BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan - PENINGKATAN PENGETAHUAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA MATERI KEDAULATAN RAKYAT DAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 PURWOJATI SEMESTER GENAP TA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra

  penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata

  Knowledge dalam takstonomi Bloom. (Nana Sudjana : 23, 2014) B.

   Pengertian Hasil Belajar 1. Secara Umum

  Pada umumnya hasil belajar sebagai objek penilaian dapat dibedakan kedalam beberapa kategori, antara lain keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Kategori yang banyak digunakan dibagi menjadi 3 ranah, yakni kognitif, afektif, psikomotor.

  Masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan. Alat penilaian untuk untuk setiap ranah tersebut. Mempunyai karakteristik tersendiri sebab setiap ranah berbeda dalam cakupan dan hakikat yang terkandung didalamnya. (Nana Sudjana 2014:34)

  Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia

  Pasal 3 menyebutkan :

  a. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

  b. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk memenuhi fungsi formatif dan sumatif dalam penilaian.

  c. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik memiliki tujuan untuk: 1) Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi.

  2) Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi 3) Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi dan 4) Memperbaiki proses pembelajaran.

  Selanjutnya Pengertian Hasil belajar Menurut para ahli diantaranya Herman Hudojo (Jihad dan Haris 2012:3)

  ‘Hasil belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang pengetahuan ketrampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu orang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku ’. Berdasarkan uraian dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya hasil belajar tersebut merupakan suatu penilaian yang mencakup tiga aspek diantaranya aspek pengetahuan (kognitif), aspek ketrampilan

  (psikomotor), aspek sikap (afektif).

  Nana Sudjana (2000:7) merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh Perserta Didik setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu.

  Menurut Abdurrahman (Jihad dan haris 2012:14) Hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

  Selanjutnya pengertian hasil belajar menurut Slamet (Jihad dan Haris 2012:2) merumuskan :

  ‘Hasil belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkunganny a’. Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan hasil belajar tersebut meliputi perubahan tingkah laku, kebiasaan, penugasaan pengetahuan.

  Hasil Belajar menurut Nana Sudjana (2000 : 7), merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh Perserta Didik setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu. Nana Sudjana membagi lima kategori hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, kognitif.

  Tipe hasil belajar terdiri dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki. Dalam penelitian ini hanya ranah kognitif saja, meliputi : a) tipe hasil belajar pengetahuan hafalan, b) pemahaman, c) penerapan, d) analisis, e) sintesis dan f) evaluasi.

  Faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :

  a. Faktor bahan atau hal yang dipelajari Bahan atau hal yang dipelajari ikut menentukan bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung, dan bagaimana hasilnya agar dapat sesuai dengan yang diharapkan.

  b. Faktor lingkungan Faktor lingkungan terdiri dari : 1) Lingkungan alami.

  Yang dimaksud dengan lingkungan alami adalah keadaan lingkungan disekitar Perserta Didik yang dapat mempengaruhi hasil belajar, seperti temperatur udara dan kelembaban. Belajar dengan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam kondisi pengab dan udara panas. 2) Lingkungan sosial

  Lingkungan sosial yang baik yang berwujud manusia maupun hal- hal lain akan berpengaruh langsung dalam proses dan hasil belajar siswa. Siswa yang sedang belajar memecahkan persoalan dan dibutuhkan ketenangan, dengan kehadiran orang lain yang selalu mondar mandir didekatnya maka Perserta Didik tersebut akan terganggu.

  3) Faktor instrumental Faktor instrumental adalah faktor yang ada dan pemanfaatannya telah dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirancang,faktor ini dapat berupa : a) Hardware (perangkat keras) seperti gedung, perlengkapan belajar, alat praktikum.

  b) Software (perangkat lunak), perangkat ini berupa kurikulum, program, peraturan dan pedoman pembelajaran (Sudjana, 2013:12).

  4) Faktor kondisi individu Perserta Didik Faktor kondisi individu Perserta Didik mencakup dua hal yaitu :

  a) Kondisi Fisiologis Kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran seorang Perserta Didik. Seorang Perserta Didik yang dalam kondisi bugar jasmaninya akan berlainan dengan belajarnya Perserta Didik yang dalam keadaan kelelahan. Disamping kondisi fisiologis umum, hal yang tidak kalah penting adalah kondisi panca indra, terutama penglihatan dan pendengaran (Sudjana, 2013:12)

  Kondisi psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain minat, bakat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif (Sudjana, 2013:12).

2. Ranah Kognitif

  Dalam penelitian tindakan kelas ini dari tiga ranah yang dikemukakan diatas yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik merupakan ranah yang dapat dilakukan oleh siswa. Ketiga ranah tersebut dapat diperoleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Pada penilaian ini yang diukur adalah ranah kognitif saja, karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai materi pelajaran.

  a. Tipe hasil belajar : Pengetahuan Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam teksonomi Bloom. Sekalipun, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya.

  b. Tipe hasil belajar : Pemahaman Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.

  c. Tipe hasil belajar: Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

  Menerapkan abstraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi. Karena situasi itu lokas sifatnya dan mungkin pula subjektif, maka tidak mustahil bahwa isi suatu sistem baru bagi banyak orang, tetapi sesuatu yang sudah dikenal bagi beberapa orang tertentu.

  d. Tipe hasil belajar: Analisis Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapakan seseorang mempunyai pemahaman komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian- bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya.

  e. Tipe hasil belajar: Sintesis Penyatuan unsusr-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasarkan pengetahuan hafalan, berfikir pemahaman, berfikir aplikasi, dan berfikir analisis dapat dipandang sebagai berfikir konfergen yang satu tingkat lebih rendah dari pada berfikir defergen. Berfikir sintesis adalah berfikir defergen.

  f. Tipe hasil belajar: Evaluasi Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dll. Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya satu kriteria atau standar tertentu. Dalam tes essay, standar atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk frase. (Nana Sudjana 2014 : 23-28) C.

   Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pendidikan kewarganegaraan

  Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara (pasal 39 UU No.2 Tahun 1989, Tentang system pendidikan nasional)

  Menurut pendapatnya (Chreshore, 1886) dalam bukunya rahmat dkk : Pendidikan kewarganegaraan merupakan bidang studi yang bersifat multifaset dengan konteks lintang bidang keilmuan.

  2. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam permendiknas No 22 tahun 2006 mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga

  Negara yang cerdas, trampil, dan berkarakter yang setia pada bangsa

  Indonesia dalam kebiasaan dalam berfikir dan bertindaksesuai dengan amanat pancasila dan UUD 1945.

D. Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemerintahan Indonesia

  1. Kedaulatan Rakyat Kedaulatan rakyat adalah pemerintahan rakyat yang dijalankan menurut peraturan yang telah dimufakati dengan bermusyawarat. Apabila ia dilakukan oleh rakyat dengan tidak menurut peraturannya, melainkan sesuka-sukanya, sehingga tiap-tiap golongan rakyat itu menjadi anarki. Anarki artinya tidak punya aturan, jadinya bukan pemerintahan lagi.Oleh karena itu mesti lenyap.

  Contoh yang tapat tentang kerobohan pemerintahan rakyat kita dapati dalam sejarah kota-kota republic di di penanjung Italia pada bagian penghabisan Zaman tengah. Republik yang kecil-kecil itu, yang didirikan di atas kemauan rakyatnya untuk membentuk pemerintahan negara yang sesuai dengan cita-cita, tidak tahu mempergunakan kemerdekaan yang diperoleh sejak tahun 1250 untuk memperbesar kesejahteraan umum dengan kerjasama dan saling harga-menghargai. Kemerdekaan itu dipergunakan untuk memerangi satu sama lain, sehingga timbullah keadaan anarki di seluruhnya. Tiap-tiap kota wujudnya mencapai kebesaran bagi diri sendiri dengan jalan merugikan saudaranya yang jadi lawannya. Akhirnya rakyatnya sendiri menjadi jemu dengan perkelahian yang tidak berkeputusan itu dan menciptakan timbulnya kekuasaan raja,

  

yang akan menghentikan segala percederaan dan menjamin keamanan bagi

semuanya.

  Contoh yang kedua kita dapati pada sejarah hidup republik jerman

yang didirikan di Weimar tahun 1919.Perjuangan partai yang begitu hebat,

yang semakin lama semakin merupakan peperangan partai, istimewa

antara kaum komunis dan sosial demokrat, menjadi sebab timbulnya

gerakan Nazi yang kuat dibawah pimpinan Hitler.Kemerdekaan bersuara

dan bergerak dibawah republik yang berdasarkan pemerintahan rakyat,

tidak dipergunakan untuk ikhtar bersama-sama menegakan kembali

memakmuran rakyat, melainkan untuk bercakar-cakaran diatas punggung

rakyat.Ahirnya sebagian besar rakyat yang putus asa memberikan

bantuannya kepada Hitler.Republik Weimar roboh, dan Nazi berkuasa di

jerman.

  Tetapi betapapun juga, cita-cita pemerintahan rakyat liat (ulet)

hidupnya dan keras melekatnya dalam jiwa manusia. Setiap kali kalau

suatu bangsa meringkup hidup di bawah penindasan sang-perkosa atau

dikkator atau pemerintahan bangsa asing, ia teringat kembali akan

kebaikan pemerintahan yang berdasar kerakyatan. Adalah tabiat bagi

manusia untuk berjuang mencapai dasar pemerintahan yang lebih

sempurna.Oleh karena pada dasarnya kedaulatan rakyat lebih baik dan

lebih sempurna dari pada pemerintahan raja yang kuasa-sendiri atau

diktator, maka keinginan orang lambat-laun condong kepada kerakyatan.

(Hatta, Mohammad, 2014: 15)

  Jenis Kedaulatan ada empat : Kedaulatan tuhan, kedaulatan negara, kedaulatan hukum, dan kedaulatan rakyat (Demokrasi). Yang dimaksud kedaulatan rakyat (Demokrasi) disini yaitu negara memperoleh kekuasaan dari rakyatnya dan bukan dari tuhan atau dari raja. Teori ini tidak sependapat dengan teori kedaulatan tuhan dan mengemukakan kenyataan- kenyataan yang tak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh teori kedaulatan tuhan :

  a. Raja yang seharusnya memerintah rakyat dengan adil, jujur, dan baik hati (sesuai dengan kehendak tuhan), namun kenyataanya, raja-raja bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat; ingat akan pemerintahan Raja Louis XIV di Prancis;

  b. Apa bila kedaulatan itu dari tuhan, mengapakah dalam suatu peperangan antara raja yang satu dengan raja yang laindapat mengakibatkan kalahnya salah seorang raja.

  Kenyataan-kenyataan ini menimbulkan keraguan-raguan yang mendorong kearah timbulnya alam pikiran baru yang member tempat pada pikiran manusia (Renaissance).Alam pikiran baru ini dalam bidang kenegaraan melahirkan satu paham baru, yakni teori kedaulatan rakyat.

  Paham ini merupakan reaksi terhadap teori kedaulatan tuhan dan teori kedaulatan raja.Kemudian menjelma dalam Revolusi prancis dan dapat menguasai seluruh duni a hingga sekarang dalam bentuk “mitos abad XIX” yang memuat paham kedaulatan rakyat dan perwakilan (Demokrasi).

  Para penganjur paham ini adalah Rousseau, Montesquieu, dan John Locke.Dari ketiga sarjana ini, Montesquieu adalah yang terkenal karna ajaranya tentang pemisahan kekuasaan negara yang oleh Immanuel Kant disebut Trias politica (Kansil, C.S.T 2011:6).

  2. Sistem Pemerintahan Indonesia Sistem berartisuatu kesatuan yang terdiriatas berbagai unsur yangsaling melengkapi untuk mencapai suatu tujuan.Adapunpemerintahan adalah mereka yang memerintah dalamsuatu negara.Jadi sistem pemerintahan adalah suatu kesatuanyang terdiri atas berbagai unsur yang memerintah dalam suatu negara yang saling melengkapi untuk mencapai tujuan negara yang bersangkutan.Istilah pemerintah dalam arti organ dapat pula dibedakan antara pemerintah dalam arti luas dan pemerintahan dalam arti sempit.

  a. Pemerintah dalam arti sempit dimaksudkan khusus pada kekuasaan eksekutif.

  Contoh: 1) Menurut UUD 1945, pemerintah ialah Presiden yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri-menteri.

  2) Menurut UUD 1950, pemerintah ialah Presiden, Wakil Presiden bersama-sama dengan menteri-menteri.

  3) Menurut konstitusi RIS 1949, pemerintah ialah Presiden bersama menteri-menteri. b. Pemerintah dalam arti luas ialah semua organ negara termasuk DPR.

  Bentuk pemerintah yang terkenal yaitu kerajaan (Monarki) dan Republik.

  1) Kerajaan atau monarki, ialah negara yang dikepalai oleh seorang raja dan bersifat turun-temurun dan menjabat untuk seumur hidup.

  Selain raja, kepala negara suatu monarki dapat berupa kaisar atau syah ( kaisyar Kerajaan Jepang, syah Iran, dan sebagainya).

  Contoh monarki: Inggris, Belanda, Norwegia, Swedia, dan Muang Thai.

  2) Republik (berasal dari bahasa latin: res publica= kepentingan

  umum) ialah negara dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh Presiden sebagai kepala negara yang dipilih dari dan oleh rakyat untuk suatu masa jabatan tertentu (Amerika Serikat 4 tahun, Indonesia 5 tahun). Biasanya Presiden dapat dipilih kembali setelah habis masa jabatan.

  c. Ketatalaksanaan Sistem Pemerintahan Indonesia 1) Asas-Asas

  Ketatalaksanaan adalah sistem kerja dalam rangka penyelesaian satu pekerjaan yang di dalamnya memuat tata kaerja dan prosedur kerja.

  Ketalaksanaan sebagai upaya penataan atau pengaturan secara tertib dan teratur mengenai cara-cara pelaksanaan seluruh tugas dan fungsi dalam berbagai bidang kegiatan pemerintah, merupakan salah satu aspek yang penting dalam penyelenggaraan adminitrasi negara. Tujuanya adalah agar kegiatan aparatur pemerintah dapat terlaksana secara berdaya kebocoran serta menjamin kejelasan proses dan tahap penyelesaian kegiatan. Oleh karena itu, masalah ketatalaksanaan menjadi salah satu sasaran pendayagunaan aparatur pemerintah dapat terselenggara dengan baik maka perlu diperhatikan asas-asas yang menjadi landasan dan pedoman pengaturnya.

  a) Didasarkan Pada Kebijaksanaan yang Berlaku Pengertian mengenai sistem-sistem kerja dalam rangka pelaksanaan tugas atau kegiatan hendaknya selalu berpedoman pada kebijaksanaan yang lebih tinggi untuk menjamin keserasian antara kebijaksanaan dan pelaksanaanya.

  b) Kejelasan Wewenang, Tugas, dan Tanggung jawab Setiap Aparatur yang Terlibat.

  Dalam mengatur pelaksanaan tugas dan fungsi yang melibatkan berbagai instansi/pejabat perlu ada penjelasan mengenai batas-batas wewenang, tugas, dan tanggung jawab masingp-masing untuk mencegah pembenturan, duplikasi, dan kekosongan sehingga dapt diketahui dalam hal apa dan dengan siapa saja suatu instansi atau pejabat harus berhubungan.

  c) Prinsip Kordinasi Untuk mendukung kelancaran kegiatan perlu dilaksanakan kordinasi sejak perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengendalian dan pengawasan agar terdapat kesamaan bahasa, keserasian dan keselarasan serta kesatuan gerak dan ketepatan waktu.

  d) Tertulis Setiap Pengaturan sistem kerja perlu ditetapkan secara jelas dan tertulis agar dapat menjadi pegangan dan pedoman secara tetap bagi setiap pelaksanaan kegiatan.

  e) Dikomunikasikan Kepada Semua Pihak yang Berkepentingan Pengaturan sistem kerjasecara tertulis perlu diberitahukan/disebarkan kepada semua pihak yang berkepentingan terutama kepada masyarakat yang memerlukan pelayanan aparatur pemerintah.

  f) Kesadaran/Tidak Berbelit-belit Pengaturan sistem kerja yang memuat tata kerja dan prosedur kerja hendaknya disusun secara sederhana untuk menjamin kelancaran dan kecepatan serta ketepatan pelayanan sehingga dapat dicapai efisiensi dalam penggunaan suber yang tersedia. (Kansil, C.S.T 2011:189).

E. Model Pembelajaran PBI

  1. Pengertian model pembelajaran PBI Model PBI Menurut John deway ( Trianto,2012:91)

  ‘Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM). Diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Intruktion (PBI).Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey.Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.Menurut Deway (dalam sudjana 2001: 19) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya’.

  2. Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu.

  Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar Trianto (2012:94).

  Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.

  Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran.

  Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis masalah (problem based Intruction) bertujuan untuk: a. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah.

  b. menjadi siswa yang mandiri.

  c. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru.

  d. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif.

  e. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

  f. meningkatkan motivasi belajar siswa.

  g. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

  h. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru(Trianto, 2012:94).

  3. Kelebihan model PBI Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBI) a. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif.

  b. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

  c. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

  d. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru.

  e. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri.

  f. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan.

  g. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.

  h. Dalam situasi PBM, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yangrelevan. i. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok (Trianto, 2012:94).

  4. Kekurangan Model PBI a. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. siswa dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah. b. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Siswa terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

  5. Langkah-langkah Model PBI

  a. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan dihadapi oleh siswa.

  b. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.

  c. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan dan mencoba mengidentifikasi hal-hal terkait.

  d. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak mereka pahami.

  e. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap penting.

  f. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan

  g. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka peroleh h. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya. i. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan di kelompoknya masing-masing. (Trianto,2012:96)

F. Hasil Penelitian Yang Relevan

  1. Menurut Fitri Yanti penelitian yang dilakukan pada tahun 2014dengan judul meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan modelproblem

  bassedinstruction (PBI) pada pembelajaran IPAdi kelas v sd negeri 5 kuala tahun ajaran 2013-2014. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 5 kuala.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Bassed Instruction (PBI) Pada Pembelajaran IPA Di Kelas V SD Negeri 5 Kuala Tahun Ajaran 2013-2014. Karena hasil belajar kelas V SD Negeri 5 Kuala Tahun Ajaran 2013-2014 masih rendah, Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 35 orang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 24 orang siswa perempuan. Penentuan kelas ini diambil berdasarkan hasil pengamatan terhadap kelas yang akan diteliti dan peneliti melihat rendahnya hasil belajar IPA siswa khususnya materi energi dan perubahannya,serta guru kurang bervariasi menggunakan model pembelajaran dan kurangya minat belajar siswa pada pelajaran IPA. Pelaksanaan PTK dilakukan dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan observasi. Tes diberikan sebanyak 20 pertanyaan berbentuk pilihan berganda. Tes diberikan sebanyak tiga kali yaitu pada kondisi awal, siklus I dan siklus II. Sedangkan observasi meliputi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan model Problem Bassed

  Instruction (PBI) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

  

energi dan perubahannya. Dari penelitian yang dilaksanakan pada saat

  kondisi awal sebelum dilakukan tindakan pembelajaran diperoleh dari 35 siswa hanya 10 siswa (28,57%) yang memiliki hasil belajar yang tinggi, 25 siswa (71,42%) yang memiliki hasil belajar yang kurang optimal f6dan pada siklus I jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi sebesar 20 orang siswa (57,14%) yang memiliki hasil belajar yang tinggi, siswa yang memiliki hasil belajar yang kurang optimal berjumlah 15 siswa (42,85%).

  Dan nilai hasil observasi dapat dikategorikan baik. Pada siklus II diperoleh dengan tingkat belajar siswa dari 35 siswa sebesar 32 siswa (91,42%) yang memiliki hasil belajar yang tinggi, sedangkan 3 siswa (8,57%) masih memiliki hasil belajar yang kurang optimal. Nilai hasil observasi meningkat dan dapat dikategorikan baik sekali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model problem bassed instruction (PBI) pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SD Negeri 5 Kuala.

  litian yang di lakukan pada tahun 2012

  2. Menu

  

dengan Penerapan Model Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction)

  dalam Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK PGRI Sukodadi Lamongan. Dalam upaya peningkatan kualitaspembelajaran, pemilihan berbagai model,strategi pendekatan dan teknik pembelajaranmerupakan hal utama yang harusdiperhatikan oleh guru. Untukmengoptimalkan proses pembelajaran,peneliti mencoba menerapkan modelpembelajaran berdasarkan masalah (ProblemBased Instruction/PBI) dengan harapanpenerapan model pembelajaran ini dapatmeningkatkan sikap, minat, aktifitas sertahasil belajar siswa.Penelitian ini merupakan PTK(Penelitian Tindakan Kelas), bertujuanmenganalisis hasil belajar dan respon siswa.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X TKR I SMK PGRI Sukodadi Lamongan,sedangkan obyek penelitian adalah perangkatdan proses pembelajaran serta evaluasi hasilbelajar siswa.

  Metode penelitian yangdigunakan adalah metode deskripsi kualitatifdan deskripsi kuantitatif dengan instrumenpenelitian berupa tes formatif siswa, lembarangket respon/sikap dan minat belajar sertalembar observasi aktifitas siswa.Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa penerapan model pembelajaran PBIdapat meningkatkan prestasi belajar siswa.Sesudah dan sebelum diterapkannya PBI, inidibuktikan dengan Rerata nilai siswa dari 83menjadi 93. Respon belajar siswa 84%, minatbelajar 83% dan keaktifan 80%.

  3. Menurut Muliyandari, Nora penelitian yang dilaksanakan 2011 dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) untuk Peningkatkan Minat dan Prestasi Belajar IPS Siswa kelas VIIC di SMP N Purwantoro 2 Kota Malang. Proses pembelajaran IPS menghendaki pengajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran pengalaman langsung dan berpikir kritis terhadap masalah yang terjadi di sekitarnya sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap pembelajaran di kelas VII C SMP N Purwantoro 2 Malang, nilai sebelum diterapkannya model PBI menunjukkan bahwa, dari 28 siswa yang mendapatkan nilai diatas 68 hanya 11 anak (40%), sedangkan yang dibawah SKM sebanyak 17 anak (60%). Ketercapaian kompetensi siswa dalam pembelajaran IPS kurang begitu tampak. Serta penilaian terhadap proses belajar sering diabaikan, setidaknya-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilian hasil belajar.

  Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan penerapan model PBI, peningkatan proses dan hasil belajar setelah menggunakan model PBI. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan prosedur kerja yang dilaksanakan 2 siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Adapun pendekatan penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah 28 siswa kelas VII C SMP N Purwantoro 2 Kecamatan Blimbing Kota Malang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Penilaian proses didapatkan dari keaktifan siswa, kerjasama siswa, keberanian siswa mengemukakan pendapat dan ketepatan dalam menyimpulkan.Penerapan model pembelajaran

  (PBI) dengan

  Problem Based introduction

  judulPeningkatkan Minat dan Prestasi BelajarIPS siswa kelas VII SMP N Purwantoro 2 Kota Malang pada siklus I mengalami beberapa kendala, baik dialami oleh guru maupun siswa. Akan tetapi pada siklus-siklus guru maupun siswa berusaha secara maksimal untuk memperbaiki dan meningkatkan cara penerapan model Problem Based introduction (PBI )pada proses pembelajarannya. Penerapan model pembelajaran Problem

  Based introduction (PBI) terhadap proses belajar siswa kelas VII C SMP

  N Purwantoro 2 Kota Malang dalam pembelajaran IPS pada judul materi Peningkatkan Minat dan Prestasi Belajar dapat meningkat dari siklus I sampai siklus II. Siswa memperoleh nilai rata-rata nilai keaktifan pada siklus I sebesar 76,375 meningkat lagi pada siklus II sebesar 86,97. Penerapan model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI)dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C SMP N Purwantoro 2 Kota Malang dalam pembelajaran IPS materi Peningkatkan Minat dan Prestasi Belajar. Menunjukkan bahwa hasil belajar siswa secara klasikal terjadi peningkatan dari 67,5 pada observasi awal menjadi 79,24 pada tindakan siklus I. Sedangkan peningkatan rata- rata dari siklus I ke siklus II meningkat menjadi 88,4 sekitar 9,16%.

  Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based introduction (PBI) ini mampu meningkat dengan baik.

G. Kerangka Pikir

  Pada kondisi awal hasil belajar peserta didik masih kurang maksimal.Selanjutnya pada rencana tindakan siklus I dan II dengan

  model menerapkan PBI , siswaakan mengalami peningkatan hasil belajar.

  hasil belajar Belummenerapkan PKn rendah Kondisi awal

model PBI

Menerapkan

  Tindakan Siklus I model

  PBI Siklus II Kondisi Akhir

  Siklus ? Hasil belajar PKn

meningkat

  Gambar 2.1Alur Kerangka Berpikir

H. Hipotesis

  Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut : Pembelajaran ModelPBIdapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan padamateri Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemerintahan Indonesia di kelas VIIIBSMP N 2Purwojati semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG T. PELAJARAN 2009 / 2010

0 37 99

HUBUNGAN SIKAP ILMIAH DENGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)

8 40 64

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA MATA KULIAH FILSAFAT SAINS

2 2 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA LKS MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 KODI

6 19 60

KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

0 0 47

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA MATERI REDOKS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA

0 0 14

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FUNGSI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 MEPANGA

0 0 11

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PYTHAGORAS MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN TEKNIK SCAFFOLDING PADA SISWA KELAS VIII MTsS DARUL IHSAN

0 0 255

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR AKIDAH AKHLAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION DAN PROJECT BASED LEARNING PADA KELAS VIII A MTs RAUDATUL ULUM SUNGKAI SELATAN - Raden Intan Repository

0 1 130

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JUCAMA DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI SEGI EMPAT DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII SEMESTER GENAP SMP N 1 KARANGANOM TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - UNS Institutional Re

0 0 22