahan Bintuni Barat, Kelurahan Bintuni Timur, Kampung Sibena dan wilayah SP ( Satuan Permukiman) V yang Sekarang berubah menjadi kampung Argo Sigemerai. Catatan resmi mengenai jumlah penduduk dari masing-masing kelurahan dan kampung yang valid sulit didapat, karena kendala pada saat pencatatan jumlah penduduk dari para pamong praja.

  c. Sebelah timur berbatasan dengan Distrik Ransiki Kabupaten Manokwari, dan d. Sebelah barat berbatasan dengan Distrik Tembuni, Kabupaten Teluk Bintuni.

  b. Sebelah selatan berbatasan dengan Distrik I door, Kabupaten Teluk Bintuni;

  a. Sebelah utara berbatasan dengan Distrik Merdey Kabupaten Teluk Bintuni dan Distrik Sururey Kabupaten Manokwari;

  Secara geografis, distrik, distrik Bintuni terletak pada koordinat 133° 31.315’ BT dan 02° 306,328’ LS. Luas wilayah Distrik Bintuni adalah 7.926 km² . Batas – batas wilayah Distrik Bintuni adalah sebagai berikut :

  Kabupaten Teluk Bintuni dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, dan Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2002 Nomor 129. Secara administratif, Distrik Bintuni yang merupakan bagian dari Teluk Bintuni terdiri dari 2 kelurahan dan 18 kampung yang berada di pesisir distrik dan pedalaman/ pegunungan.

  1 Sumber : Kabupaten Teluk Bintuni dalam angka 2006 2 .1 .1 .2 Ba t a s Wila ya h Da n Pusa t Adm inist ra si Pe m e rint a ha n

  2

  2

  2

  1 Mesna

  2

  24. Moskona Tim ur I gom u I gom u

  1

  2

  1 Vasco Dam neem

  2

  1 Barm a Baru

  1 Mogot ira

  21. Weriagar Weriagar Weriagar

  17. Masy et a Masy et a Masy et a

  2

  2

  1 Laudoho

  2

  1 Mey orga

  2

  1 Mey em bru

  2

  1 I bori

  18. Biscoop Jahabra Jahabra

  2

  1

  2

  1 Mesom da

  2

  1 Kalibiru

  2

  1 Mest ofu

  2

  1 Eniba

  1 Mow it ka

  1

  1

  2

  1 Bibiram

  2

  1 Menara

  2

  1 Kalit am i I I

  2

  20. Kam undan Kalit am i I Kalit am i I

  2

  2

  1 Ekam

  2

  1 Tar oy

  2

  1 Tom u

  2

  19. Tom u Sebyar Rej osari Sebyar Rej osari

  1

  Pemandangan dari udara Kota Bintuni

  Maksud dan tujuan utama pembentukan Teluk Bintuni sebagai sebuah entitas pemeritahan lokal yang berdiri sendiri antara lain adalah untuk mendekatkan pusat pelayanan umum dan mempercepat kesejahteraan masyarakat. Salah satu sarana untuk mencapai dua tujuan utama dimaksud adalah penyelenggaraan berbagai jenis bidang dan urusan pemerintahan yang sudah didesentralisasikan kepada daerah dan pelaksanaan APBD.

  Sementara sejak dilakukan pemilihan Kepala Daerah yang berlangsung secarA aman dan demokratis pada 2 Desember 2005, di Kabupaten Teluk Bintuni terbentuk Pemerintah Daerah Definitif dengan Drg. Alfons Manibui, DESS. sebagai Bupati dan Drs. H. Akuba Kaitam sebagai Wakil Bupati.

  Dengan diterbitkannya PERDA Kabupaten Teluk Bintuni No. 3 Tahun 2007, wilayah kabupaten ini dikembangkan lebih lanjut menjadi

  • Berdasarkan karakteristik sumber daya yang ada, terdiri dari: o
  • Berdasarkan pusat-pusat pertumbuhan terdapat wilayah yang dijadikan sebagai aglomerasi

  24 Distrik, 113 kampung dan 2 kelurahan. Walaupun tergolong kabupaten yang masih muda, meski demikian wilayah ini berpotensi menjadi etalase pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Papua Barat.

  • Berdasarkan jalur lintas antardaerah, meliputi : o

  Kabupaten Teluk Bintuni berkembang pesat dari sejak dicetuskannya Kabupaten ini menjadi kabupaten definitif. Pada tahun 2006 Kabupaten Teluk Bintuni terdiri dari 10 Distrik dan

  95 Kampung dan 2 Kelurahan. Namun pada tahun 2007 Kabupaten Teluk Bintuni dimekarkan menjadi 24 Distrik dan 113 Kampung dan 2 Kelurahan dengan luas wilayah 18.637 Km2, dimana ibukota Kabupaten Teluk Bintuni terletak di Dist rik Bintuni.

  Kabupaten Teluk Bintuni sebagian besar berada di dataran pulau Papua. Distrik Babo merupakan distrik yang memiliki luas daerah terbesar di Kabupaten Teluk Bintuni yaitu sebesar 23,32 % atau sebesar 4.328 km2. Distrik Aranday memiliki luas kedua terbesar setelah Distrik Babo yaitu sebesar 2.431 km2 atau sebesar 13,04 % . Sementara itu ibukota Kabupaten Teluk Bintuni yaitu Distrik Bintuni memiliki luas sebesar 1.318 km2 atau hanya sebesar 7,11 % dari total luas Kabupaten Teluk Bintuni.

  Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni dapat dikelompokkan menjadi 3 kawasan yang didasarkan atas karakteristik sumber daya, jalur lintas antardaerah, dan pusat -pusat pertumbuhan, adalah sebagai berikut :

  Kawasan pesisir yang berada di sekitar teluk dicirikan dengan adanya pantai, muara, dan delta yang ditumbuhi oleh hutan pantai, hutan mangrove, nipah, dan hutan sagu/ campuran. Wilayah ini didiami oleh penduduk di distrik Aranday, dan Babo; o Kawasan dataran rendah yang dicirikan oleh hutan dataran rendah, sungai–sungai, dan delta. Wilayah ini didiami oleh sebagian penduduk di distrik Bintuni; o

  Kawasan dataran tinggi yang dicirikan oleh hutan, sungai, dan danau;

  Kawasan yang memiliki akses jalur laut dan sungai seperti Distrik Babo dan Distrik Bintuni yang memiliki akses menuju Kabupaten/ Kota Sorong; o Kawasan yang memiliki akses jalur darat seperti Kota Bintuni di distrik Bintuni yang memiliki akses menuju kabupaten/ Kota Manokwari; dan o

  Kawasan yang memiliki akses jalur udara seperti Babo di Distrik Babo dan Kota Bintuni di Distrik Bintuni merupakan kawasan yang berada pada jalur ekonomi yang memiliki akses ke kota/ kampung di Teluk Bintuni dengan daerah lain di Provinsi Papua Barat.

  (perkembangan kota dalam kawasan tertentu) meliputi kota Bintuni dan Babo. Beberapa wilayah yang berkembang menjadi pusat pertumbuhan baru adalah kawasan Sumuri-kelapa dua ( termasuk wilayah Tanah Merah – Saengga) dan kawasan Aranday kota .

  Kantor Bupati Kabupaten Teluk Bintuni

  2 .1 .1 .3 K lim a t ologi

  I klim dalam wilayah Teluk Bintuni termasuk dalam iklim tropis monson yang dicirikan oleh kondisi suhu dan kelembaban udara yang tinggi sepanjang tahun atau tropik basah. Monson barat laut atau musim penghujan, umumnya terjadinya selama bulan Desember hingga Maret, sedangkan monzón tenggara atau musim kemarau terjadi selama bulan Mei hingga bulan Oktober. Perubahan monson tersebut dicirikan oleh beberapa mekanisme perubahan fisik atmosfer yang menghasilkan angin musiman yang bertiup kencang yang membedakan antara mesim penghujan dan musim kemarau. Data tahunan menunjukkan bahwa kecepatan angin berkisar dari lambat ke sedang (8 m/ detik) dengan frekuensi kej adian kurang dari 2% .

  Kecepatan angin terbesar umumnya bertiup dari arah barat daya (> 15m/ detrk), tetapi dengan kejadian yang Amat jarang. Di kawasan Teluk Bintuni banyak mengalir sungai-sungai besar dengan anak-anak sungainya. Pada dataran ini mengalir beberapa sungai utama diantaranya yaitu sungai Muturi, Sebyar dan Tembuni. Umumnya sungai-sungai tersebut dapat dilalui angkutan air yang jaraknya berbeda dan tergantung pada ketinggian air pasang serta kepadatan tumbuhan riparian dan nipah. Beberapa kampung dan pusat distrik yang terletak di tepian sungai dapat dijangkau kapal-kapal kecil dan perahu-perahu besar dengan bantuan air pasang yang cukup untuk melewati beting-beting pasir di sepanjang aliran sungai.

TABEL 2.4 Sungai-Sungai Besar Di Kawasan Teluk Bintuni Panjang Lokasi / (Km

  2 ) Distrik

  1 Muturi 140 Bintuni Teluk Bintuni

  2 Sebyar 150 Aranday Teluk Bintuni

  3 Tembuni 110 Tembuni Teluk Bintuni

  4 Kaitero

  53 Babo Teluk Bintuni

  5 Kasuri

  63 Babo Teluk Bintuni Sumber : Monografi Kabupaten Teluk Bintuni

  No. Nama Sungai Muara

  Berdasarkan intensitas hujan per hari hujannya, Kabupaten Teluk Bintuni berada pada kelas berintensitas sangat rendah sampai rendah. Dalam hal ini, wilayah Kabupaten Teluk Bintuni relatif aman terhadap bencana banj ir dan longsor apabila fungsi perlindungan kawasan dengan kelerengan tinggi/ curam dan fungsi perlindungan pada daerah aliran sungai dan kawasan resapan air tanah tidak diganggu. Sebaliknya, Kabupaten Teluk Bintuni cukup rentan terhadap kekeringan terutama di musim kemarau. Suhu di wilayah ini minimum 22,7 C dan maksimum 33 C dengan suhu rata-rata 27,3 C. Berdasarkan hasil pencatatan Badan Meteorologi dan Geofisika, suhu udara pada tahun 2007 berkisar antara 23,4 C dan 31,9 C. Suhu terendah terjadi di bulan Juli dan tertinggi di bulan Oktober.

  Sebagai daerah tropis seperti halnya dengan daerah lain di I ndonesia, wilayah Kabupaten Teluk Bintuni mempunyai topografis daerah pantai, dataran rendah hingga pegunungan. Pada tahun 2007, Kabupaten Teluk Bintuni menurut pencatatan Stasiun Meteorologi dan Geofisika memiliki tingkat kelembaban udara relatif tinggi yang berkisar antara 80% - 86% dengan rata- rata kelembaban udara 83% . Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Februari dan kelembaban udara terendah pada bulan Agustus. Penyinaran matahari di wilayah ini adalah 59,67% , sedangkan tekanan udara rata-rata adalah 1007,9 mb. Rata-rata kecepatan angin pertahun adalah 8 knot.

  GAMBAR 2.4 Sea Surface Temperature Suhu udara di Kota Bintuni berkisar antara 22° C sampai dengan 39° C, tingkat kelembaban yang berpotensi gempa. Upaya untuk menanggulangi dampak negatif akibat bencana alam udara tergolong tinggi yang berada pada kisaran 70% - 90% , sedangkan tingkat curah hujan tersebut adalah dengan dilakukan tindakan penanggulangan bencana yang berupa mitigasi. yang terjadi di Kota Bintuni berada pada kisaran 2500 – 4500 mm/ tahun dengan intensitas hujan Mitigasi merupakan proses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk meminimalkan 13,6 – 20,4 mm/ hari hujan. dampak negatif bencana alam yang diantisipasi akan dapat terjadi di masa akan datang di suatu daerah tertentu. Tipe iklim di daerah rencana menurut Koppen adalah alfa, yang berarti daerah hujan tropika dengan suhu rata-rata > 18° C dan curah hujan terkering > 60 mm/ bulan dengan bulan terpanas o

  Berdasarkan hal tersebut dalam perencanaan wilayah diperlukan strategi dalam > 22

  C. Dari Studi Dampak Lingkungan sehubungan dengan adanya potensi kegiatan perkotaan pembangunan, yaitu : di Kota Bintuni, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengembangan kota terutama pembangunan fisik bukan di daerah patahan.

a. Dibandingkan dengan sebelum dan sesudah terjadinya perkembangan kegiatan perkotaan, 2. Pemanfaatan sumber daya alam bahan galian dengan optimal.

  maka diperkirakan akan terjadi perubahan nilai unsur iklim dalam skala mikro terutama suhu, Secara umum, wilayah Teluk Bintuni merupakan rawa-rawa yang ditumbuhi oleh hutan kelembaban, dan kecepatan angin. mangrove dan pohon-pohon sagu, selanjutnya ke arah daratan merupakan bagian yang landai

  b. Suhu udara di siang hari diperkirakan akan naik sekitar 1 – 2,5° C dan pada malam hari akan dan ditumbuhi oleh pepohonan yang lebat. Bentuk morfologi dan kemiringan kawasan Teluk turun 0,5 – 1° C. Kelembaban pada siang hari akan menurun sekitar 5 – 10% . sedangkan

  Bintuni mencirikan empat satuan morfologi, yaitu : pada malam hari diperkirakan tidak mengalami perubahan. Perubahan kecepatan angin ini karena adanya penebasan vegetasi yang berfungsi sebagai penahan angin.

  1) Morfologi daratan yang meliputi sebagian besar wilayah Teluk Bintuni dengan kemiringan 0

  c. Perubahan suhu dan kelembaban udara tersebut di atas diperkirakan akan mempengaruhi – 5% . Wilayah ini terdiri dari endapan alluvial, dataran banjir dan endapan laut litoral. tingkat kenyamanan. Dengan demikian diperlukan adanya penataan bangunan rumah tinggal

  2) Morfologi daratan bergelombang yang dijumpai di daerah dataran alluvial pada bagian - atau tempat usaha sehingga dapat meningkatkan kenyamanan. bagian yang agak terisolasi yang juga terbentuk dari endapan sungai. Kemiringan berkisar antara 5-10% dengan ketinggian relief rata-rata kurang dari 30 meter.

  2 .1 .1 .4 Ge ologi Da n Ge om orfologi

  3) Morfologi bukit rendah yang dijumpai di bagian barat dataran Bomberai, bagian uatara Secara umum wilayah Papua terletak pada pertemuan dua lempengan kerak bumi , yaitu dataran utara dan bagian tepi dataran Onin. Lemiringan berkisar antara 10-20% dengan lempeng Pasifik yang bergerak ke arah Barat dan lempengan Samudera I ndonesia-Australia- ketinggian relief hengga 100 meter.

  Papua yang bergerak ke arah Utara. Akibat pertemuan lempengan tersebut banyak terjadi lipatan Terdapat 3 buah gunung yang memiliki tinggi labih 1000m yaitu Faumai dan Ubukai, pegunungan dan patahan di daerah Papua. Gerakan lempeng Pasifik relatif ke arah Barat keduanya di distrik Merdey yang masing-masing memiliki ketinggian 1.476m dan 1.130 m. diperkirakan rata-rata 11 cm/ tahun, sedangkan gerakan lempeng Samudera I ndonesia-Australia-

  Gunung yang ketiga adalah gunung Sigimerai sepanjang 1.760 m. Sedangkan gunung yang Papua relatif ke arah Utara diperkirakan rata-rata 7 cm/ tahun. kurang dari 1000 m adalah gunung Wayura yang terletak di distrik Babo. Pada Pertemuan kedua lempeng ini terjadi subduksi atau penyusupan satu sama lain, yaitu lempeng Pasifik menyusup di bawah lempeng Samudera I ndonesia-Australia-Papua. Akibat interaksi kedua lempeng kerak bumi tersebut banyak terjadi lipatan (pegunungan) dan patahan di daerah Papua. Bentukan patahan-patahan ini yang menimbulkan daerah atau wilayah-wilayah

  TABEL 2.5

A. Geologi

  Nama Dan Ketinggian Gunung Di Kabupaten Teluk Bintuni Menurut Distrik

  Daerah-daerah pesisir di Kawasan Teluk Bintuni didominasi oleh jenis tanah Entisols,

  I nceptols dan Histosols. Sedangkan daerah pegunungan didominasi oleh tanah-tanah Entisols dan Distrik Nama Gunung Ketinggian ( M)

  I nceptols dan Histosols umumnya berpotensi sulfat asam yang ditunjukkan dengan lapisan pirit Merdey Faumai 1.476 Merdey Ubukai 1.130

  pada tanah-tanah tersebut. Kedalaman lapisan pirit bervariasi dan berkisar antara 30 – 60 cm dari

  Bintuni Sigimerai 1.760

  permukaan tanah (Atlas Sumberdaya Pesisir Kawasan Teluk Bintuni, 2003). Bahan-bahan induk

  Babo Wayura 495 Sumber : Kabupaten Teluk Bintuni dalam angka 2006

  pada kawasan Teluk Bintuni secara umum terdiri dari bahan alluvium. Bahan ini merupakan hasil endapan dari sungai-sungai yang melewati desa tersebut, seperti sungai Muturi dan Tembuni.

  Jenis padsolik merah kuning ( Entisols, I nceptisols, dan Utisols) rendah akan unsure hara Bahan induk berupa alluvial dan illuviasi, berwarna kelabu dan kelabu kecoklatan. Daerah yang terutama Ca, P dan Na yang dijumpai pada wilayah Bintuni. Podsolik merah coklat ( I nceptisols) letaknya jauh dari permukaan laut umumnya struktur tanahnya agak kasar sedangkan dekat memunyai horizon Ap berwarna merah dan coklat kemerah-merahan hingga coklat kekuning- pantai struktur tanahnya halus dan juga terdapat jenis tanah organosol/ gambut ( histosols). kuningan yang tersebar di Wilayah Distrik Bintuni. Tekstur tanah halus sangat dominan dan Kawasan Teluk Bintuni didominasi oleh jenis batuan ( litologi) sedimen tersier dan kuarter. tersebar di seluruh Wilayah Distrik Bintuni, sementara untuk tekstur kasar berada di bagian

  Sedimen tersier yang terdiri dari batu pasir, batu lumpur mikaan, batu lanau, batu napal, batu utaranya, dan sebagian kecil diisi oleh tekstur gambut. Daerah pesisir Teluk Bintuni terdiri dari gamping dan konglomerat, dijumpai di bagian utara dan selatan Kabupaten Teluk Bintuni, daerah mangrove dataran rendah, rawa sagu dan dataran pasang di sepanjang garis pantai. Ke sedangkan sedimen kuarter berupa kerikil, pasir lumpur dan gambut dapat dijumpai di bagian arah daratan semakin membukit dengan kelerengan yang cukup tajam dan memanjang yang tengah, sedimen kuarter ini pada umumnya dijumpai pada Distrik Aranday dan Bintuni. Wilayah ditutupi oleh hutan tropis yang tebal dan padang rumput terbuka. Deposit sedimen tersier Teluk Bintuni sebagian besar terdapat batuan sedimentasi sehingga berpotensi terdapat bahan terdapat didekat pantai yang berdekatan dengan daerah-daerah permukiman atau desa di galian golongan C dan golongan A. Adanya batuan sedimen ini banyak terdapat di Distrik sepanjang pantai teluk. Tanah pantai umumnya alluvium kuartener yang terdiri dari deposit Aranday, Tembuni, Bintuni, Babo, dan Fafurwar yaitu yang termasuk golongan geologi lingkungan delta. Di daerah-daerah yang ditutupi rumput, pengaruh monsoon tropis telah menciptakan tipe 1 dan 2. Adanya batuan gamping juga berpotensi untuk bahan galian golongan C yang tanah-tanah permukaan laterit. terdapat di Distrik I door dan Distrik Kuri.

  Jenis tanah di Daerah Teluk Bintuni secara umum dapat dibagi menjadi :

  • Secara umum wilayah Teluk Bintuni berbentuk rawa yang ditumbuhi hutan mangrove dan

  Organisasi di daerah mangrove;

  • pohon-pohon sagu. Wilayah daratan bersifat landai dengan ditumbuhi oleh pepohonan lebat dan

  Alluvium di meander sungai dan daerah tangkapan hujan;

  • di dataran tinggi. Terdapat beberapa gunung yang ketinggiannya bervariasi antara 400 meter -

  Gleisol di daerah yang letaknya rendah dan dijenuhi air;

  • 1700 meter.

  Kambisol dan padsolik di daerah perbukitan, dan • Renzina dan mediteran yang berbukit yang berbatu dasar kapur. Batuan yang lebih muda dalam suksesi, kemungkinan termasuk dalam suatu rangkaian batu serpih dan batu lempung yang semakin keatas berbentuk gamping atau dikenal sebagai

  Jenis tanah yang menonjol adalah tanah kambisol dan padsolik. Ketebalan kolom formasi jass (ibid). jenis batuan tergolong batu kapur beumur tersier dan batu pasir pleitocene tanahnya sangat terngantung kepada derajat kemiringan dan stabilitas kemiringan. Tanah- (Dow et al, 1988 dalam Atlas Sumberdaya Pesisir Kawasan Teluk Bintuni, 2003). tanah yang berkembang di daerah miring cenderung lebih mudah t ererosi yang menyebabkan lapisan tanah di daerah ini tipis. Tanah-tanah kambisol dan padsolik terbentuk dari hasil pengaruh Dataran alluvial umumnya dibentuk oleh kerikil, pasir, lumpur dan gambut dengan - musim dan penghancuran kimia terhadap batuan dasar dan atau sedimen dari masa Pleistocene ketebalan sekitar 20 cm dan elevasi 0 – 50 m dpl. Dijumpai di daerah pantai dan Distrik atau halocene. Tanah-tanah tersebut menyebar luas, tetapi lebih umum terdapat daerah Aranday., Sungai berkelok, tahapan tua dendritik dengan muara-muara yang lebar 3 bergelombang atau daerah yang lebih tinggi. Tanah-tanah ini umumnya lebih permeable dan berdebit antara 90 – 380 m / det.

  • masam. Tanah-tanah kambisol pada umumnya jenuh dan mengandung horizon sulfik pada Perbukitan bergelombang, elevasi 50 m dpl, litologi berupa batulumpur mikaan,

  kedalaman 0,5 meter. Tanah-tanah padsolik pada umumnya basah dan tampak belang, tetapi batupasir, batulanau, konglomerat dan batugamping, dijumpai di daerah Distrik Bintuni, mengandung sulfur yang cukup tinggi.

  Babo, Merdey dan Moskana Selatan.

  • Perbukitan lipatan dijumpai pada elevasi 50 – 800m m dpl di Wilayah Distrik I door dan

B. Geomorfologi Kuri umumnya dibentuk oleh batunapal, batulumpur gampingan, telah tersesarkan.

  Berdasarkan ketinggian dan kemiringan lahan menjadikan Kota Bintuni memilki bentang - Perbukitan karst terdapat di wilayah I door dan Kuri, elevasi 0 -1619 m dpl, litologinya alam yang sangat bervariasi yaitu gabungan antara dataran – daerah bergelombang – daerah berupa batu gamping, telah tersesarkan. berbukit – sampai ke pada daerah yang terjal. Ke arah timur kota semakin bergelombang dan terjal. Berdasarkan kondisi bentang alam atau morfologinya Kota Bintuni dapat dibagi menjadi

GAMBAR 2.5 Peta Sebaran Tanah di Indonesia

  beberapa satuan morfologi yaitu :

  1. Satuan Morfologi Dataran

  Satuan ini mempunyai bentuk yang hampir datar sampai datar dengan sudut kemiringan lereng 0 – 5 % , ketinggian dataran berkisar 1 – 10 m diatas permukaan laut. Wilayah ini terdiri dari endapan alluvial, daratan banjir dan endapan laut litorial.

  2. Satuan Morfologi Medan Bergelombang

  Satuan ini mempunyai daratan bergelombang yang dijumpai di daerah daratan alluvial pada bagian-bagian yang agak terisolasi yang juga terbentuk dari endapan sungai. Kemiringan berkisar antara 5 – 10% dengan ketinggian relief rata-rata kurang dari 30 meter.

  3. Satuan Morfologi Bukit Rendah

  Satuan ini mempunyai bukit rendah yang dapat dijumpai di bagian barat dan dataran utara serta bagian tepi dataran Onin. Kemiringannya berkisar antara 10 – 20% dengan ketinggian relief hingga 100 m. Geomorfologi wilayah Teluk Bintuni terdiri dari Dataran alluvial, perbukitan bergelombang, perbukitan lipatan dan perbukitan karst.

TABEL 2.6 Satuan Geologi Lingkungan

  Hutan merupakan daerah resapan air tanah.

  Tidak berbatasan dengan pantai.

  Batunapal, batulumpur gampingan formasi Klasafet (Tmk) dan Piniya (Kp).

  Tanah lapukan, lempung lunak hingga keras sedang.

  Tempat munculnya hulu-hulu sungai tahapan muda antara lain Ritowe, Rokobi, Aroi, Komane, Wasari, Wasuru, Barior, Wawinimbar, Syuga, Mamawene, Roariba dan Wimro Sistem akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, potensi airtanah kecil dan daerah resapan airtanah.

  Erosi, perlipatan, sesar dan kegempaan 5 6 Magnitude, nilai percepatan 0,25 - 0,30g dan skala IV hingga VI MMI.

  Lempung berpotensi terindikasi.

  Perbukitan karstifikasi di Semenanjung Onin dan Lengguru, tersesarkan dan elevasi 0-1619 m.

  Pemukiman, hutan tropis, savana, rawa-rawa, payau dan lokasi rencana LNG Tangguh.

  Pantai berpasir, berkoral dan berbatasan dengan Pantai Teluk Cendrawasih di timur.

  Kelompok besar batugamping New Guinea tak terpisah-kan (KTmn), batugamping Ogar (Temog), Onin (Temo), Rumbati (Tmr), Tawar (Tmt), Formasi Baham (Tpb), Lengguru (Tpml), Imskin (Kti), dan kelompok Kembelangan (JKk).

  Tanah lapukan batugamping, mangan, bongkahan, lempung lanauan, pasir berkoral, kerikil, coklat kemerahan dan merah kekuningan, dan kedalaman 1,5 - 2 meter.

  Sungai bentuk lurus- lurus, dan pendek.

  Sistem akuifer karst, airtanah pada zona retakan/celahan batugamping Erosi, perlipatan, sesar dan kegempaan 5 6 Magnitude, nilai percepatan 0,25 - 0,30g dan skala IV hingga VI MMI.

  Batugamping sebagian padat dan berlapis, terkekarkan sebagai bahan baku galian berpotensi terindikasi.

  Pemukiman dan hutan merupakan daerah resapan airtanah.

  Perbukitan lipatan Lengguru memanjang, tersesarkan dan elevasi 50-800 m.

  Batupasir, berbutir halus, dan kuarsaan sebagai bahan galian berpotensi terindikasi.

  Satuan Geologi Lingkungan Geomorfologi Karakteristik pantai Litologi Sifat Tanah Air permukaan Air tanah Proses geodinamis Sumberdaya geologi Tutupan lahan Dataran aluvium, lumpur, pantai, belakang pantai (rawa) dan elevasi 0-50 m.

  Minyak di lapangan Wiriagar, 6000 BOPD. Gas 23,7 TFC terbukti dan 14,4 TFC tersertifikasi. Pasir sebagai bahan bangunan terindikasi di sungai dan pantai.

  Pantai pulau, fluvial, deltaik, melengkung halus, relif rendah, lumpur, dan beting berpasir

  Kerikil, pasir, lumpur dan gambut, tebal 20m, endapan aluvium tidak terpisahkan (Qa), laguna (Qa1), gisik naik (Qab), estuarium (Qae), dan Termampatkan (Qt).

  Tanah organik, gambut, jenuh air, lempung lanau, abu-abu, lunak, asam, kompresibiltas tinggi, permeabilitas rendah- sedang, daya dukung rendah dan tebal 1,5-2 m. Tanah Aluvium, halus-kasar, porositas rendah-tinggi, warna gelap, drai-nase buruk, alkali dan sedikit asam.

  Sungai berkelok, tahapan tua dendritik dengan muara-muara yang lebar berdebit antara 90-380 m 3 /det.

  Akuifer ruang antar butir, lepas, MAT 3-4 m, Di P. Amutu Besar, kedalaman 40-48 m, 88-138 m, kesarangan kelulusan tinggi, Potensi tinggi, sebagian kualitas kurang baik, keruh dan bersifat asam.

  Sedimentasi, banjir, perosokan dan amblesan tanah, tsunami beresiko tinggi, dan Kegempaan, 5 6 Magnitude, nilai percepatan 0,25 - 0,30g dan IV hingga VI (MMI).

  Pemukiman, pelabuhan, lapangan migas, mangrove, dan hutan rawa.

  6 Magnitude, nilai percepatan 0,25 - 0,30g dan skala IV hingga VI MMI.

  Perbukitan bergelombang rendah, di Semenanjung Bomberai dan elevasi sekitar 50 m.

  Pantai melengkung halus, beting sejajar garis pantai, setempat di Tanah merah.

  Batulumpur mikaan, batupasir, batulanau dan konglomerat, batugamping formasi Steenkool (TQs) .

  Tanah laterit, pasir dan lempung, permeabilitas sedang-tinggi, lembab, lanau, asam, sulfik dan kedalaman < 0,5 m.

  Tempat munculnya hulu-hulu sungai tahapan muda Manggosa, Saengga, Ofaweri, Bedidi dan Bomberai.

  Akuifer ruang antar butir, kedalaman 0-20 m, 75-90 m, 150-165 m batupasir formasi Steenkool, potensi sedang dan daerah resapan airtanah.

  Sedimentasi, banjir, perosokan dan amblesan tanah, tsunami beresiko tinggi, kegempaan 5

  Sumber: Atlas Sumberdaya Pesisir Kawasan Teluk Bintuni, 2003

C. Kondisi Geohidrologi

  2. Air Tanah Secara fisiografi, Kawasan Teluk Bintuni terdiri atas Semenanjung Kepala Burung sebagai Air tanah di daerah kajian sangat tergantung dari kondisi geologi dan morfologinya.

  Dataran Utara, Semenanjung Bomberai, Semenanjung Onin dan Wilayah Teluk Bintuni. Dataran Berdasarkan hal tersebut dari produktifitas akuifernya, daerah kajian dapat dibedakan Utara merupakan wilayah mangrove atau bakau-bakauan dataran rendah, tumbuhan palma (nira) menjadi 3 (tiga) daerah, yaitu :

  • dan rawa-rawa sagu. Terdapat relief rendah pada permukaannya dengan ketinggian dari muka Daerah dengan akuifer produktif, keterusan sedang-tinggi, kebanyakan dijumpai pada

  laut berkisar dari 0 hingga 2 meter. Jenis tanahnya alluvium berumur kuarter atau kuarter yang batuan sedimen kuarter terutama pada batuan sedimen klastik dan batuan vulkanik.

  • baru masih terus-menerus mengalami proses pengendapan. Terbentuknya Teluk Bintuni diduga

  Daerah dengan akuifer produktif sedang keterusan sedang-rendah (beragam), dijumpai akibat dari rubuhan tektonik sebuah lembah sungai. Kedalaman teluk tergolong dangkal dengan pada batuan tersier.

  • kedalaman maksimum di bagian tengahnya sekitar 65 – 75 meter (Robinson et al, 1990). Daerah air tanah langka, keterusan umumnya rendah-sangat rendah, setempat air tanah Terjadinya rubuhan tektonik yang disertai oleh penerobosan ( incursion) air laut yan terus dalam jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada daerah lembah atau zona menerus ditunjukkan dengan hadirnya rawa-rawa dan estuaria yang ekstensif di bagian timurnya. pelapukan batuan. Bentuk fisik (morfologi) garis pantai di sepanjang sisi utara teluk ini mengindikasikan terjadinya

TABEL 2.7 sedimentasi dan pendamparan pantai yang sangat cepat.

  Nama dan Luas Danau Di Kabupaten Teluk Bintuni Menurut Distrik Tahun 2006

1. Air Permukaan

  Dijumpai berupa air sungai dan danau/ rawa yang sifat dan kondisi keairannya sangat

  No. Nama Distrik Nama Danau Luas (Ha)

  dipengaruhi oleh iklim, vegetasi dan karakteristik fisik batuan terhadap air. Sumber air

  1 Bintuni Tenemot 97,50

  permukaan berupa sungai yang airnya mengalir sepanjang tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa sumber air permukaan di wilayah ini tidak terbatas. Di wilayah Kabupaten Teluk

  2 Bintuni Makiri 75,00

  Bintuni terdapat 15 buah sungai yang terpanjang. Sungai Wariori merupakan sungai yang

  Sumber : Kabupaten Teluk Bintuni dalam angka Tahun 2006

  terpanjang, yaitu 96 km. Berdasarkan penelitian sebelumnya di daerah pantai yang mempunyai akuifer produktif dan luas penyebarannya, mempunyai debit 5 liter/ detik.

  2 .1 .1 .5 Gunung Be ra pi

  Gunung yang terdapat di Kabupaten Teluk Bintuni berjumlah 13 buah yang terdapat di Distrik Manokwari, Distrik Ransiki, Distrik Anggi, Distrik Warmare, Distrik Amberbaken, Distrik Oransbari dan Distrik Kebar. Gunung Umsini yang terletak di Distrik Warmare dan Gunung Mamofeu adalah gunung tertinggi yang terletak di Distrik Anggi dengan ketinggian 2.950 meter dan 2.985 meter. Untuk lebik jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.6 dibawah. Gunung – gunung yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni tersebut tidak merupakan gunung berapi aktif.

  Kondisi sungai di Kabupaten Teluk Bintuni

  GAMBAR 2.6

  1. Banjir Sebaran Palung Dan Gunung Berapi Di I ndonesia

  Daerah kajian yang umumnya merupakan dataran perbukitan dengan landaian ( gradien) dasar sungai rendah dan berkelok-kelok, secara alami memungkinkan terjadinya banjir. Banjir terjadi akibat curah hujan yang tidak segera teralirkan sehingga meluap karena tidak tertampung oleh saluran/ sungai atau akibat kiriman dari daerah hulunya. Di daerah muara sungai banjir ini dipengaruhi pula oleh pasang naik air laut. Sungai-sungai yang menyebabkan terjadinya kawasan rawan banjir di wilayah Kabupaten Teluk Bintuni antara lain Sungai Muturi, Sungai Sebyar, Sungai Tembuni, Sungai Kitero dan Sungai Kasuri.

  Gunung Berapi GAMBAR 2.7

  Sumber: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2005 Daerah Aliran Sungai (Das) Dan Sub Das Di Kawasan Teluk Bintuni 2 .1 .1 .6 K a w a sa n Ra w a n Be nc a na Ala m

  Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni terdapat kawasan gempa di daerah sesar/ patahan, terutama di daerah pertemuan dua sesar. Kabupaten Teluk Bintuni berada dalam wilayah tektonik yang paling aktif di dunia sebagai konsekuensi tubrukan dua lempeng. Zona pertumbukan ini disebabkan oleh adanya suatu ringkasan lempeng mikro yang terperangkap dalam proses tumbukan tersebut. Akibat hal tersebut, Kabupaten Teluk Bintuni merupakan kawasan yang rawan gempa bumi. Masalah lingkungan yang beraspek geologi adalah suatu potensi alam atau akibat buatan manusia yang dapat menimbulkan kerugian atau merubah kualitas lingkungan fisik yang terjadi dalam ruang dan waktu tertentu berdasarkan pada aspek geologi. Masalah lingkungan beraspek geologi yang terjadi di daerah kajian antara lain banjir, erosi, gerakan tanah dan kegempaan.

  2. Erosi dan Sedimentasi

  Erosi adalah proses pengikisan pada permukaan tanah atau batuan yang terjadi secara alami terutama oleh kekuatan air. Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor material penyusunnya (meliputi sifat kekompakan, sedimentasi dan tekstur batuan/ tanah), kemiringan lereng dan penggunaan lahan (aktifitas manusia). Erosi/ pengikisan yang terjadi di daerah kajian terutama pengikisan pantai (abrasi) dan pengikisan tebing sungai. Sedimentasi sebagian besar terjadi di muara sungai-sungai.

  3. Gerakan Tanah

  Berdasarkan pengamatan lapangan dan peneliti terdahulu, daerah kajian ditinjau dari segi kerentanan terhadap gerakan tanahnya secara umum termasuk daerah yang relatif stabil, walaupun terdapat beberapa daerah berbukit terjal. Dengan aktifnya Sesar Sorong dan Ransiki mengakibatkan daerah yang tadinya stabil menjadi tidak stabil. Namun demikian untuk memperkecil kemungkinan terjadinya bencana akibat adanya gerakan tanah, berdasarkan kerentanan terhadap gerakan tanahnya daerah kajian dapat dibagi menjadi 3 zona, yaitu zona kerentanan gerakan tanah tinggi, menengah dan rendah (GTL, 2001). Zona- zona tersebut adalah :

  • Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi

  Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, yang mana gerakan tanah lama dan baru masih aktif bergerak akibat pengaruh curah hujan yang tinggi dan aktifnya pergerakan sesar Sorong.

  • Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah

  Tersebar setempat-setempat di daerah meliputi lembah sungai, perbukitan sebelah selatan dan barat Kabupaten Teluk Bintuni (Distrik Amberbaken, Distrik Mubrani, Distrik Sidey, Distrik Tanah Rubuh, Distrik Testega, Distrik Kebar, Distrik Catubouw dan Distrik Senopi). Pada zona ini gerakan tanah dapat terjadi terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai atau tebing jalan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali terutama akibat curah hujan yang tinggi.

  • Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah

  Meliputi daerah perbukitan landai. Pada zona ini gerakan tanah dapat terjadi bila terdapat gangguan/ pemotongan lereng.

GAMBAR 2.8 pola tektonik wilayah indonesia

  4. Kegempaan