Hubungan harga tekstil internasional, nilai tukar rupiah, tingkat UMR, pertumbuhan penduduk dunia, dan pertumbuhan ekonomi dunia dengan nilai ekspor garmen di Indonesia tahun 1995-2007 - USD Repository

  HUBUNGAN HARGA TEKSTIL INTERNASIONAL, NILAI TUKAR RUPIAH, TINGKAT UMR, PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA DENGAN NILAI EKSPOR GARMEN DI INDONESIA TAHUN 1995-2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Oleh : Neni Listanti 041324021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  HUBUNGAN HARGA TEKSTIL INTERNASIONAL, NILAI TUKAR RUPIAH, TINGKAT UMR, PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA DENGAN NILAI EKSPOR GARMEN DI INDONESIA TAHUN 1995-2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Oleh : Neni Listanti 041324021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

   

  PERSEMBAHAN     

    Dengan tulus aku persembahkan skripsi ini kepada :

  Allah Swt yang telah memberi aku hidup didunia ini Kedua orang tuaku, Bp.Suyanto & Ibu Nasri Kembaranku Neno, dan calon suamiku Mas dody

teman-teman yang selalu mengasihiku

Keluarga besar Pendidikan Ekonomi USD’2004 Almamaterku tercinta.

  MOTTO Se sung g uhnya se suda h ke sulita n itu a da ke muda ha n.

  Ma ka a pa bila ka mu te la h se le sa i da ri se sua tu urusa n , ke rja ka nla h de ng a n sung g uh – sung g uh urusa n ya ng la in.

  (Q S. A l Insy ira h : 6- 7) Ilmu iba ra t e ma s, di ma na pun te mpa tnya , ke duduka nnya te rho rma t. Ano nymo us

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya.

  Yogyakarta, 16 Juni 2010 Penulis Neni Listanti

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan dibawah ini, Saya Mahasiawa Universitas Sanata Dharma : Nama : Neni Listanti Nomor Mahasiswa : 041324021

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dahrma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

HUBUNGAN HARGA TEKSTIL INTERNASIONAL, NILAI TUKAR

RUPIAH, TINGKAT UMR, PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA, DAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA DENGAN NILAI EKSPOR

GARMEN DI INDONESIA TAHUN 1995-2007

  beserta perangkat yang diperlukan ( bila ada ). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan , mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas , dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagia penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal: 16 Juni 2010 Yang Menyatakan, Neni Listanti

  

ABSTRAK

HUBUNGAN HARGA TEKSTIL INTERNASIONAL, NILAI

TUKAR RUPIAH, TINGKAT UMR, PERTUMBUHAN

  

PENDUDUK DUNIA, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA

DENGAN NILAI EKSPOR

GARMEN DI INDONESIA TAHUN 1995-2007

Neni Listanti

  

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2010

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perkembangan nilai ekspor garmen di Indonesia, (2) Hubungan harga tekstil internasional dengan nilai ekspor garmen di Indonesia, (3) Hubungan tingkat UMR dengan nilai ekspor garmen di Indonesia,(4) Hubungan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS dengan nilai ekspor garmen di Indoenesia , (5) Hubungan pertumbuhan penduduk dunia dengan nilai ekspor garmen di Indonesia , dan (6) Hubungan pertumbuhan ekonomi dunia dengan nilai ekspor garmen di Indonesia. Penelitian studi Ex Post Facto penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober-november 2009. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Sumber data merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari Departemen Perdagangan, Biro Pusat Statistik, dan literatur lain yang mendukung.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment dari Pearson.

  Hasil perhitungan analisis menunjukkan bahwa: (1)Tidak ada hubungan antara harga tekstil internasional dengan nilai ekspor garmen (r hitung 0,250 dengan nilai probabilitas 0,344), (2) Tidak ada hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap Dolaar As dengan nilai ekspor garmen (r hitung 0,244 dengan nilai probabilitas 0,422), (3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara UMR dengan nilai ekspor garmen (r hitung 0,384 dengan nilai probabilitas 0,196), (4) Tidak ada hubungan antara pertumbuhan penduduk dunia dengan nilai ekspor garmen (r hitung 0,016 dengan nilai probabilitas 0,957), dan (5) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pertumbuhan ekonomi dunia dengan nilai ekspor

  hitung garmen (r 0,409 dengan nilai probabilitas 0,165).

  

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN INTERNATIONAL TEXTILE’S PRICE, IDR EXCHANGE RATE, AGE LEVEL, WORLD’S

  INHABITANT DEVELOPMENT, AND WORLD’S ECONOMIC DEVELOPMENT AND THE TEXSTILE’S RATE IN INDONESIA IN 1995-2007 Neni Listanti Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2010

  This research aims to know: (1) the texstile’s export development in Indonesia; (2) the correlation between internatioanal textile’s price and textile’s export rate in Indonesia; (3) the correlation between age level and textile’s export rate in Indonesia; (4) the correlation between IDR rate to USD and textile’s export rate in Indonesia; (5) the correlation between world’s inhabitant development and textile’s export rate in Indonesia, and (6) the correlation between world’s economic development and textile’s export rate in Indonesia.

  This is an ex post facto reseach and it was conducted during October and November 2009. The data were gathered by documentation method. The secondary data were colleted from the Department of Commerce, the Centre Bureau of Statistics, and other supporting literatures relabed to the object of the reseach. The technique of data analysis was Pearson product moment

  correlation.

  The results indicate that: (1) there isn’t any correlation between international textile’s export price and the value of garment export (r account 0,250 with the probability value 0,344); (2) there is not any correlation between IDR rate to USD and textile’s export rate (r account 0,244 with the probability value 0,422); (3) there is positive and significant correlation between age level and textile’s export rate (r account 0,384 with the probability value 0,196); (4) there isn’t any correlation between world’s inhabitant development and textile’s export rate (r account 0,016 with the probability value 0,957); and (5) there is positive and significant correlation between world’s economic development and textile’s export rate (r account 0,409 with the probability value 0,165).

KATA PENGANTAR

  Puji Syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat eta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tak lepas dari partisipasi dan bantuan berbagai pihak lain. Oleh karena itu, dengan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Yohanes Harsoyo, S,Pd., M.Si, Selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sekaligus sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi serta selaku Dosen Pembimbing I, terimakasih atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis dari awal hingga akhir dalam proses penyusunan skripsi ini.

  3. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.SI, selaku Dosen Pembimbing II terimakasih atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis dari awal hingga akhir dalam proses penyusunan skripsi ini.

  4. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, Bapak Y.M.Vieney Mudayen, S.Pd, dan Ibu Dra.C.Retno Wigati, M.Si., Selaku Dosen Pendidikan Ekonomi terimakasih untuk bantuan, bimbingan, masukan, serta pelajaran- pelajaran yang diberikan selama dibangku perkuliahan yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi saya.

  5. Mbak titin di Sekretariat Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu dalam segala urusan administrasi penulis.

  6. Segenap karyawan-karyawati Perpustakaan Universitas Sanata yang memadai yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

  7. Ayah & Ibu tercinta, yang tiada henti-hentinya mendoakanku, memberikan dukungan kepadaku, dan telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

  8. Kembarankau Neno terimakasih atas dukungan, doa, dan bantuannya selama ini.

  9. Mas Dody terimakasih atas segala doa,dukungan dan bantuannya selama ini.

  10. Untuk sahabat-sahabatku yang senantiasa meluangkan waktu untuk membantu dalam menyelesaikan penulisan ini.

  11. Untuk komputerku, dengan adanya kau aku dapat menyelesaikan tulisan skrispi ini hehe.....

  12. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membentu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat terbuka dalam menerima segala bentuk kritikan maupun saran yang diberikan demi kabaikan, kemajuan, serta perkembangan skripsi ini.

  Penulis Neni Listanti

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

HALAMAM PERSEMBAHAN...................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAAN KARYA ...................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT

   ...................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xvi

  

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7 C. Batasan Masalah ............................................................................. 8 D. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8 E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11

A. Kinerja Industri Garmen di Indonesia.............................................. 11 B. Perkembangan Ekspor Garmen di Indonesia ................................... 13 C. Negara Tujuan Ekspor Garmen Indonesia ....................................... 15 D. Jenis Ekspor Produk Garmen Indonesia .......................................... 16 E. Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Garmen

  di Indonesia ...................................................................................... 20

  1. Hubungan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar As Dengan Ekspor Garmen ....................................................... 20

  2. Hubungan Tingkat Upah Dengan Ekspor Garmen Di Indonesia ......................................................................... 25

  3. Hubungan Harga Tekstil Internasional Garmen Dengan Ekspor Garmen di Indonesia................................................ 26

  4. Hubungan Pertumbuhan Penduduk Dunia Dengan kspor Garmen di Indonesia ............................................................ 28

  5. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dunia Dengan Ekspor Garmen di Indonesia............................................... 29

  F. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 30

  G. Kerangka Pikiran.............................................................................. 30

  H. Hipotesis........................................................................................... 31

  

BAB III : METODE PENELITIAN .............................................................. 32

A. JenisPenelitian.................................................................................. 32 B. Jenis Data dan Sumber Data ............................................................ 32 C. Waktu Penelitian .............................................................................. 33 D. Variabel Penelitian ........................................................................... 34 E. Teknik Analisis Data........................................................................ 35

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................... 39

A. Deskripsi Data.................................................................................. 39 B. Analisis Data .................................................................................... 40 C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 48

  

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 59

A. Kesimpulan ..................................................................................... 59 B. Saran................................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61

LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1.1Perkembangan Ekspor Tekstil Dan Garmen ...................................... 3 Tabel 11.1Perkembangan Ekspor Tekstil Dan Garmen Indonesai .................... 13

Tabel 11.2 Negara Tujuan Ekspor Garmen Indonesia ...................................... 16Tabel 11.3 Jenis Ekspor Produk Garmen Indonesia .......................................... 19Tabel 11.4 Harga Tekstil Internasional.............................................................. 27

  Tabel IV.1 Data Variabel Terikat Dan Variabel Bebas ..................................... 39 Tabel IV.2 Pengujian Normalitas Masing – Masing Variabel Penelitian .......... 41 Tabel IV.3 Nilai Korelasi Pearson .................................................................... 44 Tabel IV.4 Perbandingan Nilai rhitung Dan rtabel Serta Tingkat

  Signifikansi ..................................................................................... 46 Tabel IV.5 Perkembangan Ekspor Tekstil Dan Garmen Indonesai ................... 50 Tabel IV.6 Harga Tekstil Internasional.............................................................. 52 Tabel IV.7 Nilai Ekspor Garmen Terhadap Nilai Tukar US Dolar .................. 53 Tabel IV.8 Tigkat UMR Per bulan Dengan Ekspor Garmen di Indonesia ........ 55 Tabel IV.9 Pertumbuhan Penduduk Dunia ........................................................ 56 Tabel IV.10 Pertumbuhan Ekonomi Dunia........................................................ 58

  DAFTAR GRAFIK

  Kurva 2.1 Kurva Permintaan Vallas .................................................................. 24 Kurva 2.2 Kurva Penawaran Vallas ................................................................... 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri garmen merupakan salah satu industri prioritas nasioanal yang masih prospektif untuk dikembangkan karena merupakan industri padat karya. Perusahaan padat karya merupakan perusahaan yang penting bagi pembangunan perekonomian Indonesia termasuk perusahaan garmen. Perusahaan garmen Produksi dan penjualan tekstil, pakaian, alas kaki,

  furniture serta produk industri padat karya lainnya merupakan penghasil devisa penting dan menyediakan pekerjaan bagi penduduk usia produktif perkotaan yang kian padat, namun semenjak krisis ekonomi tahun 1998 yang berdampak negatif pada sektor industri, mengakibatkan beberapa cabang industri harus tumbuh negatif dan beberapa jalan ditempat. Termasuk didalamnya industri pakaian jadi (garmen), sebagai salah satu dari tiga kebutuhan pokok manusia yaitu sandang.

  Kondisi industri garmen saat ini pun tidak jauh berbeda, banyak perusahaan yang menutup usahanya dari pada mempertahankan atau membuka usaha di bidang garmen. Terdapat 224 perusahaan garmen yang tercatat dalam departemen perindustrian pada tahun 2006, dan bila dibandingkan dengan tahun 2003 yang mencapai 800-an perusahaan, kondisi ini dapat dikatakan memprihatinkan. Tetapi pada akhirnya Industri garmen terakhir ekspor garmen tidak pernah menurun. Industri ini memang merupakan penyumbang devisa yang tinggi selain penyumbang devisa juga memberikan penambahan pembentukan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu sebesar 3,8% dan juga menambah daya serap tenaga kerja sekitar 1.84 juta tenaga kerja, menambah surplus perdagangan internasioanal sebesar 20.2 persen. Perlu diketahui bahwa sejak zaman orde baru, pendapatan dari pendapatan ekspor garmen amat sangat besar.

  Sampai saat ini, pangsa pasar garmen Indonesia di pasar dunia diperkirakan hanya mencapai 1,57%, maka industri garmen Indonesia kurang mampu bersaing dengan negara lain. Indonesia juga memiliki pasokan tenaga kerja yang melimpah, dengan adanya keunggulan tenaga kerja membuat garmen di Indonesia selalu memiliki prospek yang baik di pasar ekspor, selain itu Indonesia dengan dengan Singapura merupakan salah satu lintas ekspor paling penting di dunia. Industri garmen Indonesia memiliki dua jenis tenaga kerja yang disebut dengan tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung, tenaga kerja langsung lebih sedikit dibandingkan dengan tenaga kerja tidak langsung dimana tenaga kerja langsung sebanyak 360.000 karyawan dan yang tidak langsung sebanyak 7000.000. Dengan banyaknya karyawan dapat menambah jumlah produksi garmen dan juga akan menambah pada jumlah ekspor garmen (Hermawan, 2009).

  Pada tahun 2007, garmen Indonesia diekspor ke beberapa negara diantaranya AS, China dan India dengan rata-rata cukup banyak,dan permintaan ekspor dari luar negeri terus meningkat, dengan meningkatnya menyalurkan kredit kesektor industri garmen. Tetapi Indonesia juga harus berhati-hati walaupun ekspor garmen terus meningkat, karena mempunyai banyak pesaing terutama dengan negara China dan India. Untuk menghadapi pesaing-pesaing dari negera tersebut Indonsia dituntut untuk lebih responsif terhadap pasar dan meningkatkan produk menjadi lebih baik. Selain itu Indonesia merupakan produsen garmen kesembilan di dunia dengan nilai total ekspor US$ 9,4 miliar. Negara Indonesia tidak hanya mengekspor produk garmen saja tetapi juga mengekspor tekstil, di sini dapat dilihat bagaimana perkembangan ekspor garmen dan tekstil.

  Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Tekstil dan Garmen

  Perkembangan Ekspor Tekstil dan Garmen (US$ ) miliar No

  Tahun Tekstil Garmen 1 2001 3,04 4,13 2 2002 3,01 3,74 3 2003 2,96 3,94 4 2004 2,90 4,29 5 2005* 3,06 4,67

  Keterangan : * proyeksi Sumber : Bank Indonesia, Asosiasi Pertekstilan Indonesia Meskipun produksi tekstil, terutama yang di ekspor menurun hingga 30 persen, permintaan ekspor garmen relatif stabil, bahkan ada yang mampu meningkat hingga 15 persen.

  Di Indonesia industri garmen memang merupakan industri nasional, pendapatan devisa negara yang dihasilkan cukup tinggi dari sektor garmen. walaupun saat ini banyak bermunculan sejumlah produk impor, tetapi Industri garmen tetap bertahan. Menurut Menperindag, selama ini Indonesia telah dengan nilai tidak kurang US$ 7 miliar per tahun. Namun Menperindag mengakui bahwa selama ini ekspor produk tekstil dan garmen Indonesia tersebut masih lebih banyak didominasi oleh produk tekstil dan garmen berkualitas menengah ke bawah yang diproduksi oleh industri padat karya.

  Sementara itu, persaingan di pasar produk tekstil dan garmen kualitas menengah ke bawah kini sudah sangat ketat dengan membanjirnya produk dari China, India, Vietnam dan lain-lain. Karena itu, untuk menyiasati kondisi seperti itu sudah waktunya bagi Indonesia untuk mulai mencoba memproduksi produk tekstil dan garmen berkualitas tinggi untuk pasar menengah ke atas. Sebab kalau Indonesia terus berkutat di pasar tekstil dan garmen berkualitas menengah ke bawah Indonesia tidak akan mampu bersaing lagi dengan produk dari China, India, Vietnam yang harganya lebih murah. Di Indonesia saat ini ratusan pabrik tekstil dan garmen kini mengalami gulung tikar terkait adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang berdampak meningkatnya biaya operasional yang harus ditanggung perusahaan., berdasarkan pemaparan pengurus Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), pengusaha tekstil dan garmen di Indonesia saat ini mengalami penurunan. yang mana sebelumnya, pemilik usaha tekstil dan garmen di Indonesia sebanyak 1.600 orang dan saat ini hanya tersisa 1.200 orang yang masih bertahan.

  Selain masalah persaingan, kenaikan harga bahan baku tekstil internasional juga sangat berhubungan terhadap nilai ekspor garmen, karena terhadap arus kas perusahaan garmen dan garmen sulit berkembang sehingga nilai ekspor akan semakin berkurang. Karena Garmen Indonsia masih banyak yang menggunakan bahan dari tekstil yang kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan jenis kain lainnya. Sehingga apa bila kain katun naik maka jumlah eskpor garmen juga akan mengalami penurunan (Menperindag, 2007).

  Kenaikan harga bahan baku tekstil internasional naik maka akan berhubungan juga terhadap UMR para buruh. Apabila harga tekstil internasional naik maka UMR akan mengalami penurunan karena jumlah ekspor juga akan menurun seiring dengan mahalnya bahan baku tekstil internasional .Sebenarnya UMR para buruh sudah dinaikkan pada tahun 2007 sebesar 22,36% tetapi banyak para pengusaha garmen yang menolak karena ketentuan UMR yang baru sangat berat, dengan adanya kenaikan UMR juga akan menambah biaya antara 6-8 % dari total biaya perusahaan, kondisi ini sangat berat bagi perusahaan garmen akan berdampak pada kebangkrutan atau gulung tikar. Sedangkan UMR di Indonesia sendiri dilaksanakan setiap tahunnya kalangan pengusaha India yang tergabung Economic Association of Indonesia and India (ECAII) meminta agar kenaikan upah minimum regional di Indonesia dilaksanakan secara berkala, tidak setiap tahunnya. Karena akibat kenaikan UMR ini menyebabkan mereka sulit membuat kontrak kerjasama baru dengan para pembelinya di luar negeri karena mereka tidak dapat memperkirakan besarnya kenaikan UMR dalam perhitungan biaya produksi UMR di Indonesia mencapai 161 persen atau rata-rata 20 persen setiap tahunnya yang akhirnya menyebabkan produk Indonesia tidak kompetitif lagi (Sulaksono, 2003).

  Kalangan eksportir seperti industri garmen dan pengusaha yang produknya berorientasi ekspor juga akan mengeluhkan penguatan nilai rupiah apa bila nilai rupiah tinggi. Karena dengan nilai tukar rupiah semakin meningkat maka akan berdampak pada jumlah ekspor garmen. Kalau penguatan itu terus terjadi misalnya hingga level Rp 7.000-an, bukan tidak mungkin banyak eksportir yang menghentikan usahanya karena tidak kuat menanggung kerugian karena industri garmen tidak mampu membeli bahan baku begitu juga dengan industri tekstil yang saldo ekspornya dalam mata uang US dolar.

  Selain nilai tukar rupiah, pertumbuhan penduduk dunia juga berhubungan terhadap nilai ekspor garmen. Pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi berarti diperlukannya usaha yang semakin besar untuk mempertahankan suatu tingkat kesejahteraan rakyat tertentu di dalam memenuhi kebutuhan pokok seperti pakaian. Faktor pertumbuhan penduduk dunia merupakan faktor pendorong dalam perdagangan salah satunya ekspor garmen. Semakin banyak jumlah penduduk dunia maka semakin banyak pula kebutuhan akan pakain, bertambahnya jumlah penduduk dunia dipengaruhi karena adanya angka kelahiran yang semakin pertumbuhan ekonomi juga harus meningkat. Karena semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka akan semakin meningkat daya beli masyarakat terhadap suatu barang.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan dalam masalah ini adalah : a. Bagaimana perkembangan nilai ekspor garmen di Indonesia tahun 1995-

  2007?

  b. Apakah ada hubungan antara harga tekstil internasional terhadap nilai ekspor garmen di Indonesia tahun 1995-2007? c. Apakah ada hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

  Serikat terhadap nilai ekspor garmen tahun 1995-2007?

  d. Apakah ada hubungan antara tingkat UMR terhadap nilai ekspor garmen tahun 1995-2007? e. Apakah ada hubungan antara pertumbuhan penduduk dunia terhadap nilai ekspor garmen di Indonesia 1995-2007? f. Apakah ada hubungan antara penduduk dunia terhadap terhadap ekspor garmen di Indonesia 1995-2007?

  C. Batasan Masalah

  Dalam penelitian ini dibatasi bagaimana perkembangan ekspor garmen, hubungan harga tekstil internasional terhadap nilai ekspor garmen, nilai tukar tingkat UMR terhadap ekspor garmen, pertumbuhan penduduk dunia dan pertumbuhan ekonomi dunia terhadap nilai ekspor garmen.

D. Tujuan Penelitian

  a. Untuk mengetahui perkembangan ekspor garmen di Indonesia tahun 1995- 2007.

  b. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara harga tekstil internasioanl terhadap ekspor garmen tahun 1995-2007.

  c. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap dolar terhadap ekspor garmen di Indonesia tahun 1995-2007.

  d. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat UMR ekspor garmen, terhadap nilai ekspor garmen di Indonesia 1995-2007.

  e. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pertumbuhan penduduk dunia, terhadap nilai ekspor garmen di Indonesia 1995-2007.

  f. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pertumbuhan ekonomi dunia, terhadap nilai ekspor garmen di Indonesia 1995-2007.

E. Manfaat penelitian

  Hasil penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi pihak-pihak antara lain:

  1. Bagi Pemerintah

  Dapat memberikan pertimbangan kepada pemerintah untuk dapat meningkatkan jumlah ekspor garmen dan dapat mengetahui bagaimana perkembangan jumlah ekspor garmen.

  2. Bagi Peneliti Dapat sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau menambah wawasan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor garmen.

  3. Bagi Universitas Sanata Dharma Penelitian ini dapat menambah referensi koleksi perpustakaan

  Universitas Sanata Dharma Yoyakarta, yang berguna bagi mahasiswa /mahasiswi Universitas Sanata Dharma serta pihak-pihak yang membutuhkan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan ksusunya ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor garmen di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Industri Garmen di Indonesia Kinerja industri pakaian jadi atau garmen dari tahun ketahun

  mengalami penurunan rata-rata turun sekitar 40% pada kuartal pertama yaitu 2006, hal ini dikarenakan melemahnya ekonomi di dalam negeri dan turunnya daya beli masyarakat terhadap produk garmen. Disaat ini banyak masyarakat yang mengurangi membeli pakaian, tetapi masyarakat lebih mengutamakan membeli kebutuhan sehari-hari yaitu makanan, sehingga hal ini menyebabkan ekspor garmen menurun. Semakin menurunya ekspor garmen ini juga karena disebabkan semakin banyaknya produk impor yang murah masuk kedalam negeri sehingga tidak mudah disaingi oleh para produsen.

  Menurut Asosiasi produsen Garmen Indonesia (APGI) jumlah perusahaan garmen di indonesia pada tahun 2006 mencapai 860 perusahaan, dan pada tahun 2002 turun menjadi 840 perusahaan, dan menjadi 855 pada tahun 2003 dengan total tenaga kerja mencapai 35.2000 orang (2007, Jakarta 2/6). Namun pada tahun 2008 industri garmen tengah menghadapi adanya kelangkaan jumlah tenaga kerja terampil di sektor garmen. Padahal, permintaan para pembeli (buyer) dunia terus meningkat dalam mencari tenaga kerja yang mempunyai keahlian tertentu di bidang garmen agak sulit.

  Sementara itu permintaan pasar terus melonjak dan semakin kompleks, kelangkaan tenaga kerja terampil di industri garmen terjadi karena

  (2008, Jakarta, Hanum)

  . Kinerja ekspor garmen semakin melemah dan permintaan akan produk garmen dalam keadaan stagnan (Website Dinas

  Perindustrian & Perdagangan Jawa Barat) http://disperindag-jabar.go.id/.

  Tetapi, kinerja industri garmen indonesia masih bisa diandalkan sebagai sebagai penyumbang devisa bagi negara.

  Selain itu, perkembangan kinerja industri garmen di Idonesia setiap tahun mengalami perubahan, dimana pada tahun 1970- 1985 kinerja industri garmen di Indonesia tumbuh dengan lambat dan hanya bisa memenuhi pasar domestik saja, sedangkan pada tahun1986 industri TPT Indonesia mulai tumbuh dengan pesat dibandingkn tahun sebelumnya, dan pada tahun 1986 – 1997 kinerja industri garmen Indonesia terus meningkat dan membuktikan sebagai industri yang strategis dan sekaligus sebagai andalan penghasil devisa negara sektor non-migas pada saat ini pakaian jadi (garmen) merupakan suatu primadona, tetapi pada tahun 19998-2002 kinerja industri garmen mengalami kesulitan kembali karena ekspor garmen mengalami fluktuatif, pada periode 2003-2006 industri garmen mengalami upaya revitalisasi stagnant yang disebabkan karena adanya kesulitan biaya dan iklim usaha yang tidak kondusif dan pada akhir tahun 2007 perkembangan industri garmen mengalami masa pertengahan dimana dimulainya pergantian permesinan (Djafri, 2003 ).

B. Perkembangan Ekspor Garmen Di Indonesia

  Industri-industri padat karya, termasuk industri tekstil, garmen, dan lonjakan ekspor mereka, selama tahun-tahun pertama setelah krisis ekonomi Asia bisa menarik manfaat dari depresiasi kurs devisa riil yang tajam. Akan tetapi pertumbuhan ekspor industri-industri ini, termasuk industri tekstil dan garmen, sesudah 2000 bertumbuh tersendat-sendat (tabel 3).

  Tabel II. 1 Ekspor garmen dan Tekstil Indonesia 1995-2007

  No Tahun Ekspor Tekstil ( Jutaan USS )

  Ekspor Garmen (Jutaan USS ) 1 1995 1,725 3,100

  2 1996 3,505 3,591 3 1997 3,390 4,181 4 1998 3,463 3,817 5 1999 3,086 3,777 6 2000 3,540 4,581 7 2001 3,040 4,134 8 2002 3,009 3,742 9 2003 2,964 3,944

  10 2004 2,900 4,289 11 2005 3,059 4,672 12 2006 9,333 9,333 13 2007 7,033 2,197

  Sumber : Bank Indonesia, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Dari tabel diatas maka dapat disimpulkan, bahwa industri-industri padat karya ini ternyata kurang mampu bersaing dengan China, Vietnam dan negara-negara pesaing lainnya yang bisa beroperasi dengan biaya produksi yang lebih rendah (Aswicahyono & Hill, 2004: 289-90). Pada umumnya dapat disimpulkan bahwa kinerja ekspor hasil-hasil industri Indonesia sejak krisis ekonomi Asia kurang menggembirakan. Kemerosotan yang paling tajam dalam pertumbuhan ekspor dialami oleh hasil-hasil industri manufaktur di sawit, kayu lapis, mebel, alas kaki, dan kain tenun. Kinerja ekspor yang lemah ini lebih banyak mencerminkan masalah-masalah domestik ketimbang perkembangan eksternal yang kurang menguntungkan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan perdagangan dunia yang bertumbuh dari hampir 5 persen dalam 2003 sampai 10 persen dalam 2004, sedangkan pertumbuhan ekspor Indonesia selama masa ini hanya mencapai 3 persen (World Bank,2004:i). Walaupun setiap tahun nilai ekspor non-migas Indonesia, termasuk produk-produk tradisional dan padat karya seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, meubel dan produk-produk lainnya dari kayu, menunjukkan pertumbuhan positif, namun laju pertumbuhannya cenderung melemah dalam beberapa tahun belakangan ini. Tahun 2007, pertumbuhan ekspor dari produk-produk kimia, mesin dan peralatan transportasi, dan barang-barang manufaktur lainnya tercatat 9,9% dibandingkan 15.8% tahun 2001 (APEC 1997). Pada pasar global kini tak cukup lagi ditembus dengan sekadar membuat produk garmen berkualitas baik. Industri garmen dituntut menawarkan produk dalam satu paket layanan lengkap. Untuk itu, efisiensi bukan saja mesti dilakukan dalam proses produksi, tetapi juga ditentukan oleh jaringan pasokan bahan baku hingga penetrasi pasar. Garmen masih bertahan menjadi salah satu komoditas ekspor andalan.

  Nilai ekspor garmen bukan rajutan tahun 2006 mencapai 3,38 miliar dollar Amerika Serikat (AS), atau 36 persen dari total ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) yang mencapai 9,4 miliar dollar AS. Dengan perolehan devisa itu, TPT menyumbang 12 persen dari total nilai ekspor nonmigas tertolong oleh pembatasan ekspor garmen dari China dan Vietnam ke pasar AS dan Uni Eropa. Disini terdapat perbedaan antara tekstil dan garmen, yaitu tekstil berasal dari bahasa latin, yaitu textiles yang berarti menenun atau tenunan. Namun secara umum tekstil diartikan sebagai sebuah barang/benda yang bahan bakunya berasal dari serat (umumnya adalah kapas, poliester, rayon) yang dipintal (spinning) menjadi benang dan kemudian dianyam/ditenun (weaving) atau dirajut (knitting) menjadi kain yang setelah dilakukan penyempurnaan (finishing) digunakan untuk bahan baku produk tekstil. Produk tekstil disini adalah pakaian jadi (garment), tekstil rumah tangga, dan kebutuhan industri.

C. Negara Tujuan Ekspor Garmen Indonesia

  Indonesia merupakan pengekspor negara terbesar, baik dalam ekspor migas maupun non-migas salah satunya adalah ekspor produk garmen. Salah satu negara tujuan ekspor garmen Indonesia adalah negara Amerika Serikat, merupakan pasar ekspor terbesar bagi Indonesia setelah negara Jepang bagi produk-produk Indonesia khususnya produk garmen. Berdasarkan Badan Statistik (BPS) negara Amerika Serikat setiap tahunnya menduduki peringkat kedua sebagai negara tujuan ekspor garmen Indonesia.

  Tabel II.2 Negara Tujuan Utama Ekspor Garmen Indonesia

  No Negara Tujuan 2006 (US$ miliar) 2007 (US$ miliar)

  1 Jepang 12,8 12,8

  2 Amerika 12,5 11,6

  3 Singapura 10,1 9,8

  4 China 7,7 7,2

  Rata-rata produk yang diekspor ke negara tersebut adalah produk garmen dan tekstil, tetapi ada juga seperti produk sepatu, pertanian, produk kayu dan Furnitur. Hubungan perdagangan Indonesia dengan China sendiri saat ini mrningkat cukup signifikan, dimana produk-produk dari Indonesia yang diekspor ke Cina sebagian besar CPO, batubara, produk kimia, spare parts mesin setengah jadi, karet, coklat, buah salak dan produk garmen terutama sol sepatu. Pada sat ini ekspor produk garmen ke Amerika Serikat akan semakin sulit dengan ketatnya persaingan di tengah melemahnya permintaan akibat krisis keuangan yang melanda negara tersebut.

D. Jenis Ekspor Produk Garmen Indonesia

  Jenis produk ungulan garmen Indonesia yang diekspor yaitu tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki, sepatu, banyak produk garmen yang diekspor untuk melayani pasar dunia yang sedang berkembang. Produk yang diekspor oleh industri garmen Indonesaia adalah sejenis blus dan kemeja wanita yang terbuat dari katun; pullover dan cardigan yang terbuat dari bahan tekstil lainnya, gaun wanita yang terbuat dari bahan tekstil dan rok wanita yang terbuat dari serat sintetis dan masih banyak lagi (Supriyanto, 2007).

  Jenis produk garmen baik usaha menengah maupun yang bersekala besar yang banyak diekspor adalah pakaian kerja dan pakain seragam, dan sepatu atau alas kaki. Dimana produk-produk tersebut banyak diekspor ke negara Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan Timur Tengah. Dilihat dari mencapai 4 juta orang, anak usia sekolah 64 juta. Itu belum lagi TNI/Polri dengan asumsi masing-masing dalam setahun setiap orang menggunakan 2 stel pakaian dan 2 stel sepatu. “Dengan demikian secara nasional peluang pasar untuk produksi garmen, pakaian jadi dan sepatu sangat besar (Fahmi, 2009).

  Industri garment atau pakaian terus berkembang selama beberapa dekade terakhir dan memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi beberapa negara, baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Seiring dengan majunya industri garment, telah banyak pula regulasi yang tercipta dari beberapa persetujuan bilateral seperti dari Multi Fiber Arrangement (MFA), sebuah persetujuan yang dibuat oleh negara importir. Pada akhir tahun 2005, MFA regime berintegrasi dengan WTO regime menciptakan peluang persaingan yang tinggi bagi negara-negara exportir garment dan menghadapkan mereka pada negara-negara yang memiliki daya saing tinggi. MFA menduduki tantangan yang lebih besar pada negara eksportir garmen yang sedang berkembang, karena negara importir garmen, yaitu negara maju memberi tekanan pada isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan dan kebutuhan sosial, kebutuhan teknologi, dan lainnya bagi negara-negara eksportir. Industri garmen Indonesia, merupakan salah satu sektor industri domestik terbesar yang telah memberikan kontribusi pada perkembangan ekonomi dan generasi karyawan pada negara. Contoh-contoh yang ada merupakan hasil seleksi dari petunjuk eksportir eksportir besar di eksportir garmen Indonesia. Dengan menggunakan varimax rotation, tujuh faktor muncul dari survei di Indonesia. Faktor persaingan dan strategi yang diambil oleh eksportir juga telah dianalisa. Pada akhirnya persepsi eksportir garmen Indonesia keseluruhan mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki persaingan yang kurang dibandingkan dengan negara-negara pesaing lainnya (Setiyadi, 2005).

  Namun sejak Sejak dicabutnya kuota ekspor tekstil oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 1 Januari lalu, menyebabkan perdagangan non migas terutama garmen (pakaian jadi) di Indonesia terutama dari Bali ke AS anjlok lebih dari 50% (Artawayasa, 2004).

  5 Jas Hujan Pria, dari Serat Buatan, tidak Dirajut

  0,7

  9 Rok Wanita, dari Serat Sintetis, tidak Dirajut

  0,6

  8 Pakaian Renang Wanita, dari Serat Sintetis, Dirajut

  7 Garmen & Aksesoris Pakaian Bayi, dari katun, Dirajut 0,9

  1,2

  6 Gaun Wanita, dari Serat Sintetis, tidak Dirajut

  1,0

  1,2

  Tabel II.3 Jenis Ekspor Produk Garmen Indonesia Tahun 2002-2007

  4 Blus & Kemeja Wanita, dari Bahan Tekstil lainnya, tidak Dirajut

  3,8

  3 Celana Panjang dan Celana Pendek Wanita, dari Katun, tidak Dirajut

  2 Celana panjang dan celana pendek Pria, dari Katun, tidak Dirajut 4,9

  1 Kemeja Pria, dari Katun, tidak Dirajut. 6,4

  Garmen Utama

  Garmen (dalam Juta Dolar Amerika)

  No Komoditas Rata-rata Ekspor Produk

  Sumber : Global Trade Atlas

E. Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Garmen di Indonesia

  1. Hubungan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar As Dengan Ekspor Garmen.

  Perubahan nilai tukar berhubungan terhadap nilai ekspor dan impor.Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar maka kurs valuta asing akan berubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran secara langsung akan mempengaruhi nilai ekspor dan impor, hal ini dapat terjadi karena di dalam nilai kurs, selain hal di atas juga di pengaruhi oleh perubahan dan permintaan kurs valuta asing. Permintaan juga dapat menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing, dalam hal ini kurs tidak dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, berdasarkan pada uraian diatas maka nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, dapat dibedakan menjadi dua:

  a. Nilai tukar tetap (Fixed Excahange Rate) Merupakan nilai tukar dimana pemerintah masih bisa melakukan devalusai (penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing), dengan kata lain pemerintah menetapkan tingkat kurs mata uang negara tersebut dengan mata uang negara lain, dan berusaha untuk mempertahankan dengan berbagai kebijakan.

  Pertama , tindakan secara langsung berupa pembelian mata uang

  sendiri dengan mata uang asing oleh bank sentral apabila kurs di pasar merosot dibawah tingkat yang sudah ditentukan oleh otoritas moneter, langsung berupa penjatahan nilai tukar tetap pada tingkat kurs yang ditetapkan.

  Nilai tukar tetap pada saat devaluasi (penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang yang sengaja dilakukan oleh pemerintah), maupun revaluasi (menaikkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang sengaja dilakukan oleh pemerintah), akan mempengaruni nilai ekspor dan impor. Pada saat devaluasi maka akan menaikkan nilai ekspor dan menurunkan nilai impor, karena nilai tukar rupiah memiliki nilai yang tinggi terhadap mata uang di luar negeri (nilai Dolar AS), misalnya : nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 15.000,00 (di luar negeri) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 10.000,00 (didalam negeri) maka nilai ekspor akan naik dan nilai impor mengalami penurunan di dalam negeri, hal ini dapat terjadi karena untuk mengimpor, suatu negara harus menggunakan nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar Rp 15.000,00 sehingga suatu negara akan memilih menaikkan ekspor untuk memperoleh devisa dibandingkan dengan melakukan impor.

  Nilai tukar tetap pada saat revaluasi (menaikkan mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang sengaja dilakukan oleh pemerintah), maka akan menaikkan impor dan menurunkan ekspor, hal ini dapat terjadi karena pada saat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami kenaikan maka nilai ekspor akan turun, misalnya nilai dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 15.000,00 (dalam negeri), maka akan menyebabkan suatu negara lebih memilih mengimpor dari luar negeri, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan membeli di dalam negeri dengan biaya yang lebih mahal.

  b. Nilai tukar mengembang (Floating Exchange Rate) Nilai tukar merupakan suatu nilai tukar rupiah, nilai kurs tukar mengembang ditentukan secara bebas oleh tarik menarik kekuatan pasar. Keuntungan dari pasar nilai tukar mengambang adalah bahwa tingkat kurs yang berlaku selalu sama dengan tingkat kurs keseimbangan, tidak ada masalah surplus atau defisit neraca pembayaran.

  Nilai tukar mengambang pada saat depresi (penurunan harga dalam valuta domestik dari valuta luar negeri sesuai dengan mekanisme pasar) maupun apresiasi (kenaikan harga yang dinyatakan dalam valuta domestik dari valuta luar negeri sesuai dengan mekanisme pasar), akan mempengaruhi nilai ekspor dan impor. Pada saat depresiasi maka akan menyebabkan nilai ekspor dan menyebabkan dan menurunkan impor, hal ini dapat terjadi karena nilai tukar rupiah terhadap dolar akan turun, misalnya: nilai dolar terhadap rupiah di dalam negeri Rp10.000,00 dan nilai dolar terhadap AS terhadap rupiah di luar negeri sebesar Rp15.000,00 maka akan lebih memilih mengekspor ke luar negeri karena akan mendapatkan devisa yang lebih tinggi dibandingkan dengan melakukan impor.

  Nilai tukar mengambang pada saat apresiasi (kenaikan harga dinyatakan dalam valuta domestik dari valuta luar negeri dengan mekanisme pasar), hal ini dapat mempengaruhi ekspor dan impor, nilai ekspor akan megalami penurunan dan nilai impor mengalami kenaikan, hal ini dapat terjadi karena nilai tukar rupiah terhadap dolar akan naik, misalnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di luar negeri sebesar Rp10.000,00 dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di dalam negeri sebesar Rp15.000,00 maka suatu negara akan memilih mengimpor di bandingkan dengan mengekspor, karena akan mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan produksi di dalam negeri (Nopirin,1996).

  Kurva II.1 Kurva permintaan vallas

  

RP D1

D0 S

  1 D1

D0 US$

  Keterangan Kurva : D0 : Permintaan awal D1 : Permintaan setelah adanya perubahan

  E1 : Keseimbangan pada saat perubahan harga S : Penawaran akan valuta asing

  Kurva II.2 Kurva penawaran vallas

  Rp SI

  1 S0

D0 US$

  E1 E0 Keterangan Kurva : S0 : Penawaran Awal S1 : Penawaran detelah adanya perubahan E0 : Keseimbangan pada saat perubahan vallas pada saat penawaran awal

  2. Hubungan Tingkat Upah Dengan Ekspor Garmen Di Indonesia.

  Industri garmen merupakan industri skala besar dan berorientasi pada ekspor secara umum dapat menetukan kebijakan upah dengan baik.