EFEKTIVITAS METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA (Studi Eksperimen terhadap Pemahaman dan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII SMPN 1 Kembaran) - repository perpustakaan

Hakikat Pembelajaran

  Proses pembelajaran bahasa Indonesia merupakan proses pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa agar siswa dapat berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang dibutuhkannya adalah komunikasi antara guru dan siswa. Komunikasi dapat efektif apabila siswa dalam keadaan senang/gembira.

  Darmansyah (2010: 3-4) mengungkapkan sebagai berikut: kegembiraan dalam belajar telah terbukti memberikan efek yang luar biasa terhadap capaian hasil belajar siswa. Ketika siswa mendapat rangsangan menyenangkan dari lingkungannya akan terjadi berbagai sentuhan tingkat tinggi pada siswa dan membuat mereka lebih aktif dan kreatif secara mental dan fisik. Dengan demikian, rangsangan menyenangkan sangatlah dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

  Faktor yang sangat dominan dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan adalah guru. De Porter, dkk (2000) dalam Darmansyah (2010: 50- 51) menyatakan jika guru ingin komunitas belajarnya menjadi tempat yang meningkatkan kesadaran, daya dengar, partisipasi, umpan balik, dan pertumbuhan serta tempat emosi dihargai, maka suasana kelas termasuk bahasa yang dipilih, cara menjalin simpati, dan sikap terhadap sekolah serta belajar harusnyalah suasana yang penuh kegembiraan, yang dapat membawa kegembiraan pula pada para siswa.

  Guru semestinya menanamkan prinsip-prinsip kepada siswa supaya timbul perasaan dalam diri siswa untuk belajar. Selanjutnya, usaha tersebut akan menjadikan siswa terbuka dan tertarik dalam belajar. Dengan demikian, faktor yang sangat mendukung dalam keberhasilan pembelajaran yang menyenangkan adalah guru.

  Pembelajaran yang menyenangkan sangat erat kaitannya dengan aktivitas belajar siswa dalam pembelajarannya. Darmansyah (2010: 4) menyatakan bahwa indikasi yang dapat dilihat secara kasat mata adalah dari wajah mereka yang memancarkan cahaya kesenangan yang luar biasa. Mereka lebih aktif bertanya, berdiskusi, dan menjawab berbagai pertanyaan. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Ismail SM. (2008: 46) yang mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran guru dituntut mampu menciptakan suasana yang memungkinkan siswa secara aktif menemukan, memproses, dan merekonstruksi ilmu pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan baru.

  Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa guru harus bisa menciptakan proses kegiatan yang menyenangkan sehingga siswa secara otomatis akan aktif dalam proses pembelajaran tersebut.

  b.

Hakikat metode Pembelajaran

  Dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran secara variatif.

  Guru berperan sebagai pengajar sekaligus fasilitator. Dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator, guru bertindak sebagai pengelola pembelajaran (instruktur) dan pengelola kelas (manager). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

  Resource Guide

  Manager Evaluator Instructor Organizer

Gambar 2.1 Peranan Guru

  (Sumber: Wreight (1991), Roles of Teachers & Learners, hal 52) dalam Suciati, dkk (2007: 5.24)

  Pada saat guru bertindak sebagai manusia sumber, guru menyajikan informasi kepada siswa (pengajar). Agar siswa mau memperhatikan penjelasan, guru hendaknya menunjukkan semangat dalam menyampaikan informasi tersebut (sebagai manajer).

  Mulyasa (2009: 55) juga memperkuat tugas guru sebagai fasilitator. Beliau menguraikan secara terinci tentang tujuh sikap yang harus dimiliki oleh guru, yaitu: (1) tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka; (2) dapat lebih mendengarkan siswa, terutama tentang aspirasi dan perasaannya; (3) mau dan mampu menerima ide siswa yang inovatif dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun; (4) lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan siswa seperti halnya terhadap bahan pembelajaran; (5) dapat menerima balikan (feedback), baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya; (6) toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat siswa sebagai proses pembelajarannya; dan (7) menghargai prestasi siswa, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.

  Sikap guru tersebut juga hendaknya didukung dengan usaha guru supaya berhasil dalam memerankan tugasnya sebagai fasilitator. Mulyasa (2009: 56) memberikan resep yang harus diperhatikan dan diamalkan oleh guru agar dalam proses pembelajarannya berhasil. Resep-resep tersebut adalah

  1. kurangi metoda ceramah; 2. berikan tugas yang berbeda bagi setiap siswa; 3. kelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya; 4. perkaya bahan dari berbagai sumber aktual dan menarik; 5. hubungi spesialis, bila ada siswa yang mempunyai kelainan; 6. gunakan prosedur yang bervariasi dalam penilaian; 7. pahami perkembangan siswa;

  8.kembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap siswa bekerja dengan kemampuan masing-masing pada tiap pembelajaran; dan

  9. libatkan siswa dalam berbagai kegiatan seoptimal mungkin.

  Berdasarkan hal di atas, maka dibutuhkan sesuatu metode pembelajaran yang tepat agar kedua peran tersebut dapat terlaksana dengan baik. Guru harus bisa mengurangi metode ceramah dalam setiap proses pembelajarannya. Guru sebaiknya menguasai metode-metode pembelajaran yang dapat menjadikan proses pembelajarannya menyenangkan dan dapat mencapai tujuan secara optimal. Metode pembelajaran ini disesuaikan dengan materi pembelajaran sehingga terwujudnya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

  Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa supaya terbentuk interaksi dan proses pembelajaran yang efektif. Setiap metode pembelajaran akan memiliki karakteristik yang berbeda- beda dalam membentuk suatu pengalaman balajar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya dapat saling menunjang. seperti yang dikatakan oleh Sudjana (2010: 30) yang menyebutkan bahwa komponen pembelajaran terdiri dari: tujuan pembelajaran, bahan atau materi pembelajaran, metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dan penilaian untuk mengetahui sejauh mana materi dapat diserap oleh siswa.

  Dengan demikian metode sangat mendukung dalam proses pembelajaran. “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran” (Sudjana, 2010: 76). Hal ini diperkuat oleh M. Sobry Sutikno (2009: 88) “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.

  Mengacu kepada pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan oleh dua ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa. Seorang guru menggunakan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran harus betul-betul memahami tujuan adanya penggunaan metode pembelajaran supaya guru dapat mengimplementasikan materi pembelajaran dengan tepat sasaran.

  Adapun Metode pembelajaran pada prinsipnya bertujuan supaya terjadi proses pembelajaran pada diri siswa sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh guru dapat tercapai. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran dapat ditekankan bahwa metode pembelajaran hendaknya dapat menumbuhkan kegiatan belajar pada diri siswa. Menurut Sunardi (2002: 366) dalam Khasanah (2010: 24) bahwa Secara umum dapat dilihat bahwa metode mengajar dapat mengarahkan perhatian siswa terhadap hakikat belajar yang spesifik, membangkitkan motivasi untuk belajar, memberikan umpan balik dengan segera, memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya sendiri, dapat mengembangkan dan membina sikap positif terhadap diri sendiri, guru, materi pelajaran serta proses pendidikan pada umumnya.

  Pendapat tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, hal tersebut dapat mendukung pencapaian hasil belajar siswa yang lebih optimal.

  c.

Hakikat Metode Inkuiri

  Setelah kita mengenal lebih dekat tentang hakikat pembelajaran dan metode pembelajaran, kita harus berpikir lebih spesifik lagi berkaitan dengan metode yang dimungkinkan dapat kita gunakan dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode tersebut bisa mengkondisikan siswa secara optimal dengan kemampuan yang dimilikinya. Keterkaitannya dengan pernyataan di atas maka peneliti akan mencoba menyajikan metode inkuiri dalam salah satu proses pembelajaran. Herdian (2010) menyebutkan bahwa inkuiri ditinjau berdasarkan atas etimologi kata, maka dapat disebutkan bahwa kata Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Berkaitan dengan pendapat tersebut, maka Inkuiri sebagai metode mengajar dalam duniadapat dilakukan secara kelompok agar siswa dapat bekerjasama dengan temannya dan mereka dapat saling bertukar pendapat untuk memecahkan suatu masalah pada proses pembelajaran yang berlangsung.

  Bruce dan Bruce (1992) dalam Salimin (Tanpa Tahun: 7) menyebutkan bahwa inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi. Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan oleh ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-masalah dan menemukan informasi. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inquiry ke dalam suatu isu/mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok (Kaurilsky, 1987: 68 dalam Hamalik, 2001: 220).

  Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif berkomunikasi dan mencari informasi yang diperlukan. Siswa harus berinteraksi dengan yang lainnya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Sanjaya (2010: 196-197) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, antara lain: pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek didik. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Ketiga, tujuan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental

  Metode inkuiri juga memiliki keunggulan dan kelemahan yang bisa kita jadikan barometer dalam menerapkan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung. Sanjaya (2010: 206-207) menyebutkan secara garis besarnya bahwa strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan. Oleh karena itu, strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: a. menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang secara seimbang sehingga pembelajaran itu akan lebih bermakna.

  b. memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar yang mereka miliki.

  c. strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern.

  d. dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata

  Di samping memiliki keunggulan seperti yang sudah disebutkan di atas, metode inkuiri juga tidak lepas dari kekurangan/ kelemahan. Adapun secara garis besar disebutkan kelemahannya, antara lain: a.

  Jika inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka metode ini akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

  b.

  Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

  c.

  Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya diperlukan waktu yang lama sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

  d.

  Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

  Mengacu kepada uraian di atas, metode inkuiri tidak hanya digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Akan tetapi, metode ini juga dapat digunakan pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Metode inkuiri dapat digunakan dalam aspek membaca. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk menjadi subjek didik, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing.

  Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut: (1) merumuskan masalah, (2) mengamati atau melakukan observasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain (Muslich,2007:45).

  Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan mengimplementasikan langkah-langkah metode inkuiri pada pembelajaran menulis teks berita. Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut: (1) Siswa membentuk kelompok antara 4 - 5 orang, (2) masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk memimpin diskusi, (3) Guru mengemukakan permasalahan yang berkaitan dengan teks berita, (4) masing-masing kelompok menentukan jawaban sementara dan mengumpulkan jawaban dari data yang diperoleh dari media massa maupun kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan sekolahnya yang nantinya bisa dijadikan berita, (5) menyusun teks berita, (6) menyajikan hasil diskusi kepada guru dan teman-teman kelompok lainnya kemudian bersama-sama menentukan kriteria penilaian untuk menentukan berita yang terbaik, dan (7) berita terbaik dipajang di papan tulis.

Hakikat Menulis

  “Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, dan informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal, menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan. Pesan atau isi tulisan, saluran, atau medium tulisan dan pembaca sebagai penerima pesan.” (Akhadiah, 2001: 1.16)

  Berdasar hal di atas tersirat bahwa menulis merupakan unsur utama sehingga seseorang harus terampil dalam menulis dan mengetahui cara-cara menulis dengan baik dan benar. Hal ini dengan sendirinya seseorang akan dapat menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam pikirannya secara teratur. Syafi’ie (1988: 42) mengatakan, “Menulis merupakan keterampilan yang dapat dipelajari. Selain itu, penulis dalam menyampaikan pesan harus menggunakan bahasa yang efektif dan saluran yang baik dan tepat agar dapat dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, keempat unsur itu saling mendukung secara simultan.” Apalagi Marwoto (1985:13) mengatakan bahwa kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, ilmu, dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami oleh orang lain disebut menulis.

  Dengan pernyataan di atas maka siswa harus memiliki keterampilan atau kemampuan menulis untuk mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikirannya.

  Guru dituntut memberikan bekal keterampilan menulis kepada siswa. Daughter (1976: 1) juga menyampaikan bahwa menulis merupakan proses berpikir. Sebagai suatu proses berpikir kegiatan menulis mencakup kegiatan memunculkan dan memfokuskan pada ide-ide tertentu yang relevan dan terkait untuk dituangkan dalam bentuk teks tertulis yang kohesif dan koheren.

  Berkaitan dengan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan berkomunikasi verbal dengan melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Menulis merupakan kegiatan yang kompleks dan rumit karena memerlukan pengungkapan ide-ide yang jelas, bahasa yang tepat, dan pemahaman tentang orang yang akan membaca tulisan tersebut.

  b.

Tujuan Menulis

  Setiap tulisan tentunya mengandung suatu tujuan. Tarigan (1994: 25) menyebutkan tentang tujuan menulis antara lain: (1) Assigment purpose (tujuan penugasan), (2) Altruistic purpose (tujuan altruistik), (3) Persuasive purpose (tujuan persuasive), (4) Information puspose (tujuan informasi dan penerangan), (5) Self expressive purpose (tujuan pernyataan diri), (6) Creative purpose (tujuan kreatif), dan (7) Problem solving (tujuan pemecahan masalah).

  c.

  Hakikat Teks Berita Poerwadarminta memberi batasan tentang berita adalah laporan tentang satu kejadian yang terbaru. Hal ini diperkuat dengan Nasution dalam Basuki

  (1983:1) yang mengatakan “berita merupakan laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi, yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat-sifat aktual, terjadi di lingkungan pembaca mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut berpengaruh terhadap pembaca.” Bahkan Rolnicki, dkk (2008: 2) menyebutkan berita dapat didefinisikan sebagai”hard news” atau “soft news” Hard news (berita hangat) punya arti penting bagi pembaca, pendengar, dan pemirsa karena berisi kejadian yang terkini. Adapun soft news (berita ringan) biasanya kurang penting karena isinya menghibur, walau kadang member informasi penting.

  Berdasar hal di atas, berita disamakan dengan laporan karena di dalamnya memuat hal-hal yang faktual. Dengan demikian, berita yang nantinya akan kita tulis hendaknya memenuhi persyaratan sebuah berita.

  Widodo (1997: 36-37) mengatakan bahwa berita yang ditulis memiliki syarat: (1) fakta, (2) objektif, (3) berimbang, (4) lengkap, dan (5) akurat. Suatu berita yang disajikan semestinya memuat suatu peristiwa yang nyata dan dapat dipertanggungjawabkan. Kita menyajikannya harus sesuai dengan porsinya dan tidak lupa memuat 5W + 1H sehingga terjamin kebenarannya. Berkaitan dengan hal di atas, Soehaet dalam Depdiknas (2005: 42) menyebutkan. “Unsur-unsur sebuah berita dirumuskan dengan 5W + 1H, yaitu what, who, where, when, who, why, dan how. atau ASDAMBA: apa, siapa, di mana, apabila/kapan, mengapa, dan bagaimana.

  Adapun berita dapat dikelompokkan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

  1) berdasarkan sifat kejadian: berita yang sudah diduga akan terjadi, berita tentang peristiwa yang terjadi secara mendadak, berita tentang peristiwa yang direncanakan, gabungan peristiwa terduga dan tak terduga.

  2) berdasarkan masalah yang dicakup yakni masalah kehidupan manusia yang mencakup empat aspek: aspek sosial politik, ekonomi, dan kebudayaan. 3) berdasarkan lingkup pemberitaan mencakup: lokal, regional, nasional, dan internasional. 4) berdasarkan sifat pemberitaan: menghibur, memberitahu, mendidik. (Basuki, 1983; dalam Abrar, 2005: 5-6)

  Rolnicki, dkk (2008: 8-14) dan Septiawan (2005: 18-20) menyebutkan secara garis besar bahwa ada sepuluh elemen yang ada dalam berita. (1) Kesegeraan (immediacy) atau ketepatan waktu (timeliness) adalah elemen paling essensial dari kebanyakan berita. (2) Kedekatan atau kemiripan bukan hanya berarti kedekatan geografis tetapi juga kedekatan minat, dan terkadang disebut dampak (impact). (3) Konsekuensi berhubungan dengan daya tarik yang lebih luas dengan arti penting dan dengan efek berita pada pembaca. (4) Kemenonjolan (prominence) atau ketenaran sebagai satu unsur berita, mencakup orang, tempat, sesuatu dan situasi yang dikenal oleh publik karena kemakmurannya, posisi sosialnya, prestasinya atau publisitas sebelumnya yang positif atau negatif. (5) Drama bisa menambah vitalitas dan warna berita karena berisi misteri, ketegangan, komedi, kejadian aneh dan ganjil. (6) Keganjilan atau keanehan hampir selalu membuat fakta menjadi menarik. (7) Konflik adalah elemen berita yang paling sering muncul di media massa. (8) Seks sebagai bagian integral dari kehidupan manusia, memiliki nilai berita dan seks dapat diberitakan secara dewasa, informative dan nonsensasional. (9) Emosi dan naluri (insting) adalah berita yang paling banyak dibaca di media cetak. Adapun (10) Kemajuan (progress) berkaitan dengan perubahan signifikan untuk kemajuan perbaikan umat manusia.

  Selanjutnya, berita yang tersajikan dalam media cetak maupun media elektronik pada hakikatnya harus memenuhi persyaratan yang ada pada unsur- unsur berita. Adapun unsur-unsur berita menurut Basuki (1983: 22-25) terdiri atas: headline, deadline, lead, dan body.

  Headline biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan diberitakan; (2) menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.

  

Deadline. Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan

  tanggal kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan inisial media.

  Lead. Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraf pertama

  sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat. Rolnicki, dkk (2008: 43) menyebutkan, “ … biasanya teras berita yang baik memuat 35 kata atau satu sampai dua kalimat.”

  Selanjutnya, Harianto (Didikharianto. wordpress. Januari 2007) menyebutkan tentang penulisan teras berita/lead lebih rinci sebagai berikut: 1) berisi kalimat langsung yang mudah dimengerti pembaca 2) mencakup unsur 5W + 1H 3) ditempatkan di alinea pertama 4) maksimal tiga kalimat yang tidak bertele-tele 5) merupakan bagian yang terpenting dari berita Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa teras berita dapat ditulis dalam 1 - 3 kalimat yang di dalamnya memuat 5W + 1H.

  Body. Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan

  dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian, body merupakan perkembangan berita.

  d.

Hakikat Menulis Berita

  Menulis berita merupakan salah satu langkah yang dapat kita lakukan dalam tujuan suatu peristiwa atau kejadian dapat diketahui oleh khalayak.

  Seseorang akan dapat menulis berita dengan baik apabila ia mempunyai pengetahuan yang berkaitan dengan berita. Teknik menulis berita pada umumnya mengikuti bentuk piramida terbalik. Pada bagian paling atas merupakan ruang penulis untuk ringkasan isi berita yang lazimnya tidak lebih dari 35 kata. Pada bagian tersebut mestinya memiliki kelengkapan 5W + 1H, yakni what (peristiwa apa yang dibicarakan), who (siapa saja yang terlibat dengan peristiwa), when (waktu peristiwanya, kapan saja terjadinya), where (tempat peristiwa berlangsung), why (mengapa peristiwa itu terjadi), dan how (bagaimana peristiwa tersebut terjadi). Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan berupa pengembangan detil-detil, fakta-fakta, dan hal-hal lain (Septiawan Santana K., 2005: 22-23)

  Semua orang bisa menjadi seorang penulis berita. Ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk menjadi penulis berita yang baik, yaitu: mulailah setiap paragraf dengan fakta yang signifikan atau menarik, dan gunakan kata spesifik yang menarik. Kalimat dengan urutan subjek-kata kerja-objek lebih dianjurkan untuk penulisan berita. Kata yang familiar dan bahasa percakapan sehari-hari biasanya lebih baik daripada istilah teknis atau akademik. Penulis berita hendaknya menulis berita dengan ringkas padat. Kata kerja aktif biasanya lebih baik ketimbang bentuk pasif untuk isi berita. Kata benda konkret akan menambah warna berita. (Rolnicki, 2008: 63-66) B.

  Penelitian Yang Relevan Pada bagian ini peneliti akan mengemukakan beberapa hasil penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.

  Tesis. Beliau belajar Teknologi Program Pasca Guru, Adi Buana Universitas PGRI Surabaya. Adapun tesisnya berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Belajar Inquiry, Konstruktivisme, dan Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Bahasa Indonesia”. Penelitian ini menggunakan penulisan skripsi desain kausal komparatif (studi Perbandingan kausal), Hasil untuk hipotesis 1 Penilitian t hitung diperoleh pada 4,258 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (5%), maka Ha diterima, yang berbunyi: Ada perbedaan dalam kemampuan membaca siswa diajarkan secara intensif dengan metode inkuiri dan pembelajaran pada kelas konstrutivisme siswa VII SMP 19 dan SMP 23 Surabaya yang diterima, Ho ditolak. Adapun hipotesis dua t hitung diperoleh pada 15,342 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (5%), maka Ha diterima, yang berbunyi: Ada kemampuan membaca intensif antara siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar dan siswa yang memiliki rendahnya motivasi belajar siswa kelas VII di SMP 19 dan SMP 23 Surabaya yang diterima, Ho ditolak. Dan untuk ketiga hipotesis diperoleh dengan menghitung nilai F 7,039 dengan signifikansi sebesar 0,009 yang lebih kecil dari 0,05 (5%), maka Ha diterima, yang berbunyi: Ada interaksi antara strategi pembelajaran dengan motivasi siswa untuk menerima intensif membaca keterampilan, sementara Ho ditolak.

  2 Penelitian yang dilakukan oleh Hj. Imas Hodijah pada tahun 2010 dalam bentuk skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang. Skripsi ini berjudul Model Pembelajaran Menyunting Surat Resmi dengan Menggunakan Metode Inkuiri (Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Plered, Purwakarta Tahun pelajaran 2009/2010). Adapun hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pertama, kemampuan siswa dalam menyunting surat resmi sebelum menggunakan metode inkuiri kurang baik dengan nilai rata-rata sebesar 5,5. Kedua, kemampuan siswa dalam menyunting surat resmi sesudah menggunakan metode inkuiri cukup baik dengan nilai rata-rata 6,4. Ketiga, hipotesis alternatif diterima yakni ada perbedaan yang signifikan tentang kemampuan siswa dalam menyunting surat resmi sebelum dan sesudah menggunakan metode inkuiri.

  Berdasarkan penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri tidak hanya diterapkan pada Ilmu Pengetahuan Alam saja. Metode inkuiri dapat pula diterapkan pada ilmu kebahasaaan khususnya bahasa Indonesia.

  C.

Kerangka Berpikir

  Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang harus dikuasai siswa. Pembelajaran ini merupakan keterampilan yang sangat penting terutama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia mengingat pembelajaran menulis selalu diujikan dalam ujian nasional.

  Rendahnya hasil belajar menulis siswa terutama menulis teks berita dapat disebabkan pula oleh faktor-faktor pendukung seperti pembelajaran yang tidak menyenangkan dan tidak terciptanya keaktivan siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, hal tersebut harus segera diatasi. Jika tidak segera diatasi akan berimbas terhadap rendahnya kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam berbahasa Indonesia secara umum, dan akan berimbas pula pada rendahnya hasil ujian nasional

  Hal tersebut dipertajam dengan permasalahan yang disebabkan oleh guru yang cenderung menekankan pelajaran yang diberikannya pada aspek pengetahuan (kognitif) saja. Dengan demikian, kualitas hasil pembelajaran menulis kurang optimal

  Upaya mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis teks berita dapat dilakukan dengan penerapan metode pembelajaran yang dipandang tepat sehingga kesulitan yang dihadapi guru maupun siswa dalam pembelajaran menulis teks berita dapat dikurangi semaksimal mungkin. Adapun metode pembelajaran tersebut adalah metode inkuiri. Penerapan metode ini memungkinkan siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa dituntut untuk belajar berkelompok menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam keterampilan menulis teks berita dan belajar menyusun kesimpulan dari apa yang telah disampaikan pada pembahasan masalah. Dengan demikian, metode pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas maupun hasil belajar siswa.

  Berdasarkan uraian tersebut, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui skema berikut: Pemahaman dan Kemampuan menulis teks berita kurang optimal Perlu penerapan metode yang tepat dalam pembelajaran menulis teks berita

  Metode inkuiri Metode konvensional (beban siswa berkurang Perbedaan (beban siswa berat karena pembahasan melalui karena pembahasannya kelompok) secara individu) metode inkuiri lebih efektif dibandingkan metode konvensional

  Gambar 2.2: Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

Dokumen yang terkait

TESIS DEKONSTRUKSI MAKNA KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM TEKS BERITA Analisis Wacana Kritis Teks Berita Kasus Korupsi Angelina Sondakh di Jawa Pos

7 32 27

Peningkatan Menulis Teks Berita Dengan Media Rekaman Wawancara Pada Siswa Kelas Vii Smp Islamiyah Sawangan Depok

0 4 229

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SUB MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEM (Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Bekri Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pel

0 9 45

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 43

PERBANDINGAN PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

0 0 11

Persepsi Siswa tentang Kemampuan Berkomunikasi Guru terhadap Pemahaman IPA Siswa Kelas VIII MTs. Negeri Bulukunyi Kabupaten Takalar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 122

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Deskripsi Teori 1. Menulis Teks Deskripsi a. Pengertian Menulis Teks Deskripsi - PENERAPAN MODEL SINEKTIK BERORIENTASI BERPIKIR KREATIF DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA SMP - repo unpas

0 0 42

BAB I PENDAHULUAN - Kajian Hubungan Minat Baca Sastra dan Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap Kemampuan Memproduksi Teks Narasi pada Siswa Kelas VII SMP PGRI Cibeureum Tahun Pelajaran 2016/2017 - repo unpas

1 1 9

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Studi Kasus Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar) - UNS Institutional Repository

0 0 14

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI (Studi Kasus Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar) - UNS Institutional Repository

0 0 8