PENGARUH PAPARAN UAP HERBAL ANTINYAMUK YANG MENGANDUNG EKSTRAK SERAI DAPUR, SERAI WANGI, LEMON, NILAM, DAN LAVENDER TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI KONJUNGTIVA RATTUS NORVEGICUS - Repository UNRAM
PENGARUH PAPARAN UAP HERBAL ANTINYAMUK YANG
MENGANDUNG EKSTRAK SERAI DAPUR, SERAI WANGI, LEMON,
NILAM, DAN LAVENDER TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI
KONJUNGTIVA RATTUS NORVEGICUS
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
Oleh :
Rizka Dila Pratami
H1A 010 029
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2014
PENGARUH PAPARAN UAP HERBAL ANTINYAMUK YANG MENGANDUNG EKSTRAK
SERAI DAPUR, SERAI WANGI, LEMON, NILAM, DAN LAVENDER TERHADAP
GAMBARAN HISTOPATOLOGI KONJUNGTIVA RATTUS NORVEGICUS
Rizka Dila Pratami, Ardiana Ekawanti, Devi Rahmadhona Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Abstract
Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease whose incidence rate is still
very high in Indonesia. To break the circle of the disease, a strong effort is needed to
eradicate the disease vector, i.e. Aedes aegypti. Synthetic insecticide that has been used to
prevent DHF is not only toxic to insects but at the same time dangerous to human health. As
one alternative, to avoid toxic synthetic insecticides, herbal insecticides have been developed.
The conjunctiva is the mucous membrane lining the eyelids and the anterior part of sclera. The
conjunctiva is very susceptible to irritation as it has direct contact with outside-body
surrounding. Thus, the researchers intend to conduct a study on the effect of herbal vapor
insecticides to mammals, particularly towards the histopathologic figure of the conjunctiva.
Method: The study was an experimental study of post-test only control group design using 18
female Rattus norvegicus divided randomly into 3 groups (K, P1, and P2). The control group
(K) was not given any herbal vapor exposure. P1 were exposed to herbal vapor 5 hours per
day for 4 consecutive days. P2 were exposed to herbal vapor 5 hours per day for 12
consecutive days. On the fifth and thirteenth days, researchers took the conjunctiva tissues for
histopathological examination. The data were analyzed using Fisher’s test.
Results: The result showed that there was no histopathological difference of the conjunctiva
between control group and the treatment group. Based on Fisher's test, it is found p values
between the K group to the P1 is 0.500, between the K group and the P2 group 0.773, and
between the P1 group and the P2 group 0.500.
Conclusions: The exposure of antimosquito herbal vapor containing lemongrass, citronella,
lemon, patchouli, and lavender extracts did not affect the histophatological pattern of
conjunctiva.Keywords: antimosquito insecticides, herbal vapor, conjunctiva histopathology.
Abstrak
Latar belakang : Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang kejadiannya
masih sangat tinggi di Indonesia. Untuk memutus rantai penyakit ini diperlukan upaya dalam memberantas vektor penyebab DBD yaitu Aedes aegypti. Insektisida sintetik yang telah digunakan tidak hanya toksik terhadap serangga tetapi juga dapat membahayakan kesehatan manusia. Sebagai salah satu alternatif untuk menghindari toksik insektisida sintetik, maka dibuat insektisida yang terbuat dari tanaman herbal. Konjungtiva adalah membran mukosa yang melapisi kelopak mata dan sklera bagian anterior mata. Konjungtiva sangat rentan terpajan bahan iritan karena memiliki kontak dengan dunia luar. Maka dari itu peneliti bermaksud melakukan penelitian terhadap pengaruh uap herbal antinyamuk terhadap mamalia, terutama terhadap gambaran histopatologi konjungtiva.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian eksperimental post test only control group design.
Sebanyak 18 ekor Rattus norvegicus betina dibagi menjadi 3 kelompok secara random. Kelompok kontrol (K) tidak diberikan paparan uap herbal. Kelompok P1 diberikan paparan uap herbal 5 jam perhari selama 4 hari. Kelompok P2 diberikan paparan uap herbal 5 jam perhari selama 12 hari. Jaringan konjungtiva diambil pada hari ke-5 dan hari ke-13 untuk pemeriksaan histopatologi. Analisis data menggunakan uji Fisher.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan histopatologi
konjungtiva Rattus norvegicus antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.Berdasarkan uji Fisher, nilai p antara kelompok K dengan kelompok P1 yaitu 0,500, kelompok K dengan kelompok P2 yaitu 0,773, dan kelompok P1 dengan kelompok P2 yaitu 0,500.
Simpulan : Paparan uap herbal antinyamuk yang mengandung ekstrak serai dapur, serai
wangi, lemon, nilam, dan lavender tidak berpengaruh terhadap gambaran histopatologi konjungtiva.
Kata kunci : uap herbal, antinyamuk, histopatologi konjungtiva.
PENDAHULUAN diperlukan pengendalian utama terhadap
vektor penyakit untuk memutus rantai Demam Berdarah Dengue (DBD) penularan DBD. Berbagai upaya adalah penyakit yang kejadiannya masih pencegahan perlu dilakukan untuk sangat tinggi di Indonesia. Kasus DBD membasmi vektor DBD yaitu nyamuk banyak ditemukan di daerah tropis
Aedes aegypti, salah satunya adalah
maupun sub-tropis. Asia menempati urutan dengan insektisida sintetis. Insektisida pertama dalam jumlah penderita DBD sintetis atau insektisida kimiawi tidak setiap tahunnya. Sementara itu, sejak hanya beracun terhadap serangga sasaran tahun 1968 sampai tahun 2009 World tetapi juga dapat membahayakan
Health Organization (WHO) mencatat
kesehatan manusia. Zat-zat berbahaya Negara Indonesia sebagai Negara dengan dari insektisida kimiawi bisa masuk ke kasus DBD yang paling tinggi di Asia 1 tubuh manusia dengan cara tertelan Tenggara . melalui mulut, terhirup melalui saluran
Sampai saat ini vaksin dan obat untuk nafas, terkena kulit, dan dapat mengiritasi penyakit DBD belum ada, sehingga mata. Gejala keracunan insektisida bisa muncul pada saat terpapar insektisida maupun dalam jangka panjang 2 . Untuk mengurangi efek toksik dari insektisida kimiawi, maka diperlukan insektisida alternatif yang aman bagi manusia dan lingkungan yang berasal dari tanaman. Untuk menghindari gigitan nyamuk dan membasmi nyamuk dapat digunakan bahan herbal yang diambil dari alam tanpa harus menggunakan insektisida yang membahayakan kesehatan. Bahan dari alam yang dapat menghasilkan efek antinyamuk yaitu daun, akar, batang, biji, dan bunga dari suatu tanaman 3 . Penelitian oleh Kaliwantoro dkk. pada tahun 2010 telah membuktikan uap herbal yang terbuat dari kombinasi 10% serai dapur dan 10% serai wangi serta kombinasi 5% serai dapur dan 10% serai wangi mampu menghasilkan angka mortalitas nyamuk Aedes aegypti sebanyak 100%, sama dengan angka mortalitas yang dihasilkan oleh insektisida sintetik metoflutrin. Walaupun kombinasi tersebut tergolong sangat efektif, pengujian bahan herbal tersebut terhadap tikus Wistar menunjukkan adanya sel radang 4 . Penelitian kembali dilakukan oleh
Kaliwantoro dkk. pada tahun 2012 untuk mengembangkan penguapan yang lebih stabil dengan menciptakan mat elektrik antinyamuk. Bahan aktif mat berasal dari campuran ekstrak serai dapur, serai wangi, lemon, nilam, dan lavender. Mat tersebut mampu memberikan perlindungan efektif selama 6 jam dengan tingkat mortalitas nyamuk di atas 80% 5 . Konjungtiva adalah membran mukosa yang melapisi kelopak mata dan sklera bagian anterior mata. Konjungtiva sangat rentan terpajan oleh mikroorganisme dan bahan iritan karena memiliki kontak dengan dunia luar 6 . Peradangan pada konjungtiva atau konjungtivitis ditandai dengan gejala hiperemia dan discharge. Peradangan pada konjungtiva akan menyebabkan vasodilatasi dan perubahan permeabilitas pembuluh darah yang menyebabkan infiltrasi sel radang pada jaringan. Beberapa bentuk peradangan dapat menimbulkan efek yang merusak mata dan bisa menimbulkan kebutaan 7,8 .
Meskipun pada penelitian Kaliwantoro dkk. didapatkan daya basmi nyamuk mat herbal campuran ekstrak serai dapur, serai wangi, lemon, nilam dan lavender yang baik, penelitian tentang pengaruh uap herbal kombinasi tersebut terhadap konjungtiva belum dilakukan. Hal ini yang menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efek paparan uap herbal yang mengandung ekstrak serai dapur, serai wangi, lemon, nilam, dan lavender terhadap histopatologi Penelitian yang dilakukan antara bulan Mei hingga Oktober tahun 2013 ini adalah penelitian eksperimental post test only
control group design. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah hewan coba tikus putih strain wistar spesies Rattus norvegicus betina dewasa yang sehat dan sudah menjalani aklimatisasi di Laboratorium Imunobiologi Fakultas MIPA Universitas Mataram. Besar sampel ditentukan berdasarkan kriteria yang ditetapkan WHO yaitu menggunakan minimal lima ekor hewan coba pada tiap kelompok. Penambahan boleh dilakukan dengan syarat 20% dari jumlah minimal hewan coba yang digunakan 9 . Penelitian ini menggunakan tiga kelompok dengan jumlah enam ekor hewan coba pada tiap kelompok, sehingga sampel yang digunakan adalah 18 ekor Rattus
norvegicus. Sampel dipilih secara simple random sampling.
Terdapat tiga kelompok pada penelitian ini, yaitu kelompok kontrol yang tidak diberikan paparan (K), kelompok perlakuan yang diberikan paparan uap herbal selama 4 hari (P1), dan kelompok perlakukan yang diberikan paparan uap herbal selama 12 hari (P2). Uap herbal antinyamuk yang berisi campuran serai dapur : serai wangi : lemon : nilam : lavender = 1:6:1:1,5:0,5 dipaparkan selama 5 jam/hari dalam ruangan dengan
Pada hari ke-5 dilakukan pengambilan organ bola mata tikus kelompok K dan P1, sedangkan untuk pengambilan organ bola mata tikus kelompok P2 dilakukan pada hari ke-13.
Organ bola mata yang sudah diawetkan dengan formalin 10% kemudian dibawa ke Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Islam Siti Hajar untuk pembuatan dan pembacaan preparat. Gambaran histopatologi konjungtiva bulbi tikus diperiksa menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran sedang dan kuat. Pengamatan dilakukan pada preparat yang telah dipulas dengan pewarna hematoksilin eosin untuk menemukan ada tidaknya tanda radang yaitu perubahan vaskular (vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas) dan sel radang (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, makrofag, sel mast, sel plasma) di jaringan.
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji komparatif berupa uji
Fisher karena jumlah sampel total kurang
dari 20 ekor 10 . Perbedaan antara variabel dinyatakan bermakna jika p<0,05. Untuk mencari kekuatan pengaruh paparan uap herbal terhadap gambaran histopatologi konjungtiva dilakukan pengukuran Odd Ratio.
HASIL PENELITIAN Pemeriksaan Histopatologi Konjungtiva
0,500
6 6 100 Perlakuan 12 hari (P2)
6 1 16,7 5 83,3 Perlakuan 4 hari (P1)
Ada n % n % Kontrol (K)
Sampel Ada Tidak
Kelompok Tanda Radang Total
Rattus norvegicus, dilakukan pengukuran Odd Ratio.
Untuk mengukur besarnya risiko paparan uap herbal antinyamuk yang mengandung ekstrak serai dapur, serai wangi, lemon, nilam, dan lavender dalam menimbulkan peradangan konjungtiva
Hasil Pengukuran Odd Ratio
0,773 Perlakuan 4 hari (P1) – perlakuan 12 hari (P2)
Pada kelompok K, satu dari enam sampel yaitu 16,7% menunjukkan gambaran berupa tanda radang. Pada kelompok P1 semua sampel tidak ada tanda radang, sedangkan pada kelompok P2 ditemukan satu sampel (16,7%) dengan tanda radang.
0,500 Kontrol (K) – perlakuan 12 hari (P2)
Nilai p Kontrol (K) – perlakuan 4 hari (P1)
Antar Kelompok Jenis Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Tabel 2. Uji Fisher Perbedaan Gambaran Histopatologi Konjungtiva
Perbandingan antara kelompok K dengan kelompok P2 didapatkan p>0,773 atau p>0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan. Perbandingan hasil yang tidak signifikan juga didapatkan antara kelompok P1 dengan kelompok P2 (p=0,500). Ketiga perbandingan tersebut masing-masing menghasilkan nilai p>0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan gambaran konjungtiva yang signifikan antar kelompok.
Hasil analisis perbandingan kelompok K dengan kelompok P1 diperoleh nilai p=0,500. Oleh karena nilai p<0,05 menyatakan perbedaan yang signifikan, maka diperoleh simpulan bahwa tidak terdapat hasil yang signifikan antara kelompok K dengan kelompok P1.
Hasil Analisis Perbedaan Gambaran Konjungtiva
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Konjungtiva
6 1 16,7 5 83,3 Tabel 3. Hasil Pengukuran Odd Ratio
Kelompok K dan Kelompok P2 Value Odds Ratio untuk paparan
12 hari (kelompok 12 hari / kontrol) 1,000
Hasil pengukuran Odd Ratio pada tabel di atas menunjukkan bahwa risiko P2 untuk mengalami radang konjungtiva dengan CI 95% adalah satu kali lipat lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.
PEMBAHASAN
Untuk menguji efek paparan uap herbal antinyamuk terhadap peradangan konjungtiva, maka dilakukan penelitian pada tikus putih betina yang dipapar oleh uap herbal. Sebagai obyek penelitian digunakan sebanyak 18 tikus putih betina (Rattus norvegicus) berumur 4-6 bulan yang memiliki keadaan umum sehat, dibagi menjadi tiga kelompok yang tidak berpasangan, yaitu satu kelompok kontrol yang tidak diberikan paparan (K), satu kelompok perlakuan diberikan paparan uap herbal selama 4 hari (P1), dan satu kelompok perlakuan diberikan paparan uap herbal selama 12 hari (P2).
Berdasarkan tabel 1, pada kelompok K didapatkan gambaran histologi pada satu sampel yang menunjukkan gambaran darah. Lima sampel lainnya pada kelompok kontrol tidak menunjukkan tanda radang.
Gambar 1. Gambar Mikroskopis Konjungtiva pada Tikus Kelompok K. Tanda panah menunjukkan terdapat pembuluh darah yang melebar (vasodilatasi) pada lapisan stroma. Pewarnaan HE. Perbesaran 400x.
Pelebaran pembuluh darah merupakan salah satu tanda peradangan yang menyebabkan penampakan makroskopis mata merah. Pelebaran pembuluh darah disebabkan oleh mediator-mediator kimia yang dilepaskan oleh sel radang. Peneliti tidak dapat memastikan penyebab dari pelebaran pembuluh darah ini. Pelebaran pembuluh darah pada sampel ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain iritasi, infeksi bakteri, infeksi parasit, dan infeksi virus 6 . Inflamasi akut terjadi segera setelah terjadinya jejas. Tujuan dari reaksi inflamasi akut adalah untuk mengirimkan sejumlah leukosit dengan cepat ke lokasi jejas. Perubahan vaskular pada inflamasi
Epitel berlapis silindris Pembuluh darah yang melebar
Stroma adenoid (superfisial)
Stroma fibrosa (profundus)
Epitel berlapis silindris Epitel berlapis silindris akut pertama-tama terjadi vasokontriksi sementara selama beberapa detik, setelah itu akan terjadi vasodilatasi arteriol yang menyebabkan eritema dan pembengkakan di lokasi jejas. Mikrovaskular selanjutnya akan menjadi lebih permeabel sehingga cairan kaya protein dengan mudah masuk ke dalam jaringan, selain itu sel darah merah akan lebih terkonsentrasi di daerah tersebut, yang menyebabkan viskositas darah meningkat. Peningkatan viskositas darah menyebabkan aliran darah melambat. Kejadian ini disebut dengan
stasis. Peristiwa stasis kemudian diikuti
oleh marginasi neutrofil di permukaan endotel pembuluh darah 8 . Pada kelompok P1 didapatkan gambaran histologi konjungtiva yang normal, tidak terdapat tanda-tanda peradangan akut maupun kronis. Enam preparat diamati dengan mikroskop dan didapat jaringan konjungtiva yang utuh, tidak ditemukan sebukan sel radang, pelebaran pembuluh darah, maupun debris sel.
Gambar 2. Gambar Mikroskopis Konjungtiva pada Tikus Kelompok P1. Pulasan HE. Perbesaran 400x.
Pada kelompok P2 didapatkan satu hasil gambaran histopatologi konjungtiva yang menampakkan sel eosinofil. Lima sampel lain dari kelompok P2 tidak menunjukkan adanya perubahan histopatologi. Eosinofil pada jaringan menandakan adanya infeksi parasit atau reaksi alergi. Eosinofil dapat bertahan 8-12 hari di jaringan 11 . Eosinofil muncul pada jaringan yang terinfeksi parasit dan pada reaksi alergi yang diperantarai oleh IgE. Sel eosinofil adalah salah satu sel yang muncul pada peradangan kronis. Eosinofil memiliki granula yang mengandung major
basic protein (MBP) yang merupakan
protein kationik bermuatan besar. Protein ini toksik terhadap parasit dan menyebabkan lisis epitel 8 . Senyawa linalool dan linalyl acetate yang terkandung dalam minyak lavender dapat menyebabkan konjungtivitis alergi 12 . U.S Enviromental Protection Agency (EPA) telah melakukan evaluasi mengenai potensi bahaya dari senyawa geraniol bagi mamalia. Walaupun dari hasil evaluasi tersebut geraniol dapat menyebabkan iritasi sedang pada mata dan kulit, EPA meloloskan produk pestisida yang mengandung geraniol di pasaran dan melabelinya sebagai pestisida dengan 13 terdapat pada serai, kulit lemon, dan lavender. Berdasarkan fakta tersebut peneliti belum dapat memastikan adanya eosinofil pada jaringan konjungtiva disebabkan oleh senyawa dalam ekstrak lavender, kulit lemon, serai, ataupun senyawa lain dari lingkungan sekitar tempat perlakuan.
Gambar 3. Gambar Mikroskopik Konjungtiva pada Tikus Kelompok P2. Tanda panah menunjukkan adanya sel radang eosinofil yang terpulas gelap dengan pulasan HE. Perbesaran 400x.
eucalyptus, geranium, dan lavender juga
dengan satu liter air yang sudah didestilasi akan menghasilkan antiserangga dalam ruangan yang efektif 15 . Berdasarkan penelitian Kaliwantoro dkk. pada tahun
citronella, lemon (Citrus limon), rose (Rosa damascene), lavender dan minyak basil
Kombinasi dari beberapa tetes minyak
nardus) telah digunakan lebih dari lima puluh tahun sebagai antiserangga.
Minyak esensial citronella (Cymbogon
dicatat dapat mengatasi Ixodes ricinus 14 .
mengandung 15% citral dapat mengusir 50% nyamuk dalam kurun waktu 2-3 jam. Repelan yang terbuat dari minyak lemon,
Berdasarkan analisis dengan uji Fisher untuk mencari signifikansi perbedaan, didapatkan gambaran histopatologi jaringan konjungtiva Rattus norvegicus antar kelompok menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil pengukuran Odd
aegypti. Preparat topikal serai dapur yang
dapat memberikan perlindungan menyeluruh selama 2 jam terhadap A.
Pogostemon cablin (nilam), Cymbopogon nardus (serai wangi), Syzygium aromaticum dan Zanthoxylum limonella
Hasil yang peneliti dapatkan sesuai dengan fakta yang dijelaskan pada penelitian sebelumnya bahwa pestisida yang terbuat dari tanaman memiliki efek samping yang lebih rendah terhadap lingkungan daripada pestisida sintetik. Tanaman-tanaman yang dapat dijadikan sebagai antinyamuk antara lain
lipat lebih besar dibandingkan dengan kelompok K. Hasil Odd Ratio itu menunjukkan bahwa paparan 12 hari hampir sama dengan kelompok yang tidak mendapat paparan.
Ratio kelompok P2 yaitu sebesar 1 kali
2010, uap herbal antinyamuk dengan bahan aktif campuran serai dapur, serai wangi, kulit lemon, nilam, dan lavender mampu membunuh Aedes aegypti sampai 100% 4 . Penelitian mengenai efek minyak sitronela pada hewan mamalia menunjukkan bukti bahwa efek pemberian minyak sitronela secara per oral, inhalasi, topikal, dan efek pada mata secara umum memiliki efek toksik yang rendah (kategori
III) bahkan tidak ada (kategori IV) dan iritasi mata yang timbul akan hilang jika paparan dihentikan selama 7 hari 16 . Hasil analisis yang didapatkan oleh peneliti tidak sejalan dengan hasil penelitian Kaliwantoro dkk. pada tahun 2010 yang menunjukkan adanya perubahan histopatologi konjungtiva yang signifikan yaitu munculnya sebukan sel radang setelah pemaparan uap herbal yang mengandung bahan utama kombinasi 10% serai dapur dan 10% serai wangi serta 5% serai dapur dan 10% serai wangi 4 .
Kelebihan dan Kelemahan Penelitian
Tanaman herbal telah lama dimanfaatkan untuk mengusir nyamuk. Masyarakat meyakini bahwa bahan yang berasal dari alam tidak berbahaya bagi kesehatan dibandingkan dengan produk sintetik. Oleh karena itu, tidak banyak dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh uap tanaman herbal terhadap kesehatan. Penelitian ini memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan tanaman khususnya tanaman serai dapur, serai wangi, lemon, nilam dan lavender terhadap kesehatan konjungtiva.
Preparat histologi yang representatif adalah preparat yang dapat mewakili gambaran umum suatu organ yang diperiksa. Secara ideal hal-hal yang perlu diperhatikan agar hasil yang dibaca bersifat representatif yaitu diperlukan minimal 3 irisan dari 1 jaringan konjungtiva, irisan harus sama pada tiap kelompok penelitian agar dapat dibandingkan, lapang pandang yang diamati harus sama pada tiap kelompok penelitian, dan preparat dibaca dengan mikroskop oleh lebih dari satu orang observer untuk menekan objektivitas hasil pembacaan. Pada penelitian ini hanya dilakukan satu irisan pada tiap jaringan konjungtiva karena kendala biaya yang mahal, yaitu pembuatan slide preparat yang menghabiskan biaya Rp. 200.000,-/
slide. Pada penelitian ini juga tidak
dilakukan irisan yang sama pada ketiga kelompok penelitian dan pembacaan preparat hanya dilakukan oleh satu orang observer.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemaparan uap herbal antinyamuk yang mengandung kombinasi ekstrak serai lavender tidak berpengaruh terhadap from: http://
norvegicus.
Saran 5. Kaliwantoro N, Warindi, Ekawanti A.
Peneliti menyarankan kepada peneliti Pengembangan sistem vaporizing selanjutnya untuk: dan komposisi herbal inovasi
1. Melakukan penelitian dalam pembasmi nyamuk hibrid (ultrasonik- jangka waktu yang lama untuk herbal) untuk pengendalian vektor mengetahui efek kronis dari uap virus Dengue. Mataram: Universitas herbal antinyamuk ini. Mataram; 2012. th
2. Menentukan kriteria inklusi dan
6. Vaughan D. Oftalmologi umum. 17 eksklusi preparat agar sampel ed. Jakarta: Penerbit Buku yang terbaca menjadi lebih Kedokteran EGC; 2008. representatif.
7. Gartner, JP, Hiatt, JL. Color textbook rd
3. Pembacaan preparat dengan of histology. 3 ed. Philadelphia: mikroskop dilakukan oleh lebih Elsevier Saunders; 2007. dari satu orang.
8. Kumar V, Cotran R, & Robbins S. th Buku ajar patologi robbins. 7 ed.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: EGC; 2007.
1. Achmadi, UF. Manajemen demam 9. World Health Organization. derdarah berbasis wilayah. Buletin Jendela Epidemiologi. 2010. 2:15-20.
2. Siker. Racun PES rumah tangga. World Health 2008. [cited 2013 October 20]. Organization; 1993.
Available from:
10. Sastroasmoro S, Ismail S. Dasar- th dasar metodologi penelitian klinis. 4 ed. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
3. Kardinan A. Tanaman pengusir dan
11. Junqueira CL. Histologi dasar teks & pembasmi nyamuk. Jakarta: atlas. Jakarta: Penerbit Buku Agromedia Pustaka; 2003. Kedokteran EGC; 2007.
4. Kaliwantoro N, Warindi, Ekawanti A.
12. Sköld M, Hagvall L, Karlberg AT. Pengaruh paparan uap kombinasi Autoxidation of linalyl acetate, the serai dapur, serai wangi dan zodia main component of lavender oil, pada nyamuk Aedes aegypti. 2010. creates potent contact allergens.
13. Cox C. Plant-based mosquito repellents: making a careful choice.
Journal of Pesticide Reform. 2005; 25(3)6-7.
14. Koul O, Walia S, Dhaliwal G.
Essential oils as green pesticides: potential and constraints. Biopesticides International. 2008; 4(1):63-84.
15. Zaridah MZ, Nor Azah MA, Abu Said
A, Mohd Fariz ZP. Larvacidal properties of citronellal and
Cymbopogon nardus essential oils from two different localities. Trop. Biomed. 2003; 20:169-174.
16. United States Environmental Protection Agency. RED fact: citronella oil. United States Environmental Protection Agency; 1997.