PENGARUH JENIS MULSA DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe) SKRIPSI

  PENGARUH JENIS MULSA DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe) SKRIPSI OLEH N U R K I S W A

  08C10407006

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

  PENGARUH JENIS MULSA DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe) SKRIPSI OLEH N U R K I S W A

  08C10407006 Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2013

  Judul : Pengaruh Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe) Nama Mahasiswa : Nurkiswa N I M : 08C10407006 Program Studi : Agroteknologi

  Menyetujui : Komisi Pembimbing

  Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

  Irvan Subandar, S.P, M.P Muhammad Jalil, S.P, M.P

  NIDN 0129067903 NIDN 0115068302 Mengetahui,

  Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,

  Diswandi Nurba, S.TP, M.Si Jasmi, S.P, M.Sc

  NIDN 0128048202 NIDN 0127088002

  Tanggal Lulus : 12 Oktober 2013

  

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

  Skripsi/tugas akhir dengan judul:

  

Pengaruh Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan

Produksi Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)

  Yang disusun oleh: Nama : N U R K I S W A N I M : 08C10407006 Fakultas : Pertanian Program Studi : Agroteknologi Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 12 Oktober 2013 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

  SUSUNAN DEWAN PENGUJI :

  1 Irvan Subandar, SP., MP Pembimbing I/ Ketua TIM Penguji

  2 Muhammad Jalil, SP., MP Pembimbing II

  3 Mita Setyowati, SP., M.Sc Penguji Utama

  4 Chairudin, SP Penguji Anggota

  Meulaboh, 12 Oktober 2013 Ketua Prodi Agroteknologi,

  Jasmi, SP., M.Sc Syuk kur Alhamdul lillah...

Akh hirnya... sebuah h perjalanan telah kujalani i cukup melela ahkan memang g meniti hari-

hari y yang bergulir r melewati sega ala selingan a air mata, wala au bibir menge eluh tapi hati

tetap sabar, bertaw wakal demi me encapai impia an dan cita-cita a yang telah l lama terpatri

disan nubari Ya A Allah... Har i ini telah engk kau berikan un ntuk meraih ke eberhasilan ya ang ananda dam mbakan Har i ini telah Eng gkau penuhi ha arapan demi k kebahagian ora ang-orang terci inta

Ana anda hanya m mampu bersyuk kur, tafakur & & bersujud kep pada-Mu semo oga hari esok

yang membentang d didepan anand da tetap bersam ma ridha-Mu

  Ayahanda & & Ibunda... Cucuran keri ingatnya, sega ala pengorban nan dan cinta kasihnya yan ng selama ini diberikan unt tuk ananda tak kkan pernah te ergantikan Sesungguhny ya tak dapat an nanda ukurkan n kasih sayangn nya Tetesan air m matanya serta larutan cintan nya hanya Al llah SWT ya ang membalas jasanya j Dengan sege enap perasaan kasih diiringi i do’a yang tu ulus, ananda p persembahkan karya tulis ini kepada orang tua t tercinta Aya ahanda Abdu dul Muthalib (Almarhum) ) dan Ibunda Sakdiah, yan ng sampai kap anpun takkan sanggup bagi ananda untuk k membalas jas sanya Spesialnya bu uat abang-aban ng ananda terc cinta Irmansy yah, Erwan, M Mirsalim dan kakak-kakak a ananda Jasmi iah, Erliani, S Submawati, A Asnawati dan Yusri Bauti yang selalu menghibur an nanda dikala sedih & gun nda. Dan kep pada kekasih tercinta Salm man yang sel lalu memberik kan motivasi dan dukungan n baik moril maupun mate eril, Terimah kasi ih juga buat sa ahabat-sahabat t tersayang D Dewi, Ainal, F Fitra, Sarah, Hasan dan S Superdi berser rta teman-tema an letting ’08 Agroteknolog gi yang tidak bisa disebutka an satu persa atu, semoga pe ersahabatan k kita abadi, keb baikan kalian semua tak aka an kulupakan.

  Nurkiswa, S SP

  RINGKASAN NURKISWA ”Pengaruh Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK terhadap

  Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)” dibawah bimbingan Irvan Subandar sebagai pembimbing utama dan Muhammad Jalil sebagai pembimbing anggota.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis mulsa dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jahe merah serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.

  Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh, mulai tanggal 4 Februari sampai dengan 20 Juni 2013.

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :Benih/rimpang jahe merah, pupuk organik kotoran sapi, pupuk NPK Mutiara (16: 16: 16), kapur dolomit, jerami padi, janjang sawit, dan pestisida. Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, garu, parang, hand spayer, meteran, gembor, ember, timbangan, pamplet nama, tali, dan alat tulis menulis.

  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah faktor jenis mulsa yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: tanpa mulsa, mulsa jerami dan janjang sawit. Faktor dosis pupuk NPK yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: 75, 100 dan

  • 1

  125 kg ha . Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun umur 30, 60, 90 dan 120 HST, berat rimpang per rumpun dan produksi per hektar.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis mulsa berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 90 dan 120 HST, jumlah anakan per rumpun umur 30 HST, berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 60 HST, berat rimpang per rumpun dan produksi per hektar, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST dan jumlah anakan per rumpun umur 60, 90 dan 120 HST. Pertumbuhan dan produksi tanaman jahe merah terbaik dijumpai pada mulsa janjang sawit dan jerami padi

  Dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap berat rimpang per rumpun dan produksi per hektar, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun umur 30, 60, 90 dan 120 HST. Produksi tanaman

  • 1 jahe merah terbaik dijumpai pada dosis pupuk NPK 125 kg ha .

  Tidak terdapat interaksi yang nyata antara beberapa mulsa dan perlakuan pupuk NPK terhadap setiap peubah yang diamati.

  Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat-Nya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Jenis Mulsa

  dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)”. Shalawat beriring salam kepada junjungan

  alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

  Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Irvan Subandar SP, M.P selaku pembimbing utama dan Muhammad Jalil SP,

  M.P selaku pembimbing anggota yang telah memberi masukan dan bimbingan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

  2. Jasmi, SP, M.Sc selaku ketua program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar 3. Diswandi Nurba S.TP, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

  Teuku Umar dan Civitas Akademika yang telah menyediakan sarana dan prasarana selama penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.

  4. Ayahanda Abdul Muthalib (Alm) dan Ibunda Sakdiah yang tercinta, serta abang dan kakak tersayang yang telah memberikan kasih sayang, do’a, dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai.

  5. Rekan-rekan seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan dan semangat.

  Akhirnya dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis berharap semoga segala amal dan bantuan mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT,Amin.

  Meulaboh, Okteber 2013 Penulis

  Halaman RINGKASAN ................................................................................................ iii UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL .........................................................................................

  3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 14

  38 RIWAYAT HIDUP .......................................................................................

  35 LAMPIRAN ...................................................................................................

  34 5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 34 5.2. Saran ............................................................................................... 34 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

  Pengaruh Interaksi .......................................................................... 33 V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................

  21 4.1. Pengaruh Jenis Mulsa ..................................................................... 21 4.2. Pengaruh Dosis Pupuk NPK ........................................................... 28 4.3.

  20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................

  3.5 Pengamatan ......................................................................................

  3.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 17

  3.3 Rancangan Percobaan ..................................................................... 15

  3.2 Bahan dan Alat Penelitian ............................................................... 14

  14

  vi

  9 2.5. Peranan Unsur Hara ........................................................................ 11 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ...........................................

  8 2.4. Pupuk NPK .....................................................................................

  7 2.3. Mulsa ..............................................................................................

  6 2.2. Syarat Tumbuh Jahe Merah ............................................................

  6 2.1. Botani Tanaman Jahe Merah ..........................................................

  5 II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................

  5 1.3. Hipotesis .........................................................................................

  1 1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................

  1 1.1. Latar Belakang ................................................................................

  I. PENDAHULUAN ................................................................................

  DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

  53

  

Nomor Teks Halaman

1.

  Susunan Kombinasi Perlakuan antara beberapa Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK ...............................................................................................

  16 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa Umur 30, 60, 90 dan 120 HST ............................................................................

  21 3. Rata-rata Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa Umur 30, 60, 90 dan 120 HST ...............................

  23 4. Rata-rata Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa ................................................................................

  25 5. Rata-rata Produksi per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa .........................................................................................................

  27 6. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis NPK umur 30, 60, 90 dan 120 HST ............................................................................

  29 7. Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis Pupuk NPK umur 30, 60, 90 dan 120 HST .....................

  30 8. Rata-rata Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis Pupuk NPK ......................................................................

  31 9. Rata-rata Produksi per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis Pupuk NPK .....................................................................................

  32

  

Nomor Teks Halaman

1.

  Tinggi Tanaman Jahe Merah pada berbagai Jenis Mulsa Umur 60, 90 dan 120 HST ............................................................................................

  22 2. Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa Umur 30, 60, 90 dan 120 HST ......................................................

  24 3. Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa ........................................................................................................

  25 4. Produksi per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa ........................................................................................................

  27 5. Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis Pupuk NPK ..............................................................................................

  31 6. Produksi per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Dosis Pupuk NPK ..........................................................................................................

  33

  

Nomor Teks Halaman

1.

  Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 30 HST (cm) .....................................................

  38 2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 30 HST ...........................................

  38 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 60 HST (cm) .....................................................

  39 4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 60 HST ...........................................

  39 5. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 90 HST (cm) .....................................................

  40 6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 90 HST ...........................................

  40 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 120 HST (cm) ...................................................

  41 8. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 120 HST .........................................

  41 9. Rata-rata Jumlah Anakan Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 30 HST .............................................................

  42 10. Analisis Ragam Jumlah Anakan Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 30 HST ......................................................

  42 11. Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 60 HST ...................

  43 12. Analisis Ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 60 HST ...........

  43 13. Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 90 HST ...................

  44 14. Analisis Ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 90 HST ...........

  44

  15. Rata-rata Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 120 HST .................

  45 16. Analisis Ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK umur 120 HST..........

  45 17. Rata-rata Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK (gr) ....................................

  46 18. Analisis Ragam Berat Rimpang per Rumpun Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK ..........................................

  46 19. Rata-rata Produksi Per Hektar Tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK (ton) ..................................................

  47 20. Analisis Ragam Produksi Per Hektar tanaman Jahe Merah pada Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk NPK ..........................................

  47 21. Bagan Percobaan ...................................................................................... 48 22. Foto-foto Kegiatan Penelitian ................................................................... 48

  

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Jahe merah (Zingiber officinale Rosc) merupakan salah satu komoditas ekspor rempah-rempah Indonesia yang memberikan peranan cukup berarti dalam penerimaan devisa negara. Jahe banyak digunakan sebagai bahan obat-obatan, minuman, makanan dan juga sebagai rempah-rempah. Tanaman jahe berasal dari Asia Tropik yang tersebar dari India sampai Cina. Jahe merupakan salah satu tanaman sumber bahan baku industri jamu tradisional dan industri rumah tangga yang digunakan untuk penyedap masakan dan lain-lain (Rostiana et al., 2005).

  Jahe segar di Indonesia diekspor ke berbagai negara antara lain Amerika Sarikat, Jepang, Hongkong, Singapura dan Pakistan. Tanaman jahe telah lama dibudidayakan sebagai komoditi ekspor, namun pengembangan jahe skala luas belum didukung dengan sistem budidaya yang optimum dan berkesinambungan sehingga produktivitas dan mutunya rendah. Luas areal pertanaman jahe di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 177.138 ton dan produktivitas rata-rata 1,77

  • 1

  ton ha dengan area panen berkisar 89.041.808 ha. Pada tahun 2007 produktivitas tanaman jahe meningkat mencapai 178.503 ton dan produktivitas rata-rata 2,66 ton ha-1 dengan luas area panen berkisar 99.652.007 ha. Pada tahun selanjutnya Indonesia mengalami penurunan nilai ekspor jahe berkisar 163.967.426 kg yang menempatkan Indonesia pada urutan ke-14 pengekspor jahe sedunia (Anonymous, 2009).

  Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan jahe cenderung terus meningkat. Indonesia memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan, karena selain iklim, kondisi tanah dan letak geografis yang cocok bagi

  2 komoditas ungulan (Rukmana, 2000).

  Melihat prospek pasar komoditas jahe maka perlu dilakukan usaha pengembangan dan peningkatan produksinya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatan produksi komoditas ini adalah dengan cara intensifikasi lahan. Peningkatan produktivitas tanaman jahe secara intensifikasi sangat memungkinkan untuk dilakukan, salah satu cara intensifikasi adalah dengan penggunaan mulsa dan pemupukan yang berimbang.

  Penggunaan mulsa pada budidaya komoditas ini sangat diperlukan antara untuk menghindari percikan hujan sehingga dapat menghindari tanah dari erosi (Kalie, 2004). Menurut Purwowidodo (1983), mulsa dapat berperan positif terhadap tanah dan tanaman yaitu melindungi agregat-agregat tanah dari daya rusak butir hujan, meningkatkan penyerapan air oleh tanah, mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan, memelihara temperatur dan kelembaban tanah, memelihara kandungan bahan organik tanah dan mengendalikan pertumbuhan gulma sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman baik kualitas maupun kuantitas.

  Haris (2000) menyatakan bahwa pemberian mulsa dimaksudkan untuk

  

memperkecil kompetisi tanaman dengan gulma, menekan pertumbuhan gulma,

mengurangi penguapan, mencegah erosi, serta mempertahankan struktur, suhu

dan kelembaban tanah. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa antara

  lain serbuk gergaji, jerami, rumput alang-alang serta janjang kelapa sawit (Adisarwanto dan Wudianto,1999 dalam Mariano, 2003)

  Mulsa pada umumnya disebar secara merata di permukaan tanah. Tetapi mulsa vertikal adalah mulsa sisa tanaman yang di tanamkan ke dalam tanah untuk

  3 untuk tanah yang sering mengalami kering dimusim kemarau, seperti tanah vertisols (Grumosol) yang banyak dijumpai pada daerah beriklim kering (Ruijter dan Agus, 2004).

  Mulsa jerami padi dan janjang sawit akan menjaga kelembaban tanah dan memungkinkan penyerapan air untuk memasuki tanah lebih cepat, dapat menghambat pertumbuhan gulma. Mulsa jerami padi dan janjang sawit cenderung untuk menekan gulma karena terjadinya proses pelapukan atau terdekomposisi oleh mikroorganisme. Mulsa jerami dan dan janjang sawit bekerja seperti jarum pinus karena perlahan-lahan mereka terurai dan menjaga nutrisi dalam permukaan tanah (Anonymous, 2001).

  Dari aspek pengendalian erosi, peran langsung bahan mulsa adalah melindungi permukaan tanah dari terpaan butir-butir hujan, mempertahankan kelembaban tanah, mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu, sedangkan perannya yang tidak langsung adalah memperbaiki struktur tanah. Penggunaan mulsa umumnya dilakukan di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan dan rentan terhadap pertumbuhan gulma. Pemilihan bahan-bahan yang digunakan sebagai mulsa tergantung ketersediaan bahan ditempat tersebut (Fithriadi et al., 1997).

  Penggunaan mulsa secara umum dapat menekan kehilangan air dari dalam tanah karena mengurangi evaporasi. Hasil penelitian Suganda et al. (1993)

  • 1

  memperlihatkan bahwa penggunaan mulsa jerami padi 6 ton ha dapat menekan jumlah penggunaan air hujan maupuan air irigasi sehingga menjadi lebih hemat dengan efisiensi penggunaan air terhadap produksi biji lebih dari 6.13 kg/ha/mm air. Hal ini sejalan dengan penelitian Kemper et al. (1994) bahwa penggunaan

  4 dalam tanah sekitar 80 sampai 85 % dari curah hujan tahunan.

  Selain penggunaan mulsa peningkatan produktivitas tanaman dapat dilakukan pemupukan sebagai sumber hara. Ketersediaan unsur hara bagi tanaman selama pertumbuhan sangat diperlukan, karena ketersediaan unsur hara

   

  merupakan syarat utama dalam meningkatkan produksi tanaman.    Penambahan unsur hara ini akan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah yang menunjang pertumbuhan tanaman. Kekurangan unsur nitrogen mengakibatkan daun berwrna hijau pucat dan terjadi pengeringan dari bawah ke atas, kekurangan unsur fosfor menyebabkan warna hijau tua pada tepi daun, cabang serta batangnya mengering, sedangkan kekurangan unsur kalium menyebabkan daun mengeriting tidak merata dan timbul bercak merah coklat (Lingga dan Marsono, 2001). Pupuk NPK adalah salah satu jenis pupuk majemuk yang mudah ditemukan dan sudah umum dipakai petani. Dikatakan pupuk majemuk karena dalam satu paket atau bentuk pupuk terdapat langsung tiga unsur hara (N, P, K), pupuk ini mempunyai sifat higrokospis tinggi mudah diserap oleh tanaman, dan praktis penggunaannya. Pupuk NPK merupakan rekayasa formula pupuk yang menghasilkan formula pupuk secara kimia yang mengandung senyawa hara makro dan mikro yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Anonymous, 2011).

  Pemupukan anorganik dengan maksud untuk menggantikan kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor lingkungan yang baik dengan memperhitungkan generasi mendatang, maka pemupukan anorganik harus berimbang sehingga dapat

  5 adalah 100-125 kg (Anonymous, 2009).

  Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis mulsa dan dosis pupuk NPK yang tepat agar diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman jahe merah yang optimum.

  1.2. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis mulsa dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jahe merah serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.

  1.3. Hipotesis 1.

  Jenis mulsa berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jahe merah.

  2. Dosis pupuk NPK berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jahe merah.

  3. Terdapat interaksi antara mulsa dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jahe merah.

  

 

 

2.1. Botani Tanaman Jahe Merah

  2.1.1 Sistematika

  Menurut Paramitasari (2011) Klasifikasi botani tanaman jahe merah adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus : Zingiber Spesies : Zingiber officinale, Roscoe.

  2.1.2 Morfologi a.

  Akar Jahe memiliki akar tunggang (rimpang) tertanam kuat di dalam, makin bertambah usia maka akar bertambah besar. Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe, panjang akar mencapai 17,03-24,06 cm, diameter akar 5,36- 5,46 mm, panjang rimpang 12,33-12,60 cm, tinggi rimpang 5,86-7,03 cm dan berat rimpang mencapai 0,29-1,17 kg (Santoso, 1994).

  b.

  Batang

  Tanaman jahe memiliki batang semu yang terdiri atas seludang-seludang

daun tanaman atau pelepah-pelepah daun yang menutupi batang. Batang tanaman

jahe tumbuh tegak lurus, bagian luar batang agak licin dan sedikit mengkilap

berwarna hijau tua, basah-basah atau banyak mengandung air (Anonymous,

2009).

  7

   

  Daun Jahe merah berdaun selang seling teratur berbentuk lonjong dan lancip, permukaan daun atas daun berwarna hijau muda dari pada bagian bawah daun.

  Luas daun 32,55-51,18 mm, panjang daun 24,30-24,79 cm dan lebar daun 2,79- 3,18 cm (Santoso, 1994).

  d.

  Bunga Jahe merah memiliki bunga berupa bulir yang menempel pada tangkai bulir yang keluar dari akar rimpang. Tangkai bulir dikelilingi daun pelindung yang berbentuk bulat lonjong, berujung runcing. Bunga terletak pada ketiak daun pelindung dengan daun kelopak dan daun bunga masing-masing tiga buah yang sebagian bertautan (Paramitasari, 2011) 2.2.

   Syarat Tumbuh Jahe Merah

  2.2.1 Iklim Secara umum tanaman jahe merah dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian 1500 meter diatas pemukaan laut (dpl), dengan tipe iklim A, B, C dan pada saat musim kemarau maupun musim penghujan, tapi dengan curah hujan yang baik untuk tanaman jahe merah sekitar 2500-3500 mm/tahun dengan jumlah bulan basah 7-9 bulan per tahun (Rosmarkum dan Yuwono, 2002). Suhu rata-rata yang optimal terhadap pertumbuhan jahe merah berkisar antara 25 – 30 C dan kelembaban udara berkisar 80% (Paramitasari, 2011).

  2.2.2 Tanah Keadaan tanah yang baik untuk tanaman jahe merah adalah latosol, landosol, lempung, lempung berpasir, dan lempung berliat, dan juga memiliki

  8

   

  optimal. Dengan kemasaman tanah (pH) 4,3 - 7,4. Tetapi pH tanah yang optimal untuk jahe merah adalah 6,8 – 7,0 (Santoso, 1994).

2.3. Mulsa

  Mulsa dapat didefinisikan sebagai bahan yang dipakai dipermukaan tanah untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan atau untuk menekan pertumbuhan gulma, bahan mulsa antara lain terdiri dari sisa tanaman, serbuk gergaji maupun yang lain-lain (Purwowidodo, 1983).

  Mulsa berperan sebagai pengendali penguapan air tanah disamping menghindari erosi, apabila bahan mulsa melapuk dapat menambah tingkat kesuburan tanah yang menyangkut sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sifat sifat yang diperbaiki antara lain kelembaban, suhu dan struktur tanah. Adanya suatu lapisan penutup tanah, butiran air hujan tidak akan menghanyutkan hara pada tanaman dan akan mengurangi erosi karna kecilnya aliran permukaan (Eduardo, 1980)

  Penggunaan sisa-sisa tanaman sebagai mulsa penutup tanah benar benar akan mencegah terjadinya erosi dengan menghindarkan pengaruh langsung dari curah hujan terhadap tanah. Selain itu dapat meningkatkan kegiatan jasad hidup dalam tanah yang menyebabkan terbentuknya pori-pori makro didalam tanah dan sisa sisa tanaman penutup tanah akan menghambat kecepatan aliran air di pemukaan tanah. oleh karena dapat mengurangi tekanan gesekan dan kapasitas pengaliran air didalam tanah, keuntungan lain dari pemberian mulsa adalah konservasi air, karena disamping meningkatkan jumlah pori pori dan juga mengurangi evaporasi dan mengatur suhu (Sarief, 1985).

  9

   

  mulsa vertikal adalah mulsa sisa tanaman yang di tanamkan ke dalam tanah untuk mengisi retak-retak dan rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok untuk tanah yang sering mengalami rengkah dimusim kemarau, seperti tanah vertisols (Grumosol) yang banyak dijumpai pada daerah beriklim kering (Ruijter dan Agus, 2004).

  Mulsa jerami padi dan janjang sawit akan menjaga kelembaban tanah dan memungkinkan penyerapan air untuk memasuki tanah lebih cepat, dapat menghambat pertumbuhan gulma. Mulsa jerami padi dan janjang sawit cenderung untuk menekan gulma karena terjadinya proses pelapukan atau terdekomposisi oleh mikroorganisme. Mulsa jerami padi dan dan janjang sawit bekerja seperti jarum pinus karena perlahan-lahan semua akan terurai, dan menjaga nutrisi dalam permukaan tanah (Anonymous, 2001).

  Pemberian mulsa dari bahan alami seperti janjang sawit, jerami padi juga dapat meningkatkan nitrogen dalam tanah, yang berasal dari pelapukan sisa-sisa tanaman oleh jasad renik yang ada dalam tanah. kondisi tanah dibawah mulsa membuat perkembangan dari bakteri tanah menjadi lebih aktif (Buckman dan Brady, 1982).

2.4. Pupuk NPK

  Pupuk NPK adalah pupuk anorganik yang diberikan melalui tanah untuk memperbaiki keadaan fisik tanah tersebut, dan sekaligus melengkapi substansi anorganik yang esensial bagi tanaman. Mengingat bahwa unsur-unsur yang diperlukan tanaman beraneka macam, maka berbagai macam pupuk juga cukup banyak tersedia. Tanah yang dipakai terus-menerus untuk pertanaman tanpa diberi pupuk atau tidak ditambah unsur-unsur hara atau bahan-bahan mineralnya melalui air pengairan, maka produksinya akan rendah atau turun yang tentu saja hanya

  10

   

  maka perlu dilakukan pemupukan. Dalam pemupukan ini sangat diperlukan yaitu unsur Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Kemudian unsur-unsur/bahan mineral lainnya yang merupakan unsur sekunder (Ca, Mg dan S) dan unsur-unsur mikro (F, Cu, Zn, Mn, Bo dan Mo) (Sutejo, 2002).

  Pupuk majemuk mengandung dua atau lebih hara tanaman (makro maupun mikro). Banyak sekali pupuk majemuk yang beredar di masyarakat baik untuk pertanian, perkebunan, pertanaman maupun hidroponik. Pupuk tersebut mempunyai nama dagang yang berbeda-beda, tergantung pada pabrik pembuatnya. Pupuk yang ditujukan untuk komoditas bernilai ekonomi tinggi umumnya mengandung banyak hara tanaman, terutama N, P, K. tanaman sayuran dan hidroponik banyak mengandung hara N, P, K, Ca, Mg dan S (Rosmarkum dan Yuwono, 2002).

  Nitrogen adalah unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman dan mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara nitrogen mempunyai beberapa sifat antara lain : mudah hilang karena tercuci atau hilang dalam bentuk gas melalui volatilitas dan terjadinya proses denitrifikasi dimana nitrat berubah menjadi gas yang bebas ke udara. Nitrogen umumnya ditambahkan kedalam tanah dalam bentuk ion NH4 +, Amonia (NH3), NO3 atau urea (Hasibuan, 2006).

  Fosfor merupakan senyawa penyusun jaringan tanaman seperti: asam nukleat, fosfolipida, dan fitin. Unsur P diperlukan untuk pembentukan primordial bunga dan organ tanaman untuk reproduksi. Peranan P yang lain adalah mempercepat masaknya buah dan biji tanaman, terutama pada tanaman serealia.

  Bila kandungan P berlebihan, umur tanaman seakan-akan menjadi lebih pendek dibandingkan dengan tanaman yang normal (Rosmarkum dan Yuwono, 2002).

  11

   

  larutan sehingga mempunyai pH 7-8, pada lingkungan pH tersebut terjadi proses reaksi yang optimum untuk hampir semua enzim yang ada dalam tanaman. Bila pH turun dari 7,7 menjadi 6,5 maka aktivitas nitrat reduktase hampir berhenti. Kalium berperanan terhadap lebih dari 50 enzim baik secara langsung maupun tidak langsung (Rosmarkum dan Yuwono, 2002).

  Pupuk NPK ( Nitrogen Phosphate Kalium ) merupakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Bentuk pupuk NPK yang sekarang beredar di pasaran adalah pengembangan dari bentuk-bentuk NPK lama yang kadarnya masih rendah. Kadar NPK yang banyak beredar adalah 15-15-15, dan 16-16-16. Tipe pupuk NPK yang jenis ini sangat umum didapati. Tipe NPK tersebut juga sangat populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman ( Marsono dan Sigit, 2001).

  Bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh berbeda pengaruhnya dan sifatnya kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.

  (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).

2.5. Peranan Unsur Hara 1. Nitrogen

  Unsur nitrogen merupakan salah salah satu unsur hara makro yang relatif banyak dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Menurut Rinsema (1986), nitrogen di dalam tanaman merupakan unsur yang sangat penting untuk menghasilkan protein, menaikkan potensi pembentukan daun-daunan dan

  12

   

  bahwa nitrogen diperlukan untuk menyusun molekul-molekul klorofil yang penting dalam fotosintesis, juga diperlukan untuk pembentukan senyawa-senyawa yang mempunyai peranan fisiologis yang penting dalam metabolisme.

  Menurut Lingga (1998), peranan nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang. cabang dan daun.

  2. Fosfor

  Fosfor merupakan unsur hara makro yang esensial bagi tanaman. Peran utama unsur fosfor dalam tanaman yaitu sebagai penyusun inti sel dalam pembelahan sel serta perkembangan meristem. Selain itu unsur fosfor diperlukan untuk pembentukan karbohidrat dan efisiensi aktifitas kloroplas serta dalam aktifitas metabolisme (Dwijoseputro, 1986).

  Menurut Lingga (1998), unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda, membantu asimilasi dan mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah.

  3. Kalium

  Kalium merupakan unsur hara ketiga yang relatif banyak dibutuhkan tanaman setelah nitrogen dan fosfor. Menurut Indranada (1986) kalium ditemui dalam cairan sel tanaman, kalium tidak terikat kuat dan merupakan bagian dan senyawa organik di dalam tanaman. Kalium di dalam tanaman berperan sebagai katalisator, terutama dalam menguraikan protein menjadi asam amino, juga dalam penyusunan dan perombakan karbohidrat (Dwijoseputro, 1986).

  13

    Magnesium

  Magnesium merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman. Kegunaan unsur hara ini adalah untuk meningkatkan zat hijau daun (klorofil), pembentukan karbohidrat, lemak dan minyak-minyak (Lingga, 1998).

  Selain unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman, ada pula unsur hari mikro yang dibutuhkan dalam jumlah kecil sedangkan jumlah besar dapat merusak tanaman. Unsur-unsur hara mikro tersebut antara lain Zn, Fe, Mn, Cl, Mo, dan Boron (Hakim et al., 1986).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1.

   Waktu Dan Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat. Mulai dari tanggal 4 Februari sampai dengan 20 Juni 2013.

3.2. Bahan Dan Alat 1. Bahan

  Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Benih

  Benih atau rimpang jahe merah yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Lokal yang diperoleh dari pasar Bina Usaha Meulaboh. Benih atau rimpang yang digunakan sebanyak 540 benih atau rimpang, tetapi disediakan sebanyak 1000 benih atau rimpang.

  b.

  Pupuk Organik Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran sapi yang sudah masak atau sudah terdekomposisi sempurna.

  c.

  Pupuk NPK Pupuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NPK Mutiara dengan pebandingan 16: 16: 16.

  d.

  Pengapuran Kapur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapur dolomit yang diperoleh dari toko pertanian Meulaboh

  15 Jerami Padi Jerami padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jerami padi yang baru diambil dari lahan persawahan, kemudian terdekomposisi di plot langsung.

  f.

  Janjang Sawit Janjang yang digunakan dalam penelitian ini adalah janjang yang sudah masak atau sudah terdekomposisi (telah difermentasi) sempurna.

  g.

  Pestisida Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini berupa fungisida seperti Antracol.

2. Alat

  Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini cangkul, garu, parang, hand spayer, meteran, gembor, ember, timbangan, pamplet nama, tali, dan alat tulis menulis.

3.3 Rancangan Percobaan

  Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti adalah mulsa dan dosis pupuk NPK.

  Faktor jenis mulsa (M) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu: M = Tanpa Mulsa M

  1 = Jerami

  M

  2 = Janjang Sawit

  • 1
  • 1
  • 1
  • 1
  • 1
  • 1

  1 M

  M

  1 N

  3 Jerami Padi

  Jerami Padi Jerami Padi

  75 100 125

  7

  8

  9 M

  2 N

  2 N

  1 M

  2 M

  2 N3

  Janjang Sawit Janjang Sawit Janjang Sawit

  75 100 125

  Model Matematis yang akan digunakan adalah:

  Y ijk = μ +β i + M j + N k + (MN) jk +

  ε ijk

  Keterangan:

  Y ijk = Nilai pengamatan untuk faktor jenis mulsa taraf ke-j, faktor dosis pupuk NPK taraf ke-k dan ulangan ke-i μ

  = Nilai tengah umum β i

  1 N2

  1 N

  16 N

  Pupuk NPK

  1

  = 75 kg ha

  (22,5 g plot

  ) N

  2 = 100 kg ha

  (30,0 g plot

  ) N

  3 = 125 kg ha

  (37,5 g plot

  ) Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan dan terdapatlah 27 unit satuan percobaan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Beberapa Jenis Mulsa dan Dosis

  No Kombinasi Perlakuan Jenis Mulsa Dosis Pupuk NPK (kg ha -1 )

  6 M

  1

  2

  3 M N

  1 M N

  2 M N

  3 Tanpa Mulsa

  Tanpa Mulsa Tanpa Mulsa

  75 100 125

  4

  5

  = pengaruh ulangan ke-i ( i = 1, 2 dan 3) M j = pengaruh faktor pemberian jenis mulsa ke-j ( j = 1, 2 dan 3)

  17 (MN) jk = Interaksi pemberian jenis mulsa dan dosis pupuk NPK pada taraf jenis mulsa ke-j, dan taraf pemberian pupuk NPK ke-k ε ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor pemberian jenis mulsa taraf ke-j, faktor pemberian pupuk NPK taraf ke-k.

  Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%. Dengan persamaan sebagai berikut:

  KT g

  BNJ 0,05 = q 0,05 ( p;db)

  r Dimana :

  BNJ 0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 % q 0,05 ( p;db g ) = Nilai baku q pada taraf 5 %; ( jumlah perlakuan p dan derajat bebas galat )

  KT g = Kuadrat tengah galat r = Jumlah ulangan.

3.3. Pelaksanaan Penelitian 1. Pengolahan Tanah

  Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul, tanah yang diolah hanya bagian atas (Top Soil) dengan kedalaman ± 20 cm. Pembuatan plot dilakukan setelah pengolahan tanah kedua dengan luas plot berukuran 200 cm x 150 cm.

2. Pengapuran

  Pengapuran dilakukan dengan memberikan kapur dolomit yang bertujuan menetralisir pH tanah, pemberian kapur dolomit dilakukan 2 minggu sebelum tanam dengan cara menabur kapur dolomit diatas permukaan tanah dengan dosis

  • 1 -1 2,5 ton ha atau setara 750 g plot .

  18 Aplikasian Pupuk Dasar Pupuk dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang sapi yang sudah terdekomposisi sempurna yang diberikan dengan cara ditebarkan secara merata di atas permukaan plot dan diaduk secara merata. Pupuk dasar

  • 1 diberikan 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 4 kg plot .

  4. Pemberian Mulsa

  Pemberian mulsa dilakukan setelah pemberian pupuk dasar, mulsa yang diberikan adalah mulsa organik berupa jerami padi dan janjang sawit. Pemberian mulsa dilakukan sesuai perlakuan yang dicobakan dengan ketebalan 5 cm.

  5. Perlakuan Benih

  Benih atau rimpang yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jahe merah varietas lokal. Benih yang disiapkan dilakukan pemilahan atau pemilihan rimpang yang baik untuk digunakan sebagai benih. Ukuran rimpang yang digunakan dalam penelitian adalah 3 cm atau dengan 4 mata tunas. Benih disemai terlebih dahulu selama 2 bulan atau mata tunas sudah mencapai 3-5 cm.

  6. Pemupukan NPK

  Pemupukan dilakukan sehari sebelum tanam. Pupuk yang digunakan sebagai perlakuan adalah pupuk NPK diberikan satu kali dengan dosis sesuai

  • 1 -1 -1

  dengan perlakuan yang dicobakan yaitu 75 kg ha (22,5 g plot ), 100 kg ha

  • 1 -1 -1 (30,0 g plot ) dan 125 kg ha (37,5 g plot ).

  7. Penanaman

  Penanaman dilakukan dengan 1 rimpang per lubang tanam, dengan jarak tanam 30 cm x 50 cm, dengan kedalaman 5 cm. Penanaman dilakukan pada sore hari dengan 20 tanaman per unit perlakuan.

  19 Pemeliharaan a.

  Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat pagi dan sore hari, tergantung juga pada kondisi lingkungan setempat. Jahe merah menghendaki kondisi tanah

  yang lembab tetapi tidak becek.

  b.

  Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman dalam keadaan tidak tumbuh atau mati. Penyulaman ini dilakukan saat tanaman berumur 10 hari setelah tanam.

  c.

  Penyiangan dan Pembumbunan

  Penyiangan ke-1 pada tanaman jahe merah dilakukan pada umur 3 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 7 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pembubunan. Pembumbunan dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh menggunakan tangan atau kuret secara hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman.

  d.

  Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian penyakit dikendalikan dengan penyemprotan insektisida yang berupa Antracol. Penyemprotan insektisida dilakukan pada waktu yang

  berbeda-beda tergantung pola penyerangannya.

  e.

  Pemanenan Pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati, rimpang digali dengan cangkul tidak boleh terluka karena akan merusak kualitasnya. Pemanenan dilakukan pada umur 120 HST.

  20 Pengamatan Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain : 1.

   Tinggi Tanaman (cm)

  Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari pangkal batang dampai daun tertinggi terhadap enam tanaman sampel dari setiap plot. Pengukuran dilakukan pada umur 30, 60, 90 dan 120 HST dengan menggunakan meteran dalam satuan centimeter.

  2. Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)

  Pengamatan jumlah anakan per rumpun dilakukan dengan cara menghitung seluruh jumlah anakan dari enam tanaman sampel setiap plot.

  Perhitungan jumlah anakan per rumpun dilakukan pada umur 30, 60, 90 dan 120 HST.

  3. Berat Rimpang per Rumpun (g)

  Pengamatan berat rimpang per rumpun dilakukan saat panen setelah semua rimpang dari enam rumpun per plot dibersihkan dengan cara menimbang seluruh rimpang dan dirata-ratakan per rumpun dalam satuan gram.

  4. Produksi Per Hektar (ton)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN DUA JENIS MULSA DAN TANPA MULSA TERHADAP KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PADA DATARAN RENDAH

5 47 42

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN DOSIS PUPUK NPK (15:15:15) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.)

19 148 70

RESPONS PERTUMBUHAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc.) TERHADAP PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK

0 20 54

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK NPK DAN PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.)

0 15 56

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SEDAP MALAM (Polianthes tuberosa L.)

0 9 50

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN JAHE MERAH (Zingiber AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP SEL KANK

1 2 16

PENDAHULUAN AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D.

0 1 17

DAFTAR PUSTAKA AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D.

0 2 6

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN KEPEKATAN SITOZIM CROP PLUS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAHE BADAK (Zingiber officinale Rosc. ) YANG DIPANEN MUDA.

2 4 12

PENGARUH KERAPATAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAHE MERAH (Zingiber officinale ROSc.) SERTA PENGAJARANNYA DI SMA NEGERI 1 PAMPANGAN -

0 0 111