Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pendidikan Akhlak Mulia Kepada Anak Di Lingkungan Karaoke Dusun Berokan, Desa Bawen, Kec. Bawen. Kab. Semarang. - Test Repository

  POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK MULIA KEPADA ANAK DI LINGKUNGAN KARAOKE DUSUN BEROKAN, DESA BAWEN, KEC. BAWEN. KAB. SEMARANG SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Oleh: Rizka Ratih Dian Puspitasari NIM: 111-14-084

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

  

2018 Mufiq, S.Ag., M.Phil Dosen IAIN Salatiga

  Persetujuan Pembimbing

  Lampiran : 4 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara: Nama : Rizka Ratih Dian Puspitasari NIM : 111-14-084 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul : POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP

  PENDIDIKAN AKHLAK MULIA KEPADA ANAK DI LINGKUNGAN KARAOKE DUSUN BEROKAN, DESA BAWEN, KEC. BAWEN, KAB. SEMARANG

  Dapat diajukan dalam sidang munaqosah skripsi. Demikian nota pembimbing ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 28 Mei 2018 Pembimbing

  Mufiq, S.Ag., M.Phil NIP.19690617 199603 1 004

  

MOTTO

ِراَّلدا ىَرْكِذ ٍة َصِل اَ ِبِ ْ مهُاَن ْصَلْخَا آَّنِا

  

Artinya: Sungguh, kami telah menyucikan mereka dengan

(menganugerahkan) akhlak yang tinggi kepadanya yaitu selalu

mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat

(QS. Saad: 46)

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Kedua orang tua hebatku Bapak Amat Dahuri dan Ibu Mujiati yang selalu memberi dukungan dalam setiap langkah, memberikan motivasai, dukungan finansial, dan doa yang tulus sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  2. Adikku tersayang Rizki Efrin Tamara yang selalu menghiburku, dan menjadi penyemangat.

  3. Teman inspiratif Karina Meri Astuti yang selalu memberi motivasi dalam setiap perbincangan kami, teman curhat dan bersedia menjadi teman kesana kemari.

  4. Teman-temanku seperjuangan dari awal, teman tertawa bersama, dan sedih bersama: Muh. Arifin, Ma’rifatul Mustaniroh, Novi Adha, Mar’atul Baroroh, Istichomah, dan Ayu Tyas. Serta seluruh teman-teman PAI kelas C, serta teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2014.

  5. Teman-teman PPL SMK Diponegoro 2017 telah bersama kita lalui perjuangan selama 2 bulan.

  6. Teman-teman KKN posko 34 Dusun Sudimoro serta teman KKN Desa Sidomulyo, Kec. Candimulyo, Kab. Magelang.

  7. Teman-teman UKM Teater Getar yang telah memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman.

  8. Sahabat pena, dan seluruh teman-temanku dimanapun kalian berada, terima kasih atas pengalaman, pengetahuan, serta motivasi yang telah kalian berikan.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan doanya.

  Salatiga, 27 Mei 2018 Rizka Ratih Dian Puspitasari NIM. 111-14-084

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum wr. wb

  Puji syukur atas limpahan rahmat, karunia dan hidayah yang telah diberikan Allah SWT kepada hamba yang senantiasa mau berusaha dalam mengarungi samudra kehidupannya masing-masing. Shalawat dan salam tidak lupa senantiasa kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.

  Alhamdulillahirabil’alamin penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini

  sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa memberi arahan, bimbingan, maupun doa. Maka dari itu penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam

  Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 4. Bapak DR. Muh. Saerozi, M.Ag selaku pembimbing akademik yang selalu memberi bimbingan dan motivasi dalam menjalankan studi

  5. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar membimbing dan memberikan saran agar skripsi ini terselesaikan dengan baik

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff karyawan Institut Agama Islam Negeri

  (IAIN) Salatiga yang telah memberikan ilmu, ajaran, dan pelayanan kepada penulis

  7. Kedua orang tua Bapak Amat Dahuri dan Ibu Mujiati yang selalu memberi dukungan serta doa yang tulus, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan. Terima kasih

  Wassalamu’alaikum wr. wb

  Salatiga, 27 Mei 2018 Rizka Ratih Dian Puspitasari

  NIM. 111-14-084

  

ABSTRAK

  Puspitasari, Rizka Ratih Dian. 2018. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pendidikan

  Akhlak Mulia Kepada Anak di Lingkungan Karaoke Dusun Berokan, Desa Bawen, Kec. Bawen. Kab. Semarang . Skripsi. Prodi Pendidikan Agama

  Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M.Phil

  Kata Kunci: Pola Asuh, Akhlak Anak, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat

  Lingkungan karaoke bukanlah lingkungan biasa yang kondusif, namun lingkungan yang mendapat konotasi negatif oleh kebanyakan masyarakat merupakan tantangan tersendiri untuk para orang tua mendidik anak-anaknya yang hidup di lingkungan tersebut, terutama dalam mendidik akhlak anak.

  Tujuan skripsi ini, yaitu: (1) Pola asuh dan upaya orang tua dalam mendidik anak serta pendidikan akhlak yang diberikan orang tua kepada anak di sekitar lingkungan karaoke Dusun Berokan. (2) Faktor pendukung dan penghambat orang tua dalam mendidik anak di lingkungan karaoke Dusun Berokan.

  Untuk mencapai tujuan di atas penulis menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data meliputi sumber data primer yakni wawancara dengan orang tua dan anak, serta sumber data sekunder berupa foto-foto.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak di lingkungan karaoke Berokan, Kec. Bawen, Kab. Semarang diantaranya pola asuh otoriter ditandai dengan tekanan anak untuk patuh kepada perintah dan keinginan orang tua, dan pola asuh demokratis yaitu orang tua membebaskan namun tetap mengawasi anak. Penerapan akhlak mulia kepada anak- anak yang hidup di lingkungan karaoke Berokan, diantaranya: berbakti kepada orang tua, menghormati orang yang lebih muda maupun dengan teman sebayanya, berbicara dengan baik, dan pembiasaan keagamaan. (2) Faktor pendukung orang tua dalam mendidik anak yang hidup di sekitar lingkungan karaoke Dusun Berokan, Desa Bawen, Kec. Bawen, Kab. Semarang diantaranya kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, menyikapi lingkungan sekitar, kegiatan di sekitar lingkungan yang mendukung pendidikan anak, serta dampak positifnya menambah penghasilan yang memiliki usaha di sekitar lingkungan tersebut. Faktor penghambat orang tua dalam mendidik anak yang hidup di sekitar lingkungan diantaranya: keinginan untuk pindah, lingkungan yang berisik, menanggapi anggapan negatif dari orang lain, kesulitan memberikan contoh yang baik dalam penerapan lingkungan, perilaku dari orang-orang yang berada di lingkungan karoke.

  

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ... ................................................................ iii DEKLARASI .............................................................................................. iv MOTTO ...................................................................................................... v PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

ABSTRAK ................................................................................................... x DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... .............................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5 D.

  Manfaat Penelitian ........................................................................... 5 E. Definisi Operasional ......................................................................... 6 F. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 7 G.

  Sistematika Penulisan ....................................................................... 11

  BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pola Asuh ....................................................................... 13 B. Model – Model Pola Asuh ................................................................ 14

  1. Pola Asuh Otoriter ...................................................................... 15 2.

  38 2. Sumber Data Sekunder ............................................................... 38 D. Instrumen Pengumpulan Data ..........................................................

  Tahap – Tahap Penelitian .................................................................

  Pengecekan Keabsahan Data ............................................................ 43 G.

  42 3. Kesimpulan dan Verifikasi ......................................................... 42 F.

  41 2. Display Data ...............................................................................

  40 1. Reduksi Data ..............................................................................

  39 3. Dokumentasi ............................................................................... 40 E. Analisis Data Penelitian ...................................................................

  39 2. Wawancara .................................................................................

  39 1. Observasi ....................................................................................

  38 1. Sumber Data Primer ...................................................................

  Pola Asuh Permisif ..................................................................... 17 3. Pola Asuh Demokratis ................................................................ 20 C. Orang Tua ......................................................................................... 23 D.

  38 C. Sumber Data .....................................................................................

  Lokasi Penelitian ..............................................................................

  36 2. Pendekatan Penelitian ................................................................. 36 B.

  Jenis Penelitian Lapangan ..........................................................

  Jenis dan Pendekatan Penelitian ....................................................... 36 1.

  34 BAB III METODE PENELITIAN A.

  Pengertian Pendidikan ................................................................ 24 2. Akhak Mulia ............................................................................... 26 3. Pendidikan Akhlak Mulia Kepada Anak .................................... 28 E. Lingkungan Karaoke .......................................................................

  Pedidikan Akhlak Mulia Kepada Anak ............................................ 24 1.

  43

  BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ...................................................

  49 1. Letak Georafis ............................................................................

  46 2. Sejarah Berdirinya Lingkungan Karaoke ...................................

  47 3. Lokasi Karaoke ..........................................................................

  49 B. Temuan Penelitian ............................................................................ 50 1.

  Pola Asuh dan Upaya Orang Tua ...............................................

  51 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ...............................

  65 BAB V PENUTUP A.

  Kesimpulan ....................................................................................... 78 B. Saran ................................................................................................. 80

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 ...................................................................................................

  49 Tabel 4.2 ...................................................................................................

  50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan merupakan tempat berlangsungnya kehidupan

  seseorang, mengingat manusia merupakan makhluk sosial. Secara alamiah seorang anak belajar dari lingkungan, terutama dalam bidang keagamaan yang mendominasinya khususnya agama Islam.

  Agama merupakan pilar utama dalam setiap kehidupan manusia khususnya agama Islam. Setiap perilaku seorang muslim senantiasa dihiasi oleh akhlak mulia. Menurut Abdul karim Zaidan akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya (Yunahar Ilyas, 2016: 2). Akhlak mulia merupakan bagian dari keimanan dan ketakwaan. Akhlak yang tercermin dalam setiap manusia juga mencerminkan akhlak sosial.

  Kondisi sosial yang baik maka akan membentuk akhlak anak yang baik pula.

  Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan seorang psikolog anak menyatakan bahwa lebih dari 90% permasalahan anak disebabkan oleh kesalahan atau ketidaktahuan orang tua akan cara berkomunikasi dan penyampaian nilai yang baik terhadap sang anak. Bagi kebanyakan orang tua, sadar maupun tidak sadar sering kali memperlakukan anak sebagai “robot” yang bisa dikendalikan dan harus menjalankan setiap erintah yang diberikan kepadanya. Mereka lupa bahwa seorang anak merupakan individu dalam bentuk lebih kecil, yang juga memiliki perasaan, keinginan, dan tindakan. Dengan kata lain, seorang anak membutuhkan perhatian dan kesabaran orang tua dalam menghadapinya (Ukasyah Habibu Ahmad, 2015: 183).

  Secara psikologis, anak-anak akan bersikap sopan dan hormat kepada orang tua dan orang lain jika dibesarkan di lingkungan yang memperlakukan mereka dengan penuh penghargaan, kehormatan, dan kebaikan hati. Sebab, hal itu akan besar pengaruhya terhadap cara mereka memperlakukan orang lain. Dengan begitu, anak-anak akan sampai pada keyakinan bahwa begitulah cara yang baik untuk memperlakukan orang lain. Mereka juga cenderung meniru perilaku orang tua dengan melihat cara orang tua memperlakukan orang lain di luar rumah (Abdul Mustaqim, 2005: 111), namun menurut kebanyakan orang hal tersebut sangatlah minim terjadi di lingkungan karaoke. Hal inilah yang secara sempit membuat kebanyakan masyarakat menilai negatif terhadap seseorang yang hidup di lingkungan lokalisasi karaoke, padahal tidak semua anggota masyarakat melakukan penyimpangan yang dapat merusak akhlak tersebut.

  Stigma muncul kepada masyarakat yang hidup di lingkungan karaoke. Hidup di lingkungan karaoke menjadi tantangan tersendiri untuk sebagian orang dalam bertahan hidup. Bertahan hidup di sini diartikan sebagai menahan iman atas godaan-godaan duniawi yang penuh gemerlapan dan rawan yang namanya penyimpangan sosial, tentunya hal tersebut sangat mempengaruhi kehidupan seseorang terlebih seorang anak. Bahkan ada yang beranggapan sangat kecil kemungkinan terjadinya kegiatan keagamaan yang terlaksana di lingkungan lokalisasi karaoke. Begitu pula seperti orang-orang yang hidup di Lingkungan Karaoke Dusun Berokan, Desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, tak jarang mereka mendapat anggapan negatif dari orang lain yang hidup di luar lingkungan karaoke, begitu pula anak-anak mereka terkadang juga mendapat label negatif karena lingkungannya dari teman-teman sekolahnya. Bagi orang tua yang sebagian besar memiliki anak dan hidup di Lingkungan Karaoke Dusun Berokan, Desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang di sinilah letak tantangan orang tua dalam membesarkan anak-anaknya terutama dalam pembimbingan agama Islam sehingga terbentuk akhlakul karimah, mengetahui lingkungan sekitar lingkungan karaoke, selain itu perlu diketahui bahwa tidak semua orang yang hidup di lingkungan karaoke memiliki perilaku yang negatif seperti anggapan masyarakat yang hidup di luar lingkungan karaoke.

  Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendididk. Secara umum mendididk ialah membantu anak didik di dalam perkembangan dari daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat (Zakiyah Daradjat, 2011: 34).

  Pendidikan anak tidak hanya didapat di sekolah saja namun juga di lingkungan di mana ia hidup, maka dari itu di sinilah letak ketertarikan peneliti dan peneliti mengangkat

  “Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pendidikan Akhlak Mulia kepada Anak di Lingkungan Karaoke Dusun Berokan, Desa Bawen, Kec. Bawen, Kab. Semarang . Tidak lain

  alasannya karena lingkungan kehidupan dan tidak hanya lingkungan biasa yang kondusif namun lingkungan yang mendapat konotasi negatif oleh kebanyakan masayarakat merupakan tantangan tersendiri untuk para orang tua mendidik anak-anaknya yang hidup di lingkungan karaoke, terutama dalam mendidik akhlak anak.

B. Rumusan Masalah

  Keseharian anak-anak di lingkungan karaoke mengundang banyak tanya, untuk itu peneliti ingin mengetahui hal-hal apa yang dilakukan orang tua dalam memberikan perhatian kepada anak-anak mereka. Untuk itu peneliti merincikan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

  1. Bagaimana pola asuh yang dilakukan orang tua dalam pendidikan akhlak mulia kepada anak yang tinggal di sekitar lingkungan karaoke Dusun Berokan, Desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang? 2. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat orang tua dalam mendidik akhlak mulia kepada anak yang tinggal di sekitar lingkungan karaoke Dusun Berokan, Desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang? C.

   Tujuan Penelitian:

  Untuk mendapatkan hasil yang terbaik maka penulis menetapkan tujuan penelitian sebagai berikut:

  1. Mengetahui pola asuh orang tua dalam mendidik akhlak mulia kepada anak di sekitar lingkungan karaoke Dusun Berokan, Desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.

  2. Mengetahui apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat orang tua dalam mendidik akhlak mulia kepada anak di lingkungan karaoke Dusun Berokan, Desa Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.

D. Manfaat Penelitian : 1. Manfaat Teoritis

  Sebagai sarana yang bisa dibaca dan bisa menjadi sumber rujukan untuk memperoleh informasi yang terkait dengan pola asuh orang tua terhadap pendidikan akhlak anak, sehingga dapat mengembangkan maupun memperkuat ilmu pengetahuan yang sebelumnya sudah ada, serta sebagai bahan dokumentasi bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam. Serta diharapkan mampu memberi sumbangan pengembangan teori mengenai pola asuh dalam pendidikan akhlak.

2. Manfaat Praktis

  Menambah wawasan keilmuan tentang pola asuh orang tua terhadap pendidikan akhlak anak, sehingga mampu dijadikan acuan dalam sistem mendidik akhlak anak dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

E. Definisi Operasional

  Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak dengan menggunakan teknik dan metode yang menitikberatkan pada kasih sayang dan ketulusan cinta yang mendalam dari orang tua. Pola asuh tidak akan terlepas dari adanya sebuah keluarga. Keluarga merupakan suatu satuan kekerabatan yang merupakan satuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerja sama ekonomi dan mempunyai fungsi untuk melanjutkan keturunan sampai mendidik dan membesarkannya (Widjaja dalam Darokah dan Safaria, 2005) dalam ( Ilahi, 2013: 133).

  Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.

  Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membagun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secra timbal balik antara orang tua dan anak (Zakiyah Daradjat, 2011:35).

  Pendidikan adalah usaha perlahan-lahan untuk mengembangkan sesuatu menuju kesempurnaan (Miftahul Huda, 2009: 19). Akhlak adalah hiasan manusia di dunia dan akhirat. Ia harus dipelihara agar tetap bercahaya selama-lamanya. Islam mengajarkan bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah (suci). Untuk menjaga kesuciannya, kedua orang tua harus mengarahkan anaknya pada nilai-nilai keislaman. Jangan sampai kedua orang tuanya meyahudikan, menasranaikan, atau memajusikan anaknya (Abdul Mustaqim, 2005: 103). Maka dari itu pendidikan akhlak anak adalah suatu usaha yang dilakukan secara bertahap dengan menanamkan nilai-nilai islami kepada anak sesuai dengan al-Q ur’an dan hadits untuk membentuk kepribadian muslim.

  Lingkungan karaoke adalah suatu kawasan tempat tinggal yang di sekelilingnya terdapat tempat hiburan karaoke, atau tempat bernyanyi yang di dalamnya terdapat pula pemandu karaoke dan biasanya beroperasi pada malam hari.

  Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud pola asuh orang tua terhadap pendidikan anak di lingkungan karaoke adalah cara orang tua dalam mendidik akhlak anak dalam menghadapi lingkungan sekitar yaitu lingkungan karaoke.

F. Penelitian terdahulu

  Dalam rencana penelitian ini penulis akan mendeskripsikan penemuan- penemuan terdahulu yang relevan dengan judul “Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pendidikan Akhlak Mulia kepada Anak di Lingkungan Karaoke Dusun Berokan, Desa Bawen, Kec. Bawen, Kab. Semarang

  ”, diantaranya:

1. Mutoharoh. 2016. Pola Asuh Nenek dan Implikasi Terhadap Akhlak

  Anak di Dusun Ngrawing. Desa Ngambakrejo, Kec. Tanggungharjo, Kab. Grobogan . Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan

  Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si :

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pola asuh yang digunakan nenek di Dusun Ngrawing, Desa Ngambakrejo, Kec.

  Tanggungharjo, Kab. Grobogan tahun 2016 yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh laissez faire. (2) Penanaman akhlak anak dengan cara : membiasakan anak untuk shalat berjama’ah, menasihati anak bila berbuat salah, menyuruh anak untuk belajar al- Q ur’an, menegur anak yang berkata bohong, mengajarkan kemandirian kepada anak, memarahi dan memukul anak ketika tidak shalat, dan memberikan pujian dan hadiah. (3) Akhlak anak yang berada dalam pengasuhan nenek yaitu mempunyai akhlak terpuji (al-Akhlak al-

  Mahmudah ) dan akhlak tercela (al-Akhlak al-Mazmumah). Sehingga

  anak hanya meniru dan mencontoh apa yang dilakukan oleh nenek ketika di rumah.

2. Imania Najmuna. 2016. Pola Asuh Orang Tua Pengrajin Bambu dalam Mendidik Anak di dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga. Skripsi .

  Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si:

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pola asuh orang tua pengrajin bambu di Dusun Ngablak dalam mendidik anak yaitu dengan tipe pola asuh demokratis. Orang tua memberikan bimbingan yang tegas dalam mendidik anak agar anak tetap belajar dan berkembang dalam pendidikannya sehingga dapat menjalankan kewajibannya sebagai anak dan peserta didik serta dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk dapat menggali potensi yang dimiliki dan mendapatkan haknya sebagai serang anak. (2) faktor yang menentukan pola asuh orang tua pengrajin bambu dalam mendidik anak di Dusun Ngablak yaitu dipengaruhi oleh karakteristik struktur keluarga, profesi orang tua, kompetensi orang tua, karakteristik struktur anak, dan interaksi orang tua-anak. Faktor tersebut terbagi menjadi dua yaitu faktor penghambat antara lain kondisi keluarga, faktor pendidikan, faktor ekonomi, faktor lingkungan, dan profesi orang tua. Serta faktor pendukung antara lain berasal dari perhatian dan rasa kasih sayang orang tua terhadap anaknya yaitu berupa perhatian orang tua terhadap perkembangan pendidikan anak, potensi yang dimiliki anak dan karakter dari masing-masing serta hubungan interaksi antara orang tua dengan anak. (3) Upaya orang tua pengrajin bambu dalam meningkatkan pendidikan anak di Dusun Ngablak yaitu dengan tetap berada di samping anak seperti membantu dan memberikan bimbingan kepada anak dalam mengerjakan tugas ketika anak mendapatkan pekerjaan rumah dari sekolah, mendampingi anak ketika belajar, dan memberikan simpati kepada anaknya. Selain itu juga dengan memberikan kasih sayang kepada anak dengan memberikan reward kepada anak jika anak berhasil membuat orang tua bangga dan

membesarkan anak dengan penuh tanggung jawab, tanggung jawab orang tua terhadap anak.

3. Yusuf Ali Imron. 2010. Pendidikan Akhlak Anak Menurut Ibnu

  Miskawaih . Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing : Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag: Hasil penelitian dalam skripsi ini menunjukkan bahwa: pemikiran Ibnu Miskawaih tentang pendidikan akhlak anak yang mengatakan bahwa watak itu bisa berubah, dan perubahan itu bisa melalui pendidikan dan pengajaran. Juga memaparkan tentang kebaikan dan kebahagiaan, karena Ibnu Miskawaih di dalam meninjau akhlak berdasarkan nilai-nilai kebajikan (al-Khairu) untuk mencapai kesempurnaan hidup, maka orang harus mencapai al-Khairu terlebih dahulu, kabaikan maupun kebajikan merupakan kunci kesempurnaan manusia. Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa orang tua sangat berperan dalam pendidikan akhlak anak. Menurutnya pendidikan akhlak merupakan konsepsi baku pembentukan pribadi anak, kedua orang tua yang mula-mula tampil untuk melakukan tugas tersebut. Pencapaian kepribadian akhlak yang luhur dan berbudi pekerti, orang tua selaku pendidik mempunyai peran: memberi contoh atau teladan yang baik, memberi nasehat, memberi perhatian. Metode Pendidikan akhlak anak menurut Ibnu Miskawaih diantaranya: metode alamiah, metode pembiasaan, dan metode keteladanan. Adapun relevansi pemikiran Ibnu

  Miskawaih mengenai peran orang tua dalam pendidikan akhlak anak di antaranya adalah: akhlak kepada Tuhan, akhlak kepada sesama, akhlak kepada diri sendiri, dan akhlak kepada lingkungan. Tak heran jika Ibnu Miskawaih kemudian menyimpulkan hal-hal yang telah terbiasa dilakukan oleh anak-anak sejak kecil akan mempengaruhinya ketika menjadi dewasa. Dengan demikian anak laki-laki ataupun permpuan sejak dini dididik tentang kebaikan. Bila hal ini diabaikan menurut Ibnu Miskawaih mereka akan jatuh dalam perangkap keburukan, dan tentunya hubungan spiritual kepada Allah SWT akan mengalami gangguan akibat perilaku yang buruk itu. Jadi pendidikan akhlak menjadi hal yang sangat berperan penting.

  Dari penelitian terdahulu yang penulis temukan belum ada yang membahas mengenai pola asuh pendidikan akhlak kepada anak yang dilakukan orang tua di lingkungan karaoke.

G. Sistematika Penulisan

  Untuk memperoleh gambaran yang jelas, dan mudah maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN: Membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul, dan sistematika penulisan.

  BAB II KAJIAN PUSTAKA : Bab ini berisi tentang kerangka teori yang membahas mengenai pengertian pengertian pola asuh, model-model pola asuh, pengertian pendidikan akhlak anak, orang tua, dan lingkungan karaoke.

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN: Menjelaskan mengenai jenis dan pendekatan yang peneliti gunakan, lokasi penelitian, proses pengumpulan data, analisis data penelitian, pengecekan keabsahan data, dan tahap penelitian.

  BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITAN DATA: Menguraikan hasil pengumpulan data lapangan tentang pola asuh yang diberikan orang tua terhadap anaknya yang hidup di lingkungan karaoke Berokan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang yang telah di peroleh, dimulai dari gambaran lingkungan hingga temuan penelitian, serta melakukan analisis hasil penelitian data.

  BAB V PENUTUP: Penutup berisi kesimpulan data dan saran, serta di akhiri pencantuman daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pola Asuh Pola asuh adalah suatu sikap yang dilakukan orang tua, yaitu ayah

  dan ibu dalam berinteraksi dengan anaknya. Bagaimana cara ayah dan ibu memberikan disiplin, hadiah, hukuman, pemberian perhatian, tanggapan- tanggapan lain berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Ini karena ayah dan ibu merupakan model awal bagi anak dalam berhubungan dengan orang lain (Mohammad Takdir Ilahi, 2013: 133).

  Kata asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai makhluk biopsiko-sosio-spiritual, tanpa mengharap imbalan. Model pola asuh dalam keluarga adalah cara yang digunakan untuk mengasuh anak yang bersifat spesifik dengan tujuan membentuk anak yang diimpikan dan diharapkan dalam kehidupan keluarga (S. Lestari & Ngatini, 2010: 2).

  Pola asuh orang tua dalam membantu anak untuk mengembangkan disiplin diri ini adalah upaya orang tua yang di aktualisasikan terhadap penataan: lingkungan fisik, lingkungan sosial internal dan eksternal, pendidikan internal dan eksternal, dialog dengan anak-anaknya, suasana psikologis, sosiobudaya, perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak, kontrol terhadap perilaku anak-anak, dan menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan yang diupayakan kepada anak-anak (Moh. Shochib,1998: 15).

  Menurut Hasan Langgulung ( 1986) dalam (Thoha, 1996: 110) pola asuh adalah merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Di mana tanggung jawab untuk mendidik anak ini merupakan tanggung jawab primer. Karena anak adalah hasil dari buah kasih sayang yang diikat dalam tali perkawinan antara suami isteri dalam satu keluarga.

  Keluarga adalah satu elemen terkecil dalam masyarakat yang merupakan institusi sosial terpenting dan merupakan unit sosial yang utama melalui individu-individu disiapkan nilai-nilai hidup dan kebudayaan yang utama.

  Maka dari itu dapat dipahami bahwa yang dimaksud pola asuh adalah cara yang dilakukan orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya dengan maksud tujuan yang positif, sehingga menghasilkan anak yang berkepribadian baik dan membanggakan sesuai harapan dari orang tua itu sendiri.

B. Model-Model Pola Asuh

  Menurut Hurlock, Schneider, dan Lore yang merupakan simbiosis dengan hasil observasi Diana Baumrind dalam (S. Lestari & Ngatini, 2010: 6), Dijelaskan bahwa ada tiga model pola asuh yaitu: 1.

   Pola Asuh Otoriter

  Tipe otoriter ditandai dengan dominasi orang tua dalam pengambilan keputusan, tipe otoriter ini mempunyai ciri-ciri seperti berikut: a.

  Umumnya dianut oleh masyarakat kelas bawah atau pekerja b. Didominasi oleh hukuman fisik dan kata-kata kasar c. Menuntut kepatuhan semata d. Terlalu banyak aturan e. Sikap acceptance rendah dan kontrol tinggi f. Orang tua bersikap mengharuskan anak malakukan sesuatu tanpa kompromi g.

  Bersikap kaku dan keras h. Cenderung emosional dan bersikap menolak

  Kelebihan dari model pola asuh otoriter menurut adalah sebagai berikut: a.

  Anak menjadi disiplin dan teratur b. Akan menguntungkan jika orang tua dalam pondasi agamanya kuat

  Tipe anak yang dihasilkan dengan penerapan pola asuh otoriter adalah: a.

  Mudah tersinggung b. Penakut c. Pemurung dan tidak bahagia d. Mudah terpengaruh e. Mudah stress f. Tidak mempunyai arah masa depan yang jelas g.

  Tidak bersahabat / sadis h.

  Pendiam i. Suka mengasingkan diri j. Suka bertengkar k.

  Anak tidak kreatif, kadang tidak jujur l. Anak pemalu, kurang pergaulan, dan tertekan m.

  Melakukan sesuatu bukan karena kesadaran tetapi karena ketakutan atau sangsi n.

  Anak agresif dan keras Pola asuh otoriter mencerminkan sikap orang tua yang bertindak keras dan cenderung diskriminatif. Hal ini ditandai dengan tekanan anak untuk patuh kepada semua perintah dan keinginan orang tua, kontrol yang sangat ketat terhadap tingkah laku anak, anak kurang mendapat kepercayaan dari orang tua, anak sering dihukum, apabila anak berhasil atau berprestasi jarang diberi pujian dan hadiah. Pola asuh demikian mencerminkan ketidak dewasaan orang tua dalam merawat anak tanpa mempertimbangkan hak-hak yang melekat pada anak. Akibatnya anak semakin tertekan dan tidak bisa leluasa menentukan masa depannya sendiri (Mohammad Takdir Ilahi, 2013: 136).

  Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar fikiran dengan orang tua, orang tua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak (Thoha,1996: 111).

  Pola asuh otoriter memiliki ciri aturan-aturan yang ditetapkan orang tua tanpa melibatkan persetujuan dari anak dalam penetapan aturan tersebut, dan anak harus mematuhi peraturan yang dibuat orang tuanya, sehingga menyebabkan sesuatu yang dilakukan anak bukan karena kesadaran anak itu sendiri melainkan karena ketakutan atas aturan yang diberlakukan orang tuanya.

2. Pola Asuh Permisif

  Pola asuh permisif ditandai dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa/muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya. Semua apa yang telah dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat teguran, arahan atau bimbingan (Thoha, 1996: 112).

  Orang tua dengan pola asuh ini memberikan sedikit tuntutan dan menekan sedikit disiplin. Anak-anak dibiarkan mengatur tingkah laku mereka sendiri dan membuat keputusan sendiri. Orang tua bersikap serba membiarkan (membolehkan) anak tanpa mengendalikan, tidak menuntut, dan hangat. Pola asuh permisif ini lemah dalam mendisiplinkan tingkah laku anak (Mohammad Takdir Ilahi, 2013: 138).

  Tipe permisif menurut Hurlock, Schneider, dan Lore yang merupakan simbiosis dengan hasil observasi Diana Baumrind dalam (S.

  Lestari & Ngatini, 2010: 7) mempunyai ciri-ciri diantaranya: a.

  Umumnya dianut oleh masyarakat tingkat menengah keatas/sibuk b.

  Biasanya melanda keluarga yang dasar agamanya kurang c. Keluarga yang berpaham liberal d. Identik dengan gaya hidup barat yang tidak mengindahkan nilai- nilai ketimuran e.

  Sikap acceptance tinggi, sedangkan kontrolnya rendah f. Memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya g.

  Membuat anak merasa diterima dan kuat h. Toleran dalam memahami kelemahan anak i. Suka memberi daripada menerima

  Anak yang dihasilkan dan kelemahan dari pola asuh permisif biasanya adalah sebagai berikut: a.

  Penuntut dan tidak sabaran b. Non kooperatif dan suka mendominasi c. Percaya diri d. Sukar mengendalikan diri e. Pandai mencari solusi f. Prestasi rendah g.

  Anak kreatif dan mandiri h. Anak supel dan dinamis i. Mempunyai jiwa kepemimpinan yang lebih baik j. Anak pandai berkomunikasi

  Kelemahannya adalah sebagai berikut: a.

  Akibat fatal adalah anak menjadi rusak badan dan akhlaknya b. Anak menjadi overacting c. Anak menjadi penentang dan tidak suka diatur d. Anak menjadi sombong

  Pola asuh permisif merupakan kontrol orang tua terhadap anak yang lemah karena orang tua membebaskan anak atas keputusan yang dipilih anak, orang tua cenderung membiarkan anak mengendalikan dirinya, sehingga anak melakukan kemauannya secara bebas dengan kontrol yang rendah dan susah diatur. Dari sisi lain anak dengan pola asuh permisif dapat tumbuh menjadi anak yang mandiri apabila ia dapat mengendalikan dirinya dengan baik.

3. Pola Asuh Demokratis

  Pola asuh demokratis merupakan jenis keterampilan dalam membantu perkembangan kreativitas anak. Dalam pola asuh demokratis, keberadaan orang tua mengandung aspek-aspek yang dapat diterima anak dan menghargai anak sebagai individu yang utuh. Sikap demokratis orang tua terhadap anak menjadi cerminan dari pola asuh yang baik dan memberikan jaminan akan masa depan anak ketika sudah menginjak dewasa. Pola asuh yang baik dan menghargai anak sangat menentukan terhadap pembentukan karakter dan kepribadian mereka nanti (Mohammad Takdir Ilahi, 2013: 140).

  Menurut Hurlock, Schneider, dan Lore yang merupakan simbiosis dengan hasil observasi Diana Baumrind dalam (S. Lestari & Ngatini, 2010: 8) Ciri umum pola asuh tipe demokratis adalah: a.

  Umumnya memprioritaskan pengembangan IQ dan EQ b. Identik dengan model barat tetapi masih mengindahkan nilai dan budaya ketimuran c.

  Hukuman lebih condong kepada hukuman psikologis d. Sikap acceptance dan kontrol seimbang e. Respon terhadap anak f. Mendorong anak untuk menyatakan pendapatnya g.

  Segala sesuatu coba dijelaskan Kelebihan dan kelemahan dari tipe pola asuh demokratis menurut (S. Lestari & Ngatini, 2010: 9) yaitu: a.

  Pendapat anak menjadi tertampung b. Anak belajar menghargai perbedaan c. Pikiran anak menjadi optimal d. Pola hidup anak menjadi dinamis

  Kelemahan dari tipe pola asuh demokratis: a.

  Lebih kompleks, sehingga rawan konflik b. Jika tidak terkontrol, anak bisa menyalah artikan pola demokrasi untuk hal-hal yang destruktif

  Orang tua dengan pola asuh demokratis melibatkan anak dalam memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan anak itu sendiri, sehingga anak merasa dihargai karena pelibatan itu sendiri dan memacu seorang anak untuk selalu berfikir ketika akan bertindak untuk kemudian dipertanggung jawabkan.

  Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.

  Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secra timbal balik antara orang tua dan anak (Zakiyah Daradjat, 2011:35).

  Keutuhan orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah keluaraga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Keluarga yang utuh memiliki peluang besar bagi anak untuk membangun kepercayaan terhadap kedua orang tuanya yang merupakan unsur esensial dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Kepercayaan dari orang tua yang dirasakan oleh anak akan mengakibatkan arahan, bimbingan, dan bantuan orang tua yang diberikan kepada anak untuk menangkap makna dari upaya yang dilakukan (Moh. Shochib,1998: 18).

  Keluarga sebagai sebuah institusi mini yang dapat memberikan pemenuhan kebutuhan anak sebagai makhluk biopsiko-sosio-spiritual demi pengembangan kepribadiannya. Dengan kepedulian dari keluarga jugalah kebutuhan aktualisasi diri anak, yang merupakan puncak dari tahap perkembangan dirinya akan tercapai. Kemudian, keluarga dalam arti sempit juga sangat berperan dalam kehidupan anak.

  Penyelenggaraan peran dari orang tua adalah sebuah implementasi tanggung jawab orang tua kepada anak sesuai fitrah (Steven W. Vanoy, 2001: 27) dalam (S. Lestari & Ngatini, 2010: 4).

  Maka dari itu di dalam keluarga, orang tua perlu menerapkan pola asuh yang tepat dalam mendidik anaknya, dari kepedulian orang tua maka akan tumbuh anak yang senantiasa diharapkan orang tua.

C. Orang tua

  Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.

  Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya oleh karena itu ia meniru parangai ibunya. Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula, di mata anaknya ayah seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai di antara orang-orang yang dikenalnya, cara ayah melakukan pekerjaaannya sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya (Zakiah Darajat, 2011: 35).

  Upaya orang tua dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan disiplin diri secara realitas faktual dan esensial dalam kehidupan merupakan suatu keutuhan (entitas). Dengan demikian upaya orang tua dibedakan dalam penataan lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan pendidikan; dialog orang tua dengan anak; suasana psikologis dalam keluarga, sosiobudaya dalam kehidupan keluarga; perilaku yang ditampilkan orang tua saat pertemuan dengan anak-anak, kontrol orang tua terhadap anaknya, dan nilai moral yang dijadikan dasar berperilaku oleh orang tua yang diupayakan kepada anak-anaknya (Moh. Shochib,1998: 56).

  Dalam prespektif Islam, kewajiban orang tua dalam mengupayakan disiplin diri kepada anaknya terdapat dalam ayat al- Qur’an. Orang tua wajib mengupayakan pendidikan kepribadian. Pendidikan dalam keluarga dipersiapkan sejak wadah persiapan pembinaan anak dimulai, yaitu sejak awal pembentukan keluarga dengan ketentuan persyaratan iman, persyaratan akhlak, dan persyaratan tidak ada hubungan darah (Moh. Shochib, 1998: 10).

  Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak- anaknya, orang tua juga model bagi anak-anaknya untuk mencetak anak yang sesuai harapan karena anak cerminan dari orang tua. Bagaimanapun sikap anak itu umumnya tak pernah terlepas dari peran orang tua yang membimbingnya menuju kedewasaan dan mengarahkan anak dalam menjalani kehidupan.

D. Pedidikan Akhlak Mulia Kepada Anak 1. Pengertian Pendidikan

  Kata pendidikan yang umum kita gunakan sekarang dalam bahasa Arab adalah tarbiyah, dengan kata kerja rabba. Kata pengajaran dalam bahasa Arab adalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Pada Keluarga Pemulung Di Desa Tapian Nauli Lingkungan Ix Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

3 87 113

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Anak Autis di Yayasan Tali Kasih Medan

27 195 126

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Temperamen Anak Usia Sekolah Di Desa Tanjung Rejo Dusun XI Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

45 175 87

Hubungan Antara Jenis Pekerjaan Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Anak Di Smp Bunda Mulia Saribudolok

3 30 73

Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Di TPA Mutiara Hati Di Desa Tegalarum Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi

0 8 89

Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pemberian Makan Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Desa Binaus Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Asuh Orang Tua terhadap Pemberian Makan pada Anak Usia Sekolah Dasar di Desa Binaus

0 0 47

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh Anak 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua - Pola Asuh Orang Tua Anak Korban Perceraian Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Sumatera Utara (KPAID-SU)

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Pada Keluarga Pemulung Di Desa Tapian Nauli Lingkungan Ix Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

0 0 10

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Pada Keluarga Pemulung Di Desa Tapian Nauli Lingkungan Ix Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

0 1 10

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Anak Autis di Yayasan Tali Kasih Medan

0 1 14