ANALISIS CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN KAFEIN DALAM TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK
ANALISIS CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN
KAFEIN DALAM TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFICAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:
Happy Suryawan Eko Wardoyo NIM: 058114011
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
ANALISIS CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN
KAFEIN DALAM TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFICAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:
Happy Suryawan Eko Wardoyo NIM: 058114011
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
5 Februari 2009
Tidak ada masalah yang terlalu besar untuk dihadapi
Tidak ada jalan yang terlalu panjang untuk dijalani
dan tidak ada orang yang terlalu sulit untuk dihadapi, ketika kita mampu menyikapi setiapperistiwa yang terjadi dengan hati yang jernih, kepala
dingin dan semangat dari Yesus Kristus.Kupersembahkan karyaku ini kepada: Papa, mama dan keluargaku tercinta Semua sahabat-sahabatku yang selalu mendukungku Almamaterku
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di Surga, hanya karena berkat dan kasih karunia-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikannya, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Christine Patramurti, M. Si., Apt. selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan arahan dan semangat selama penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Jeffry Julianus, M.Si. selaku penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberi banyak masukkan.
4. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku penguji yang telah meluangkan waktunya dan member banyak masukkan.
5. Seluruh staf laboratorium kimia : Mas Bimo, Mas Kunto, Mas Parlan, dan Pak Kasiran yang telah membantu penulis selama penelitian di laboratorium.
6. Henny, makasih atas dukungan, semangat, doa, diskusi dan semuanya.
7. Mia, Sutok, dan Adrian, makasih atas canda tawa, suka duka bersama dan sudah banyak memberi masukkan.
8. Mas Rian, makasih atas banyak masukkan dan sudah memberikan banyak pelajaran.
9. Berto,, Yoyok, Agus, Fian, dan Wisely makasih atas dukungan dan masukkannya.
10. Feli, Linna, Hadian, dan Iman makasih untuk kebersamaan kita di laboratorium.
11. Oktaf dan Robby makasih atas bantuannya.
12. Sinta “lele”, Imel, Erlin, Inus, Nikson, Dani, makasih dukungannya.
13. Teman-teman kelompok A2 makasih atas canda tawa dan kebersamaannya.
14. Teman-teman kos makasih atas doa dan bantuannya.
15. Ko Vicky, Arif, makasih atas masukkannya.
16. Teman-teman kelas A dan FST 2005 makasih atas dukungannya, friends forever.
17. Semua orang yang sudah membantuku dan tidak tertulis di sini, makasih atas semua bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang disusun ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan perkembangan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
PERSYARATAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lai, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2 Desember 2008 Penulis,
Happy Suryawan Eko Wardoyo
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Happy Suryawan Eko Wardoyo Nomor Mahasiswa : 058114011
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON, DAN KAFEIN DALAM TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 16 Februari 2009 Yang menyatakan
INTISARI
Dewasa ini banyak obat analgesik yang beredar di pasaran, terutama dalam bentuk tablet. Obat tersebut biasanya mengandung beberapa campuran zat aktif untuk mendapatkan khasiat yang lebih baik. Beberapa kombinasi campuran zat aktif yang dipakai adalah parasetamol, propifenazon, dan kafein. Belum adanya metode resmi yang cepat dan akurat untuk penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet secara simultan. Hal ini yang mendasari penulis untuk melakukan penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet secara simultan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi fase terbalik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode KCKT dapat digunakan dalam penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet dan juga mengetahui apakah kadar ketiga zat aktif tersebut sesuai atau tidak dengan kadar yang tertera pada etiket.
Penelitian ini mengikuti jenis dan rancangan penelitian non eksperimental deskriptif , menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dengan kolom C
18 , fase gerak metanol : akuabides (40 :60), kecepatan alir 2,0 ml/menit dan detektor UV pada panjang gelombang 272 nm.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa metode KCKT dapat digunakan untuk menetapkan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet. Kadar masing-masing senyawa sesuai dengan yang tertera pada etiket, yaitu untuk parasetamol, propifenazon dan kafein berturut-turut adalah (247,0+9,62) mg/tablet, (146,7+5,50) mg/tablet, dan (52,2+2,07) mg/tablet. Kata kunci : parasetamol, propifenazon, kafein, KCKT
ABSTRACT
Nowadays, analgesic medicine have a lot revolves, especially in tablets.That’s medicines usually contains more than one active compounds to have better virtue. Several active compounds combination are used, there are paracetamol, propyphenazone and caffeine. Determination method of paracetamol, propyphenazone and caffeine in tablet simultaneous which uses according to accurate are not available. It becomes the basic of this research in the determination of paracetamol, propyphenazone and caffeine in tablet with reverse phase High Performance Liquid Chromatography method. The aims from this research are to know whether HPLC method can be used in determining concentration of paracetamol, propyphenazone and caffeine in tablet and to know whether concentration of these three actives compounds suitable with the one which is stamped in the etiquette.
This research is descriptive non experimental research, uses reverse phase High Performance Liquid Chromatography method with C
18 column, mobile
phase methanol : aquabidest (40 : 60), flow rate 2,0 ml/minute and UV detector in 272 nm.
The result of this research is reverse phase High Performance Liquid Chromatography method can be used to determination concentration of paracetamol, propyphenazone and caffeine in tablet. The concentration of each compound in tablet should be suitable with the etiquette, that are (247,0+9,62) mg/tablet for paracetamol, (146,7+5,50) mg/tablet for propyphenazone, and (52,2+2,07) mg/tablet for caffeine.
Keyword: paracetamol, propyphenazon, caffeine, HPLC
DAFTAR ISI
ii HALAMAN JUDUL……….……….……….……….……….………. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii ……….……….……. HALAMAN PENGE iv
SAHAN……….……….……….……….……… HALAMAN PERSEM v
BAHAN……….……….……….….………… vi PRAKATA……….……….……….……….……….…………….….. viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………
INTISA ix RI……….……….……….……….……….……….………….
ABSTRACT
x ……….……….……….……….……….……….………… xi.
DAFTAR ISI……….……….……….……….……….………………. DAFTA xiv
R TABEL……….……….……….……….……….……….…… DAF xv TAR GAMBAR……….……….……….………….……….………. DAFTA xvii R LAMPIRAN……….……….……….…….……….………….
BAB I. P ENDAHULUAN……….……….……….…….……….………… 1 A. Latar Bel akang……….……….……….….……….……….……………. 1
1. P ermasalahan……….……….……….……….……….……………… 2
2. Keaslian penelitian……….……….……….….……….……………… 2
3. Manfaat penelititan……….……….………….……….……………… 3 B. Tujuan
Penelitian……….……….………….……….……….…………… 3
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……….……….………….………….. 4 A. Tablet……….………….……….……….……….……………………….. 4 B. Parasetamol……….…………….……….……….……….………………. 5 C. P
D.
Kafein……….……….……….……….……….……….………………… 7
E. Tablet Flu……….……….……….……….……….……….…………….. 9
F. Spektrofotom eter UV……….……….……….…….……………………. 10 G. Kromatografi Cair Kin erja Tinggi……….……….…….………………… 11
1. Definisi da n instrumentasi……….………….……….………………. 11
2. Pembagian jen is kromatografi……….……….……….……………… 16
3. Kromatografi partis i……….……….………….……….…………….. 17
4. Pemisahan puncak dal am kromatografi……….……….…………….. 19
5. Analisis kualitatif da n kuantitatif……….………..……….…………. 26 H. Keteran gan Empiris……….……….……….……….……….…………… 27 BAB III. METODE
28 PENELITIAN……….…………………………..
A. Jenis dan Rancan gan Penelitian……….……….……….………………… 28 B. Def inisi Operasional……….……….……….……….……….………….. 28 C.
Bahan Penelitian……….…….……….……….……….……….……….. 29
D. Alat Penelitian .……….……….……….……….……….………………. 29
E. Tata Cara Penelit ian………….……….……….……….……….……… 30
1. Pembuatan lar utan baku parasetamol….……….……….…………… 30
2. Pembuatan larutan baku propifenazon……….……….…………….. 31
3. Pembuatan larutan baku kafein……….……….……….……….….. 31
4. Pembuatan fase gerak……….……….……….……….……………. 31
5. Optimasi meto de KCKT……….……….……….……….………… 32
6. Pembuatan larutan sampel……….……….……….……………….. 32
7. Penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam sampel. 33 F.
Analisis Hasil……….……….……….….……….……….…………… 33
35 A. Pemilihan dan Penyiapan Sampel……….……….……………………
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….………….……………
35 B. Penyiapan Fase Gerak……….……….…………….……….…………
36 C. Pembuatan Larutan Baku……….……….……….……….…………..
37 D. Optimasi Metode……….….……….……….……….……………….
38
38
1. Penentuan panjang gelombang overlapping ………..…………….
51 F. Analisis Kuantitatif……….…….……….……….……….………….
52 BAB V. KESIMPULAN…………….……….……….…………………
54 DAFTAR P USTAKA……….……….….……….……….……….……
55 LAMPIRAN……….…….……….……….……….……….…………..
57 BIOGRAFI PENULIS……….……….……….……….……….……….
92
2. Pembuatan kurva baku parasetamol, propifenazon dan k afein……….……….……………………………………………
45 E. Analisis Kualitatif……….……….……….……….……….…………
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik beberapa pelarut pada HPLC fase
15 terbalik……….…………………………………………... Tabel II.
36 Penimbanagan tablet……………………………………… Tabel III.
48 Data kurva baku parasetamol……….……….…….………. Tabel IV.
49 Data kurva baku propifenazon……….…………….………. Tabel V.
50 Data kurva baku kafein……….……….….……….………. Tabel VI. Data waktu retensi (t R ) masing-masing senyawa baku dan
52 dalam sampel………………………………………………. Tabel VII. Data kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam
53 tablet……….………………………………………………
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
23 Gambar 10. Transfer massa fase diam……….……….……………….
40 Gambar 16. Gugus kromofor kafein……….……….……….…….
39 Gambar 15. Gugus kromofor dan auksokrom propifenazon……… ..
25 Gambar 14. Gugus kromofor dan auksokrom parasetamol……….. ..
25 Gambar 13. Distribusi anal it dalam fase gerak dan fase diam……....
24 Gambar 12. Penentuan peak asymmetry dan peak tailling factor …….
24 Gambar 11. Transfer massa fase gerak……….……….…….………..
20 Gambar 9. Diffusi Edy……….……….……….……….…………….
Rumus struktur parasetamol…………….……….………….
19 Gambar 8. Pemisa han dua senyawa……….……….………….……..
19 Gambar 7. Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan……….………….
17 Gambar 6. Reaksi silanisasi……….……….……….…….……………
13 Gambar 5. Mekanisme pemisahan kromatografi partisi……….………
8 Gambar 4. Peralatan KCKT……….……….……….…………………
7 Gambar 3. Rumus struktur kafein……….……….……….…………..
5 Gambar 2. Rumus struktur propifenazon……….……….……….…….
40 Gambar 17. Spektra serapan paraseta mol……….……….………..
41 Gambar 18. Spekta serapan propifenazon……….……….………
42 Gambar 19. Spekta serapan kafein……….……….…………….
43. Gambar 20. Gabungan spektra serapan maksimum……….…….
44 Gambar 21. Kromatogram campuran baku parasetamol, propifenazon dan kafein …………………………….
45 Gambar 22. Gugs non polar parasetamol, propifenazon dan kafein. .
46 Gambar 23. Kurva baku parasetamol……………………………….
48 Gambar 24. Kurva baku propifenazon………………………………
49 Gambar 25. Kurva baku kafein……………………………………..
50 Gambar 26. Kromatogram parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet……………………………………………
52
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran1.
58 Sertifikat analisis parasetamol……….……….…… Lampiran 2. Sertifikat an
59 alisis propifenazon……….……….… Lampiran 3. Sertifikat analisis kaf
61 ein……….……….……….. Lampiran 4.
62 Data penimbanagn bahan……….……….………. Lampiran 5. Kromato
63 gram baku parasetamol……….………… Lampiran 6. Kromatogram baku propifenazon
69 ……….……….. Lampiran 7.
75 Kromatogram baku kafein……….……….………. Lampiran 8. Kromatogram parasetamol, propifenazon dan kafein
81 dalam sampel……………………………... Lampiran 9. Contoh perhitungan kadar larutan baku
82 parasetamol……………………………………….. Lampiran 10. Contoh perhitungan kadar larutan baku
84 propifenazon……………………………………….. Lampiran 11. Contoh perhitungan k
86 adar larutan baku kafein……… Lampiran 12. Contoh perhitungan kadar parasetamol, propifenazon
88 dan kafein dalam sampel……….……….…………... Lampiran 13. Perhitungan CV parasetamol, propifenazon dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak obat analgesik yang beredar di pasaran, terutama
dalam bentuk tablet. Obat tersebut biasanya mengandung beberapa campuran zat aktif untuk mendapatkan khasiat yang lebih baik. Selain itu penggunaan kombinasi zat aktif bertujuan untuk meminimalisir efek samping dari zat aktif bila diberikan pada bentuk tunggal dengan dosis yang tinggi untuk mencapai efek terapi yang diinginkan (Raffa,2006). Beberapa kombinasi campuran zat aktif yang sering dipakai adalah parasetamol, propifenazon, dan kafein. Contoh obat yang mengandung ketiga senyawa aktif tersebut adalah Saridon, Bodrex migraine, dan
Paramex. Obat tersebut berkhasiat sebagai analgesik. Dalam percobaan ini
digunakan obat dengan merek “X” yang memiliki kandungan parasetamol, propipenazon dan kafein dengan perbandingan 5:3:1.
Dalam campuran obat yang mengandung parasetamol, propifenazon dan kafein diperlukan suatu metode yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar ketiga senyawa tersebut. Suatu metode yang tepat sangat diperlukan untuk mengontrol kualitas dan mutu suatu obat, dalam hal ini adalah mengetahui jumlah zat aktif yang sesuai dengan etiket, sehingga dapat diketahui keamanan dari obat tersebut.
Pada penelitian ini, penulis mengacu dari penelitian Rendy (2008) secara simultan dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik. Pada penelitian tersebut telah didapatkan bahwa metode KCKT yang digunakan telah teruji memiliki validitas yang baik dalam menetapkan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein. Hal ini yang mendasari penulis melakukan penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam produk obat menggunakan metode KCKT fase terbalik. Produk obat yang digunakan adalah tablet.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan sebagai berikut: a. Apakah metode KCKT fase terbalik dapat digunakan untuk penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet? b. Apakah kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket?
2. Keaslian Penelitian
Metode analisis penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet pernah dilakukan oleh Dimitrovska, dkk dengan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri UV (Dimitrovska et al, 1995). Namun metode KCKT fase terbalik belum pernah dilakukan untuk penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet secara simultan. Penelitian ini mengacu pada penelitian dari Rendy (2008) mengenai optimasi pemisahan campuran parasetamol, propifenazon dan kafein dengan metode KCKT fase terbalik.
3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui apakah kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket.
b. Manfaat Metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan prosedur penggunaan metode KCKT dalam penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah metode KCKT fase terbalik dapat digunakan untuk penetapan kadar parsetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet.
2. Mengetahui apakah kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A. Tablet Dalam Farmakope Indonesia (1995) menyebutkan definisi dari tabletadalah suatu sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal yang dicetak dari serbuk kering, Kristal atau granulat yang umumnya dengan penambahan bahan pembantu yang pembuatannya menggunakan mesin yang sesuai dengan tekanan yang tinggi.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang banyak digunakan saat ini. Keuntungan dari bentuk tablet antara lain adalah relatif murah dan relatif mudah digunakan pada masyarakat (Voight,1984).
Komponen dalam tablet dibagi menjadi dua, yaitu zat aktif dan eksipien. Zat aktif dapat terdiri dari satu macam, atau lebih tergantung dari tujuan efek terapi yang diinginkan. Demikian juga dengan eksipien, dalam sediaan tablet dapat mengandung berbagai jenis eksipien tergantung dari kebutuhan. Aturan umum yang harus dipegang adalah antar komponen yang terdapat dalam tablet tidak boleh terjadi inkompatibilitas baik secara fisika maupun kimia. Eksipien yang digunakan dalam tablet adalah bahan pengisi, pengikat, penghancur,
lubricant, antiadherent , dan glidant (Sulaiman, 2007).
Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemberian obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang penggunaannya dengan cara sublingual, bukal, atau melalui vaginal, tidak boleh mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang diberikan secara oral (Ansel, 1985).
B. Parasetamol Parasetamol atau asetaminofen memiliki bobot molekul sebesar 151,16.
Parasetamol memiliki rumus molekul C H NO (Anonim, 1995).
8
9
2 O
HN
OH Gambar 1. Rumus struktur parasetamol (Anonim,1995)Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C
8 H
9 NO 2 , dihitung terhadap zat anhidrat. Parasetamol merupakan serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau, dan berasa sedikit pahit (Anonim, 1995).
Parasetamol memiliki titik lebur antara 169 C dan 172
C. Satu bagian parasetamol larut dalam 70 bagian air, 20 bagian air panas, 7 bagian etanol, dan Parasetamol mempunyai serapan maksimum di daerah ultraviolet. Serapan 1cm 1 % jenis parasetamol dalam etanol pada 250,0 nm dengan A =913. Serapan jenis 1cm 1 % parasetamol dalam metanol pada 250,0nm dengan A =900 (Autherhoff,1987).
Parasetamol merupakan derivat asetanilida dengan efek antipiretik yang telah digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol juga digunakan sebagai analgesik. Namun penggunaan parasetamol untuk meredakan demam (antipiretik) tidak seluas penggunaannya sebagai analgesik. Efek analgesik dari parasetamol yaitu meredakan rasa nyeri ringan hingga sedang. Dosis oral untuk nyeri dan demam 2- 3 kali sehari 0,5- 1 g, maksimum 4 g/hari (Tjay dan Rahardja,2002).
Tablet parasetamol mengandung parasetamol tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995).
C. Propifenazon
O N
N
Gambar 2. Rumus struktur propifeanzon (Anonim,1989)Propifenazon atau propilantipirin adalah derivat fenazon tanpa daya antiradang dengan sifat kurang lebih sama. Risiko agranulositosis lebih ringan.
Dosis penggunaan 1-3 kali sehari 150-300 mg. Umumnya dikombinasi dengan analgetika lain (Tjay dan Rahardja, 2007).
Propifenazon berbentuk kristal dengan rasa agak pahit. Titik didih 103 C. mudah larut dalam alkohol dan eter. Kelarutan dalam air sebesar 0,24 g / 100 ml pada 16,5 C (Anonim, 1989).
Tablet propifenazon mengandung propifenazon tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995).
D.
Kafein
Kafein merupakan senyawa turunan xantin yang mempunyai nama lain molekul 194,19 atau hidrat dengan mengandung 1 molekul air dengan bobot molekul 212,21 (Anonim, 1995). Kafein berupa serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat, biasanya menggumpal, tidak berbau dan berasa pahit. Kafein mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C
8 H
10 N
4 O
2
dihitung terhadap zat anhidrat. Larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus (Anonim,1995).
O N N N N O Gambar 3. Rumus struktur kafein (Anonim,1995)
Kafein memiliki titik lebur antara 235 C dan 237
C. Satu bagian kafein larut dalam 60 bagian air, 2 bagian air panas, 130 bagian etanol dan 7 bagian kloroform. Kafein larut dalam eter dan lebih larut dalam larutan asam. Kafein dalam HCl 0,1 N memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 1cm 1 %
272nm (A =470) sedangkan dalam etanol kafein memberikan serapan 1cm 1 % maksimum pada panjang gelombang 273 nm (A = 519) (Clarke,1969).
Kafein merupakan turunan xantin yang menyebabkan relaksasi otot polos, terutama otot polos bronkus, merangsang sistem saraf pusat (SSP), otot jantung dan meningkatkan diuresis. Efek samping dari penggunaan kafein ini berupa sukar tidur. Kafein biasanya digunakan dengan dosis sebesar 50 mg jika diberikan bersama dengan analgetik (Tjay dan Rahardja, 2002).
Tablet kafein mengandung kafein tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995).
E. Tablet Flu
Tablet flu sangat banyak beredar di pasaran. Tablet flu biasanya mengandung lebih dari satu zat aktif. Kombinasi yang ada dalam tablet flu antara lain adalah analgesik, antipiretik, antihistamin, dekongestan hidung, ekspektoran, dan antitusif. Tablet flu hanya berfungsi untuk meringankan gejala saja dan tidak untuk digunakan pada jangka waktu yang panjang (Anonim, 2008).
Tablet flu memiliki kombinasi beberapa zat aktif untuk mendapatkan efek terapi yang diinginkan, contoh kombinasi zat aktif yang digunakan adalah parasetamol, propifenazon, dan kafein. Propifenazon umumnya digunakan bersama analgetika lain dalam hal ini adalah parasetamol untuk mendapatkan efek terapi yang lebih cepat (Tjay dan Rahardja, 2007).
Tablet flu dapat diperoleh tanpa menggunakan resep dokter karena merupakan golongan obat bebas. Untuk itu pemilihan tablet flu ini harus didasarkan pada gejala flu yang timbul. Oleh karena itu perlu diketahui secara pasti komposisi dari tablet flu agar sesuai dengan gejala flu yang akan diobati (Anonim, 2008).
F. Spektrofotometer UV
Spektroskopi adalah salah satu teknik analisis fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM). Spektrofotometri ultraviolet adalah salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dengan memakai instrument spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).
Apabila suatu molekul dikenai suatu radiasi elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektron antibonding. Ada empat tipe transisi elektronik yang mungkin terjadi
) memberikan yaitu δ δ , n δ , n π , dan π π . Eksitasi elektron (δ δ energi yang terbesar dan terjadi pada daerah ultraviolet jauh yang diberikan oleh
- ) diberikan oleh ikatan ikatan tunggal, misalnya alkana. Eksitasi elektron (π π rangkap dua dan tiga, juga terjadi pada daerah ultraviolet jauh. Eksitasi elektron (n δ
- ) terjadi juga pada gugus karbonil (dimetil keton dan asetaldehid) yang terjadi pada daerah ultraviolet jauh (Mulya dan Suharman, 1995).
Suatu molekul dapat menyerap radiasi elektromagnetik jika memiliki kromofor, yaitu gugus penyerap dalam molekul. Molekul yang mengandung kromofor disebut kromogen. Pada senyawa organik dikenal pula gugus auksokrom, yaitu gugus yang tidak menyerap radiasi namun bila terikat bersama kromofor dapat meningkatkan penyerapan oleh kromofor atau mengubah panjang gelombang serapan maksimum (Christian, 2004).
Spektrofotometer ultraviolet melibatkan energi elektronik yang cukup banyak untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Analisis kuantitatif selalu melibatkan pembacaan absorban radiasi elektromagnetik oleh molekul, atau radiasi elektromagnetik yang diteruskan yang disebut absorban (A) tanpa satuan dan transmitan dengan satuan persen (% T). Bouger, Lambert, dan Beer membuat formula secara matematik hubungan antara transmitan atau absorban terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang dianalisis dan tebal larutan yang mengabsorbsi sebagai :
(1) (2)
Dimana T = persen transmitan I = intensitas radiasi yang datang I t = intensitas radiasi yang diteruskan
-1 -1
= daya serap molar (Lt.mol . Cm )
- 1
C = konsentrasi (mol. Lt ) b = tebal larutan (cm) A = serapan / absorbansi (Mulya dan Suharman, 1995).
G. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 1. Definisi dan instrumentasi
Kromatografi adalah prosedur pemisahan senyawa campuran berdasarkan masing-masing senyawa di antara dua fase yang saling bersinggungan dan tidak saling campur, yang disebut sebagai fase gerak (mobile phase) yang berupa zat cair atau zat gas dan fase diam (stationary phase) yang berupa zat cair atau zat padat (Noegrohati, 1994).
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode kromatografi cair yang fase geraknya dialirkan secara cepat dengan bantuan tekanan, dan hasilnya dideteksi dengan instrument (Willard, Merriet, Dean, dan Settle, 1988). Pada mulanya teknik kromatografi ini disebut dengan High
Pressure Liquid Chromatography karena pada instrumen ini terdapat sistem
pompa tekanan tinggi yang mampu mengalirkan fase gerak pada tekanan tinggi sampai 300 atmosfer dan tekanan pada bagian atas kolom kurang dari 70 atmosfer (Anonim, 1995). Pada akhir tahun 1970, perkembangan instrumen ini dapat menghasilkan pemisahan yang baik atau menghasilkan penampilan peak yang baik sehingga sistem ini lebih dikenal dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kromidas, 2000).
KCKT merupakan teknik analisis yang paling sering digunakan dalam analisis farmasi untuk pemisahan, identifikasi dan determinasi dalam campuran yang kompleks (Skoog, Holler, dan Nieman, 1998). Peralatan KCKT dapat dilihat pada gambar :
Gambar 4. Peralatan KCKT (Kasakevich dan Nair, 1996)
Ada tiga variabel utama pada sistem KCKT yang harus diperhatikan, yaitu: a. Fase gerak
Kemampuan KCKT untuk memisahkan banyak senyawa terutama tergantung pada keanekaragaman fase gerak. Fase gerak pada KCKT sangat berpengaruh pada tambatan dan pemisahan senyawa (Munson, 1984). Fase gerak untuk analisis secara KCKT harus bersifat murni, tanpa cemaran, tidak bereaksi dengan kemasan, dapat melarutkan cuplikan (solute), viskositas rendah, memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan mudah (jika diperlukan) dan harganya wajar (Johnson dan Stevenson, 1978). Fase gerak KCKT harus bebas dari gas terlarut karena dapat mempengaruhi respon detektor sehingga menghasilkan sinyal palsu dan mempengaruhi kolom (Gritter, Bobbit, dan Schwarting, 1985).
Kepolaran pelarut merupakan ukuran kekuatan pelarut untuk mengelusi suatu senyawa. Kandungan utama fase gerak pada kromatografi fase terbalik adalah air. Kecenderungan air untuk melarutkan sampel dapat diubah dengan menambahkan garam untuk menimbulkan pengaruh penggaraman, asam, basa, dapar untuk melarutkan atau mengendapkan asam atau basa, pereaksi pengompleks untuk menimbulkan jenis pengaruh pelarutan yang khas untuk gugus fungsi tertentu atau golongan senyawa tertentu, atau pelarut organik yang dapat bercampur dengan air. Pemodifikasi organik yang banyak digunakan adalah metanol, asetonitril dan tetrahidrofuran (Gritter et
al ., 1985;Munson, 1984).
Kepolaran pelarut dinyatakan dalam bentuk P ’ (indeks polaritas). Besarnya polaritas campuran pelarut dapat dihitung dengan persamaan berikut:
(3) P’ = Φa P’a + Φb P’b
Dengan
Φa dan Φb adalah fraksi volume pelarut a dan b dalam campuran,
sedangkan P’a dan P’b adalah angka P’ pelarut murni (Gritter et al, 1991). Berikut adalah beberapa nilai indeks polaritas dari beberapa pelarut yang sering digunakan :
Tabel 1. Karakteristik beberapa pelarut pada HPLC fase terbalik
Pelarut Index
polarity Eluotropic Values UV Cut- Alumina C off (nm)
18 Silika
Heksan 0,1 0,01 - 0,00 195 Sikloheksan 0,2 0,04 - - 200
Toluen 2,4 0,29 - 0,22 284 Tetrahidrofuran 4,0 0,45 3,7 0,53 212
Etil asetat 4,4 0,58 - 0,48 256 Aseton 5,1 0,56 8,8 0,53 330
Metanol 5,1 0,95 1,0 0,7 205 Asetonitril 5,8 0,65 3,1 0,52 190
Dimethilformamid 6,4 - 7,6 - 268 Dimetilsulfoksid 7,2 0,62 - - 268
Air 10,2 - - - 190 (Snyder, 1997)
Tabel di atas menunjukan bahwa semakin besar eluotropic values dari pelarut menunjukan semakin mudah untuk mengelusi sampel. Semakin besar indeks polaritas yang dimiliki oleh pelarut maka semakin bersifat polar pelarut yang digunakan (Snyder et al., 1997).
b. Fase diam Kolom merupakan bagian yang sangat penting dalam pemisahan komponen-komponen sampel. Keberhasilan pemisahan komponen sampel bergantung pada keadaan kolom (Mulja dan Suharman, 1995).
c. Detektor Detektor yang baik hendaknya memiliki kepekaan tinggi, rentang respon liniernya lebar, tidak dipengaruhi perubahan suhu dan aliran, memberikan hasil dengan keterulangan yang baik, dan tidak banyak decau. Secara umum detektor dibagi menjadi 2 kategori, yaitu : 1) Bulk property detectors, merupakan detektor yang mengukur perubahan sensitif dan menghendaki temperatur yang terkendali. Contoh detektor jenis ini yaitu detektor indeks bias.
2) Solute property detectors, merupakan detektor yang hanya mengukur sifat fisik solute. Detektor tipe ini 1000 kali lebih sensitif dan mampu mengukur solute sampai satuan nanogram atau lebih kecil lagi. Contoh detektor jenis ini yaitu detektor fluoresensi, detektor penyerapan (UV- Vis), dan detektor elektrokimia (Munson, 1984; Willard et al.,1988).
2. Pembagian jenis kromatografi
Secara umum kromatografi dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu :
a. Kromatografi cair-cair atau kromatografi partisi Pada kromatografi partisi, fase diam dapat polar atau non polar. Bila fase diam polar dan fase gerak non polar disebut kromatografi partisi fase normal, sedangkan bila fase diam non polar dan fase gerak polar dinamakan kromatografi partisi fase terbalik (Munson, 1984).
b. Kromatografi adsorpsi Kromatografi ini menggunakan fase diam padat dan fase gerak cair atau gas. Solute dapat diadsorpsi pada permukaan partikel padat (Harris,
1999).