PRESENTASI DIRI PEKERJA SEKS KOMERSIAL EMPORIUM JAKARTA (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Pekerja Seks Komersial di Emporium Jakarta) - FISIP Untirta Repository

  

PRESENTASI DIRI PEKERJA SEKS KOMERSIAL

EMPORIUM JAKARTA

(Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Pekerja Seks

Komersial di Emporium Jakarta)

  SKRIPSI

  

Diajakukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Gelar Sarjana Ilmu

Sosial dan Politik Konsetrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh

Dhita Sekar Annisa

  

6662120373

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

2016

  ii iii

iv

v

vi

ABSTRAK

Dhita Sekar Annisa, NIM 6662120373. Skripsi. Presentasi Pekerja Seks

  

Komersial Emporium Jakarta (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri

Pekerja Seks Komersial di Emporium Jakarta). Pembimbing I: Naniek

Afrilla Framaniek, S.Sos., M.Si dan Pembimbing II: Husnan Nurjuman,

S.Ag., M.Si

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Presentasi Diri Pekerja Seks Komersial (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Seorang Pekerja Seks Komersial Di Emporium Jakarta). Sub fokus pada penelitian ini yaitu front stage, dan juga back

  

stage dari Pekerja Seks Komersial di Emporium Jakarta. Kedua sub fokus tersebut

  diharapkan dapat mengerucutkan arah penelitian agar mendapatkan hasil yang diharapkan.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi dramaturgi, dan objek penelitiannya adalah PSK. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling, informan penelitian berjumlah dua orang dari PSK di Emporium Jakarta. Perolehan data penelitian ini berasal dari wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, penelusuran data online, dan juga studi pustaka. Teknik analisis data dengan mereduksi data, mengumpulkan data, menyajikan data, menarik kesimpulann, dan evaluasi. Serta uji keabsahan data dengan cara teknik triangulasi, diskusi dengan teman sejawat. Hasil penelitian menunjukan bahwa front stage (panggung depan) PSK yaitu menggunakan sebuah topeng dan diperankan di atas panggung pertunjukan dengan latar panggung pertunjukan mereka adalah Emporim Jakarata. Back Stage (panggung belakang) PSK yaitu menampilkan sosok seutuhnya yang tidak seperti pada saat berada di panggung depan tetapi pada saat berada dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulan dari penelitian ini adalah setiap PSK melakukan pengelolaan kesan dan presentasi diri pada panggung depan, dan panggung belakang. Nampak perbedaan disetiap panggungnya baik itu penampilan juga perilaku. Kata Kunci : Presentasi Diri, Dramaturgi, Pekerja Seks Komersial, Panggung Depan, Panggung Belakang vii

ABSTRACT

Dhita Sekar Annisa, NIM 6662120373. Thesis. The Presentation Of Self A

  

Commercials Sex Workers (Study Dramaturgy About The Presentation Of Self

A Commercials Sex Workers In Emporium Jakarta). Preceptor I: Naniek

Afrilla Framaniek, S.Sos., M.Si dan Preceptor II: Husnan Nurjuman, S.Ag.,

M.Si

This Research Aim To Understand The Presentation of Self a Commercials Sex

Workers (Study Dramaturgy About The Presentation of Self a Commercials Sex

Workers In Emporium Jakarta). Sub focus on research that is front stage, and

also the back stage of commercial sex workers in Emporium Jakarta. The second

sub focus was expected to be pursing research direction in order to get the

expected results. This type of research uses a qualitative approach to the method

of study and the research object dramaturgi is Commercial Sex Workers. Election

of the informant using purposive sampling technique, the informant's research

amounted to two people from the Commercial Sex Workers in Emporium Jakarta.

The acquisition of this research data derived from observation, indepth

interviews, documentation, online data search, and also studies library.

Techniques of data analysis by data reduction, collect data, presenting data,

drawing conclusions, and evaluation. And test the validity of the data by means of

triangulation techniques, discussions with colleagues, and membercheck. Results

of this research showed that the Front Stage of Commercial Sex Workers thats

using a mask and played on stage performances against the backdrop of the stage

their show is Emporium Jakarta. Back Stage of Commercial Sex Workers showing

the figure is completely unlike on while on front stage but in was in daily life. The

conclusions of this research are any Commercial Sex Workers do management

impression and presentation themselves on the front stage, and the back stage.

See the difference at each stage whether it was the appearance also behavior.

Keywords : Self Presentation, Dramaturgi, Commercial Sex Workers , Front

Stage, Back Stage.

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.

  Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan atas limpahan rahmat dan nikmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan strata (S1) pada program studi ilmu komunikasi konsentrasi hubungan masyarakat di fakultas ilmu social dan ilmu politik universitas sultan ageng tirtayasa. Skripsi ini berjudul “Presentasi Diri

  Pekerja Seks Komersial Emporium Jakarta (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Pekerja Seks Komersial di Emporium Jakarta ”.

  Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih atas segala doa, dukungan, motivasi, bimbingan, dan bantuan yang takterhingga dalam proses penelitian serta penyusunan skripsi ini kepada :

  1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.PD. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Dr. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 4. Bapak DarwisSagita, S.Ikom. selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirtayasa.

  4. Bapak Iman MukhromanS.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  5. Ibu Naniek Afrilla Framaniek, S.Sos.,M.Si. selaku DosenPembimbing I Skripsi yang membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

  6. Bapak Husnan Nurjuman S.Ag., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II Skripsi Yang Membantu Memberikan Arahan Serta Masukan Untuk Menyelesaikan Skripsi Ini.

  7. Seluruh Dosen Prodi Ilmu Komunikasi yang telah membimbing dan memberikan ilmunya selama di bangku perkuliahan.

  8. Kedua Orang Tua saya Ibu Shinta danBapak Purwanto atas doa, dukungan, motivasi, kesabaran yang tak pernah putus.

  9. Kedua Adik saya Nabilla dan Safira. Nenek saya Ibu Suryati,, Tante saya yang sudah saya anggap seperti ibu kedua yakni Ibu Pipih Restiviani, Sepupu saya Vina Sarastiani dan seluruh Keluarga besar terima kasih atasdoa, dukungan, motivasi untuk penulis.

  10. Sahabat- sahabat yang tak hentinya member dukungan yakni FitriYasmi, Mega Silvia, Annisa Oktami, Tika Sartika, Yoga Permana, yang selalu menjadi penyemangat, penghibur, pendengar setia untuk doa dan dukungan nya selama ini.

  11. Untuk Ananda Damar Suryadharma yang selalu memeberikan semangat serta dukungan yang tak pernah berhenti, dan terimaksih sudah menjadi partner selama 4 Tahun untuk bersama-sama menggapai cita-cita dalam keadaan susah dan senang dan selalu mendengarkan keluh kesah dengan sabar.

  11. Teman seperjuangan menggapai sarjana Faizal Fajar, Delia Medinna, Indri Meilan Suntari, Luna Safitri, Isda Isnawangsih Muzakki, Farisa Azmi, Fahrian Ramadhan Yolanda Fatharani dan Mahdaudi, tak lupa juga Cut Aini Sebagai adik tercinta yang tak hentinya selalu member motivasi menjadi penyemangat, penghibur, pendengar setia

  12. Teman Kosan Ceca Monic, Intan Atang, Carlina, Rike, Dona, Reiza, teteh Anis terimakasih untuk semua waktu dan semua masukan dan penyemangat.

  13. Teman-teman Ilmu Komunikasi (Humas maupun Jurnal) 2012 untuk hari- hari penuh kenangan dan banyak pelajaran.

  14. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsii ni.

  Kiranya tidak ada balasan yang lebih baik kecuali yang datang dari Allah SWT, terimakasih untuk segalanya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua, khususnya bagi penulis dan pihak yang berkepentingan.

  WassalamualikumWr. Wb.

  Serang, 2016

  Dhita Sekar Annisa

  

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... iv

  BAB I PENDAHULUAN

  

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1

  

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 6

  

1.3 Identifikasi Masalah ..................................................................................................... 6

  

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 7

  

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 7

  

1.5.1 Manfaat Akademis .............................................................................................. 7

  

1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................................................... 8

  BAB II KAJIAN TEORI

  

2.1 TinjauanTeoritis ........................................................................................................... 9

  

2.1.1 InteraksiSimbolik ............................................................................................... 9

  

2.1.2 Dramaturgi ....................................................................................................... 15

  

2.1.3 PresentasiDiri ................................................................................................... 18

  

2.1.4 Wilayah Pertunjukan ........................................................................................ 20

  

2.2 TinjauanKonsep ......................................................................................................... 26

  

2.2.1 Komunikasi ...................................................................................................... 26

  

2.2.2 Proses Komunikasi ........................................................................................... 27

  

2.2.3 Tujuan Komunikasi .......................................................................................... 28

  

2.2.4 Fungsi Komunikasi .......................................................................................... 29

  

2.2.5 Komunikasi Antar Pribadi ................................................................................ 31

  

2.2.6 Pekerja Seks Komersial .................................................................................... 31

  

2.3 KerangkaBerpikir ....................................................................................................... 33

  

2.4 Penelitian Sebelumnya ............................................................................................... 35

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  

3.1 Pendekatan dan Metodologi Penelitian ...................................................................... 42

  

3.2 Paradigma Penelitian .................................................................................................. 43

  

3.3 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................................... 44

  

3.4 Instrumen Penelitian................................................................................................... 45

  

3.4.1 Sumber Data ..................................................................................................... 45

  

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 45

  

3.5 Informan Penelitian .................................................................................................... 46

  

3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................................. 48

  

3.7 Keabsahan Data.......................................................................................................... 51

  

3.8 Lokasi Penelitian ........................................................................................................ 52

  

3.9 JadwalPenelitian......................................................................................................... 52

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  

4.1 Deakripsi Objek Penelitian ......................................................................................... 53

  4.2 Deskriptif Data

  

4.2.1 Profil Informan kunci ....................................................................................... 56

  

4.2.2 Profil Informan Pendukung ............................................................................. 58

  

4.3 Pembahasan Penelitian ............................................................................................... 60

  

4.3.1 Panggung Depan Pekerja Seks Komersial .......................................................... 62

  

4.3.1.1 Lokalisasi ...................................................................................................... 63

  

4.3.1.2 Interaksi Pekerja Seks Komersial .................................................................. 72

  

4.3.2 Panggung Belakang(Back Stage) ....................................................................... 75

  

4.4 Dramaturgi PekerjaSeks Komersial............................................................................ 82

  

4.5 Presentasi Diri Pekerja Seks Komersial ..................................................................... 86

  BAB V PENUTUP

  

5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 89

  

5.2 Saran .......................................................................................................................... 90

  

5.2.1 Akademis ......................................................................................................... 91

  

5.2.2 Praktis ............................................................................................................. 91

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pekerja seks Komersial (PSK) merupakan salah satu masalah dalam masyarakat yang sangat kompleks, baik dari segi sebab, proses maupun implikasi sosial yang ditimbulkannya. Kita sering menyebut wanita penjual jasa pelayanan seksual dengan istilah PSK (Pekerja Seks Komersial), PSK berarti orang yang mempunyai pekerjaan untuk melayani kebutuhan seksual bagi orang-orang yang membutuhkannya, dengan tujuan komersial atau mencari keuntungan. Sedangkan menurut Subrada

  “Pekerja Seks Komersil adalah seorang wanita yang menjual dirinya, dengan melakukan

  1 hubungan seks dan bertujuan mendapatkan imbalan yaitu uang.

  Berada di tingkat ekonomi bawah membuat PSK sulit untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sehingga melanggar nilai-nilai yang berlaku di masyarakat demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi. Memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang kurang, hal seperti ini untuk menutupi kebutuhan keluarganya yang kurang, untuk membayar hutang, untung makan sehari-hari, maupun biaya sehari-hari.

  Seseorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh dan barang- barang yang dikenakannya. Namun ada dari beberapa mereka yang terpojok karena masalah keuangan untuk pemenuhan keinginan tersebut maka mereka mengambil jalan akhir dengan menjadi PSK untuk pemuasan dirinya. Menutupi biaya gaya 1 Subadara, I Nengah. 2007. “Bali Tourism Watch : Keberadaan Pekerja Seks Komersial sebagai

   Pada tanggal 3 Februari dampak negative Pariwisata di Bali” 2016 pukul 20.00

  2

  hidup, gengsi yang tinggi di jaman modern ini yang membuat PSK tidak bisa berhenti dari kerjaannya, gaya hidup yang glamour membuat mereka harus tetap

  2 bertahan.

  Seperti contohnya Emporium Jakarta, Emporium adalah sebuah tempat lokalisasi yang berada di daerah Jakarta Barat, berlokasi di sebuah ruko yang dijadikan kantor bisnis prostitusi ini dan juga tempat tinggal para PSK. Emporium berkerja sama dengan salah satu hotel di Jakarta menyediakan jasa prostitusi, dari mulai pijat plus- plus, sampai menyewakan wanita untuk menemani didalam hotel maupun diluar

  3 hotel.

  Yang membedakan PSK di Emporium dengan PSK ditempat lainnya adalah PSK di Emporium dipilih dahulu oleh para mucikari dengan berbagai tes. Tes awal yang dilihat adalah mereka harus mempunyai wajah yang cantik dan badan yang bagus. Ada yang unik disini, para calon PSK tidak boleh wanita perawan, walaupun ada calon perawan mereka harus punya izin orang tua bahwasannya mereka ingin menjadi pekerja seks komersial. Tes yang lainnya adalah tes kesehatan, oleh karena itu PSK di Emporium bisa dibilang lebih bersih dari PSK ditempat lain. Karena memiliki dokter agar terhindar dari penyakit kelamin atau penyakit AIDS, walaupun

  4 sebenarnya tetap tak jarang banyak yang terkena penyakit tersebut di Emporium.

  Uang merupakan tuntutan hidup bagi setiap umat manusia, begitu juga dengan PSK, ketika PSK menyadari bahwa tidak semua lingkungan mampu untuk menerima 2 Hatib Abdul Kadir. Tangan Kuasa dalam Kelamin: Telaah Homoseks, Pekerja Seks, dan seks 3 bebas di Indonesia. Yogyakarta:INSISTPress,2007, hlm.21 4 Wawancara dengan Dewi (PSK) 9 Januari 2016 Wawancara dengan Dewi (PSK) 9 Januari 2016

  3

  kehadirannya, maka ia melakukan pemeranan karakter-karakter tertentu. Ada suatu pengelolaan pesan yang ia ciptakan untuk memberikan pemahaman kepada lingkungan tertentu, sesuai dengan apa yang ia harapkan.

  Yang menarik pada PSK di Emporium ini, para PSK kebanyakan dari wilayah luar Jakarta. PSK Emporium mengaku bahwa mereka merantau ke Jakarta untuk mendapatkan pekerjan yang layak. Tapi apalah daya, kota Jakarta yang keras dan banyaknya persaingan di Jakarta membuat para perantau mengambil jalan pintas.

  Kebanyakan dari mereka mengaku kepada keluarga bahwa mereka merantau ke Jakarta untuk bekera sebagai pekerja konveksi, buruh, ataupun tak sedikit yang mengaku mereka bekerja untuk perusahaan besar. Yang lebih menarik lagi beberap PSK di Emporium datang ke Jakarta untuk berkuliah, tapi kebutuhan gaya hidup mereka yang mengikuti jaman tak sesuai dengan uang yang diberikan orang tua, sehingga mereka mencoba jalur pintas.

  Pada dasarnya semua manusia juga melakukan suatu pemeranan karakter dalam kehidupannya, seperti dijelaskan oleh Goffman, “norma-norma, nilai-nilai, dan informasi budaya memberi mereka suatu peran seperti insinyur, polisi atau istri, ini dilaksanakan sesuai dengan tuntutan “skenario” di mana aktor tersebut harus memenuhi peran tersebut”. Namun ketika seorang individu menjadikan individu lain atau komunitas tertentu sebagai “sasaran” melalui kumpulan simbol-simbol presentasi dirinya, individu atau komunitas lain itu bisa “tertipu” dan hanya

  5 mengasumsikan pada apa yang terlihat di “permukaanya” saja.

5 Deddy Mulyana, metodologi penelitian kualitatif. PT Roemaja Rosdakarya, Bandung. hlm 105

  4

  Begitu pula halnya dengan PSK, dalam Presentasi diri seorang PSK dapat memainkan berbagai peran dan mengasumsikan identitas yang relevan untuk mendefinisikan sesuatu yang ingin ditonjolkan dari dirinya. Ada simbol-simbol tertentu yang tercakup dalam presentasi dirinya diciptakan, baik itu berupa komunikasi verbal maupun nonverbal yang dapat digunakan untuk memperkuat identitas peran yang ia mainkan. Presentasi diri itulah yang dijelaskan Goofman sebagai bagian dari pesan seorang individu sebagai aktor yang bermain diatas panggung sesuai dengan tuntutan skenario.

  Pengelolaan kesan (Impression Management) ditemukan dan dikembangkan oleh Erving Goffman pada tahun 1959, dan telah dipaparkan dalam bukunya yang berjudul

  “The Presentation of Self in Everyday Life”. Pengelolaan kesan juga secara

  umum dapat didefinisikan sebagai sebuah teknik presentasi diri yang didasarkan pada tindakan mengontrol persepsi orang lain dengan cepat, dengan mengungkapkan

  6 aspek yang dapat menguntungkan diri sendiri atau tim.

  Presentasi Diri ini dilakukan ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain dan mengelola kesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain terhadapnya, melalui sebuah pertunjukan diri yang mengalami setting di hadapan khalayak. Dalam sebuah pertunjukan ini kebanyakan menggunakan atribut, busana, make-up, pernak-pernik,

  7 dan alat dramatik lainnya.

  Goffman menyebut pertunjukan (performance) merupakan aktivitas untuk mempengaruhi orang lain. Sebuah pertunjukan yang ditampilkan seseorang 6 7 Deddy Mulyana, metodologi penelitian kualitatif. PT Roemaja Rosdakarya, Bandung. Hlm 112 Ibid. hlm 110

  5

  berdasarkan atas perhitungan untuk memperoleh respon dari orang lain. Penampilan serta perilaku seseorang dalam sebuah interaksi merupakan suatu proses interpretif, yang dimana tujuannya agar terbentuknya sebuah persepsi yang merupakan hasil dari suatu interpretasi yang dilakukan orang lain.

  8 Goffman memandang ini dengan perspektif Dramaturgi. Berdasarkan hasrat dasar

  manusia, secara ilmiah manusia memiliki kekuatan yang dapat menguasai sikap dan tindakannya. Manusia mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya.

  Untuk itu dia menempuh jalan bertemu dengan orang lain yang melakukan pertunjukan dan memproyeksikan diri dengan peranan-peranan yang melakonkan hidup dan kehidupan di atas pentas secara khayali.

  9 Dramaturgi yang diperkenalkan oleh Goffman adalah perspektif yang didalami

  berdasar dari segi sosiologi, dan menyatakan :

  “Perspektif yang digunakan dalam laporan ini adalah perspektif pertunjukan teater; prinsip-prinsipnya bersifat dramaturgis. Saya akan membahas cara individu menampilkan dirinya sendiri dan aktivitasnya kepada orang lain, cara ia memandu dan mengendalikan kesan yang dibentuk orang lain terhadapnya, dan segala hal yang mungkin atau tidak mungkin ia lakukan untuk menopang pertunjukan di hadapan orang lain.

10 Pada pernyataan Goffman tersebut mengartikan bahwa kehidupan manusia

  diibaratkan seperti teater, interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukan di atas 8 Ibid hlm. 110 9 Deddy Mulyana, metodologi penelitian kualitatif. PT Roemaja Rosdakarya, Bandung. hlm 106 10 Ibid hlm. 107

  6

  panggung yang di mana seseorang akan seperti seorang aktor yang memainkan peran-peran tertentu saat berhadapan dengan orang lain. Dalam perspektif dramaturgi, Goffman membagi kehidupan sosial menjadi dua bagian yaitu “wilayah depan” (front region) dan “wilarah belakang” (back region). Saat individu menampilkan diri-nya dengan peran tertentu di hadapan penonton atau khalayak, maka individu tersebut dianggap seperti sedang berada di depan panggung (front

  

stage), dan saat individu sedang tidak bermain peran atau sedang mempersiapkan

  diri-nya untuk menjalani peran, maka di wilayah ini adalah panggung belakang (back

  

stage), serta panggung tengah (middle stage) yang dimana daerah ini merupakan

  11 wilayah seorang individu melakukan persiapan untuk ke panggung depan.

  Dalam kata lain, ketika seorang PSK dihadapkan pada khalayak ramai, ada peran, simbol, identitas atau presentasi diri yang berlainan antara kondisi yang satu dengan yang lainnya. Di satu sisi ketika ia memerankan sosok wanita pada umumnya, presentasi diri yang ia bangun menggunakan pakaian, accesoris, sepatu, gaya bicara, isi pesan, bahasa tubuh akan sesuai jalur selayaknya sosok wanita pada umumnya saat bersosialisasi. Namun ketika ia berada pada posisi PSK presentasi diri yang ia bangun akan berbeda dari presentasi diri yang ia tonjolkan ketka ia berada pada diri seorang wanita pada umumnya.

  PSK memiliki berbagai pola interaksi sosial yang mencakup pengelolaan kesan dalam presentasi diri yang berbeda di keadaan, kondisi dan situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Ada suatu upaya untuk menyamarkan hal-hal tertentu yang sebaiknya tidak diperlihatkan dalam interaksi sosial tertentu. Seorang PSK lebih 11 Ibid hlm. 114

  7

  jauhnya laksana seorang aktor yang berperan di atas panggung sandiwara, menciptakan suatu pandangan, identitas dan realitas sosial yang berbeda bagi setiap khalayak yang ditemuinya.

  Inti dari penelitian ini adalah mencoba untuk menelaah dan menguak lebih jauh tentang presentasi diri yang dibangun oleh PSK dengan melihat wilayah peran yang disembunyikan dan peran yang ditonjolkan. Peneliti memilih PSK di Emporium Jakarta karena para PSK di Emporium berbeda dengan para PSK yang berada dipinggir jalan, PSK Emporium lebih termanage dalam segi jam pekerjaan, kehidupan sehari-hari, sampai perilaku saat bersama ataupun tidak dengan pelanggan. Jadi dengan ini memudahkan peneliti untuk meneliti panggung depan dan panggung belakang PSK. Peneliti menggunakan metodologi kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

1.2 Rumusan Masalah

  Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya penulis ingin mengetahui bagaimana

  “Presentasi Diri Pekerja Seks Komersial Di Emporium Jakarta”

  dengan demikian dapat diketahui bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

  “Bagaimana Presentasi Diri Pekerja Seks Komersial Di Emporium Jakarta?”

  8

  1.3 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan diatas, maka peneliti mengidentifikasi yang akan menjadi pokok masalah yang akanditeliti yaitu sebagai berikut :

  1) Bagaimana realitas panggung depan pekerja seks komersial di Emporiun Jakarta?

  2) Bagaimana realitas panggung belakang pekerja seks komersial di Emporium

  Jakarta? 3)

  Bagaimana Presentasi diri pekerja seks komersial di Emporium Jakarat?

  1.4 Tujuan Penelitian

  1) Untuk mengetahui panggung depan pekerja seks komersial di Emporiun Jakarta?

  2) Untuk mengetahui panggung belakang pekerja seks komersial di Emporium

  Jakarta? 3)

  Untuk mengetahui Presentasi diri pekerja seks komersial di Emporium Jakarat?

  1.5 Manfaat Penelitian

  Adapun kegunaan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti mengenai Presentasi Diri Seorang Pekerja Seks Komersial di Emporium Jakarta adalah sebagai berikut : 1.

   Kegunaan Teoritis

  Hasil penelitian ini berguna untuk mengembangkan kajian keilmuan yaitu secara umumnya Ilmu Komunikasi khususnya yang menekankan pada presentasi diri dan pengelolaan kesan (studi dramaturgi).

  9

2. Kegunaan Praktis Penelitian ini dilakukan dengan harapan memiliki kegunaan unutuk segala pihak.

  Kegunaan praktis yang telah peneliti rumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a)

  Untuk peneliti hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis tentang pengaplikasian dramaturgi dikehidupan sosial. Selain itu juga presentasi diri yang merupakan salah satu macam perilaku sosial yang ada di masyarakat.

  b) Untuk akademisi penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi program Studi

  Ilmu Komunikasi untuk dijadikan sebagai referensi atau literature sebagai salah satu sumber pengetahuan untuk dijadikan penelitian dengan tema yang sama.

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Interaksi Simbolik

  Ide bahwa kenyataan sosial muncul melalui proses interaksi sangat penting dalam interaksionisme simbolik. Seperti namanya sendiri menunjukkan teori interaksionisme itu berhubungan dengan teori simbol dimana interaksi terjadi.Bagi Blumer, keistimewaan pendekatan kaum interaksionisme simbolik lah manusia dilihat saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan mereka dan bukan hanya saling beraksi pada setiap tindakan itu menurut mode stimulus-respon.

  Seseorang tidak langsung memberi respon pada tindakan orang lain, tetapi didasari oleh pengertian yang diberikan kepada tindakan itu. Blumer menjelaskan yang kemudian dikutip oleh Poloma, bahwa:

  “Dengan demikian interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan

simbol-simbol, oleh penafsiran, oleh kepastian makna, dari tindakan-tindakan

  12 orang lain.”

  Interaksionisme simbolik merupakan aliran dalam sosiologi yang menentang sosiologi tradisional. Aliran ini juga menunjang dan mewarnai 12 kegiatan penelitian kualitatif. Dasar pandangan interaksionisme simbolik adalah

  

Margaret M. Polomo , Sosiologi Kontemporer, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, Hal.263

  11

  asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh lewat interpretasi. Obyek, situasi, orang, dan peristiwa, tidak memiliki maknanya sendiri. Adanya dan terjadinya makna dari berbagai hal tersebut karena diberi berdasarkan interpretasi dari orang yang terlibat. Interpretasi bukanlah kerja otonom dan juga tidak ditentukan oleh suatu kekuatan khusus manusia ataupun yang lain.

  Dalam setiap kasus, suatu situasi memiliki makna hanya lewat interpretasi orang-orang dan juga definisinya mengenai situasi tersebut. Dalam setiap kasus, suatu situasi memiliki makna hanya lewat interpretasi orang-orang dan juga definisinya mengenai situasi tersebut. Situasi atau aspek-aspeknya didefinisikan secara berbeda oleh pelaku yang berbeda berdasarkan atas sejumlah alasan tertentu. Salah satu alasan adalah bahwa setiap pelaku membawa serta masa lampaunya yang unik dan suatu cara tertentu dalam menginterpretasikan apa yang dilihat dan dialaminya. Karena para pelaku di dalam suatu posisi yang sama umumnya memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan yang lain, maka mereka mungkin mengembangkan definisi yang sama mengenai situasi khusus atau suatu kategori tentang situasi yang sama.

  Dalam interaksionisme simbolik ini semua organisasi sosial terdiri dari para pelaku yang mengembangkan definisi tentang suatu situasi atau perspektif lewat proses interpretasi dan mereka bertindak dalam atau sesuai dengan makna definisitersebut misalnya didalam suatu organisasi, orang bertingkah laku dalam kerangka kerja organisasi, tetapi yang menentukan aksinya adalah interpretasinya, bukan organisasinya.

  12

  Teori interaksionisme simbolik menyatakan bahwa interaksi sosial adalah interaksi simbol. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol yang lain memberi makna atas simbol tersebut. Prinsip- prinsip dasar interaksionisme simbolik sebenarnya tak mudah menggolongkan pemikiran ini ke dalam teori dalam artian umum karena seperti dikatakan Paul Rock yang dikutip oleh George Ritzer, bahwa “pemikiran ini sengaja secara Sama

  13 Ritzer menerangkan mengenai dan merupakan resistensi terhadap sistematisasi”.

  prinsip dasar teori interaksionisme berdasarkan pada beberapa tokoh interaksionisme simbolik seperti halnya Blumer (1969), Manis dan Meltzer (1978), Rose (1962), serta Snow (2001) telah mencoba menghitung jumlah prinsip dasar teori ini, yang meliputi: a.

  Tak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk berpikir.

  b.

  Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.

  c.

  Dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir mereka yang khusus itu.

  d.

  Makna dan simbol yang memungkinkan manusia melakukan tindakan khusus dan berinteraksi.

  e.

  Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka terhadap situasi.

  f.

  Manusia mampu membuat kebijakan modifikasi dan perubahan, sebagian 13 karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri, yang

  

George Ritzer, Sosiologi: Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Rajawali Grafindo Persada.,

Jakarta, 2007, Hal 289

  13

  memungkinkan mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif mereka, dan kemudian memilih satu di antara serangkaian peluang tindakan itu.

  g.

  Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk

  14 kelompok dan masyarakat.

  Blumer berpegangan dan mengembangkan tekanan George Herbert Mead yang fundamental pada proses interaksi yang terus menerus. Melaui proses ini individu mengintepretasikan lingkungannya, saling mengintepretasi, dan berembuk tentang arti-arti bersama atau definisi tentang situasi yang dimiliki bersama. Untuk konsep apa saja, atau variabel apa saja yang mungkin digunakan oleh sosiologi komunikasi, arti itu tidaklah lengkap, melainkan muncul danberubah dalam proses interaksi. Ada gerak mengalir dalam dan perubahan dalam proses interaksi yang terus menerus dalam individu terus menerus menilai kembali interpretasi subyektif mengenai lingkungan dan dalam mengkonstruksikan berbagi tindakan yang terjadi timbal balik.Seperti halnya yang dikutip oleh Poloma mengenai pernyataan Blumer mengenai interaksionisme simbolis yang bertumpu pada tiga premis, yakni: a)

  Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

b) Makna tersebut berasal dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”.

14 George Ritzer, Sosiologi: Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Rajawali Grafindo Persada.,

  Jakarta, 2007, Hal 289

  14

  c) Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial

  15 berlangsung.

  Blumer menambahkan, bahwa aktor memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan dan mentransformasikan makna dalam hubungannya dengan situasi dimana dia ditempatkan dan arah tindakannya. Sebenarnya, interpretasi seharusnya tidak dianggap sebagai penerapan makna-makna yang telah ditetapkan, tetapi sebagai suatu proses pembentukan dimana makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrumen bagi pengarahan dan pembentukan tindakan. Tindakan manusia bukan disebabkan oleh beberapa “kekuatan luar” (seperti yang dimaksudkan oleh kaum fungsionalis struktural) tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam” (seperti yang dinyatakan oleh kaum reduksionis psikologis). Blumer menyanggah, individu bukan dikelilingi oleh lingkungan obyek-obyek potensial yang mempermainkannya dan membentuk perilakunya. Gambaran yang benar ialah dia membentuk obyekobyek itu misalnya berpakaian atau mempersiapkan diri untuk karir profesional-individu sebenarnya sedang merancang obyek-obyek yang berbeda, memberinya arti, menilai kesesuaian dengan tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Inilah yang dimaksud dengan penafsiran berdasarkan simbol-simbol. Dengan demikian manusia merupakan aktor yang sadar dan refleksif, yang menyatukan obyek-obyek yang diketahuinya melalui apa yang disebut sebagi proses self indication.Poloma mengutip pernyataan Blumer mengenai pengertian 15 dari self indication yang dimaksudkannya, bahwa:

  

Margaret M. Polomo , Sosiologi Kontemporer, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, Hal.258

  15 “Self indication adalah proses komunikasi yang sedang berjalan dimana

individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan

untuk bertindak berdasarkan makna itu. Proses self indication itu yang terjadi

dalam konteks sosial dimana individu mencoba “Mengantisipasi tindakan-

tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia

  16 menafsirkan tindakan itu.”.

  Oleh karena perbuatan manusia dibentuk dalam dan melalui proses interaksi, maka perbuatan itu berlainan sama sekali dari gerak makhluk-makhluk yang bukan manusia. Manusia menghadapkan diri pada macam-macam hal seperti kebutuhan, perasaan, tujuan, perbuatan orang lain, pengharapan dan tuntutan orang lain, peraturan-peraturan, masyarakatnya, situasi, self imagenya, ingatannya dan cita-citanya untuk masa depan. Ia tidak ditindih oleh situasinya, melainkan merasa diri diatasnya. Interaksionisme simbolis yang diketengahkan Blumer mengandung sejumlah “root images” atau ide-ide dasar yang dapat diringkas seperti yang dikutip Poloma, sebagai berikut: a.

  Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau struktur sosial.

  b.

  Interaksi terdiri dari berbagi kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain. Interaksi-interaksi non-simbolik mencakup stimulus-respon yang sederhana, seperti halnya batuk untuk membersihkan 16 tenggorokan seseorang. Interaksi simbolis mencakup “penafsiran

  

Margaret M. Polomo , Sosiologi Kontemporer, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, Hal.259

  16

  tindakan”. Bila dalam pembicaraan seseorang pura-pura batuk ketika tidak setuju dengan pokok-pokok yang diajukan oleh pembicara, batuk tersebut menjadi suatu simbol yang berarti, yang dipakai untuk menyampaikan penolakan. Bahasa tentu saja merupakan simbol berarti yang paling umum.

  c.

  Obyek-obyek, tidak mempunyai makna yang intrinsic; makna lebih merupakan produk interaksi simbolis.

  d.

  Manusia tidak hanya mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai obyek. Jadi seseorang dapat melihat dirinya sebagai mahasiswa, suami dan seseorang yang baru saja menjadi syah. Pandangan terhadap diri sendiri ini, sebagaimana dengan semua obyek, lahir disaat proses interaksi.

  e.

  Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Blumer menulis: Pada dasarnya tindakan manusia terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal yang diketahuinya dan melahirkan serangkaian kelakuan atas dasar bagaimana mereka menafsirkan hal tersebut. Hal-hal yang dipertimbangkan itu mencakup berbagai masalah seperti kemauan, tujuan dan sarana yang tersedia untuk mencapainya, serta tindakan yang diharapkan dari orang lain, gambaran tentang diri sendiri, dan mungkin hasil dari: cara bertindak sesuatu.

  f.

  Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggotaanggota kelompok, hal ini disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai; “organisasi sosial dari perilaku tindakan-tindakan berbagai manusia”.

  17

  Sebagian besar tindakan bersama tersebut berulangulang dan stabil,

  17 melahirkan apa yang disebut sebagai “kebudayaan” dan “aturan sosial”.

2.1.2 Dramaturgi

  Dramaturgi adalah suatu pendekatan yang lahir dari pengembangan Teori Interaksionisme Simbolik. Dramaturgi muncul untuk memenuhi kebutuhan akan pemeliharaan keutuhan diri dan menjadi suatu model untuk mempelajari tingkah laku manusia, tentang bagaimana manusia itu

  18 menetapkan arti kepada hidup mereka dan lingkungan tempat dia berada.

Dokumen yang terkait

Gambaran Konsep Diri Pekerja Seks Komersial di Kota Medan.

9 78 138

KEKERASAN PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL

0 22 16

Presentasi Diri Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung)

11 90 95

Presentasi Diri Seorang Pekerja Seks Komersial (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Seorang Pekerja Seks Komersial di Saritem Bandung)

16 55 103

Presentasi Diri Pengamen SilverMan di Kota Bandung (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Pengamen Silver Man Dalam Menjalani Kehidupannya di Kota Bandung)

1 19 2

Presentasi Diri Pramuria Di Kalangan Mahasiswi Di Kota Bandung (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Pramuria Di Kalangan Mahasiswi Di Kota Bandung)

1 17 1

Prilaku Komunikasi Pekerja Seks Komersial (Studi Deksriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Pekerja Seks Komersial di Cafe Dengan pelanggannya di Kota Bandung)

1 6 1

Presentasi Diri “Poison” Grup Cross Cover Dance Musik Pop Korea di Kota Bandung (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri “Poison” Grup Cross Cover Dance Musik Pop Korea di Kota Bandung)

14 85 102

BAB V MEDIA SOSIAL SEBAGAI PANGGUNG PRESENTASI DIRI MORDELENTE - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Sosial sebagai Panggung Presentasi Diri Mordelente: Pendekatan Dramaturgi dalam Melihat Presentasi Diri Mordelente sebagai

0 13 29

REPRESENTASI PEKERJA SEKS KOMERSIAL YANG LESBIAN DALAM NOVEL “CHRYSAN” ( Studi Semiotik Kehidupan Pekerja Seks Komersial Yang Lesbian dalam Novel “Chrysan” Karya Hapie Joseph Aloysia ) SKRIPSI

0 0 21