Konflik Pengurus HKBP Dan Pengaruhnya Terhadap Jemaat Di HKBP Distrik VII Samosir (1962-1998)

(1)

KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA

TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII

SAMOSIR (1962-1998)

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

O

L

E

H

JHONDATO SAGALA

NIM : 060706008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN SEJARAH

MEDAN


(2)

KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA

TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII

SAMOSIR (1962-1998)

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

O

L

E

H

JHONDATO SAGALA NIM : 060706008

Pembimbing

Drs. Sentosa Tarigan, MSP NIP 1951032211978021001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN SEJARAH

MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR (1962-1998)

Yang diajukan oleh Nama : Jhondato Sagala

Nim : 060706008

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh Pembimbing

Drs. Sentosa Tarigan MSP Tanggal,

NIP 1951032211978021001

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Dra. Fitriaty Harahap S.U Tanggal,

NIP 195406031983032001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN


(4)

Lembar Persetujuan Ketua Departemen

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH Ketua Departemen

Dra. Fitriaty Harahap S.U NIP 195406031983032001 Medan, Desember 2010


(5)

UCAPAN TRIMAKASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menyertai dan senantiasa memberkati penulis dalam hidup ini, terutama pada saat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat, guna memperoleh sarjana pada jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “KONFLIK PENGURUS HKBP DAN

PENGARUHNYA TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR (1962-1998)”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena keterbatasan pengetahuan penulis, kemampuan, pengalaman, maupun literatur yang dimiliki penulis. Meski menghadapi berbagai tantangan, berkat usaha yang gigih dari penulis, dan berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Ayahanda J. Sagala dan ibunda M. Tamba (alm), yang senantiasa mengasihi

saya sejak lahir hingga saat ini, dan memberi dukungan dan kasih sayang yang tidak ternilai harganya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas


(6)

3. Ibu Dra.Fitriaty Harahap, S.U selaku Ketua Departemen Ilmu Sejarah FS-USU dan Dra. Nurhabsyah M.Si selaku sekretaris Departemen dan sekaligus sebagai dosen wali penulis, yang telah membantu penulis selama dalam masa perkuliahan.

4. Ibu Drs. Sentosa Tarigan, MSP selaku dosen pembimbing dalam penulisan ini

dan dosen wali, yang telah memberikan inspirasi, semangat, dorongan, dan telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis. Kebaikan ibu senantiasa penulis ingat, semoga Tuhan memberikan berkatNya kepada ibu sekeluarga.

5. Bapak dan ibu dosen serta staf administrasi pendidikan Departemenn Ilmu

Sejarah (B˜Ampera) yang telah banyak membantu penulis mulai masa awal perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Lucas Partanda Koestoro, D.E.A selaku Balai Arkeologi Medan

yang telah memberikan banyak sumbangsih pemikiran dan buku untuk penulisan skripsi ini.

7. Sahabat Lamria Theresia Tobing selaku staf serve di HKBP Pusat yang telah

memberikan sumbangsi dorongan dan bahan penulisan skripsi

8. Seluruh informan yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku Kariani Zaluku, Risma Wati Aprita, Desriani Panjaitan,

Suci Ayu Lestari, Hafija Syahraini, Friyanti, Derni Simanjuntak, Eva Angelia Sembiring, Desmika Sembiring, Erliana Br Barus , Kalvin Halawa, Heri Setianto, Haradongan, , Wilson Barus, Johannes, Dedi Surya Dharma, M.


(7)

Ramlan, Wilson Barus, Hendra, Ahmad Rivai, Chairul Efendi, Pernatin dan stambuk 06 semua.

10.Teman-teman satu kosku Gang Kamboja 11, yang setia menemani dan

memberi semangat buat penulis.

11.Sahabat-sahabatku Dedi Limbong dan Jaksonius Sigalingging yang telah

memberikan dorongan untuk membuat penulis tetap semangat.

Akhirnya untuk semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak seluruhnya disebutkan dalam penyusunan skripsi ini, saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga semua kebaikan yang penulis terima dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Medan, Penulis


(8)

ABSTRAK

HKBP Distrik VII Samosir berada pada wilayah pulau Samosir yang berada pada Kecamatan Pangururan , secara administrarif Wilayah distrik VII Samosir pada masa Konflik masuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Masyarakat Samosir secara umum disebut orang Samosir yang terdiri dari berbagai marga dan masing-masing marga menempati wilayah tersendiri. Dalam wilayah atau perkampungan tertentu, penghuninya sangat homogen, dalam arti terdiri dari satu marga.

Pada tahun 1962 dan 1988 terjadi konflik dalam tubuh HKBP yang mempengaruhi masyarakat Batak Toba, khususnya jemaat HKBP. Konflik ini menghasilkan perpecahan yang menghasilkan GKPI tahun 1964 dan konflik 1988 menimbulkan polarisasi pada jemaat.

Masyarakat Samosir merupakan salah satu jemaat terbesar HKBP, sehingga pada masa konflik jemaat maupun masyarakat yang tidak merupakan jemaat HKBP mengalami goncangan dalam bentuk satu organisasi kegerejaan, struktur kemasyarakatan, dan ikatan kekeluargaan.


(9)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1.2Rumusan Masalah ... 10

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.4Tinjauan Pustaka ... 11

1.5Metode Penelitian ... 13

BAB II GAMBARAN UMUM HKBP DI SAMOSIR 2.1 Kondisi Samosir ... 16

2.2 Sejarah HKBP Di Samosir ... 18

2.3 Perkembangan HKBP DI Samosir ... 24

2.4 Struktur Organisasi HKBP ... 29

2.5 Adat dan Gereja HKBP... 49

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KONFLIK 3.1 Faktor Konflik HKBP 1962-1964 ... 56

3.1.1 Perubahan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga ... 56

3.1.2 Pemecatan Pendeta ... 58

3.1.3 Masuknya Pemerintah Sebagai Penyeimbang ... 62

3.2 Faktor Konflik HKBP 1988-1998 ... 62 1


(10)

3.2.1 Tuduhan Terhadap Ephorus Dan Pemimpin Yang Tidak Sejalan

... 66

3.2.2 Masuknya Pengusaha Dalam Konflik HKBP ... 71

3.2.3 Intervensi Pemerintah... 73

3.3 Adanya Pandangan Bahwa Konflik Dalam Tubuh HKBP Karena Faktor Budaya ... 78

BAB IV PENGARUH KONFLIK HKBP TERHADAP JEMAAT DI SAMOSIR 4.1 Praktek Kehidupan Bergereja ... 82

4.2 Terbentuknya Gereja Baru Dan muncul Parlapelapean ... 85

4.3 Munculnya Kekerasan ... 90

4.4 Terhadap Sistem Kekerabatan Masyarakat Batak Toba ... 94

BAB V KESIMPULAN... 98 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Praeses yang pernah memimpin Distrik VII Samosir Tabel 2. Statistik Resort dan Jemaat di HKBP Distrik VII Samosir Tabel 3. Statistik GKPI 1964-1998 di wilayah Samosir


(12)

ABSTRAK

HKBP Distrik VII Samosir berada pada wilayah pulau Samosir yang berada pada Kecamatan Pangururan , secara administrarif Wilayah distrik VII Samosir pada masa Konflik masuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Masyarakat Samosir secara umum disebut orang Samosir yang terdiri dari berbagai marga dan masing-masing marga menempati wilayah tersendiri. Dalam wilayah atau perkampungan tertentu, penghuninya sangat homogen, dalam arti terdiri dari satu marga.

Pada tahun 1962 dan 1988 terjadi konflik dalam tubuh HKBP yang mempengaruhi masyarakat Batak Toba, khususnya jemaat HKBP. Konflik ini menghasilkan perpecahan yang menghasilkan GKPI tahun 1964 dan konflik 1988 menimbulkan polarisasi pada jemaat.

Masyarakat Samosir merupakan salah satu jemaat terbesar HKBP, sehingga pada masa konflik jemaat maupun masyarakat yang tidak merupakan jemaat HKBP mengalami goncangan dalam bentuk satu organisasi kegerejaan, struktur kemasyarakatan, dan ikatan kekeluargaan.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konflik adalah perkelahian, peperangan atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara berbagai pihak yang kemudian berkembang dengan masuknya ketidak kesepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan, pertentangan ide (Webster 1996).1 Konflik bisa muncul dalam skala yang berbeda seperti konflik antara orang (inter personal conflict), konflik antar kelompok (inter group conflict), konflik antar kelompok dengan negara (vertical conflict), konflik antar negara (inter state conflict).2

Konflik merupakan bagian dari setiap organisasi yang tidak terelakkan atau tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan oleh kompleksnya sifat manusia (human nature), kompleksnya hubungan antarmanusia (human relationship) dan kompleksnya struktur organisasi (organizational structures).

3

1

Pruit dan rubin, Teori Konflik Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 10

2

Novri Susan, Sosiologi Konflik Dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, hlm. 5

3

W.F.G. Mastenbroek, Penanganan Konflik dan Pertumbuhan Organisasi (terj, Pandam Gurito) cetakan I, Jakarta: UI-pers, 1986, hlm. 191-192

Konflik itu bisa saja diredam, namun tidak bisa dihilangkan. Hal yang bijak bagi seorang pemimpin adalah : mengidentifikasi dan memahami konflik, belajar menghadapi, berusaha mengelola serta menyelesaikan konflik.


(14)

Seiring dengan agresifnya manusia dalam mencapai kepentingan tersebut, konflik pun tetap omnipresent. Artinya, konflik ada di mana saja, kapanpun waktunya, siapapun kita. Dalam organisasi apapun dimana kita terlibat di dalamnya, pasti bakal berhadapan dengan konflik. Semakin besar organisasi, semakin rumit pula keadaannya. Dan dalam semua aspek, akan mengalami kompleksitas, baik alur informasi, pengambilan keputusan, pendelegasian wewenang, sumber daya manusia dan sebagainya.

Dari aspek sumber daya manusia (SDM) misalnya, dapat diidentifikasi berbagai kompleksitas. Contohnya, kompleksitas jabatan, kompleksitas tugas, kompleksitas tanggung jawab, kompleksitas kedudukan, kompleksitas status, kompleksitas hak, kompleksitas wewenang dan lain-lain. Kompleksitas ini dapat merupakan sumber potensial terjadinya konflik. Sebab, setiap manusia yang terlibat dalam organisasi, memiliki keunikan sendiri-sendiri, berbeda latar belakang, berbeda karakter, berbeda visi, berbeda tujuan hidup, berbeda motivasi kerja dan lain-lain. Sebagian besar kalangan menganggap bahwa, semua konflik yang terjadi, pasti berdampak negatif. Dalam hal ini konflik tidak hanya berdampak pada negatif, akan tetapi bisa mengarah kepada positif yang implikasinya pada perkembangan organisasi, kepribadian setiap orang yang mengalami konflik, institusi pemerintahan, dan perusahaan.

Dalam sejarah di Indonesia, proses masuknya agama Hindu, Budha, Islam, Protestan, dan Katolik yang dibawa oleh bangsa asing banyak mengalami konflik untuk menyebarkan agama. Konflik tersebut terjadi karena penduduk yang dijumpai sangat kental dengan budaya yang dimiliki secara turun temurun dari nenek


(15)

moyangnya. Untuk menyebarkan agama tersebut para missionaris harus membuat konsep agar penduduk lebih mudah menerima budaya baru tersebut dengan hati yang terbuka.

Hal ini juga terjadi pada Agama Kristen yang dibawa para missionaris dari Eropa ke Tanah Batak, di mana banyak mengalami kesulitan untuk menyebarkan agama tersebut. Suku Batak Toba dikenal dengan orang gemar dengan konflik jauh sebelum kedatangan Bangsa Eropa. Ciri khas orang Batak yaitu mengasihi, tulus, murah hati, setia dan jujur, mereka juga sombong, pencuriga atau cemburu, malas,

acuh tak acuh dan kikir besemangat berjuang dan berperang (Warneck, 1873).4

Penyebaran agama ke Tanah Batak oleh para Missionaris Eropa menghadapi tantangan yang berat dialami dari suku Batak Toba yang mempunyai kepercayaan terhadap Debata Mula Jadi Nabolon (Allah yang tidak bermula dan berakhir) yang

merupakan kepercayaan orang Batak Toba jaman pra Kristen5

Bangsa Eropa yang berhasil menyebarkan agama ke Tanah Batak adalah DR. Ingwer Ludwig Nommesen yang tiba di Barus tahun 1862 dan meneruskan perjalanannya jauh ke bagian Tengah Tanah Batak, ke Lembah Silindung 1864. Keberhasilannya dalam misi zending terlebih dahulu mempelajari kebudayaan untuk mempermudah penyebaran agama Kristen.

, adat istiadat yang tinggi dan juga masuknya Bangsa Belanda ke Tapanuli orang Batak menganggap bahwa orang Eropa adalah musuh yang harus diusir dari Tanah Batak.

4

B. A. Simanjuntak, Konflik Staus Dan Kekuasaan Orang Batak Toba, cetakan ke-2, Yogyakarta: Jendela, 2002, hlm. 4

5

A. M Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak (terj. K.M Lumban Tobing), cetakan ke-2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996, hlm. 2


(16)

Namun jauh sebelum kedatangan DR. Ingwer Ludwig Nommesen sudah ada misi zending Tanah Batak yakni utusan Gereja Baptis Inggris tahun 1820 yaitu R. Burton dan N. Ward dan kemudian pada tahun 1834 Misi Zending Amerika yang berpusat di Boston mengirimkan dua missionaris yaitu Munson dan Lyman tetapi upaya-upaya mereka mengalami kegagalan.

Dari misi zending di Tanah Batak berdirilah Gereja yaitu HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) yang beraliran Lutheran. HKBP ini ditetapkan pada tanggal 7 Oktober 1861 di Sipirok, yang dibangun pada masa Kolonial Belanda yang bergaya arsitektur Eropa.6

Terbentuknya gereja kesukuan di Indonesia khususnya tanah batak ini adalah karena kondisi pegabaran injil yang menjadi persoalan dalam lingkungannya yaitu pertentangan antara adat lama dengan suatu adat baru yang mau dibina.

Hal ini dikarenakan tanggal tersebut Badan Zending yang bernama Rheinische mission gesselschaf (RMG) melakukan rapat untuk memulai suatu pembagian pekerjaan Mission Zending di Tanah Batak. Ketika itu para Missionaris yang bekerja di Tanah Batak melangsungkan pertemuan antara pendeta Jerman: Heine dan Klamer dengan Pendeta Belanda, Van Asselt dan Betz.

7

6

Lucas P. K, Arkeologi Perbukitan Di Bagian Barat Laut Dan Selatan Padang Lawas,Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Balai Arkeologi Medan, 2004, hlm. 36-42, 64-65

7

Lothar Scheiner dalam bukunya Adat und Evangelium. Zur bedeutung der altvolkischen

Lebensordnungen fur Kirche und Mission unter den Batak in Nordsumatra ( Terj.P.S. Naipospos, Adat dan Injil: perjumpaan adat dengan iman Kristen di Tanah Batak), cetakan ke-4, Jakarta; BPK

Gunung Mulia, 1999, hlm. 1-7

Para konseptor Injil mengkolaborasi unsur adat lama (adat suku bangsa purba) yang dipertahankan oleh masyarakat batak dengan adat baru yang dibawa para Zending


(17)

dari Eropa sehingga adat itu tetap merupakan dasar yang cukup kokoh untuk membuat jemaat Kristen menjadi suatu Gereja kesukuan.

Gereja HKBP terbentuk dari hasil penggabungan adat lama masyarakat Batak yang diperlihara dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi. Adat orang Batak mempengaruhi pembentukan konsep doktrin dan praktik peribadahan di HKBP. Adapun konsep doktrin dan peribadahan dalam HKBP yang merupakan warisan Teologi para Pekabar Injil RMG yang melayani HKBP antara tahun 1861-1940 adalah:8

Djamita angka na nienet sian hata ni Debata na di Padan na Robi na ni hatabatakon (Khotbah yang diringkas dari Perjanjian Lama)

Djamita angka na nienet sian hata ni Debata na di Padan na Imbaru (Khotbah yang diringkas dari Perjanjian Baru).

Parpunguan ni angka ayat dohot ende siapilon ni akka parguru na naeng mangkadjojongkhon haporseaon manang na naeng tardidi (Kumpulan Ayat dan Nyanyian hafalan untuk Pelajaran Katekisasi yang akan menyatakan kepercayaan atau untuk orang yang akan Dibaptis) yang dilengkapi dengan buku ”Sungkun-Sungkun Tu Angka Parguru” (pertanyaan untuk para pelajar Katekisasi) yang merupakan saduran dari ”Herfotder Katechismus” (buku yang berisi keterangan tentang kelima pokok ajaran Katekimus kecil Luther) • Pangarimpunan Nioegama Hakristenon (Ringkasan Pengajaran Kristen)

merupakan saduran dari Katekismus Heidelberg

Pangarimpunan Ni Podapoda Sihaporseon Ni Halak Kristen (Rinkasan Pengajaran Yang Harus Dipercayai Orang Kristen)

Panatapan ni na Masa Sogot (Pandangan Kehidupan Kelak) Marantha

Boasa ari Minggu ari Paradianan ni Halak Kristen (Mengapa hari Minggu hari perhentian Kristen)

Parbinotoan Parsorion (pengetahuan tentang nasib manusia)

Apoelapoel di Angka na Marsitaonan (Penghiburan bagi orang yang kemalangan)

Songon dia dapot hita Tuhan Jesus? (Bagaimana kita memperoleh Tuhan Yesus?)

Buku ende huria (Buku Nyanyian Gereja)

8

Bambang Subadrijo, Agama Dalam Praktis, cetakan I, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, hlm. 201


(18)

Katekismus kecil Luther.

Konsep doktrin dasar pengajaran dan peribadahan ini dibuat para pekabar Injil RMG untuk mempermudah pengkristenan di Tanah Batak.

Agama Kristen sangat berpangaruh besar dimana masyarakat Batak banyak mengalami perubahan dibidang pendidikan, pertanian, kesehatan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan simpati dari masyarakat supaya masyarakat Batak dapat menerima Agama Kristen. Setelah dibukanya kegiatan-kegiatan ini banyak masyarakat batak yang tertarik dan masuk ke Agama Kristen yaitu;

Dalam sepuluh tahun pertama, setelah Sending bekerja di daerah Batak, kira 1.200 orang Batak yang menjadi orang Kristen. Dalam tahun berikutnya, para penganut agama suku berbondong-bondong meminta supaya diterima di dalam jemaat Kristus. Menghadapi kejadian itu ke Jerman diajukan permintaan yang sangat mendesak, supaya segera mengirm tambahan missionaris...9

Dibalik keberhasilan DR. Ingwer Ludwig Nommesen dalam pengabaran injil di Tanah Batak banyak dihadapinya masalah yang bersifat permusuhan dari raja-raja di daerah Silindung dan penduduk setempat di mana mereka menganggap bahwa Nommensen adalah musuh yang dianggap sama dengan pihak Kolonial Belanda untuk menjajah mereka. Namun karena tekat yang kuat untuk dapat tinggal di sana, mengenal sifat orang Batak dan melayani mereka. Keteguhan hatinya untuk hidup Dari sini bisa kita lihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan para Missionaris untuk menarik simpati masyarakat Batak cukup berhasil dalam program pengabaran injil.

9


(19)

sederhana, ketekunan dan kepandaian di bidang pengobatan menyebapkan dia dapat tinggal dan bermasyarakat dengan orang Batak

Setelah HKBP mengalami perkembangan pada masa Kolonial Belanda, HKBP menjadi mandiri dan menerima pengakuan hukum sebagai rechts-person dengan keputusan pemerintah tertanggal 11 Juni 1932 N.D. 48, Indisch Steatblad 1932, No. 360, serta Koninklijk Besluit tertanggal 29 Juni 1925, yang dituangkan di dalam Indisch Staatsblad 1927 No. 156 (Zending-sconsuls, 1941).10

Pengakuan ini suatu pertanda bahwa negara menjamin kehidupan beragama sesuai dengan yang dimaksud oleh pancasila dan UUD 1945. Dengan pengakuan ini pemerintah negara Republik Indonesia terikat dan wajib menjaga serta menegakkan HKBP sebagai suatu organisasi agama yang berbadan hukum.

Sesudah Bangsa Indonesia merdeka Gereja ini kembali mendapat pengakuan dari pemerintah RI tertanggal 2 April 1968, No: Dd/P/DAK/d/135/68, dan pengakuan ulang pemerintah RI Cq. Departemen RI no. 33 tanggal 6 Pebruari 1988. Dengan dasar pengakuan ini HKBP mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang dinamakan Aturan dan Peraturan HKBP. Jadi HKBP mempunyai hak dan wewenang mengatur keperluan intern, seperti tata kebaktian dan acara-acara seremonial.

11

Dengan adanya pengakuan dari pemerintah Kolonial Belanda pada 1932 dan mendapat pengakuan dari pemerintah Republik Indonesia pada 1968 menjadi organisasi yang berbadan hukum, HKBP melebarkan sayapnya, menjadi salah satu

10

Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Op.cit., hlm. 5

11

J. S. B. P Simanjuntak, Konflik Intern Organisasi Kemasyarakatan Kasus: Huria Kristen


(20)

Gereja kesukuan yang terbesar di Indonesia bahkan di negara-negara Asia dan Eropa gereja HKBP ini berdiri yang di bawa oleh Suku batak Toba yang bermigrasi ke negara tersebut.

Perkembangan HKBP dalam mission zending banyak mengalami konflik dalam tubuh organisasi ini di mana tahun 1917 berdiri sebuah organisasi politik bukan gereja oleh cendikiawan M.H. Manullang yaitu HKB (Hatopan Kristen Batak). Pecahnya konflik ini dikarenakan gereja ini tidak memenuhi tuntutan kaum pribumi untuk memberi hak otonomi luas bagi gereja Batak, sehingga kekuasaan pengelolaan gereja tidak lagi sepenuhnya di tangan orang Jerman.12

Pada tahun 1962 terjadi konflik setelah orang pribumi secara utuh mengelola HKBP. Konflik ini mengakibatkan pecahnya HKBP dengan melahirkan gereja baru yaitu GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia) yang berwujud nasionalis pada tanggal 30 Agustus 1964 . Penyebab konflik ini adalah perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, pemilihan petinggi Ephorus dan pemecatan 22 pendeta resort pada bulan Maret 1963.

13

Konflik ini mengakibatkan timbulnya 2 kelompok besar, yakni kelompok yang disebut sebagai HKBP SAI Tiara (HKBP Sinode Agung Istimewa Tiara) yang

Konflik dalam tubuh organisasi HKBP terjadi lagi pada 1988, konflik terjadi karena pemilihan Eporus dengan adanya isu ketidakjujuran kelompok Pdt. Dr. SAE Nababan dalam pemilihan Ephorus yang menyuap para peserta sehingga ia terpilih, dan adanya campur tangan pemerintah.

12

Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Op.cit., hlm. 366

13


(21)

dipimpin oleh Pdt. Dr. PWT Simanjuntak yang mendapat dukungan dari pengakuan pemerintah. Kelompok yang lain adalah HKBP Aturan dan Peraturan atau HKBP

Setia Sampai Akhir (HKBP SSA) yang dipimpin oleh Pdt. Dr. SAE Nababan.14

Konflik yang terjadi dalam tubuh HKBP ini menciptakan perubahan yang sangat besar bagi Bangsa Indonesia khusunya bagi jemaat HKBP dan yayasan yang berlogo HKBP seperti Universitas HKBP Nommensen, STT HKBP Nomemnsen, dan yayasan lainnya.

Daerah Samosir adalah salah satu ekspansi missi zending yang berpengaruh luas dimana HKBP berdiri sebanyak 46 jemaat dan 18 resort yang dipimpin oleh satu distrik yaitu Distrik VII Samosir yang berdiri pada tahun 1942 yang berkantor di Pangururan. Sebagai salah satu gereja yang mempunyai pengaruh dan jemaat yang sangat besar dibandingkan dengan agama yang masuk ke daerah Samosir seperti Katholik, dan Agama Islam.

Di Distrik Samosir, konflik ini cukup berpengaruh besar terhadap jemaat. Pengaruh konflik di Distrik Samosir pada tahun 1962 adanya GKPI sebagai bentuk pencahan HKBP, dan pada tahun 1988 yang terjadi juga sangat berpengaruh dimana ada dua bentuk kegiatan kebaktian yaitu HKBP SAI Tiara dan HKBP SSA.

Hal ini perlu penelitian untuk pengungkapan peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari sejarah. Berdasarkan hal masalah diatas maka penelitian ini, penulis membuat judul: KONFLIK PENGURUS HKBP DAN PENGARUHNYA

TERHADAP JEMAAT DI HKBP DISTRIK VII SAMOSIR (1962-1998).

14


(22)

1.2 Rumusan Masalah

Terjadinya konflik HKBP mempunyai pengaruh luas terhadap jemaat HKBP yang ada di Indonesia, oleh sebab itu perlu dibuat batas masalah agar tidak terjadi penyimpangan dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana gambaran umum HKBP di Samosir sebelum 1962?

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik dalam tubuh HKBP?

3. Bagaimana pengaruh konflik dalam tubuh HKBP terhadap jemaat di HKBP

Distrik VII Samosir 1962-1998

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Segala sesuatu yang dilakukan manusia tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum HKBP di Kabupaten

Samosir sebelum 1962.

2.Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konflik.

3.Untuk mengetahui bagaimana pengaruh konflik HKBP terhadap jemaat

Distrik samosir Kabupaten Samosir 1962-1988. Manfaat Penelitian


(23)

1. Penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas cakrawala ilmu pengetahuan bagi mahasiswa secara umum dan ilmu sejarah secarah khususnya tentang konflik dalam organisasi HKBP.

2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk para jemaat HKBP khususnya

bagi pimpinan HKBP agar dapat mengambil keputusan yang bijaksana untuk menghindari terjadinya konflik yang mengakibatkan perpecahan organisasi dan kerugian dalam materi.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk dapat bersikap adil dalam mengatasi konflik yang terjadi.

1.4 Tinjaun Pustaka

Konflik merupakan suatu hal yang sangat merugikan dan menyisakan luka dikalangan para korban. Konflik tersebut terjadi di mana saja, kapan saja, kepada siapa saja seperti yang dikemukan dalam buku yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

Buku “Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer”, Novri Susan, M.A. Dalam bukunya dasar konflik dibedakan atas dua (Coser, 1957) yakni konflik realistis dan non realistis. Konflik realistis memiliki sumber yang konkrit atau bersifat material, seperti perebutan sumber ekonomi atau wilayah. Jika mereka telah memperoleh tanpa perkelahian maka konflik akan segera diatasi dengan baik. Konflik non realistis didorong oleh keinginan yang tidak rasional dan sering bersifat ideologis, konflik ini seperti konflik antar agama, antar etnis dan konflik antar kepercayaan lainya. Konflik non realistis merupakan satu cara menurunkan


(24)

ketegangan atau mempertegas identitas satu kelompok dan cara ini mewujudkan benuk-bentuk kekejian yang sesungguhnya turun dari sumber-sumber lain. Antara konflik yang pertama dan kedua, konflik yang non realistislah cenderung yang sulit untuk menemukan resolusi konflik. Bagi Coser sangat memungkinkan bahwa konflik melahirkan kedua tipe ini sekaligus sehingga menghasilkan situasi konflik yang lebih kompleks.15

Tesis ”Konflik Intern Organisasi Kemasyarakatan Kasus: Huria Kristen Batak Protestan”, oleh Junjungan Saut Bonar Pangihutan Simanjuntak. Dalam tulisannya dia mengemukakan bagaimana hubungan antara gereja dengan negara. HKBP sebagai gereja rakyat merupakan wujud dari institusi ”civil society” dimana di dalamnya berbaur nilai tradisional dan nilai-nilai modren. Konflik yang berbaur dengan antara kepentingan negara dan kepentigan gereja, secara teorik perlu didekati melalui analisa tentang bagaimana kekuasaan negara dijalankan. Negara memang harus berpihak kepada salah satu kelompok masyarakat. Tetapi dalam kenyataannya, hal ini sering tidak terjadi Negara tampaknya bukan lembaga yang netral. Negara seringkali melakukan pemihakan kepada salah satu kelompok tertentu, dimana untuk itu negara dapat menggunakan kekuasaannya untuk memaksa.

16

Buku ”Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak”, oleh Pdt. Dr. Andar M. Lumban tobing. Dimana dijelaskan bahwa pengaruh jabatan politik tehadap jabatan gereja batak (HKBP) muncul ketika gereja batak memperoleh kemerdekaan dari pihak Kolonial belanda, dan setelah Indonesia merdeka partai-partai politik

15

Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, Op.cit., hlm. 55

16


(25)

bermunculan seperti jamur dimana-mana. Fenomena zaman itu mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan gereja-gereja. Timbullah kata-kata tentang demokrasi; arti dan makna perkataan itu hendak diterapkan diamana-mana, juga dalam gereja. Hal ini banyak orang yang jadi cenderung mempersamakan demokrasi di negara dengan asas Presbyterial-Synodal di gereja. Dengan demikian, harus diperhatikan supaya kedua pengertian tersebut sekali-sekali jangan disamakan atau dicapuradukan.

Buku ”Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba”, oleh Bungaran Antonius Simanjuntak. Dia berpandangan bahwa konflik HKBP terjadi karena adanya faktor kebudayaan orang Batak.

1.5 Metode Penelitian

Untuk keperluan analisis, peneliti mencari sumber-sumber acuan utama, yaitu sumber-sumber yang diduga memuat data yang relevan atau informasi yang relevan dengan topik penelitian. Dengan menelaah sumber-sumber acuan utama secara efektif, peneliti akan dapat memahami ruang lingkup penelitian, baik ruang lingkup masalah maupun ruang lingkup temporal (waktu) dan spasial (tempat/wilayah) objek penelitian.

Metode penelitian yang digunakan untuk mencari informasi tentang konflik HKBP yang berpusat di Pearaja, Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara yang mempunyai pengaruh luas terhadap dalam organisasi HKBP dan Bangsa Indonesia adalah metode library research (penelitian pustaka) dan field research (studi lapangan).


(26)

Penelitian sejarah yang dasarnya adalah penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

a. Heuristik

Kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Penelusuran sumber-sumber sejarah terdiri dari arsip, dokumen, buku, majalah, surat kabar dan lain-lain. Berdasarkan sifatnya, sumbersejarah terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder.

b. Kritik Sumber

Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang, tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber itu benar-benar sumber yang diperlukan, apakah sumber itu asli, turunan, atau palsu. Kritik ekstern ini menilai keakuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas data dalam sumber. Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta.

c. Interpretasi

Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi dengan sikap obyektif.


(27)

Tahapan terakhir atau penulisan terakhir sejarah. Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistmatis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian ciri karya sejarah ilimiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.


(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM HKBP DI SAMOSIR

2.1 Kondisi Samosir

Samosir berada pada 2º24’- 2º45’ Lintang Utara dan 98º21’-99º45’ Bujur Timur, Samosir memiliki luas daerah 2.069,05 km², yang terdiri dari luas daratan 1.444,25 km² dan luas danau 624,80 km². Samosir diapit tujuh kabupaten yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat.

Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 904 - 2.157 meter diatas permukaan laut, dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik.

Sesuai dengan letaknya yang berada di garis khatulistiwa, Samosir tergolong ke dalam daerah beiklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17ºC - 29ºC dan rata-rata kelembaban udara 85,04%. Situasi yang demikian menyebabkan permukiman penduduk cenderung sirkuler dan perkampungan memusat di sepanjang tepian adapun dibagian dalam / tengah pulau dengan jumlah hunian yang jarang, permukiman penduduk cenderung acak mengikuti kondisi keberadaan lembah atau lahan-lahan produktif.


(29)

Sebelum Belanda masuk ke Indosesia, Batak Toba berada pada satu kerajaan dinast disebut

1.

2.

3.

4.

Daerah Samosir meliput i wilayah

Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, Samosir termasuk ke dalam Keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang Residen Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Pada saat itu, Keresidenan Tapanuli dibagi menjadi 4 (empat) Afdeling (Kabupaten), salah satu diantaranya adalah Afdeling Batak Landen dengan ibukotanya Tarutung, dan 5 (lima) onderafdeling (wilayah) yang meliputi : Silindu ng, Toba, Samosir, Dairi dan Barus.

Setelah kemerdekaan, pemerintah pembagian wilayah tetap sama. Nam menjadi pun diganti menjad


(30)

menjad

Ketika penyerahan kedaulatan ke tangan RI pada permulaan dalam 4 (empat) kabupaten baru, yaitu:

1.

2.

3.

4.

d

2.2 Sejarah HKBP di Samosir

Penyebaran agama di Samosir di mulai pada tahun 1892, pengijilan pertama di lakukan di Naingolan karena dekat dengan Balige, Pendeta G. Pilgram mengirim orang pribumi yang telah mendapat pendidikan tentang Kristen yaitu St. Laban Siahaan, St. Joab dan St. Manase. Mereka berlayar menuju Pulau Samosir tepat daerah Nainggolan dan menjalankan misi yang diajarkan oleh G. Pilgram dengan mendekati para penatua dan memberitakan Kristen. Setelah beberapa lama mereka kembali ke Balige dan melaporkan kepada G. Pilgram tentang peristiwa yang dialami dalam penyebaran agama. Setelah mendapat berita tentang kondisi di Samosir, G. Pilgram melaporkan kepada Dr. Ingwer Ludwig Nommensen bahwa di daerah Samosir telah dimulai pengkristenan.


(31)

Pada tanggal 6 Mei 1893 Johannes Warneck ditempatkan di Nainggolan. Sebelum melakukan misi zending Johannes Warneck melakukan observasi didampingi oleh para penginjil lainnya seperti G. Pilgram, Pohlig, Jung, dan Bruch selama 3 hari di daerah penginjilan Pulau Samosir yaitu pada bulan Maret 1893. Dalam observasi tersebut mereka mendapat sambutan yang baik dari para raja serta menjamu mereka dengan makan dengan khas Batak. Dari hasil observasi itulah dia memilih daerah Nainggolan sebagai tahap awal untuk melakukan pengabaran Injil dan sebagai pos penginjilan untuk Pulau Samosir. Para pemuka desa di Nainggolan telah membuat sebuah perjanjian menyerahkan tanah adat mereka kepada Zending RMG untuk dijadikan pos penginjilan dan pusat jemaat. 17

Meunurut Dr. Johannes Warneck daerah Nainggolan sangat strategis menjadi pusat pengabaran injil di seluruh Pulau Samosir karena berada pada pertengahan pada garis bawah dari garis segitiga dan mempunyai penduduk yang padat.

Pada bulan Mei 1893 Dr Johannes Warneck dan Bruch menempati Nainggolan. Sarana kehidupan mereka sangat sederhana yaitu rumah kediaman mereka sempit dan kecil. Untuk mempermudah program Misi Zending Dr. Johannes Warneck dan Bruch mendirikan sekolah untuk anak-anak, kebaktian minggu untuk anak-anak dan orang dewasa yang mau datang, mengobati orang sakit, dan menyelasaikan perkara antar penduduk.

18

17

J. R. Hutauruk, Tebarkanlah Jalamu, Pematang Siantar: Percetakan HKBP, 2010, hlm. 23-24

18

Ibid., hlm. 28-29.

Penduduk Samosir tidak berbeda dengan penduduk Silindung atau Toba lainnya, dimana orang


(32)

Batak asli suka mengumbar perang dan mengangkat perselisihan, tidak cermat dan malas bekerja.

Kepercayaan masyarakat Samosir sebelum datangnya agama Kristen adalah Debata Mula Jadi Nabolon (Allah yang tidak bermula dan berakhir) Yang mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu. Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu:

Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.

Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.

Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.

Pada saat pengabaran injil daerah Samosir belum masuk pemerintahan Belanda secara administratif. Sebagai akibatnya penduduk masih dikuasai banyak pertentangan dan nafsu saling berperang dengan sesama. Samosir masih tergelogong


(33)

daerah yang merdeka, bebas dari kekuasaan pemerintahan Kolonial Belanda, dan oleh karena itu berada dalam kekuasaan masing-masing raja huta (kampung) setempat.19

Johannes Warneck tidak membatasi penginjilannya hanya di Nainggolan, tetapi dia memperluas medan pelayanannya ke desa-desa di luar Nainggolan. Untuk itu beliau bersama pemuka-pemuka desa yang sudah akrab dengannya melakukan Dalam penyebaran agama yang dilakukan oleh Dr. Johannes Warmeck di Pulau Samosir banyak di jumpai ragam penyakit karena belum ada rumah sakit yang tempat berobat, perkara seperti perselisihan yang mengakibatkan konflik antar individu dengan individu dan antara kampung (huta) dengan kampung yang sering mengganggu keamanan penduduk. Akan tetapi pertikaian itu tidak menggangu pos penginjilan Nainggolan.

Orang sering bertikai sering mengadu kepada Dr. Johannes Warneck, dimana dia bersikap sebagai penengah. Perkara yang sering muncul sering membuat Dr. Johannes Warneck terasa kewalahan karena sikap orang Batak ingin menang sendiri dan ahli dan lihai mempertahankan haknya sekalipun dengan kepandaian memutarbalikkan fakta.

Melihat perkembangan penyebaran Agama Kristen di daerah Nainggolan, dimana penduduk semakin banyak menerima ajaran Kristen dan meninggalkan kepercayaan lama Johannes Warneck membangun Gereja sederhana untuk tempat kebaktian. Gereja yang dibuat terbuat dari peralatan yang sederhana, sebagai dinding dibuat dari bambu dan jerami sebagai atapnya.

19


(34)

perjalanan mengunjungi daerah-daerah Samosir. Salah satu orang yang membantu dalam pengunjungan ke desa lain adalah Ompu Sibarung yang merupakan salah seorang pandai besi (tukkang bosi). Dimana dia telah menerima ajaran kristen dan mau meninggalkan kehidupan lama.

Dalam kunjungan ke desa lain Johannes Warneck melihat keadaan penduduk dimana raja yang lebih makmur, yang punya banyak budak yang diperlakukan secara tidak manusiawi. Serta diliputi suasana perang antar huta (kampung) yang berkepanjan dan penduduk banyak dijumpai yang kecanduan akan mengisap candu atau opium yang didatangkan dari pantai Barat Sumatera daerah Barus.

Setelah melakukan observasi ke daerah lain, beliau melihat bahwa penduduk lebih padat di daerah pantai daripada dipedalaman. Menurut beliau daerah Samosir sangat membutuhkan beberapa penginjil untuk mengajarkan Agama Kristen dan serentak dilakukan.

Penduduk yang telah mendapat ajaran Kristen, mereka mulai sadar semakin dan tergertak untuk meninggalkan kehidupan lama yang dianggap berusak merugikan secara individual maupun secara kelompok seperti berperang, candu, merjudi dll.

Peyebaran agama Kristen yang dilakukan Johannes Warneck tidak begitu lama yaitu 3 ½ tahun karena menggantikan penginjil G. Pilgram yang harus pindah ke Negeri Jerman. Akan tetapi bukan hanya alasan itu beliau dipindahkan, karena masalah keamanan. Dimana Raja Sisingamaraja sedang merencanakan memasuki daerah Pulau Samosir untuk mengusir Zending Jerman. Sisingamangaraja telah sering melakukan tindakan-tindakan mengacaukan dan merusak beberapa pos Zending


(35)

Jerman di luar Pulau Samosir. Ini diakibatkan oleh pemerintahan Belanda yang telah merebut daerah Sisingamangara.

Pada tahun 1899, tibalah Pdt Wilham Barganschil di Samosir untuk menggantikan Pdt. Dr. Johannes Warneck dalam program mengabarkan injil di Samosir. Dalam program pengabaran injil tersebut Pdt W Barganschil mendirikan sebuah gereja untuk tempat kebaktian serta untuk membimbing anak-anak dan orang dewasa.

Tahun 1907 Belanda masuk ke daerah Samosir dan mengatur semua tata letak pemerintahan. Sebelum kedatangan Belanda di tanah Batak, Bius lah yang memerintah di setiap huta (kampung). Masuknya Kolonial Belanda ke Samosir sangat berpengaruh besar di mana para missionaris untuk menjalan program pengabaran injil dapat berjalan dengan baik dalam bidang keamanan.

Belanda melarang di seluruh distrik Samosir melakukan pesta bius pada tahun

1918 karena dianggap merupakan salah satu bentuk penyembahan berhala.20

Pdt Karlord datang ke Samosir tahun 1911 untuk program Misi Zending. Untuk memulai pekerjaannya Pdt Karlord mengadakan perkumpulan dengan mengundang raja-raja huta (kampung) serta para orang tua dalam perkumpulan tersebut siarkanlah injil, akan tetapi para raja dan masyarakat sulit menerima ajaran

Pada saat itu Belanda dan Jerman masih berhubungan dengan baik sebelum terjadi perang antara kedua belah pihak ini pada tahun 1940, hal ini merupakan salah satu untuk menggahapus acara ritual terbesar yang menyebah berhala dan mempermudah para missionaris untuk menjalankan missinya.

20


(36)

injil tersebut. Berkat kerja keras, ajaran Kristen dapat diterima masyarakat dan diberikanlah sebidang tanah (yaitu tempat gereja HKBP Resort pangururan sekarang) untuk mendirikan sebuah bangunan tempat untuk mengajari anak-anak dan orang dewasa serta tempat kebaktian.21

Perkembangan HKBP di Samosir ditandai dengan berdirinya Distirk VII Samosir pada tanggal 25 Nopember 1942. Akan tetapi distrik ini mengalami Agama Kristen secara keseluruhan masuk dan dapat diterima oleh masyarakat di seluruh daerah Samosir pada tahun 1911-1942. Bedirilah Gereja HKBP di pelosok-pelosok. Penganut kepercayaan animisme dan dinamisme semakin berkurang.

2.3 Perkembangan HKBP Di Samosir

Setelah Kristen dapat di terima dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh para missionaris, HKBP melebarkan sayapnya untuk menjalankan misi yaitu mengkristenkan seluruh tanah batak yang masih berkepercayaan sipelebegu (penyebah berhala) secara damai dan tidak secara paksaan.

HKBP di Samosir semakin bermasyarakat dimana berdirinya Rumah Sakit di Nainggolan, Pangururan, dan Ambarita pada tahun 1940 dengan status rumah sakit penolong karena rumah sakit besar yang didirikan di Tarung dan Balige, dan sekolah-sekolah untuk mendidik anak-anak. Program yang dilaksanakan oleh para missionaris zending ini di Samosir berkembang dengan pesat karena mencakup aspek-aspek yang berkaitan langsung kepada pembaharuan kehidupan.

21


(37)

kekosongan karena zaman itu berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia dan masuknya tentara Jepang untuk menguasai seluruh Asia yang bersemboyangkan gerakan 3A yaitu Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Cahaya Asia. Dengan gerakan ini Jepang berhasil menguasai sebagian Asia termasuk Indonesia.

Tibanya Jepang ke Tanah Batak merupakan hambatan bagi para mission untuk menjalankan programnya. Setelah Jepang berkuasa diseluruh Tanah Batak, mereka menangkap Bangsa Eropa termasuk Pendeta-Pendeta Jerman yang bertugas untuk program misinya. Selama kepemimpinan Jepang di Indonesia program kristenisasi terhambat. Jepang melakukan perampasan harta dan asset-aset HKBP seperti rumah sakit, gereja, sekolah, dan tempat tinggal pendeta untuk dijadikan sebagai keperluan perang, dan gedung digunakan sebagai pos tentara Jepang.

Walaupun Jepang tidak mendukung program kristenesasi, HKBP tetap menjalankan misinya. Distrik VII Samosir yang pertama berkantor di Nainggolan tetap melakukan programnya yang di pimpin oleh Pdt Nikanor Siahaan sebagai Praeses dan sekaligus merangkap Pdt Resort Nainggolan.

Distrik VII Samosir yang berkantor di Nainggolan memimpin 6 Resort yaitu:

1. HKBP Resort Nainggolan

2. HKBP Resort Ambarita

3. HKBP Resort Pangururan

4. HKBP Resort Palipi

5. HKBP Resort Harian Boho


(38)

Resort-resort dipimpin oleh Pdt Resort dan menaungi jemaat-jemaat yang dipimpin oleh Guru Huria

Tabel 1.1

Pendeta Praeses yang Pernah Memimpin Distrik VII Samosir 1942-1998

No Praeses Kantor Tahun

1 Pdt Nikaor Siahaan Nainggolan 1942-1949

2 Pdt Pantar Panggabean Ambarita 1950-1955

3 Pdt Jahpanus Rumahorbo Nainggolan 1956-1972

4 Pdt Bresman Marpaung Pangururan 1973

5 Pdt D. J Marpaung Pangururan 1974

6 Pdt T. L Sinaga Pangururan 1975-1982

7 Pdt Bahara Lumbantobing, STh Pangururan 1983-1987

8 Pdt Sahala Sinaga, STh Pangururan 1988-1992

9 Pdt Termolen Manihuruk, STh Pangururan 1993-1998

Sumber: data distrik VII Samosir 2010

Berdasarkan Tabel diatas, pendeta yang bertugas untuk memimpin HKBP Distrik VII Samosir dari mulai berdiri yaitu 1942 -1998 berjumlah sembilan pendeta. Tahun 1942, 1950, 1956, dan 1973 kantor HKBP Distrik VII Samosir berpindah 4 kali karena situasi masa jepang yaitu tahun 1942 yang merebut asset HKBP dan sesudah merdeka yaitu tahun 1950 karena HKBP mengalami perkembangan dalam pelayanan sehingga perlu penemparan yang strategis dan menetap di Pangururan

Dengan kerja keras para zending yang berasal dari Eropa dan Pendeta Pribumi tahun 1893-1998 HKBP berdiri dengan 100 jemaat dan 15 resort yang berada pada desa, dusun.


(39)

Tabel 1.2

Jumlah Resort dan Jemaat yang ada di Seluruh Daerah Samosir

No Resort Kecamatan Jemaat Berdiri

1 Pangururan Pangururan • HKBP Pangururan

• HKBP Aek Natolu

• HKBP Tanjung bunga

• HKBP Sitao-Tao

• HKBP Aek Nauli

• HKBP Pardomuan

• HKBP Panatapan Dolok

1911 1951 1951 1976 1932 1950

2 Palipi Palipi • HKBP Palipi

• HKBP Urat

• HKBP Siantarantar

• HKBP Sideak

• HKBP Sidabulan

• HKBP Hatoguan

• HKBP Pamutaran

• HKBP Siupar

• HKBP Pandiangan

• HKBP Ebenezer

Janjimaria 1989 1907 1938 - 1911 - 1936 1961 - -

3 Nainggolan Nainggolan • HKBP Nainggolan

• HKBP Harian

• HKBP Hutairit

• HKBP Pananggangan

• HKBP Sipira

• HKBP Janjimarrapot

• HKBP Sipangko

• HKBP Parhorian

• HKBP Pandiangan

• HKBP Arung

1983 1900 1906 1906 1911 1912 1914 1951 1968 1977

4 Ambarita Ambarita • HKBP Ambarita

• HKBP Garoga

• HKBP JanjiMartahan

• HKBP Tolping

• HKBP Tuktuk Siadong

1913 1918 1949 1918 1958

5 Harian Boho Harian

Boho •

HKBP Harian

• HKBP Baniaratele

• HKBP Hutagalung

• HKBP Sosordolok

1913 1917 1949 1948


(40)

• HKBP Janjimartahan

• HKBP Cinta dame Hariara

• HKBP Pamintoran

1949 - -

6 Onanrunggu Onanrunggu • HKBP Onanrunggu

• HKBP Gonting

• HKBP Hutahotang

• HKBP Pakpahansitinjak

• HKBP Pardomuansibutar

• HKBP Rinabolak

• HKBP Sitamiang

• HKBP Sigordang

• HKBP Simenekenek

1935 1919 1912 1915 1972 1916 1922 1952 -

7 Simarmata Simarmata • HKBP Simarmata

• HKBP Hutaginjang

• HKBP Malau

• HKBP Tandarabun

• HKBP Sangkal

• HKBP Sihusapi

1923 1951 1938 1959 1919 1927

8 Limbong sagala Sianjur

Mula-Mula •

HKBP Limbong

• HKBP Singkam

• HKBP Boho

• HKBP Sitiotio

• HKBP Bonandolok

• HKBP Peabang

• HKBP Sagala

• HKBP Siboro

• HKBP Sosornangka

• HKBP Kobun Pardomuan

• HKBP Hasinggaan

• HKBP Bahal-Bahal

• HKBP Janji Matogu

1915 1952 1937 1955 1948 1939 1953 1953 1954 1948 - - 1957

9 Onan Baru Pangururan • HKBP Onan Baru

• HKBP Raniate

• HKBP Pintu Batu

• HKBP Parmonangan

• HKBP Hutatinggi

• HKBP Sabungannihuta

1986 1916 1974 1911 1959 1939

10 Sirait Palipi • HKBP Sirait

• HKBP Onan Sirait

• HKBP Parsaoran

• HKBP Agape Onanrunggu

1896 1955 1981 1987


(41)

11 Simbolon Palipi • HKBP Simbolon

• HKBP Pagar Batu

• HKBP Hutaginjang

• HKBP Janji Maria Dolok

• HKBP Tamba

1913 1913 1938 1934 1911

12 Tomok Simanindo • HKBP Tomok

• HKBP Hutaginjang

• HKBP Lontung

• HKBP Silimalombu

• HKBP Tanjung

• HKBP Sihombing

1915 1949 1914 1951 1967 1978

13 Lumban Suhi -Suhi Pangururan • HKBP Lumban Suhl –Suhi

• HKBP Janji Marrapot

1916 1912

14 Parbaba Pangururan • HKBP Parbaba

• HKBP Janji Maria

1918 1934

15 Ronggur ni Huta Ronggur ni

Huta •

HKBP Ronggur ni Huta

• HKBP Sidihoni

• HKBP Sijambur

• HKBP Lintong ni Huta

• HKBP Nadeakbariba

• HKBP Immanuel

1912 1936 - 1935 - - Sumber: Data distrik VII HKBP tahun 2010

Dari tabel diatas perkembangan HKBP sangat pesat. Dan dan orang –orang Samosir yang percaya akan sipelebegu (animisme) berkurang dengan cepat. HKBP di Samosir perkembangannya lebih maju dibanding dengan Agama Katolik dan Agama Islam.

2.4 Struktur Organisasi HKBP

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) merupakan wadah tempat orang yang percaya akan Tuhan. HKBP ditata mengikut i sistem keuskupan, mirip dengan Gereja-gereja yang menganut sistem episkopal seperti


(42)

HKBP yang pertama adalah Dr. Sekretaris Jenderal dan sejumlah Kepala Departemen. Di bawahnya adalah yang memimpin distrik-distrik gereja, sementara di bawah distrik terdapat dipimpin oleh individual yang dipimpin oleh seluruh Indonesia. Dalam pelayanannya, seorang pendeta HKBP biasanya dibantu oleh

Menurut Aturan dan Peraturan HKBP tahun 1994-2004, Visi dan Misi HKBP adalah :

• Visi HKBP berkembang menjadi gereja yang inklusif, dialogis, dan terbuka, yang

mampu dan bertenaga mengembangkan kehidupan yang bermutu di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, bersama-sama dengan semua orang di dalam masyarakat global, terutama masyarakat kristen, demi kemuliaan Allah Bapa yang mahakuasa.

• Misi HKBP berusaha meningkatkan mutu segenap warga masyarakat, terutama

warga HKBP, melalui pelayanan-pelayanan gereja yang bermutu agar mampu melaksanakan amanat Tuhan Yesus dalam segenap perilaku kehidupan pribadi,kehidupan keluarga, maupun kehidupan bersama segenap masyarakat manusia di tingkat lokal dan nasional, di tingkat regional dan global dalam menghadapi tantangan Abad-21.

Prinsip HKBP adalah Untuk melaksanakan missi menuju visi tersebut di atas, HKBP berpegang teguh pada prinsip di bawah ini:


(43)

a. Melayani, bukan dilayani (Mrk.10:45)

b. Menjadi garam dan terang (Mat.5:13-14)

c. Menegakkan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan (Mrk.16:15,

Lukas.4:18-19)

Maksud dan Tujuan HKBP

1. Memberitakan dan menghayati Firman Tuhan.

2. Memelihara kemurnian pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan.

3. Menyediakan dirinya agar menjadi kemuliaan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. 4. Memantapkan dan menguatkan keberadaan HKBP.

Di dalam melakukan pelayanan HKBP terbagi atas HKBP umum (pusat), Distrik, Resort, Huria, dan Jemaat. Ditingkat HKBP umum adalah kesatuan segenap HKBP yang meliputi jemaat, resort, distrik, lembaga-lembaga maupun yayasan-yayasan yang dipimpin oleh Ephorus. Pelayanan umum dilakukan oleh Ephorus, Sekretaris Jenderal, Kepala Departemen Koinonia, Kepala Departemen Marturia, Kepala Departemen Diakonia, yayasan, Ketua Rapat Pendeta, Majelis Pekerja Sinode, Badan Audit HKBP, Badan Usaha HKBP, Badan Penyelenggara Pendidikan HKBP, Badan Penelitian Pengembangan HKBP, Bendahara Umum, dan komisi.

Distrik adalah kesatuan dari beberapa resort untuk memantapkan dan mengembangkan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan di distrik itu. Pelayanan Distrik dipimpin oleh Praeses, Sekretaris Distrik, Bendahara Distrik, Kepala Bidang Kononia, Kepala Bidang Marturia, dan Kepala Bidang Diakonia. Resort adalah persekutuan jemaat-jemaat setempat untuk memantapkan dan mengembangkan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan di tengah-tengah jemaat-jemaat. Pelayanan


(44)

Resort dipimpin oleh Pendeta Resort, Majelis Resort, Sekertaris Resort, Pendeta yang dibantu oleh Bibelvrouw, Diakones, dewan pengurus kegiatan tingkat Resort. Jemaat setempat adalah persekutuan beberapa warga HKBP di suatu tempat tertentu, yang dipimpin oleh pimpinan jemaat setempat. Pelayanan tingkat jemaat dipimpin oleh Guru Huria, Parhalado Huria, Seksi-seksi pengurus kegiatan di Huria, Panitia pembangunan.

Menurut JR. Hutauruk, tipe organisasi HKBP yang tersusun rapi yang berbentuk piramida berlaku system presbiterial, sinodal dan episkopal. Dalam lapisan jemaat berlaku ketiganya, namun yang menonjol ialah pesbiterial: jemaat melalui majelis jemaat mengatur dirinya, sehingga lapisan-lapisan di atasnya bisa hidup teratur. Unsur sinodal mendapat tekanan baik di lapisan resort maupun di lapisan resort maupun di lapisan teratas Sinode Godang. Seluruh kepemimpinan presbiterial dan sinodal itu dikuatkan lagi oleh unsur episkopal, yaitu dalam jabatan Eporus termasuk Praeses dan Pendeta Resort.22

Ephorus adalah yang memimpin segenap HKBP dan wakil HKBP terhadap pemerintah, gereja dan badan-badan organisasi lainya. Jabatannya harus diembannya sesuai dengan Konfesi, Tata Gereja dan Siasat Gereja HKBP. Periode kepemimpinannya selama 4 tahun dan dia dapat dipilih kembali untuk mimpin selama 2 periode.

Adapun jabatan-jabatan struktural di HKBP berdasarkan Aturan dan Peraturan HKBP tahun 2002 adalah sebagai berikut:

1. Ephorus

22


(45)

Adapun yang menjadi tugas-tugas Eporus sesuai dengan Aturan dan Peraturan HKBP 1994-2004 adalah sebagai berikut:23

a. Menggembalakan jemaat-jemaat dan pelayan-pelayan di segenap HKBP.

b. Melaksanakan pembinaan terhadap pelayan-pelayan tahbisan dalam rangka

upaya meningkatkan kemampuan mereka melaksanakan tugas-tugas pelayanannya, terutama dalam pelayanan firman dan penggembalaan.

c. Memelihara dan menyuarakan tugas kenabian HKBP terhadap pemerintah

atau penguasa melalui kata-kata maupun perbuatan nyata untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di tengahtengah bangsa dan negara.

d. Mewakili HKBP terhadap pemerintah, gereja, dan badan-badan lain di dalam

maupun di luar negeri.

e. Memimpin segenap HKBP bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan

kepala departemen berdasarkan Alkitab, Konfessi, Aturan Paraturan, dan Peraturan Penggembalaan dan Siasat Gereja sebagai manifestasi kepatuhannya kepada Yesus Kristus, Raja Gereja. Ephorus dapat mendelegasikan wewenang melaksanakan tugas-tugas tertentu kepada Sekretaris Jenderal, kepala departemen, atau praeses sesuai dengan kebutuhannya.

f. Menyelenggarakan Sinode Agung sesuai dengan ketentuan persidangan

Sinode Agung.

g. Memimpin Rapat Pimpinan HKBP.

23

Huria Kristen Batak Protestan. Aturan dan Peraturan HKBP 2002. Kantor Pusat Pearaja Tarutung. hlm 111-180


(46)

h. Melantik praeses.

i. Memimpin Rapat Praeses.

j. Mempersiapkan dan menyusun Rencana Induk Pengembangan Pelayanan

HKBP yang akan disampaikan kepada Sinode Agung untuk ditetapkan.

k. Menyusun Rencana Strategis HKBP untuk disampaikan ke Sinode Agung,

dan Rencana Tahunan dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja yang akan disampaikan kepada Majelis Pekerja Sinode untuk ditetapkan.

l. Mengunjungi jemaat-jemaat untuk memimpin upacara penahbisan gereja dan

peletakan batu alas.

m. Menahbiskan pendeta, guru jemaat, bibelvrouw, diakones, dan evangelic.

n. Menyampaikan Laporan Tahunan dan pertanggungjawaban pelaksanaan

tugasnya memimpin HKBP ke Sinode Agung.

o. Menyusun Almanak HKBP.

p. Menerbitkan surat-surat ketetapan tentang jemaat, resort, distrik baru,

yayasan, lembaga, dan komisi, demikian juga yang berhubungan dengan personalia.

q. Menerima usul amandemen terhadap Aturan Peraturan HKBP.

Syarat Menjadi Ephorus

a. Paling sedikitnya sudah 20 tahun menerima tahlbisall kependetaan di HKBP

dan bekerja terus di HKBP. Pendetapendeta yang oleh HKBP diutus bekerja di gereja atau lembaga lain, mereka dianggap tetap bekerja di HKBP.

b. Tidak pernah dikenai sanksi Peraturan Penggembalaan dan Siasat Gereja


(47)

c. Sehat rohani dan jasmani.

d. Usianya tidak lebih dari 61 tahun pada saat pemilihan. e. Dipilih oleh Sinode Godang.

f. Periodenya empat tahun, dan dapat dipilih dua kali berturut-turut. 2. Sekertaris Jenderal

Tugasnya

a. Menyertai Ephorus memimpin HKBP bersama-sama dengan kepala

departemen.

b. Memimpin administrasi HKBP sesuai dengan Aturan Peraturan HKBP

c. Mewakili Ephorus melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Ephorus

sesuai dengan kebutuhannya.

d. Menerima laporan pelayanan dari organ-organ pelayanan di bawahnya.

e. Bersama-sama dengan kepala departemen menyertai Ephorus menyusun

Berita Pelayanan, Rencana Tahunan, dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Tahunan HKBP, yang akan mereka sampaikan ke Majelis Pekerja Sinode; Laporan Pertanggungjawaban dan Rencana Strategis ke Sinode Agung.

f. Mempersiapkan segala keperluan yang berkenaan dengan pelaksanaan Sinode

Agung dan rapat-rapat lain ditingkat Pusat.

g. Bersama-sama dengan Ephorus dan kepala departemen menyelenggarakan

Rapat Pimpinan HKBP.

h. Membuat evaluasi dan menyampaikan pertanggungjawaban kepada Ephorus


(48)

Syarat Menjadi Sekretaris Jenderal

a. Paling sedikitnya sudah 15 tahun menerima tahbisan kependetaan di HKBP

dan telah mengemban tugas kependetaan

b. Tidak pernah dikenai sanksi Peraturan Penggembalaan dan Siasat Gereja HKBP.

c. Sehat rohani dan jasmani.

d. Usianya tidak lebih dari 61 tahun pada saat pemilihan. e. Dipilih oleh Sinode Agung.

f. Periodenya empat tahun, dan dapat dipilih dua kali berturut-turut. 3. Kepala Departemen Koinonia

Tugasnya

1. Menyertai Ephorus bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepala

departemen lainnya memimpin HKBP.

2. Memimpin semua pekerjaan di Departemen Koinonia:

a. Mengkordinasikan perencanaan dan pelaksanaan semua usaha yang

mengembangkan dan meneguhkan persekutuan seluruh warga HKBP di semua tingkat, persekutuan oikumenis di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional.

b. Menyusun kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan, dan

pedoman-pedoman yang perlu dalam kegiatan mengembangkan dan meneguhkan persekutuan sel uruh warga di semua tingkat, dan menjadi pegangan semua petugas.


(49)

c. Mewakili Ephorus dalam pelaksanaan tugas yang diberikan Ephorus sesuai dengan kebutuhan.

d. Menerima laporan pelaksanaan tugas dari semua organ pelayanan di

bawahnya.

e. Bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepala departemen lainnya

menyertai Ephorus menyusun Berita Pelayanan, Rencana Tahunan, dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Tahunan HKBP, yang akan mereka sampaikan ke Majelis Pekerja Sinode; Laporan Pertanggungjawaban dan Rencana Strategis ke Sinode Agung.

f. Bersama-sama dengan Ephorus, Sekretaris Jenderal, Kepala Departemen

Diakonia dohot Departemen Marturia menyelenggarakan Rapat Pimpinan HKBP. Membuat evaluasi dan memberikan pertanggungjawaban kepada Ephorus melalui laporan rutin.

Syarat Menjadi Kepala Departemen Koinonia

1. Paling sedikitnya sudah 15 tahun menerima tahbisan kependetaan di HKBP

dan bekerja di HKBP. Pendeta yang oleh HKBP diutus bekerja di gereja atau lembaga lain, mereka dianggap tetap bekerja di HKBP.

2. Tidak pernah dikenai sanksi Peraturan Penggembalaan dan Siasat Gereja

HKBP.

3. Sehat rohani dan jasmani.

4. Usianya tidak lebih dari 61 tahun pada saat pemilihan. 5. Dipilih oleh Sinode Agung.


(50)

4. Kepala Departemen Marturia Tugasnya

1. Menyertai Ephorus bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepala

departemen lainnya memimpin HKBP.

2. Memimpin semua pekerjaan di Departemen Marturia:

a. Mengkordinasikan perencanaan dan pelaksanaan pekabaran Injil di setiap

tingkat pelayanan HKBP.

b. Menyusun kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan, dan

pedoman-pedoman yang perlu dalam pekerjaan pemberitaan firman Allah yang akan menjadi pegangan bagi semua pelayan di semua tingkat pelayanan.

c. Mewakili Ephorus dalam pelaksanaan tugas yang diberikan Ephorus

sesuai dengan kebutuhan.

d. Menerima laporan pelaksanaan tugas dari semua organ pelayanan di

bawahnya.

e. Bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepala departemen lainnya

menyertai Ephorus menyusun Berita Pelayanan, Rencana Tahunan, dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Tahunan HKBP, yang akan mereka sampaikan ke Majelis Pekerja Sinode; Laporan Pertanggungjawaban dan Rencana Strategis ke Sinode Agung.

f. Bersama-sama dengan Ephorus, Sekretaris Jenderal, Kepala Departemen

Koinonia, dan Departemen Diakonia menyelenggarakan Rapat Pimpinan HKBP.


(51)

g. Membuat evaluasi dan memberikan pertanggungjawaban kepada Ephorus melalui laporan rutin.

Syarat Menjadi Kepala Departemen Marturia

1. Paling sedikitnya sudah 15 tahun menerima tahbisan kependetaan di HKBP

dan bekerja terus di HKBP. Pendetapendeta yang oleh HKBP diutus bekerja di gereja atau lembaga lain, mereka dianggap tetap bekerja di HKBP.

2. Tidak pernah dikenai sanksi Peraturan Penggembalaan dan Siasat Gereja

HKBP.

3. Sehat rohani dan jasmani.

4. Usianya tidak lebih dari 61 tahun pada saat pemilihan. 5. Dipilih oleh Sinode Agung.

6. Periodenya empat tahun, dan dapat dipilih dua kali berturut-turut. 5. Kepala Departemen Diakonia

Tugasnya

1. Manyertai Ephorus bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepada

departemen lainnya memimpin HKBP.

2. Memimpin semua pekerjaan di Departemen Diakmonia:

a. Mengkordinasikan pengelolaan semua pelayanan social yang

berhubungan dengan pemberian bantuan kepada yang kesusahan, demikian juga yang berhubungan dengan yayasan pendidikan dasar, menengah, dan yayasan pendidikan tinggi, yayasan kesehatan dan pengembangan masyarakat di setiap tingkat pelayanan.


(52)

b. Menyusun kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan, dan pedoman-pedoman yang perlu dalam pekerjaan diakonia yang menjadi pegangan bagi semua pelayan di semua tingkat pelayanan.

c. Mewakili Ephorus dalam pelaksanaan tugas yang diberikan Ephorus

sesuai dengan kebutuhan.

d. Menerima laporan pelaksanaan tugas dari semua organ pelayanan di

bawahnya.

e. Bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal dan kepah departemen lainnya,

menyertai Ephorus menyusun Berita Pelayanan, Rencana Tahunan, dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Tahunan HKBP, yang akan

mereka sampaikan ke Majelis Pekerja Sinode; Laporan

Pertanggungjawaban dan Rencana Strategic ke Sinode Agung.

f. Bersama-sama dengan Ephorus, Sekretaris Jenderal, Kepala Departemen

Koinonia, dan Departemen Marturia menyelenggarakan Rapat Pimpinan HKBP. Membuat evaluasi dan memberikan pertanggungjawaban kepada Ephorus melalui laporan rutin.

Syarat Menjadi Kepala Departemen Diakonia

1. Seorang pelayan atau warga jemaat yang bersedia mengorbankan dirinya

untuk pekerjaan pelayanan, diakonia, dan kemasyarakatan karena Kristus.

2. Tidak pernah dikenai sanksi Peraturan Penggembalaan dan Siasat Gereja

HKBP.

3. Sehat rohani dan jasmani.


(53)

5. Dipilih oleh Sinode Agung.

6. Periodenya empat tahun, dan dapat dipilih dua kali berturut-turut.

Dan biro-biro serta badan-badan yang membantu Ephorus untuk membimbing segenap HKBP sesuai dengan Tata Gereja, Konfesi, Siasat Gereja dan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Sinode Agung serta mengurus dan mengawasi pengelola harta dan keuangan di seluruh HKBP.

6. Praeses

Tugasnya

a. Memimpin distrik bersama-sama dengan para kepala bidan

b. Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan distrik sesuai dengan keputusan Sinode Agung, Majelis Pekerja Sinode, dan Rapat Pimpinan HKBP.

c. Membina dan menggembalakan pelayan-pelayan tahbisan dalam pekerjaan

yang sesuai dengan tugas pelayanannya masing-masing.

d. Membimbing dan mengawasi semua kegiatan yan berkenaan dengan

kerohanian dan kekayaan di jemaat-jemaat dan resort-resort.

e. Memimpin sinode distrik, majelis pekerja sinode distri dan rapat pimpinan

distrik.

f. Meresmikan jemaat-jemaat dan resort-resort barn yan sudah ditetapkan oleh

Pimpinan HKBP.

g. Mengunjungi jemaat-jemaat dan memimpin pesta-pesta jubileum jemaat.

h. Melantik pelayan-pelayan tahbisan penuh waktu pada jabatannya


(54)

i. Menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di jemaat dan resort yang tidak dapat diselesaikan oleh majelis resort.

j. Mengawasi pelaksanaan keputusan Sinode Agung, Majelis Pekerja Sinode,

sinode distrik, rapat majelis pekerja sinode distrik, dan rapat distrik.

k. Mengadakan dan memimpin rapat-rapat para pelayan tahbisan penuh waktu di

distrik.

l. Mengawasi dan menerima laporan dari yayasan tentang pengelolaan

lembaga-lembaga pendidikan HKBP yang ada di distrik itu.

m. Memberikan laporan dan saran kepada Ephorus tentang kemampuan dan

perpindahan pelayan-pelayan tahbisan penuh waktu yang ada di distrik itu.

n. Membuat evaluasi dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara

berkala kepada Ephorus HKBP, dan laporan pekerjaan ke majelis pekerja sinode distrik, Berta laporan tahunan ke sinode distrik.

Syarat Menjadi Praeses

a. Paling sedikitnya sudah 15 tahun setelah menerima tahbisan kependetaan di

HKBP, dan bekerja terus di HKBP. Pendeta yang oleh HKBP diutus bekerja di gereja atau di lembaga lain, dianggap bekerja di HKBP.

b. Tidak pernah dikenai sanksi Peraturan Penggembalaan dan Siasat Gereja

HKBP.

c. Sehat rohani dan jasmani.

d. Usianya tidak lebih dari 61 tahun pada saat pemilihan. e. Dipilih oleh Sinode Agung.


(55)

1. Bidang Koinonia 2. Bidang Marturia 3. Bidang Diakonia

Bidang-bidang ini adalah untuk membantu Praeses untuk menjalankan tugas dalam melanyani jemaat HKBP.

7. Pendeta Resort Tugasnya

1. Memimpin resort bersama-sama dengan majelis resort.

2. Memimpin jemaat induk resort bersama-sama dengan pelayan tahbisan

lainnya.

3. Memimpin rapat resort, rapat majelis resort, dan rapat-rapat lain di tingkat ressort.

4. Memikirkan semua yang dibutuhkan demi membangkitkan dan

menghidupkan jemaat bersama-sama dengan pelayan-pelayan di resort itu.

5. Membimbing jemaat-jemaat yang tergabung dalam resort itu untuk memenuhi

tanggungjawabnya.

6. Melaksanakan keputusan Sinode Agung, Rapat Majelis Pekerja Sinode,

sinode distrik, rapat majelis pekerja distrik, dan rapat resort.

7. Mengawasi keuangan dan kekayaan jemaat-jemaat yang dalam resssort itu.

8. Membuat evaluasi dan memberikan laporan pekerjaan, statistik, dan keuangan resort ke rapat resort dan praeses.

8. Guru Jemaat


(56)

a. Memimpin jemaat setempat, merencanakan dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pelayanan sesuai dengan tritugas panggilan gereja.

b. Mempimpin pelayan tahbisan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

c. Memimpin rapat jemaat, rapat pelayan, rapat pelayan tahbisan, dan rapat

pemilihan pengurus-pengurus dewan, seksi, dan panitia pembangunan.

d. Melaksanakan keputusan Sinode Agung, Majelis Pekerja Sinode, sinode

distrik, majelis pekerja sinode distrik, rapat resort, rapat majelis resort, spat jemaat, dan rapat pelayan tahbisan.

e. Mengawasi, membimbing, dan meningkatkan mutu pelayanan di bidang

penatalayanan dan administrasi jemaat.

f. Menerima laporan pertanggunglawaban setiap dewan.

g. Menyampaikan laporan pelayanan, statistik, dan keuangan jemaat ke pendeta

resort, dan rapat jemaat. Syarat Menjadi Guru Jemaat

1. Pelayan tahbisan penuh waktu yang ditetapkan oleh Pimpinan HKBP.

2. Pelayan tahbisan yang ditetapkan oleh Pimpinan HKBP belum ada, rapat

pelayan tahbisan yang dipimpin oleh pendeta resort memlih seorang dari penatua dengan syarat:

a. Menghayati dan melaksanakan tugas pelayanannya dengan baik.

b. Sedikitnya sudah lima tahun menjadi penatua.

c. Seboleh-bolehnya berpendidikan sekolah lanjutan tingkat atas. d. Berusia 30 hingga 61 tahun pada waktu pemilihan.


(57)

f. Periodenya empat tahun dan dapat dipilih dua periode berturut-turut

Pelayan tahbisan di HKBP

Jabatan tahbisan adalah jabatan gerejawi yang diembankan kepada seseorang pelayan melalui penahbisan sesuai dengan Agenda HKBP. Jenis Jabatan Tahbisan ada enam jenis di HKBP sesuai dengan Konfesi dan Agenda HKBP:

Pelayan Tahbisan di HKBP 1. Pendeta

Pendeta adalah yang menerima jabatan kependetaan dari HKBP melalui Ephorus sesuai dengan Agenda HKBP. Dalam jabatan kependetaan itu tercakup ketiga jabatan Kristus, yaitu nabi, imam, dan raja.

Syarat Menjadi Pendeta

a. Lulusan Sekolah Tinggi Teologi HKBP atau sekolah tinggi teologi lain yang

diakui oleh HKBP yang sama kurikulumnya dengan Sekolah Tinggi Teologi HKBP jurusan kependetaan.

b. Warga HKBP yang menghayati kasih karunia Allah yang diterimanya melalui

baptisan dan pengakuan iman.

c. Sudah praktek sedikit-dikitnya dua tahun di HKBP, dan dianggap sudah mampu menerima jabatan kependetaan sesuai dengan rekomendasi praeses dan pendeta resort.

d. Sehat rohani dan jasmani.


(58)

f. Pendeta yang diutus oleh gereja lain yang seiman dengan HKBP diperhitungkan sama dengan pendeta HKBP.

Tugasnya

a. Sebagaimana tertera dalam Agenda Pemberian Jabatan Kependetaan HKBP. b. Menghadiri rapat-rapat pendeta HKBP.

2. Guru Jemaat

Guru jemaat adalah yang menerima tahbisan jabatan guru jemaat dari HKBP melalui Ephorus. Syarat Menjadi Guru Jemaat HKBP:

a. Lulusan Sekolah Tinggi Guru Jemaat HKBP.

b. Sudah praktek sedikit-dikitnya dua tahun di HKBP, dan sudah menerima

rekomendasi praeses dan pendeta resort, c. Sehat rohani dan jasmani.

Tugasnya

a. Sebagaimana tertera dalam Agenda Pemberian Jabatan Guru Jemaat

b. Menyampaikan berkat tanpa menumpangkan tangan.

c. Menghadiri Rapat Guru Jemaat.

d. Ephorus yang memberikan persetujuan kepada guru-guru jemaat untuk bekerja

di luar HKBP.

e. Guru-guru jemaat yang bekerja di luar HKBP tanpa persetujuan Ephorus,

mereka tidak dianggap lagi pelayan HKBP. 3. Bibelvrouw

Bibelvrouw adalah perempuan yang menerima jabatan bibelvouw dari HKBP melalui Ephorus sesuai dengan Agenda HKBP. Syarat Menjadi Bibelvrouw :


(59)

a. Lulusan Sekolah Tinggi Bibelvrouw HKBP.

b. Sudah praktek sedikit-dikitnya dua tahun di HKBP, dan sudah menerima

rekomendasi dari praeses dan pendeta ressort c. Sehat rohani dan jasmani.

d. Menerima tahbisan jabatan bibelvrouw dari HKBP.

Tugasnya

a. Sebagaimana tertera dalam Agenda Pemberian Jabatan Bibelvrouw.

b. Menyampaikan berkat tanpa menumpangkan tangan.

c. Menghadiri Rapat Bibelvrouw.

4. Diakones

Diakones adalah perempuan yang menerima jabatan diakoii dari HKBP rnelalui Ephorus sesuai dengan Agenda HKBP. Syarat Menjadi Diakones :

a. Lulusan Sekolah Tinggi Diakones HKBP.

b. Sudah praktek sedikit-dikitnya dua tahun di HKBP dan sudah menerima

rekomensasi dari praeses dan pendeta resort. c. Sehat rohani dan jasmani.

d. Menerima tahbisan jabatan diakones dari HKBP. Tugasnya

a. Sebagaimana tertera dalam Agenda Pemberian Jabatan Diakones.

b. Menyampaikan berkat tanpa menumpangkan tangan.

c. Menghadiri Rapat Diakones. 5. Evangelis


(60)

Evangelis adalah yang menerima jabatan evangelis dari HKBP melalui Ephorus sesuai dengan Agenda HKBP. Syarat Menjadi Evangelis :

a. Yang sudah mengikuti program pelatihan dan memperoleh sertifikat evangelis

dari Sekolah Tinggi Teologi HKBP.

b. Yang sudah praktek sedikit-dikitnya tiga bulan di HKBP, dan sudah menerima rekomendasi dari praeses dan pendeta resort.

c. Sehat rohani dan jasmani.

d. Kemampuannya sudah dievaluasi oleh Ephorus.

Tugasnya

a. Memberitakan Injil melalui kegiatan pewartaan, pengajaran, evangelisasi, dan kesaksian ke masyarakat tertentu, seperti kampus, sekolah, perkantoran, buruh, masyarakat marginal, dan lain-lain.

b. Menyampaikan berkat tanpa menumpangkan tangan.

6. Penatua

Penatua adalah yang menerima jabatan penatua dari HKB melalui pendeta resort sesuai dengan Agenda HKBP. Syarat Menjadi Penatua

a. Warga jemaat yang mempersembahkan dirinya menjadi penatua di jemaat.

b. Rajin mengikuti kebaktian minggu dan perjamuan kudus. c. Berperilaku tidak bercela.

d. Paling sedikitnya berumur 25 tahun. e. Sehat rohani dan jasmani.


(61)

g. Dipilih oleh warga jemaat dari antara mereka dan ditetapkan oleh Rapat Pelayan Tahbisan.

Tugasnya

a. Sebagai tertera dalam Agenda Penerimaan Penatua HKBP.

b. Melaksanakan baptisan darurat.

c. Menyusun statistik warga jemaat di lingkungannya masing-masing. d. Mengikuti sermon dan rapat penatua.

e. Menyampaikan berkat tanpa menumpangkan tangan.

2.5 Adat dan Gereja HKBP

Peralihan dari setiap tingkat kehidupan manusia ditandai dengan pelaksanaan suatu upacara adat khusus. Upacara adat dilakukan agar seseorang atau sekelompok orang terhindar dari bahaya atau celaka yang akan menimpanya. Malahan sebaliknya, mereka memperoleh berkat dan keselamatan. Inilah salah satu prinsip universal yang terdapat di balik pelaksanaan setiap upacara adat.

Dalam kehidupan orang Batak Toba, khususnya di daerah Samosir setelah masuknya agama masih banyak yang percaya dengan hal-hal mistis dimana sangat bertentangan dengan ajaran agama. Dengan menghindari hal-hal tersebut HKBP membuat pelarangan dan pengajaran tentang akan Kristen, dimana adat batak yang digunakan dalam kehidupan tidak semua dapat diterima oleh agama tersebut.

Sinkretisme dalam kehidupan orang-orang Batak didasarkan pada pemahaman, bahwa upacara adat itu hanya merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan oleh leluhur. Karena itu keberadaannya perlu dilestarikan dengan cara


(62)

menyingkirkan beberapa hal yang dinilai mengandung unsur Hasipelebeguon (mersifat mistis) seperti: perdukunan (Hadatuon), kesurupan (siar-siaran), pembuatan patung-patung (gana-ganaan), jimat (parsimboraon), menyembah setan (mamele begu) dan hal-hal lainnya. Hasipelebeguon itu hanya sebagian dari bentuk tipuan yang dimainkan oleh iblis. Hasipelebeguon itu mengambil bentuk yang lebih halus, sehingga sekilas bisa dianggap tidak bertentangan dengan Firman Tuhan. Diluar itu, masih banyak lagi bentuk hasipelebeguon lain yang sangat dibenci oleh Tuhan.

Dalam hal ini HKBP banyak melakukan pelarangan untuk tidak mengikuti ajaran-ajaran sesat yang tidak sesuai dengan ajaran Kristen. Adat batak yang diterima dan sesuai dengan ajaran Kristen yang diatur dalam RPP HKBP adalah 24

a. Parbagason (Perkawinan)

Di dalam Gereja HKBP sistem perkawinan diatur sesuai dengan ajaran Kristen, adapun aturan tersebut adalah

1. Batas umur menikah, yaitu umur laki-laki harus lebih dari 19 tahun, dan perempuan minimal 16 tahun serta dilakukan konseling pra nikah.

2. Pengajaran tentang tanggungjawab kekeluargaan orang Kristen kepada orang

yang akan menikah.

3. Sesuai dengan ajaran Kristen HKBP tidak mengakui dan melakukan

pemberkatan:

a. Seorang laki-laki menikah dengan ibu tirinya.

24


(63)

b. Seorang laki-laki dengan saudara perempuannya/ putri dari saudara perempuan ayahnya / putri saudara perempuan ibu kandungnya.

c. 2 orang laki-laki sedarah (satu ayah dan ibu) menikah dengan 2 orang

perempuan bersaudara (satu ayah dan ibu).

4. Setelah dilakukan martumpol (pengucapan janji pernikahan dengan tata cara gereja) di dalam gereja, ataupun di kantor gereja (didepan keluarga kandung dan penatua/sintua), Rencana pernikahan itu harus diberitahukan kepada pendeta untuk di umumkan dalam kebaktian minggu dua kali berturut. Kalaupun satu kali diinformasikan, harus mempunyai surat keterangan dari Pendeta Resort.

5. Pernikahan orang Kristen harus diberkati di gereja oleh pendeta setempat.

6. Dilakukan pemberkatan di Gereja setelah digoda sigadis atau kawin lari

(mahiturun/mangalua) apabila:

a. Adanya surat pemeritahuan dari seorang pendeta apabila ada acara gereja maupun adat yang tidak sesuai dengan pihak.

b. Adanya surat pemberitahuan (panolopion) dari keluarga laki-laki dan keluarga perempuan, ataupun dari wali.

c. apabila tidak ada yang bisa hadir dari pihak keluarga ataupun yang mewakili, pemberkatan bisa dilakukan apabila umurnya lebih dari 21.

7. Tidak boleh mengambil perempuan yang sudah cerai, apabila laki-laki yang

diceraikannya belum kawin, dilakukan pemberkatan apabila bersih dari kesalahan perceraian ataupun telah menerima hukum gereja. Begitupun sebaliknya pada perempuan.


(64)

8. Dikucilkannya orang yang melakukan bigami (beristri dua) dan poligami.

9. Terlebih dahulu selesai masa uji jemaat yang mengaku salah, baru bisa

dicampuri sebagaimana layaknya seorang jemaat

10.Gereja tidak akan melakukan pemberkatan kepada seorang duda atau janda

sebelum 6 bulan meninggal suami atau istrinya.

11.Dilarang kawin/hidup bersama (samen level), kumpul kebo ataupun kawin

kontrak.

b. Hari kelahiran dan pembabtisan bayi

1. Pihak gereja memperhatikan bayi yang baru lahir supaya tidak terjadi adanya keberhalaan.

2. Bayi harus dibabtis atas nama Allah.

3. Disangsikan bayi laki-laki yang lahir dibawah 9 bulan, dan bayi perempuan

dibawah 8 bulan terhitung setelah hari pemberkatan di gereja. Selain ada surat keterangan dokter.

c. Manjalo surat malua (naik sidi/katekisasi)

Sakramen mengenai penjelasan langsung/lisan kepada remaja (calon baptis) gereja tentang makna keimanan dan agama. Para pelayan gereja harus memberikan pengajaran sakramen ini, supaya pengetahuan akan firman Tuhan yang tertulis Di Alkitap dan Katekismus.

d. Meninggal

Gereja harus berperan dalam acara kematian supaya tidak terjadi keberhalaan dan sesuai dengan ajaran kristen. HKBP membuat ybng patut dilaksanakan dan yang tidak dilaksanakan dalam upacara kematian yaitu:


(65)

Tidak boleh dilakukan dalam upacara kematian:

1. Menjalankan daging mentah sebelum di kubur orang yang telah meninggal,

kepada orang meninggal yang sudah meranak cucu.

2. Menjalankan daging kepada kerabat orang yang meninggal

3. Membuat garam ke dalam peti mati atau melangkahi mayat.

4. Tidak memberkati orang yang mati bunuh diri. Yang patut dilakukan dalam upacara kematian:

1. Pelaksanaan pembakaran mayat (kremasi) dalam keadaan terpaksa, karena tidak adanya tanah wakaf atau adanya alasan dari keluarga yang meninggal. Akan tetapi harus diawasi pihak gereja supaya tidak terjadi keberhalaan.

2. Orang yang meninggal boleh dibawa ke gereja apabila rajin beribadah dan ikut dalam perjamuan kudus pada masa kehidupannya, karena permintaan dari keluarganya.

3. Dilakukan pemberkatan kepada orang yang meninggal tetapi mayatnya tidak

ditemuka n.

Yang patut diperhatikan/diawasi:

1. Jemaat patut diperhatikan yang melakukan ziarah kekuburan untuk mengenang

akan tetapi tidak berlaku adanya keberhalaan.

2. Keluarga jemaat yang meninggal patut diperhatikan supaya tidak melakukan

hal-hal keberhalaan.

3. Jemaat yang melaksanakan pesta besar waktu meninggal keluarganya supaya


(66)

4. Tidak restui mendirikan tugu, karena tidak baik dalam kepercayaan, ekonomi, dan kehidupan karena keangkuhan. Akan tetapi tugu boleh didirikan apabila persatuan marga, dan persatuan ompu (nenek moyang)

e. Mangongkal holi (mengangkat tulang-tulang)

Mangongkal holi (mengangkat tulang-tulang) boleh dilakukan apabila: 1. Kuburan yang sudah rusak.

2. Kuburan dijadikan jalan umum, karena bencana alam, untuk perkampungan,

industri, pembangunan, membuat tugu persatuan, dan menyatukan tulang kedalam satu kuburan yang baru dibangun.

3. Manyatukan kuburan karena mati di perantauan.

4. Bila ada jemaat yang mempersatukan tulang (saring-saring/holi-holi) harus

dicampuri oleh penatua atau dari pihak gereja, supaya tidak terjadi hal-hal keberhalaan.

5. Harus diketahui penatua/sintua, adanya acara manongkal holi dan menyimpan

tulang sebelum dimasukkan kedalam kuburan. Dan dalam upacara tersebut tidak dilakukan pemberkatan selayaknya jemaat yang baru meninggal.

f. Gondang

a. Jemaat harus diajarkan tentang kematian sesuai dengan ajaran Kristen.

b. Dalam musik gondang dapat membuat orang kesurupan karena kurang

percayanya kepada Tuhan, oleh sebab itu penatua/sintua harus memperhatikan orang yang melaksanakan musik gondang, dan semua acara yang diikuti musik gondang harus di campuri penatua/sintua serta diawali dan diakhiri dengan acara gereja.


(67)

c. Penatua harus memperhatikan supaya jemaat tidak melakukan acara menyembah berhala dengan memberi sesajen ditempat yang dikeramatnya, dan upacara yang berbau dengan keberhalaan.

d. Huria harus mencampuri acara kematian yang diikuti dengan gondang, akan

tetapi tidak dilakukan ritual keberhalaan, dan harus diketahui huria bagaimana jalannya acara gondang tersebut.

Dalam acaraa adat-istiadat orang Batak gereja tidak berperan untuk menentukan kapan dilaksankannya upacara adat, danbagaimana prosesinya. Gereja berperan dalam pembukaan, dan menutup acara adat sesuai dengan ajaran HKBP serta mengawasi jalannya upacara adat, supaya tidak terjadi keberhalaan.

Sinkretisasi ini adalah sebagai upaya untuk mengelola, menyatukan, mengkombinasikan dan menyelaraskan dua atau lebih sistem prinsip yang berlainan atau berlawanan sehingga terbentuk suatu prinsip yang baru. Dengan adanya sinkretisasi, maka penganut-penganut dapat menerima tanpa merasa bahwa mereka menganut prinsip yang berlawanan.


(1)

Khatolik, Penthakosta dan gereja lainnya, karena mereka memandang tidak nyaman lagi untuk memuji Tuhan. Konflik ini juga mempengaruhi eksternal yaitu budaya Batak Toba yang disimbolkan dalam suatu keutuhan serta yang diterapkan dalam struktur kemasyarakatan yaitu Dalihan Na Tolu dan mempengaruhi ketahanan dan keamanan nasional yang merupakan alasan pemerintah untuk mencampuri masalah intern HKBP yaitu timbulnya perpecahan dalam HKBP yang memunculkan kekerasan sehingga mengakibatkan banyak korban dalam masalah HKBP tersebut.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Daulay, M.R. Dr. Pdt, 2003, Akar Konflik Dalam Gereja Dan Masyarakat, Jakarta: Dian Utama Anggota IKAPI.

Distrik VII Samosir: Jubeleum 125 HBKP Distrik VII Samsosir, 4, 5 dan 6 Oktober 1986

HKBP. Aturan Dan Peraturan HKBP 2002. Kantor pusat Pearaja-Tarutung. Hutauruk, JR. Dr. Pdt. 2008, Menata Rumah Allah. Kantor Pusat HKBP Pearaja

Tarutung.

---, 2010, Tebarkanlah Jalamu, , Pematang Siantar: Percetakan HKBP.

Koestoro, Lucas Partanda, dkk. 2004. Arkeologi Perbukitan Di Bagian Barat Laut Dan Selatan Padang Lawas, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Balai Arkeologi Medan.

Lumbantobing, Andar M. 1996. Das Amt In Der Batak-Kirche, K. M Lumban Tobing dkk (terj) Makna Wibawa Jabtan Dalam Gereja Batak, Jakarta: PT BPK

Gunung Mulia.

Makalah HKBP Cikini dalam seminar dan loka karya. 1998. Permasalahan Laten Dan Reformasi Total. Jakarta.

Manalu, Dimpos. 2009. Gerakan Sosial Dan Perubahan Kebijakan Publik: Studi Kasus Gerakan Perlawanan Masyarakat Batak vs PT Inti Indorayon Utama di Sumatera Utara, Yogyakarta: Gajah Mada Unversity Press.

Mastenbroek, W.F.G. 1986. Conflik Thantering En Organisasi, Pandam Gurito (terj) Penanganan Konflik Dan Pertumbuhan Organisasi, Jakarta: UI-pers.

Nadeak, M. 1995. Krisis HKBP, Ujian Bagi Iman dan Pengalaman Pancasila, Biro Informasi HKBP.

Pruit, Dean G, dkk. 2004. Teori Konflik Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Scheiner, Lothar. 1999. Adat Und Evangelium. Zur Bedeutung Der Altvokischen

Lebensordnungen Fur Kirche Und Mission Unter Den Batak In Nordsumatra. P. S Naipospos, dkk (terj), Adat Dan Injil: Perjumpaan Adat Dengan Iman Kristen Di Tanah Batak, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.


(3)

Subandrijo, Bambang, dkk. 2003. Agama Dalam Praktis, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Susanna, novri. 2009. Sosiologi Konflik Dan Isu-Isu Konflik Kontenporer, Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Simanjutak, B.A. 2002. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Yogyakarta: Jendela.

Simanjuntak, Saut Bonar Pangihutan. 1998. Konflik Intern Organisasi

Kemasyarakatan, Kasus: Huria Kristen Batak Protestan. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM.

Simorangkir, M.S.E. Dr. Pdt. 2009. Almanak Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI), Pematang Siantar: Kolportase Pusat GKPI.

Sitompul, Einar, dkk. 1997, Gereja Di Pentas Politik, Belajar Dari Kasus HKBP, Jakarta: Yakoma PGI

Situmorang, Sitor. 2009. Toba Na Sae. Jakarta: Komunitas Bambu

Vergouwen, J.C. 2004. Masyarakat Dan Hukum Adat Batak Toba, Yogyakarta: LKiS Yokyakarta.

Majalah Forum Keadilan No. 18. 24 Desember 1992 Majalah Tempo No. 48. 30 Januari 1993

Majalah Imanuel No.5/1994 Majalah Imanuel No.3/1994

Majalah Forum Keadilan No. 18. 24 Desember 1992 Surat Kabar Kompas edisi 12 Januari 1993


(4)

(5)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Pdt. K Sirait. MTh

Umur : 51

Pekerjaan : Pimpinan Distrik VII HKBP Samosir

2. Nama : Pdt. P Gultom. STh

Umur : 46

Pekerjaan : Pendeta Resort Pangururan

3. Nama : J. Sagala

Umur : 56 Pekerjaan : PNS

4. Nama : M Br Habeahan

Umur : 78 Pekerjaan : Petani

5. Nama : S Br Manalu

Umur : 56 Pekerjaan : Petani

6. Nama : J Simbolon

Umur : 32

Pekerjaan : Wiraswasta

7. Nama : St. P Sitanggang

Umur : 70 Pekerjaan : Bertani


(6)

8. Nama : R Sagala

Umur : 75 Pekerjaan : Bertani

9. Nama : St J Limbong

Umur : 62 Pekerjaan : Bertani

10. Nama : L Sihotang

Umur :43 Pekerjaan : Bertani

11. Nama : St M Sinaga

Umur : 67 Pekerjaan : Bertani