Presentasi Diri “Poison” Grup Cross Cover Dance Musik Pop Korea di Kota Bandung (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri “Poison” Grup Cross Cover Dance Musik Pop Korea di Kota Bandung)

(1)

(Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri “Poison” Grup Cross Cover Dance Musik Pop Korea Di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Gelar Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh,

Tri Arthi Bagja Koesmayadi NIM. 41808808

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2013


(2)

(3)

(4)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 13

1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 13

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro... 13

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 14

1.3.1 Maksud Penelitian ... 14

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian ... 14

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 14


(5)

x

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 18

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi ... 18

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi ... 19

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi ... 22

2.1.2.4 Sifat Komunikasi ... 23

2.1.3 Tinjauan Tentang Psikologi Komunikasi ... 24

2.1.4 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik ... 33

2.1.5 Tinjauan Tentang Pengelolaan Kesan dan Presentasi Diri ... 37

2.1.6 Tinjauan Tentang Budaya Pop ... 44

2.1.7 Tinjauan Tentang Hallyu dan K-Pop ... 46

2.1.8 Tinjauan Tentang Cover Dance dan Cross Cover ... 50

2.2 Kerangka Pemikiran ... 52

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 57

3.1 Objek Penelitian ... 57

3.1.1 Sejarah Singkat Perkembangan Cover Dance dan Cross Cover Dance di Bandung ... 57

3.1.2 Profil POISON ... 59

3.2 Metode Penelitian ... 61

3.2.1 Desain Penelitian ... 61


(6)

xi

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 73

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 75

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 77

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 79

3.3.1 Tempat Penelitian ... 79

3.3.2 Waktu Penelitian... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81

4.1 Deskripsi Identitas Informan Penelitian dan Informan Kunci ... 85

4.1.1 Identitas Informan Penelitian... 85

4.1.2 Identitas Informan Kunci ... 92

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 95

4.2.1 Front Stage (Panggung Depan) Grup Cross Cover Dance POISON Di Kota Bandung ... 95

4.2.2 Middle Stage (Panggung Tengah) Grup Cross Cover Dance POISON Di Kota Bandung ... 112

4.2.3 Back Stage (Panggung Belakang) Grup Cross Cover Dance POISON Di Kota Bandung ... 127


(7)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 161 LAMPIRAN ... 166 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 286


(8)

vi

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan. Yang telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini dengan tepat waktu.

Maksud dari penulisan Skripsi ini adalah untuk menempuh ujian sarjana strata satu pada Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Jurnalistik, juga diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis.

Dalam penyusunan Skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dialami. Terbatasnya kemampuan pengetahuan dan kesulitan memanage waktu menjadi penghambat terbesar dalam penyusunan Skripsi ini. Tetapi berkat kerja keras, optimisme dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis bisa menyelesaikan dengan semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan agar dapat memberikan manfaat dan kemajuan bagi peningkatan penulis dimasa yang akan datang.

Ucapan terimakasih kepada orang tua yang selalu memberikan support moral, spiritual dan material serta daya juang mereka terhadap penulis untuk menyelesaikan perkuliahan ini dari awal hingga sekarang. Tak bisa melukiskan betapa besarnya jasa mamah, Lilis Astuti, dan doa serta harapan dari almarhum Ayah, Mimbar Kusmayadi, kepada saya. Doa saya, semoga tuhan selalu memberikan kebahagian dan kesejahteraan bagi mereka, melalui tangan anakmu ini. Aamiin. Tak lupa juga peran Kakak dan adik penulis, Achmad Bagoes Artha


(9)

vii

mendoakan kelancaran proses penyusunan Skripsi sampai saat ini. Terima kasih banyak atas dukungannya.

Melalui kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan terimakasih, dan penghargaan yang sebesar besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian ini dan memberikan pengesahan penelitian ini sehingga dapat digunakan sebagai literatur bagi yang membutuhkan.

2. Bapak Drs. Manap Solihat., M.Si selaku Dosen dan Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan pengesahan pada skripsi untuk disidangkan, dan memberikan ilmu baik dalam dan di luar kelas.

3. Ibu Melly Maulin P., S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing dan Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah meluangkan waktu, kesabaran, dan perhatiannya kepada penulis serta memberikan masukan dan kritikan yang sangat berharga.


(10)

viii

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia.

6. Kepada grup POISON yang menjadi objek penelitian Skripsi ini, terima kasih atas kerja samanya.

7. Kepada Lira Melinda Zein yang sudah menjadi penyemangat dan memberikan banyak dukungan kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya Skripsi ini dengan tepat waktu.

8. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan motivasi sehingga penulis mendapatkan kelancaran.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing penulis yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun Skripsi ini. Namun, penulis menyadari Skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan kesalahan, sehingga penulis masih memerlukan masukan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan Skripsi ini.

Bandung, Juli 2013


(11)

161 PT. Remaja Rosdakarya.

--- 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

--- 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Harymawan, RMA. 1986, “Dramaturgi” Bandung: Rosdakarya.

Kriyantoro, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

---. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar : PT. Remaja Rosdakarya.

---. 2008. Metode Penelitian Kualitatif : PT. Remaja Rosdakarya.

Rahmat, Jalaludin.1986. Teori-teori Komunikasi : Remaja Karya CV

Rahmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Komunikasi : PT Remaja Rosdakarya

Rohma, Ridho. 2010. Berhala Itu Bernama Budaya Pop. Yogyakarta : Leutika

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta


(12)

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana

KOCIS. 2011. K-Pop A New Force in Pop Music. Republic of Korea : Korean Culture and Information Service Ministry of Culture, Sports and Tourism

Jurnal

Wahyudi, Ibnu. Hallyu: Perlu Strategi Lebih Jitu Untuk Mampu Melewati Waktu. Universitas Indonesia. Dalam The Cutural Cooperation & Korean Wave (Hallyu) Seminar, Borobudur Hotel, Jakarta Desember 14, 2012

Internet

http://daniabreaker.blogspot.com/2009/04/dramaturgi-erving-goffman.html diakses pada pukul 10:15 tanggal 21 Maret 2013

http://estehhangat.wordpress.com/2012/09/29/dramaturgi-erving-goffman-2/

diakses pada pukul 10:20 tanggal 21 maret 2013

http://risvianna.wordpress.com/2011/03/29/teori-erving-goffman/ Diakses pada pukul 10:25 tanggal 21 maret 2013

http://estehhangat.wordpress.com/2012/09/29/dramaturgi-erving-goffman-2/ 10:27 tanggal 21 maret 2013

http://republiksosiologi08.blogspot.com/2012/05/teori-dramaturgi-erving-goffman.html diakses pada pukul 10:28 tanggal 21 maret 2013

http://www.thejakartapost.com/news/2011/10/01/here-are-secrets-%E2%80%98hallyu%E2%80%99-wave.html diakses pada pukul 22:56 tanggal 24 maret 2013

http://aigoolove.16mb.com/2012/06/perbedaan-boyband-girlband-korea-indonesia/ diakses pada pukul 23:08 tanggal 25 Maret 2013


(13)

http://rizaindriyastantiblog.wordpress.com/kpop/kelebihan-boyband-dan-girlband-korea/ diakses pada pukul 23:10 tanggal 25 Maret 2013

http://charlielubis.blogspot.com/2012/03/perjalanan-musik-boyband-boyband-story.html diakses pada pukul 23:33 tanggal 25 Maret 2013

http://www.tempo.co/read/news/2012/12/02/112445376/Yang-Dilakukan-K-Poppers-untuk-Idolanya diakses pada pukul 21:42 tanggal 26 Maret 2013

http://www.tempo.co/read/news/2012/11/30/219445113/Mengapa-Demam-Korea-Bisa-Mendunia diakses pada pukul 22:16 tanggal 26 Maret 2013

http://aliyahnuraini.wordpress.com/2009/06/03/pengelolaan-kesan-dan-konsep-diri-dalam-komunikasi-antarpribadi/ diakses pada pukul 06:00 tanggal 27 Martet 2013

http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fisip201216.pdf diakses pada pukul 06:03 tanggal 27 Maret 2013

http://ulfarayi.wordpress.com/2013/02/03/pengaruh-demam-kpop-terhadap-budaya-indonesia/ diakses pada pukul 2:52 tanggal 29 maret 2013

http://rikagustinachacha.blogspot.com/2012/06/metode-penelitian-pengaruh-kpop.html diakses pada pukul 1:23 tanggal 29 maret 2013

http://edsus.tempo.co/konten-berita/selebritas/2012/12/22/449850/42/Cetak-Sejarah-Gangnam-Style-Ditonton-1-Miliar diakses pada pukul 11:24 tanggal 28 Maret 2013

Analisis%20Fenomena%20Hallyu:%20Budaya%20Pop%20Korea%20Selatan%2 0yang%20Mendunia.html diakses pada pukul 09:17 tanggal 2 April 2013

https://openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/20142/hallyu%20version %207.pdf?sequence=1 diakses pada pukul 9:38 tanggal 2 April 2013


(14)

http://meiliemma.wordpress.com/2008/01/27/dramaturgi/ diakses pada pukul 9:45 tanggal 2 April 2013

http://hiburan.kompasiana.com/musik/2013/01/17/popularitas-korean-pop-520454.html pada pukul 9:55 tanggal 2 April 2013

http://hallyucafe.wordpress.com/2011/05/15/sejarah-korean-pop-k-pop/

pada pukul 11:55 tanggal 2 April 2013

http://pengertiandefinisi1.blogspot.com/2011/02/budaya-pop.html pada pukul 13:45 tanggal 2 April 2013

http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura-346947.html diakses pada tanggal 10 April 2013. pukul 0:50

http://www.psychologymania.com/2011/11/albert-bandura-tokoh-pembelajaran.html diakses pada tanggal 10 April 2013. pukul 0:10

http://eituzed.blogspot.com/2012/11/manusia-makhluk-sosial.html diakses pada tanggal 10 April 2013. Pukul 23:04

http://www.facebook.com/groups/357018287667353/ Diakses pada pukul 23.04 . tanggal 26 Maret 2013

http://adiprakosa.blogspot.com/2008/10/komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html Diakses pada pukul 08:47 tanggal 15 Juli 2013

http://missdk.blogdetik.com/2013/02/27/budaya-k-pop-di-indonesia/#.UeKeLI1kTSg Diakses pada pukul 19:48 tanggal 14 Juli 2013

http://faisal-wibowo.blogspot.com/2013/01/komunikasi-verbal-dan-nonverbal.html Diakses pada pukul 05:23 tanggal 15 Juli 2013

http://bangkitjakarta.wordpress.com/2012/12/06/interaksi-simbolik/ Diakses pada pukul 05:14 tanggal 15 Julil 2013


(15)

E-Book

http://books.google.co.id/books?id=QkBm4nO27r0C&pg=PA32&dq=komunikasi +interpersonal&hl=en&sa=X&ei=2EJcUf6BLIL4rQeYnIHoBw&ved=0 CEIQ6AEwBA#v=onepage&q=komunikasi%20interpersonal&f=false

http://books.google.co.id/books?id=sFVih7igmEEC&printsec=frontcover&dq=ko munikasi+interpersonal&hl=en&sa=X&ei=2EJcUf6BLIL4rQeYnIHoBw &ved=0CC4Q6AEwAA

http://books.google.co.id/books?id=5lLPnSud2ikC&pg=PA5&dq=komunikasi+in terpersonal&hl=en&sa=X&ei=2EJcUf6BLIL4rQeYnIHoBw&ved=0CE4 Q6AEwBg#v=onepage&q=komunikasi%20interpersonal&f=false

SKRIPSI

Puspa, Maria Mawati. 2011. PENGELOLAAN KESAN PEMAIN KOSTUM KARTUN JEPANG DALAM EVENT SECOND ANNIVERSARY COSPLAY BANDUNG DI BRAGA CITYWALK. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.

Mulyadi, Aan. 2012. PENGELOLAAN KESAN PENGAMEN TOPENG DI KOTA BANDUNG. Bandung : Universitas Komputer Indonesia

Evalina, Mariska. 2012. PRESENTASI DIRI SEORANG PRAMURIA (AYAM KAMPUS) DIKALANGAN MAHASISWI DI KOTA BANDUNG. Bandung : Universitas Komputer Indonesia

Faisal Fatahilah, Helmi Riza. IMPRESSION MANAGEMENT PENYIAR PRIA DI STATION RADIO KOTA BANDUNG. Bandung : Universitas Komputer Indonesia


(16)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk berupa drama, film, musik, fashion, hingga benda-benda elektronik yang sudah tersebar di kawasan Asia, Amerika, dan juga Eropa. Fenomena yang terjadi saat ini adalah aliran musik Korean Pop atau K-Pop. Billboard, dikenal sebagai media yang menjadi tolak ukur kualitas industri musik dunia, sudah sedikitnya dikuasai oleh musik-musik K-Pop.

Gelombang Korea ini seakan melakukan suatu agresi budaya keseluruh dunia, khususnya Indonesia. Hal ini bisa dirasakan ketika tahun 2002, yaitu banyaknya penayangan serial drama di layar kaca televisi Indonesia seperti Endless Love, Winter Sonata, Full House, dan masih banyak lagi. Respond masyarakat terhadap tayangan tersebut sangatlah baik.

Tidak hanya dari drama saja, aliran musiknya pun banyak digemari oleh sebagian besar anak muda khususnya di Indonesia. Dinyanyikan oleh laki-laki ataupun perempuan baik tergabung dalam sebuah grup atau solo dengan memiliki suara yang bagus dan khas, menarikan sebuah gerakan yang energik, juga


(17)

berpenampilan menarik, membuat para remaja di Indonesia seakan “tersihir” oleh pesonanya.

Gelaran pertunjukannya sangat dinanti oleh masyarakat khususnya para fans dari artis yang mereka puja-puja, hal ini ditujukan untuk melihat secara langsung dan merasakan atmosfer dari pertunjukan yang luar biasa. Salah satu konser yang berhasil diselenggarakan di Indonesia yaitu SMTOWN pada tanggal 22 September 2012 lalu. Konser yang digelar di Gelora Bung Karno (GBK) ini sangatlah diminati oleh kalangan remaja ataupun dewasa, hal ini menjadi sebuah pembuktian bahwa dampak Korean Wave sudah sangatlah terasa sekali di Indonesia.

Gangnam Style, salah satu bukti kekuatan dari K-Pop yang sudah

“menyihir” ratusan juta manusia di seluruh penjuru dunia dengan video yang

diunggah di media Youtube. Sebuah prestasi yang luar biasa karena budaya pop Korea bisa dengan sukses disebarluaskan ke seluruh dunia. Tidak sedikit juga yang melakukan flashmob1 tarian kuda, khas gangnam style. Dari seluruh rangkaian dari K-Wave ini, seakan menggerus sedikit demi sedikit kebudayaan yang ada di Indonesia, hal ini bisa dikatakan sebagai agresi budaya.

Kian hari orang yang menyukai tentang Korea semakin banyak. Para fans melakukan segala upaya untuk mengekspresikan kecintaannya terhadap artis yang mereka idolakan, seperti meng-cover gerakan tariannya, yang dikenal dengan

1

Flashmob adalah upaya menarik perhatian publik yang dilakukan oleh sekelompok orang. Mereka bisa menari, menghibur atau sekedar duduk-duduk. Sumber: Flash Mob Tempo.co Bikin Heboh Pondok Indah Mal. http://blog.tempointeraktif.com/tempo/2446/ diakses pada tanggal 10 April 2013. 23:42


(18)

istilah cover dance dan juga cross cover dance , dan bergaya semirip mungkin, mulai dari pakaian, tata rambut, dan gaya berbicara.

Cross cover dance, merupakan sebuah grup tari yang meng-cover tarian dari grup lain dengan peran yang berlawanan jenis. Dalam dunia seni khususnya dramatikal istilah cross memang sudah tidak asing lagi, tetapi hanya penggunaan atau sebutannya saja yang berbeda-beda. Sebagai contoh sebuah grup yang di-cover itu adalah boyband, dan yang meng-cover-nya itu adalah grup beranggota perempuan semua. Tidak hanya membawakan tarian, tapi juga pakaian yang dikenakan pun harus mirip dengan grup tari tersebut. Bahkan gesture pun harus disesuaikan. Selain hal-hal yang disebutkan sebelumnya, mereka harus menghayati peran yang dibawakan oleh masing-masing anggota grup tari yang diikuti serta penghapalan lirik perlu diperhatikan untuk mendukung penampilan mereka pada saat tampil di panggung.

Grup tari seperti ini masih belum banyak dikenal karena ini merupakan fenomena baru akibat imbas dari masuknya budaya Korea yang sangat memanfaatkan perkembangan teknologi komunukasi. Grup tari silang jenis kelamin2, jika bisa kita menyebutnya seperti itu adalah grup tari yang cukup berani karena membawakan tarian dari grup lain dengan jenis kelamin yang berbeda dari grup yang diikuti. Dikatakan fenomenal karena belum ditemukan sebelumnya grup tari seperti ini. Di Indonesia, untuk tarian yang dibawakan oleh orang yang berbeda jenis kelamin dengan bentuk tarian sesungguhnya bisa

2

Hasil wawancara bersama Aditya Rahmadi selaku pengamat K-Pop di Bandung pada tanggal 11 April 2013


(19)

melihat sosok Didi Nini Towok. Dia salah seorang penari yang sering melakukan cross dance. Sementara untuk grup sejauh ini belum ada.

Sekitar tahun 2010 penetrasi budaya K-Pop tak dapat dihindari di Indonesia khususnya untuk wilayah Bandung dan Jakarta. Munculnya grup penyanyi yang beranggotakan laki-laki atau perempuan dari Negeri Gingseng ini tidak hanya sekedar bernyanyi tapi juga menampilkan tarian atau yang dikenal dengan sebutan koreografi. Inilah yang tampak berbeda dari grup penyanyi asal Negeri Barat. Selain menjual suara, grup penyanyi yang dikenal dengan sebutan boyband dan girlband ini juga fokus pada penampilan fisik dan atribut seperti kostum, aksesoris, dan tata rias rambut.

Layaknya sebuah virus yang disuntikan ke dalam tubuh seseorang lalu menyebar dengan cepatnya ke seluruh bagian yang ada pada manusia, boyband dan girlband yang membawakan aliran musik K-Pop seakan “menyuntikan” ke berbagai belahan dunia, khususnya di Indonesia dan efeknya sudah terasa sekali hingga sekarang, salah satunya munculnya boyband dan girlband yang berkiblat kepada mereka.

Dengan keistimewaan yang dimiliki oleh grup vokal tersebut, membuat masyarakat Indonesia khususnya kawula muda seolah-olah mendapatkan sesuatu yang baru untuk diidolakan. Popers, sebutan untuk orang yang menggemari K-Pop, sudah menjadi fenomena tersendiri sebagai efek demam Korea3. Para fans

3

Tempo.co (2012). Yang Dilakukan K-Popers untuk idolanya.

http://www.tempo.co/read/news/2012/12/02/112445376/Yang-Dilakukan-K-Poppers-untuk-Idolanya


(20)

tersebut memiliki rasa loyalitas tinggi kepada idolanya. Dimulai dari mengumpulkan pernak-pernik all about K-Pop ataupun barang yang digunakan oleh sang idola, seperti jaket, baju, baik itu yang kualitas original ataupun imitasi.

Tidak sedikit juga media yang berpaling untuk ikut meramaikan penyajian berita mengenai K-Pop, baik itu media online, konvensional, ataupun elektronik yang berlomba-lomba untuk memberitakan informasi yang berisikan boyband dan girlband Korea. Lirik saja detikHot yang memang salah satu content-nya dikhususkan untuk berita mengenai K-Pop, Tempo.co, Koran Gaul, dan media lainnya yang ikut menyelipkan berita tentang perkembangan Korean pop. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Program Studi Korea Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Zaini MA4, yaitu: “Mereka kreatif, pandai mengemas, memadukan, dan menjual kebudayaan mereka. Dan mereka muncul di waktu yang tepat, difasilitasi era digital dan internet”. Dilihat dari kutipan tersebut, peran media sangatlah penting dalam penyebaran budaya Korea tersebut.

Penggemar K-Pop sangatlah bergantung kepada media. Bak orang yang sedang kehausan, K-popers pun akan terus mencari seluruh informasi yang dibutuhkan tentunya mengenai artis kesukaannya. Dengan kecintaanya terhadap idolanya, apapun yang berkaitannya pasti akan ditiru. Dari sinilah munculnya fenomena cover dance yang pada penelitian ini akan dibahas secara fokus pada cross cover dance.

Diakses pada tanggal 26 Marett 2013 Pkl. 21:42 WIB

4

Tempo (2012). Mengapa Demam Korea Bisa Mendunia ?,

http://www.tempo.co/read/news/2012/11/30/219445113/Mengapa-Demam-Korea-Bisa-Mendunia 22:16 26 Maret 2013


(21)

Cover dance adalah kegiatan menari dengan meng-cover artis yang kita inginkan. Menari dengan gerakan yang sama ditambah pembawaan, karakteristik dari artis harus disesuaikan. Berbeda dengan plagiat, cover dance memang diakui, dihargai, dan tidak ada larangan oleh si artis tersebut untuk dilakukan oleh semua orang. Meng-cover tarian dari idola hanya sebuah kegiatan menari yang mengikuti mereka sama persis tanpa merebut hak milik atau hak cipta artis tersebut. Inilah yang membedakan dengan plagiat.

Cover dance boyband dan girlband Korea sekarang sangat populer di penjuru dunia. Indonesia salah satu negara yang peminatnya sangat banyak sekali. Terbukti dengan banyaknya cover dance yang muncul dengan notabenenya yaitu berusia 15 sampai dengan 25 tahun.

Pada tahun 2010, cover dance di Indonesia masih sangatlah sedikit. Bandung dan Jakartalah yang menjadi pelopor munculnya cover dance boyband dan girlband Korea, salah satunya yaitu NYE Boys adalah grup yang menjadi perwakilan dari Indonesia untuk mengikuti kompetisi cover dance di Korea. Seiring dengan waktu bermunculan sedikit demi sedikit dan sekarang menjadi banyak sekali.

Pada awalnya, cover dance kurang diminati oleh para penyelenggara acara. Namun, sekarang sudah banyak sekali lomba-lomba yang diadakan, baik itu lokal ataupun nasional. Ada juga lomba dengan memperebutkan piala Walikota Bandung, bahkan lomba tingkat internasional yang pelaksanaan finalnya


(22)

berlangsung di Korea Selatan dan bertemu dengan boyband dan girlband Korea secara langsung.

Jumlah grup cover dance di Bandung yang terdaftar dan aktif pada tahun 2013 yaitu berjumlah 64 grup5. Betapa tinggi sekali minat para remaja khususnya di Bandung untuk menjadi seorang cover dancer. Baik cover dance ataupun cross cover dance, motifnya adalah kecintaan mereka terhadap K-Pop termasuk artisnya.

Baik cover dance ataupun cross cover dance, sama-sama meng-cover grup. Tetapi letak perbedaannya hanya pada perannya saja, dan disinilah keunikan dari cross cover dance, yaitu mereka membawakan tarian idolanya tapi berlawanan jenis kelamin dari yang diikuti. Misalkan, girlband 2NE1 yang memang anggotanya merupakan perempuan kemudian di-cover gerakan tariannya oleh sekelompok grup cover dance yang beranggotakan laki-laki.

Poison adalah salah satu grup yang melakukan cross cover. Pada tahun 2012, grup ini terbentuk di Bandung dengan beranggotakan enam orang laki-laki, yaitu Isol, AJ, Indra, Epul, Chun dan Rico. Grup yang dikhususkannya meng-cover girlband Korea ini memang tampak seperti seorang laki-laki biasa, tetapi pada saat mereka akan tampil di atas panggung, penampilannya pun berubah dari biasanya. Mereka berenam akan berubah sesuai dengan idolanya.

5

Facebook.com (2013). Cover Dance Bandung Indonesia


(23)

Grup yang tergabung dalam sebuah entertainment6 bernama Min-E ini sudah banyak sekali menciptakan banyak prestasi dalam bidangnya. Seperti lomba-lomba yang bertemakan K-Pop dan juga modern dance. Mereka dituntut menyerupai artis yang mereka tiru, tidak hanya gerakan tariannya saja, termasuk penampilannya. Pada saat di panggung, penampilannya akan berubah 180 derajat. Baik dari kostum, tata rias, dan juga gaya rambutnya. Dalam panggung, mereka menarikan tarian yang sama persis dengan girlband Korea bernama Rania. Dengan mengandalkan kelenturan dari anggota tubuhnya, gerakan-gerakan khas girlband mereka tarikan dengan energik. Split ataupun gerakan yang membutuhkan kelenturan yang luar biasa, mereka bisa melakukannya. Gaya-gaya khas girlband, seperti mengedipkan mata dengan ada unsur menggodapun mereka sanggup melakukannya, karena semua dibutuhkan totalitas dalam cross cover dance.

6

Sebuah istilah untuk menunjukkan management artis di dunia K-Pop. Seperti YG Entertainment, SM Entertainment, dan lain-lain. Pendiri sebuah grup.


(24)

Gambar 1.1 POISON

Sumber : Facebook Poison (RaNia Cover Dance) (2013)

Pada umumnya hasrat meniru pada manusia cukup tinggi karena adanya faktor personal yang mempengaruhi perilaku manusia, salah satunya yaitu motif mengenai keinginan memperoleh pengalaman baru, pengakuan dari masyarakat sekitar. Cross cover dance merupakan salah satu kegiatan yang bisa dikategorikan meniru. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kecenderungan untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan hasil dari proses peniruan, karena setelah melakukan proses peniruan kita akan mengetahui sesuatu yang kita tiru. Manusia memiliki konsep


(25)

sebagai makhluk sosial yang membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri melalui proses meniru7.

Dalam situasi dan maksud tertentu manusia akan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkannya, termasuk menunjukan sebuah aksi yang merupakan hasil dari daya pikir, kreasi, yang sudah terpikirkannya. Begitu juga dengan Poison sebagai pelaku interaksi yang menampilkan dirinya dari hasil konsep yang sudah dibentuk dan dipikirkan secara matang untuk mendapatkan sebuah kesan yang diharapkan. Interaksi yang dilakukan merupakan sebuah bentuk dari penyajian diri. Untuk mencapai hal tersebut butuh pengelolaan kesan (impression management).

Erving Goffman adalah orang yang menemukan dan mengembangkan kajian tentang Impression Management atau pengelolaan kesan pada tahun 1959

yang dijelaskan dalam bukunya dengan judul “The Presentation of Self in Everyday Life”. Goffman mengasumsikan (Mulyana, 2008:112) bahwa:

“Ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Ia menyebut upaya itu

sebagai “pengelolaan kesan”, yakni teknik-teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu”.

Pengelolaan kesan juga merupakan sebuah teknik presentasi diri yang didasarkan pada tindakan mengrontrol persepsi orang lain dengan cepat dengan mengungkapkan aspek yang dapat menguntungkan diri sendiri atau tim. Goffman

7

[Soft Skill] Manusia Sebagai Makhluk Sosial. http://eituzed.blogspot.com/2012/11/manusia-makhluk-sosial.html diakses pada tanggal 10 April 2013. 23:04


(26)

mengatakan dalam bukunya bahwa pengelolaan kesan berkaitan erat dengan sebuah permainan drama, selain itu juga dia mencari tahu lebih lanjut mengenai segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan sehari-hari secara natural dengan seorang aktor yang menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Kedua cara tersebut memiliki kesamaan, yaitu pertunjukan yang ditampilkan di masyarakat untuk memberi kesan yang baik sehingga tercapainya sebuah tujuan.

Pengelolaan kesan sangat berkaitan erat dengan presentasi diri. Tujuannya yaitu mendapatkan sebuah kesan sesuai dengan yang diharapkan. Goffman berpendapat bahwa:

“Presentasi diri adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu tertentu untuk memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi para aktor dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada” (Mulyana, 2008: 110). Disetiap pertunjukan, tidak akan lepas dari penggunaan atribut, asesoris, busana, make-up, dan alat dramatik lainnya. Pertunjukan (performance) menurut Goffman yaitu:

“Aktivitas untuk mempengaruhi orang lain. Penampilan serta perilaku seseorang dalam sebuah interaksi adalah suatu proses interpretif, tujuannya agar terbentuknya persepsi hasil dari interpretasi yang dilakukan orang lain (Mulyana, 2008: 113).


(27)

Dramaturgi adalah ilmu yang mempelajari tentang hukum dan konvensi drama (Harymawan, 1986: 1). Hukum-hukum yang dimaksud yaitu tema, alur (plot), latar (setting), dan karakter (penokohan). Goffman memperkenalkan dramaturgi dengan perspektif berdasar segi sosiologi, pernyataannya yaitu :

“Perspektif yang digunakan dalam laporan ini adalah perspektif

pertunjukan teater; prinsip-prinsipnya bersifat dramaturgis. Saya akan membahas cara individu menampilkan dirinya sendiri dan aktivitasnya kepada orang lain, cara ia memandu dan mengendalikan kesan yang dibentuk orang lain terhadapnya, dan segala hal yang mungkin atau tidak mungkin ia lakukan untuk menopang pertunjukan di hadalan orang lain”. (Mulyana, 2008: 107)

Dari pernyataan Goffman, menyimpulkan bahwa kehidupan manusia bisa diumpamakan seperti teater, terjadinya interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukan di atas panggung, dimana seseorang akan seperti seorang aktor yang memainkan peran-peran tertentu ssaat behadapan dengan orang lain. Goffman berpendapat bahwa,

“Kehidupan sosial menjadi dua bagian yaitu wilayah depan” (front region)

dan “wilayah belakang” (back region). Ketika individu menampilkan diri-nya dengan peran tertentu dihadapan penonton atau khalayak, maka dianggap sedang berada di depan panggung (front stage), dan pada saat individu sedang tidak bermain peran atau sedang mempersiapkan diri-nya untuk menjalani peran, disebut panggung belakang (back stage), lalu panggung tengah (middle stage) yaitu wilayah untuk melakukan persiapan ke panggung depan (Mulyana, 2008: 58).


(28)

Dalam mempresentasikan diri, Poison banyak melakukan pengelolaan kesan. Proses yang dilakukan oleh Poison mulai dari kehidupan sehari-hari mereka hingga saat mereka tampil. Melihat proses yang mereka lakukan ini, penulis bermaksud melakukan penelitian menggunakan studi dramaturgi yang memiliki asumsi bahwa dalam praktiknya memerlukan suatu pengelolaan kesan untuk mencapai presentasi diri.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

Bertolak dari latar belakang yang sudah diolah dan dirangkum oleh penulis, maka muncul rumusan masalah yaitu Bagaimana Presentasi Diri

“Poison” Grup Cross Cover Dance Musik Pop Korea Di Kota Bandung? 1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Dari rumusan masalah makro di atas, maka penulis akan membuat rumusan masalah mikro sebagai berikut:

1. Bagaimana front stage (panggung depan) grup cross cover dance POISON di kota Bandung ?

2. Bagaimana middle stage (panggung tengah) grup cross cover dance POISON di kota Bandung ?

3. Bagaimana back stage (panggung belakang) grup cross cover dance POISON di kota Bandung ?


(29)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Presentasi Diri “Poison” Grup Cross Cover Dance Musik Pop Korea Di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui front stage (panggung depan) grup cross cover dance POISON di kota Bandung.

2. Untuk mengetahui middle stage (panggung tengah) grup cross cover dance POISON di kota Bandung.

3. Untuk mengetahui back stage (panggung belakang) grup cross cover dance POISON di kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini berguna untuk mengembangkan kajian keilmuan yaitu secara umumnya Ilmu Komunikasi dan Psikologi Komunikasi khususnya yang menekankan pada presentasi diri dan pengelolaan kesan (studi dramaturgi).


(30)

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Kegunaan Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis tentang pengaplikasian dramaturgi dikehidupan sosial. Selain itu juga presentasi diri yang merupakan salah satu macam perilaku sosial yang ada di masyarakat.

b. Kegunaan Bagi Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Program Studi Ilmu Komunikasi untuk dijadikan sebagai referensi atau literature sebagai salah satu sumber pengetahuan untuk dijadikan penelitian dengan tema yang sama.

c. Kegunaan Bagi Masyarakat

Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat umum adalah untuk memberikan informasi lebih jelas tentang budaya K-Pop, cross cover dance¸ cover dance, khususnya bagaimana kehidupan sosial itu terdapat proses presentasi diri yang sebelumnya dikelola terlebih dahulu kesan untuk mendapatkan kesan yang diinginkan pada tiga panggung kehidupan, yaitu panggung depan, tengah, dan belakang.


(31)

16 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu

Penulis melakukan penelaahan terhadap penulisan terdahulu yang tentunya berkaitan dengan penulisan yang akan dilakukan penulis. Dengan membandingkan penulisaan terdahulu dengan penelitian yang serupa, membuat penulis lebih mengerti, mendapatkan rujukan pendukung, dan pembanding dalam penyusunan skripsi agar lebih mengerti dan memadai.

Adapun penelitian serupa dengan penulis kaji yaitu mengenai studi dramaturgi diantaranya adalah dengan judul “PENGELOLAAN KESAN

PENGAMEN DI KOTA BANDUNG” dengan subjudul studi dramaturgi mengenai pengelolaan kesan pengamen topeng dalam menjalani kehidupannya di kota Bandung oleh Aan Mulyadi, mahasiswa Ilmu Komunikasi konsentrasi humas UNIKOM angkatan 2008. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2012. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi dramaturgi.

Hasil penelitian ini adalah pengamen topeng menjalankan tiga panggung kehidupan. Pada panggung depan, memainkan perannya hasil dari peniruan aktifitas individu dan melakukan interaksi bersifat nonverbal. Panggung tengah, merupakan area yang digunakan untuk bertukar pikiran,


(32)

mempersiapkan sebelum melakukan kegiatan, dan belajar untuk lebih memilki mental yang kuat saat berada di panggung depan. Pada panggung belakang, pengamen topeng ini ada kecenderungan menampilkan perilaku yang biasa dilakukan pada panggung depan pada saat-saat tertentu.

Penelitian lainnya yaitu dengan judul “PENGELOLAAN KESAN PEMAIN KOSTUM KARTUN JEPANG DALAM EVENT “SECOND ANNIVERSARY COSPLAY BANDUNG” DI BRAGA CITYWALK” dengan subjudul studi dramaturgis dengan pendekatan interaksi simbolik mengenai

pengelolaan kesan pemain kostum kartun jepang dalam event “Second Anniversary Cosplay Bandung” di Braga Citywalk oleh Maria Mawati Puspa, mahasiswi Ilmu Komunikasi konsentrasi Humas UNIKOM angkatan 2007. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi dramaturgi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam panggung belakang para pemain bebas melakukan apapun, tanpa membicarakan semua hal tentang panggung depan. Panggung tengah, semua cosplayer melakukan pengelolaan kesan dengan cara latihan sebelum melakukan pentas pada panggung depan. Panggung depan, semua pemain melakukan pengelolaan kesan dan menjalankan perannya yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk mendapatkan kesan yang diinginkan.


(33)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia, dan menjadi kebutuhan untuk menunjang kebutuhan-kebutuhan. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mampu untuk hidup sendiri, untuk itu manusia membutuhkan interaksi dengan individu lainnya. Dalam interaksi itulah terjadi sebuah komunikasi yang disadari ataupun tidak bahkan terjadi dihampir setiap waktu ketika kita bersinggungan dengan lingkungan sekitar. Komunikasi tersebut dapat berupa komunikasi verbal maupun non verbal. Sebagaimana dikatakan, manusia tidak dapat bertahan hidup jika tidak menjalin komunikasi dengan individu lainnya.

Dapat dikatakan bahwa didalam kehidupan, komunikasi adalah persyaratan yang utama dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang melepaskan hidupnya untuk berkomuikasi antar sesama. Dengan seperti itu, komunikasi sosial sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya untuk membantunya berinteraksi dengan sesama, karena manusia tercipta sebagai mahluk sosial.

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau


(34)

berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapan.

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Shanon dan Weaver yang menyatakan bahwa komunikasi adalah :

“Bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama

lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan,

seni dan teknologi” (Wiryanto, 2004 :7).

Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy (1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan


(35)

Teori dan Praktek” mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi,

yaitu:

“a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.

c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.”(Effendy, 1993 : 18)

Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

Adapula Pendapat Wilbur Schramm, menyatakan bahwa tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan yakni: kepentingan sumber atau pengirim atau komunikator dan kepentingan penerima atau komunikan. Dengan demikian maka tujuan komunikasi yang ingin dicapai dapat digambarkan sebagai berikut:


(36)

1. Tujuan Komunikasi dari sudut kepentingan sumber a. Memberikan Informasi

b. Mendidik

c. Menyenangkan atau menghibur

d. Menganjurkan suatu tindakan atau persuasi

2 Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima a. Memahami Informasi

b. Mempelajari c. Menikmati

d. Menerima atau menolak anjuran (Sendjaja, 2004:2)

Menurut Onong Uchjana Effendy, tujuan dari komunikasi adalah:

1. Perubahan sikap (attitude change) 2. Perubahan pendapat (opinion change) 3. Perubahan perilaku (behavior change)

4. Perubahan sosial (social change). (Effendy, 2003: 8)

Sedangkan tujuan komunikasi pada umumnya menurut H. A. W. Widjaja adalah sebagai berikut:

a. Supaya yang disampaikan dapat dimengerti. Sebagai komunikator harus dapat menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang dimaksud oleh pembicara atau penyampai pesan (komunikator).


(37)

b. Memahami orang Sebagai komunikator harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya. Jangan hanya berkomunikasi dengan kemauan sendiri.

c. Supaya gagasan dapat diterima oleh orang lain Komunikator harus berusaha agar gagasan dapat diterima oleh orang lain dengan menggunakan pendekatan yang persuasif bukan dengan memaksakan kehendak.

d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu Menggerakkan sesuatu itu dapat berupa kegiatan yang lebih banyak mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki (Widjaja, 2000: 66).

Jadi, secara keseluruhan dapat dipahamai bahwa tujuan dari komunikasi tidak terlepas dari bagaimana manusia mengisi hidupnya dalam pola interaksi sosial yang tercipta antara satu dengan lainnya. Baik untuk aktualisasi diri, interaksi, eksistensi, ekspresi, apresiasi maupun menciptakan esensi dalam hidupnya.

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi Menurut Widjaja dalam karyanya “Ilmu Komunikasi : pengantar studi” apabila dipandang dari arti yang lebih

luas adalah sebagai berikut :

1. Informasi. 2. Sosialisasi. 3. Motivasi.

4. Perdebatan dan diskusi. 5. Pendidikan.

6. Memajukan kehidupan. 7. Hiburan.


(38)

8. Integrasi. (Widjaja, 2000: 59-60)

Komunikasi merupakan ajang pertukaran informasi bagi masyarakat dimana masyarakat merupakan manusia yang memerlukan sosialisasi didalam kehidupannya. Dengan komunikasi juga dapat mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

2.1.2.4 Sifat Komunikasi

Sifat komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy ( dalam Dicky, 2010) ada beberapa macam, yaitu sebagai berikut:

1. Tatap muka (face-to-face)

2. Bermedia (mediated)

3. Verbal (verbal)

a. Lisan (oral)

b. Tulisan (written/priated)

4. Nonverbal

a. Gerakan /isyarat badaniah (gestural) b. Bergambar (pictorial).


(39)

Komunikator dituntut untuk memiliki kemampuan dan sarana agar mendapatkan umpan balik (feedback) dari komunikan, sehingga maksud dari pesan yang tersampaikan dapat berjalan dengan efektif. Komunikasi dengan tatap muka (face-to-face) dilakukan antara komunikator dengan komunikan secara langsung, tanpa menggunakan media apapun kecuali bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

2.1.3 Tinjauan Tentang Psikologi Komunikasi

Bila dilihat dari catatan sejarah perkembangannya, komunikasi dibesarkan oleh para peneliti psikologi. Tiga dari empat tokoh ilmu komunikasi, diantaranya adalah Wilbur Schramm (dalam Rakhmat, 2001: 2-3) adalah sarjana psikologi. Kurt Lewin adalah ahli psikologi dinamika kelompok. Carl I. Hovland yang definisi komunikasinya banyak dihafal mahasiswa komunikasi di Indonesia, adalah seorang yang dididik dalam psikologi, dan selama hidupnya memilih karir psikologi. Semua aliran besar dalam psikologi diwakili oleh para peletak dasar ilmu komunikasi. Komunikasi bukan termasuk pada subdisiplin dari psikologi. Sebagai ilmu, komunikasi menembus banyak disiplin ilmu. Sebagai perilaku, komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi dan psikologi.

Hovland, Janis, dan Kelly, mendefinisikan komunikasi sebagai “the process bu which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal)


(40)

to modify the behaviour of other individuals (the audience). Dance (1967) mendefinisikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai

usaha “menimbulkan respons melalui lambang-lambang verbal”, ketika lambang-lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli. Dalam kamus psikologi, Dictionary of Behavioral Science, menyebutkan enam pengertian komunikasi, diantaranya:

Communication 1) The transmission of energy change from one place of another as in the nervous system or transmission of sound waves. (Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara. 2) The transmission or reception of signals or messages by organisms. (Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme. 3) The transmitted message. (Pesan yang disampaikan). 4) (Communication theory). The process whereby system influences another system through regulation of the transmitted signals. (Proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan. 5) (K. Lewin) The influence of one personal region on another whereby a change in one results in a corresponding change in the other region. (Pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain. 6) The message of a patient to his therapist in psychotherapy. (Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi. (Wolman, dalam Rakhmat, 2001: 4)

Dari pengertian di atas menunjukkan rentangan makna komunikasi digunakan daam ranah psikologi. Jadi Psikologi menyebut komunikasi sebagai penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, pada peristiwa penerimaan dan pengolahn informasi, pada proses saling pengaruh di antara berbagai sistem dalam diri organisme dan di antara organisme.


(41)

Psikologi menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri peserta komunikasi, psikologi memberikann karakteristik manusia serta faktor internal ataupun eksternal yang mempengarui perilaku komunikasi. Sedangkan pada pihak yang menyampaikan pesan, psikologi melacak sifat-sifatnya memikirkan penyebab dari keberhasilan salah satu sumber komunikasi dalam mempengaruhi orang lain, sedangkan yang lainnya tidak bisa. Fisher menyebut ada empat ciri pendekatan psikologi pada komunikasi, yaitu: penerimaan stimuli secara indrawi (sensory reception of stimuli), proses yang mengantarai stimuli dan respons (iinternal mediation of stimuli). Prediksi respons (prediction of response), dan peneguhan respons (reinforcement of responses). Psikologi memandang bagaimana respons yang telah terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respons yang akan datang. Kita harus mengetahui bagaimana sejarah respon sebelum meramalkan pada masa ini. Dari sinilah timbul perhatian pada gudang memori (memory storage) dan set (penghubung masa lalu dan masa sekarang), dan yang menjadi unsur sejarah respon yaitu peneguhan (respons lingkungan atau orang lain pada respons organisme yang asli). Berbagai anggapan tentang psikologi muncul.

Ada yang menyebutkan bahwa psikologi hanya tertarik pada perilaku yang tampak saja, sedangkan yang lain tidak dapat mengabaikan peristiwa-peristiwa mental. Ada juga yang menyebutkan psikolog hanya ingin memerikan apa yang dilakukan orang, dan sebagian lagi ingin meramalkan


(42)

apa yang akan dilakukan orang. Selain itu sebagian lagi menyatakan bahwa psikologi baru dikatakan sains bila sudah mampu mengendalikan perilaku

orang lain. George A. Miller mendefinisikan psikologi: “Psychology is the

science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral

events” (Miller, dalam Rakhmat, 2001:9). Psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah proses

yang terjadi pada manusia. Fisher menyebutkan “internal mediation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungnya komunikasi. Sedangkan peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi (Rakhmat, 2001: 1-9).

Manusia terbentuk bukan karena lingkungan, akan tetapi oleh cara dia menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterima. Dengan melakukan komunikasi kita akan menemukan siapa diri kita, mengembangkan sebuah konsep diri, dan menetapkan hubungan dengan dunia sekitar. Tentu saja kita dalam berkomunikasi diharapkan terjadinya komunikasi yang efektif, karena itu adalah tujuan dari dilakukannya komunikasi. Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia (dalam Rakhmat, 2001:13) komunikasi yang efektif menimbulkan lima hal diantaranya adalah:

1. Pengertian

Pengertian adalah penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Namun kegagalan menerima isi pesan sering


(43)

kali terjadi, istilahnya disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). Untuk menghindari hal tersebut, kita perlu memahami paling tidak psikologi pesan dan psikologi komunikator.

2. Kesenangan

Komunikasi itu hanya dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain

merasa apa yang disebut analisis transaksional sebagai “Saya oke, kamu oke”. Komunikasi ini dikenal dengan komunikasi fatis (phatic communication), yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan, dengan tujuan untuk menjadikan hubungan menjadi lebih dekat, hangat, akrab, dan menyenangkan.

3. Mempengaruhi Sikap

Dalam komunikasi pasti sering kali terjadi mempengaruhi orang lain karena salah satu sifat komunikasi yaitu persuasif. Arti kata persuasi itu sendiri adalah proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut

bertindak seperti atas kehendaknya sendiri” (Kamus Ilmu Komunikasi

dalam Rakhmat, 2001: 14).

4. Hubungan Sosial yang Baik

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup dalam kesendirian, pasti membutuhkan orang lain dan membina hubungan tersebut dengan hal-hal yang positif. Dalam membina hubungan pasti terjadinya


(44)

komunikasi, yang ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Dalam kehidupan sosial, dibutuhkannya suatu kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection).

5. Tindakan

Berkaitan dengan persuasi sebagai komunikasi, tidak hanya untuk mempengaruhi sikap saja, melainkan untuk melahirkan suatu tindakan yang dikehendaki. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik.

Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh dua faktor, personal dan situasional. Faktor personal meliputi faktor biologis, essensinya yaitu warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya pengaruh warisan biologis ini sampai muncul aliran baru, yang memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya. Faktor yang kedua adalah faktor sosiopsikologis. Manusia makhluk sosial, oleh karena itu dari proses sosial yang dilakukan


(45)

diperolehnya beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilaunya. Kita dapat mengklasifikasikannya ke dalam tiga komponen, yakni komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen yang pertama, yang merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya. Komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Kita mulai dengan komponen afektif yang terdiri dari motif sosiogenis, sikap dan emosi.

1. Motif Sosiogenis

Sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif biologis). Peranannya dalam membentuk perilaku sosial bahkan sangat menentukan. Klasifikasi motif sosiogenis diantaranya:

W.I Thomas dan Florian Znaniecki :

a. Keinginan memperoleh pengalaman baru b. Keinginan untuk mendapat respons c. Keinginan akan pengakuan

d. Keinginan akan rasa aman David McClelland :

a. Kebutuhan berprestasi (need for achievement) b. Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation) c. Kebutuhan berkuasa (need for power)


(46)

Abraham Maslow :

a. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)

b. Kebutuhan akan keterikatan dan cinta (belongingness and love needs)

c. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) d. Kebutuhan untuk pemenuhan diri

Melvin H. Marx :

1. Kebutuhan organismis : - Motif ingin tahu (curiosity) - Motif kompetensi (competence) - Motif prestasi (achievement) 2. Motif-Motif sosial :

- Motif kasih sayang (affiliation) - Motif Kekuasaan (power)

- Motif Kebebasan (independence) 2. Sikap

Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang paling banyak didefinisikan. Definisi sikap yaitu kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap


(47)

dapat berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi atau kelompok.

3. Emosi

Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan dan proses fisiologis. Bila orang yang dicintai mencemoohkan kita, maka kita akan bereaksi secara emosional karena kita mengetahui makna cemoohan itu (kesadaran). Jantung kita akan berdetak lebih cepat, kulit memberikan respons dengan mengeluarkan keringat, dan napas terengah-engah (proses fisiologis)

Selain faktor personal, ada juga faktor situasional yang memperngaruhi perilaku manusia. Menurut Edward G. Sampson (dalam Rakhmat, 2001) klasifikasi faktor situasional diantaranya yaitu :

I. Aspek-aspek objektif dari lingkungan a. Faktor ekologis

- Faktor geografis

- Faktor iklim dan meteorologis b. Faktor desain dan arsitektural c. Faktor temporal

d. Analisis Suasanan perilaku e. Faktor teknologis


(48)

f. Faktor sosial

- Struktur organisasi

- Sistem peranan

- Struktur kelompok

- Karakteristik populasi

II. Lingkungan psikososial seperti dipersepsi oleh kita

- Iklim organisasi dan kelompok

- Ethos dan iklim institusional dan kultural

III. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku

- Orang lain

- Situasi pendorong perilaku

2.1.4 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik

Interaksi simbolik dapat dikatakan berupa pertukaran simbol yang diberi makna (Mulyana, 2008: 68). Hal ini berhubungan dengan permainan peran oleh individu tertentu. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia.

Munculnya suatu studi tentang interaksi simbolik dipengaruhi oleh teori evolusi milik Charles Darwin. Darwin menekankan pandangan bahwa semua perilaku organisme, termasuk perilaku manusia, bukanlah perilaku yang acak,


(49)

melainkan dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka masing-masing. Teori evolusi juga menyatakan bahwa setiap organisme dan lingkungannya serasi dalam suatu hubungan dialektik. Artinya, cara lingkungan berpengaruh terhadap organisme antara lain dibentuk oleh alam, pengalaman lalu, dan aktifitas yang dilakukan organisme saat itu.

Beberapa ilmuwan mempunyai andil sebagai perintis dari interaksionisme simbolik, yaitu James Mark Baldwin, William James, Charles Horton Cooley, John Dewey, William I. Thomas, dan George Herbert Mead. Mead adalah sebagai peletak dasar teori tersebut. Pada masa Herbert Blumer, istilah interaksi simbolik dipopulerkan pada tahun 1937. Dalam interaksi simbolik, Blumer melihat individu sebagai agen yang aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit serta sulit diramalkan dan memberi tekanan pada sebuah mekanisme yang disebut interaksi diri yang dianggap membentuk dan mengarahkan tindakan individu. Interaksi diri memberikan pemahaman bahwa pemberian makna merupakan hasil pengelolaan dan perencanaan dari aspek kognitif dalam diri individu. Ketika individu itu melakukan suatu proses olah pikir sebelum makna itu disampaikan melalui simbol-simbol tertentu, interpretasi makna bisa dipastikan akan berjalan dengan yang diharapkannya.

Interaksi simbolik menurut Blumer, merujuk pada karakter interaksi khusus yang berlangsung antarmanusia. Aktor tidak semata-mata beraksi terhadap tindakan yang lain, tetapi juga menafsirkan dan mendefenisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor baik secara langsung maupun tidak


(50)

langsung, selalu didasarkan atas makna penilaian tersebut. Maka dari itu, interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol penafsiran atau dengan menemukan makna tindakan oran lain. Dalam konteks itu, menurut Blumer, aktor akan memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan, dan mentransformasikan makna dalam kaitannya dengan situasi di mana dan ke arah mana tindakannya.

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna (Mulyana, 2008: 68). Perspektif ini berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka Menurut teori interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya

adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol”. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Penganut interaksionisme simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia di sekeliling mereka, jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan (Mulyana, 2008).


(51)

Erving Goffman, salah seorang yang mencoba memperjelas dari pengklarifikasian dari proses interaksi simbolik. Pandangan Blumer bahwa individu-lah yang secara aktif mengontrol tindakan dan perilakunya, bukan lingkungan, dirasa kurang tajam pada masanya. Interaksi simbolik hanya

sebatas pada “individu memberi makna”, Goffman memperluas

pemahamannya bahwa ketika individu menciptakan simbol, disadari atau tidak, individu tersebut bukan lagi dirinya.

Menurut Goffman, ketika simbol-simbol tertentu sebelum dipergunakan oleh individu sebagai sebuah tindakan yang disadari (dalam perencanaan),

berarti ia juga telah menjadikan dirinya sebagai “orang lain”, karena ketika individu tersebut mencoba symbol-simbol yang tepat untuk mendukung identitas yang akan ditonjolkannya, ada simbol-simbol lain yang

disembunyikan atau “dibuang”. Ketika individu tersebut telah memanipulasi

cerminan dirinya menjadi orang lain, berarti ia telah memainkan suatu pola teateris, peng-aktor-an yang berarti dia merasa bahwa ada suatu panggung dimana ia harus mementaskan suatu tuntutan peran yang sebagaimana mestinya telah ditentukan dalam skenario, bukan lagi pada tuntutan interaksi dirinya, simbol-simbol yang diyakini dirinya mampu memberikan makna, akan terbentur pada makna audiens. Artinya bukan dirinya lagi yang memaknai identitasnya, tetapi bergantung pada orang lain.


(52)

Maka berangkat dari sinilah yang memicu Erving Goffman untuk mengoreksi dan mengembangkan Teori Interaksionisme Simbolik secara lebih jauh dengan mengklarifikasikan konteks dari berlangsungnya interaksi tersebut. Bertindak dalam cara yang berbeda dan dalam pengaturan yang berbeda, yaitu secara teateris.

Melalui pandangannya terhadap interaksi sosial, dijelaskan bahwa pertukaran makna di antara individu-individu tersebut disebabkan pada tuntutan pada apa yang orang harapkan dari kita untuk kita lakukan. Lalu, ketika dihadapkan pada tuntutan itu, maka orang melakukan pertunjukan (performance) di hadapan khalayak, bukan lagi individu lain. Memainkan simbol dari peran tertentu di suatu panggung pementasan.

2.1.5 Tinjauan Tentang Presentasi Diri dan Pengelolaan Kesan

Presentasi diri adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu tertentu untuk memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi para aktor dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada (Mulyana, 2008: 110). Maksud dari definisi tersebut bisa diartikan sebagai upaya individu untuk menumbuhkan suatu kesan yang diharapkan di hadapan orang lain dengan cara menata perilaku-perilaku agar dapat dimaknai identitas dirinya sesuai dengan yang diinginkan. Pada proses produksi identitas, ada suatu pertimbangan yang dilakukan mengenai atribut simbol yang dikenakan dan mampu mendukung identitas yang ditampilkan secara menyeluruh, seperti


(53)

busana yang dipakai, cara berjalan dan berbicara, rumah yang kita huni dan cara kita melengkapi perabotan rumah, pekerjaan yang kita lakukan dan cara kita menghabiskan waktu luang (Mulyana, 2008:112).

Dalam teori diri, Goffman berpendapat bahwa, diri adalah “suatu hasil

kerjasama” (collaborative manufacture) yang harus diproduksi-baru dalam setiap peristiwa interaksi sosial. Kutipan kata-kata yang dilontarkan oleh Goffman tentang diri (dalam Mulyana, 2008:109),

“Diri bukan sesuatu bersifat organik yang memiliki lokasi tertentu ... Dalam menganalisis diri kita terseret dari pemiliknya, dari orang yang paling untung atau paling rugi olehnya, karena ia dan tubuhnya sekadar menyediakan pasak tempat bergantung suatu hasil kerjasama untuk sementara waktu ... sarana memproduksi dan memupuk diri tidak

berada di dalam pasak”

Diri menurut Goffman bersifat temporer dalam arti bahwa diri tersebut memiliki jangka pendek, bermain peran karena selalu dituntut oleh peran-peran sosial yang berlainan yang interaksinya dengan masyarakat berlangsung dalam episode-episode pendek. Selain itu juga, diri bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh seorang individu, melainkan yang dipinjamkan orang lain kepadanya.


(54)

Goffman mengembangkan konsep diri, yang tidak terlepas dari pengaruh gagasan Cooley tentang the looking glass self yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:

1. Kita membayangkan bagaimana kita tampil bagi orang lain;

2. Kita membayangkan bagaimana penilaian mereka atas penampilan kita;

3. Kita mengembangkan sejenis perasaan-diri, seperti kebanggaan atau malu, sebagai akibat membayangkan penilaian orang lain tersebut.

Bertolak dari gagasan dari Cooley, bahwa melalui imajinasi-lah, kita mempersepsi dalam pikiran orang lain suatu gambaran tentang penampilan kita, perilaku, tujuan, perbuatan, karakter, kawan-kawan kita, dan sebagainya, dan dengan berbagai cara kita terpengaruh olehnya (Mulyana, 2008: 108). Cooley mendefinisikan diri sebagai suatu yang dirujuk dalam pembicaraan

biasa melalui kata ganti orang pertama tunggal, yaitu “aku” (I), “daku” (me),

“milikku” (mine), dan “diriku” (myself).

Dalam pengembangan diri, bisa diamati pada anak-anak. Menurut Mead, perkembangan diri terdiri dari dua tahap, yaitu tahap permainan (play stage) dan tahap pertandingan (game stage). Tahap permainan adalah perkembangan pengambilan peran bersifat elementer yang memungkinkan anak-anak melihat diri mereka sendiri dari perspektif orang lain yang dianggap penting (significant other), khususnya orang tua mereka. Tahap ini bisa dilihat spontanitas perilaku anak. Sedangkan tahap pertandingan berasal


(55)

dari proses pengambilan peran dan sikap orang lain secara umum (reference group), yaitu masyarakat umum.

Ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran-diri yang akan diterima orang lain. Goffman menyebut upaya

tersebut itu sebagai “pengelolaan kesan” (impression management), yaitu teknik-teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam buku Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat, proses pembentukan kesan ada tiga, yaitu (Rakhmat, 2001: 91-96):

1. Stereotyping

Pada saat guru menghadapi murid-murid yang sudah jelas bersifat heterogen, ia akan mengelompokkan pada konsep-konsep tertentu, seperti cerdas, pintar, bodoh, malas, rajin, cantik, atau jelek. Penggunaan konsep ini menyederhanakan begitu banyak stimuli yang diterimanya. Tetapi, begitu anak-anak itu diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan pada mereka. Inilah yang disebut stereotyping. Dengan kata lain, stereotype adalah mengelompokan atau proses pencantuman label terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman, atau pengetahuan yang tersimpan di dalam memori seseorang.

Dalam stereotyping akan terjadinya primacy effect dan halo effect. Primacy effect adalah menunjukan bahwa kesan pertama sangat menentukan dikarenakan kesan tersebut menentukan kategori. Sedangkan halo effect,


(56)

persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik. (Rakhmat, 2001: 92)

2. Implicit Personality Theory

Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa berkaitan dengan sifat-sifat apa. Ketika membuat konsep, sama dengan memberikan kategori pada suatu hal. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membentuk kesan tentang orang lain. Salah satu

contohnya yaitu, konsep “bersahabat” meliputi konsep-konsep ramah, suka menolong, tidak jahat, dan lain-lain. Kita mempunyai asumsi orang ramah pasti suka menolong, toleran, tidak jahat, dan tidak akan mencemooh.

3. Atribusi

Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak. Ada dua jenis atribusi, yaitu kausalitas dan kejujuran. Menurut Fritz Heider (1958) orang yang pertama menelaah kausalitas, mendefinisikannya sebagai proses pemahaman sebab orang berperilaku. Ketika akan mengamati perilaku sosial, pertama-tama tentukan faktor penyebabnya, situasional (eksternal) atau personal (internal).

Menurut Jones dan Nisbett untuk mengetahui faktor yang termasuk internal atau eksternal, ada dua hal yang harus diperhatikan ketika sedang memahami motif persona stimuli. Pertama, fokuskan perhatian pada perilaku


(57)

yang hanya memungkinkan satu atau sedikit penyebab. Kedua, pusatkan perhatian pada perilaku yang menyimpang dan pola perilaku yang biasa.

Ada sebuah teori atribusi yang diperkenal oleh Harold Kelley (1972, 1973). Menurutnya pada saat penyimpulan kausalitas internal atau eksternal, kita dapat memperhatikan tiga hal. Pertama adalah konsensus, apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap. Kedua adalah konsistensi, apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi lain. Ketiga adalah kekhasan (distinctiveness), apakah orang itu bertindak yang sama pada situasi lain, atau hanya pada situasi ini saja.

Seseorang dapat disimpulkan sebagai persona stimuli jujur atau munafik, menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne (dalam Rakhmat, 2001: 95) dapat memperhatikan dua hal. Pertama, sejauhmana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat yang populer dan diterima orang. Kedua, sejauhmana orang itu memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataannya itu.

Setelah mengetahui proses pembentukan kesan, maka pengelolaan kesan adalah suatu usaha persona stimuli dalam menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan kesan tertentu pada diri penanggap. Peralatan yang digunakan pada saat akan menampilkan diri disebut front yang terdiri dari panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah-laku (manner). Panggung adalah rangkaian peralatan ruang dan benda yang akan digunakan. Penampilan berarti menggunakan petunjuk


(58)

artifaktual, seperti menggunakan dasi pada kemeja merk terkenal, sepatu mengkilat, pada saat akan bertemu calon mertua dan berharap akan dinilai sebagai orang yang mapan. Gaya bertingkah laku menunjukkan cara kita berjalan, duduk, berbicara, memandang, dan sebagainya. Contoh seorang yang baru mendapatkan jabatan yang tinggi, akan mengurangi humornya, berbicara teratur dan baku, berjalan tegap, karena dia ingin menumbuhkan kharismanya.

Erving Goffman menyebut aktivitas untuk mempengaruhi orang lain itu sebagai pertunjukkan (performance), yaitu presentasi diri yang dilakukan individu pada ungkapan-ungkapan yang tersirat, suatu ungkapan yang lebih bersifat teateris, kentekstual, non-verbal dan tidak bersifat intensional (Mulyana, 2008: 112-113).

Goffman menyatakan bahwa hidup layaknya teater yang di dalamnya terdapat aktor (individu) dan penonton (masyarakat). Dalam pelaksanaannya, selain panggung tempat pementasan peran, juga memerlukan ruang ganti yang berfungsi utuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum melakukan kegiatan pentas. Pada saat di dalam panggung, individu akan menggunakan simbol-simbol yang berkaitan untuk memperkuat identitas karakternya, tetapi ketika masa pementasannya selesai, maka di belakang panggung akan terlihat tampilan yang sebenarnya dari individu tersebut. Kehidupan seperti teater dikaji dalam studi dramaturgi.


(59)

2.1.6 Tinjauan Tentang Budaya Pop

Budaya populer tersusun dari dua istilah, yaitu “budaya” dan juga

“pop”. Tiga pemahaman tentang budaya menurut Raymond Williams adalah,

suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual dan estetis. Selain proses, budaya juga berarti suatu pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode atau kelompok tertentu yang tidak hanya melihat perkembangan intelektual, spiritual, dan estetis melainkan sastra, hiburan, olah raga, dan upacara ritual agama tertentu. Budaya juga bisa berupa karya dan pratik-praktik intelektual, terutama aktivitas artistik berupa teks-teks dan pratik-praktik prakti yang memiliki fungsi untuk menciptakan makna tertentu seperti puisi, novel balet, opera, dan lukisan. Dapat disimpulkan dari ketiga pemaknaan tersebut bahwa budaya bisa dipahami sebagai suatu kebiasaan yang berupa praktik-praktik dalam keseharian dan sudah menjadi sebuah kebiasaan. (John Storey dalam Rhoma, 2009: 1)

Kata “pop” berasal dari “populer” yang dalam arti sederhananya yaitu disukai oleh banyak orang, apabila dikaitkan dengan budaya yaitu budaya yang disukai oleh banyak orang. Menurut Williams1, ada empat makna yang terkandung pada kata tersebut. Pertama, banyak disukai orang. Kedua, jenis kerja rendahan. Ketiga, karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang. Keempat, budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri.

1

Budaya Populer. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195704081984031-DADANG_SUPARDAN/BUDAYA_POPULER.pdf diakses pada tanggal 8 April 2013. 08.10


(60)

Storey membedakan antara budaya pop dan budaya tinggi. Budaya pop adalah budaya komersil sebagai dampak dari produksi massal, dan mendapatkkan pengawasan khusus karena nilai moral dan estetis rendah, sedangkan budaya tinggi adalah kreasi hasil produksi individu yang mengandung nilai lebih tinggi (John Storey dalam Rhoma, 2009: 2)

Budaya populer pada konteks tertentu juga didefinisikan sebagai budaya massa, yaitu budaya yang diproduksi massa untuk dikonsumsi massa. Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan oleh industri produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan dari khalayak konsumen. Budaya populer juga dikaitkan dengan konsep hegemoni Antonio Gramsci, mengacu pada cara kelompok dominan dalam suatu masyarakat mempengaruhi dan mendapatkan dukungan dari kelompok subordinat melalui proses kepemimpinan, intelektual, dan moral atas praktik-praktik budaya.2

Roh dari budaya pop adalah kecepatan, kepraktisan, dan efisiensi. Sebuah sistem yang mengedepankan kemudaan, temuan baru dengan semangat siap untuk digunakan, dan berlaku suatu hukum yang menjelaskan bahwa apa yang dipakai, akan menunjukkan posisi kelas yang akan melekat pada diri penggunanya. Agresivitas budaya pop dapat dilambangkan dengan energik oleh media. Media yang dengan mahirnya menciptakan tokoh, kisah, dan monumen tentang apa yang sudah mereka kerjakan. Berkuasanya budaya

2

Definisi Budaya Populer. http://www.prasasti.com/definisi-budaya-populer/ diakses pada tanggal 8 April 2013. 09:12


(61)

pop berlandasakan pada patokan cepat, dangkal, dan massal (Rhoma, 2009: vi-vii).

Menurut Idi Subandi Ibrahim (Pikiran Rakyat edisi 15 Juli 2005 dalam Rhoma, 2009:3) budaya pop merupakan kebudayaan massa yang populer dan didukung oleh industri kebudayaan (cultural industry), serta membangun masyarakat tidak hanya berbasi konsumsi, tapi juga menjadikan semua artefak budaya sebagai produk industri. Budaya massa disebabkan massifikasi, dengan maksud industriallisasi dan komersialisasi yang menuntut komersialisasi, produk budaya (massa) berubah, sejalan percepatan tuntutan pasar.

2.1.7 Tinjauan Tentang Hallyu dan K-Pop

Gelombang Korea mengarah pada fenomena hiburan Korea dan budaya populer yang bersinergi dengan musik pop, drama, dan juga film. Dalam bahasa korea dikenal dengan istilah hallyu, yang pertama kali diperkenalkan oleh jurnalis asal Beijing, pada akhir 1990-an yang dimaksudkan untuk menggambarkan semakin populernya budaya pop Korea di Cina.

Korea muncul sebagai pusat baru untuk produksi budaya pop transnasional3, dengan keberhasiannya sebagai eksportir budaya. Hal itu

sering dikaitkan dengan “menjual” produk-produk budaya yang berkualitas

3

Terjemahan : Keluar dari batas-batas negara , lintas bangsa . http://www.artikata.com/arti-355032-transnasional.html 09.43 . 2 April 2013


(62)

tinggi dengan memasukkan unsur Barat tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisional Korea dan identitas budayanya.

Gelombang korea pada hakikatnya adalah perwujudan atau representasi dari industri budaya pada era yang sangat kapitalistik dan manipulatif. Karya yang dihasilkan dari gelombang ini khususnya dalam bidang seni, baik itu film ataupun musik, merupakan karya-karya yang dikreasi dengan penekanan utama atau yang berorientasi pada suatu pasar atau profit.

Seluruh produk yang dihasilkan dari hallyu, sesungguhnya tidak tepat

diberi istilah “memenuhi selera pasar” seperti musik ataupun film, yang pada

kenyataannya justru merekalah yang telah menciptakan sebuah ceruk pasar4. Gelombang inilah yang menciptakan pasar. Munculnya demam Gangnam Style oleh PSY (Park Jae-sang), yang bukan sebagai pemenuhan selera pasar, justru menciptakan selera pasar.

Karya-Karya yang dikategorikan ke dalam gelombang korea ini disebut

“seni populer” yang lebih mengutamakan kesementaraan dalam lingkup yang menggairahkan dan mampu “menyihir” pendengar atau penonton dengan

dikemas semenawan mungkin. Kemewahan dalam busana, tata cahaya panggung, maupun bentuk fisik para penyanyi, telah melewati semacam sulapan atau teknik manipulasi yang pada akhirnya memang mampu menyilaukan para penggemar. Aksi panggung mereka pada umumnya telah

4

Kelompok yang berusaha untuk menciptakan inovasi-inovasi terbaru, yang akan menaruh minat konsumen dalam pangsa besar, dan memiliki daya saing yang sangat tinggi.


(1)

158

kegiatan yang dilakukan oleh Poison, yaitu briefing. Kegiatan ini lebih kepada tempat untuk menuangkan seluruh ide, perencanaan konsep, dan sebagai media mediasi ketika sedang ada permasalahan, selain itu juga dilakukannya penguatan mental berupa menyamakan persepsi. 3. Panggung belakang (back stage) Poison adalah sebuah wilayah yang

dapat mengekspresikan segala sesuatu tentang diri masing-masing. Terlepas dari kegiatan ataupun peran yang biasa diperankan pada saat di panggung depan. Pada panggung ini juga Poison berpenampilan

“seutuhnya” tanpa menggunakan “topeng” lain. Namun ada

kecenderungan dari pelaku dramaturgi yaitu Poison untuk menampilkan perilaku, dan juga tingkah laku yang biasa ditampilkan atau diperagakan pada saat di panggung depan, tetapi hanya saat-saat tertentu saja. Salah satu dari anggota Poison mengganggap dirinya cantik sama hal dengan artis yang mereka tiru. Seringkali mereka menampilkan kebiasaan yang dilakuan pada panggung depan. Seperti melakukan make up di rumah, menata gaya rambut, terkadang karakter ataupun tingkah laku idola mereka tiru. Sering kali juga melakukan tarian-tarian di depan orang-orang terdekat. Menggunakan bahasa gaul mereka yang biasa digunakan pada saat berada di panggung depan.. Gaya duduk dan jalan menjadi feminine. Efek dari kegiatan cross cover dance ini meningkatkan potensi feminine dari anggota Poison meningkat, termasuk pada penampilannya.


(2)

5.2 Saran

1. Saran Untuk Poison

1. Agar tetap menjaga perilaku dan juga tingkah laku pada saat di lingkungan sosial.

2. Memperhatikan pakaian baik itu pada panggung depan, panggung tengah, dan juga panggung belakang. Selalu dilakukannya pengelolaan kesan dengan baik agar tidak menciptakan persepsi yang negatif pada masyarakat.

3. Pada panggung depan, lakukanlah suatu presentasi diri dengan baik, khususnya ketika pada saat tampil di atas panggung pertunjukan agar tujuannya tercapai yaitu untuk menghibur tanpa merusak pola pikir masyarakat yang menonton dikarenakan pakaian dan juga gerakan-gerakan yang dianggap kurang etis atau “senonoh”.

2. Saran Untuk Masyarakat

1. Ungkapan yang tepat adalah “jangan menilai buku hanya dari covernya saja”, janganlah juga men-generalisir bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah sesuai dengan kepribadian asli. Semua hanyalah tuntutan profesi saja.

2. kegiatan cross cover dance adalah peniruan peran, jadi bisa dikatakan pada saat di atas panggung, mereka tampil dengan menggunakan ”topeng” artist yang ditiru. Jadi janganlah


(3)

160

langsung menanggapinya dengan kesan yang negatif secara langsung.

3. Jangan langsung mempersepsikan hanya selintas saja agar menghindari konstruksi sosial yang bersifat negatif pada kegiatan cross cover dance.

3. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya

1. Penelitian dramaturgi memerlukan banyak sekali waktu, baik itu wawancara ataupun observasi. Oleh karenanya, agar lebih memerhatikan waktu penelitian.

2. Sebelum melakukan penelitian, pelajari terlebih dahulu beberapa referensi mengenai dramaturgi, karena banyak sekali perbedaan pendapat mengenai beberapa panggung yang ada di dalam dramaturgi.

3. Ilmu-ilmu komunikasi ataupun psikologi komunikasi harus juga dipelajari seperti sensasi, persepsi, pengelolaan kesan (impression management), dan juga mengenai perilaku manusia agar terciptanya penelitian dengan unsur yang alamiah atau natural.


(4)

286

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Tri Arthi Bagja Koesmayadi Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 6 April 1990 Anak Ke : 2 Dari 3 Bersaudara Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Gg. Pelindung Hewan 1 No. 4 Bandung No Tlp / HP : 08987428998

Status : Belum Menikah

Email : arie.zekrom@gmail.com


(5)

287

Orang Tua :

a. Nama Ayah : Mimbar Kusmayadie (Alm) Pekerjaan : -

Alamat : -

b. Nama Ibu : Lilis Astuti

Pekerjaan : PERUM BULOG JABAR

Alamat : Gg. Pelindung Hewan 1 No. 4 Bandung

B. PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2008 - Sekarang Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

-

2. 2005 – 2008 SMA Negeri 18 Bandung Lulus - Berijasah 3. 2002 – 2005 SLTPN 3 Bandung Lulus - Berijasah 4. 1996 - 2002 SD Assalam 1 Lulus - Berijasah C. PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian

1. 2010 - 2011 Himpunan Mahasiswa (HIMA) Ilmu Komunikasi dan Public Relations 2. 2005 - 2007 Ketua Pengurus Lembaga Seni Bela Diri

(LSBD) Hikmatul Iman Ranting SMA Negeri 18 Bandung

3. 2002 - 2003 Ekstrakulikuler Basket SLTPN 3 Bandung D. PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2011 Hiking “Journey of Leadership” Singgasana, Lembang,

Bersertifikat 2. 2010 Table Manner Course Banana – Inn

Hotel & Spa

Bersertifikat 3. 2008 Mentoring Keislaman, Unikom Bandung Bersertifikat 4. 2010 Pelatihan Public Speaking, Bersertifikat


(6)

Unikom Bandung

5. 2012 Android Seminar “Kreativitas Tanpa

Batas”, Unikom Bandung

Bersertifikat 6. 2011 Kuliah Umum “Strategi Politik Luar

Negeri Indonesia”, Unikom Bandung

Bersertifikat 7. 2010 Seminar Fotografi, Lomba Foto Essay dan

Apresiasi Seni, Unikom Bandung

Bersertifikat 8. 2010 Seminar Budaya Preneurship “Mengangkat

Budaya Bangsa Melalui Jiwa

Entrepreneurship”, Unikom Bandung

Bersertifikat

9. 2011 Orientasi Pelatihan Jurnalistik (OPJ) “Menumbuhkan Profesionalisme Insan

Pers” Oleh HIMA Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN SGD Bandung

Bersertifikat

10. 2012 One Day Workshop Great Managing Event “Event Management” , Unikom Bandung

Bersertifikat 11. 2012 One Day Workshop Great Managing Event

“Master of Ceremony”, Unikom Bandung

Bersertifikat 12. 2012 Workshop Sinematografi Communication,

Unikom Bandung

Bersertifikat

E. PRESTASI AKADEMIK

1. Peraih Beasiswa Kepada Anak Pegawai Tingkat Perguruan Tinggi / Akademi Tahun 2011-2012. PERUM BULOG

2. Peraih Beasiswaa Kepada Anak Pegawai Tingkat Perguruan Tinggi / Akademi Tahun 2010-2011. PERUM BULOG

F. PRESTASI NON AKADEMIK

1. 2011. Juara 1 “Korean Lovers Indonesia” Cover Dance Competition, Jakarta (Piala)

2. 2011. Juara 2 “Anime Festival” Cover Dance Competition, Kota Baru

Parahyangan (Piala)

3. 2011. Juara 2 BTC Cover Dance Competition (Piala) 4. 2011. HCC Cycle II Audition (Piala)

5. 2012. Juara 3 Cover Dance Kompetition at Miko Mall (Piala + Sertifikat)

6. 2012. Best of the Best Performance at K-Pop Dance Party Metro Indah Mall Bandung (Piala + Sertifikat)

7. 2012. Juara 1, TOPKPOP Extra, La Piazza Kelapa Gading Jakarta (Sertifikat)