PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT (FKPM) SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI MASYARAKAT (Studi Kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga) - Test Repository

  

PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI

MASYARAKAT (FKPM) SEBAGAI MEDIATOR

DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA

HUKUM DI MASYARAKAT

  

(Studi Kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah

Oleh

USWATUN HASANAH

  

NIM 21209006

FAKULTAS SYARI’AH

PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH (AHS)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

SALATIGA

  Drs. Mubasirun, M.Ag. Dosen IAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING

  Lamp. : 3 (tiga) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Sdr. Uswatun Hasanah

   Kepada

  Yth. Rektor IAIN Salatiga Di Salatiga.

  Assalamu‟alaikum wr. wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skipsi saudara: Nama : Uswatun Hasanah NIM : 21209006 Jurusan : Syariah / Ahwal Al-Syakhsiyyah Judul : PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT

  (FKPM) SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI MASYARAKAT (studi kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga)

  Bersama ini kami mohon agar naskah skipsi saudara tersebut di atas segera di munaqosyahkan. Demikian harap menjadi perhatian. Wassalamu‟alaikum wr. Wb. Salatiga, 8 januari 2015 Pembimbing Drs.Mubasirun,M.Ag.

  SKRIPSI PERAN FORUM KEMITRAAN POLISI MASYARAKAT(FKPM) SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI MASYARAKAT (studi Kasus di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota salatiga) DISUSUN OLEH USWATUN HASANAH

NIM : 21209006

  Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 23 Febuari 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1

  Hukum Islam Susunan Panitia Penguji

  Ketua Penguji : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag ------------------------------ Sekertaris : Drs. Mubasirun, M.Ag ------------------------------ Penguji I : Drs. Machfudz, M.Ag ------------------------------ Penguji II : Dr. Adang Kuswaya, M.Ag ------------------------------

  Salatiga, 6 Maret 2015 Rektor IAIN Salatiga

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Uswatun Hasanah NIM : 21209006 Jurusan : syariah Program Stu di : Al Ahwal Al Syakhsiyyah

  Mengatakan bahwa skipsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip berdasarkan kode etik ilmiah.

  Yang bertanda tangan Uswatun Hasanah

  

MOTTO

  “Belajar itu butuh proses, proses butuh berjuang, dan berjuang butuh kesabaran, karena kesabaran yang disertai dengan keihklasan adalah kunci kesuksesan”

  

PERSEMBAHAN

Karya ini, penulis persembahkan untuk :

Yang telah bersusah-payah, berjuang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ikhlas tanpa

mengharap apapun dari kami, kecuali ridha dari Allah SWT dalam membesarkan kami

seorang diri,

  

Umi-ku Adawiyah

Ya Allah tempatk anlah ayahku di surgamu yang kekal dan abadi, do’a kami akan selalu

menyertaimu,

  

Abi-ku DAmami

Jazzakumullah khairon katsiron

Motivasi dan do’a darimu kakakku, sehingga adikmu bisa menyelesiakan pendidikan ini

jazzakumullah khairon katsiron

  

Teman hidupku Sutarso Abdullah,

Do’a, semangat, dan kasih sayangmu serta tempat curhatku jazzakumullah khairon katsiron

Anak-anakku tercinta,

Kalian motivasi terbesar dalam hidupku

  

Teman-teman seperjuanganku AS-NR 2009, jazzakumullah khairon katsiron

  

ABSTRAKS

  Hasanah, Uswatun. 2015. Peran Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)

  Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Perkara-perkara Hukum di Masyaraka t. Program Studi Ahwal AL-Syakhsiyyah, Institut Agama

  Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Drs. H. Mubasirun, M.Ag. Kata Kunci : Mediator, FKPM dan Penyelesaian Perkara

  Ditahun 2012 berbagai media masa memberitakan kasus pencurian sandal, pencurian semangka, kasus prita, kasus randu dan lain-laian, yang diproses hingga pengadilan,sehingga memunculkan tanggapan miring masyarakat atas peradilan di Indonesia yang kurang memenuhi keadilan masyarakat. Hukum seakan hanya tajam kalau yang berperkara masyarakat kecil. Yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana peran FKPM sebagai mediator dalam penyelesaian perkara-perkara hukum di msyarakat, bagaimana peran FKPM dalam program Kepolisian dan apa kendala yang dihadapi dan bagai mana cara mengatasinya.

  Untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah diatas dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dimana dalam proses penelitian yang digunakan berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Alasan pemilihan pendekatan kualitatif karena berkaitan dengan konsep judul dan rumusan masalah yang mengarah pada jenis penelitian studi kasus.

  Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan penyelesaian perkara-perkara hukum melalui FKPM mengedepankan cara kekeluargaan, damai, manusiawi dan bermartabat sehingga sangat efektif karena, prosesnya cepat, tidak di pungut biaya dan mampu memperbaiki hubungan silaturrahmi masing-masing pihak. Dalam hal ini FKPM sebagai pihak ke tiga (mediator) yang membantu proses penyelesain perkara, memberikan pertimbangan-pertimgan yang mungkin sebagai penyelesaian perkara kepada para pihak. Berbagai kegiatan FKPM tidak terlepas dari kontrol kepolisian karena terdapat seorang petugas Polmas atau Bhabinkamtibmas sebagai wakil dari Ketua FKPM yang selalu bertukar informasi mengenai katimbas di daerahnya. Dalam menjalankan berbagai kegiatanya FKPM mengahadapi berbagai kendala operasional, namun semuaitu dapat diatasi dengan selalu berkoordinasi dengan berbagai pihak, seperti konsoltasi ke Polres, mengadakan seminar katimbas, menghadiri berbagai pertemuan yang diadakan masyarakat Pulutan untuk memberikan penyeluhan tetang pentingnya katimbas.

KATA PENGANTAR

  Segala piji bagi Alloh. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan serta ampunan-Nya. Dan kita berlindung kepada Alloh dari kejelekan diri dan amal perbuatan. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh maka tiada yang mampu untuk menyesatkanya, dan barang siapa yang disesatkan oleh Alloh maka tidak akan ada yang bisa memberikan hidayah kepadanya.

  Saya bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Alloh yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan- Nya. Alloh

  Ta’ala berfirman yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dengan sebenar-benar takwa

kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaa beragama Islam.

   (QS. Ali Imron (3) : 102)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Alloh dan katakanlah perkataan

yang benar, niscaya Alloh memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-

dosamu. Dan barang siapa mentaati Alloh dan Rosul-Nya, maka sesungguhnya ia telah

mendapatkan kemenangan yang besar.”(QS. Al-Ahzab (33) : 70 – 71)

  Semoga Allah menerima amal-amal kita dan menggantinya dengan pahala yang besar disisi-Nya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari ada berbagai kekurangan dan juga karya ini tidak akan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Dengan penuh kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan tulisan ini : 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Beny Ridwan, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Syariah IAIN Salatiga.

  3. Bapak Sukron Makmun, M. Si, selaku ketua Prodi Al-Ahwal al-Syakhsiyyah STAIN Salatiga.

  4. Bapak Drs. H. Mubasirun, M. Ag, selaku dosen pembimbing dalam skripsi ini.

  5. Bapak dan ibu dosen dan para akademika lingkungan Jurusan Syariah yang telah dengan ikhlas membagi ilmunya.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................... ii

PENGESAHAN.................................................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... v

ABSTRAKS ....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR......................................................................................... vii

DAFTAR ISI...................................................................................................... viii

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah................................................................... 1 B. Rumusan masalah........................................................................... 5 C. Tujuan penelitian............................................................................ 5 D. Manfaat penelitian.......................................................................... 6 E. Penegasan istilah............................................................................. 7 F. Tela‟ah pustaka................................................................................ 7 G. Metodologi penelitian...................................................................... 9 H. Sistematika penulisan....................................................................... 16 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

  B.

  Perkara hukum di masyarakat.......................................................... 24 C. Penyelesaian perkara dalam islam dan penyelesaian perkara menurut teori konflik...................................................................................... 33

  BAB III : HASIL PENELITIAN A. Peran FKPM sebagai mediator dalam menyelesaiakan perkara-

  perkara hukum di masyarakat.......................................................... 41 B. Peran FKPM dalam program Kepolisian......................................... 57 C.

  Kendala-kendala yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan............ 74

  BAB IV : PERAN FKPM PULUTAN SEBAGAI MEDIATOR A. Peran FKPM dalam pandangan hukum Islam................................ 78 B. FKPM dan penyelesaian perkara-perkara hukum.......................... 82 C. Kendala penyelesaian perkara-perkara hukum di Kelurahan Pulutan............................................................................................ 86 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan..................................................................................... 90 B. Saran............................................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA LAPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

  “Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan pancasila. Inti dari negara hukum pancasila adalah penegakan keadilan dan kebenaran, bukan semata-mata penegakan hukum dalam arti formal.

  ”(Mahfud MD, 1999 : 141) Lebih lanjut Mahfud MD menjelaskan bahwa “menegakan hukum itu tidak dengan sendirinya menegakkan keadilan, banyak sekali orang menegakkan hukum dengan membangun kebenaran formal tetapi subtansinya sangat bertentangan dengan rasa keadilan karena yang dibangun disana adalah hukum untuk hukum bukan hukum untuk keadilan.” (Mahfud MD, 1999 : 140)

  Wajah lain dari hukum dan proses hukum yang formal tadi adalah terdapatnya fakta bahwa keadilan formal tersebut sekurang-kurang nya di indonesia, ternyata mahal, berkepanjangan, melelahkan, tidak menyelesaikan masalah. Sebagaimana kita tahu, di tahun 2012 berbagai media masa memberitakan kasus pencurian sandal, pencurian semangka, kasus prita, kasus randu, kasus minah, dan lain-lain yang di proses hingga pengadilan, sehingga memunculkan tanggapan miring masyarakat atas sistem peradilan Indonesia yang kurang memenuhi rasa keadialan masyarakat. Hukum seakan hanya tajam kalau yang berperkara masyarakat kecil Berbeda halnya dengan terkenal yang memiliki nama, jabatan dan kekuasaa. Proses hukum yang dijalankan terkesan ditunda-tunda. Seakan-akan masyarakat selalu disuguhkan sandiwara dari tokoh-tokoh negara tersebut. Contohnya saja kasus Gayus Tambunan, pegawai dierjen pajak Golongan III yang diperkirakan korupsi sebesar 28 miliyar, tetapi hanya dikenai 6 tahun penjara, kasus Bank Century yang belum jelas ujungya hingga sekarang, dan kasus Ketua Makamah Konstitusi (MK), Akil Muhtar yang ditangkap dalam Operasi Tangkap Tangan. Dalam operaasi itu, KPK telah menyita uang dolar singapura sebesar 3 miliyar yang menunjukkan penegakan hukum di Indonesia dalam kondisi awas, hampir semua kasus diatas prosesnya sampai saat ini belum mencapai keputusan yang jelas. Padahal semua kasus tersebut begitu merugikan negara dan masyarakat kita.

  ”

  Sebagai seorang muslim penulis teringat akan firman Allah Subhanahuwata‟ala yang artinya:

  Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri, terhadap ibu bapak atau kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tau kemaslakhatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha teliti segala apa yang kamu kerjakan.(QS. An-Nisa

  : 135) Bagi para penegak hukum seharusnya firman Allah diatas menjadi peringatan baginya untuk benar-benar menegakkan hukum dengan adil demi kebenaran. Dan juga Sabda Rosulullah SAW telah memperingatkan kita akan kehancuran umat-umat terdahulu dikarenakan mereka menyimpang dari kebenaran. Disebutkan dalam riwayat Bukhori dan Muslim bahwa Rasulullah SAW Bersabda yang artinya :

  Wahai manusia sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang yang sebelum kalian adalah sikap mereka yang bila yang melakukan kejahatan mencuri adalah orang yang terpandang mereka membiarkanya (tidak menghukumnya). Namun bila yang mencuri di tengah mereka adalah orang yang lemah, maka mereka menegakkan hukum atasnya. Demi Allah SWT seandainya fatimah binti Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya.”(HR.Bukhori)

  

   Polisi merupakan salah satu alat negara untuk menegakkan hukum dan sekaligus bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari gangguan keamanan. Berdasarkan Skep Kapolri No: 373/X/2005 tertanggal 13 Oktober 2005 yang memerintahkan agar diberbagai tingkat organisasi polri di bentuk Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) tujuan pembentukan FKPM ini untuk katimbas yang kondusif di wilayah desa dengan cara memberi pendapat dan saran kepada polri secara timbal balik. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan hukum secara aktif membantu mencegah dan mengatasi tejadinya pelanggaran di wilayah kelurahan atau desa. Inti dari pembentukan FKPM ini adalah untuk membantu tugas polri melalui polmas dalam membangun katibmas.

  Sehingga hal-hal yang muncul dan tergolong kecil bisa diselesaikan dengan kekeluargaan oleh FKPM, tidak harus dibawa ke mapolsek.

  Surat Keputusan Kapolri No: 373/X/2005 ini telah direspon satuan- Kelurahan di Kota salatiga telah di bentuk Forum Kemitraan Polisi Masuarakat (FKPM) yang salah satunya adalah Kelurahan Pulutan.

  Menurut salah satu Kasad BINMAS, Kelurahan Pulutan adalah salah satu kelurahan yang mempunyai keanggotaan FKPM yang aktif dan telah menyelesaikan beberapa perkara hukum, baik tindak pedana ringan maupun problem solving, sehingga mempunyai banyak catatan yang bisa dijadikan data oleh peneliti. FKPM pulutan merupakan bentuk kerjasama antara polisi dengan masyarakat yang dijadikan percontohan karena keberhasilanya, sehingga dapat dijadikan pelajaran bagi FKPM di tempat lain. Menurut Aibtu. Darsono selaku bhabinkamtibmas kelurahan pulutan, ditahun 20012 FKPM Pulutan berhasil menyelesaikan beberapa kasus tindak pidana ringan, dan pada saat ini baru menangani problem solving.

  Bisakah FKPM ini menjadi solusi untuk mengatasi ketidak percayaaan masyarakat terhadap sebuah sistem peradilan yang selama ini telah berlaku di negeri ini, sehingga di dapat keadilan yang mudah, murah dan cepat. Karena dengan kepercayaanlah kesadaran hukum masyarakat akan terbangun, yang dapat mendorong timbulnya kepatuhan hukum dalam diri seseorang. Kelurahan Pulutan adalah salah satu Kelurahan di Salatiga yang dilalui oleh jalan baru lingkar salatiga, yang dalam pengamatan penulis telah terjadi berbagai aktivitas yang pasti akan menimbulkan berbagai pengaruh bagi masyarakat, khususnya masyarakat Kelurahan Pulutan. Dalam pandangan penulis hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi menyelesaikan hal-hal yang tidak diingiankan sesuai dengan tujuan dibentuknya FKPM menyelesaikan masalah tanpa meninggalkan masalah.

  Untuk itu peneliti ingin memfokuskan penelitian ini di Kelurahan Pulutan, karena dalam kaca mata penulis telah mengalami perubahan yang signifikan sejak di bukanya jalan baru lingkar salatiga.

  Dengan berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “PERAN FKPM SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DIMASYARAKAT”.

B. Rumusan Masalah

  Dengan berdasarkan latarbelakang di atas, dan untuk memperjelas pembahasan masalah, penulis telah menetapkan rumusan masalah sebagai berikut: 1.

  Bagaimanakah peran FKPM sebagai mediator dalam penyelesaian perkara-perkara hukum di Kelurahan Pulutan?

  2. Bagaimanakah peran FKPM dalam program Kepolisian? 3.

  Apa kendala yang dihadapi FKPM dan bagaimana mengatasinya? C.

   Tujuan Penelitian

  Dalam setia penelitian pasti memiliki tujuan, adapun tujuan penulis dalam penelitian ini sebagaiberikut:

  1. Untuk mengetahui peran FKPM sebagai mediator dalam penyelesaian perkara-perkara hukum di masyarakat Kelurahan Pulutan.

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi FKPM dan cara mengatasinya.

D. Manfaat Penelitian

  Dalam suatu penelitian diharapkan akan dapat memberikan manfaat yang positif baik bagi penulis maupun pihak lain. Terdapat dua manfaat dalam penelitian ini yaitu manfaaat secara teoritis dan praktis, dengan penjelasan sebagai berikut:

  1. Secara teoritis a.

  Menghasikan suatu penjelasan tentang proses penyelesaian perkara-perkara hukum di masyarakat melalui FKPM sebagai mediator.

  b.

  Menghasilkan suatu penjelasan mengenai kendala- kendala yang ada dan cara mengatasinya.

  2. Secara praktis a.

  Mengembangkan pola pikir, penalaran dan pengetahuan bagi penulis b.

  Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

E. Penegasan Istilahi

  Untuk memudahkan memahami isi skipsi ini, berikut penulis sampaikan beberapa pengertian dan singkatan yang terkandung dalam judul skipsi “PERAN FKPM SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DI MASYARAKAT”.

  1. Peran : adalah pemain, tukang lawak, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.(Fajri dan Senja, tth : 641) 2. Perkara adalah persoalan, masalah; urusan yang harus diselesaikan; tindak pidana; tentang sesuatu hal, mengenai, berkenaan; karena.(Fajri dan Senja, tth :646) 3. Mediator adalah orang atau pihak yang jadi penengah perselisiahan.(Fajri dan Senja, tth : 557)

4. FKPM merupakan singkatan dari “Forum Kemitraan Polisi Masyarakat”.

  5. Hukum adalah peraturan resmi yang menjadi pengatur dan dikuatkan oleh pemerintah; UU, perturan; patokan (kaidah-kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa alam yang tertentu; keputusan yang dijatuhkan hakim. (fajri dan senja, tth : 365)

F. Telaah Pustaka

  Peran FKPM Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Perkara-Perkara Hukum Dimasyarakat (studi Kasus di Kelurahan Pulutan Kota Salatiga), belum pernah diangkat sebagai skipsi. Meskipun demikian penulis menemukan beberapa penelitian tenteng FKPM sebagai berikut:

  Dr. Hidayatullah, SH Mhum Staf Pengajar Fakultas Hukum yang berjudul “Alternatif Penyelesaian Tindak Pidana Ringan Melalui Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM)” (studi kasus FKPM di Polres Salatiga, dengan fokus penelitian bagaimana jalannya penyelesaian tindak pidana ringan di polres salatiga dan prospek FKPM sebagai alternatif penyelesaiannya. Dengan hasil temuan menunjukan ada ktriteria kasus tindak pidana ringan yang dapat diselesaikan melalui FKPM yang masih mempertimbangkan situasi dan kondisi peleku. FKPM juga memiliki prospek sebagai alternatif penyelesaian tindak pidana ringan yang dapat di dayagunakan di daerah-daerah lain. Hal ini didasarkan pada sikap ketidak percayaan masyarakat terhadap lembaga, aparatur peradilan dan sistem peradilan formal untuk menyelesaikan taindak pidana ringan dengan asas, adil, manusiawi, sederhana, cepat dan biaya murah.

  (Hidayatullah, 2012) Penelitian ini ber beda dengan penelitian penulis, dimana penulis memfokuskan penelitianya pada basis kewilayahan yaitu kelurahan pulutan. Dalam penelitian yang dilakukan penulis FKPM merupakan mediator karena hasil dari penyelesaiannya berupa kesepakatan-kesepakatan dari kedua belah pihak dan tidak memaksa.

  Ary Wahyono peneliti pulsit. Kemasyarakatan dan kebudayaan-LIPI, Widia graha dengan judul” Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM): Sebuah Pendekatan Perpolisian Masyarakat Untuk Membangun Citra Polisi.” Hasil dari penelitian ini adalah FKPM tidak dapat diseragamkan di seluruh indonesia, analisis dokumen-dokumen FKPM sangat bervariasi, terutama dalam penempatan unsur polri dalam kepengurusan FKPM. Dan juga basis sosial FKPM tidak seragam ada yang berbentuk kewilayahan seperti RT, RW, Kelurahan /Desa, Kecamatan, dan Kabupaten, adapun yang berbentuk kawasan seperti, pertokoan, Mall, perkantoran, dan kawasan industri. Program perpolisian Masyarakat menjadi momentum untuk memperbaiki citra polisi yang selama ini dianggap kurang baik, disisi lain program perpolisian masyarakat berdampak pada pemeritah yang harus menata kembali pranata sosial di masyarakat yang di hancurkan pada masa orde baru.

   Dilihat dari hasil temuan penelitian ini jelas berbeda dari penelitian yang dilakukan penulis.

G. Metodologi Penelitian

  Dalam penyusunan skipsi tenteng “PERAN FKPM SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN PERKARA-PERKARA HUKUM DIMASYARAKAT” di Kelurahan Pulutan kecamatan Sidorejo kota salatiga, penyusunan menggunakan cara atau metode sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

  Untuk memperoleh data di lapangan dalam penelitian ini penulis memilih pendekatan kualitatif, di mana dalam proses penelitian yang digunakan berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti untuk menemukan jawaban dari permasalah tersebut.

  Alasan pemilihan pendekatan kualitatif karena ini berkaitan kasus yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pemahaman dari individu, organisasi atau situasi.( Emzir, 2011 : 20).

  2. Sifat Penelitian Adapun sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskripsi, yaitu penelitian yang berusaha untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainya. Maksudnya adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar memperkuat teori-teori lama, atau didalam menyusun teori-teori baru. Didalam penelitian ini dideskrisikan peran FKPM sebagai mediator dalam menyelesaikan perkara-perkara hukum di masyarakat, peran kepolisian dalam FKPM, dan kendala-kendala yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan.

  3. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian kualitatif peneliti wajib datang lansung di lapangan untuk memperoleh data yang valit (langsung dari sumbernya) mengadakan dan meminta dokumen-dokumen yang di butuhkan dalam penelitian. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini di ketahui oleh pihak-pihak terkait, dan memperoleh ijin untuk mengadakan penealitian di Kelurahan Pulutan.

  4. Lokasi Penelitian Untuk melengkapi data penelitian penulis mengambil lokasi kelurahan pulutan, karena memperoleh arahan dari kasad binmas sebagai kelurahan yang memiliki keanggotaan yang aktif dan merupakan FKPM yang terdapat kasus tentang perkara hukum yang saat ini sedang diteliti oleh penulis.

5. Sumber Data

  Menurut lofland dan lofland (1984 : 47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. (Moleong, 2009 : 157) Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data sebagai berikut: a.

  Kata-kata dan tindakan Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau di wawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman.(Moleong, 2009 : 157) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kedua metode yang ada yaitu pencatatan dan perekaman dalam pengumpulan data di lapangan, mengigat ada sebagian orang menolak untuk di rekam perkataanya pada saat wawancara berlangsung.

  Dalam hal ini pihak-pihak yang terkait dengan FKPM kelurahan pulutan adalah sebagai berikut: 1)

  Bhabinkamtibmas Kelurahan Pulutan Bapak AIBTU Darsono b.

  Sumber data tertulis Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata-kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan, karena sumber data tertulis berkaitan erat dengan sumber data utama, yang dapat membantu memahami dan menganalisis sumper data utama. Dalam hal ini terdiri atas:

  1) Laporan

  Penyelesaian Masalah Nomor : 041/FKPM/VIII/2012

  2) Laporan

  Penyelesaian Masalah Nomor : 056/FKPM/VIII/2013

  3) Surat Keputusan No. Pol. : Skep/433/VII/2006 Tentang

  “PANDUAN PEMBENTUKAN DAN OPERASIONALISASI PERPOLISIAN MASYARAKAT (POLMAS)”

  4) Surat Keputusan No. Pol. : Skep/507/X/2009 Tentang “

  NASKAH SEMENTARA BUKU PEDOMAN PELAKSANAAN STANDAR PENERAPAN POLMAS BAGI PELAKSANA POLMAS ”

  5) Buku Pedoman Implementasi Polmas Tahun 2009

  6) Buku Mediasi 6.

  Tenik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang falid dan objektif, maka dalam a.

  Interview (wawancara) Teknik yang diarahkan untuk menghimpun informasi dari para informan yang kompeten dan oleh karenanya dianggap mengetahui kondisi dari obyek dari proses penyelesaian perkara oleh FKPM.

  Wawancara kepada Bhabinkamtibmas Kelurahan Pulutan dilakukan pada senin, 10 febuari 2014 pada pukul 11.00 sampai dengan pukul 11.50 di Kantor Kelurahan Pulutan. Kemudian wawancara kepada Bp. Syafi‟i selaku Ketua FKPM Pulutan dilakukan dirumah beliau pada sabtu, 17 mei 2014 pada pukul 16.30 sampai dengan pukul 17.45 dan di lanjutkan pada senin, 19 mei 2014 pukul 13.30 sampai dengan pukul 02.45 di tempat yang sama.

  b.

  Studi dokumen atau bahan pustaka Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan membaca, mempelajari, mengkaji, membuat catatan yang di perlukan diantaranya, Laporan Penyelesaian Masalah Nomor : 041/FKPM/VIII/2012, Laporan Penyelesaian Masalah Nomor : 056/FKPM/VIII/2013, Skep NO. Pol. : Skep/433/VII/2006 Tentang “PANDUAN PEMBENTUKAN DAN OPERASIONA

  LISASI PERPOLISIAN MASYARAKAT”, Skep No. Pol.:

  Skep/507/X/2009 Tentang “NASKAH SEMENTARA PENERAPAN POLMAS BAGI PELAKSANA POLMAS”, Buku Implemenasi Polmas Tahun 2009 dan buku mediasi.

  c.

  Observasi (pengamatan) Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung di lapangan. Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan di Balai Kemitraan Polisi Masyarakat (BKPM).

7. Teknik Analisa Data

  Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan menggunakan metode interaktif. Yang mengumpulkan data kualitatif, kemudian dilakukan penguraian untuk mengambil suatu kesimpulan. Sedangkan metode interaktif mengacu pada empat tahapan yang dijelaskan oleh miles dan huberman(analisis data) yaitu sebagai berikut: a.

  Pengumpulan data melalui wawancara terhadap informan yang telah ditentukan, sebagai orang yang mengetahui tentang FKPM, kemudian dilakukan studi dokumen-dokumen baik yang di dapat langsung dari Polres Kota Salatiga maupun langsung dari lapangan.

  b.

  Reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul saat penelitian. c.

  Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan untuk memberikan kesimpulan dan tindakan.

  d.

  Penarikan kesimpulan yang dimulai sejak awal pengumpulan data, seoran yang menganalisis data kualitatif mencari keteraturan benda-benda, pola-pola, penjelasan konsfigurasi, berbagai kemungkinan, alur sebab akibat dan proporsi. Kesimpula akan ditangani secara longga, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, meningkat lebih rinci, dan mengakar pada pokok.

8. Pengecekan Keabsahan Temuan

  Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian.

  Sehingga diperlukan suatu tenknik untuk memeriksa keabsahan suatu data.

  Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggu lasi sumber, menurut patton berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.(Meleong, 2009 : 331) 9. Tahap-Tahap Penelitian

  Dalam penelitian ini peneliti menentukan terlebih dahulu tema ke polres salatiga dan kelurahan pulutan. Di kelurahan pulutan peneliti bertanya lansung kepada Bhabinkamtibmas kelurahan pulutan bpk Aibtu. Darsono, mengenai proses penyelesaian perkara-perkara hukum, peran kepolisian dalam FKPM dan kendala-kendala yang dihadapi FKPM kelurahan pulutan.

H. Sistematika Penulisan

  Adapun sistematika yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikit:

  BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan pendahuluan yang terdiri dari latar

  belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian dan sistematika penulusan.

  BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan kerangka teori berupa tinjauan

  mediator, tinjauan tentang perkara-perkara hukum di masyarakat, dan penyelesaian perkara dalam Islam dan pemyelesaian perkara menurut teori konflik.

  BAB III : HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan berisi berbagai temuan dilapangan

  berdasarkan rumusan masalah, yaitu peran FKPM sebagai mediator dalam menyelesaikan perkara-perkara hukum dimasyarakat, peran FKPM dalam Program Kepolisian, dan kendala-kendala yang dihadapi FKPM Kelurahan Pulutan.

  BAB IV : PERAN FKPM PULUTAN SEBAGAI MEDIATOR Dalam bab ini akan dibahas pokok-pokok permasalahan yang

  ingin di ungkap berdasarkan rumusan masalah yaitu, peran FKPM dalam pandangan hukum Islam, FKPM dan penyelesaian perkara-perkara hukum dimasyarakat, dan kendala penyelesaian perkara-perkara hukum di Kelurahan Pulutan.

  BAB V : PENUTUP Dalam bab ini merupakan akhir dari penelitian yang berisikan

  kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan dari hasil penelitian, dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari kesimpulan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mediator 1. Pengertian Mediator Mediator adalah pihak ketiga yang membantu penyelesaian

  senggketa para pihak, yang mana ia tidak melakukan intervensi terhadap pengambilan keputusan (Abbas, 2011 : 59).

  Pengertian mediator menurut Peraturan Makamah Agung No.1 tahun 2008 mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari kemungkinan penyelesaian sengaketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian (PERMA NO. 1 TAHUN 2008).

2. Tipologi Mediator

  Mediator dalam menjalankan proses mediasi memperlihatkan sejumlah sikap yang mencerminkan tipe mediator. Mediator melakukan Tindakan semata-mata ingin membantu dan mempercepat proses penyelesaian sengketa. Berikut tipe-tipe mediator menurut Prof. DR. Syahrizal Abbas: a.

  Tipe mediator otoritatif Tipe mediator dimana dalam proses mediasi dia memiliki kewenangan yang besar dalam mengontrol dan memimpin pertemuan antar pihak. Mediator jenis ini dapat menghentikan pertemuan antara para pihak, jika dirasa pertemuan tersebut tidak efektif.

  Dalam proses mediasi, mediator dengan tipe otoritatif libih banyak mengajukan pertanyaan kepada para pihak seputas akar persoalan utama yang menjadi sumber sengketa. Mediator otoritatif tidak banyak mendengarkan cerita dari para pihak. Pada sisi ini para pihak terlihat agak pasif dalam mengemukakan persoalannya, sehingga lebih banyak bergantung pada mediator.

  b.

  Tipe mediator social network Mediator dengan tipe sosial network adalah tipe mediator dimana ia memiliki jaringan sosial yang luas untuk mendukung kegiatanya dalam menyelesaikan sengketa. Mediator ini memiliki hubungan dengan sejumlah kelompok sosial yang ada dalam masyarakat. kelompok sosial dimaksud bertugas membantu masyarakat dalam menyelesaiakan sengketa. Mediator yang bertipe sosial network dalam menjalankan proses mediasi lebih menekankan bagaimana para pihak menyelesaikan sengketa melalui jaringan sosial yang ada.Mediator social network mengarahkan sengketa yang ia tangani kepada pola-pola penyelesaian sengketa yang ia peroleh ketika ia bergabung dalam kelompok sosial. c.

  Tipe mediator independen Mediator independen adalah tipe mediator dimana ia tidak terikat dengan lembaga sosial dan institusi apapun dalam menyelesaikan sengketa para pihak. Mediator jenis ini berasal dari masyarakat yang dipilih oleh para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka. Ia betul-betul bebas dari pengaruh manapun, sehingga ia leluasa menjalankan mediasi. Mediator jenis ini sengaja diminta oleh para pihak, karena memiliki kapasitas dan skill dalam menyelesaiakan sengketa. Umumnya tipe mediator ini berasal dari tokoh masyarakat, tokoh adat, ulama, yang cukup berpengalaman dalam menyelesaikan sengketa.

  Independensi mediator tidak hanya dari sisi lembaga dan keberadaannya dalam masyarakat, tetapi juga independen dalam menjembatani, menegosiasi, dan mencari opsi bagi penyelesaian sengketa para pihak. Ia menjaga imparsialitas dan netralitas dari pengaruh manapun termasuk dari para pihak. Mediator jenis ini semata-mata memfokuskan diri pada upaya strategis yang dapat diambil untuk mengakhiri sengketa para pihak. Mediator independen sangat bebas menciptakan kreasi untuk menciptakan sejumlah opsi, tanpa tergantung pada pihak manapun. (Abas, 2011)

  3. Fungsi Mediator Mediator sebagai penengah dalam suatu proses mediasi mempunyai fungsi tersendiri sebagai seorang mediator. Fungsi yang di maksud adalah sebagai berikut : a.

  Memperbaiki kelayakan komunikasi antara para pihak yang biasanya ada hambatan dan sekat-sekat psikologis.

  b.

  Mendorong trciptanya suasana yang kondusif untuk memulai negosiasi yang fair.

  c.

  Secara tidak langsung mendidik para pihak atau memberi wawasan tentang proses dan substansi negosiasi yang sedang berlangsung.

  d.

  Mengklarifikasi masalah subtansial dan kepentingan masing- masing pihak.

  4. Posisi Mediator Sebagai seorang mediator haruslah memiliki posisi, dalam hal ini khusus menangani mediasi. Adapun posisi mediator dalam hal ini adalah sebagai berikut : a.

  Mediator tidak boleh memberikan penilaian tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, diantara para pihak yang sedang berselisih atau bersengketa.

  b.

  Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses negosiasi guna mencari berbagai kemungakinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelasaian.

  c.

  Mediator tidak boleh mengampil suatu keputusan atas persengketaan atau konflik yang sedang berlansung antara kedua belah pihak.

  d.

  Mediator hanya berposisi sebagai fasilitator yang memperlancar jalanya suatu proses negosiasi yang belangsung antara para pihak atau para negosiator yang mewakili kepentingan para pihak. anuari 2015) 5. Peran Mediator

  Berbagai peran mediator dalam proses mediasi secara deskripsi sebagai berikut : a.

  Menumbuhkan dan mempertahankan kepercayaan diantara para pihak.

  b.

  Menerangkan proses dan mendidik para pihak dalam hal komunikasi dan menguatkan suasana yang baik.

  c.

  Membantu para pihak untuk menghadapi situasi dan kenyataan.

  d.

  Mengajar para pihak dalam proses dan ketkrampilan tawar- menawar.

  e.

  Membantu para pihak mengumpulkan informasi penting, dan menciptakan pilihan-pilihan untuk memudahkan penyelesaian problem.(Abbas, 2011 : 79-80)

6. Kewenangan dan tugas mediator

  d.

  Mediator bertugas mengubah pandangan egosentris masing-masing pihak menjadi pandangan yang mewakili semua pihak.

  f.

  (positional claim) para pihak, menjadi kepentingan sesungguhnya para pihak.

  Mediator harus menyusun dan merangkaikan kembali tuntutan

  e.

  Memperlancar dan mengendalikan komunikasi.

  Mediator memiliki sejumlah kewenangan dan tugas dalam menjalankan mediasi. Kewenangan dan tugas di peroleh dari para pihak, dimana mereka „mengijinkan dan setuju‟ adanya pihak ke tiga menyelesaikan sengketa mereka. Kewenangan dan tugas mediator terfokus pada upaya menjaga dan mempertahankan proses mediasi.

  Kewenangan mediator terdiri atas : a. Mengontrol proses dan menegaskan aturan dasar b.

  c.

  Mengidentifikasikan masalah serta kepentingan-kepentingan kritis para pihak.

  b.

  Mengakhiri proses bilamana mediasi tidak produktif lagi. (Abbas, 2011 : 83-84) Adapun tugas seorang mediator adalah sebagai berikut : a. Melakukan diagnosis konflik.

  c.

  Mempertahankan struktur dan momentum dalam negosiasi.

  Menyusun agenda. g.

  Mediator bertugas dan berusaha mengubah pandangan parsial (berkutat definisi tertentu) para pihak mengenai suatu permasalahan ke pandangan yang lebih baik universal (umum) sehingga dapat diterima oleh semua pihak.

  h.

  Memasukkan kepentingan kedua belah pihak dalam pendefinisian permasalahan. i.

  Mediator bertugas menyusun proposisi mengenai permasalahan para pihak dalam bahasa dan kalimat yang tidak menonjolkan unsur emosional. j.

  Mediator bertugas menjaga pernyataan para pihak agar tetap berada dalam kepentingan yang sesungguhnya. (Abbas, 2011 : 86-90) B.

   Perkara Hukum di Masyarakat 1.

  Definisi Hukum a.

  Definisi hukum menurut para ahli hukum Beberapa Sarjana Hukum indonesia juga turut berusaha merumuskan hukum sebagai berikut:

  1) S.M. Amin,SH

  Dalam buku beliau yang berjudul “bertamasya ke Alam Hukum,” hukum dirumuskan sebagai berikut: “Kumpulan- kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara”.

  2) J.C.T. Simorangkir,S.H dan Woerjono Sastropranoto,S.H

  Dalam buku yang disusun bersama berjudul “pelajaran hukum indonesia” telah diberikan definisi hukum sebagai berikut: “hukum itu ialah peraturan-peratuan yang bersifat memeksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang di buat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan- peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukum tertentu.”

  3) M.H. Tirtaamidjaja,S.H

  Dalam buku beliau “pokok-pokok Hukum Perniagaan” ditegaskan “Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman meski mengganti kerugian

  • – jika melanggar aturan-aturan itu – akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaanya

  , didenda, dan sebagainya.”(Kansil, 1999) b.

   Unsur , ciri-ciri dan sifat hukum

  Adapun hukum itu memiliki unsur-unsur sebagai berikut : 1)

  Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan

  2) Peraturan itu diadakan badan-badan resmi yang berwajib. 3)

  Peraturan itu bersifat memaksa 4)

  Sanksi terhadap pelanggar hukum adalah tegas Selanjutnya agar hukum itu dapat dikenal dengan baik, haruslah mengetahui ciri-ciri hukum. Menurut C.T.S. Kansil,

  S.H., ciri-ciri hukum adalah sebagai berikut : 1) Terdapat perintah dan/atau larangan. 2) Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi setiap orang.

  Setiap orang wajib bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat, sehingga tata tertib dalam masyarakat itu tetap terpelihara sebaik-baiknya. Oleh karena itu hukum meliputi berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan orang yang satu dengan orang lainya, yaitu peraturan-peraturan hidup bermasyarakat yang dinamakan “Kaedah Hukum”.

  Barang siapa yang dengan sengaja melanggar suatu “Kaedah hukum” akan dikenakan sanksi (sebagai akibat dari pelanggaran “Kaedah Hukum”) yang berupa „hukuman‟.

  Bentuk hukuman berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab II (PIDANA) pasal 10 adalah sebagai berikut :

  1) Pidana pokok

  a) Pidana mati;

  b) Pidana penjara;

  c) Pidana kurungan;

  d) Pidana denda;

  e) Pidana tutupan;

  2) Pidana tambahan

  a) Pencabutan hak-hak tertentu;

  b) Perampasan barang-barang tertentu;