PELANGGARAN MASA IDDAH DI MASYARAKAT (Studi Kasus di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru) - Test Repository

  

PELANGGARAN MASA IDDAH DI MASYARAKAT

(Studi Kasus di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

  

Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

Ita Nurul Asna

  

NIM 21110007

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2015

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : ITA NURUL ASNA Nim : 21110007 Jurusan

  : Syari’ah Program Studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah Judul : PELANGGARAN MASA

  IDDAH DI MASYARAKAT (Studi Kasus di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru).

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

  Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 16 April 2015 Pembimbing

  Farkhani, S.H,. S.HI,. MH NIP.197605242006041002

KEMENTERIAN AGAMA

  

FAKULTAS SYARI

’AH

  Jl. NakulaSadewa 5 No. 9 Telp. (0298) 3419400 Faks. 323433 Salatiga 50722 -mail: administrasi@iainsalatiga .ac.id

  

PENGESAHAN

PELANGGARAN MASA IDDAH DI MASYARAKAT

(Studi Kasus di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru)

  OLEH

  ITA NURUL ASNA NIM :21110007

  Telah dipertahankan di depan Sidang Munaqosyah Skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Rabu tanggal 18 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam

  Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Penguji : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag ______________ Sekretaris Penguji : Farkhani, S.H, S.HI,.MH ______________ Penguji I : Lutfiana Zahriani, S.H., MH ______________ Penguji II : Haryo Aji Nugroho, S.sos,. MA ______________

  Salatiga, 18 April 2015 Dekan

  Fakultas Syari’ah Dra. Siti Zumrotun, M.Ag

  NIP. 19670115 199803 2 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Yang bertandatangan dibawah ini; Nama : ITA NURUL ASNA Nim : 21110007 Jurusan : Ahwal Al- Syakhsiyyah Fakultas :

  Syari’ah Judul Skripsi : PELANGGARAN IDDAH PADA MASYARAKAT (Studi Kasus di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec.

  Banyubiru)

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah

  Salatiga, 18 April 2015 Yang menyatakan

  ITA NURUL ASNA NIM: 21110007

  

MOTTO

          

 

  

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati

supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati

supaya menetapi kesabaran.

  

(Al-ashr (103) : 2-3)

   

karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

(Al-insyiroh :5)

  

PERSEMBAHAN

Segalanya hanya kupersembahkan padamu Ya Allah

Yang maha pengasih lagi maha penyayang

serta

maha adil dan bijak sana

  

Ayahanda MUHAMMAD AMIN

Dan

ibunda tercinta SITI IMROATUN serta keluarga tercinta

Suamiku tercinta M AULIA ROHMAN yang tak terhenti

menemaniku

Buah hatiku AQILA NADA RAHMAN

  

Teman dan sahabatku yang selalu memotifasi dan akan selalu ku ingat

Almamaterku tercinta IAIN Salatiga

KATA PENGANTAR

  Segala Puji syukur Alhamdulillah selalu dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Dialah sebaik-baik pencipta hukum, hakim Maha adil, Maha bijak dan Maha segalanya, sehingga penyusun mampu menyelesaikan sebagian tugas akademik sebagai syarat menempuh jenjang Sarjana S-

  1 Syari’ah ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, pemimpin orang-orang yang bertaqwa, dan penempuh jalan kebenaran, Rasulullah Muhammad SAW, para sahabatnya dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam.

  Dalam skripsi yang berjudul Pelanggaran Masa Iddah Di Masyarakat (Studi Kasus Di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru). penulis menjelaskan bahwa penerapan Iddah cerai gugat di masyarakat Dusun Gilang masih banyak yang belum mengerti tentang iddah, sehingga perempuan yang mengajukan cerai gugat tidak menerapkan masa iddahnya.

  Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H Rahmat Hariyadi, M.Pd Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Bapak Sukron Makmun, M.Si. selaku Ketua program studi Ahwal al- Syakhshiyyah.

  4. Bapak Illya Muhsin S.HI., M.Si.M.Ag. Selaku dosen pembimbing akademik.

  5. Bapak Farkhani, S.H,. S.HI,. M.H. selaku dosen pembimbing skripsi 6.

  Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi yang telah membantu proses penyusunan skripsi.

  7. Teman-Teman FAI/Syari'ah angkatan ’10 (Ulya, Via, Rita, Ari, Ulin, Leni, Risa, Fariul, Hasan, Alfin, Danang, Zainul, Coe, Umam, Kusen, Sulhi, Arya, Rizaq, Yusuf, Hanif ) kalian semua adalah sahabat yang tidak akan pernah terlupakan.

  8. Teman-teman seperjuangan di Nahdlotul Fata, yang menumbuhkan kedewasaan dalam bersikap.

  9. Teman-teman seperjuangan di IAIN Salatiga 10.

  Almamaterku tercinta

  Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan. Berkat bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga tulisan yang berjudul:

  Pelanggaran Masa Iddah Pada Masyarakat (Studi

  Kasus di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru) , dapat diselesaikan.

  Akhirnya hanya kepada Allah penulis memohon, dan penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah, semoga tulisan sederhana ini bermanfaat dan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan kita, sehingga kita menjadi umat yang berilmu dan dimuliakan oleh Allah SWT. Amin

  Salatiga, 15 April 2015 Penulis Ita Nurul Asna

  

ABSTRAK

  Asna, Ita Nurul. 2015. Pelanggaran Iddah Di Masyarakat (Studi Kasus di Dusun Gilang Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru). Skripsi Jurusan Syariah.

  Program studi Ahwal Al-Syakhshiyyah. Institut Agama Islam Negri Salatiga. Pembimbing: Farkhani, S.H., S.HI., MH.

  Kata kunci: masa iddah.

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran masa iddah pada masyarakat Dusun Gilang. Pertanyaan yang paling mendasar yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bentuk pelanggaran masa iddah yang terjadi di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec.Banyubiru? (2) apa faktor-faktor yang menyebabkan tidak melaksanakan iddah?. Guna Penelitian ini berusaha memahami permasalahan iddah bagi wanita yang mengajukan cerai gugat yang terjadi di masyakat Dusun Gilang, dengan menggunakan metode penelitian wawancara mendalam untuk mendapatkan data sebanyak banyaknya dengan terjun langsung ke lapangan.

  Pelanggaran masa iddah banyak dilakukan oleh perempuan yang mengajukan cerai gugat di Dusun Gilang, penelitian yang dilakukan dengan mewawancarai 9 perempuan yang pernah mengajukan cerai gugat. Kasus cerai gugat sangat menonjol di Dusun Gilang, umumnya penyebab terjadinya cerai gugat dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu, pendidikan masyarakat yang rendah, keadaan ekonomi, pertengkaran, perselingkuhan, dan kekerasan dalam rumah tangga.

  Penelitian ini menghasilkan temuan pelanggaran yang disebabkan ketidak- tahuan mereka pada dasar hukum syariat yang mengatur masa tenggang iddah, sedangkan faktor-faktor penyebab pelanggaran tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rata-rata hanya tamat SD sampai SLTP, kurangnya pengetahuan tentang hukum Islam dan hukum positif serta tokoh agama yang kurang berperan dalam membimbing masyarakat.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................

  NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii PERNNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... iii MOTTO............................................................................................................ iv PERSEMBAHAN ........................................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ...................................................................................................... ix Daftar isi ........................................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

  1 A. Latar belakang ........................................................................

  1 B. Rumusan masalah ..................................................................

  6 C. Tujuan penelitian ....................................................................

  7 D. Kegunaan penelitian ..............................................................

  7 E. Penegasan istilah ....................................................................

  8 F. Metode penelitian ..................................................................

  9 G. Telaah pustaka ........................................................................ 12 H.

  Sistematika penulisan ............................................................ 14

  BAB II LANDASAN TEORI CERAI GUGAT ATAU KHULU’ DAN MASA IDDAH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

  DAN KOMPILASI HUKUM

  ISLAM (KHI) DI INDONESIA ...............................................................................

  16 A. Cerai Gugat Atau Khulu’ Dalam Hukum Islam ..................... 16 1.

  Pengertian Khulu’ ........................................................... 16 2. Dasar Khulu’ ................................................................... 17 3. Rukun Khulu’ .................................................................. 22 4. Syarat Wanita Yang Mengajukan Cerai Gugat ............... 24 B. Iddah Dalam Hukum Islam .................................................... 24 1.

  Pengertian Iddah ............................................................. 25 2. Berdasarkan Sebab Perceraian ........................................ 28 3. Dasar Hukum Iddah ........................................................ 28 4. Pergantian Iddah ............................................................. 35 5. Tujuan Iddah ................................................................... 36 C.

  IDDAH MENURUT KHI ...................................................... 37 1.

  Dasar Hukum Iddah ........................................................ 37 2. Macam-macam Waktu Perhitungan dan Waktu Tunggu 38 D. HIKMAH IDDAH ................................................................. 44 BAB III HASIL PENELITIAN ................................................................

  46 A. Gambaran Umum Dusun Gilang Desa Tegaron Kec.

  Banyubiru ...............................................................................

  46 1. Kondisi Geografis ........................................................... 46 2.

  Kondisi Penduduk ........................................................... 47

  3. Kondisi ekonomi ............................................................. 48 4.

  Kondisi Sosial Keagamaan ............................................. 50 5. Kondisi Pendidikan ......................................................... 53 6. Sarana Prasarana umum .................................................. 55 B. Profil Pelaku Cerai Gugat dan Pelanggar Iddah di Dusun Gilang Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru .........................

  56 BAB IV ANALISIS PELANGGARAN MASA IDDAH DI MASYARAKAT MENURUT FIKIH .......................................

  75 A. Khulu’ Pada Kasus Perceraian di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru 76 ..................................................

  76 B. Iddah Pada Kasus Khulu’ di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru ......................................................................

  79 C. Analisis terhadap pelanggaran masa iddah ........................... 81 D.

  Iwadh Pada Kasus Khulu’ di Dusun Gilang, Desa Tegaron. .................................................................................

  85 BAB V PENUTUP ........................................................................................ 87 A.

  Kesimpulan ............................................................................... 87 B. Saran ......................................................................................... 88

  LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Sesuai dengan prinsip perkawinan, tujuan perkawinan adalah membentuk

  keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan saling melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadian untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan material. Perkawinan sangat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan.

  Pergaulan hidup berumah tangga dibina dalam suasana damai, tenteram dan rasa kasih sayang antara suami dan istri. Anak keturunan dari hasil perkawinan yang sah menghiasi kehidupan keluarga dan sekaligus merupakan kelangsungan hidup manusia secara bersih dan berkehormatan.

  Islam mengatur masalah perkawinan dengan sangat teliti dan terperinci, untuk membawa umat manusia hidup berkehormatan, sesuai kedudukan yang sangat mulia di tengah-tengah makhluk Allah yang lain. Hubungan manusia laki laki dan perempuan ditentukan atas rasa pengabdian kepada Allah sebagai sang Penciptanya dan kebaktian kepada manusia guna melangsungkan kehidupan jenisnya.

  Perkawinan dalam Islam tidak sematamata sebagai hubungan atau kontrak keperdataan biasa, akan tetapi ia mempunyai nialai ibadah. Maka amatlah tepat jika Kompilasi Hukum Islam menegaskan sebagai akad yang sangat kuat (mistaqon gholiidan). Firman Allah surat ar-Rum : 21

                        “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dand ijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir .

  

  Syekh Al-Azhar menegaskan bahwa akad nikah apabila telah dilaksanakan dengan rukun dan syarat nikah seperti diatur dalam syariat Islam, adalah sah, dan mempunyai pengaruh hukum, seperti pergaulan suami-istri, hak saling mewarisi dan keabsahan keturunannya (Anshary, 2010: 17).

  Melihat tujuan dari perkawinan yang sangat mulia, maka setiap orang senantiasa mendambakan suasana lingkungan yang kondusif, penuh kedamaian kesejukan dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan dimana ia berdomisili. Tetapi hal yang selalu terlupakan untuk menciptakan kondisi yang demikian adalah yang bagaimana menjaga dan melestarikan iklim tersebut agar tetap harmonis walau saat itu dirundung oleh berbagai riak-riak kehidupan.

  Tidak terkecuali dalam kehidupan berumahtangga, baik suami istri dan anak dituntut untuk menciptakan kondisi keluarga yang harmonis, sakinah, mawadah, warohmah. Untuk menciptakan kondisi yang demikian, tidak hanya berada dipundak sang istri sebagai ibu rumah tangga atau bersandar di pundak sang suami sebagai kepala rumah tangga semata, tetapi secara bersama-sama dan berkesinambungan membangun dan mempertahankan keutuhan perkawinan, karena perkawinan merupakan gerbang untuk membentuk keluarga bahagia. Hal ini telah dituangkan dalam Undang undang No 1 tahun 1974:

  “ perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

  

wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( rumah

tangga ) yang bahagia, kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa ”.

  Jika hak dan kewajiban suami istri dapat dilakukan secara makruf, dengan menyadari kelebihan dan kekurangan masing-masing, niscaya hubungan antara pasangan akan tetap terjaga dengan baik sehingga kelangsungannya dapat dicapai. Namun demikian, kehidupan perkawinan tidak selamanya berjalan harmonis. Riak riak kecil sebagai adanya tanda konflik setiap saat juga bisa muncul, pada kondisi-kondisi tertentu yang telah memaksa suami istri untuk bertengkar dan akhirnya sampai pada satu titik dimana keduanya tidak menemukan satu kata sepakat untuk mempertahankan rumah tangga. Kelangsungan yang semula menjadi tujuan hidup bersama menjadi terkoyak dan tidak mampu dipertahankan.

  Ketika konflik harus berlanjut, masing masing pihak tetap bersikeras pada pendiriannya untuk berpisah dan upaya upaya perdamain selalu gagal ditempuh.

  Maka perceraianpun tidak dapat dihindari sebagai jalan terakhir. Dalam keadaan seperti ini Islam berpesan agar bersabar dan sanggup menahan diri dan menasehati dengan obat penawar yang dapat menghilangkan sebab-sebab timbulnya rasa kebencian.

  Firman Allah : ( An- nisa’ : 19)

  

ُالله َمَعْجَئَّبًئْيَش إُْْ َرْكَح ٌَْا يَطَعَف ًًٍَُُّْْٕخِْْرَك ٌِْبَف,ِفُْٔرْعًَْنبِب ٍَُّْْٔ ُرِش بَعَٔ

اًرْيِثَكاًرْيَخ ِِّف “Dan pergaulilah mereka (istri-istri) dengan baik. Jika kamu benci kepada

mereka, boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal justru disitu Allah jadikan

banyak sekali kebaikan- Nya.”

  Kebencian itu terkadang semakin membesar, perpecahan semakin terjadi, penyelesaiannya semakin sulit, kesabaran menjadi hilang, dan lenyap ketenangan. Kasih sayang dan kemauan menunaikan kewajiban yang menjadi sendi-sendi kehidupan keluarga menjadi hilang, sehingga kehidupan suami istri akhirnya tak bisa berdamai lagi. Maka pada saat-saat seperti ini, islam membolehkan penyelesaiannya satu-satunya yang terpaksa harus ditempuh dengan jalan cerai. Jika kebencian adanya pada pihak suami maka tangannya terletak talak yang merupakan haknya. Jika kebencian adanya pada pihak istri maka Islam membolehkan dirinya dengan jalan Khulu

  ’ yaitu mengembalikan mahar kepada suaminya guna mengakhiri ikatan sebagai suami istri.

  Bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku baginya waktu tunggu atau masa iddah, kecuali apabila seorang istri dicerai suaminya sebelum ia berhubungan (qobla dukhul). Baik karena kematian, perceraian atau putusan pengadilan. Dalam Undang Undang No 1 Tahun 1974 dituangkan dalam pasal 11:

  (1) Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu.

  (2) Tenggang waktu tunggu tersebut ayat (1) akan diatur dalam peraturan pemerintah selanjutnya (Rofiq, 1998: 310).

  Firman Allah surat Al-Baqoroh : 228

  ء ُْٔرُق َتَثَهَث ٍَِِٓطُفََْبِب ٍَْظَب َرَخَي ُجَقَّهَطًُْنأَ

“Dan perempuan yang tertalak hendaklah dia menahan diri tiga kali quru‟”

  Sebagai mana telah dikemukakan diatas bahwa salah satu prinsip perkawinan Islam di Indonesia adalah mempersulit perceraian, maka perceraian hanya dapat dilaksanakan di hadapan sidang Pengadilan Agama. Oleh karena itu tenggang waktu tunggu dihitung sejak putusan pengadilan. Masa iddah sangatlah penting bagi perempuan selain untuk mengetahui keadaan rahim, demi menentukan hubungan nasab anak, mamberi alokasi waktu yang cukup untuk merenungkan tindakan perceraian.

  Di wilayah Dusun Gilang Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru Kabupaten semarang, ada beberapa perempuan yang mengajukan cerai gugat, disini peneliti mengambil sembilan sempel perempuan untuk di teliti. Mereka belum menyelesaikan masa iddah sudah dapat melaksanakan perkawinan dengan laki- laki lain, melihat pentingnya masa iddah bagi perempuan membuat peneliti tertarik untuk meneliti kasus tentang pelanggaran masa iddah di wilayah Kecamatan Banyubiru. Disini peneliti sangat tertarik dengan kasus yang terjadi di wilayah Kecamatan Banyubiru tentang “PELANGGARAN MASA IDDAH

  DI MASYARAKAT (Studi Kasus di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kecamatan Banyubiru).

B. Rumusan Masalah

  Problem studi penelitian ini adalah: 1.

  Bentuk pelanggaran masa iddah apa sajakah yang dilakukan oleh perempuan di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru?

  2. Faktor-faktor yang menyebabkan masa iddah tidak dilaksanakan dengan benar?

C. Tujuan Penelitian

  Setiap kegiatan penelitian tentu mempunyai arah dan tujuan tertentu, demikian pula halnya dalam menyusun skripsi ini berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai penulis diantaranya adalah: 1.

  Menmgetahui bentuk pelanggaran masa iddah yang dilakukan oleh perempuan yang mengajukan cerai gugat di Dusun Gilang.

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab pelanggaran masa iddah di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru.

D. Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan dari penelitian ini diantaranya adalah sebagi berikut: 1.

  Manfaat Teoritis Diharapkan dengan adanya penelitan ini dapat pengetahuan tentang kasus pelanggaran masa iddah di masyarakat. Selain itu penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri Salatiga (IAIN).

2. Manfaat Praktis

  Selain memberikan manfaat teoritis penelitian ini juga mempunyai manfaat praktis dan akademis. a.

  Sebagai sumbangan referensi kepada para pihak yang terkait yaitu tokoh masyarakat setempat, tokoh agama dalam menanggulangi pelanggar masa iddah.

  b.

  Penelitian ini dapat menjadi referensi berkaitan dengan masa iddah.

E. Penegasan Istilah

  Untuk memudahkan dalam memahami judul skripsi ini, serta untuk menghindari adanya kesalahan pemahaman dalam memahami judul. Adapun judul tersebut adalah tentang

  “ PELANGGARAN MASA IDDAH DI MASYARAKAT ( Studi Kasus di Dusun Gilang Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru ). Secara umum judul ini sangat mudah untuk dipahami. Apa dan

  bagaimana maksud yang terkandung didalamnya, namun karena sebab-sebab tertentu dan adanya penggunaan istilah dalam judul penelitian ini, bisa saja seorang mendapatkan kesulitan dalam pemahaman yang berbeda dengan yang dimaksud oleh penulis. Maka penelitian ini perlu memberikan penegasan seperlunya terhadap penelitian ini. Penegasan ini di harapkan mampu memberikan gambaran kerangka berfikir yang dapat memudahkan pembaca dalam memahami hasil penelitian ini.

  Menurut bahasa iddah adalah masa tunggu bagi wanita yang ditinggal mati atau bercerai dari suaminya untuk memungkinkan melakukan perkawinan lagi dengan laki-laki lain (Azhar, 1999: 94).

F. Metode penelitian

  Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif yang meliputi: 1.

  Jenis penelitian Penelitian ini juga termasuk dalam jenis penelitian lapangan

  (fieldresearch ) dalam pelaksanaannya menggunakan metode

  pendekatan kualitatif, yang umumnya menggunakan teknik multi metode yaitu, wawancara kepada responden, pengamatan, serta menelaah dokumen antara yang satu dengan yang lain yang saling melengkapi, memperkuat, dan saling menyempurnakan (Sukmadinata, 2005:108). Dengan demikian masalah ini diteliti menggunakan jenis penelitian lapangan untuk mendapatkan data-datanya melalui teknik wawancara kepada informan dan menelaah dokumen akta cerai dari para pelaku.

2. Sumber Data a.

  Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya melalui wawancara kepada pelaku pelanggaran masa iddah, guna memperoleh data yang sebanyak-banyaknya dari pelaku pelanggar masa iddah.

  b.

  Data sekunder Selain menggunakan refrensi utama, penulis juga menggunakan refrensi penunjang sebagai tambahan untuk memperjelas dalam melakukan penelitian ini diantaranya tokoh masyarakat setempat, buku refrensi yang memuat lebik spesifik mengenai masalah iddah, dan data yang terdapat disitus internet yang dijadikan sebagai pendukung.

3. Prosedur Pengumpulan Data

  Metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperlukan yaitu: a.

  Metode wawancara mendalam (depth interview) Dalam metode ini penulis menggunakan teknik interview guide yaitu, cara mengumpulkan data dengan menyampaikan secara langsung daftar pertanyaan yang disusun sebelumnya guna memperoleh jawaban langsung pula dari para responden (Koentjaraningrat, 1986: 136). Dalam metode wawancara ini yang di wawancarai langsung yaitu moden setempat dan pelaku yang melanggar iddah untuk mendapatkan data yang peneliti perlukan.

  b.

  Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah cara mengumpulan melalui pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip akta cerai dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Hardawi, 1990:133). Dokumen-dokumen yang diperlukan adalah akta cerai dari pelaku pelanggar iddah dan putusan dari pengadilan untuk mendapatkan data mengenai kronologi sebab cerai, tahun cerai dan tanggal cerai.

  c.

  Metode Observasi Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan langsung dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Sedangkan teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah datang langsung ke rumah pelaku pelanggaran iddah di Dusun Gilang, Desa Tegaron, Kec. Banyubiru. kegiatan pengamatan ini di gunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan oleh peneliti sebagai bahan penyusunan sripsi.

4. Analisis Data

  Setelah data yang terkait dan data yang dibutuhkan diperoleh, maka penulis akan menganalisa data tersebut untuk memecahkan atau menjelaskan masalah yang ditemukan. Sedangkan analisis yang digunakan penulis dalam pembahasan ini adalah data kualitatif dengan menggunakan metode berfikir induksi dan deduksi.

  a.

  Induksi yaitu, analisa dari data-data yang bersifat khusus, kemudian ditarik konklusinya yang dapat digeneralisasikan menjadi kesimpulan yang bersifat umum.

  b.

  Deduksi yaitu, analisa dari data-data yang bersifat umum, kemudian diambil kesimpulan yang bersifat khusus.

5. Pengecekan Keabsahan Data

  Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu memeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang lain (Moloeng, 2007: 330). Menurut Denzin (dalam moloeng, 2007: 330), membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber data, metode, penyidik, dan teori. Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kelakuan dan kejadian yang kemudian diambil kesimpulannya yang menghubungkan diantara keduanya.

G. Telaah Pustaka

  Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada penelitian yang mendekati dengan penelitian yang pernah dilakukan terlebih dahulu, dimaksud untuk memudahkan pembaca untuk membandingkan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti lain.

  Penelitian tentang iddah, yang sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Beberapa studi relevan diantaranya Fahmi (2013) dan Mardiono.

  Fahmi dengan Judul Skripsinya Penentuan Awal masa iddah menurut Fiqh

  

munakahat dan KHI. Penelitian ini meneliti tentang konsep iddah menurut Fiqh

  Munakahat dan KHI, penelitian ini mengkhususkan pada permasalahan penetapan penentuan awal masa iddah. Dalam permasalahan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan landasan berfikir yuridis empiris. Pengumpulan datanya dengan metode dokumentasi dengan mencari literature-literatur tentang masa iddah dan metode observasi dengan wawancara kepada hakim Pengadilan Agama dan Ketua KUA. Dari hasil penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa awal masa iddah dimulai sejak jatuhnya kata talak ini menurut Fiqh, sedangkan menurut KHI setelah penetapan perceraian oleh Hakim Pengadilan Agama, sedangkan oleh KUA menurut tanggal akta cerai.

1 Mardiono dalam penelitiannya dengan judul Tanggal Menjadi Janda.

  Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan, pertama aspek gramatikal adalah pengkajian permasalahan dengan cara menganlisis tatabahasa, jenis dan susunan kalimat yang digunakan dalam akta cerai. Yang kedua aspek format kata yaitu penelaahan permasalahan dengan cara menganalisa bentuk dan format kata.

  Dengan pendekatan ini akan diketahui kedudukan beberapa tanggal yang tercantum dalam berbgi bagian akta yang ketiga aspek yuridis formal adalah menganalisis suatu masalah dengan cara merujuk kembali kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada kesimpulan diterangkan bahwa iddah dihitung sejak tanggal keluarnya akta. 1

  

  Perbedaan kedua penelitian diatas dengan riset ini adalah, peneliti menitikberatkan pada pelaksanaan iddah cerai gugat yang dilakukan sebagian perempuan diwilayah Dusun Gilang yang pada kenyataannya terjadi pelanggaran masa iddah.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan pemahaman isi penelitian ini, maka sistematika pembahasan dibagi menjadi lima bab, diantaranya : Bab I: Pendahuluan memuat: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan.

  Bab II: Landasan Teori Cerai Gugat atau

  khulu‟ dan Masa Iddah Perspektif Hukum Islam dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia.

  Memuat: pengertian

  khulu‟, dasar Hukum khulu‟, rukun khulu‟, syarat khulu‟. pengertian iddah, sebab iddah, dasar hukum iddah, pergantian iddah, tujuan iddah dan hikmah iddah.

  Bab III: Memuat tentang laporan penelitian meliputi letak geografis, kondisi sosial keagamaan, gambaran penduduk Dusun gilang Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru, kehidupan beragama, profil perempuan yang tidak menerapkan iddah.

  Bab IV: Memuat tentang Analisa terhadap penetapan masa iddah cerai gugat serta penerapannya didalam masyarakat Kecamatan Banyubiru .

  Bab V: Memuat tentang Kesimpulan dan Saran yang diberikan kepada pihak- pihak yang terkait.

BAB II LANDASAN TEORI CERAI GUGAT ATAU KHULU’ DAN MASA IDDAH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) DI INDONESIA A. Cerai Gugat/ Khulu’ Dalam Hukum Islam 1. Pengertian khulu’ Pengertian

  khulu‟menurut bahasa, kata khulu‟ dibaca dhammah huruf kha yang bertitik dan sukun lam dari kata khila‟ dengan dibaca fathah

  artinya

  naza‟(mencabut), karena masing-masing dari suami istri mencabut

  pakaiannya yang lain seperti firman Allah dalam Al-Quran surat al-Baqoroh (2): 187.

           “mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka”.

  Titik temu persamaannya antara pakaian dan laki-laki serta perempuan masing-masing bertemu dengan pasangannya mengandung makna memeluk dan tidur bersama. Demikian juga selimut atau pakaian bertemu pada pemiliknya dan mengandung perlakuan yang sama. Sebagian pendapat mengatakan, sebab pernikahan masing-masing menutup teman pasangannya dari perbuatan yang jahat yang dibenci, sebagaimana pakaian menutup aurat. Pakaian dalam arti yang pertama menutupi secara materi, sedangkan makna kedua secara maknawi.

  Istilah

  Khulu‟ itu berasal dari kata “ khala‟a tsauba” yang artinya

  menanggalkan/ melepaskan pakaian. Sedang menurut istilah Fiqih, khulu ’ ialah tuntutan cerai yang diajukan oleh seorang istri dengan pembayaran ganti rugi dari padanya.

  Atau dengan kata lain “ istri memisahkan diri dari suaminya dengan ganti rugi kepadanya”.

  Khulu

  ’ dinamakan juga tebusan. Karena istri menebus dirinya dari suaminya dengan cara mengembalikan apa yang pernah diterima atau mahar kepada istrinya.

  Pengertian kh

  ulu‟ menurut syara’ adalah sebagai mana yang

  ditemukan Asy-Sarbini dan Al- Khatib adalah “pemisahan antara suami istri dengan penggantian yang dimaksud (iwadh) yang kembali kearah suami dengan lafal talak atau khulu‟ ( Azzam, 2009: 297).

2. Dasar khulu’

  Khul u‟ diperbolehkan jika ada sebab yang menuntut, seperti suami

  cacat fisik atau cacat sedikit pada fisik atau suami tidak dapat memenuhi hak istri atau wanita khawatir tidak dapat melaksanakan kewajiban hukum- hukum Allah, seperti persahabatan yang baik dan dalam segala pergaulan.

  Jika tidak ada sebab yang menuntut khulu‟ maka terlarang hukumnya. Dalam al-Quran Allah berfirman surat al-Baqarah (2): 229.

  

             

             

'

   

“ Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu

berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat

menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya

(suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada

dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk

menebus dirinya

  ”.

  Abu Bakar bin Abdullah Seorang Tabi’i menduga bahwa ayat diatas di nasakh dengan firman Allah Surat an-Nisa (4): 20.

  

         

   

Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain sedang

kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang

banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang

sedik itpun”.

  Maksudnya adalah menceraikan isteri yang tidak disenangi dan kawin dengan isteri yang baru. Sekalipun ia menceraikan isteri yang lama itu bukan tujuan untuk kawin, namun meminta kembali pemberian-pemberian itu tidak dibolehkan ( Azzam, 2009: 299). Dasar hukum dari al-Hadist, sebagaimana yang dikemukakan oleh al- Shon’ani, bahwa istri Tsabit bin Qais bin Syam mengadukan kepada dirinya sehubungan dengan suaminya, sebagai berikut:

  

ىِف َرْفُكْنا َُِرْك أ ٍِْكنَٔ ٍَْيِد َلأَ َبث ِّههن ا َل ُْٕض َرَبي

قُهُخ ىَف ِّْيَهَع ُبيِع َأ بي صْيَق ٍِْب ُجِب ِوَلاْض ِء ْلاا

  “Ya Rasulallah, terhadap Tsabit bin Qois saya tidak mencela tentang budi pekertinya dan Agamanya, namun saya membenci kekufuran (terhadap suami) dalam Islam”.

  Terhadap pengaduan Jamilah ini Rasulullah bersabda kepadanya:

  َُّخَقْي ِدَح ِّْيَهَع ٍَْي ِد َرُح َأ “Bersedialah engkau mengembalikan kepadanya (Tsabit) kebunya?

  ” jamilah menjawab: ya (bersedia)”.

  Lalu Rasulullah memanggil Tsabit, bersabda kepadanya:

  ًتَقْيِهْطَح َبْٓقِهَط َٔ ُتَقْي ِدَحْنَا ِمَبْقِأ “Terimalah kebun itu dan ceraikanlah dia (istrimu) dengan satu talaq”.

  Firman Allah dan Hadist Rasulullah tersebut menjadi disyariatkan

  

khulu‟dan syahnya terjadi khulu‟ antara suami istri (Departemen Agama,

1983: 252).

  Dalam hadist ini dinyatakan bahwa Tsabit suka memakai sifat kekafirannya, sedang istrinya baru masuk Islam. Lalu dia mengadukan kepada Rasulallah supaya diceraikan oleh Tsabit. Nama istrinya itu adalah Jamilah binti Abi Salul.

  Khulu‟ dibolehkan jika ada sebab syar’i.

  Para fuqoha berselesih pendapat tentang apakah untuk sahnya

  khulu‟

  istri harus nuyus atau tidak, menurut Zahir hadist, demikian pula golongan Zahiria dan penadapat Ibnu Mundzir, bahwa untuk sahnya

  khulu‟ haruslah istri nusyus.

  Menurut pendapat Al- Syafi’i, Abu Hanifah dan kebanyakan ahli ilmu fikih berpendapat bahwa

  khulu‟ itu sah dilakukan meski istri tidak dalam

  keadaan nusyus, dan

  khulu‟ itu sah dengan saling kerelaan antara suami dan istri (Ghozali, 2003: 223).

  Menurut Khattabi,

  khulu‟, adalah fasakh, bukan talak, dengan alasan

  jika talak, tentu terkehendak pada syarat-syarat talak, yakni perceraian datang dari pihak suami tanpa memandang istri rela atau tidak, dan jatuhnya talak dalam keadaan suci, sedang

  khulu‟ boleh dilakukan di sembarang

  waktu. Iddah

  khulu‟ hanya satu kali haid, sedangkan iddah talak tiga kali

  haid. Bila

  khulu‟ itu talak, tentu ada talak empat kali. Pendapat ini sesuai

  dengan madzhab Syafi’i yang mengatakan bahwa khulu‟ adalah fasakh bukan talak.

  Khulu‟ tidak boleh dirujuk, sebab perceraiannya sudah ba’in

  (putus). Jika suami akan menikahi bekas istrinya maka suami harus mengembalikan iwadh yang diberikan oleh istri kepada suami dan memperbarui akad nikah baru dengan rukun dan sarat sebagai lazimnya akad nikah baru (Mas’ud, 2007: 387).

  khulu ’ telah diatur dalam KHI dalam pasal 124 KHI dinyatakan bahwa

  khulu‟ harus berdasarkan atas alasan perceraian sesuai ketentuan

  pasal 116 yaitu: a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; b.

  Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2(dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya; c. Salah satu pihak mendapat hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; d.

  Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain; e.

  Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri; f. Antara suami dan istri terus menrus teradi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

  g.

  Suami melanggar taklik-talak; h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.

3. Rukun Khulu’

  Rukun

  khulu‟ ada lima, yaitu: a.

  Suami sah talaknya Syarat suami sah talaknya yaitu baligh, berakal, dan pilihan sendiri sebagaimana keterangan dalam talak.

  Khulu‟ tidak sah dari seorang suami yang masih kecil, suami gila, dan terpaksa.

  b.

Dokumen yang terkait

DOKTRINISASI MASYARAKAT ADAT BUTON DALAM KEMENANGAN PILKADES TAHUN 2004 (Studi Kasus di Desa Waeura Kec. Waplau Kab. Buru Prov. Maluku)

0 11 32

PERAN DESA DALAM MENGEMBANGKAN SEKTOR EKONOMI MASYARAKAT SAMIN (Studi di Dusun Jepang Desa Margomulyo, Kec. Margomulyo, Kab. Bojonegoro)

0 5 2

MAKNA BENCANA ALAM BAGI MASYARAKAT (Studi di Dusun Kedungrejo, Desa Sukomulyo, Kecamatan Pujon Kabupaten Malang)

3 25 29

i PENGARUH TERPAAN IKLAN SADAR PAJAK DI TELEVISI TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT MEMBAYAR PAJAK (Studi pada Masyarakat Dusun Tulungrejo Desa Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri)

0 3 19

PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT (Studi di Dusun Sekarbungoh Desa Polasareh Kec.Labang Kab.Bangkalan Madura)

0 21 22

Kata Kunci: Pragmatik, Sintaksis, Estetika bentang alam, Desa bendosari Abstract - Pragmatik Bentang Alam Pedesaan (Studi Kasus Dusun Bendosari, Kec. Pujon, Kab. Malang)

0 0 12

TOLERANSI DI MASYARAKAT PLURAL BERBASIS BUDAYA LOKAL (Studi Kasus di Desa Klepu Kec. Sooko Kab. Ponorogo)

0 0 9

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASIBELAJAR MEMBACA AL QUR’AN (Studi Kasus pada Santri TPQ Hidayatush Shibyan Desa Brabo Kec. Tanggungharjo Kab. Grobogan Tahun2006) - Test Repository

0 0 83

HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSABANDIYAH DENGAN PERILAKU IHSAN (Bagi Jamaah Sewelasan Dusun Sumber, Desa Timpik, Kec. Susukan, Kab. Semarang Tahun 2015) - Test Repository

0 0 99

STATUS DAN UPAYA HUKUM ISTERI TERHADAP PELANGGARAN TAKLIK TALAK OLEH SUAMI ( Studi Kasus di Dusun Kedopokan Desa Tlogopucang Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung Tahun 2013 ) - Test Repository

0 1 126