BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori - UPAYA MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI MASALAH-MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DI KELAS IV SD NEGERI KALIKEMBANG - repository perpusta

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pendidikan Karakter Menurut Aunillah (2011 : 18-19) pendidikan karakter adalah

  sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa sehingga akan terwujud insan kamil. Pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan (habit) sehingga sifat anak akan terukir sejak dini, agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari (Fitri, 2012 : 21).

  Menurut T.Ramli (2003) dalam (Sulistyowati, 2012 : 23), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia, masyarakat, dan warga negara yang baik. Karakter seseorang bergantung pada watak dan moral tersebut yang telah terbentuk yang nantinya akan berpengaruh pada perilaku seseorang.

  Moral values do carry connotations of right and wrong. Moral values influence patterns of interpersonal relationship, and they help people define appropriate and inappropriate behavior. Among

  8

  

moral values that are of particular interest to the social studies

teacher are those focusing on justice, equality, fairmess, basic

rights such as life and liberty, freedoms such as religion and

speech, respect for human worth and dignity, and the rule of law.

Some moral values are deeply held throughout the world. For

example, an immoral act. Such basic moral values ought to be

emphasized in every social studies program. The actions and live of

other and study other cultures has little meaning unless it is related

to these concept of morality. Fraenkel, (1977: 107).

  Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Fraenkel, hubungan seseorang ternyata mampu menentukan moral dan menentukan pantas atau tidaknya perilaku seseorang. Masalah yang ada di dalam sekolah bukan untuk menentukan nilai yang wajib ditaati yang sejalan dengan Benninga (1991:5).

  

The problem for classroom teachers and school principals, then, is

not to define the vlues to which students should adhere but rather

to decide how to teach these values honestly and realistically.

  Agar pribadi itu berkembang sesuai dengan karakter yang positif sehingga dapat terbentuk menjadi kepribadian yang baik. Dari uraian dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi yang positif sehingga sifat positif tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-niai karakter pada peserta didik dapat dikembangkan melalui penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Jadi peran guru sangatlah penting untuk membentuk karakter positif anak di sekolah maupun di luar sekolah.

2. Pengertian Rasa Ingin Tahu

  Rasa ingin tahu menurut Mustari (2011:103), adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Setiap orang termasuk anak kecil memiliki rasa ingin tahu. Anak akan selalu bertanya tentang hal-hal yang dilihat, didengar, diraba, dikecap bahkan dirasakannya. Menurut Mustari (2011:104), Kuriositas (rasa ingin tahu) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Menurut Sulistyowati (2012:74), rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. Penjelasan mengenai rasa ingin tahu juga dikemukakan oleh Paul Though dalam the wall street journal (2010) yaitu:

  “There is something undeniably compelling about the cognitive hypothesis. The world it describes is so reassuringly linear, such a clear case of inputs here leading to outputs there. Fewer books in the home means less reading ability; fewer words spoken by your parents means a smaller vocabulary; more math work sheets for your 3-year-old means better math scores in elementary school. But in the past decade, and especially in the past few years, a disparate group of economists, educators, psychologists and neuroscientists has begun to produce evidence that calls into question many of the assumptions behind the cognitive hypothesis.What matters most in a child's development, they say, is not how much information we can stuff into her brain in the first few years of life. What matters, instead, is whether we are able to help her develop a very different set of qualities, a list that includespersistence, self-control, curiosity, conscientiousness, grit and self-confidence. Economists refer to these as noncognitive skills, psychologists call them personality traits, and the rest of us often think of them as character.”

  Menurut Hadi. S dan Nilam Permata (2010:10) sumber rasa ingin tahu dibagi menjadi 2, yaitu : a)

  Kebutuhan Rasa ingin tahu muncul dari kesadaran kita akan kondisi masyarakat yang terdapat disekitar kita ataupun sesuatu yang kita alami sehari-hari. Rasa ingin tahu biasa kita alami jika ada sesuatu persoalan yang belum terselesaikan. Ketidakmampuan ini biasanya disebabkan karena pengetahuan dan sumber daya yang minim, kondisi yang demikian dapat mendorong kita untuk mencari jawaban atau solusi persoalan maka di sinilah rasa ingin tahu akan beraksi. Kita akan mencari cara untuk mengatasi persoalan tersebut. Cara mengatasi persoalan tersebut bisa dilakukan dengan membaca berbagai sumber yang berhubungan ataupun dengan bertanya kepada orang yang berkapasitas.

  b) Keanehan

  Keanehan berasal dari kata dasar aneh. Kata ini memiliki makna sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang umum dilihat maupun dirasakan karena berlawanan dengan kebiasaan atau aturan yang telah disepakati. Rasa ingin tahu akan muncul, karena sesuatu yang aneh atau janggal itu tentunya membuat kita penasaran untuk mencari tahu penyebabnya. Tujuan dari rasa ingin tahu keanehan adalah penggambaran dan penjelasan yang kemudian disebut pemahaman.

  Untuk mengembangkan rasa ingin tahu pada anak, kebebasan si anak itu sendiri harus ada untuk melakukan dan melayani rasa ingin tahunya. Kita tidak bisa begitu saja menghardik mereka ketika kita tidak tahu atau malas saat mereka bertanya. Cara terbaik yang digunakan adalah kita memberikan kepada mereka cara-cara untuk mencari jawaban.

  Berdasarkan berbagai pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu mampu mengembangkan rasa penasaran siswa dan dengan kebebasan, anak akan melakukan dan melayani rasa ingin tahunya dengan melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam menentukan jawabannya. Sikap yang ditunjukkan siswa dalam memenuhi kebutuhkan siswa guna mengembangkan pengetahuan awal siswa baik melalui bertanya ataupun melakukan pengamatan. Rasa ingin tahu dapat menimbulkan motivasi individu untuk mendapatkan sesuai harapan. Dengan demikian, siswa mungkin akan banyak bertanya untuk memenuhi rasa ingin tahu atau menjawab pertanyaan yang muncul atau ditanyakan siswa yang akan bertanya kepada guru atau mencari jawaban sendiri. Berikut ini adalah rincian indikator rasa ingin tahu yang tersaji dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Karakter Rasa Ingin Tahu.

  No. Nilai Indikator

  1. Rasa ingin  Mengundang Rasa Ingin Tahu tahu  Eksplorasi Lingkungan Siswa Terprogram  Media Internet dan Komunikasi Menurut Wibowo (2012: 102) menyatakan bahwa sikap bersahabat atau komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

2. Prestasi Belajar a.

  Pengertian Belajar Menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, sehingga seseorang yang telah melakukan proses belajar maka akan memperoleh suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang, sedangkan menurut

  Dimyati dan Mudjiono (2006: 7), mengemukakan bahwa belajar merupakan tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri, dan yang menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

  Menurut Hamalik (2009:36), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses dari kegiatan dan bukan dari hasil. Belajar bukan hanya mengingat tetapi cakupanya lebih luas yaitu lebih menekankan pada perubahan tingkah laku. Schunk (2008:2) menyatakan Learning

  is enduring change in behavior, or in the capacity to behave in a given fashion which result from practice or other forms af experience .

  Sedangkan menurut Learning as a change in behavior or in

  potential behavior that occurs as a result of experience. This definition has several important elements. First, it excludes change in behavior that occur as a result of purely phsiycal factors such as maturation, injury, fatigue or drugs. Second, by using the term “potential” behavior, the definition includes two different aspects of learning : “knowing how” and “doing”

  (Smith, 1940 : 197). Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas, peneliti dapat disimpulkan bahwa belajar adalah untuk memperoleh pengetahuan baru. Belajar memerlukan latihan yang didalamnya seseorang memahami tentang sesuatu yang sedang dipelajarinya.

  b.

  Pengertian prestasi belajar Pendidikan merupakan kebutuhan untuk semua orang. Anak harus dididik lebih tinggi dari orang tua mereka dan mempelajari keahlian yang lebih maju yang nantinya akan membawa mereka untuk mencapai prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar, yaitu titik dimana peserta didik mampu menguasai bahan pelajaran yang diajarkan.

  Menurut para ahli mengemukakan pendapatnya, prestasi menurut Hamdani (2011: 137), adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Prestasi belajar menurut Arifin (2011: 12) merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar (achievement) mempunyai barbagai fungsi utama antara lain: a.

  Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

  b.

  Prestasi belajar sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu.

  c.

  Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

  d.

  Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

  e.

  Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.

  Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu

  (Ahmadi, 1991:130), maka apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidak lah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar.

  a. Faktor internal, yang terdiri dari: 1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. 2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas: a) Faktor Intelektif yang meliputi faktor potensial (kecerdasan dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah dimiliki.)

  b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

  b. Faktor eksternal, yang terdiri dari: 1) Faktor sosial, meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

  3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

  4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

  Menurut Arif Gunarso (dalam Hamdani 2011:138) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi merupakan harapan dan cita-cita yang dimiliki oleh setiap siswa, siswa yang berprestasi apabila telah menunjukkan hasil belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Prestasi belajar disekolah salah satunya diukur menggunakan tes prestasi belajar, dari hasil tes prestasi belajar ini merupakan salah satu informasi yang sangat penting yang nantinya digunakan untuk mengambil keputusan pendidikan. Tes prestasi yang layak tentulah dapat diperoleh apabila penyusunannya didasari prinsip-prinsip pengukuran yang berlaku sehingga menjadi saran yang positif dalam meningkatkan proses belajar mengajar.

  Menurut Arifin, (2009:12) kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tersendiri pada manusia, semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

  a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

  b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

  c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

  d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan dan sebalikinya.

  e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) pesrta didik.

  Berdasarkan definisi dan pengertian prestasi belajar menurut para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil akhir usaha belajar yang dicapai oleh seorang siswa yang berupa suatu kecakapan dan ketangkasan dari kegiatan belajar di sekolah pada jangka waktu tertentu yang ditunjukan dalam bentuk tes serta nilai yang diberikan oleh guru. Penelitian ini dimaksudkan prestasi belajar IPS dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, dengan diukur melalui tes pada materi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar inilah yang menjadi tugas guru dan orang tua serta lingkungan masyarakat.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial di SD a.

  Pengertian IPS di SD Menurut Sapriya (2008: 160) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat

  SD/MI/SDLB. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memuat materi geografi, sejarah, dan ekonomi. Sedangkan fungsinya adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan Negara Indonesia. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa, karena melalui pembelajaran IPS siswa diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia dengan baik, yaitu demokratis, nasionalis, bertanggung jawab, dan menjunjung tinggi cinta damai yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.

  Menurut Hardini dan Puspitasari (2004:38) tujuan pembelajaran IPS di SD secara keseluruhan adalah sebagai berikut: 1)

  Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkunganya.

  2) Membekali anak didik dengan kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

  3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

  4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

  5) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Ruang liingkup pelajaran IPS SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan. 2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan. 3) Sistem Sosial dan Budaya. 4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

  Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2006:62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

  Pembelajaran sebagai suatu proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi. Dari penjelasan dapat disimpulkan pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu: Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki (Sagala, 2006: 63).

4. Model Pembelajaran Group Investigasi a.

  Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran perlu dipahami agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Dalam penerapannya model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip dan tekanan utama yang berbeda – beda. Menurut Joice (Hamruni,2009:5) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sbagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku – buku, film, komputer, kurikulum dan lain – lain.

  b.

  Pengertian Model Pembelajaran Group Investigasi (Investigasi Kelompok)

  Menurut Uno (2011: 109) model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang berpusat pada guru. Pendekatan ini juga mengajarkan siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang benar. Dalam implementasi pelaksanaannya investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5-6 orang yang sifatnya heterogen. Kelompok ini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan, atau minat yang sama dalam topik untuk diselidik, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang terpilih. Kemudian, ia menyiapkan dan mempresentasikan laporan kelompoknya kepada seluruh kelas. Menurut Arends (2007:353) ada 6 tahap dari pembelajaran group investigation:

  a) Topik selection. Students choose specific subtopiks within a general problem area, usually delineated by the teacher. Students then organize into small two-to six-member task-oriented groups.

  Group composition is academically and ethnically heterogeneous.

  b) Cooperative planning. Students and the teacher plan specific learning procedures, tasks, and goals consistent with the subtopiks of the problem selected in step 1.

c) Implementation. Pupils carry out the plan formulated in step 2.

  learning should in volve a wide variety of activities and skiils and should lead students to different kinds of sources both inside and outside the school. The teacher closely follows the progress of each group and offers assistance when needed.

  d) Analysis and synthesis. Pupils analyze and evaluate information obtained during step 3 and plan how it can be summarized in some interesting fashion for possible display or presentation to classmates.

  e) presentation of final product. Some or all of the groups in the class give an interesting presentation of the topiks studied in order to gate classmates involved in each other’s work and to achieve a broad perspective on the topik. Group presentations are coordinated by the teacher.

  f) Evaluation.In cases where groups pursued different aspects of the same topik, pupils and the teacher evaluate each group’s contribution to the work of the class as a whole. Evaluation can include either individual or group assessment, or both. (pp.4-5)

  Adapun tahap-tahap pembelajaran group investigation menurut Uno (2011: 109), dibagi dalam lima tahap, yakni: a.

  Tahap 1 : mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan ke dalam masing-masing kelompok kerja.

  b.

  Tahap 2: merencanakan investigasi dalam kelompok c. Tahap 3: melaksanakan investigasi d.

  Tahap 4: mempersiapkan laporan e. Tahap 5: mengevaluasi

  Model pembelajaran group investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran cooperative learning yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi atau informasi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya buku pelajaran, buku perpustakaan, koran, majalah, dan/atau internet. Model group investigation menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses diskusi kelompok.

  Sharan (Taniredja 2012: 75-76) karakteristik unik investigasi kelompok ada pada integrasi dari 4 fitur dasar yaitu investigasi, interaksi, penafsiran dan motivasi intrinsik dan diuraikan sebagai berikut:

  1) Investigasi

  Investigasi dimulai ketika guru memberikan masalah yang menantang dan rumit kepada kelas. Di tengah-tengah berlangsungnya penelitian mereka untuk mencari jawaban masalah, siswa membangun pengetahuan yang mereka peroleh, bukannya menerima yang diberikan guru kepada mereka. 2)

  Interaksi Interaksi di antara siswa penting bagi investigasi kelompok.

  Ini adalah kendaraan yang dengannya siswa saling memberikan dorongan, saling mengembangkan gagasan satu sama lain, saling membantu untuk memfokuskan perhatian mereka terhadap tugas, dan bahkan saling mempertentangkan gagasan dengan menggunakan sudut pandang yang berseberangan.

  3) Penafsiran

  Pada saat siswa menjalankan penelitian, mereka secara individual, berpasangan dan dalam bentuk kelompok kecil, mereka mengumpulkan banyak sekali informasi dari berbagai sumber berbeda. Secara berkala mereka bertemu dengan anggota kelompok mereka untuk bertukar informasi dan gagasan. 4)

  Motivasi Intrinsik Dengan mengundang siswa untuk menghubungkan masalah-masalah yang akan mereka selidiki berdasarkan keingintahuan, pengetahuan dan perasaan mereka, investigasi kelompok meningkatkan minat pribadi mereka untuk mencari informasi yang mereka perlukan.

  c.

  Langkah-langkah pelaksanaan model group investigation Implementasi model pembelajaran group investigation menurut

  Kiranawati (2007), harus memenuhi langkah-langkah sebagai berikut: 1)

  Seleksi topik Para siswa memilih berbagai sub topik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan terlebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok- kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 sampai 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. 2)

  Merencanakan kerja sama Para siswa bersama guru merencanakan berbagai belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub topik yang telah dipilih. 3)

  Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan, pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

  4) Analisis dan sintesis

  Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. 5)

  Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu prespektif yang luas mengenai topik tersebut yang dikoordinir oleh guru.

  6) Evaluasi

  Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

  Kelebihan group investigation (GI) 1.

  Tidak terlalu menggantungkan pada guru,akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain.

  2. Dapat mengambangkan kemampuan mengungkapkan ide dan gagasan dengan kata-kata setara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

  3. Dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

  Kelemahan: 1.

  Penilaian yang diberikan didasarkan pada hasil kelompok, namun demikian guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil/prestasi yang diharapkan adalah prestasi individu.

  2. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkaan kesadaran kelompok memerlukan periode yang cukup panjang.

  3. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan yang sangat penting untuk siswa akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual oleh karena itu, idealnya melalui model pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekera sama siswa juga harus belajar membangun kepercayaan diri.

B. Penelitian yang Relevan

  Penelitian ini diambil dari jurnal yang ditulis oleh Daniel Zingaro dari

  Ontario Institute for Studies in Education tahun 2008 yang berjudul “Group Investigation : Theory and Practice ”. Berdasarkan hasil penelitiannya, Goup Investigation membuat kasus yang menarik untuk penggunaannya: telah

  terbukti untuk meningkatkan prestasi, meningkatkan motivasi, dan mendorong antar-etnis dan menghormati seluruh kelompok usia dan berbagai bidang studi. Dibandingkan dengan pendekatan CL yang lebih ringan, GI berfokus pada lebih dari penguasaan materi akademik. Ini mengubah kelas ke dunia sosial di mana masing-masing masyarakat yang melayani. Peran investigasi yang penting, mendukung kepercayaan diperlukan dalam dan di antara kelompok-kelompok. Sementara penggunaan di kelas tunggal dari GI adalah memulai, mencari dan dijelaskan untuk mendorong penggunaan yang lebih luas sehingga menjadi harapan atau pilihan untuk pembelajaran bukan hanya sesuatu dari eksperimen.

  Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ilmu sosial. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui dan menganalisis lebih lanjut tentang upaya meningkatkan prestasi belajar IPS materi masalah- masalah sosial di lingkungan setempat di kelas IV melalui model pembelajaran group investigation di SD Negeri Kalikembang.

C. Kerangka Berpikir

  Belajar merupakan interaksi dua arah antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran yang dilakukan baik guru maupun siswa dituntut untuk aktif sehingga membutuhkan sebuah model pembelajaran yang tepat yaitu model pembelajaran ‘Group Investigation’ yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain.

  Tahap awal guru mengadakan pembelajaran dengan membagi siswa menjadi 5-6 siswa dalam satu kelompok. Kemudian setiap kelompok diminta untuk menginvestigasi masalah yang diberikan oleh guru dan kemudian mempresentasikan di depan kelas. Materi yang akan digunakan yaitu mengenai masalah-masalah sosial di lingkungan setempat.

  Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti ingin mencoba melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Group

  Investigation (investigasi kelompok). Pembelajaran ini membuat anak belajar

  sambil berperan seperti detektif dalam mencari bukti-bukti terkait masalah yang telah diberikan oleh guru, sehingga anak akan merasa senang.

  Pembelajaran menggunakan metode ‘Group Investigation’ ini diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial materi masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan setempat.

D. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka dalam penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

  1. Sikap rasa ingin tahu siswa kelas IV SDN Kalikembang pada materi masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan setempat dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation .

  2. Prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kalikembang pada materi masalah- masalah sosial yang ada di lingkungan setempat dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION MELALUI MEDIA BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 3 SD PADA MATA PELAJARAN IPA DI SDN TLEKUNG 02

3 47 19

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DALAM UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XII IPS SMA NEGERI I KATIBUNG LAMPUNG SELATAN Oleh

0 10 2

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII.D SMP NEGERI 2 SIDOMULYO SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 54

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII.D SMP NEGERI 2 SIDOMULYO SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 55

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR GEOGRAFI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION Kelas XI IPS SMA MUHAMMADIYAH II MOJOSARI - MOJOKERTO

1 2 26

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA KELAS IV SD 1 GONDOHARUM KABUPATEN KUDUS

0 0 24

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PETA LINGKUNGAN SETEMPAT MELALUI METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS IV DI MI NURUL HUDA KRANDON LOR 02 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository

0 2 161

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - UNS Institutional Repository

0 0 16

UPAYA PENINGKATAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DILENGKAPI DENGAN LKS BERBASIS DRILL AND PRACTICE MATERI HIDROKARBON KELAS X-6 SEMESTER GENAP DI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN AJA

0 0 18

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN MENGELOLA PERALATAN KANTOR DI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - UNS In

0 0 19