PENGARUH PEMBERIAN DUA JENIS MULSA DAN TANPA MULSA TERHADAP KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PADA DATARAN RENDAH

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk keperluan bumbu dapur ataupun rempah-rempah penambah cita rasa makanan (masakan). Menurut data BPS produktivitas cabai pada tahun 2009 sebesar 5.89 ton/ha, tahun 2010 sebesar 5.60 ton/ha, dan tahun 2011 sebesar 6.19 ton/ha. Peluang ekspor cabai tidak hanya dalam bentuk produk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan lebih lanjut berupa cabai kering dan bubuk (tepung) sehingga memungkinkan untuk melakukan penganekaragaman

(diversifikasi) produk cabai. Walaupun harga cabai di pasaran sering naik dan turun cukup tajam tetapi cabai termasuk tanaman bernilai ekonomi tinggi, keinginan petani untuk membudidayakan tidak pernah surut (Rukmana, 1996). Nilai ekonomi yang tinggi merupakan daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani

Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat, banyak usaha yang dapat dilakukan guna peningkatan produksi cabai. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melakukan teknik budidaya yang baik dan benar sehingga hasil yang diperoleh optimal. Salah satu aspek yang penting dalam budidaya tanaman


(2)

adalah pemupukan. Menurut Prajnanta (1999 a), dalam Marbun (2002), cabai keriting hibrida lebih responsif terhadap pemupukan sehingga pertumbuhannya lebih cepat serta produksi per satuan luasnya lebih besar bila dibandingkan dengan varietas keriting lokal.

Untuk tetap mempertahan produktivitas dari pengaruh lingkungan yang tidak mendukung selain menggunakan varietas unggul dan pemupukan yang baik, dapat dilakukan aplikasi penggunaan mulsa. Mulsa dibagi menjadi dua, yaitu mulsa organik dan mulsa anorganik. Mulsa adalah bahan yang disebar di permukaan tanah yang bertujuan untuk menegndalikan suhu dan kadar air tanah. Mulsa anorganik yaitu mulsa yang bersifat sintetik, sedangkan mulsa organik merupakan mulsa yang berasal dari sisa tanaman salah satunya yaitu mulsa jerami padi.

Penggunaan mulsa anorganik dapat mempercepat tanaman yang dibudidayakan berproduksi, efisien dalam penggunaan air, serta mengurangi erosi, hama dan

penyakit (Noorhadi dan Sudadi, 2003). Menurut Kadarso (2008), penggunaan mulsa plastik untuk mengendalikan suhu dan menjaga kelembapan tanah akan mengurangi serangan dari hama dan penyakit. Penggunaan mulsa plastik warna hitam untuk lapisan bawah dan warna perak untuk lapisan atas sangat diperlukan untuk

penanaman cabai pada musim hujan. Salah satu keuntungan menggunakan mulsa lapisan atas perak adalah sinar ultraviolet ke permukaan bawah daun yang banyak dihuni oleh hama aphid, thrips, tungau, ulat, dan cendawan.

Menurut Kadarso (2008), mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman (jerami). Adanya mulsa organik yaitu dapat


(3)

menahan percikan air hujan, memelihara struktur tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Keuntungan lainnya yaitu mulsa organik mudah terurai, lebih ekonomis, dan mudah didapat. Contoh dari mulsa organik yaitu mulsa jerami, berbagai jenis rumput – rumputan.

Daerah dataran rendah memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan dataran tinggi, sehingga lebih mudah menguapkan air (Nazaruddin, 1999). Oleh karena itu, perlu penggunaan mulsa untuk mengurangi penguapan air yang berlebihan. Menurut Nazaruddin (1999), tanaman cabai toleran terhadap dataran tinggi maupun dataran rendah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh pemberian dua jenis mulsa dan tanpa mulsa terhadap karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah?

2. Apakah terdapat salah satu jenis mulsa yang menghasilkan pola respons pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka disusun tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh pemberian dua jenis mulsa dan tanpa mulsa terhadap karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah


(4)

2. Mengetahui apakah terdapat salah satu jenis mulsa yang menghasilkan pola respons pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah terbaik.

1.3 Landasan Teori

Untuk dapat berproduksi optimal sesuai dengan yang diharapkan, ada beberapa syarat pertumbuhan cabai yang harus dipenuhi. Syarat pertumbuhan ini meliputi faktor tanah, air, dan iklim (Prajnanta, 2001).

Budidaya cabai lebih menekankan masalah teknologi budidaya sehingga hampir semua jenis tanah dapat ditanami. Tanah yang paling sesuai untuk bertanam cabai adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu porous, serta kaya bahan organik.

Tanah yang kekurangan unsur hara maupun bahan organik dapat dimanipulasi dengan penambahan bahan organik dari pupuk kandang maupun kompos serta penambahan unsur hara dari pupuk buatan (Prajnanta, 2001). Pemulsaan merupakan suatu cara memperbaiki tata udara tanah dan juga tersedianya air bagi tanaman (dapat

diperbaiki). Selain itu pemberian mulsa dapat mempercepat pertumbuhan tanaman yang baru ditanaman. Keuntungan penggunaan mulsa dalam pertanian khususnya tanaman sayuran adalah dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas hasil, memungkinkan penanaman di luar musim (off season) serta perbaikan tehnik budidaya (Barus, 2006).


(5)

Pemberian mulsa pada permukaan tanah mampu meminimalkan kerugian akibat radiasi matahari yang mengenai permukaan tanah. Menurut Zainal (2004), mulsa sangat mempengaruhi suhu tanah, karena suhu tanah sangat tergantung pada proses pertukaran panas antara tanah dengan lingkungannya. Proses tersebut terjadi akibat adanya radiasi matahari dan pengalirannya ke dalam tanah melalui konduksi. Adanya mulsa akan menyebabkan panas yang mengalir ke dalam tanah lebih sedikit

dibandingkan tanpa mulsa.

Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya yaitu mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan - bahan alami yang mudah terurai seperti sisa – sisa tanaman (jerami). Keuntungan mulsa organik adalah lebih ekonomis (murah), mudah didapatkan dan dapat terurai sehingga menambah bahan organik dalam tanah, sedangkan mulsa anorganik terbuat dari bahan sintesis yang tidak dapat terurai (mulsa plastik) dan harganya mahal, namun dapat digunakan lebih dari satu musim tanam (Kadarso, 2008). Menurut penelitian Barus (2006), perlakuan penggunaan mulsa memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, serta produksi pertanaman.

Jenis mulsa organik mampu menambah bahan organik di dalam tanah. Bahan organik mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik tanah, berfungsi sebagai penyedia unsur hara dan sumber energi bagi mikroorganisme tanah (Thorne dan Thorne, 1979 dalam Rismaneswati, 2006). Bahan organik juga mempengaruhi beberapa sifat tanah yang lain seperti kemampuan mengikat air, mempertahankan kelembaban tanah dan sangat menentukan beberapa sifat fisik-kimia tanah seperti


(6)

kapasitas tukar kation dan kapasitas sangga tanah (Kononova, 1961 dalam Rismaneswati, 2006).

Sisa tanaman yang dapat digunakan sebagai mulsa organik yaitu jerami. mulsa jerami dapat memperbaiki kesuburan tanah, struktur, cadangan air tanah dan

menghalangi pertumbuhan gulma. Selain itu, mulsa jerami dapat menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas dan dingin. Adanya kelembaban yang tinggi di permukaan tanah akibat pemberian mulsa jerami dapat menarik cacing tanah untuk hidup di dalamnya. Cacing tanah ini akan membantu memperbaiki kesuburan tanah sehingga pertumbuhan tanaman akan tetap terjaga pertumbuhannya. Menurut Mayun (2007), pemberian mulsa jerami dapat meningkatkan hasil umbi pada bawang merah di daerah pesisir.

Menurut Lamont (1993) dalam Noorhadi dan Sudadi (2003), penggunaan mulsa anorganik antara lain dapat mempercepat tanaman berproduksi, meningkatkan hasil per satuan luas, efisien dalam penggunaan pupuk dan air, mengurangi erosi akibat hujan dan angin, mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman, menghambat pertumbuhan gulma, mencegah pemadatan tanah dan mempunyai kesempatan untuk menanam pada bedengan yang sama lebih dari satu kali.

Adanya teknologi penggunaan mulsa mampu memberikan lingkungan yang cocok bagi petanaman cabai merah. Mulsa plastik hitam perak akan mempengaruhi keseimbangan cahaya matahari. Cahaya matahari yang mengenai mulsa ini tidak semuanya akan diserap. Warna perak di bagian atas akan memantulkan sebagian


(7)

cahaya yang diterima. Cahaya ini akan dimanfaatkan oleh tanaman yang ada diatasnya untuk proses fotosintesis. Sedangkan warna hitam di bagian bawah akan menyerap sebagian cahaya matahari yang tidak dapat dipantulkan.

1.4 Kerangka Pemikiran

Cabai merupakan salah satu sayuran yang sangat diperlukan bahkan digemari oleh masyarakat luas. Manfaat cabai yang begitu banyak baik untuk penyedap masakan maupun sebagai bahan obat-obatan, membuat kebutuhan akan cabai semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan cabai maka budidaya cabai harus terus diusahakan dan dikembangkan.

Dalam budidaya cabai yang perlu diperhatikan antara lain media tanam dengan unsur hara yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan serta perkembangan tanaman sehingga menghasilkan produksi yang maksimal. Media tanam yang baik untuk tanaman cabai adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu porous, serta kaya bahan organik. Tanah yang subur dapat ditambahkan dengan pupuk yang dapat meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah.

Selain memakai varietas unggul tanaman cabai dilakukan teknik budidaya yang baik, salah satunya yaitu penggunaan mulsa yaitu alah satu teknologi budidaya yang dapat meningkatkan kuantitas dan kuailtas buah. Mulsa dibagi menjadi dua yaitu mulsa anorganik dan organik. Pada daerah yang memiliki keterbatasan sumber bahan organik biasanya menggunakan mulsa plastik. Penggunaan mulsa plastik perak sudah hamper menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam produksi tanaman


(8)

sayuran, terutama cabai. Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat lebih optimal dan efisien, serta terciptanya suatu proses produksi tanaman produksi yang

berkelanjutan.

Jerami padi yang digunakan sebagai mulsa akan mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme yang ada di sekitarnya selama di areal pertanaman. Dengan adanya proses dekomposisi tersebut akan menghasilkan tambahan unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman. Tambahan unsur hara ini diharapakan mampu diserap oleh tanaman cabai merah sehingga pertumbuhan dan produksi pun akan meningkat dibandingkan tanpa adanya penggunaan mulsa di areal pertanaman. Pengaruh yang diberikan baik mulsa palstik hitam perak ataupun jerami di areal pertanaman berbeda. Namun diharapakan kedua mulsa tersebut dapat menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah yang maksimum.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Penggunaan mulsa akan meningkatkan karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah.

2. Terdapat perbedaan pola respons pertumbuhan diantara jenis mulsa yang

digunakan dalam menghasilkan karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah.


(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000 spesies yang terdiri dari tumbuhan herba, semak, dan tumbuhan kerdil lainnya. Tanaman cabai (Capsicum sp.) sendiri diperkirakan ada sekitar 20 spesies yang sebagian besar tumbuh di tempat asalnya, yaitu Amerika dan secara ekonomis yang dapat atau sudah dimanfaatkan baru beberapa spesies saja (Setiadi, 2000). Secara lengkap cabai merah diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantarum Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Klas : Dicotyledonae Ordo : Tubiflorae Solanales Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum L.


(10)

Buah cabai banyak mengandung gizi, diperkirakan setiap 100 g bahan cabai merah mengandung 90% air, energi 32 kal, protein 0,5 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,8 g, serat 1,6 g, abu 0,5 g, kalsium 29,0 mg, fosfor 45 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 470 IU, tiamin 0,05 mg, riboflavin 0,06 mg, niasin 0,9 mg, dan asam askorbat 18,0 mg (Ashari, 1995). Cabai besar kaya vitamin C sering dimanfaatkan sebagai bahan campuran industri masakan, obat-obatan, dan peternakan (Setiadi, 2000).

Cabai besar memiliki banyak varietas, tetapi ciri umumnya seragam. Batangnya

tegak dengan ketinggian antara 50−90 cm. Tangkai daunnya horizontal atau miring

dengan panjang sekitar 1,5−4,5 cm, panjang daunnya antara 4−10 cm dan lebar antara 1,5−4 cm. Posisi bunganya menggantung dengan warna mahkota putih. Mahkota bunga ini memilki cuping sebanyak 5−6 helai dengan panjang 1−1,5 cm dan lebar sekitar 0,5 cm. Panjang tangkai bunganya 1−2 cm.

Tangkai putik berwarna putih dengan panjang sekitar 0,5 cm. Warna kepala putik kuning kehijauan sedangkan tangkai sarinya putih walaupun yang dekat dengan kepala sari ada yang bebercak kecoklatan. Panjang tangkai sari ini sekitar 0,5 cm. Kepala sari berwarna biru atau ungu. Buahnya berbentuk memanjang atau kebulatan dengan biji buahnya berwarna kuning kecoklatan (Setiadi, 2000).

Tanaman cabai lebih tahan panas daripada tomat dan terung. Temperatur yang sesuai

antara 16−23o

C. Temperatur malam di bawah 16oC dan temperatur siang di atas 23oC menghambat pembungaan. Temperatur optimum untuk pertumbuhan vegetatif

dan generatif tanaman cabai adalah 15−20O


(11)

2.2 Mulsa

Mulsa adalah bahan penutup tanah disekitar tanaman untuk menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan peningkatan hasil produksi tanaman. Penggunaan mulsa sudah dianggap kebutuhan karena banyak manfaatnya antara lain dapat meningkatkan produksi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa mulsa berperan baik dalam mempertahankan suhu optimum dan kandungan air tanah.

Pemulsaan pada musim kemarau akan menahan panas matahari langsung sehingga permukaan tanah bagian atas relatif rendah suhunya dan lembab, hal ini disebabakan oleh penekanan penguapan sehingga air dalam tanah lebih efisien pemanfaatannya (Rukmana, 1996). Berdasarkan asalnya, mulsa dibagi menjadi dua jenis yaitu mulsa organik dan anorganik.

2.2.1 Mulsa Organik

Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai, misalnya sisa-sisa tanaman (jerami). Keuntungan penggunaan mulsa organik yaitu mudah dapat dan murah, selain itu karena sifatnya yang mudah terurai, mulsa organik akan menambah bahan organik pada tanah. Kelemahan dari mulsa organik bahan-bahanya dapat menjadi sarang berkembangbiaknya penyakit-penyakit tanaman (Fithriadi, 1997).

Menurut Thomas et al. (1993) dalam Mayun (2007), penggunaan mulsa jerami berfungsi menekan pertumbuhan gulma, mempertahankan agregat tanah dari


(12)

hantaman air hujan, memperkecil erosi pada permukaan tanah, mencegah penguapan air, melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Mulsa jerami juga memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah, sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah. Sedangkan menurut Vos (1994) dalam Sumarni et al. (2006), mulsa organik jerami menurunkan suhu tanah, menyebabkan pertumbuhan tanaman dan waktu pembentukan buah lebih cepat.

2.2.2 Mulsa Anorganik

Mulsa anorganik berasal dari bahan sintetis yang tidak dapat terurai (plastik). Penggunaan mulsa plastik, perlu biaya yang lebih besar dibandingkan dengan mulsa organik, namun dapat digunakan lebih dari satu kali.

Manfaat penggunaan mulsa plastik yaitu menjaga kelembaban dalam tanah sehingga terhindar dari fluktuasi suhu permukaan tanah, mencegah pencucian tanah oleh air hujan, mencegah penguapan unsur hara terutama nitrogen, mencegah pertumbuhan gulma yang dapat menyebabkan kompetisi terhadap unsur hara dengan tanaman, pantulan sinar matahari pada mulsa plastik juga mampu meningkatkan proses fotosintesis (Kadarso, 2008). Menurut Cahyono (1996) dalam Kadarso (2008), penggunaan mulsa anorganik dapat mempercepat tanaman berproduksi,

meningkatkan hasil per satuan luas, efisiensi dalam penggunaan pupuk dan air, mengurangi erosi akibat hujan dan angin.


(13)

2.4 Deskripsi Varietas Cabai TM-999

Tanaman cabai merah hibrida varietas Hybrid TM-999 mempunyai pertumbuhan yang sangat kuat. Cabai keriting dari Hungnong (Korea) mirip dengan cabai keriting lokal Indonesia karena induk cabai keriting ini berasal dari Indonesia. Tanaman terus-menerus berbunga sehingga dapat dipanen dalam jangka waktu yang panjang. Ukuran buah 12,5 cm x 0,8 cm dengan berat buah 6 g. Umur panen cabai ini agak terlambat, panenan pertama pada umur 90 HST di dataran rendah dan 105 HST di dataran tinggi. Cabai keriting hibrida ini pedas sekali dan cocok untuk digiling maupun dikeringkan. Hasil per tanaman berkisar 0,8−1,2 kg (Prajnanta, 2001). Varietas ini juga mempunyai produktivitas yang tinggi, tanamannya kompak, ukuran buah relatif seragam, dan mempunyai daya simpan yang relatif lama (Redaksi Agromedia, 2008).

2.5 Tanaman Dataran Rendah

Kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan sayur dataran rendah lebih besar daripada sayur dataran tinggi. Justru tanaman ini akan tumbuh baik pada suhu rata-rata

bulanan 210C ke atas. Rata-rata suhu untuk pertumbuhan optimum ialah 26-28,50C. Bila suhu minimum rata-rata lebih kecil 100C maka pertumbuhan tanaman akan terganggu (Nazaruddin, 1999).

Beberapa sifat sayur dataran tinggi merupakan kebalikan sifat sayur dataran rendah. Tanaman sayur dataran rendah peka terhadap suhu rendah karena dapat mengurangi


(14)

laju pertumbuhan tanaman. Kecambahnya membutuhkan kelembapan tanpa suhu dingin (Nazaruddin, 1999).

Sayuran dataran rendah memiliki derah perakaran yang relatif lebih dalam. Kedalaman perakarannya 2-3 kali lipat perakaran sayur dataran tinggi, atau bisa mencapai 120-180 cm untuk jenis sayur tertentu (Nazaruddin, 1999). Karena dataran rendah lebih panas dan gampang menguapkan pupuk/air dan pupuk untuk sayur dataran rendah harus menjadi perhatian sendiri. Tanpa air dan pupuk yang cukup, sulit tercapai hasil yang baik (Nazaruddin, 1999).


(15)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit cabai F1 TM 999, pupuk npk, (16:16:16), Dithane M-45, Furadan 3G dan Thiodan 35 EC yang diberikan sesuai ajuran dan dua jenisa mulsa yang berbeda (plastik dan jerami).

Alat yang digunakan adalah polibag kecil, sprayer 2 l, meteran jahit, timbangan elektrik, ember, cangkul, kamera, alat tulis, golok, tali ratpia, ajir (bambu) dan sprayer knapsaeck.


(16)

3.3 Metode Penelitian

Percobaan disusun secara tunggal dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah penggunaan Mulsa Plastik (m1), Mulsa Organik (m2), dan Tanpa Mulsa (m0). Masing-masing perlakuan di ulang tiga kali setiap ulangan terdapat empat sampel tanaman.

Sebelum data dianalisis homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett. Jika asumsi terpenuhi, dilanjutkan dengan sidik ragam dan apabila hasil uji F nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji ortogonal kontras pada taraf 5 %.

3.4Teknik Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan lahan

a. Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma

(tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan

tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.

b. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah yang bergumpal-gumpal menjadi struktur tanah yang gembur, sesuai dengan perkembangan akar tanaman cabai, menstabilkan peredaran air, udara, dan suhu di dalam tanah. Pengolahan lahan


(17)

dilakukan dengan pencangkulan dan setelah dicangkul di angin-anginkan (berakan) selama satu minggu.

Gambar 1. Lahan yang telah diolah.

c. Pembuatan bedengan

Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan lahan, dengan cara membuat gundukan pada tiap - tiap bedengan.


(18)

Gambar 2. Lahan yang telah dibentuk bedengan dan diberi pupuk kandang serta kapur.

3.4.2 Penyemaian bibit dan penanaman

Benih cabai disemai dalam polibag-polibag kecil. Tempat pembibitan diberi naungan agar tidak terkena matahari langsung. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, penyemprotan dengan pestisida curacron 2 ml/l dan pembersihan gulma.

Bibit yang telah berumur 1 bulan, atau berdaun 6-7 helai di pindah ke lahan dan ditanam pada lubang yang berjarak 50 cm x 60 cm yang dilakukan sore hari. Setiap lubang berisi satu bibit tanaman cabai setiap petak percobaan terdapat 8 tanaman.


(19)

Gamabar 3. Benih cabai yang disemai dalam polibag-polibag kecil.

3.4.3 Aplikasi Perlakuan

Aplikasi pada penelitian ini menggunakan mulsa plastik, mulsa jerami, dan tanpa mulsa. Pemberian mulsa plastik dan mulsa jerami dilakukan setelah pengolahan lahan dilakukan.


(20)

Gamabar 4. Pemasangan mulsa plastik hitam perak dan mulsa jerami.

3.4.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiraman, dan pencegahan gangguan hama dan penyakit serta pemupukan. Penyulaman dilakukan secepat mungkin, yaitu maksimum satu minggu setelah tanam dengan mengganti bibit yang mati atau tumbuh abnormal dengan bibit yang baik.

Irigasi dilakukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman yang dilakukan sesuai kondisi lapang jika kering di lakukan irigasi dengan cara di alirkan (irigasi leb). Pencegahan hama dan penyakit dengan penyemprotan pestisida setiap satu minggu sekali.

Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK 16-16-16 dengan dosis 250 gram


(21)

secara berkala. Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman berumur 7 hari setelah tanam. Pemasangan ajir bertujuan untuk menjaga tanaman tidak roboh akibat hujan dan terpaan angin dengan panjang 125 cm.

3.4.5 Pengamatan dan teknik pengukuran

Pengamatan dilakukan pada 3 tanaman sampel tiap bedengan. Variabel yang diamati adalah:

1. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman dalam satuan cm di ukur dengan menggunakan meteran jahit, dari leher akar sampai titik tumbuh tertinggi, pencatatan tinggi tanaman dilakukan dua minggu sekali sampai delapan kali

2. Jumlah tingkat percabangan

Jumlah cabang yang dihitung merupakan salah satu dari cabang utama, pencatatan tingkat percabangan dilakukan dua minggu sekali sampai delapan kali.

3. Bobot berangkasan

Pengukuran bobot kering berangkasan tanaman terdiri dari pangkal batang tanaman dan seluruh daun setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven

‘Memmert’ dengan suhu 80°C selama 72 jam atau mencapai berat konstan. Bobot

berangkasan diukur dalam satuan gram dengan menggunakan neraca elektrik. 4. Jumlah bunga

Pengamatan jumlah bunga yang ada di pohon dengan mencatat bunga yang masih berada di tanaman cabai, pencatatan jumlah bunga dilakukan dua minggu sekali sampai delapan kali.


(22)

5. Jumlah buah

Pengamatan jumlah buah yang ada di pohon dengan mencatat buah yang masih berada di tanaman cabai, pencatatan jumlah buah dilakukan dua minggu sekali sampai delapan kali.

6. Jumlah buah gugur

Jumlah buah gugur di hitung pada keseluruhan buah yang gugur tiap petak percobaan, pencatatan buah gugur dilakukan dua minggu sekali sampai delapan kali.

7. Bobot buah

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung bobot buah yang telah di panen saat awal panen dan sampai panen 10. Buah yang dipanen adalah buah yang baik, 80-100% merah. Panen dilakukan setiap 4 hari sekali.


(23)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemberian mulsa plastik hitam perak dan jerami menunjukkan pengaruh terhadap karakteristik tanaman cabai yang berbeda dibandingkan tanpa mulsa, yaitu pada variabel tinggi tanaman dan tingkat percabangan.

2. Pemberian mulsa plastik lebih baik daripada mulsa jerami untuk produksi tanaman cabai.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan untuk melakukan penelitian yang serupa dengan menambahkan dosis pupuk NPK.


(24)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN DUA JENIS MULSA DAN TANPA MULSA TERHADAP KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH

(Capsicum annuum L) PADA DATARAN RENDAH Oleh

Syamsu Ardhona

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Permintaan produk cabai cenderung terus meningkat. Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat dan pemenuhan gizi masyarakat, banyak usaha yang dapat dilakukan guna peningkatan produksi cabai merah yang tinggi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melakukan teknik budidaya yang baik dan benar sehingga hasil yang diperoleh optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui adakah pengaruh pemberian dua jenis mulsa dan tanpa mulsa terhadap karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah,

(2) mengetahui apakah terdapat salah satu jenis mulsa yang menghasilkan karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar, Gedong Tataan pada bulan Oktober 2011 – April 2012. Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan (tanpa mulsa, mulsa plastik, mulsa jerami) dan tiga ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett. Jika


(25)

asumsi terpenuhi, dilanjutkan dengan sidik ragam dan apabila hasil uji F nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji ortogonal kontras pada taraf 5 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemberian mulsa plastik hitam perak dan jerami menunjukkan pengaruh terhadap karakteristik tanaman cabai yang berbeda dibandingkan tanpa mulsa, yaitu pada variabel tinggi tanaman dan tingkat percabangan., (2) Penggunaan mulsa plastik lebih baik daripada mulsa jerami untuk produksi tanaman cabai.


(26)

PENGARUH PEMBERIAN DUA JENIS MULSA DAN TANPA MULSA TERHADAP KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PADA DATARAN

RENDAH ( Skripsi )

Oleh

SYAMSU ARDHONA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(27)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lahan yang telah diolah. …... 17 2. Lahan yang telah dibentuk bedengan dan diberi pupuk

kandang serta kapur. …... 18 3. Benih cabai yang disemai dalam polibag-polibag kecil. …... 19 4. Pemasangan mulsa plastik hitam perak dan mulsa jerami. …... 20 5. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa

terhadap tinggi tanaman cabai pada minggu ke-6, 8, 10, 12, 14,

16, 18 dan 20 mst. ... 24

6. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa terhadap tingkat percabangan cabai pada minggu ke-8, 10, 12, 14,

16, 18 dan 20 mst. ... 25

7. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa

terhadap bobot berangkasan. ... 26

8. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa terhadap jumlah bunga cabai pada minggu ke-8, 10, 12, 14, 16,

18 dan 20 mst. ... 27

9. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa terhadap jumlah buah cabai pada minggu ke-10, 12, 14, 16, 18

dan 20 mst. ... 28

10. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa terhadap buah gugur cabai pada minggu ke-10, 12, 14, 16, 18

dan 20 mst. ... 29

11. Data pengamatan pengaruh penggunaan berbagai jenis mulsa

terhadap bobot Buah tanaman cabai pada minggu ke-19, 20, 21,


(28)

13. Denah tata letak percobaan. …... 41


(29)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI. ... i

DAFTAR TABEL. ... iii

DAFTAR GAMBAR. ... xvi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah. ... 1

1.2 Tujuan Penelitian. ... 3

1.3 Landasan Teori. ... 4

1.4Kerangka Pemikiran. ... 7

1.5Hipotesis. . ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi dan Syarat Tumbuh Cabai. . ... 9

2.2 Mulsa. ... 11

2.2.1 Mulsa Oraganik. ... 11

2.2.2 Mulsa Anorganik. ... 12

2.4 Deskripsi Varietas Cabai TM-999. ... 13


(30)

3.2 Alat dan Bahan. . ... 15

3.3 Metode Penelitian. ... 16

3.4 Pelaksanaan Penelitian. ... 16

3.4.1 Persiapan Lahan. ... 16

3.4.2 Penyemaian Bibit dan Penanaman. ... 18

3.4.3 Aplikasi Perlakuan. ... 19

3.4.4 Pemeliharaan. ... 20

3.4.5 Pengamatan dan Teknik Pengukuran. ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian. 4.1.1 Tinggi Tanaman. ... 23

4.1.2 Tingkat Percabangan. ... 24

4.1.3 Bobot Berangkasan. ... 25

4.1.4 Jumlah Bunga. ... 26

4.1.5 Jumlah Buah. ... 27

4.1.6 Jumlah Buah Gugur. ... 28

4.1.4 Bobot Buah. ... 29

4.2Pembahasan. ... 30

V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan. ... 37

5.2 Saran. ... 37

DAFTAR PUSTAKA. ... 38

LAMPIRAN Tata Letak. ... 41 Tabel 9 – 48. ... 42-107


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. 490 hlm.

Asnawi,R. dan I. Dwiwarni. 2000. Pengaruh mulsa terhadap pertumbuahan dan produksi enam varietas cabai (Camsiucum annuum Linn). Jurnal Tanah Tropika Vol. V(I): 5-8.

Barus, W. A. 2006. Pertumbuhan dan Produksi Cabai (Capsicum annuum L.) Dengan Menggunakan Mulsa dan Pemupukan. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. 4(1) : 41-44

Efri. 2010. Pengaruh Ekstrak Berbagai Bagian Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Perkembangan Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabe (Capsicum annuum L.). J. HPT Tropika 10 (1) : 52-58.

Halim, A. Solo S.R, Samosir, S. G. dan Ala, A. 2004. Pengelolaan Mulsa Jerami Padi dan Pemupukan Lewat Daun dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Kedelai di Lahan Sawah. J. Sains & Teknologi. Vol. 4 (1) : 9-19.

Jumin, H. B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 250 hlm.

Kadarso. 2008. Kajian Penggunaan Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman Cabai Merah Varietas Red Charm. Agros. 10(2) :134-139.

Karyati, T. 2004. Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Pemupukan Urea Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabaik Merah. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian 2 (1) :13-16.

Mayun, I. A. 2007. Mulsa Jerami Padi dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah di Daerah Pesisir. Universitas Udayana. Denpasar Bali. Jurnal Agritrop, 26 (1) : 33 – 40.

Marbun, B. 2002. Uji Taraf Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair Plant Cataliyst 2006 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Cabai Merah (Capsicum annuum L.). Skripsi Sarjana. Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 64 hlm.


(32)

hlm.

Redaksi AgroMedia. 2008. Panduan Lengkap: Budidaya dan Bisnis Cabai. Agromedia Pustaka. Jakarta. 254 hlm.

Rismaneswati. 2006. Pengaruh Terracottem, Kompos dan Mulsa Jerami terhadap Sifat Fisik Tanah, Pertumbuhan dan Produksi Kedelai pada Tanah Alfisols. J. Agrivigor 6 (1):49-56

Rukmana, R. 1996. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta. 92 hlm.

Setiadi. 2000. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. 183 hlm.

Sudadi, dan Noor hadi. 2003. Kajian Pemberian Air Dan Mulsa Terhadap Iklim Mikro Pada Tanaman Cabai Di Tanah Entisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Fakultas Pertanian UNS Surakarta Vol 4 (1) (2003) pp 41-49. Sumarni, N., A. Hidayat, dan E. Sumiati. 2006. Pengaruh Tanaman Penutup

Tanah dan Mulsa Organik Terhadap Produksi Cabai dan Erosi Tanah. J. Hort. 16 (3) : 197-201.

Setyorini, D., D. Indradewa, dan Sulistyaningsih. 2009. Kualitas Buah Tomat pada Pertanaman dengan Mulsa Plastik Berbeda. Universitas Gadjah Mada, Jogyakarta. Jurnal Hort. 19 (4) : 407-412.

Zainal, E. 2004. Efek Penggunaan Berbagai Warna Mulsa Plastik pada Iklim Mikro, ukuran umbi dan produksi Tanaman kentang var. Granola (Solanum tuberosum L.). (Thesis). Institut Pertanian Bogor.


(33)

PENGARUH PEMBERIAN DUA JENIS MULSA DAN TANPA MULSA TERHADAP KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PADA DATARAN

RENDAH Oleh Syamsu Ardhona

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(34)

PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PADA DATARAN RENDAH

Nama Mahasiswa : Syamsu Ardhona Nomor Pokok Mahasiswa : 0814013218

Jurusan : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Kus Hendarto, M.S. Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc. NIP 195703251984031001 NIP 196108201986031002

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

Dr.Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP 196411181989021002


(35)

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Kus Hendarto, M.S. ………….

Sekretaris : Dr. Ir. Agus Karyanto, M. Sc. ………….

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Yohannes Cahya Ginting, M. P. ………….

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(36)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 November 1990 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Hasannudin dan Wasila.

Penulis menempuh pendidikan di TK Cendrawasih, Bandar Lampung, yang

diselesaikan pada tahun 1996, dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 03 Rawa Laut, Bandar Lampung pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMPN 05 Bandar

Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Yayasan Pembina Unila yang diselesaikan pada tahun 2008. Penulis meneruskan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi di

lingkungan Universitas Lampung. Pada tahun 2008, penulis mengikuti Kemah Bakti Sosial Mahasiswa (KBSM) di Natar, Lampung Selatan. Pada tahun 2009 dan 2010, penulis pernah menjadi Anggota Bidang Kaderisasi Perma AGT. Penulis juga aktif di salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang ada di Fakultas Pertanian Unila yaitu GUMPALAN FP UNILA. Pada tahun 2009 - 2010, penulis menjadi bendahara umum di GUMPALAN FP UNILA. Pada tahun 2010 -2011, penulis menjadi


(37)

2011, penulis mengikuti Praktek Umum (PU) di Anugrah Nursery, Way Halim, Bandar Lampung. Pada tahun 2012 penulis pernah menjadi tim survey pemekaran wilayah lampung tengah dan tim survey LM3. Penulis pernah mengikuti berbagai seminar-seminar seperti Seminar “ Lingkungan Hidup” dan Seminar “Pelatihan PKM


(38)

Kupersempahkan karya tulis ini sebagai bakti, dan cinta kasihku

untuk

kedua orang tua, Ayah dan Ibu.

Kakakku Fajaria Asri Rahmawati, Adikku Qomarul Ardoni

serta seluruh keluarga besarku atas kasih sayang dan doa.


(39)

Laki

laki yang tidak memiliki imaginasi adalah laki

laki yang tidak memiliki

sayap

(Muhammad Ali)

Semua orang ingin menikmati indahnya puncak gunung tapi ingat semua

kebahagiaan itu ada pada saat anda sedang mendakinya

Teruslah berusaha untuk mencapai apa yang kita cita - citakan

Sebuah kelemahan jangan pernah dijadikan tempat kita untuk berlindung

melainkan sebagai motivasi untuk lebih baik lagi

(Syamsu Ardhona)


(40)

Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Pemberian Dua Jenis Mulsa Dan Tanpa Mulsa Terhadap Karakteristik

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) di Dataran Rendah”

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Kushendarto, M. S., selaku Ketua Tim Penguji dan Pembimbing

Pertama atas saran, pengarahan, motivasi, bantuan, kesabaran dan kemurahan hati dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc. selaku Sekretaris Tim Penguji dan Pembimbing Kedua atas saran, bimbingan, motivasi, bantuan dan kesabaran selama penulis menyelesaikan skripsi

3. Bapak Ir. Yohannes Cahya Ginting , M.P, selaku Penguji bukan Pembimbing yang telah memberikan saran, pengarahan, motivasi, dan kesabaran selama penulis menyelesaikan skripsi.

4. Ibu Ir. Herawati Hamim, M. S. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, dan bantuan selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.


(41)

6. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

7. Seluruh dosen Fakultas Pertanian Khususnya Program Studi Agroteknologi yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Kepada Pakde Mis yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. 9. Rekan – rekan satu perjuangan penelitian Satrio Tri Handono, S.P, Arif Aditya,

S.P, Intan Nuraini S.P.

10.Sahabat-sahabat seperjuangan, Dewansyah Sabtaki, S.P, Riski Hidayat, S.P, Panji Setyo Arizka, S.P, Minarsih, S.P, Rindang Andam Suri, S.P, Reny Mita Sari, S.P, M. Iman Alzy, S.P, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas persahabatan, kebersamaan, bantuan dan pengorbanan selama penulis menjadi mahasiswa.

11.Keluarga besar GUMPALAN FP UNILA yang telah mengajari saya begitu banyak hal.

12.Teman – teman FORMATIN CREW FP UNILA Mas Min, Mas Buser, Abang – abang Yondri, S.P., Rachmat Tyas Pardi Aji, S.P., Agus Chandra S.P., Rudianto S.P., Mitra Jani Pramuda S.P., Topan Dieva S.P., Bagus Prambudi S.P., Anggi Setyawan S.P., Echa Desta Sagita S.P., Kang Syueb, Rizki Amelia, Santos, Cerobong, Darbost, Fajar, Gita, Yoga, Emon, Mamang, Panji Kance, Reza Byun, Rifki, Blii Putu, Ketut, Apri, Sandi, Untung, Eri Rebon, Ulil, Rocky, Mas


(42)

13.Teman-teman Agroteknologi angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012 serta kakak tingkat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas doa, bantuan, kebersamaan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,


(1)

menjadi ketua umum di GUMPALAN FP UNILA. Pada tahun 2010, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Enggal Rejo, Pringsewu. Pada tahun 2011, penulis mengikuti Praktek Umum (PU) di Anugrah Nursery, Way Halim, Bandar Lampung. Pada tahun 2012 penulis pernah menjadi tim survey pemekaran wilayah lampung tengah dan tim survey LM3. Penulis pernah mengikuti berbagai seminar-seminar seperti Seminar “ Lingkungan Hidup” dan Seminar “Pelatihan PKM


(2)

Teriring rasa syukur kepada ALLAH SWT

Kupersempahkan karya tulis ini sebagai bakti, dan cinta kasihku

untuk

kedua orang tua, Ayah dan Ibu.

Kakakku Fajaria Asri Rahmawati, Adikku Qomarul Ardoni

serta seluruh keluarga besarku atas kasih sayang dan doa.


(3)

Motto

Laki – laki yang tidak memiliki imaginasi adalah laki –laki yang tidak memiliki

sayap

(Muhammad Ali)

Semua orang ingin menikmati indahnya puncak gunung tapi ingat semua

kebahagiaan itu ada pada saat anda sedang mendakinya

Teruslah berusaha untuk mencapai apa yang kita cita - citakan

Sebuah kelemahan jangan pernah dijadikan tempat kita untuk berlindung

melainkan sebagai motivasi untuk lebih baik lagi

(Syamsu Ardhona)


(4)

SANWACANA

Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Pemberian Dua Jenis Mulsa Dan Tanpa Mulsa Terhadap Karakteristik

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) di Dataran Rendah

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Kushendarto, M. S., selaku Ketua Tim Penguji dan Pembimbing

Pertama atas saran, pengarahan, motivasi, bantuan, kesabaran dan kemurahan hati dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc. selaku Sekretaris Tim Penguji dan Pembimbing Kedua atas saran, bimbingan, motivasi, bantuan dan kesabaran selama penulis menyelesaikan skripsi

3. Bapak Ir. Yohannes Cahya Ginting , M.P, selaku Penguji bukan Pembimbing yang telah memberikan saran, pengarahan, motivasi, dan kesabaran selama penulis menyelesaikan skripsi.

4. Ibu Ir. Herawati Hamim, M. S. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, dan bantuan selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.


(5)

5. Bapak Dr.Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P selaku ketua Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

6. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

7. Seluruh dosen Fakultas Pertanian Khususnya Program Studi Agroteknologi yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Kepada Pakde Mis yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. 9. Rekan – rekan satu perjuangan penelitian Satrio Tri Handono, S.P, Arif Aditya,

S.P, Intan Nuraini S.P.

10.Sahabat-sahabat seperjuangan, Dewansyah Sabtaki, S.P, Riski Hidayat, S.P, Panji Setyo Arizka, S.P, Minarsih, S.P, Rindang Andam Suri, S.P, Reny Mita Sari, S.P, M. Iman Alzy, S.P, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas persahabatan, kebersamaan, bantuan dan pengorbanan selama penulis menjadi mahasiswa.

11.Keluarga besar GUMPALAN FP UNILA yang telah mengajari saya begitu banyak hal.

12.Teman – teman FORMATIN CREW FP UNILA Mas Min, Mas Buser, Abang – abang Yondri, S.P., Rachmat Tyas Pardi Aji, S.P., Agus Chandra S.P., Rudianto S.P., Mitra Jani Pramuda S.P., Topan Dieva S.P., Bagus Prambudi S.P., Anggi Setyawan S.P., Echa Desta Sagita S.P., Kang Syueb, Rizki Amelia, Santos, Cerobong, Darbost, Fajar, Gita, Yoga, Emon, Mamang, Panji Kance, Reza Byun, Rifki, Blii Putu, Ketut, Apri, Sandi, Untung, Eri Rebon, Ulil, Rocky, Mas


(6)

Farchandinho, Genadi, Maul, Manda, Nisya, Zelwia atas bantuan, persahabatan, kekeluargaan, dan kebersamaannya selama ini.

13.Teman-teman Agroteknologi angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012 serta kakak tingkat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas doa, bantuan, kebersamaan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,