PENETAPAN KADAR CAMPURAN HIDROKORTISON ASETAT DAN KLORAMFENIKOL DALAM SEDIAAN KRIM TOPIKAL MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK SKRIPSI

PENETAPAN KADAR CAMPURAN HIDROKORTISON ASETAT DAN KLORAMFENIKOL DALAM SEDIAAN KRIM TOPIKAL MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Octavianus Tri Harjanto NIM: 068114055

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  Skripsi berjudul

  

PENETAPAN KADAR CAMPURAN HIDROKORTISON ASETAT DAN

KLORAMFENIKOL DALAM SEDIAAN KRIM TOPIKAL

MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA

TINGGI FASE TERBALIK

  Oleh : Octavianus Tri Harjanto

  NIM : 068114055 Telah disetujui oleh

  Pembimbing Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. tanggal……………...

  Pengesahan Skripsi Berjudul

PENETAPAN KADAR CAMPURAN HIDROKORTISON ASETAT DAN KLORAMFENIKOL DALAM SEDIAAN KRIM TOPIKAL MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

  Oleh : Octavianus Tri Harjanto

  NIM : 068114055 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

  Pada tanggal : Mengetahui

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

  Dekan Rita Suhadi,M.Si.,Apt.

  Pembimbing : Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt.

  Panitia Penguji : 1. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt.

  2. Christine Patramurti, M.Si., Apt.

  3. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt.

  

Our Father which art in heaven,

Hollowed be the name,

Thy Kingdom come,

Thy will be done in earth,as it is in heaven,

  

Give us this day our daily bread,

And forgive us our debts,

As we forgive our debtors,

And lead us not into temptation,

  

But deliver us from evil;

For thine is The Kingdom,

And The Power,

And The Glory,Forever.

  

Amen.

  Kupersembahkan karyaku ini kepada:

Bapak, Ibu, Mas Sigit, dan Mas Budi yang selalu menyayangi dan

mendoakanku Nalu yang senantiasa menyemangatiku Sahabat-sahabatku yang kusayangi, untuk setiap kebersamaan, duka, dan keceriaan yang boleh kita lalui Almamaterku yang kuhormati

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Octavianus Tri Harjanto Nomor Mahasiswa : 068114055

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Penetapan Kadar Campuran Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

Dalam Sediaan Krim Topikal Menggunakan Metode Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi Fase Terbalik

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 9 Januari 2009 Yang menyatakan ( Octavianus Tri Harjanto )

  

PRAKATA

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan rahmat-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Campuran Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Dalam Sediaan Krim Topikal Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, pengarahan, dorongan, saran, maupun sarana. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

  1. Rita Suhadi,M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. selaku dosen Pembimbing dan dosen penguji yang telah banyak memberikan pengarahan dan dukungan selama proses penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

  3. Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas segala masukan, kritik, dan sarannya.

  4. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas segala masukan, kritik, dan sarannya.

  5. Kedua orangtuaku dan kedua kakakku, yang telah membantu dalam doa dan mengasihiku selalu.

  6. Seluruh staf Laboratorium Kimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Mas Bimo, Mas Kunto, Pak Parlan, dan Pak Timbul yang telah menemani dan membantu selama penelitian.

  7. Henny, teman seperjuanganku, terima kasih telah menjadi partner skripsiku.

  8. Teman-teman FST angkatan ‘06, Cui, Dimon, Jimbonk, Ange, Joice, Lulu, Micell, Mitha, Nyakpeng, Shinta, Ulan dan Yola untuk semua kerja sama, kebersamaan, kekompakan, dan keceriaan yang selalu mewarnai hari-hari kuliah kita.

  9. Boim, Pungki, Rudex, Teteng, Tomplink, Tony, Jati, Nug, Zie terima kasih kalian telah mengisi hari-hariku dengan kegilaan yang tak terbayangkan.

  You’re all crazy!I won’t forget you guys!

  10. Keluarga besarku di Depok, Jogja, Ciganjur, Bogor, Pondok Labu, Cipulir, dan Solo, terima kasih atas doa restunya.

  11. Keluarga Rajawali, Mas Doel, Leski, Jon, Mas Ari, dan Pras. Terima kasih telah menjadi keluarga yang hangat di kos.

  12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dalam penyusunannya, untuk itu semua saran dan kritik yang dapat membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam bidang kimia analisis instrumental, khususnya analisis sediaan krim dengan instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, serta bagi seluruh pembaca.

  Penulis

  

INTISARI

  Krim topikal campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol berfungsi sebagai antiinflamasi dan antibiotik. Kedua zat aktif ini memiliki kecenderungan untuk mengalami degradasi selama penyimpanan sehingga penetapan kadar kedua zat aktif tersebut menjadi suatu pertimbangan. Hal lainnya yang menjadi suatu pemikiran adalah apakah kadar yang tertera di kemasan adalah benar suatu kadar yang telah ditetapkan melalui suatu metode yang tervalidasi sesuai dengan standar analisis. Oleh sebab itu, dibutuhkan penetapan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam krim topikal dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dengan tujuan untuk mengetahui kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol.

  Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian noneksperimental deskriptif. Tahap pendahuluan dalam penelitian ini adalah mengubah bentuk krim menjadi bentuk cair serta merusak sistem emulsinya untuk mendapatkan hidrokortison asetat dan kloramfenikol sehingga dapat ditetapkan kadarnya. Selanjutnya, hidrokortison asetat dan kloramfenikol dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik dengan fase diam kolom

  Kromasil 100-5 C 18 (panjang kolom 25 cm dan internal diameter 4,6 mm), ukuran

  partikel 5 m; komposisi fase gerak metanol : aquabidest (65:35) dan kecepatan alir 1,2 ml/menit, serta detektor UV 255 nm yang telah divalidasi.

  Berdasarkan analisis hasil yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa sampel krim merk “X” yang digunakan pada penelitian ini mengandung hidrokortison asetat dan kloramfenikol dengan kadar rata-rata sebagai berikut:

  b b 2,50% / untuk hidrokortison asetat dan 2,31% / untuk kloramfenikol. b b

  

Kata kunci: Krim topikal, Hidrokortison asetat, Kloramfenikol, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

fase terbalik

  

ABSTRACT

  Topical cream is one of kind of dosage forms that had been widely used by people. Topical cream of hydrocortisone acetate and chloramphenicol used as antiinflammatory agent and antibiotics. Both of those active pharmaceutical ingredients have a tendency to undergo a degradation that going through with time, thus determination of hydrocortisone acetate and chloramphenicol in topical cream sample became essential and worthy. Another objective of this study was to test the correctness of the concentration that marked in the package, which ideally the determination method should stick to standard reference of analysis.

  This study is a non experimental descriptive. The principle of this study is to change the cream into a liquid form and also to break the emulsion system in order to determinate hydrocortisone acetate and chloramphenicol concentration in topical cream. Optimization method consists of scanning the maximum wavelength and making curve of standard. Next, hydrocortisone acetate and chloramphenicol analysed quantatively with reversed phase High Performance Liquid Chromatography method, using Kromasil 100-5 C

  18 250 x 4,6 mm, 5 m

  column, as stationary phase and solution of methanol:aquabidest (65:35) as mobile phase; flow rate 1,2 ml/minute; and UV detector at 255 nm.

  From the analysis result on significant level of 95%, it was found that the sample cream “X” labeled which were studied contain hydrocortisone acetate and

  b

  chloramphenicol with concentration average were as follow, 2,50% / b for

  b hydrocortisone acetate and 2,31% / b for chloramphenicol.

  

Key words: Topical cream, Hydrocortison acetate, Chloramphenicol, reversed phase High

Pressure Liquid Chromatography

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 12 November 2009 Penulis

  Octavianus Tri Harjanto

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................. v PRAKATA..................................................................................................... vi

  INTISARI....................................................................................................... ix

  

ABSTRACT ..................................................................................................... x

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................ xi DAFTAR ISI................................................................................................. xii DAFTAR TABEL......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

  1 A. Latar Belakang..................................................................................

  1 B. Permasalahan....................................................................................

  3 C. Keaslian Penelitian............................................................................

  3 D. Manfaat Penelitian............................................................................

  4 E. Tujuan Penelitian...............................................................................

  4 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................

  5 A. Krim..................................................................................................

  5

  B. Hidrokortison Asetat.........................................................................

  6 C. Kloramfenikol...................................................................................

  6 D. Penelitian-penelitian Terdahulu Tentang Hidrokortison dan Kloramfenikol.................................................................................. 7 E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.....................................................

  9 1. Definisi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi..............................

  9 2. Kromatografi Partisi.................................................................

  10 3. Kromatografi Partisi Fase Terbalik..........................................

  11 4. Detektor....................................................................................

  11 5. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif............................................

  12 F. Kesahihan Metode Analisis Instrumental..........................................

  12 1. Akurasi......................................................................................

  12 2. Presisi........................................................................................

  13 3. Linieritas...................................................................................

  13 G. Landasan Teori.................................................................................

  13 H. Hipotesis...........................................................................................

  14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................

  16 A. Jenis dan Rancangan Penelitian........................................................

  16 B. Variabel dan Definisi Operasional....................................................

  16 1. Klasifikasi Variabel..................................................................

  a. Variabel Bebas....................................................................

  16 b. Variabel Tergantung...........................................................

  16 c. Variabel Pengacau Terkendali............................................

  16

  2. Definisi Operasional.................................................................

  16 C. Bahan-bahan Penelitian.....................................................................

  17 D. Alat-alat Penelitian...........................................................................

  17 E. Tata Cara Penelitian..........................................................................

  1. Pemilihan Sampel.....................................................................

  18

  2. Pembuatan Larutan Baku Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol............................................................................ 18 a. Pembuatan Larutan Baku Induk Hidrokortison Asetat....

  18 b. Pembuatan Larutan Baku Induk Kloramfenikol..............

  19 3. Pembuatan Fase Gerak.............................................................

  19

  4. Pembuatan Seri Larutan Baku Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol............................................................................ 19 5. Pembuatan Larutan Sampel......................................................

  20 6. Penetapan Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol.....

  20 F. Analisis Hasil.....................................................................................

  21 1. Gambaran Tentang Penelitian...................................................

  21

  2. Jenis Statistika dan Uji Statistik yang Dipakai a. Jenis Statistika.................................................................

  22 b. Uji statistik.......................................................................

  22 3. Analisis Yang Dilakukan Dalam Penelitian Ini........................

  22 a. Analisis kuantitatif.........................................................

  22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................

  23 A. Pemilihan Sampel.............................................................................

  23

  B. Pembuatan Kurva Baku Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol..

  24 C. Penyiapan Sampel.............................................................................

  32 D. Penentuan Recovery, Kesalahan Acak, dan Kesalahan Sistematik..

  34 E. Penetapan Kadar Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol..............

  35 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................

  42 A. Kesimpulan.......................................................................................

  42 B. Saran..................................................................................................

  42 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

  43 LAMPIRAN................................................................................................... 47 BIOGRAFI PENULIS....................................................................................

  81

  DAFTAR TABEL Tabel I Kurva baku hidrokortison asetat (AUC)..................................

  25 Tabel II Kurva baku kloramfenikol (AUC) .......................................... 26 Tabel III Kurva baku hidrokortison asetat (Height) ...............................

  26 Tabel IV Kurva baku kloramfenikol (Height) ........................................ 27 Tabel V Kadar hidrokortison asetat vs AUC/15000...............................

  28 Tabel VI Kadar hidrokortison asetat vs peak Height/1500...................... 29 Tabel VII Kadar kloramfenikol vs AUC/10000........................................

  30 Tabel VIII Kadar kloramfenikol vs peak Height/1000............................... 31 Tabel IX Nilai recovery pada pengukuran hidrokortison asetat.............. 34 Tabel X Nilai recovery pada pengukuran kloramfenikol....................... 34 Tabel

  XI Hasil penetapan kadar hidrokortison asetat berdasarkan parameter peak Height.............................................................

  39 Tabel XII Hasil penetapan kadar kloramfenikol berdasarkan parameter

  peak Height .............................................................................. 40

  Tabel

  XIII Hasil penetapan kadar hidrokortison asetat berdasarkan parameter AUC........................................................................

  51 Tabel XIV Hasil penetapan kadar kloramfenikol berdasarkan parameter AUC.......................................................................................... 52

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Rumus struktur hidrokortison asetat........................................

  6 Gambar 2. Rumus struktur kloramfenikol.................................................

  7 Gambar 3. Instrumentasi KCKT................................................................

  9 Gambar 4. Skema mekanisme pemisahan dalam kromatografi partisi...... 10 Gambar 5. Kurva hubungan antara konsentrasi hidrokortison asetat vs

  AUC/15000.............................................................................. 29 Gambar 6. Kurva hubungan antara konsentrasi hidrokortison asetat vs

  peak Height /1500..................................................................... 30

  Gambar

  7. Kurva hubungan antara konsentrasi kloramfenikol vs AUC/10000............................................................................... 31

  Gambar 8. Kurva hubungan antar konsentrasi kloramfenikol vs peak

  Height /1000.............................................................................. 32

  Gambar 9. Kromatogram baku hidrokortison asetat dan kloramfenikol........................................................................... 37 Gambar 10. Kromatogram sampel V Replikasi III......................................

  37

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Penimbangan sampel............................................................. 47 Lampiran 2. Contoh perhitungan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol serta perhitungan kadar sampel Spiking dengan berdasarkan parameter AUC.....................................

  49 Lampiran 3. Contoh perhitungan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol serta perhitungan kadar sampel Spiking dengan berdasarkan parameter peak Height.......................... 53

  Lampiran 4. Perhitungan nilai recovery hidrokortison asetat dan kloramfenikol berdasarkan parameter AUC......................... 56 Lampiran 5. Perhitungan nilai recovery hidrokortison asetat dan kloramfenikol berdasarkan parameter peak Height.............. 59 Lampiran 6. Kromatogram sampel............................................................ 62 Lampiran 7. Lembar spefisikasi kolom.....................................................

  77 Lampiran 8. Sertifikat Analisis Working Standard................................... 79

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, terdapat berbagai macam bentuk sediaan farmasetikal yang

  beredar di pasaran. Salah satunya adalah sediaan krim topikal. Sering dijumpai adanya pengkombinasian antara beberapa zat aktif dalam sediaan krim topikal.

  Penggunaan kombinasi zat aktif bertujuan untuk mencapai efek terapi yang lebih baik (Raffa, 2006). Kombinasi zat aktif yang diterapkan pada sediaan krim topikal ini adalah kloramfenikol basa dan hidrokortison asetat.

  Kloramfenikol adalah antibiotik spektrum lebar untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Botoglou dan Fletouris, 2001).

  Mekanisme kerjanya adalah menghambat sintesis protein sel mikroba (Anonim, 2006a). Hidrokortison asetat digunakan sebagai agen antiinflamasi (Hájková et al ., 2003).

  Pada kemasan sampel tertera bahwa kadar kloramfenikol adalah 2,0%, sedangkan kadar hidrokortison asetat adalah 2,5%. Walaupun demikian, sediaan krim topikal ini memiliki masalah pada stabilitas zat aktifnya yakni hidrokortison asetat dan kloramfenikol. Beberapa produk degradasi, baik hidrokortison asetat maupun kloramfenikol bisa timbul pada penyimpanan jangka panjang. Dua produk degradasi yang sering timbul dari hidrokortison asetat, yakni hidrokortison dan kortison asetat (Hájková et al., 2003). Sama halnya dengan kloramfenikol, dalam penyimpanannya kloramfenikol dapat terdegradasi membentuk produk-produk ijnenburg, 1983). Degradasi tersebut dikhawatirkan akan mengurangi kadar kloramfenikol dan hidrokortison asetat yang ada dalam sediaan, oleh sebab itu dibutuhkan suatu metode yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol sebagai upaya pengawasan kualitas sediaan krim yang diuji.

  Alasan lain dilakukan penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan hasil validasi metode penetapan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam sediaan krim topikal yang telah dilakukan oleh Puspitasari (2009) sebab penelitian ini merupakan upaya bersama dan berkesinambungan dari penelitian Puspitasari (2009).

  Sejauh pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan suatu penetapan kadar kloramfenikol dan hidrokortison asetat secara simultan dalam sediaan krim topikal yang terjamin validitasnya, sehingga penulis melakukan penelitian bersama dengan penelitian Puspitasari (2009) mengenai optimasi pemisahan campuran kloramfenikol dan hidrokortison asetat secara simultan dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik. Pada penelitian ini akan diuji apakah metode KCKT fase terbalik yang telah memiliki validitas yang baik dapat digunakan untuk penetapan kadar kloramfenikol dan hidrokortison asetat. Penelitian yang dilakukan penulis merupakan upaya bersama dan kesinambungan dari penelitian Puspitasari (2009). Produk obat yang digunakan adalah krim topikal.

B. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan sebagai berikut:

  1. Apakah metode KCKT fase terbalik yang telah tervalidasi dapat digunakan untuk penetapan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam krim topikal?

  2. Apakah kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam krim topikal merk “X” sesuai dengan persyaratan dalam Farmakope Indonesia edisi IV tentang rentang kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam krim topikal?

C. Keaslian Penelitian

  Penetapan kadar hidrokortison asetat dan degradasinya serta metil paraben dan propil paraben secara simultan dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pernah dilakukan oleh Hájková et al. (2003). Penetapan kadar hidrokortison asetat, hidrokortison alkohol, metil paraben dan propil paraben dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik pernah dilakukan oleh Chauhan dan Coway (2005). Penetapan kadar hidrokortison dan kloramfenikol dalam sediaan tetes telinga dengan metode KCKT fase terbalik juga pernah dilakukan oleh Li X (1998). Penetapan kadar kloramfenikol dan produk degradasinya pernah dilakukan oleh Boer dan Pijnenburg (1983) dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik.

  Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian sebelumnya tentang KCKT fase hidrokortison asetat dan kloramfenikol secara simultan dalam sediaan krim topikal dengan metode KCKT fase terbalik belum pernah dilakukan. Penelitian yang dilakukan penulis merupakan upaya bersama dan kesinambungan dari penelitian Puspitasari (2009), mengenai optimasi pemisahan campuran kloramfenikol dan hidrokortison asetat dalam sediaan krim topikal dengan metode KCKT fase terbalik.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

  1. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kualitas sediaan krim topikal tersebut sehubungan dengan klaim kadar yang diberikan produsen.

  2. Manfaat Metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan prosedur penggunaan metode KCKT fase terbalik dalam penetapan kadar kloramfenikol dan hidrokortison asetat dalam krim topikal.

E. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Menetapkan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol yang terkandung dalam krim topikal merk “X” menggunakan metode yang telah tervalidasi.

  2. Mengetahui kesesuaian kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam krim topikal merk ‘X” tersebut dengan persyaratan dalam Farmakope Indonesia edisi IV tentang rentang kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam krim

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

  bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Anonim, 1995). Ada tiga unsur utama penyusun formulasi krim, yaitu bahan-bahan larut air, bahan-bahan tak larut air, dan emulgator (Davis, 1997). Krim memiliki 2 tipe, yaitu krim tipe air-minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi , umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionic (eter, alkohol sulfat, alkil sulfat, dan sulfosuccinates), kationik (quaternary

  

ammonium compounds) dan nonionik (lanolin, polysorbate, sorbitan ester,

  polyoxyehilated (POE) alkyl phenols, dsb). Krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, cholesterol, dan cera. Krim tipe M/A digunakan sabun monovalen seperti: triethanolamin stearat, natrium stearat, kalium stearat. Zat antioksidan dan zat pengawet ditambahkan untuk penstabil krim. Zat pengawet yang sering digunakan adalah nipagin 0,12-0,18% atau nipasol 0,02- 0,05% (Anief, M., 2003).

  Stabilitas krim rusak, terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain (Anonim, 1979) atau jika terdapat pemberian energi bebas berlebih, utamanya melalui sentrifugasi atau ultrasonifikasi (Tadros, 2005).

B. Hidrokortison Asetat

  Hidrokortison asetat , rumus struktur dapat dilihat pada Gambar 1, adalah suatu senyawa antiradang dari golongan kortikosteroid yang sangat efektif untuk obat kulit. Pada penyakit kulit yang disebabkan oleh alergi, krim hidrokortison asetat akan segera memberi efek berkurangnya radang, rasa gatal dan sakit (Anonim, 2009a). HO HO O O O O

H H

H

  Gambar 1. Rumus struktur hidrokortison asetat

  Hidrokortison asetat mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C H O , dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Serbuk

  23

  32

  6

  hablur putih hingga praktis putih, tidak berbau. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam metanol memberikan  maksimum lebih kurang 242 nm (Anonim, 1995). Satu milligram hidrokortison asetat dapat larut dalam 100 ml air dan 3,9 mg dapat larut dalam 1ml metanol (Anonim, 1989). Stabilitas hidrokortison asetat dapat terganggu dengan adanya paparan terhadap lembab, asam kuat, dan basa kuat (Anonim, 2009b).

C. Kloramfenikol

  Kloramfenikol , rumus struktur dapat dilihat pada Gambar 2, adalah senyawa antimikroba yang bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman (Anonim, 2009c).

  Gambar 2. Rumus struktur kloramfenikol

  Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,9 % dan tidak lebih dari 103,0 % C

  11 H

  12 Cl

  2 N

  2 O 5 . Serbuk hablur halus berbentuk jarum atau lempeng

  memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus P, stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam (Anonim, 1995). Serapan-1cm larutan 0,002 % b/v dalam air pada 278 nm adalah 0,58 sampai 0,61 (Anonim, 1979). Kloramfenikol sangat larut dalam metanol dan setiap 2,5 mg kloramfenikol larut dalam 1 ml air (Anonim, 1989). Untuk menjaga

  o

  stabilitas kloramfenikol, penyimpanan diatur pada suhu 2-8 C sebab

  o kloramfenikol terdekomposisi pada suhu 150 C (Anonim, 2009d).

D. Penelitian-penelitian Terdahulu Tentang Hidrokortison &

  

Kloramfenikol

  Penetapan kadar kloramfenikol dan produk degradasinya pernah dilakukan oleh Boer dan Pijnenburg (1983) dengan menggunakan metode KCKT fase gerak berupa larutan asam borat:asetonitril (60:45 v/v), dan diatur pada pH 3. Penetapan kadar hidrokortison dan kloramfenikol dalam sediaan tetes telinga dengan metode KCKT fase terbalik pernah dilakukan oleh Li X (1998).

  Pada tahun 2006, dilakukan penetapan kadar kloramfenikol dalam madu oleh Pan et al. (2006) dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

  Pada metode penetapan kadar tersebut digunakan suatu kolom C18, serta fase gerak berupa larutan metanol:0.2% larutan ammonium asetat (45:55 v/v).

  Penetapan kadar hidrokortison asetat dan degradasinya serta metil paraben dan propil paraben secara simultan pada krim topikal dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pernah dilakukan oleh Hájková et al. (2003). Fase diam yang digunakan pada metode tersebut adalah kolom SUPELCO Discovery C18 125 x 4 mm, 5 m, sedangkan sebagai fase gerak digunakan campuran metanol:asetonitril:air (15:27:58,v/v/v), dengan waktu analisis kurang dari 13 menit.

  Pada tahun 2005, penetapan kadar hidrokortison asetat, hidrokortison alkohol, metil paraben dan propil paraben pada sediaan suspensi dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik dilakukan oleh Chauhan dan Coway (2005). Fase diam yang digunakan adalah kolom Zorbax SB-Phenyl dan sebagai fase gerak digunakan campuran metanol-air dengan sistem isokratik, dan waktu analisis yang dibutuhkan kurang dari 15 menit dengan detektor UV yang diatur pada  254 nm.

  Penetapan kadar kortikosteroid, termasuk hidrokortison, pada sediaan spektrofotometri. Pada metode tersebut dilakukan oksidasi kortikosteroid oleh besi (III) dan selanjutnya kompleksasi besi (II) dengan potassium heksasianoferrat (III), membentuk kompleks hijau kebiruan dengan  maksimum 780 nm.

E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

1. Definisi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

  Kromatografi adalah istilah umum untuk berbagai cara penetapan pemisahan berdasarkan partisi zat cair antara fase yang bergerak dapat berupa gas atau zat cair, dan fase diam dapat berupa zat cair atau zat padat (Johnson dan Stevenson, 1978). Metode KCKT adalah metode kromatografi yang fase geraknya dialirkan cepat dengan bantuan tekanan dari pompa dan hasilnya dideteksi dengan detektor (Gritter et al., 1985). Instrumen KCKT dapat dilihat pada Gambar 3 di halaman selanjutnya.

  

Gambar 3. Instrumen KCKT (Kazakevich and Mc.Nair, 1996).

2. Kromatografi Partisi

  

Ada dua macam tipe kromatografi partisi yang telah ditemukan yaitu

  kromatografi fase normal dan kromatografi fase terbalik. Pada awalnya, kromatografi cair menggunakan fase diam yang bersifat sangat polar seperti trietilen glikol atau air, sedang fase geraknya bersifat kurang polar, biasanya digunakan heksana atau isopropil eter. Sekarang tipe ini disebut sebagai kromatografi fase normal. Pada kromatografi fase terbalik, fase diamnya bersifat nonpolar, biasanya digunakan hidrokarbon dan fase geraknya relatif bersifat polar, seperti air, metanol, atau asetonitril. Pada kromatografi fase normal, komponen yang memiliki kepolaran paling kecil akan terelusi pertama, sedang pada kromatografi fase terbalik, komponen paling polar yang akan terelusi terlebih dahulu (Skoog et al., 1994).

  

Gambar 4. Skema mekanisme pemisahan dalam kromatografi partisi (Munson, 1984).

  Seperti terlihat pada Gambar 4, pada fase normal sampel polar (digambar ) akan berikatan dengan fase diam dan tertambat lebih lama dibanding senyawa non polar (digambar ). Pada kromatografi fase terbalik, terjadi sebaliknya (Munson,

  3. Kromatografi Partisi Fase Terbalik

  Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode kromatografi partisi fase terbalik adalah: a. Kolom. Kolom yang digunakan pada jenis kromatografi ini ialah kemasan fase terikat. Fase diam yang biasa digunakan pada kromatografi partisi fase terbalik adalah oktadesilsilan (ODS) (Munson, 1984).

  b. Fase gerak. Fase gerak pada KCKT sangat berpengaruh pada tambatan sampel dan pemisahan komponen dalam campuran. Pada fase terbalik, kandungan utama fase geraknya adalah air (Munson, 1984).

  4. Detektor

  Detektor yang baik hendaknya memiliki kepekaan tinggi, rentang respon liniernya lebar, tidak dipengaruhi perubahan suhu dan aliran, memberikan hasil dengan keterulangan yang baik. Secara umum, detektor dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: a. Bulk property detectors. Detektor jenis ini merupakan detektor yang mengukur perubahan sifat fisik fase gerak dan solut. Detektor tipe ini cenderung relatif tidak sensitif dan menghendaki suhu yang terkendali. Contoh detektor jenis ini yaitu detektor indeks bias.

  b. Solute property detectors. Detektor jenis merupakan detektor yang hanya mengukur sifat fisik solut. Detektor tipe ini 1000 kali lebih sensitif dan mampu jenis ini yaitu detektor fluoresensi, detektor penyerapan (UV-Vis), dan detektor elektrokimia (Munson, 1984).

5. Analisis Kualitatif dan Analisis Kuantitatif

  Waktu tambat atau waktu retensi adalah selang waktu yang diperlukan oleh linarut (solut) mulai saat injeksi sampai keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh detektor dan dinyatakan sebagai t R (Mulja dan Suharman, 1995).

  Resolusi (Rs) didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak dibagi dengan rata-rata lebar dasar puncak. Resolusi dikatakan baik apabila nilai RS ≥ 1,5 yang berarti pemisahan telah mencapai 99,7% (Sastrohamidjojo, 2002).

  Analisis kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi senyawa murni dan waktu retensi senyawa yang dimaksud dalam sampel. Respon yang diperoleh baik berupa tinggi peak maupun luas area peak dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Noegrohati, 1994).

F. Kesahihan Metode Analisis Instrumental

  Parameter-parameter yang digunakan sebagai pedoman kesahihan metode analisis antara lain:

1. Akurasi

  Akurasi adalah suatu ukuran kedekatan nilai hasil percobaan dengan nilai yang sesungguhnya. Akurasi suatu metode biasanya dinyatakan dengan persen

  

recovery (Anonim, 2005). Akurasi untuk bahan obat dengan kadar kecil biasanya

  disepakati 90-110%, akurasi untuk kadar obat yang lebih besar biasanya disepakati 95-105%, akurasi untuk bahan baku biasanya disepakati 98-102% sedangkan untuk bioanalisis rentang akurasi 80-120% masih bisa diterima (Mulja dan Hanwar, 2003).

  2. Presisi

  Presisi adalah suatu ukuran kedekatan nilai data satu dengan data lainnya dalam suatu pengukuran pada kondisi analisis yang sama. Presisi seringkali diukur sebagai persen Relative Standard Deviation (RSD) atau Coefficient of Variation (CV) untuk sejumlah sampel yang berbeda bermakna secara statistik. Kriteria presisi diberikan jika metode memberikan nilai CV < 2,8% untuk kadar analit 1- 10%. (Harmita, 2004).

  3. Linieritas

  Linieritas suatu metode analitik adalah kemampuannya untuk memperoleh hasil uji yang proporsional dengan konsentrasi analit pada sampel yang dinyatakan dengan koefisien korelasi (r). Linieritas yang baik ialah nilai r yang lebih besar dari 0,999 (Snyder et al., 1997).

G. Landasan Teori

  Berdasarkan penelusuran pustaka terhadap penelitian-penelitian sebelumnya terkait dengan KCKT fase terbalik, maka dapat dikatakan bahwa KCKT mempunyai daya pisah yang tinggi yang bisa memisahkan hidrokortison asetat dan kloramfenikol dari komponen-komponen lain yang terkandung dalam sampel krim topikal, sehingga tidak dibutuhkan proses isolasi terlebih dahulu. Kondisi pemisahan hidrokortison asetat dan kloramfenikol bisa diperoleh dengan melakukan optimasi fase gerak dan kecepatan alir fase gerak. Kedua hal tersebut telah dilakukan pada penelitian Puspitasari (2009). Hasil pemisahan (terjadi dalam kolom KCKT) tersebut akan dideteksi oleh detektor UV yang diatur pada 

  overlapping antara hidrokortison asetat dan kloramfenikol.

  Stabilitas krim dapat dirusak melalui suatu pemberian energi bebas berlebih, yakni melalui sentrifugasi. Melalui sentrifugasi, krim terpisah menjadi 2 bagian, yakni larutan dan padatan. Hidrokortison asetat dan kloramfenikol yang berada pada fase luar krim topikal dapat langsung diekstraksi dengan metanol karena kelarutannya yang besar dalam metanol.

  Validasi metode yang dilakukan oleh Puspitasari (2009) dan penetapan kadar yang dilakukan oleh penulis mengacu pada referensi standar analisis, yang selanjutnya akan dibandingkan antara kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol hasil penelitian laboratorium dengan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol yang dicantumkan pabrik produsen sampel merk “X”.

H. Hipotesis

  Berdasarkan landasan teori di atas, dapat disusun suatu hipotesis sebagai berikut:

  1. Metode KCKT fase terbalik yang telah tervalidasi dapat digunakan untuk penetapan kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam krim topikal.

  2. Berdasarkan hasil validasi metode yang dilakukan Puspitasari (2009) dan penetapan kadar oleh penulis, diperoleh kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam krim topikal yang sesuai dengan persyaratan dalam

  Farmakope Indonesia edisi IV tentang kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam krim topikal.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian noneksperimental dengan

  rancangan penelitian deskriptif. Rancangan penelitian bersifat dekskriptif sebab penelitian ini hanya mendeskripsikan keadaan yang ada, dan merupakan jenis penelitian noneksperimental karena tidak dilakukan manipulasi terhadap subjek uji, yaitu krim topikal campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol.

B. Variabel dan Definisi Operasional

  1. Klasifikasi variabel

  a. Variabel Bebas. Sediaan krim topikal campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol merk “X”.

  b. Variabel Tergantung. Kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam krim topikal.

  c. Variabel Pengacau Terkendali. Pengotor-pengotor sistem KCKT yang bisa berasal dari alat dan pelarut.

  2. Definisi operasional

  a. Hidrokortison asetat dan kloramfenikol yang ditetapkan kadarnya adalah hidrokortison asetat dan kloramfenikol yang terkandung dalam krim topikal merek “X”. b. Krim topikal yang dianalisis adalah krim topikal merek “X” yang mencantumkan adanya kandungan hidrokortison asetat dan kloramfenikol pada kemasannya. Tercantumkan dalam kemasan bahwa kadar kloramfenikol adalah 2,0% sedangkan kadar hidrokortison asetat adalah 2,5%. Sampel yang dipilih memiliki nomor produksi yang sama.

  c. Sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik yang digunakan adalah seperangkat alat KCKT dengan fase diam kolom reversed

  phase Kromasil 100-5 C 250 x 4,6 mm dan fase gerak campuran metanol

  18 dan aquabidest, dengan perbandingan 65:35.

  d. Kadar kloramfenikol dan hidrokortison asetat dalam krim topikal dinyatakan

  b dengan satuan % / b .

  

C.

   Bahan

  Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah krim topikal campuran hidrokortison asetat dan kloramfenikol merk “X”, baku hidrokortison asetat (Kalbe Farma) dan baku kloramfenikol (Kalbe Farma) dengan Sertifikat Analisis Working Standard dengan nomor batch K06B20080505 untuk hidrokortison asetat dan 090210 untuk kloramfenikol seperti yang tecantum dalam Lampiran 8, metanol p.a (E. Merck), Aquabidestilata (Ikapharmindo Putramas).

  D. Alat-Alat

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer yang terdiri dari pompa merek Shimadzu LC-10 AD, detektor UV Vis merek

  

Shimadzu SPD 10 AV, CBM 101 merek Shimadzu, seperangkat komputer merek

ACER, printer merek Hewlett Packard Deskjet 670 C, injektor jenis katup suntik

  model 77251, kolom Kromasil 100-5 C

  18 250 x 4,6 mm dengan spesifikasi

  tercantum dalam lampiran 7, syringe merk Microliter tipe 710, alat degassing ultrasonik merek Retsch tipe T640, kertas filter merk Whatman ukuran pori (0,45 µm ; diameter 47 mm), glass filter Whatman kapasitas 300 ml, neraca analitik merek Scaltec SBC 22, vakum merek Gast model DOA-P104-BN, Millipore ukuran pori 0,45 µm , mikropipet, seperangkat alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis.

E. Tata Cara Penelitian

  1. Pemilihan sampel

  Sampel yang dipilih adalah krim topikal yang mencantumkan kandungan hidrokortison asetat dan kloramfenikol pada kemasannya. Sampel yang digunakan sebanyak 7 kemasan dengan nomor kode produksi yang sama dan dilakukan 5 kali replikasi dan dibuat triplo di setiap replikasi, yaitu dilakukan pemipetan sampel sebanyak 3 kali.

  2. Pembuatan larutan baku hidrokortison asetat dan kloramfenikol

  a. Pembuatan Larutan Induk Hidrokortison asetat. Lebih kurang 10,0 mg baku hidrokortison asetat yang ditimbang dengan seksama kurang lebih dilarutkan dalam metanol (p.a) sampai 10,0 ml sehingga didapatkan konsentrasi stok 1000 b. Pembuatan Larutan Induk Kloramfenikol. Lebih kurang 8,0 mg baku kloramfenikol yang ditimbang seksama kurang lebih dilarutkan dalam metanol (p.a) sampai 10,0 ml sehingga didapatkan konsentrasi stok 800 ppm.

  3. Pembuatan fase gerak