ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. S DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN - Elib Repository

  

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

PADA Tn. S DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif

Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

  

Disusun Oleh :

Arin Dwi Ismawati

A01301727

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

  

2016

  

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

PADA Tn. SDI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif

Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

  

Disusun Oleh :

Arin Dwi Ismawati

A01301727

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

  

2016

  Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Agustus 2016 1 2 Arin Dwi Ismawati , Bambang Utoyo , M.Kep. Ns

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

PADA Tn. S DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

  

Latar belakang karya tulis ilmiah ini berdasarkan data yang diperoleh dari (Riskesdas) di

Indonesia khususnya Yogyakarta tahun 2013, prevalensi anemia gizi besi secara nasional pada

remaja usia 13-18 tahun sebesar 22,7%.

  

Tujuan penulisan karya tulis pada Tn. S di ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen

ditemukan masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan

dengan gaya hidup monoton, intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, defisiensi

pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan.

  

Intervensi dan implementasi yang dilakukan oleh penulis pada masalah keperawatan yaitu

memberikan terapi antibiotik, memberikan transfusi darah PRC, memeriksa vital sign,

mengobservasi adanya pembatasan aktivitas, mengobservasi adanya pembatasan aktivitas, melatih

klien makan sendiri, membantu klien ke kamar mandi, mengkaji pengetahuan klien dan keluarga

tentang penyakit yang dideritaklien,

Hasil evaluasi yang dilakukan 3 diagnosa keperawatan 1 diagnosa yang belum teratasi adalah

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gaya hidup monoton.

  Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Perfusi jaringan, anemia, transfusi packed blood cell 1.

  Mahasiswa Diploma III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah, Gombong 2. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhamadiyah, Gombong

  Studi Program D III of Nursng Muhammadiyah Health Scriences Gombong KTI, 2 August 2016 1, 2 Arin Dwi Ismawati Bambang Utoyo , M.Kep.Ns

ABSTRACT

NURSING CARE OF FULFILLING OXYGENATION

  

Mr. S IN THE DAHLIA Hospital Dr. Sudirman KEBUMEN

Background : Data obtained from (Riskesdas) in Indonesia, especially Yogyakarta in 2013, the

prevalence of iron deficiency anemia nationally in adolescents aged 13-18 years at 22.7%.

  

Objective : to describe nursing care on Mr. S in Dahlia Ward, Dr. Sudirman Hospital Kebumen.

Discussion : The nursing diagnoses were ineffective peripheral tissue perfusion associated with

monotonous lifestyle, activity intolerance related to general weakness, deficiency of knowledge

associated with less exposure.

  

Intervention and implementation conducted by the authors on nursing problems which give

antibiotic therapy, give a blood transfusion PRC, checking vital signs, Observing their activity

limitation, observe their activity limitation, train clients to eat their own, helping the client to the

bathroom, assess the client's knowledge and family about the illness client.

  

Results : the evaluations of nursing diagnoses three day one diagnosis unresolved is ineffective

peripheral tissue perfusion associated with monotonous lifestyle. Keywords: Nursing, tissue perfusion, anemia, transfusion of packed blood cell 1.

  Student of Diploma III of Nursing Program Muhammadiyah Science Institue of Gombong 2. Lecturer of Diploma III of Nursing Program Muhammadiyah Science Institue of Gombong

  

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan komprehensif dengan ASUHAN

judul “

KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. S

DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

  ” Adapun maksud

penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil ujian komprehensif

dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan

STIKES Muhammadiyah Gombong.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak menemui hambatan namun berkat

bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, alhamdulilah penulis

akhirnya dapat menyelesaikan laporan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

  

1. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep.Ns selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

  

2. Bapak Sawiji, S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku ketua prodi DIII Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

  

3. Bapak Bambang Utoyo, M.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing penulisan karya

ilmiah komprehensif yang telah susah payah mendidik penulis.

  

3. Bapak Saryono ( alm ), Bapak H. Saliman dan Ibu Yatminah yang paling aku

cintai dan sayangi yang selalu memberikan do’a dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

  

4. Kakakku Pujo Laksono, Yuli Purwanti dan segenap keluarga tercinta yang telah

memberikan doa, semangat, dan kasih sayang sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan ini.

  

5. Sahabatku Arofah Mukaromah dan Haqiqi Almira yang tak pernah henti

memberiku semangat, nasehat, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan

ini.

  

6. Teman-teman seperjuangan Alfi Mufidah, Alifatun Khasanah, Desi Irawati,

Dessi Anisa Nurmala, Esti Dwi Fitriasih, Elly Rahayu Susanti, Fitroh Anggraini,

Annisa Shohwatul Islam terimakasih atas bantuan dan doa kita semua sehingga

kita dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.

  

Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Hasil Uji Komprehensif ini masih

jauh dari kesempurnaan baik dari segi bentuk mupun isinya. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan

dan penyempurnaan laporan ini.

  Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh Gombong, 2 Agustus 2016 Arin Dwi Ismawati

  1

  BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mubarok ( 2008 ) mengatakan kebutuhan dasar manusia paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh oksigen sangat penting dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen menyebabkan dampak yang sangat mempengaruhi dalam tubuh kita, jaringan seperti otak dan jantung tidak dapat bertahan lama tanpa adanya suplai oksigen. Maka dari itu berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan oksigenasi terpenuhi dengan baik. Masalah yang muncul pada gangguan oksigenasi mengacu pada frekuensi,volume,irama,dan usaha pernapasan.pola napas yang normal ditandai dengan pernapasan yang tenang,berirama,tanpa usaha. Perubahan yang sering terjadi sebagai berikut : Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis), Takipnea merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24kali per menit. Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ±10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial yang di sertai narkotik atau sedatif, Hiperventilasi merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme tubuh yang melampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam, sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini ditandai adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain, Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkankarbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi alveolar, sertatidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen, Dispnea merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis, Ortopnea

  2

  paradoksial merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditmukan pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring.

  Prevalensi anemia dalam penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta (Dinkes YK) bersama Fakultas Kedokteran UGM tahun 2013 kepada 280 remaja putri didapatkan hasil sekitar 34 % remaja putri di daerah Yogyakarta mengidap anemia. Sedangkan di Kabupaten Bantul prevalensi anemia masih tinggi yaitu 25,7% tahun 2010, tahun 2011 sebesar 25,6%, dan tahun 2012 sebesar 28,67%. Data terakhir tahun 2013 angka anemia sebesar 27,67% (Dinkes Kabupaten Bantul, 2013).

  Hal ini disebabkan banyak terjadi kesalah pahaman mengenai diet di kalangan remaja (Pemerintah Kota Jogja, 2013). Data terbaru menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia gizi besi secara nasional pada remaja usia 13-18 tahun sebesar 22,7%. Data-data tersebut mengindikasikan bahwa anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Gangguan Perfusi jaringan menurut Herdman, 2015 Perfusi Jaringan adalah penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan. Dampak dari gangguan perfusi jaringan dapat menyebabkan nafas pendek, cepat capek saat beristirahat yang disebabkan karena oksigen berkurang, lemah, syok, pusing, pucat karena kekurangan volume darah dan hb, angina, telinga berdengung, mata berkunang-kunang. Penyebab masalah perfusi jaringan diantaranya karena dalam tubuh kita oksigen berperan sangat penting dalam proes metabolisme sel. Kekurangan oksigen menyebabkan damapk yang sangat berpengaruh dalam tubuh kita, jaringan seperti otak dan jantung tidak dapat bertahan lama tanpa adanya oksigen. Hb atau sel darah merah adalah senyawa protein pembawa oksigen dalam sel darah merah, sel darah merah yang membawa oksigen ke paru paru dan ke seluruh

  3

  sel sel dalam tubuh kita, jika oksigen dalam tubuh kita berkurang maka dapat menyebabkan perfusi jaringan. Penanganan yang dapat dilakukan pada gangguan perfusi jaringan diantaranya dengan diberikan terapi antibiotik untuk mencegah infeksi, suplemen asam folat untuk merangsang pembentukan sel darah merah, diberikan transfusi darah, pemeriksaan penunjang kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, vitamin B12, trombosit.

  

Packed red cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah

  dipekatkan dengan memisahkan komponen yang lain, pemberian transfusi PRC merupakan mayoritas dari seluruh pemenuhan kebutuhan darah transfusi. Selama penyimpanan red blood cells (RBC) mengalami akumulasi kompleks dan progresif yaitu perubahan fisikokimia, yang disebut sebagai lesi penyimpanan. Beberapa studi menyebutkan bahwa RBC simpan lebih buruk dibandingkan dengan RBC segar (Sparrow, 2012). Penyimpanan PRC pada kondisi hipotermia memperlambat metabolisme sel karena suhu berkurang, sehingga terjadi pengurangan kadar reaksi biokimia dan akumulasi produk limbah, memungkinkan pengawetan secara in vitro selama beberapa minggu. Larutan pengawet menyediakan komponen yang diperlukan untuk sel-sel antara lain gizi, bufer untuk mempertahankan pH, dan sumber energi metabolisme untuk meningkatkan kelangsungan hidup RBC selama penyimpanan hipotermia.

  2,3 diphσspho glycerate (2,3 DPG) sangat penting untuk menjaga

  pengiriman oksigen ke jaringan, semakin tinggi konsentrasi 2,3 DPG, semakin baik oksigenasi dan kondisi pH harus di atas 7,0 untuk glikolisis optimal (Bruger, 2011). Dari data-data tersebut penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan dangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen serta penerapan tindakan inovasi keperawatan pemberian Transfusi packed red cells (PRC) segar, diharapkan supaya dapat membantu meningkatkan kebutuhan oksigenasi pasien, sehimgga kan

  4

  Tujuan Umum Mahasiswa mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

  Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengkajian kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

  b.

  Mahasiswa mampu mendeskripsikan data kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

  c.

  Mahasiswa mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

  d.

  Mahasiswa mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

  e.

  Mahasiswa mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

  f.

  Mahasiswa mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

  g.

  Mahasiswa mampu mendeskripsikan analisis inovasi tindakan keperawatan kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

  5

C. Manfaat Penulisan

  Dari laporan hasil ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, antara lain : a.

  Manfaat Keilmuan Dapat memberikan referensi serta menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi .

  b.

  Manfaat Aplikatif a.

  Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang tindakan keperawatan apa yang tepat untuk kita lakukan pda klien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

  b.

  Hasil laporan ini diharapkan akan memberikan masukan kepada rumah sakit, agar dapat memberikan tindakan keperawatan yang tepat terhadap pasien yang mengalami gangguan pemenuhan oksigenasi.

  c.

  Hasil laporan ini diharpkan akan menjadi masukan bagi akademis dalam rangka merumuskan tindakan keperawatan yang berkaitan dengan kondisi kllien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

  d.

  Hasil laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat supaya masyarakat mampu melakukan perawatan dirumah terhadap pasien yang mengalami gangguan pemenuhan oksigenasi.

  6 DAFTAR PUSTAKA Amini, S. ( 2009 ). Buku Saku Diagnosis Keperawatan.

  Jakarta : EGC. Bakta, I made. ( 2003 ). Hematologi Klinik Ringkas. Penerbit buku

  Kedokteran. Jakarta : EGC Bruner & Suddarth. (2009). Penyakit Anemia . Jakarta : EGC.

  Dharma, R, Immanuel, S dan R, Wirawan. ( 2007 ). Penilaian Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin , (Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran). Flatt. ( 2014 ). Hematologi dan Transfusi. Jakarta : EGC. Harrison, Tinsley Randolph. ( 2005 ). Principles of Internal Medicine-16

  th ed.

  ( America : McGraw-Hill Companies, Inc ) Herdman. Heater. ( 2012 ). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi

  2012-2014 . Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.

  Herdman. Heater. ( 2015 ). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC. Mahanani, Dwi Asih. ( 2002 ). Kapita Selekta Hematologi-Edisi 4 (Hal 7-8).

  Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Mansjoer, Arif dkk. (2001).Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

  Mubarok, Wahid Iqbal. ( 2008 ). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teori & Aplikasi. Jakarta. Murwani. ( 2009 ). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Mitra Cendikia :

  Yogyakarta, cetakan kedua, Maret 2009 Riswantoon, ( 2009 ). Laju Endap Darah.

  

Santosa, Budi. ( 2007 ). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005- 2007.

  Prima Medika : Jakarta. Seeber P, Shander A.(2007). Basic of blood management. Blackwell publishing.

  Australia. Setiati dan Roosheroe (2007) Buku Saku Diagnosis Keperawatan.

  Jakarta : EGC. Solichul Hadi, S. ( 2001). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Rutin

  Sederhana . ( Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Airlangga Surabaya).

  Tamsuri, A. ( 2008 ). Klien Gangguan Pernafasan : Seri Asuhan Keperawatan.

  Jakarta : EGC Wilkinson M.Judith. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC. Yatim, faisal., Dr. (2003). Talasemia Leukimia dan Anemia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

  SATUAN ACARA PENYULUHAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI ANEMIA

  DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

  

DISUSUN OLEH :

ARIN DWI ISMAWATI

A01301727

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Jenis Kegiatan : Pendidikan kesehatan Pokok Bahasan : Anemia Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian Anemia

  2. Gejala Anemia

  3. Penyebab Anemia

  4. Pencegahan Anemia

  5. Diit Anemia Hari/ Tanggal : Rabu, 1 Juni 2016 Waktu : 09.00 WIB Penyaji : Arin Dwi Ismawati Sasaran : Tn. S dan keluarga

  A. TUJUAN Tujuan Insktruksional Umum (TIU) Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran penyuluhan dapat memahami tentangapa itu anemia Tujuan Instruksional Khusus (TIK) 1. Menjelaskan pengertian anemia.

  2. Menyebutkan gejala anemia.

  3. Menyebutkan penyebab anemia.

  4. Menyebutkan Pencegahan Anemia

  5. Menyebutkan Diit Anemia

  B. LAMPIRAN Terlampir

  C METODE 1.

  Ceramah 2.

Tanya Jawab

  1. Lembar balik

  4. Menyetujui waktu pelaksanaan 2 15 menit Kegiatan Inti

  4. Menjawab pertanyaan

  3. Bertanya tentang materi yang diberikan

  2. Mendengarkan dan memperhatikan penyuluh

  1. Menyampaikan pengetahuannya tentang materi penyuluhan

  3. Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya

  2. Menjelaskan mengenai pengertian, penyebab, gejala, pencegahan, dan diit anemia.

  1. Menggali kemampuan sasaran tentang materi yang diberiakan

  3. Mendengarkan penyuluh

  2. SAP

  2. Memperhatikan penyuluh

  D. MEDIA

  4. Kontrak waktu pelaksanaan

  3. Menyampaikan tujuan

  2. Memperkenalkan diri

  1. Mengucapkan salam

  E. PELAKSANAAN KEGIATAN/ PENYULUHAN NO WAKTU TAHAP KEGIATAN KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN SASARAN 1 5 menit Pembukaan

  3. Leaflet

  1. Menjawab salam tentang materi yang diberi. 3 5 menit Penutup

  1. Menyimpulkan dan mengklarifikasi tentang meteri penyuluhan yang diberikan

  2. Menutup acara dan membuat kesimpulan dari materi yang diberikan

  1.Sasaran mende- ngarkan kesimpulan.

  2. Mendengarkan penyuluh dan mengucapkan salam

  F. Evaluasi Evaluasi diberikan melalui pertanyaan terbuka. Dengan pertanyanaan sebagai berikut:

  • Sebutkan pengertian dari anemia?
  • Sebutkan gejala anemia ?
  • Sebutkan penyebab anemia ?
  • Menyebutkan Pencegahan Anemia - Menyebutkan Diit Anemia

  MATERI PENYULUHAN ANEMIA

  A. PENGERTIAN ANEMIA Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau jumlah hematokrit lebih rendah dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb <14 g/dl dan Ht <41% pada pria atau Hb <12 g/dl dan Ht <37% pada wanita. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya jumlah sel darah merah, kadar Hb dan hematokrit dibawah normal.

  B. PENYEBAB ANEMIA 1. diet yang tidak mencukupi 2. kebutuhan yang meningkat pada kehamilan 3. pendarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah, gizi 4. hemoglobinuria 5. penyimpanan gizi kurang 6. kegagalan sumsung tulang belakang dalam memproduksi darah merah

  C. TANDA GEJALA

  1. Cepat lelah

  2. Lemah

  3. Letih

  4. Lesu

  5. Lunglai

  6. Pucat

  G. PENCEGAHAN ANEMIA Beberapa jenis anemia dapat dicegah dan tergantung dari penyebab anemia itu sendiri.

  Seperti yang disebabkan karena diet yang salah dan sembarangan. Untuk pencegahan anemia dengan sebab kesalahan dalam diet anda dapat mengkonsumsi atau diet dengan memastikan makanan yang anda makan mengandung zat besi. H.DIITANEMIA Daftar makanan yang kaya akan zat besi · Hati dan daging · Makanan laut · Buah-Buahan yang dikeringkan seperti buah aprikot, buah prem dan kismis.

  · Kacang-kacangan · Buncis (lima buncis) · Sayuran hijau seperti bayam dan brokoli · Semua jenis padi-padian · Roti atau sereal yagn mengandung zat besi

  DAFTAR PUSTAKA Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

  Yatim, faisal., Dr. 2003. Talasemia Leukimia dan Anemia . Jakarta : Yayasan Obor Indonesia http://www.scribd.com/doc/30384752/92/Upaya-pencegahan-Anemia (Diakses pada tanggal 19 November 2011 pukul 20.00 WIB) http://ujizenius.blogspot.com/2011/11/materi-promkes-anemia-sap.html

  BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Transfusi packed red cells (PRC) adalah perawatan kritis, untuk menye- lamatkan jiwa terhadap anemia berat yang disebabkan oleh penyakit atau kemoterapi, atau kehilangan darah akibat trauma atau operasi besar. Selama beberapa dekade komponen PRC disusun sebagai konsentrat tersuspensi dalam larutan nutrisi aditif, yang mempertahankan dan memperpanjang

  

shelf life PRC, yang memungkinkan selama 6-7 minggu pada penyimpanan dingin sesuai

  standar (Flatt et al., 2014). Sesuai laporan tahunan Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surakarta tahun 2014 penggunaan komponen darah PRC adalah 43,798 (64,2%) dari 68,211 seluruh permintaan darah transfusi di UDD PMI Kota Surakarta (PMI, 2014).

  Selama penyimpanan red blood cells (RBC) mengalami akumulasi kompleks dan progresif yaitu perubahan fisikokimia, yang disebut sebagai lesi penyimpan- an. Beberapa studi menyebutkan bahwa RBC simpan lebih buruk dibandingkan dengan RBC segar (Sparrow, 2012).

  Penyimpanan PRC pada kondisi hipotermia memperlambat metabolisme sel karena suhu berkurang, sehingga terjadi pengurangan kadar reaksi biokimia dan akumulasi produk limbah, memungkinkan pengawetan secara in vitro selama beberapa minggu. Larutan pengawet menyediakan komponen yang diperlukan untuk sel-sel antara lain gizi, bufer untuk mempertahankan pH, dan sumber energi metabolisme untuk meningkatkan kelangsungan hidup RBC selama penyimpanan hipotermia. 2,3 diphσspho glycerate (2,3 DPG) sangat penting untuk menjaga pengiriman oksigen ke jaringan, semakin tinggi konsentrasi 2,3 DPG, semakin baik oksigenase dan kondisi pH harus di atas 7,0 untuk glikolisis optimal (Bruger et al., 2011).

  • Hemoglobin plasma dan K plasma adalah ukuran hemolisis dan kadarnya harus rendah,

  

adenosine triphosphate (ATP) adalah ukuran aktivitas metabolic RBC, malondialdehyde (MDA)

  adalah ukuran peroksidasi lipid dan konsentrasi yang lebih tinggi menunjukkan peroksidasi lipid yang lebih tinggi, yang berbahaya. Glutathione adalah antioksidan, yang melindungi efek berbahaya dari peroksidasi lipid, semakin tinggi konsentrasinya, semakin tinggi efek perlindungan (D’allexandro, 2010).

  Berdasar lama waktu simpan darah, darah transfusi dibagi menjadi darah segar yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan, darah baru yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor dan darah simpan yaitu darah yang disimpan lebih dari 6 hari (Surgenor et al., 2001). Antikoagulan yang digunakan secara rutin untuk penyimpanan darah di PMI kota Surakarta adalah citrate phosphate dextrose adenine (CPDA1). Darah dengan antikoagulan CPDA1, dapat disimpan sampai 35 hari pada suhu 2-6 C. Sitrat bermanfaat untuk mengikat kalsium sehingga tidak terjadi aktivasi koagulasi, dekstrosa sebagai sumber energi untuk RBC, phosphat anorganik berfungsi sebagai bufer yang memelihara kadar 2,3 DPG dan meningkatkan produksi ATP dan meningkatkan viabilitas RBC. Adenosin eksogen diserap oleh RBC untuk membentuk ATP (Miller et al., 2014).

  Saline adenin glucose manitol (SAGM) adalah aditif yang ditambahkan dalam kantong RBC,

saline-adenine-glucose (SAG) dikembangkan oleh para peneliti Eropa pada tahun 1970 sebelum

  ditambahkan manitol. Aditif pertama untuk RBC adalah SAG yang terdiri dari garam untuk mengatasi viskositas tinggi PRC, adenin digunakan untuk pemeliharaan kadar ATP intraseluler, dan glukosa sebagai nutrisi untuk RBC. Saline-adenine-glucose telah dimodifikasi untuk mengurangi hemolisis RBC selama penyimpanan dengan menambahkan manitol, sehingga dengan menggunakan SAGM dan hemolisis RBC yang disimpan berkurang 50%, membantu melindungi membran RBC, dan memungkinkan penyimpanan dalam refrigerated hingga 6 minggu. Semua aditif disetujui oleh Food And Drug Administration (FDA) memenuhi persyaratan standar umum yang ditetapkan pada akhir periode penyimpanan, minimal masih ada

  

recovery 75% pemulihan pasca transfusi RBC 24 jam pasca transfusi dan persen hemolisis

kurang dari 1% sedang di Kanada kurang dari 0,8 (Almizraq, 2013).

  Semua aditif untuk RBC saat ini memiliki pH asam (5,6-5,8), yang jauh dibawah pH fisiologis normal 7,3 untuk darah vena. Red blood cells memiliki kapasitas bufer yang cukup untuk mengatur pH untuk lebih mendekati fisiologis selama beberapa hari pertama penyimpanan dalam lingkungan asam. Namun kapasitas buffer RBC akan segera habis karena pembentukan asam laktat oleh RBC melalui jalur glikolitik anaerob (Rosemary and Sparrow, 2012).

  Laktat dehidrogenase adalah enzim intraseluler yang terdapat pada hampir semua sel yang bermetabolisme, konsentrasi tertinggi dijumpai di jantung, otot rangka, hati, ginjal, otak, dan RBC. Aktivitas LDH dalam serum diperkirakan meningkat pada hampir semua keadaan yang mengalami kerusakan atau destruksi sel. Kadar LDH yang meningkat pada PRC simpan menunjukkan adanya proses hemolitik yang terjadi pada komponen darah tersebut. Kadar LDH

  • dan K selama penyimpanan dianggap sebagai marker lisis membran eritrosit selama penyimpanan (Chaundary and Katharia, 2012).

  Hemolisis selama pengumpulan dan penyimpanan darah adalah manifestasi yang paling berat dari penyimpanan eritrosit. Ini merupakan pecahnya eritrosit dengan melepas hemoglobin (Hb) langsung ke cairan atau hilangnya micro- vesicles mengandung lipid dan Hb dari eritrosit intak masuk ke dalam supernatan plasma (Donadee et al., 2014). Hemolisis dapat terjadi dalam RBC selama pe- ngumpulan darah, transportasi, pengawetan dan berbagai tahap penanganan di bank darah, yang disebabkan oleh ketidak sesuaian suhu simpan darah dalam kantong darah atau segmen (Choundhury and Mathur, 2011). Pemberian PRC yang mengalami hemolisis kepada pasien akan menimbulkan reaksi transfusi yang berupa nonimunne mediated hemolysis bisa tidak berbahaya tetapi bisa juga menyebabkan hemoglobinuria, disseminated intravascular coagulation (DIC), gagal ginjal dan demam (AABB, 2010).

  B. Perumusan Masalah

  1. Packed red cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen yang lain, pemberian transfusi PRC merupakan mayoritas dari seluruh pemenuhan kebutuhan darah transfusi.

  2. Komponen PRC sebagai konsentrat tersuspensi dalam larutan nutrisi aditif, yang mempertahankan dan memperpanjang shelf life PRC, yang memung- kinkan selama 35 hari dengan CPDA1 dan 42 hari dengan CPD SAGM pada penyimpanan sesuai suhu standar.

  3. Hemolisis selama pengumpulan dan penyimpanan darah adalah manifestasi yang paling berat dari penyimpanan eritrosit. Hemolisis adalah parameter yang sangat penting untuk menilai kualitas RBC yang disimpan.

  4. Laktat dehidrogenase mengkatalisis reduksi reversible piruvat menjadi laktat oleh

  nicotinamide adenine dinucleotide (NADH). Enzim LDH terdiri dari sub unit H (hati) dan M

  (otot). Di dalam sub unit RBC, subunit dominan adalah LDH-H (Clevenger and Kelleher, 2013). Peningkatan aktivitas enzim LDH terkait dengan perubahan permeabilitas sel, kerapuhan membran eritrosit oleh karena penyimpanan yang lama dan mencerminkan penurunan konsentrasi ATP dalam eritrosit. Kadar LDH yang meningkat pada PRC simpan menunjukkan adanya proses hemolisis pada komponen darah tersebut.

  C. Pertanyaaan penelitian Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka disusunlah rumusan permasalahan sebagai berikut : Adakah perbedaan kenaikan kadar LDH berdasarkan waktu simpan darah pada PRC

  CPDA1 dan PRC CPD-SAGM ? D.Tujuan Penelitian Mengetahui perbedaan kadar LDH antara PRC CPDA1 dan PRC CPD SAGM.

  E.Manfaat Penelitian

  1. Manfaat bidang akademik:

  a. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada civitas akademika berupa informasi sejauh mana waktu simpan PRC CPDA1 dan PRC CPD SAGM serta kadar LDH dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui kualitas darah donor untuk transfusi darah.

  b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain.

  2. Manfaat bidang pelayanan.

  Memberikan masukan kepada instalasi laboratorium dan kepada klinisi mengenai perlunya dipertimbangkan waktu simpan PRC CPDA1 dan PRC CPD SAGM serta kadar LDH sebagai parameter kualitas PRC simpan.

  F. Keaslian Penelitian Marjani tahun 2006 melakukan penelitian untuk menentukan perubahan plasma lipid peroksidasi dengan mengukur kadar Malondialdehyde (MDA) dan total antioxidan status (TAS) pada darah simpan. Whole blood (WB) CPDA1 diambil dari 10 pendonor, RBC merupakan hasil pemisahan komponen dari WB. Potasium, LDH activity diukur pada plasma untuk menentukan hemolisis, MDA dan TAS diukur pada plasma untuk mentukan lipid peroksidase dan sistem antioksidan. Pengukuran dilakukan pada hari penyimpanan ke 0, 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 35. Kadar MDA meningkat signifikan pada hari ke 9, Potasium meningkat pada hari ke 5, LDH meningkat signifikan pada hari ke 5 (p < 0,05), TAS menurun secara signifikan pada hari penyimpanan ke 13 dan RBC menurun pada hari penyimpanan ke 29 (p < 0,05). Hasil dinyata- kan bahwa peningkatan kadar MDA dan penurunan TAS menunjukkan kerusakan sel disebabkan radikal bebas pada hari penyimpanan. Untuk meningkatkan kualitas darah simpan dengan memberikan suplemen antioksidan dan vitamin pada pendonor seminggu sebelum pengambilan darah. Peningkatan kadar MDA dan penurunan TAS pada darah simpan merupakan permulaan dari hemolisis, sehingga perlu untuk mengontrol faktor MDA dan TAS sebelum trasfusi darah.

  Penelitian Chaudhary and Katharia tahun 2012 menganalisis penyimpanan buffycoat (BC)

  

depleted RBC pada SAGM di suhu 4°C dikaitkan dengan metabolisme dan perubahan biokimia,

  yang disebut sebagai "lesi penyimpanan". Peroksidasi lipid membran RBC menyebabkan lisis yang berperan terjadinya lesi penyimpanan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui cedera oksidatif pada RBC selama penyimpanan 28 hari dan korelasinya dengan penanda keru- sakan membran RBC dengan sampel dari 30 unit RBC yang disimpan pada suhu 4° C selama 28 hari secara aseptik pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke 28 penyim- panan. Penanda kerusakan membran plasma termasuk hemoglobin, plasma kalium dan LDH dan penanda cedera oksidatif seperti kadar MDA, oksidasi Hb dan kerapuhan osmotik di semua sampel. Hasil statistik

  • signifikan (p < 0,001) me- ningkat dalam nilai rata-rata dari plasma Hb, plasma K , LDH dan marker cedera oksidatif seperti MDA dan oksidasi Hb selama periode penyimpanan 28 hari. Cedera oksidatif pada RBC selama penyimpanan menyebabkan kerusakan membran dan lisis. Peran antioksidan dalam pencegahan efek merusak selama penyimpanan.
Triyono et al. (2013) melakukan penelitian perbedaan peningkatan kadar LDH antara WB CPDA1 dan PRC CPDA1 pada penyimpanan 1, 3, 7, 14 dan 28 hari, dan menganalisis kenasbahan antara PRC dan WB dengan metode observa- sional dengan desain potong lintang.

  Selama penyimpanan eritrosit akan menga- lami perubahan biomekanika yang disebut jejas penyimpanan, dengan jumlah sampel 10 kantong PRC CPDA1 didapatkan r = 0,835 (p ≤ 0,05).

  Terdapat peningkatan bermakna kadar LDH darah WB dan PRC setelah penyimpanan selama 7, 14, dan 28 hari. Laktat dehidrogenase mempunyai keterkaitan kuat dan bermakna dengan lama penyimpanan. Peningkatan kadar LDH PRC lebih tinggi dan ber makna dibandingkan dengan WB selama penyimpanan selama 7, 14 dan 28 hari (Triyono et al., 2010).

  Penelitian ini merupakan perbandingan waktu simpan dan kadar LDH pada PRC CPDA1 dan PRC CPD SAGM pada penyimpanan hari ke 3, 7, 14, 21, 28, 35, merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Dengan jumlah sampel 10 kantong PRC CPDA1 dan 10 kantong PRC CPD SAGM didapatkan perbedaan yang signifikan kadar LDH lebih tinggi pada PRC CPDA1 dibandingkan PRC CPD SAGM dengan p = 0,001, KI 95%.

  BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI

  1. Transfusi Komponen Darah Transfusi darah WB diberikan pada kasus yang terbatas. Terapi transfusi darah sekarang, terutama bergantung pada pemberian komponen darah yang dibutuhkan pasien. Tiga komponen darah utama yang digunakan dalam terapi transfusi adalah PRC, thrombocyte

  concentrate (TC) dan fresh frozen plasma (FFP). Produk-produk ini dapat diperoleh baik

  dengan mengolah WB (450-500 ml), yang merupakan teknik yang paling sederhana, atau dengan apheresis hanya komponen yang dibutuhkan diambil dari donor, sisanya dikembalikan ke donor. Prosedur standar produk persiapan darah dari donor darah adalah seba- gai berikut: darah donor dalam kantong darah yang berisi antikoagulan CPD, seluruh darah disentrifugasi untuk memisahkan sel darah sesuai dengan ukuran dan kepadatan. Red blood

  cells mengendap, sementara plasma tetap di atas, white blood cells (WBC) dan trombosit

  membentuk BC pada lapisan antara plasma dan RBC. Akhirnya, ketiga komponen didistribusikan diantara kantong darah sterile interconnected blood bags dengan menerapkan tekanan semi-otomatis untuk sentrifugasi kantong yang berisi WB. Untuk mencegah berbagai reaksi pasca transfusi dan anti human leucocyte antigen (HLA) alloimunisasi, digunakan darah WB dengan leucofiltration. Setiap komponen yang diperoleh dari seluruh darah memiliki kondisi penyimpanan yang optimal, yang me mungkinkan untuk mempertahankan aktifitas dan fungsi spesifik. Suhu adalah parameter penyimpanan yang sangat penting berhubungan dengan kelang sungan hidup dan kualitas produk yang ditujukan untuk transfusi.

  Penyimpanan pada suhu kamar menunjukkan adanya proliferasi bakteri yang meningkatkan risiko penularan bakteri (Delobel et al., 2010).

  2. Struktur Eritrosit Membran eritrosit terdiri dari protein, fosfolipid, dan lapisan lipid bilayer. Membran eritrosit terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan luar hidrofilik yang terdiri dari glikolipid, glikoprotein dan protein, lapisan tengah hidrofobik yang terdiri dari protein, kolesterol, dan fosfolipid; dan lapisan dalam hidrofilik yang terdiri dari protein. Komposisi membran eritrosit terdiri dari 52% protein, 40% lipid, dan 8% karbohidrat. Protein yang terdapat pada bagian luar membran sampai permukaan sitoplasmik disebut membran protein integral. Protein yang terda- pat pada permukaan sitoplasmik tepat di bawah lapisan lipid bilayer dan mem- bentuk sitoskleton disebut membran protein perifer (Harmening et al., 2002; Lichtman et al., 2007).

  Red blood cells normal adalah 6-8 m dengan diameter dan tebal 1,5-2,5 pM. Red blood cells

  dewasa berbentuk seperti cakram bikonkaf dan tidak berinti atau organel lainnya. Membran RBC terdiri dari lipid bilayer yang mengandung fosfolipid, protein, kolesterol, glikoprotein dan glikolipid yang merupakan struktur yang sangat kompleks dan fleksibel, terdiri lebih dari 300 protein membran (Harmening, 2002). Komponen utama dari sitoskeleton adalah spektrin protein, yang membentuk kompleks dengan protein sitoskeletal lainnya, seperti ankyrin, actin dan protein 4.1, yang memperkuat lipid bilayer. Kompleks spektrin ini bergantung pada fosforilasi ATP yang berfungsi dengan baik. Integritas dan stabilitas membran dikaitkan dengan penurunan ATP atau terjadi kerusakan oksidatif pada protein tersebut, yang menyebabkan hilangnya membran deformabilitas (Hoffman, 2013). Deformabilitas adalah salah satu karakteristik yang paling penting dari membran RBC. Tanpa kemampuan ini, itu tidak akan mampu melewati kapiler kecil dan celah sinusoidal limpa, dengan diameter 3-5 μ m

  (Triulzi and Yazer, 2010). Membran memiliki distribusi asimetris fosfolipid dan kaya glikoprotein yang disebut glycophorins. Protein transmembran utama dari RBC adalah protein pertukaran channel anion, umumnya dikenal sebagai band 3, yang mengkatalisis pertukaran klorida bikarbonat, sisi yang mengikat protein dan enzim glikolitik sitoskeletal dan berperan dalam penghapusan senescent RBC (Harmening, 2002).

  Air dan anion, seperti klorida (Cl ) dan bikarbonat (HCO3 ), mengalir bebas melintasi membran RBC. Hal ini diduga terjadi melalui saluran pertukaran anion. Kation, namun,

  • seperti natrium (Na ) dan kalium (K ), harus secara aktif diangkut melintasi membran.

  Sodium terutama ekstraseluler dan kalium intra- seluler. Red blood cells mempertahankan

  • homeostasis air dengan mengen- dalikan transportasi kation ini dengan ATP dependent
  • 2+

  K pompa. Konsentrasi kalsium (Ca ) perlu dikontrol juga, karena konsentrasi intraseluler kelebihan dapat memiliki efek negatif pada RBC bentuk dan fleksibilitas. Hal ini dilakukan

  2+

  oleh ATP dependent Ca pompa. Bentuk dan volume RBC karena itu tergantung pada ATP, dengan penipisan yang mengakibatkan kaku dan dehidrasi RBC. Perubahan dalam protein atau lipid yang berhubungan dengan membran RBC dapat mengakibatkan penurunan deformabilitas dan permeabilitas dan akhirnya penyerapan dari RBC di limpa (Harmening

  and Morrof, 2005).

  a. Membran Protein Eritrosit Membran protein eritrosit merupakan membran phospolipid bilayer asimetris yang terdiri 10 protein mayor dan 200 protein minor, dengan berat molekul antara 16.000 –

  244.000 dalton. Membran protein tediri protein membran integral (glikoporin) dan protein membran perifer (spektrin). Membran protein eritrosit disokong oleh komplek sitoskleletal spektrin-aktin (Harmening

  et al ., 2002; Lichtman et al., 2007; Telen, 2009; Buys et al., 2013). Adanya perubahan

  komposisi fosfolipid pada eritrosit akan berdam- pak pada bentuk eritrosit dan kemampuan berubah bentuk, sedangkan peru- bahan pada protein sitoskeletal eritrosit akan mempengaruhi keutuhan mem- bran ketika menghadapi kondisi tekanan sirkulasi (Bennett et al ., 2007; Girasole et al., 2007).

  b. Protein Membran Integral Protein membran integral terdiri dari glikoprotein dengan glikoprotein utama yaitu glikoporin yang menyusun 20% dari protein membran total. Glikoporin terdiri dari empat tipe yaitu A, B, C, D, yang berfungsi untuk membawa antigen eritrosit. Fungsi glikoprotein tersebut adalah membawa antigen eritrosit dan reseptornya dan membran protein (anion

  exchange channel glycoprotein ). Lapisan lipid bilayer dan membran integral mem-

  pengaruhi stabilitas mekanik dan rigiditas membran (Harmening et al., 2002; Lichtman et al ., 2007; Telen, 2009).

  c. Protein Membran Perifer Protein membran perifer terdiri dari spektrin, ankyrin, protein 4.1, aktin dan membran

  (Lihat gambar 1). Spektrin merupakan protein paling banyak pada membran sitoskeleton eritrosit yaitu 25-30% dari total protein membran dan 75% protein perifer. Spektrin merupakan molekul fleksibel berbentuk seperti batang yang mengandung dua rantai polipeptida yaitu rantai α (band 1) dengan berat molekul 240.000 dalton dan rantai β (band 2) dengan berat molekul 225.000 dalton. Fungsi protein-protein ini adalah mempertahankan keutuhan membran eritrosit, mempertahankan eritrosit dari tekanan sirkulasi, membentuk bikonkaf dan deformitas eritrosit (Har mening et al., 2002; Lichtman et al ., 2007; Telen, 2009).

  

Gambar 1. Membran eritrosit (Hoffbrand and Moss, 2011).

  3. Jenis Darah Transfusi Beberapa jenis darah transfusi berdasarkan lama waktu penyimpanan darah. Lama simpan darah adalah sebagai jumlah kalender hari antara hari koleksi unit RBC dan hari transfusi.

  Pada pasien dengan multiple transfusi, dengan analisa lama penyimpanan yang digunakan dari pasien adalah unit darah dengan usia penyimpanan RBC tertua (Gauvin et al., 2010).

  a. Darah segar Darah segar adalah darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fung si eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan trans- portasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan risiko penularan penyakit relatif banyak (Surgenor et al., 2001).