MAKNA DZIKIR BAGI JAMAAH THARIQAH DI DUSUN KRANGKENG, DESA KARANGJATI, KECAMATAN WONCSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008

  

MAKNA DZIKIR BAGI JAMAAH THARIQAH

DI DUSUN KRANGKENG, DESA KARANGJATI,

KECAMATAN WONCSEGORO KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2008

  D iajukan untuk M em enuhi K ew ajiban dan M elengkapi Syarat G una M em peroleh G elar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

  

JU RU SAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIK AN A G AM A ISLAM

SEKOLAH TINGGI A G A M A ISLAM NEGERI

(STAIN) SALATIG A

2009

  

SKRIPSI

Disusun Oleh :

B A H R IY A T I

  

NIM . 111 03 023

  DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website :

  

D E K L A R A S I

Bismillaltirralimanirrahim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 29 September 2009 Peneliti

  V b a h r i y a t i NIM. 111 03 023 H

  Drs. J u z ’an, M .Hum Dosen STA IN Salatiga NOTA PEMBIMBING Salatiga, Maret 2009

  Lamp. : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Sdr. Bahriyati Ketua STAIN Salatiga di -

  SALATIGA Assulamu 'uluikum II ’r. Wh.

  Selelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari : Nama

  : Bahriyati NIM. : 111 03 023 Jurusan : Tarbiyah

  : PAI Progdi

  Judul : MAKNA DZIKIR B / \ d I JAMAAH THARIQAH DI

  DUSl-N KRANGKENVT DbSA KARANGJATL KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008 Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.

  Demikian surat ini. harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassulamu’alaikv.m IVr. Wh.

  Pembimbing NIP. oo: m •

DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706

  

P E N G E S A H A N

  SKRIPSI Saudari : Bahriyati dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 03 023 yang berjudul

  MAKNA DZIKIR BAGI JAMAAH THARIQAH DI

DUSUN KRANGKENG, DESA KARANGJATI, KECAMATAN

  telah

  WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008

  dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu, 12 September 2009 yang bertepatan dengan tanggal 22 Ramadhan 1430 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  _ . .

  12 September 2009 M S alatig a,----------------------------

  22 Ramadhan 1430 H Panitia Ujian

  SekreferN Kg$a Sidang

  Imam Sutomo, M.A 19660215 199103 1 001 19580827 198303

  Penguji II Penguji I

  Nafis Irkhami. M.Ag Drs. AbduTSyulvur. M. SI NIP. 1973102 6200312 1 002 NIP : 19670307 199403 1 002

  Pembimbing

  

MOTTO

i - i - c . A 1 A ', j ill N) i '7'^ AI ■ 1 ..AN?I i f&fsf. J ’s-i \ 9 I a

  • - \y ~ ' '- u - r ^ ■ - j ... u r - — j ’
  • -'-.-* 3 J 5 ^ -s n ^ ^ ^ s ^

  

; ' U i a-^31 aj # , 'U>U U I <w=> i a-) a 0*L><Jb-^6aJ I

y y <y ; y y y - .

  • -/• .- .-■ „

  

‘Demi masa. Sesungguhnya manusia itu Senar-Senar dalam kerugian,

'K ecu a fi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amat saieh dan

nasehat. menasefiati supaya m entaati kebenaran dan nasehat menasefiati

supaya menetapi kesabaran.

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis pt> sembuhkan kepada:

7. Ayahanda dan ibunda i e nin i a yanv lelah memberi dotvnmn

  baik moril dan

  .y y o o

  j i. ' i . . i . matemL tak ada anykauait kata yativ bisa melukiskan betapa besar lasa \wu>

  ^y <_> <— 5 i a o i tetan engkau curatman mepaaa ananaa.

  

°. K akak-kakakkuyang tercinta yang telah memberikan motivasi tak henti-

, nenimja pada penims

y. Teman-temanku yang secara langsung atau tiaatt; tangsu/ ig memberikan

sa kebaikanm u semangat kepada penulis, semoga A lla h ftf / membalas jasa-jn denvi.iti kebshmaan diuua duit >ai.

  O O

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan rahmat, hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang sederhana sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana tanpa ada halangan suatu apapun.

  Atas rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang skripsi ini dapat penulis selesaikan. Dan terwujudnya skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, arahan maupun bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini.

  Mudah-mudahan semua budi baik yang telah diberikan kepada penulis tersebut mendapatkan imbalan yane berlipat ganda dari Allah SWT.

  Akhirnya penulis menyadari bahwa daiam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan serta kesalahan walaupun penulis telah berusaha secara maksimal. Dan semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi diri penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

  Amin ya Rabbal’alamin.

  Salatiga, 29 September 2009 Penulis vii

  

DAFTAR ISI

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   vii i

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  o

  BAB V PENUTUP

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN O

  X*

  

BA B i

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Indonesia memiliki penduduk mayoritas yang beragama Islam. Dan sebagian besar masyarakatnya memahami Islam dengan penuh kekusyuan dalam beribadah kepada Allah. Di zaman modem seperti sekarang manusia harus memiliki keyakinan yang kuat dan memiliki sifat optimis yang tinggi dalam melaksanakan apa yang telah direncanakan. Selain dengan berusaha manusia juga diwajibkan untuk berdo'a kepada Allah agar apa yang akan ia rencanakan dapat terlaksana seperti apa yang telah ia rencanaku. Karena itulah manusia harus selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Pencipta Semesta Alam.

  Agar a p a yang diinginkan dapat menjadi nyata, bukan hanya rencana dan keinginan semata. Yaitu dengan selaiu melaksanakan perintah dan menjauhi segala larangan Allah. Salah satunya dengan cara berdzikir kepada Allah.

  Dzikir adalah perkara yang mulia dan benar. Ibadah yang paling utama dan jalan pendekatan diri kepada Allah SW T.1 2 Kemunculan tradisi thariqah yang berasa! dari ajaran tasaw uf telah menanamkan akar yang fundamental bagi pembentukan karakter dan mentalitas kehidupan sosial dan budaya bagi masyarakat Islam yang ada di Indonesia. Salah satu bagian yang terpenting dalam thariqah yang hampri selalu dikerjakan ialah dzikir.'

  1 Imam Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasiat Iman, CV. Toha Putra. Semarang, 1993, him. 223

  2 Abu Bakar Aceh. Pentantar Ilmu Tharikat, Ramadhani. Solo. 1996. him. 276

  2 Sekumpulan ahli thariqah lebih suka memiliki berdzikir dengan mengangkat suara dan berkumpul beramai-ramai untuk tujuan berdzikir.

  Sebenarnya ahli thareqah ini tidak memandang suatu lebih berharga dari pada berdzikir kepada Allah. Dengan dzikir mereka memohon pertolongan dari Allah SWT.

  Maksud yang lebih penting dari pada dzikir itu ialah membersihkan diri dan mensucikan hati dari segala keinginan daripada segala yang cemar.3 Dengan dzikir manusia dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan manusia dapat lebih bersabar dalam menghadapi segala cobaan dan godaan yang ada di dunia.

  Berawal dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap anggota jamaah thariqah yang ada di dusun krangkeng Kec Wor-osego.o Kab. Boyolali. Un»uk itu Denulis menulis sebuah judul : MAKNA DZIKIR BAGI JAMAAH THARIQAH DI DUSUN

  KRANGKENG, DESA KARANGJATI, KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008.

B. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap judul skripsi ini, maka penulis akan menegaskan istilah-istilah sebagai b erik u t:

  1. Makna Makna adalah arti atau maksud.4

  J Ibid., him. 278 4 WJS. Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976. him. 624

  1- .

  3 . Dzikir

  Dzikir adalah mengingat atau mengagungkan Allah dengan mengulang-ulang salah satu nama-Nya atau kalimat keagungannya.5

  3. Thariqah Thariqah artinya jalan, petunjuk dalam melakukan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan oleh Nabi dan dicontohkan dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun temurun sampai kepaua guru- guru sambung menyambung dan rantai berantai.

  Thariqah adaian mengamalkan semua yang diwajibkan dan dianjurkan. meninggalkan semua yang dilarang, menghindari sikap berlebihan terhadap hal-hal yang diperbolehkan dan bersikap hati-hati, seperti wara’ (menghindari subhat) dan rialat (latihan mengenkang nafsu) dengan tidak banyak tidur, lapar dan tidak banyak bicara.

  Jadi yang dimaksud jam aah thariqah adalah jalan atau cara untuk mencapai tingkatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan.

  Jadi yang dimaksud makna dzikir jamaah thariqah dalam skripsi ini ialah apa yang dirasakan dan didapatkan oleh anggota jamaah selama ia berdzikir kepada Allah.

  Amatullah Amstrong, Khazanah Istilah Sufi, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, terj. M.S. Nasullah dan Ahmad Balquni, Mizan, Bandung, 1996, him. 52

  4 C. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang menjadi acuan dalam penulisan skripsi ini antara lain :

  1. Apa makna berdzikir menurut anggota jamaah thariqah ?

  2. Bagaimana pengaruh dzikir bagi anggota jamaah thariqah ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  Sesuai dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah :

  1. Untuk mengetahui siapa saja yang ikut anggota jamaah thariqah.

  2. Untuk mengetahui cara berdzikir anggota jam aah thariqah.

  3. Untuk mengetahui makna berdzikir menurut anggota jamaah thariqah.

  4 Untuk mengetahui pengs- uii dzikir bagi anggota jamaah thariqah.

  E. M anfaat Hasil Penelitian

  Hasil penelitian ini penulis harapkan bisa memberikan manfaat lahiriah maupun batiniah bagi para jamaah thariqah dan juga bagi masyarakat.

  F. Metode Penelitian

  1. Sumber data Penelitian ini menggunakan dua jenis data yang berasal dari sumber yang berbeda

  D

  a. Data primer Yaitu data-data yang berasal dari sumber data utama yaitu jamaah thariqah Dusun Krangkeng Kec. Wonosegoro Kabupaten

  Boyolali mengenai nilai-nilai keagamaan dan sosial. »

  b. Data sekunder Yaitu data-data yang berasal dari bahan-bahan pustaka antara lain : buku-buku literatur serta dokumen yang tertulis yang bersinggungan dengan obyek penelitian. Disamping itu juga data dari orang atau kelompok yang lain.

  2. Tehnik pengumpulan data

  a. Penggunaan kuesioner atau angket Kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh info, mas i dari responden data dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. 6 Wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang apa makna yang diperoleh oleh jamaah thariqah.

  b. Observasi Yaitu mengadakan pengamatan secara langsung mengenai apa yang terjadi pada obyek penelitian kemudian mengadakan pencatatan dari hal-hal yang diselidiki. Dalam hal ini jam aah thariqah Dusun Krangkeng Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.

  6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, edisi revisi IV, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, him. 67

  6

  c. Wawancara Wawancara atau interview adalah suatu makna komunikasi verbal. Jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.7 8 Di sini penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan wawancara dengan jamaah thariqah.

  3. Populasi Menurut Misran Singarimbun dan Sofian Efendi, populasi adalah jum lah keseluruhan dari unit analisa yang cirinya akan diduga. Populasi yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah semua jamaah thariqah Qodiriyah wa naqsal di Krangkeng, Wonosegoro Boyolali.

  Diketahui bahwa keseluruhan jamaah thariqah qodiriyah di Krangkeng. Wonosegoro Doyoiali tersebut rebanyak 25 orang.

  4. Tehnik Analisa Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik analisis data secara kualitatif. Sebab data yang terkumpul monografis, atau berwujud keterangan yang kemudian dipisahkan menurut kategori untuk mendapatkan kesimpulan.1

G. Sistematika Skipsi

  Rangkaian laporan penelitian disusun dengan sistematika penulisan sebagai b e rik u t:

  7 S. Nasution, Metode Research, Jakarta, Bumi Aksara, 2003, him. 113

  

8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta, Bina Aksara, 1987, him. 195

  7 B ab i

  Menguraikan latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II Menjelaskan deskripsi makna dzikir bagi jam aah thariqah termasuk uraian, tujuan dan manfaatnya. Bab III Metodologi penelitian yang meliputi tehnik pengumpulan data serta tehnik analisis data. Bab IV Memaparkan dan menganalisis nilai-nilai spiritual sosial dalam dzikir yang dikaitkan dengan manfaat serta berdampak apa bagi setiap anggotanya.

  Bab V Merupakan bagian akhir penulisan yang tercakup di dalamnya kesimpulan saran-saran dan kata pengantar

  

LANDASAN TEORI

BA B II

A. Sejarah Umum Thariqah

  Dalam penghabisan abad ke tiga dan permulaan abad ke empat itulah mereka mulai merasa perlu menentukan thariqah-thariqah yaitu sistem pelajaran yang diterima oleh murid dari gurunya. Mereka adakan tempat yang tersisih, murid-murid menempuh perjalanan itu dengan pimpinan guru dengan gelar syehk (ketua) atau mursyid (penunjuk jalan). Karena guru tadi telah mencobakan beberapa tatacara dan kalfiat maka berhasillah dia lantaran kalfiat itu bertambahlah tinggi tingkat jiwanya lalu ditentukannya, misalnya bacaan dzikir sekian, wirid sekian dan masing-masing guru atau thariqah mempunyai sistem sendiri-sendiri.1 Secara praktek thariqah sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Saw.

  Hal ini karena ada yang dipraktekkan oleh jam aah thariqah adalah amalan- amalan yang dilaksanakan oleh Rasulullah. Seperti tahlil (la ilahaillallah), wirid dan sebagainya.

  Namun thariqah secara organisasi ada pendapat yang menyebutkan baru berkembang dengan baik pada abad ke enam dan ke tujuh hijriah. Yakni bemula dari tasawuf sunni dan sebagai kelanjutan tasaw uf Imam Al Ghazali.

  Seiring dengan perkembangan zaman jum lah aliran thariqah terus bertambah. Nama-nama aliran thariqah tersebut hampir seluruhnya

  ' Hamka, Taswauf Perkembangan dan Kemurniannya, PT. Pustaka Panjimas, Jakarta, him. 109

  9 dinistibathkan kepada pendirinya. Perbedaan hanya terletak pada cara berdzikir. Misalnya aliran thariqah Qadiriyyah, ciri utamanya pengikutnya membaca tahiil (la ilahailiallah) sebanyak 165 kali (minimal) dengan suara keras (jahr) tiap ba’da shalat lima waktu. Kemudian thariqat Naqsabandiyah, ciri utamanya pengikut berdzikir atau membaca lafal Allah sebanyak 600 kali atau 1.000 kali dengan suara samar (sirri).

  Meskipun aliaran thariqah berbeda-beda, namun tujuan seluruh thariqah sama atau satu yakni mencari ketenangan jiw a untuk menuju keridhaan Allah Swt.

  Di Indonesia, thariqah berkembang pesat sejak zaman Walisongo. Para waliyulllah itu mengenal serta mempraktekkan ajaran thariqah langsung dari Nabi Muhammad Saw, yang diperoleh secara mutawatir atau mustahil malalui mursyd atau guru secara gans besar t hari a ah yang diperoieh Jari Nabi melalui dua versi. Pertama, diriwayatkan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib, laiu Syekh Abdul Qadir Jaelani. Dalam perkembangannya thariqah ini disebut thariqah Qadiriyyah. Kedua diriwayatkan dari sahabat Abi Bakar, yang kemudian diteruskan oleh Syekh An Naqsabandi.

  Dari dua versi thariqah itulah kemudian muncul pulihan aliran thariqah. Sebagain besar pendapat menyebutkan thariqah yang m u’tabarah atau terpercaya hanya 45 aliran atau kelompok. Sebelumnya jumlah hanya 41 aliran.

  Di antara 45 macam thariqah tersebut adalah thariqah Qadiriyyah yang berintibath kepada Syekh Abdul Qadir Jaelani. Thariqah An Naqsabandiyah

  10 berinstinbath kepada Syekh Baharuddin An Naqsabandi, serta thariqah Syadziiyyah, thariqah Sathoriyyah dan thariqah Khalidiyah. Kebanyakan thariqah yang berkembang di Indonesia, terutama di pulau Jawa adalah aliran thariqah tersebut. Sedang 40 macam thariqah iainnya berkembang di luar pulau Jawa.

  Dalam thariqah mempunyai aturan, prinsip dan sistem khusus. Semula C hanya merupakan ajaran yang harus ditempuh seorang sufi untuk mencapai tujuan berada sedekat mungkin dengan Tuhan, namun selanjutnya praktek amalannya disistematikan sedemikian rupa. Sehingga masing-masing thariqah mempunyai metode sendiri-sendiri.

  Pengertian ini dipertegas oleh J. Spencer Trimingcham bahwa thariqah adalah suatu metode uantuk menuntun atau membimbing seorang sufi secara berencana. dengan ja*sn pikiran, perasaan, dan tindakan terkendali terus menerus kepada suatu rangkaian maqam (stasiun) untuk dapat merasakan hakikat yang sebenarnya.2

  Secara esensial tasawuf atau thariqah sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Namun tasawuf sebagai formulasi keilmuan atau mandzab tidak muncul serta merta tetapi melalui sebab-sebab khusus. Salah satu sebab itu adalah bahwa pada masa pemerintah Bani Umayah dan seterusnya kehidupan duniawi lebih mencolok dari pada kehidupan keagamaan (spiritual atau ukhrawi) nampak gejala runtuhnya iman dan tauhid yang membawa kerusakan moral bangsa.

2 Rindang, Tasawuf Jembatan Menuju Tuhan, PT. Tanjung Inti Dana, Semarang, him. 12

  11 Di tengah-tengah situasi seperti itu muncullah sebagian ulama yang berusaha memperbaiki dan mengembalikan umat kepada jalan kehidupan yang Islami, mengajar dan melatih syariat Islami serta meresapkan lubuk hati dengan cara thariqah.

  1. Pengertian thariqah £

  Kata thariqah berasal dari bahasa Arab thariqah yang berarti al

  

khat f i al s y a r ’i (garis sesuatu), al sirah (jalan), al sabil (jalan). Dalam

  literatur Barat, kata thariqah menjadi tarika yang berarti road (jalan raya),

  

w ay (cara, jalan), dan p a th (jalan setapak). Secara terminologis kata

  thariqah menurut Gibb telah mengalami pergeseran makna. Pada masa

  a m ethod o f m oral

  pasca abad ke 19 dan 20 thariqah merupakan

psychologi f o r the pra ctica l guidance o f individual who h ad a m ystic call.

  Pengertian di atas merupakan kristaiisusi dqri makna thariqah beberapa abad sebelumnya, yakni periode abad 11,3 Thariqah juga berarti jalan atau cara untuk mencapai tingkatan- tingkatan (maqamat) dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan.

  Melalui ini seorang sufi dapat mencapai tujuan peleburan diri dengan yang nyata (fana f i a l haq). Mengikuti thariqah berarti melakukan olah batin, latihan-latihan ( riyadah ) dan perjuangan yang sungguh-sungguh

  

(,m ujahadah ) di bidang kerohanian. Mengikuti thariqah juga berarti

  membersihkan diri dari sifat mengagumi diri sendiri (ujub), sombong (takabur), ingin dipuji orang lain (riya), cinta dunia dan sejenisnya.

  3 Simuh, Sufisme Jawa Transforma Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, Yayasan Benteng Budaya, Yogyakarta, him. 48

  12 Tarekat harus ikhlas rendah hati (tawadu’), berserah diri (tawakal) dan rela (ridha). Amalan-amalan tarekat untuk tujuan sementara itu bisa saja dilakukan secara perorangan. Tetapi biasanya murid thariqah telah dibaiat menjadi hubungan khusus dengan gurunya dan juga dengan sesama murid.

  Tiap thariqah mempunyai kumpulan atau organisasi dari para pengikutnya ynag bercabang menjadi beberapa aliran sesuai dengan pemimpin yang diikuti sekaligus pemikiran yang dipegang. Thariqah Qadhriyah misalnya, nama demikian diberikan karena panutan dan pendirinya adalah Syaikh Abdul Qadir Jaelani (Iran, 470-561 H). Thariqah Maqsya Bandiyah disandarkan pada pemimpinnya yaitu Syaikh Muhammad bin Muhammad Bahauddin An Naaqsabandi (Uberkistan 717- 791). Thariqah Qadariyah wa Naaqsabaniyah adalah ajaran dua aliran yang digabungkan oleh svaikh Ahmad tlatib Sambas.4

  Adapun unsur pertama thariqah adalah seorang Syaikh yang mempunyai tugas untuk membimbing muridnya. Mereka harus mempunyai kriteria seperti yang dijelaskan oleh Al Junaid Al Baghdadi (297 H), yakni harus memiliki ilmu syar’i, menjauhi ynag haram, zuhud dalam hidup di dunia, dan qanaah. Unsur thariqah selanjutnya adalah murid yang berarti orang yang berkehendak untuk menempuh jalan tasaw uf di bawah bimbingan seorang Syaikh dengan ketaan penuh. Unsur berikutnya dalah bai’at (janji setia) antra murid dengan Syaikhnya yang

4 Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual, LKYS, Yogyakarta, 2004, him. 43

  13 merupakan salah satu pengikat agar dapat istiqomah (konsisten dalam menempuh jalan menuju Allah.

  Seorang murid sendiri memperoleh kewenangannya mengajarkan thariqah melalui pelimpahan kewenangannya (Arah : ijazah, pemberian wewenang) dengan baiat dan talqin dari gurunya yang itu memperolehnya dari guru sebelumnya. Sedemikian rupa sehingga rangkaian guru murid menghasilkan silsilah thariqah.3

  Pada mulanya thariqah dilalui oleh seorang sufi secara individual tetapi dalam perjalanannya kemudian tarekat diajarkan kepada orang lain baik secara individual dan kolektif. Pengajaran thariqah kepada orang lain ini sudah dimulai sejak zaman Al Kallaj (858-922 M) hingga saat ini jumlah thariqah lebih dari 200 buah.

  Diantara than-mh yang mula-mula muncul dan berk c ,'b an g luas di nusantara adalah tnariqah Qadiriyah di Baghdad. Tarekat ini dinisbahkan kepada Muhyidin Abdul Wadir ibn Abi Salih Janki Dausti (w 1166 M). Tarekat lain adalah thariqah rifaiyah rifa’iyah di Asia Barat yang didirikan oleh Syekh Ahmad Rifa’i (w 1182) thariqah Sadziliyah di Maroko dengan Nurudin Ahmad bin Abdullah Al Syadzily (w 1228 M) sebagai syekhnya.

  Dari Mesir berkembang thariqah Badawiyah atau Ahmadiyah didirikan oleh Syekh Ahmad al Badawi (w 1276 M). Sementara dari Asia Tengah muncul thariqah Al Naasabandiyah didirikan oleh Muhamad bin Muhammad Bahaudin al Naasabandi (w 1317 M). Selain itu muncul lagi 5

5 Nurchilish Majjid, Islam Agama Peradaban Membangun Mkana dan Relevansi Doktrin

  Islam dalam Sejarah .Paramadina, Jakarta, 2005, him. 10

  14 thariqah lain seperti Bektasiyah di Turki dan Al Tijaniyah di Afrika Utara.6 7

  Suatu perubahan besar yang perlu dicatat di sini, gerakan-gerakan thariqah di atas nampak lebih mengutamakan aspek praktis dari tasawuf, yaitu lebih menekankan pada segi via contemplativa (semadi, wirid-wirid, persujudan) kurang memperhatikan dan menekankan pada aspek penyucian hati (via pungativa) yang merupakan aspek filosofis yang dinamis. Dengan demikian tasawuf yang semua merupakan gerakan individual dari para elite kebatinan, bisa dimasyarakatkan menjadi massal bagi orang-orang awam dan bersifat kolektif dalam setiap ordo thariqah fungsi guru menjadi amat penting dan dikeramatkan, apalagi guru pendiri aliran thariqah seperti Abdul Qadir Jailani (wafat 561 H /l 166 M) oleh para pengikut thariqah Q a d ^ '/a h dipandang sebagai Quthub Rabani dan Sulthonul Awliy (kutub yang menjadi pancer keseimbangan alam dan

  Sultan para wali Allah). Dalam setiap thariqah para murid harus takut

  ’j kepada gurunya.

  Jadi dengan menempuh jalan yang benar secara mantap dan konsisten manusia dijanjikan Tuhan akan memperoleh karunia hidup bahagia dan tak terkira. Hidup bahagia itu ialah hidup sejati, yang dalam ayat suci tersebut diumpamakan dengan air yang melimpah ruah. Dalam literatur sufi kesufian, air karunia Ilahi itu disebut “air kehidupan”, inilah

  6 M. Muhsin Jamil, Tarekat dan Dinamika Sosial Politik Tafsir Sosial Sufi Nusantara, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, him. 54

  7 Simuh, Sufisme Jawa Transforma Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, him. 44

  15 yang secara simbolik dicari oleh para pengamal thariqah, yang wujud sebenarnya tidak lain ialah “pertemuan” dengan Tuhan dengan Ridlanya. Harapan kepada ridla Allah itu juga dicerminkan dalam sebuah wirid tarekat yang berbunyi :

  Ala* oOd

  j j Wahai Tuhanku, Engkaulah tujuanku, dan ridla-M ulah kucari

  ,8

  Thariqah Wonosegoro jalannya berasal dari Susukan, seperti yang disampaikan Bapak Abdul Rachim pendiri pengajian thariqah, beliau mengatakan bahwa ia belajar thariqah di Susukan. Setelah sekian lama ternyata banyak orang di sekitra rumah yang juga mengikuti pengajian thariqah ke susukan. Maka dari itu ia berimsiatif untuk mendirikan pengajian thariqah di tempat tinggalnya, agar teman-temannya bisa mengikuti pengajian thariqah 'h tempat yang dekat dengan rumah mereka.9

  Penggunaan istilah thariqah dalam arti persaudaraan kesufian (Shufi Brother Hood) adalah hasil perkembangan makna semantik pada perkataan “syari'ah” untuk persaudaraan kesufian itu, maka sekaligus ditunjukkan sumber pengesahan ajarannya dalam kitab suci sama halnya dengan penggunaan istilah-istilah lain dalam ilmu keagamaan tradisional.

  8 Islam Agama Peradaban membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah,

  Paramadina, Jakarta, him. 109

  9 Wawancara dengan Bapak Abdul Rachim di Krangkeng K.ec. Wonosegoro pada tanggal

  23 Januari 2009

  16 yang mempersucikan Tuhan dan membersihkan dan pada sifat-sifat yang tidak layak untuknya. Selanjutnya dengan sifat-sifat yang sempurna sifat- sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.

  Dzikir berasal dari kata dzakara , artinya pengingat,

  memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti. Biasanya pelaku dzikir diperlihatkan orang hanya dalam bentuk renungan sambil duduk berkomat-kamit. Al Qur'an memberi petunjuk bahwa dzikir itu bukan hanya ekspresi daya ingatan yang ditampilkan dengan komat-kamitnya lidah sambil duduk merenung. Tetapi lebih dari itu, dzikir bersifat implementatif dalam berbagai variasi yang aktif dan kreatif.

  Seperti dijelaskan dalam Al Qur'an surat Ar Ra’ad ayat 28 : - t . « a

  

f ~ ^ * ±%~ '

3 “ - - __ _ •" S, . C J ; . , _ ^ J j j J > -UII j . '' — -L; I* i A

  I J i + j :J ’J —* ' e O-A ' ^ J

  Artinya : (yaitu) orang-orang y a n g berim an dan hati mereka manjadi tenteram dengan m engingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan m engingati Allah-lah hati m enjadi tenteram .1°

  Demikian kurang lebih arti dzikir yang dapat ditangkap dari Al Qur'an. Ia membentuk ekselerasi mulai dari renungan, sikap, aktualisasi sampai kepada kegiatan memproses alam. Semua itu menghendaki terlibatnya dzikir tanpa boleh alpa dan merupakan jaminan berakarnya ketenangan dalam diri. Kalau diri selalu terhubung dengan ikatan ke-

  Tuhanan. maka akan tertanamlah dalam diri seseorang sifat-sifat ke- Tahanan yang berupa ilmu, hikmah, dan iman. 1

  10 Departeman Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, PT. Syamil Cipta Media Bandung, him.252

  17

  2. Keutamaan Zikir Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadis qudsi, “Allah berfirman, “Aku sesuai dengan praduga hamba-Ku, Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku, jika dia mengingat- Ku dalam dirinya, pasti Aku akan menigngatnya dalam diri-Ku, jika dia mengingat-Ku secara berkelompok, pasti Aku akan mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari mereka, bila dia mendekatkan diri kepada Ku sejengkal, pasti Aku akan mendekat kepadanya sehasta, bila dia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, pasti Aku akan mendekat kepadanya sedepa, jika dia datang kepada-Ku berjalan, pasti Aku akan mendatanginya dengan berlari'’ (HR. Muslim)

  Sahi Ibn Muadz meriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, “Jihad ?.p *kah yang paling besar pahalanya?” Beliau bersabda “yang paling banyak zikirnya kepada Allah SVvT”. Kemudian dia bertanya “Puasa apa yang paling banyak pahalanya?”. Beliau bersabda,

  “Yang paling banyak mengingat Allah SWT”. Kemudian beliau menyebut salat, zakat, haji dan sedekah semuanya ditutup oleh Rasulullah dengan mengatakan “Yang paling banyak berdzikir kepada Allah SWT”.

  Rasulullah berkata “ya benar” . (HR. Ahmad) Orang yang berpaling dari mengingat Allah akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan buta.

  18 y > j j j S D v j _ ^ 4 ^ 1^ * . « j A J Q ) l i ( _ £ j ^ = q £ - lj^ > j £ I ^ y > J y

  _ ^ ■ ? *

  (Qjo) ^«*-PI i Siapa yang berpaling dari mengmgat-Ku, maka sesungguhnya dia akan mendapatkan kehidupan yang sempit dan akan Kami bangkitkan dia pada hari kiamat nanti dalam keadaan buta.

  (T haha(2 0 ):1 2 4 )

  3. Bentuk-bentuk Zikir

  a. Zikir dengan Lisan dan Hati

  • * s' 9 " 4 *

  9 . -Z'*'*. Jifi f* * r> ' * s

  > f-> j orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah. Hanya dengan mengingati

  AVuit-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Ra’d (13): 28)

  Yang dimaksud dengan "hati mereka menjadi tentram dengan

  mengingat A llah ” adalah merasa tentram dan damai dengan

  mentauhidkan Allah, sehingga akan membuatnya menjadi tenang dan hati mereka menjadi tentram dengan selalu berzikir kepada Allah dengan lidah mereka,

  b. Membaca Al Qur'an Zikir yang paling utama adalah membaca Al Qur'an, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits qudsi yang diriwavatkan oleh Abu Sa'ad AL Khudri bahwa Rasulullah bersabda, “Allah SWT berfirman “Siapa yang disibukkand engan membaca Al Qur'an untuk meminta kepada-Ku dan berzikir kepada-Ku, pasti Aku akan

  19 memberinya pahala yang lebih baik daripada apa yang diminta oleh orang-orang yang meminta, dan keistimewaan Kalamullah atas yang lain-lain seperti keistimewaan Allah atas segala makhluk-Nya” (HR

  Ad Dari mi) Abu Sa’id Al Khudri meriwayatkan Rasulullah saw bersabda.

  “Siapa yang membaca sepuluh ayat Al Qur'an di malam hari, pasti dia akan dicatat sebagai orang yang banyak berzikir, dan siapa yang membaca seratus ayat, pasti dia akan dicatat sebagai orang yang khusyu", dan siapa yang membaca lima ratus hingga seribu ayat, pasti dia telah memiliki satu qinthar (lebih kurang empat puluh lima kilogram pahala)". (HR. An Nasai) c. Salat adalah zikir

  Ab,. Sah! dan Abu Hurairah meriwayatkan. Rasulullah saw bersabda "Siapa yang bangun di tengah malam dan membangunkan keluarganya, lalu keluarganya salat bersama dua rakat, maka merek ■ berdua dicatat sebagai laki-laki dan perempuan yang banyak berzikir kepada Allah (HR. Ad Darimi)

  Sesungguhnya Allah telah menyuruh manusia untuk memperbanyak dzikir kepada-Nya dengan firman-Nya di dalam Qur'an yang berbunyi : “Wahai segala mereka yang beriman, ingatlah kepada

  Allah sebanyak banyaknya dan bertasbihlah kepadanya pagi dan petang Memang Tuhan akan ingat kepada orang yang ingat kepada-Nya.

  20 Tuhan berkata dalam sebuah hadits qudsi, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim : “Aku berada di dalam hamba-Ku dan Aku ada bersama dia manakala ia kepada-Ku, tatkaia ia teringat kepada-Ku pada dirinya. Aku pun ingat kepadanya pada diri-Ku, apabila ia ingat kepada- Ku pada suatu ketika, Aku pun ingat kepadanya ketika yang baik itu, apabila ia mendekati Aku sejengkal, Aku mendekatinya sehasta, dan apbila ia akan mendekati Aku sehasta, Aku mendekatinya dengan berlari”.11

  Ulama menafsirkan, bahwa dzikrullah ingat kepada Tuhan dalam menjauhkan diri dari pada pekerjaan yang munkar, sesungguhnya lebih besar artinya daripada sembahyang yang dikerjakan sunyi daripada mengingat Tuhan, karena orang yang ingat Tuhan itu, tatkala hatinya tergetar dan 'idahnya berg r^k . Tuhan menganugerahi cahaya-Nya. Tuhan menambah imannya dan keyakinannya kepada-Nya. Maka bergeraklah hatinya itu menuju kebenaran dan menetap dengan tenang di sana.12

  4. Dzikir dalam Thariqah Salah satu bagian yang terpenting dalam thariqah, yang hampir selalu kelihatan dikerjakan, ialah dzikir. Dzikir artinya mengingat kepada

  Tuhan, tetapi dalam thariqah mengingat kepada Tuhan itu dibantu dengan bermacam-macam ucapan, yang menyebut nama-nama Allah atau sifatnya, atau kata-kata yang mengingatkan mereka kepada Tuhan.

  11 Abu Bakar Aceh. Pengantar Ilmu Tharikat, Ramadhani, Solo, 1996, him. 277

  12 Ibid., him. 278

  21 bermacam-macam ucapan, yang menyebut nama-nama Allah atau sifatnya, atau kata-kata yang mengingatkan mereka kepada Tuhan.

  Thariqah mematrealisasikan dirinya dalam dzikir yang praktek regulernya mengantarkan sang arif yang ditakdirkan menuju keadaan ketenggelaman (istiqhraa) dalam Tuhan.13

  Dzikir dalam thariqah, dilakukan dalam waktu-waktu tertentu dan dengan tehnik tertentu pula. Dzikir khafi misalnya, didasarkan pada ritme nafas, penghembusan dan penghirupan. Dan bibir tertutup, mempergunakan kalimat tahlil dasar (la ilaha illallah), oiang berdzikir (dzakir) menghembuskan nalas, berkonsentrasi pada la ilaha untuk menyingkirkan gangguan-gangguan eksternal, selanjutnya waktu menarik nafas berkonsentrasi pada illallah.

  Thariqah inga mengatur secara lebih detail tehnik dan formula dzikir. tahapan, uan tujuan-tujuan yang hendak dicapai m rb'lni oziid,.

  5. Dzikir terbagi atas tiga tingkat

  a. Dzikir lisan Dzkir yang dilakukan dengan mengucapkan kalimat laa ilaaha

  illallah. Setelah terasa meresap pada diri, terasa panasnya dzikir itu ke

  tiap-tiap helai bulu roma di badan, dzikir itu mulanya pelan-pelan makin lama makin cepat.

  b. Dzikir qalbu atau Dzikir yang mula-mulanya diucapkan oleh mulut, kemudian diikuti hati. Kemudian dari hati ke mulut, lalu lidah berdzikir sendiri,

13 M. Muhsin Jami’, op. c i t him. 67

  22 dengan dzikir tanpa sadar, akan pikiran tidak jalan lagi, melainkan teijadi sebagai ilham yang tiba-tiba Nur Ilaahi dalam hati memberitahukan : innany anal laahu, yang naik ke mulut mengucapkan : Allah, Allah,

  c. Dzikir sir atau rahasia Biasanya sebelum sampai ke tingkat dzikir ini orang sudah “fa n n a ”.

  Dalam keadaan seperti ini, perasaan antara diri dengan Dia

  Man lam y a zu k lam y a ’r i f

  menjadi satu. : barang siapa belum merasai, belumlah ia mengetahui. Dalam hal ini tak sanggup lidah menguraikannya, jauh di atas ukuran kata-kata tetapi tiap orang akan mengerti sendiri bilamana telah mengalaminya.14

  6. Metode Dzikir Duduk bersila, dan tercekam jari-jari kanan yang besar (jari kaki) menempel pada urat atau yang disebut kaimas, yakni urat besar yang terletak di belakang lutut, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya (sepeni duduk tahiyat akhir dalam shalat)15

  7. Manfaat Dzikir

  a. Allah ta'ala mengampuni orang yang datang ke majelis ahli dzikir untuk keperluan dirinya.16 b. Dengan dzikir Allah akan memberi kecukupan rizki kepada hamba-

  Nya “Wahai ham ba-K u ingatlah A ku setelah subuh sebentar dan

  14 Mustafa Zahri, Kunci memasuki Dunia Tasawuf, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1991, him. 65

  15 M. Muhsin Jamil, M.A., op. cit., him. 69

  16 Kelengkapan Hadits Qudsi, CV. Toha Putra Semarang, him. 26

  23

  ashar sesaat, maka A ku akan m encukupi kamu apa y a n g ada d i antara keduanya ”.17

  c. Dzikir menimbulkan perasaan uns (keintiman, keakraban dan kehangatan hubungan) serta cinta.18 d. Setiap jiw a (ruh) yang keluar dari dunia akan merasa haus kecuali ruh yang selalu berdzikir kepada Allah.19 e. Dzikir Allah itu menyembuhkan segala penyakit di dalam hati. 20

f. Dzikir Allah itu menetapkan hati dan jikalau hati sudah tetap maka

  segala anggota yang tujuhpun akan tetap mengerjakan suruhan Aliah.21

  g. Dzikir Allah itu mensucikan menusia dan melepaskannya dari siksaan kubur dan dzikir Allah itu lebih besar pahalanya dari pada perang sabi 1 i.22

  h. Memantapkan iman Lawan dzikir ialah ghaflah (lupa). Jiwa manusia akan terawasi oleh apa dan siapa yang selalu melihatnya ingat kepada Allah berarti lupa kepada yang lain. i. Energi akhlak

  Kehidupan modem yang ditandai juga dengan dekadensi moral, akibat berbagai rangsangan dari luar khususnya mass media. Pada saat seperti ini dzikir dapat menjadi sumber energi akhlak. Dzikir yang

  17 Imam Al Ghozali, Ihya' Ulumudin, CV. Ass Syifa, Semarang, him. 355

  18 Al Ghozali, Rahasia Dzikir dan Doa , Karisma, Bandung, 1994, him. 38

  19 Ibid., him .18

  20 Abu Bakar, Aceh, op cit., him. 280

  21 Ibid., him. 280

  22 M ‘ali ‘usman Ali Mujtahid, Dosa Bisa Dihapus : Kunci Penghapus Dosa,

   Maghfiran Pustaka, Pondok Bambu Jakarta, him. 256

  24 demikian tidak substansial, namun dzikir fungsional yakni dzikir yang berfungsi pendidikan diri menuju akhlak mulia, j. Terhindar dari bahaya

  Mengambil pelajaran dari Nabi Yunus yang tertelan ikan pada saat seperti itu dia masih mampu mengendalikan diri dan sadar diri sambil ingat kepada Allah. Seperti dijelaskan dalam Al Qur'an surat Al Anbiya ayat 87:

  % > Oijl a J I ^

  A rtinya : Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. M aha Suci Engkau, Sesungguhnya A ku adalah term asuk orang-orang ya n g za lim ." Dengan doa dan dzikir itu, dia dapat keluar dari perut ikan.

  Demikian manfaat dzikir Karena dengan berdzikir dapat menambah motivasi kepada seseorang untuk lebih mendekatkah uiri kepada Allah Swt. berdzikir dapat menambah dan mempertebal keyakinan kepada Allah, sehingga hamba akan senantiasa berusaha untuk mengingat Allah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal diperlukan beberapa

  langkah atau metode penelitian. Dalam hal ini untuk mencari data dan jawaban tentang manfaat yang diperoleh atau didapatkan oleh jamaah thariqah di dusun Krangkeng, desa Karangjati Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali yang kemudian akan diambil sebuah kesimpulan.

A. Menentukan Objek

  Di dalam pembahasan ini objek penelitian adalah makna dzikir bagi jamaah thariqah, serta manfaatnya bagi anggota jamaah thariqah. Dalam subjek pembahasan ini lokasinya adalah masyarakat Krangkeng Kec. Wonosegoro Kabupaten Bovokli.

B. Tehnik Pengumpulan Data

  Di dalam penelitian ini yaitu mengenai makna dzikir bagi anggota jamaah tariqah yang kebanyakan anggotanya adalah ibu-ibu yang sudah o berumur. Maka penulis memilih tehnik pengumpulan data dengan cara metode interview atau wawancara. Ini dilakukan karena agar responden merasa lebih terbuka dan data yang akan diperoleh adalah data yang benar dan dapat dipertanggung) awabkan.

  Wawancara atau interview, adalah suatu bentuk komunikasi langsung. Jadi semacam percakapan yang memiliki tujuan untuk mendapat data dengan

  26 cara tanya jawab secara langsung dengan responden, terutama pada orang yang banyak mengetahui tentang obyek penelitian. Dalam hal ini imam majlis dan beberapa anggota majlis yang ada di dusun Krangkeng, desa Karangjati Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.