Peningkatan Menulis Teks Berita Dengan Media Rekaman Wawancara Pada Siswa Kelas Vii Smp Islamiyah Sawangan Depok

(1)

MEDIA REKAMAN WAWANCARA PADA SISWA

KELAS VII SMP ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd.)

Rio Noviza

108013000076

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M/1434 H


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

RIO NOVIZA, 108013000076; Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita dengan Penggunaan Media Rekaman Wawancara. Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII SMP ISLAMIYAH Sawangan Depok Tahun Ajaran 2012-2013. Skripsi. Jakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita pada siswa kelas VII SMP ISLAMIYAH Sawangan Depok melalui media rekaman wawancara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode tindakan kelas atau

action research.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan atau observasi, angket, catatan lapangan, jurnal siswa, wawancara, foto, dan pelaksanaan tes menulis teks berita disetiap akhir pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, yang terdiri dari tiga pertemuan. Satu siklus itu terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian dilakukan di SMP ISLAMIYAH Sawangan Depok, pada siswa kelas VII yang berjumlah 31 siswa, Tahun Ajaran 2012/2013.

Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan rata-rata keterampilan menulis teks berita siswa melalui media rekaman wawancara. Pada saat pretest nilai rata-rata siswa sebesar 58,16, sedangkan pada saat posttest I dan II nilai rata-rata siswa sebesar 69,77 dan 76,64 (> nilai KKM 65). Peningkatan juga terjadi terhadap respon dan motivasi siswa dalam menulis teks berita.


(6)

ABSTRACT

RIO NOVIZA, Writing skills 108013000076; The text Using the Media News with Record Interviews. Classroom Research activities in grade VII Junior High School ISLAMIYAH Sawangan Depok. Bachelor Theses. Jakarta: Education Language and Literature Faculty of Indonesia, education and educations in teaching and care, UIN Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta, 2013.

This research aims to improve writing skills in grade text news VII Junior High SchoolISLAMIYAH Sawangan Depok record through the media interview. Research method is used methods class action or action research.

Data Collection will be done with the method observation or observation, inquiry, note field, journals students, and interviews, photos and the implementation writing test text news at the end of each meeting. This Research carried out two cycles, which consists of three meetings. The cycle is comprised of four stages, namely: planning, actions, observation, and reflection. Research was done in Junior High School ISLAMIYAH Sawangan Depok, in which students of class VII of the school year 31 students, 2012/2013.

Results of the study showed that there is an increase price writing skills the text news students through the media interview record. At the time value of average pretest students of 58.16, while at the time posttest I and II value of average students of 69.77 and 76.64 (> KKM 65). The increase is also happened to response and to motivate students in writing the text news.


(7)

Alhamdulillah rabbil’alamin, sebagai ungkapan rasa syukur penulis panjatkan puji kehadirat Ilahi Robbi, karena atas rahmat dan inayah-Nyalah bahwa skripsi yang berjudul “PENINGKATAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN MEDIA REKAMAN WAWANCARA PADA SISWA KELAS VII SMP ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013” dapat terselesaikan. Selawat dan salam semoga senantiasa disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw, kepada para sahabatnya, keluarganya, dan kepada kita semua yang senantiasa berjuang menegakan agama Allah Swt, yakni agama Islam.

Merupakan ciri dan sifat manusia bahwa ketidaksempurnaan melekat dan terlihat sebagai kodratnya. Namun demikian, diyakini bahwa kekurangan tadi bukan merupakan bentuk usaha yang disengaja. Terlepas dari segala kekurangannya, ini adalah hasil kerja maksimal penulis dalam situasi dan kondisi yang tersedia. Tentunya, dengan situasi psikologis, suasana, komunikasi, dan fasilitas pembelajaran yang lebih baik akan dihasilkan karya yang lebih cerdas dan baik pula. Kiranya, usaha-usaha penyempurnaan akan menuju keilmiahan adalah sebagai bentuk perjuangan yang tidak akan terhenti untuk mencapai suatu tujuan sampai menghadapi keharibaan Allah Swt.

Kerja keras penulis tentu saja tidak akan terwujud tanpa keterlibatan banyak pihak. Sebagai realisasi syukur kepada Allah Swt, penulis perlu mengucapkan terima kasih kepada:

1. Nurlena, MA., Ph.D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Beliau merupakan sosok seorang Ibu yang penuh kasih sayang, rasa simpati, dan perhatian, sehingga mahasiswa selalu mendapatkan kemudahan dan toleransi waktunya dalam setiap kesempatan.

3. Makyun Subuki M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan cahaya penuh inspirasi dengan kegigihan dan tanggung jawabnya yang tinggi, telah banyak menghabiskan waktu untuk koreksi penulisan dan arahan-arahan yang mengembangkan ide penulis.

4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis menjalani perkuliahan.


(8)

bantuan dalam rangka mengumpulkan data-data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.

7. Sahabat-sahabatku tercinta khususnya PBSI angkatan 2008, untaian kata mungkin tak akan sanggup menggambarkan amanah persahabatan kita, baik dikala senang maupun susah. Hanya harapan yang terpatri dalam diri yang mampu mengatakan, Semoga roh kehidupan ini akan terus menyuburkan dan memperluas tali silaturahmi di antara kita, semoga.

8. Kedua orangtuaku, Ayahanda Rusdi dan Ibunda Hamidah. Akhirnya, keseluruhan untaian terima kasih penulis dari awal sampai akhir di atas adalah atas rida keluarga dan khususnya orang tua penulis, yang menjadi roh penyangga dalam memberikan bekal yang cukup untuk penulis menghargai ilmu dan mengarungi hidup. Doa penulis tiada henti Allah Swt memberikan kesehatan dan keberkahan umur kepada Ayah dan Ibu.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan kata pun mungkin tidak akan cukup untuk membalas kebaikan kalian. Penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah Swt membalasnya dengan segala kebaikan

dan pahala yang berlipat ganda. Amin, Ya Rabbal’Alamin.

Jakarta, 22 Mei 2013


(9)

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 6

B. Identifikasi area dan penelitian ... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Menulis ... 9

1. Pengertian Menulis ... 9

2. Menulis sebagai Suatu Cara Berkomunikasi ... 13

3. Fungsi Menulis ... 14

4. Tujuan Menulis ... 15

5. Penggolongan Tulisan ... 17

B. Teks Berita ... 20

1. Pengertian Teks Berita ... 20

2. Unsur-unsur Berita ... 21

3. Ragam Berita ... 22


(10)

C. Media Pendidikan ... 33

1. Hakikat Media Pendidikan ... 33

2. Ciri-ciri Media Pendidikan ... 34

3. Fungsi Media Pendidikan ... 35

4. Manfaat Media Pendidikan ... 36

5. Klasifikasi Media Pendidikan... 37

6. Media Audio Visual sebagai Media Pendidikan ... 40

7. Rekaman Wawancara sebagai Sumber Belajar ... 41

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 42

E. Hipotesis Tindakan ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ... 46

C. Subjek Penelitian ... 48

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 48

E. Tahapan Intervensi Data... 49

1. Tahap Prapenelitian ... 50

2. Perencanaan Tindakan (Planning) ... 50

3. Pelaksanaan Tindakan (Acting) ... 50

4. Pengamatan (Observing) ... 50

5. Refleksi (Reflecting) ... 51

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 51

G. Data dan Sumber data ... 51

H. Instrumen pengumpulan data ... 52


(11)

3. Angket ... 53

4. Jurnal Siswa ... 53

5. Wawancara ... 53

6. Catatan Lapangan ... 53

7. Dokumentasi ... 54

I. Teknik Pengumpulan Data ... 54

J. Jenis Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 54

K. Analisi Data dan Interpretasi Data ... 55

L. Pengembangan dan Perencanaan Tindakan ... 61

BAB IV DESKRIPSI, DAN ANALISIS DATA ... 62

A. Deskripsi Data ... 62

1. Sejarah dan Profil Sekolah ... 62

a. Sejarah Sekolah ... 62

b. Profil Sekolah ... 62

2. Visi ... 63

3. Misi ... 63

4. Jumlah Siswa/i SMP Islaimyah Sawangan Depok Tahun Ajaran 2012-2013 ... 63

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Pengamatan... 63

1. Tindakan Pembelajaran ... 63

2. Deskripsi Pertemuan Pertama/ Tahap Pretest ... 64

a. Tahap Perencanaan ... 64

b. Tahap Pelaksanaan ... 65

c. Tahap Refleksi ... 66

3. Deskripsi Pertemuan Kedua/ Tahap Posttest siklus I ... 67

a. Tahap Perencanaan ... 67

b. Tahap Pelaksanaan ... 67

c. Tahap Refleksi ... 68


(12)

a. Data Hasil Pretest ... 70

b. Data Hasil Posttest I ... 72

c. Data Hasil Posttest II ... 75

d. Interpretasi Hasil Analisis ... 79

e. Analisis Data Non Tes ... 80

f. Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran ... 80

g. Interpretasi Hasil Analisis ... 85

h. Deskripsi Tingkah Laku Guru dalam Pembelajaran ... 85

i. Interpretasi Hasil Analisis ... 92

j. Interpretasi Hasil Analisis ... 97

k. Analisis Data Kualitatif ... 98

l. Deskripsi dan Analisis Catatan Lapangan dalam Pembelajaran ... 98

m.Deskripsi Jurnal Siswa ... 99

n. Deskripsi Hasil Wawancara ... 99

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 101

A. Simpulan ... 101

B. Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA UJI REFERENSI

LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Media Audio (media dengar) ... 38

Tabel 2 : Projected Media ... 38

Tabel 3 : Media Audio Visual ... 39

Tabel 1 : Format Penilaian ... 55

Tabel 3 : Kategori Penilaian Teks Berita dengan Skala Nilai Rentang = skor terbesar – skor terkecil ... 5

Tabel 4 : Jumlah Siswa SMP Islamiyah Sawangan DepokTahun Ajaran 2012-201363 Tabel 5 : Hasil Pretest Siswa kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok ... 72

Tabel 6 : Hasil Posttest I Siswa kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok ... 72

Tabel 7 .: Hasil Posttest II Siswa kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok ... 75

Tabel 8 : Perbandingan Pretest, Posttest (Siklus 1 dan Siklus 2) ... 77

Tabel 9 : Nilai Minimal, Maksimal, Rata-rata, Median, Modus, dan Rentang Skor Pretest, Posttest Siklus I dan II ... 79

Tabel 10 : Hasil observasi terhadap tingkah laku siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis teks berita pada pretest ... 80

Tabel 11 : Hasil observasi terhadap tingkah laku siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis teks berita pada posttest ... 82

Tabel 12 : Perbandingan Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran saat Pretest dan Posttest ... 84

Tabel 13 : Hasil observasi terhadap tingkah guru dalam mengajar pembelajaran keterampilan menulis teks berita pada pretest ... 85

Tabel 14 : Hasil observasi terhadap tingkah guru dalam mengajar pembelajaran keterampilan menulis teks berita pada posttest ... 88

Tabel 15 :Perbandingan Tingkah Laku Guru dalam Mengajar saat Pretest dan Posttest ... 91


(14)

Gambar 1 : Hubungan antara penulis dan pembaca ... 14 Gambar 2 : Penggolongan tulisan ... 19 Gambar 3 : Struktur penulisan berita... 25


(15)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 2 :Materi Pembelajaran

Lampiran 3 : Lembar Penilaian Aktivitas siswa dalam pembelajaran Lampiran 4 : Lembar Penilaian siswa terhadap guru

Lampiran 5 : Lembar Catatan lapangan Lampiran 6 : Lembar Jurnal siswa Lampiran 7 : Rekaman wawancara

Lampiran 8 : Transkip rekaman wawancara dalam bentuk tulis Lampiran 9 : Lembar wawancara dengan guru bidang studi

Lampiran 10 :Daftar nama siswa kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok Lampiran 11 :Hasil Pretest Siswa Kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok Lampiran 12 : Hasil Posttest Siswa Kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok

Siklus I

Lampiran 13 : Hasil Posttest Siswa Kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok Siklus II

Lampiran 14 : Nilai tes pretest siswa

Lampiran 15 : Nilai tes posttest siswa siklus I Lampiran 16 : Nilai tes postest siswa siklus II

Lampiran 17 : Penilaian siswa terhadap guru pada tahap pretest

Lampiran 18 : Penilaian siswa terhadap guru pada tahap posttest

Lampiran 19 : Jurnal siswa pada tahap pretest

Lampiran 20 : Jurnal siswa pada tahap posttest

Lampiran 21 : Catatan Lapangan

Lampiran 22 : Hasil wawancara dengan guru bidang studi Lampiran 23 : Foto kegiatan

Lampiran 24 : Surat bimbingan skripsi Lampiran 25 : Surat keterangan penelitian


(16)

(17)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sarana komunikasi manusia. Sebagai sarana komunikasi maka segala hal yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa itu sendiri. Bahasa juga merupakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan, seperti halnya sandang, pangan, dan papan. Karena fungsi bahasa sebagai sarana berkomunikasi bukan hanya sebagai menyampaikan dan menerima sebuah informasi tetapi juga sebagai sarana berekspresi.

Pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah mulai diajarkan pada tingkat SD hingga SMA. Pengajaran Bahasa Indonesia tersebut bertujuan untuk membina serta megembangkan kemampuan berbahasa siswa dalam berkomunikasi, baik itu berkomunikasi dalam bahasa lisan maupun tulis.

Pada dasarnya pembelajaran bahasa meliputi empat aspek keterampilan. Keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setiap aspek tersebut, saling berkaitan satu dengan yang lainnya berdasarkan pemerolehannya. Keempat keterampilan berbahasa itu merupakan hal yang yang harus dikuasai oleh siswa. Karena dengan menguasai keempat keterampilan berbahasa tersebut, siswa diharapkan mampu berkomunikasi dengan baik dan benar, baik itu berkomunikasi secara lisan maupun tulis.

Proses pembelajaran keterampilan berbahasa dimulai dari aspek mendengarkan dan membaca. kedua keterampilan tersebut digolongkan sebagai keterampilan reseptif. Sementara itu, keterampilan berbicara dan menulis digolongkan sebagai keterampilan produktif.

Salah satu bagian dari pembelajaran keterampilan bahasa adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan satu


(18)

keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Pada keterampilan ini seseorang dituntut mampu menyampaikan pikiran, gagasan, atau pendapat kepada orang lain dalam bahasa tulis.

Pada keterampilan menulis ada dua unsur yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu unsur bahasa dan unsur nonbahasa. Unsur bahasa yaitu unsur yang berkaitan dengan dengan aspek tata bahasa, seperti ejaan, struktur kalimat, kohesi dan koherensi, serta unsur kebahasaan yang lainnya. Sementara itu, unsur nonbahasa yang dijadikan ide atau gagasan dalam sebuah tulisan meliputi unsur di luar aspek tata bahasa, seperti pengetahuan dan pengalaman penulis.

Tulisan digolongkan menjadi berbagai macam menurut bentuk, ragam, jenis, dan rumpun. Penggolongan tulisan tersebut berdasarkan dengan tujuan dari tulisan itu dibuat. Faktawi merupakan salah satu tulisan berdasarkan jenis menurut penggolongannya. Tulisan faktawi merupakan jenis tulisan yang menyampaikan sesuatu yang fakta dan bukan fiktif. Sebuah informasi juga dapat dituliskan secara faktawi asalkan informasi tersebut mengandung nilai fakta.

Di era seperti sekarang ini, begitu mudah seseorang dalam memperoleh informasi. Karena pada saat sekarang ini media massa begitu banyak bermunculan baik cetak, televisi, radio, maupun digital. Media massa tersebut menawarkan berbagai macam informasi kepada masyarakat. Informasi yang ditawarkan beragam mulai dari iklan, ilmu pengetahuan, realitas sosial, dan masih banyak lagi yang lainnya. Informasi-informasi tersebut disampaikan melalui berbagai macam cara penyampainnya tersendiri.

Salah satu bentuk informasi yang sering dijumpai berdasarkan cara penyampaiannya adalah sebuah berita. Berita bukanlah sesuatu kata yang jauh dari perbendaharaan kata kita.


(19)

Hampir setiap hari kita sering disuguhkan informasi dalam bentuk berita baik itu di radio, televisi, media cetak, maupun digital. Maka tidak heran bila berita begitu dekat dengan keseharian kita, karena pada dasarnya manusia merupakan mahluk yang ingin mengetahui segala sesutau hal yang baru. Segala sesuatu informasi yang baru itulah disampaikan oleh berita. Karena pada hakikatnya berita adalah menyampaikan segala informasi, kejadian, peristiwa yang baru, dan menarik.

Berita disajikan dengan gaya dan bahasnya sendiri. Setiap kantor berita mempunyai gaya dan bahasa yang beragam sebagai identitas kantor berita tersebut. Keberagaman gaya dan bahasa tersebut bertujuan agar informasi yang disajikan dapat diterima segala lapisan masyarakat. Selain itu juga sebagai daya tarik pada lapisan masyarakat tertentu.

Mendapatkan sebuah informasi pada sebuah berita merupakan sesuatu hal yang besar bagi kita. Bukan saja menjawab rasa manusiawi kita yang ingin tahu, tetapi juga dapat menambah pengetahuan kita. Dengan informasi yang ada pada berita, kita menjadi mengetahui banyak hal baru yang ada disekitar kita ataupun yang jauh dari kita.

Sebagai manusia, tentunya kita tidaklah puas hanya menikmati sebuah berita. Manusiawi rasanya, apabila yang kita rasa, lihat, dan dengar mengenai segala hal yang baru juga dapat dinikmati oleh orang banyak. Maka untuk menjembati hal-hal tersebut tentunya kita juga harus mampu menulis teks berita. Agar kita bisa berbagi mengenai segala sesuatu hal yang baru kepada orang-orang disekitar ataupun yang jauh dari kita.

Keterampilan menulis teks berita merupakan salah satu Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII Semester I, dengan Standar Kompetensi (SK) yaitu mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman, teks berita,


(20)

slogan/poster. Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai adalah menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas.

Meskipun keseharian kita sudah akrab dengan berita, namun dalam keterampilan menulis teks berita masih banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam penulisannya. Kedekatan dengan kita menikmati sebuah berita nampaknya tak berbanding terbalik dengan kita menulis sebuah teks berita. Hal tersebut diketahui setelah penulis melakukan wawancara terhadap guru bidang studi Bahasa Indonesia yaitu Ibu Nandya dan beberapa siswa di SMP Islamiyah Sawangan Depok. Adapun kesulitan yang dialami oleh siswa seperti menuangkan ide, kelengkapan mengenai unsur-unsur berita, dan bahasa jurnalistik. Kesulitan-kesulitan tersebut meyebabkan tujuan dalam pembelajaran menjadi tidak tercapai.

Atas dasar permasalahan tersebut, perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran. Dengan tujuan untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan tersebut, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu bentuk perbaikan dalam proses pembelajaran adalah dengan melakukan pengembangan media pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran. Hal tersebut sangatlah memungkinkan sebagai solusi dari permasalahan siswa, khususnya dalam menulis sebuah teks berita. Karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia yaitu Ibu Nandya. Beliau mengatakan jarang menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Adapun proses belajar mengajar yang beliau lakukan adalah secara konvensional, yaitu pemberian materi yang berupa teori-teori melalui ceramah satu arah, dan dilanjutkan dengan pemberian tugas. Akibatnya banyak siswa yang mengalami kejenuhan saat proses pembelajaran berlangsung. Seseorang siswa mengatakan terkadang dia suka


(21)

merasa jenuh saat memperhatikan materi yang disampaikan dan terkadang mengantuk.

Penggunaan media pembelajaran memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar. Seorang guru haruslah dapat memanfaatkan serta mengoptimalkan sesuatu hal yang ada disekelilingnya sebagai media dalam proses belajar mengajar. Karena apabila seorang guru sudah dapat melakukan hal tersebut terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif bukanlah menjadi sesuatu yang mustahil. Selain itu siswa juga dapat mengembangkan kemampuan berbahasanya dengan baik.

Ada berbagai macam media pendidikan yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: media grafis, media visual, media audio, media audio visual, media tiga dimensi, dan media alam sekitar.

Salah satu media pendidikan yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis adalah media audio visual. Media audio visual adalah alat bantu dalam pembelajaran yang berhubungan dengan indera penglihatan dan pendengaran. Salah satu media audio visual yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah rekaman wawancara dalam bentuk audio visual.

Penggunaan media ini diharapkan dapat membantu siswa yang memiliki kekurangan secara auditif maupun visual. Meskipun media yang digunakan sederhana, tetapi yang lebih penting memanfaatkan serta mengoptimalkannya dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, media tersebut mudah diperoleh serta di aplikasikan dalam proses pembelajaran, dan tidak memerlukan biaya yang mahal dalam penggunaanya.


(22)

Penulis menggangap media rekaman wawancara audio visual ini dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran menulis, terutama dalam menulis teks berita. Media rekaman wawancara dalam bentuk audio visual ini diharapkan dapat dengan mudah membantu siswa mengatasai kesulitan dalam penulisan teks berita siswa.

Adapun judul penelitian ini adalah ”Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita Dengan Media Rekaman Wawancara Pada Siswa Kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok Tahun Ajaran 2012-2013”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permaslahan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Siswa mengalami kesulitan untuk seperti menuangkan ide, kelengkapan mengenai unsur-unsur berita, dan bahasa jurnalistik. 2. Tujuan pembelajaran belum tercapai terutama pembelajaran menulis teks berita.

3. Proses pembelajaran masih secara konvensional.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, penulis membatasi permasalahan pada bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks berita melalui media rekaman wawancara dalam bentuk audio visual pada kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka peneliti merumuskan penelitian sebagai berikut:


(23)

Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis teks berita siswa kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok dengan menggunakan media rekaman wawancara?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dengan melihat pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin diperoleh penulis dari penyusunan skripsi ini adalah untuk untuk mengetahui data secara empiris pengaruh penggunaan media rekaman wawancara dalam bentuk audio visual terhadap peningkatan kemampuan menulis teks berita siswa di kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, pengkajian ini akan sangat berguna dalam pengembangan ilmu khususnya pengembangan metodologi pembelajaran peningkatan kemampuan menulis teks berita dengan menggunakan media rekaman wawancara dalam bentuk audio visual.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi guru, yang nantinya dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita.

2. Bagi masyarakat akademik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan penelitian ini nantinya dapat menambah cakrawala mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran keterampilan menulis teks berita dengan


(24)

menggunakan media rekaman wawancara dalam bentuk audio visual.

3. Bagi calon peneliti yang lain. Hasil penelitian ini dapat dijadikan entry research bagi penelitian selanjutnya.


(25)

KAJIAN TEORITIS

A. Hakikat Menulis 1. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang mendasar (berbicara, mendengar, menulis dan membaca). Keterampilan berbahasa tersebut dibagi menjadi atas dua macam, yakni keterampilan produktif dan keterampilan reseptif. Keterampilan produktif meliputi keterampilan menulis dan berbicara, sedangkan keterampilan reseptif meliputi membaca dan mendengarkan.

Zainnurrahman menyatakan disebut keterampilan produktif karena keterampilan tersebut digunakan untuk memproduksi bahasa demi penyampaian makna, sedangkan disebut reseptif karena keterampilan tersebut digunakan untuk menangkap dan mencerna makna guna pemahaman terhadap penyampaian dalam bentuk bahasa, baik verbal maupun non-verbal.1

Pendapat di atas menyatakan bahwa, keterampilan produktif merupakan keterampilan yang digunakan untuk memproduksi bahasa. Pendapat ini dapat kita artikan bahwa bahasa merupakan salah satu hasil proses keterampilan produktif tersebut. Bahasa juga digunakan sebagai media penyampaian makna melalui keterampilan menulis dan berbicara. Sedangkan sebaliknya, keterampilan reseptif merupakan keterampilan yang digunakan seseorang untuk menangkap dan mencerna makna guna pemahaman melalui media bahasa. Maka dapat

1

Zainnurrahman, Menulis dari teori hingga praktik (Penawar RacunPlagiarisme), (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. I, h. 2.


(26)

kita simpulkan bahwa bahasa merupakan salah satu hasil dari proses keterampilan produktif dan digunakan sebagai suatu media mengirim atau menerima makna.

Keterampilan produktif merupakan suatu keterampilan yang sifatnya menghasilkan sesuatu dalam hal ini bahasa. Dalam menghasilkan sesuatu tentulah ada bahan yang di perlukan. Through research, we know that reading is often basis for writing, especially in academic setting.2 Jadi jelas bahwa keterampilan menulis bahan utamanya adalah sebuah bacaan. Jadi dapat dikatakan bahwa apabila seseorang ingin menciptakan tulisan yang baik maka seseorang itu harus rajinlah membaca. Karena pada saat proses membaca terjadi interaksi antara pambaca dan bacaan tersebut. Sedangkan pada keterampilan berbicara bahan utamaya adalah banyak mendengarkan. Misalnya saja, apabila seseorang ingin menguasai pidato, tentu seseorang tersebut harus banyak mendengarkan pidato orang lain sebelum seseorang tersebut berpidato. Proses mendengarkan ini, nantinya akan menuntun seseorang menemukan bagaimana cara berpidato yang baik. Secara sederhana keterampilan menulis didukung dengan keterampilan membaca. Sedangkan keterampilan berbicara didukung dengan keterampilan mendengarkan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif. Sebagai suatu keterampilan, beberapa ahli yang mendefinisikan keterampilan tersebut. M. Arief Hakim menyatakan bahwa menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dirasakan,

2

George Braine dan Claire May, Writing from Sources, (California: Mayfield, 1996), Cet. I, h. 6.


(27)

dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan.3 Begitu pula Suhendar dan Pien Supinah, menulis atau mengarang merupakan kegiatan pengungkapan gagasan secara tertulis.4

Terlepas dari definisi yang telah ada, A. Widyamartaya juga mendefinisikan keterampilan menulis dengan bahasa yang berbeda. Adapun definisi tersebut sebagai berikut.

Yang dimaksudkan dengan “menuangkan gagasan” ialah memberi bentuk kepada segala sesuatu yang kita pikirkan dan, melalui pikiran kita, segala sesuatu yang kita rasakan, berupa rangkaian kata, khususnya dan teristimewa kata-tertulis, yang tersusun dengan sebaik-baiknya sehingga gagasan kita itu dapat dipahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah oleh orang lain. Dengan kata lain menuangan gagasan secara tertulis itu ialah mengarang.5

Ketiga definisi di atas memandang bahwa menulis merupakan suatu kegiatan pengeksplorasian diri yang dituangkan ke dalam bahasa tulis. Pengeksplorasian diri yang dilakukan bukan saja yang sifatnya indrawi, tetapi juga dalam bentuk olah pikir. Selanjutnya hasil tersebut dirangkai, disusun, dengan sebaik-baiknya sehingga dapat memberi kemanfaatan bagi pembacanya. Hasil dari keterampilan produktif ini biasa disebut dengan karangan atau tulisan, yang bertujuan untuk memberi tahu, meyakinkan atau menghibur.

Tarigan mengatakan menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat

3

M. Arief Hakim, Kiat Menulis Artikel di Media: Dari Pemula Samapi Mahir, (Bandung: NUANSA, 2008), Cet. IV h. 15.

4

M.E.Suhendar dan Pien Supinah, MKDU Bahasa Indonesia, (Bandung: CV. PIONOR JAYA, 1992), Cet. I, h. 5.

5


(28)

membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.6

Dalam definisi ini menulis juga dapat dinyatakan sebagai suatu proses aktivitas berpikir teratur. Proses aktivitas berpikir teratur di sini artinya seorang penulis mampu mengkonsepkan suatu lambang grafik ke dalam suatu kata, dan menyusun kata-kata terebut secara sistematik sehingga tidak menggangu lalu lintas berpikir seseorang.

Akivitas ini menggunakan seluruh otak yakni belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Proses berpikir teratur ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mudah kepada pembaca.

Memberikan pemahaman mudah kepada pembaca merupakan salah satu dari tujuan mengapa seseorang menulis. Namun hal tersebut merupakan hal yang tidak mudah untuk dikuasai. Karena dalam keterampilan menulis memerlukan keterampilan yang kompleks untuk mencapai tujuan tersebut. Sabarti Akhadiah dkk, menyatakan bahwa tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.7 Karena pada keterampilan menulis sesorang harus menuangkan gagasan atau ide yang dimilikinya ke dalam bentuk tulisan yang terikat oleh sistem bahasa, selain itu pada keterampilan menulis ini seseorang dituntut juga mampu menguasai keterampilan berbahasa yang lain serta menguasai pengetahuan di luar kebahasaan itu sendiri.

Tetapi meskipun keterampilan menulis begitu kompleks, keterampilan ini bukanlah semata-mata milik golongan tertentu saja

6

H. G. Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), Cet. II, h. 22.

7

Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, Sakura H. Ridwan, Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1988), cet. I, h. 2.


(29)

dalam hal ini orang yang mempunyai bakat menulis. Dengan belajar sungguh-sungguh dan latihan terus-menerus kemampuan ini juga dapat dimiliki oleh siapa saja.

Pendapat lain dikemukakan oleh Fachruddin, Menulis adalah suatu alat yang sangat ampuh dalam belajar yang dengan sendirinya memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.8 Pendapat tersebut disandarkan pada ahli jiwa budaya yang menyatakan bahwa masyarkat yang buta huruf tertinggal jauh di belakang dibandingkan dengan masyarakat yang melek huruf, terutama dalam hal kongnitif. Pada masyarakat melek huruf umumnya, seseorang terdorong perkembangan intelektualnya secara sadar atau tidak. Secara lebih khusus lagi, seseorang mampu mengalihkan proses mental yang berpikir praktis pada situasi dengan berpikir abstrak dan teoritis. Maka dapat diartikan bahwa menulis merupakan belajar berpikir dengan cara tertentu.

2. Menulis sebagai Suatu Cara Berkomunikasi

Menulis merupakan salah satu proses komunikasi secara tidak langsung. Proses komunikasi ini melibatkan antara penulis dan pembaca. Lyons dalam Gillian Brown dan George Yule mengemukakan bahwa pengertian komunikasi dengan mudah dipakai untuk perasaan, suasana hati, dan sikap, tetapi menunjukan bahwa ia terutama akan tertarik pada „penyampaian informasi faktual profesional yang disengaja‟.9 Pada pendapat tersebut memandang bahwa nilai pemakaian bahasa digunakan sebagai penyampain suatu informasi. Informasi yang disampaikannya pun beragam jenisnnya.

8

Fachruddin Ambo Enre, Dasar-Dasar Keterampilan Menulis, (Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), cet. I, h. 6.

9

Gillian Brown dan George Yule, Discourse Analysis, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1996), cet.I, h. 2.


(30)

Dalam komunikasi bahasa digunakan sebagai penyampain suatu informasi. Penting artinya bahwa penerima mendapat suatu informasi yang betul dari pengirim. Secara sederhana proses komunikasi dalam bahasa tulis, dapat kita diuraikan sebagai berikut:

Pikiran Menuangkan gagasan-gagasanya Penyandian Menerjemahkan gagasan-gagasan itu ke dalam sandi lisan dan

selanjutnya mengubahnya menjadi sandi tulis

Psikomotor

Mempergunakan sejumlah sarana mekanis untuk merekam sandi tulis itu

Di teruskan dan di sebarkan melintasi/ menembus waktu dan ruang Penulis Penulis Psikomotor Melihat tulisan Pengalihsandian

Menerjemahkan sandi tulis menjadi sandi lisan dan mendapatkan /menemui gagasan-gagasan penulis Pikiran Memahami gagasan-gagasan penulis Gambar 2.1

Hubungan antara penulis dan pembaca

3. Fungsi Menulis

Melalui aktivitas menulis seseorang dapat menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaan secara baik, terbuka, dan sistematis. Melalui aktivitas menulis memudahkan seseorang untuk berpikir kritis mengenai apa yang dilihat, dirasakan, dan dipikirkan. Selain itu juga dapat mengoptimalkan potensi yang ada di dalam diri seseorang


(31)

tersebut. Fachruddin mengemukakan secara terperinci fungsi menulis, yang diuraikan sebagai berikut.10

a) Menulis menolong kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui. Menulis mengenai suatu topik dapat merangsang pemikiran kita mengenai topik tersebut dan membantu kita membangkitakan pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam bawah sadar. b) Menulis menghasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang pikiran kita untuk mengadakan hubungan, mencari penelitian, dan menarik persamaan (analogi) yang tidak akan pernah terjadi seandainnya kita tidak mulai menulis.

c) Menulis membantu mengorganisasikan pikiran kita, dan menempatkannya dalam suatu bentuk yang berdiri sendiri. Ada kalanya kita dapat menjernihkan konsep yang kabur atau kurang jelas untuk diri kita sendiri, hanya karena menulis kita menulis mengenai hal itu.

d) Menulis menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan dievaluasi. Kita dapat membuat jarak dengan ide kita sendiri dan melihatnya lebih obyektif pada waktu kita menuliskannya.

e) Menulis membantu kita menyerap dan menguasai informasi baru. Kita akan memahami banyak materi lebih baik dan menyimpannya lebih lama jika kita menulis tentang hal itu.

f) Menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan memperjelas dan menempatkannya dalam suatu konteks visual, sehingga ia dapat diuji.

4. Tujuan Menulis

10


(32)

Setiap aktivitas atau kegiatan mempunyai suatu tujuan tertentu yang ingin diperoleh atau disampaikan kepada orang lain, begitu juga dengan kegiatan menulis. Karena pada dasarnya apa yang dituangkan dalam tulisan mempunyai maksud yang ingin dicapai. Tarigan mengemukakan tujuan menulis antara lain: 11 (1). Memberitahuakan atau mengajar, (2). Meyakinkan atau mendesak, (3). Menghibur atau menyenangkan, dan (4). Megutarakan /mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Sedangkan tujuan menulis menurut, Hugo Hartig dalam Tarigan antara lain:12

1. Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).

2. Altruistic purpose (tujuan altruistic)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalaraanya, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. 3. Persuasive purpose (tujuan persuasive)

Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) Tulisan ini bertujuan untuk memberi informasi atau keterangan /penerangan kepada para pembaca.

5. Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

11

Tarigan. Op.Cit., h. 25. 12Ibid


(33)

Tulisan ini bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

6. Creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri, tetapi “keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya. Dengan melibatkan dirinya dengan keinginan untuk mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman maka tulisan ini betujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

7. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembacanya.

Dengan demikian, seorang penulis harus sadar mengenai apa yang ditulisnya, dan untuk siapa tulisan terebut dibuat sebelum dia memulai menulis. Dengan adanya kejelasan serta tujuan yang jelas terhadap tulisannya. Tulisan yang dibuat dapat memberikan hasil yang tersendiri dari hasil yang telah ditulisnya, serta memberikan kejelasan bagi pembacanya.

5. Pengolongan Tulisan

Hasil dari kegiatan menulis adalah suatu tulisan atau karya tulis. Tulisan terdiri dari bentuk dan isi. Bentuk adalah paparan, uraian, penyampaian gagasan melalui susunan kata dan kalimat. Isi adalah gagasan, pendapat, keinginan, usul, saran, yang kita kemukakan lewat tulisan tadi.13

13


(34)

Berdasarkan bentuk dan isi dari hasil karya tulis tersebut maka karya tulis dapat diklasifikasikan atau digolongkan. Ada banyak Pengolongan tulisan yang dikenal, penggolongan tersebut sangat dipengaruhi oleh siapa yang mengemukakan, untuk kepentingan apa, dan siapa sasarannya. Menurut, The Liang Gie pengolongan tulisan bisa didasarkan pada bentuk, ragam jenis, rumpun, dan macam.14 Berikut merupakan gambar penggolongan tulisan yang dikemukakan oleh The Liang Gie.

14


(35)

A. PENGGOLONGAN MENURUT BENTUK

Bentuk Tulisan

1. Narasi 2. Deskripsi 3. Eksposisi 4. Argumentasi 5. Persuasi

B. PENGGOLONGAN MENURUT RAGAM

Bentuk Tulisan 1. Faktawi

2. Deskripsi

C. PENGGOLONGAN MENRURUT JENIS

Bentuk Tulisan 1. Faktawi

2. Khayali

1. Faktawi 2. Deskripsi

Bentuk Tulisan

1. Poras 2. Puisi D. PENGGOLONGAN MENURUT RUMPUN

Jenis Tulisan

1. Tulisan Ilmiah

2. Tulisan Informatif

3. Prosa

4. Puisi

1. Tulisan Kependidikan 2. Tulisan Ilmiah

1. Kisah 2. Laporan 3.Ringkasan 4. Ulasan 5. Artikel 1. Kisah 2. Laporan 3.Ringkasan 4. Ulasan 5. Artikel 1. Lirik 2. Epik 3. Dramatik

Gambar 2.2 Penggolongan tulisan


(36)

B. Teks Berita

1. Pengertian Berita

Secara sederhana berita atau dalam bahasa Inggris (NEWS) merupakan singkatan dari North, East, West, and South (N-E-W-S), yang menunjukan sifat berita yang menghimpun keterangan dari empat penjuru mata angin. Berita adalah informasi terkini yang bisa datang dari mana saja baik utara, timur, barat, atau selatan. Sedangkan NEWS

merupakan bentuk prulal dari kata new (baru). Karena itu berita harus selalu terkait dengan hal-hal atau kejadian yang baru dan dianggap menarik. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh A Muis, berita adalah laporan tentang gagasan, kejadian, atau konflik yang baru terjadi, yang menarik bagi konsumen berita dan menguntungkan bagi pembuat berita itu sendiri.15Semakin menarik menjadi buah tutur pembicaraan orang ramai mengenai suatu berita maka semakin tinggi nilai berita tersebut.

Sedangkan menurut, William S. Maulsby dalam Sam Abeda Pranomo menyatakan: “Berita bisa didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti yang penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca berita di surat kabar tersebut.”16

Dalam hal ini berita harus disampaikan secara benar berdasarkan fakta-fakta yang terdapat dalam informasi tersebut dengan kata lain berita tidak dapat direkayasa.

15

A Muis, Jurnalistik Hukum dan Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Dharu Anuttama, 1999), cet.I, h. 26.

16

Sam Abeda Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita, (Surabaya: Papyrus, 2003), cet.I, h. 6.


(37)

Adapula definisi yang sudah cukup lama popular dikalangan pers. Definisi tersebut diungkapkan oleh Charles A. Dana pada tahun 1882, yang mengatakan : ‘’When a dog bites a man that is not news,

but when a man bites a dog that is news’’ (Apabila seekor anjing

menggigit orang itu bukanlah berita, akan tetapi apabila orang menggigit anjing itu baru berita).17

Dari definisi di atas kita dapat menyatakan bahwa sebuah peristiwa dapat dikatakan sebagai suatu berita apabila peristiwa tersebut mempunyai nilai diluar kebiasaan pada umumnya dan juga menarik untuk disampaikan kekhalayak ramai. Pendapat berbeda disampikan oleh Thomas Griffith yang menyatakan “journalism in fact on the run. It is the history written in time to be acted upon; thereby not only recording events but at times influencing them. Journalism is also the recording of history while the facts are not all in.”18 Dari pendapat tersebut menyatakan bahwa berita merupakan sebuah kenyataan yang terus berjalan. Berita juga merupakan sebuah rekaman peristiwa yang dapat juga memberi pengaruh kepada orang banyak. Dapat disimpulkan bahwa berita ialah peristiwa atau kejadian yang memiliki hal yang menarik, luar biasa, dan baru terjadi. Berita juga merupakan suatu fakta dari peristiwa atau kejadian yang dilaporkan serta memberikan pengaruh kepada orang banyak.

2. Unsur-Unsur Berita

Seperti halnya dalam satu kesatuan, maka dalam berita pun ada unsur-unsur lain yang menyatukannya. Tradisi Jurnalistik lazim mengenal kenam unsur ini dengan 5W1H: WHAT, WHO, WHEN,

17H. Dj‟afar Assegaff, Jurnalistik Masa Kini,

(Jakarta: GHALIA, 1985), cet.II, h. 22. 18Melvin Mencher‟s, News Reporting and Writing

, (New York:McGraw-Hill 2006), cet. X, h.55.


(38)

WHERE, HOW, WHY.19. Berikut ini merupakan penjelasan dari 5W1H.

1. What……?

Pertanyaan what (apa) yang terjadi, akan menyebabkan wartawan mengumpulkan fakta yang berkaitan dengan hal-hal yang dilakukan oleh pelaku maupun korban dalam suatu kejadian.

2. Who…….?

Who (Siapa) merupakan pertanyaan yang akan mengundang fakta yang berkaitan dengan setiap orang yang terlibat dalam kejadian. 3. Why…….?

Why (Mengapa) akan mengundang jawaban latar belakang dari suatu tindakan ataupun penyebab suatu kejadian yang telah diketahui apa -nya.

4. Where….?

Where (Di mana) menyangkut tempat kejadian. 5. When……?

Pertanyaan When (Bilamana/kapan) akan menyangkut waktu kejadian ataupun kemungkinan-kemungkinan waktu yang berkaitan dengan kejadian tersebut.

6. How……?

How (Bagaimana), akan memberikan fakta yang berkaitan dengan proses kejadian yang diberitakan.

3. Ragam Berita

Di dalam dunia jurnalistik, penulisan berita dapat dilakukan dengan cara yang berbeda, tergantung pada nilai penting informasi

19


(39)

yang hendak disampaikan. Perbedaan cara penyampaian (dalam format penyajian) inilah yang kemudian melahirkan ragam berita.20

Berita jurnalistik yang benyak muncul dalam surat kabar atau majalah berita, dapat digolongkan atas berita langsung (straight/hard/spot news), berita ringan (soft news), berita kisah (feature), serta laporan mendalam (indepth report). Pengertian setiap ragam berita akan diuraikan berikut ini.

1. Berita Langsung (straight/hard/spot news)

Berita langsung digunakan untuk menyampaikan kejadian-kejadian penting yang secepatnya perlu diketahui oleh pembaca. Disebut berita langsung (straight/hard/spot news) karena unsur-unsur terpenting dari peristiwa itu harus langsung (sesegera mungkin) disampaikan kepada pembaca.

2. Berita Ringan (soft news)

Berita ringan tidak mengutamakan unsur penting yang hendak diberitakan, melainkan sesuatu yang menarik. Berita ini biasa dikemukakan sebagai kejadian yang manusiawi dalam kejadian penting.

3. Berita Kisah (feature)

Berita kisah adalah tulisan mengenai kejadian yang dapat menyentuh perasaan, ataupun yang menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan rinci, lengkap, serta mendalam. Berita ini tidak terkait akan aktualitas.

4. Laporan Mendalam (indepth report)

20

Ashadi Siregar dkk, Bagaimana meliput dan menulis berita untuk media massa, (Yogyakarta: KANISIUS, 1998), cet.V, h. 154-158.


(40)

Laporan mendalam pada dasarnya memiliki struktur dan cara penulisan yang sama dengan berita kisah. Laporan mendalam digunakan untuk menuliskan permasalahan secara lebih lengkap, mendalam, dan analitis.

4. Sruktur Berita

Secara sederhana struktur dapat kita artikan sebagai susunan, bagian, atau lapisan. Berita pun memiliki strukturnya tersendiri berdasarkan ragamnya.

R. Masri Sareb Putra menyatakan struktur berita adalah tubuh berita secara keseluruhan yang dapat dilihat sebagai lapisan-lapisan yang masing-masing mengandung pokok yang dapat dibedakan atas dasar rupa atau bentuk, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain.21

Adapun susunan atau struktur berita khususnya berita langsung (straight news) pada umumnya mengacu pada pyiramida terbalik (inverted pyiramid). Disebut „‟pyiramida terbalik‟‟ karena struktur

beritannya digambarkan memang berbentuk segitiga terbalik.

Model menulis yang mengikuti bentuk segitiga terbalik. Bagian atasnya lebar, bagian bawahnya menyempit. sedangkan mengenai strukturnya isi berita ditekankan di bagian awal. Selanjutnya, semakin ke bawah, menuju bagian akhir, semakin tidak penting, sisipan-sisipan keterangan.22

Dj‟afar Assegaff menyatakan bahwa tujuan dari gaya penulisan pyiramida terbalik adalah untuk memudahkan khalayak

21

R. Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita DAN FEATURE, (Jakarta: PT. INDEKS Kelompok GRAMEDIA, 2006), cet.I, h. 51.

22

Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), cet.I, h. 22.


(41)

pembaca yang bergegas, untuk cepat mengetahui apa yang terjadi dan diberitakan.23 Berikut ini bagan struktur pyiramida terbalik dalam penulisan berita langsung (straight news).

JUDUL

LEAD

A

B

C

Judul berita:

Apa+mengapa?, siapa + mengapa?

Dan seterusnya.. Berisi informasi penting. Sekaligus menjawab pertanyaan 5W+1H

(who,what,why,when,where, +how)

Inti Berita

Anak Berita

Ekor berita dapat dibuang, bila kehabisa ruang ESSENTIAL

SHOULD

COULD

Gambar 2.3

Struktur penulisan berita

o Lapisan A (essential, atau bagian yang pembaca harus ketahui) selama ini kita kenal sebagai bagian dalam sebuah struktur berita piramida terbalik yang menunjukan bagian yang paling inti.

o Lapisan B (should, atau bagian yang pembaca sebaiknya tahu) adalah bagian yang cukup penting, namun tidak sepenting lapisan A.

o Lapisan C (could, atau pembaca boleh tahu) ialah bagian yang boleh ditinggalkan pembaca, karena merupakan ekor berita, tidak penting, dan boleh dipotong kalau tidak cukup tempat.

23


(42)

5. Kriteria Sebuah Berita

Tidak semua peristiwa pantas untuk diberitakan. Peristiwa yang mengandung nilai informatif bagi pembaca saja yang pantas untuk diberitakan. Sebuah berita harus memiliki kriteria yang baik untuk dijadikan sebagai acuan penilaian dalam menetapkan suatu yang pantas ditulis sebagai berita. Secara umum, kejadian yang dianggap mempunyai nilai berita atau layak berita adalah yang mengandung satu atau beberapa unsur berikut.

1. Significance (penting), yaitu kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca.

2. Magnitude (besar), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat yang bisa dijumlahkan dalam angka yang menarik buat pembaca.

3. Timeliness (waktu), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru terjadi, atau baru dikemukakan.

4. Proximity (kedekatan), yaitu kejadian yang dekat bagi pembaca, kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional.

6. Bahasa Jurnalistik

Sebuah berita yang baik tidak hanya dinilai berdasarkan berdasarakan kriteria apakah berita tersebut penting atau menarik bagi pembacanya. Sebuah berita yang baik harus juga memenuhi kriteria penggunaan bahasa yang baik dan benar.

Bahasa yang digunakan manusia dibedakan atas dua jenis, yakni bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kedua bahasa tersebut memiliki syarat-syarat yang berbeda dalam penggunaanya. Bahasa jurnalistik


(43)

merupakan salah satu ragam bahasa tulis yang digunakan sebagai bahasa penyaji dalam menulis berita.

Rosihan Anwar menyatakan Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik.24 Kekhasan bahasa jurnalistik ini juga didasarkan pada bahasa baku. Bahasa jurnalistik juga terikat oleh kaidah-kaidah tata bahasa seperti memperhatikan ejaan yang benar dalam kosa kata, bahasa jurnalistik juga mengikuti perkembangan dalam masyarakat.

AS Haris Sumadiria mendefinisikan bahasa jurnalistik sebagai bahasa yang digunakan oleh wartawan, redaktur, atau pengelola media massa dalam menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual dan atau menarik dengan tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya.25

Berdasarkan pengertian tersebut dapat kita artikan bahasa jurnalistik merupakan bahasa penyaji berita. Pada dasarnya berita merupakan suatu rekontruksi persistiwa yang disampaikan secara tertulis. Melalui bahasa yang cermat rekontruksi persistiwa tertulis tersebut dapat mengantar pembaca untuk membayangkan apa yang sesungghunnya terjadi dan memudahkan pembaca menangkap makna suatu berita.

7. Ciri-Ciri Bahasa Jurnalistik

Berita juga merupakan salah satu bentuk komunikasi satu arah dalam hal ini komunikasi antara penulis dan pembaca. Untuk mempermudahkan komunikasi tersebut maka digunakanlah bahasa

24

Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, (Jakarta:P.T Pradanya Paramita, 1979), cet.III, h.1

25

AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2006), cet.I, h. 7.


(44)

tulis. Penggunaan bahasa tulis ini bertujuan untuk menyampaikan informasi atau pesan yang disampaikan. AM Dewabrata menyatakan penunjang untuk mencapai keberhasilan penyampain pesan dalam berkomunikasi satu arah, perlu penggunaan bahasa yang efektif.26 Umumnya bahwa bahasa yang digunakan oleh media massa adalah bahasa komunikatif hal ini bertujuan untuk menyentuh emosi atau pikiran pembacanya, sehingga mereka tergugah untuk berbuat sesuatu. AS Haris Sumadiria, mengemukakan 17 uraian yang rinci tentang ciri-ciri bahasa jurnalistik.27 Adapun uraiannya sebagai berikut:

1. Sederhana

Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya.

2. Singkat

Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga.

3. Padat

Menurut Patmonosk, redaktur Senior Harapan dalam buku teknik jurnalistik menyatakan bahwa padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi.

4. Lugas

Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan

26

AM Dewabrata, Kalimat Jurnalistik, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2004), cet.I, h. 15.

27


(45)

khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.

5. Jelas

Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan tidak kabur. 6. Jernih

Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah.

7. Menarik

Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur terjaga seketika. 8. Demokratis

Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana dijumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa.

9. Populis

Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab ditelinga, dimata, dan dibenak pikiran khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa.

10. Logis

Logis berarti apapun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat (common sense).

11. Gramatikal

Gramatikal, berarti kata, istilah, atau kalimat apa pun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku.


(46)

12. Menghindari kata tutur

Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal.

13. Menghindari kata dan istilah asing

Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikatif juga membingungkan.

14. Pilihan kata (diksi) yang tepat

Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asa efektivitas. Artinya setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat, sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak.

15. Mengutamakan kalimat aktif

Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif.

16. Menghindari kata atau istilah teknis

Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut.

17. Tunduk kepada kaidah etika

Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi, mendidik (to education), fungsi ini bukan saja harus tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel-artikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya.


(47)

Hal yang paling mendasar sebelum seseorang menulis berita adalah bagaimana cara seseorang memulainya? Pertanyaan ini kadang membuat kita binggung bagaimana memulai menulis sebuah berita. Kebiggungan ini kadang berdampak pada rasa spikologis seperti, seseorang jadi tidak percaya diri, takut atau khawatir tulisannya dianggap, dan akhirnya dari dampak spikologis tersebut membuat seseoran jadi tidak pernah melakukannya. Untuk bisa keluar dari permasalahan tersebut, seseorang harus memulai membangun mental serta menumbuhkan rasa percaya diri kita. Kedua sikap tersebut dapat tumbuh dengan kita membiasakan diri untuk membaca, berdiskusi, dan latihan menulis. Apabila kebiasan tersebut sudah sering dilakukan maka tanpa disadari kemampuan menulis akan tumbuh dengan sendirinya.

Untuk mengawali dalam menulis berita tentukanlah sebelumnya topik yang akan ditulis. Apabila telah menemukan topik buatlah sebuah autline mengenai apa yang akan ditulis. Autline ini bertujuan sebagai peta sehingga hasil tulisan sesuai dengan apa yang dimau. Setelah kedua hal tersebut dikuasai mulailah memasuki tahapan berikutnya yaitu langkah-langkah dalam menulis berita.

Mudrajad Kuncoro menjelaskan empat langkah dalam penulisan berita. Keempat bagian tersebut meliputi (1) judul/wajah yang mencerminkan tema; (2) lead (sapaan/pendahuluan) yang memancing minat dan gairah; (3) tubuh yang ramping dan dinamis; (4) penutup bergaya pamit.

Judul haruslah mencerminkan isi tulisan, selain itu judul juga harus menarik perhatian bakal pembaca, karena siapa yang akan membaca tentu pasti akan membaca judul terlebih dahulu. Oleh karena


(48)

itu judul harus dibuat semenarik mungkin agar dapat mengundang rasa keingintahuan seseorang mengenai apa yang disajikan.

Lead dapat diartikan “pendahuluan”, lead mempunyai peranan penting karena berada diawal alinea. Karena Posisi lead berada diawal alinea maka lead berfungsi sebagai sapaan kepada pembaca. Umumnya Lead adalah kalimat atau paragraph dapat menggugah selera pembaca dari keseluruhan tubuh tulisan. Oleh karena itu lead

haruslah mengenai suatu informasi yang penting dari keseluruhan isi berita. Dalam membuat lead tidaklah harus terpaku pada posisi lead

yang letaknya diawal alinea. Lead dapat dibuat setelah tulisan selesai, caranya yaitu dengan mengkopi paragraf yang dianggap penting dari tubuh tulisan tersebut. Selanjutnya memoles paragraf tersebut sedemikian rupa menjadi kalimat yang benar-benar baru.

Tubuh yang ramping dan dinamis letaknya berada setelah judul dan lead. Hal-hal yang menarik sebelumnya telah dasampaikan pada judul dan lead. Maka dapat dikatakan bagian ini merupakan sisa-sisa perihal yang menarik. Agar tubuh tulisan tidak kehilangan hal yang menarik maka perlu adanya pemolesan alinea demi alinea agar tampak menarik.

Kalimat tersusun membentuk sebuah alinea. Dalam alinea terdapat gagasan yang ingin disampaikan oleh penulisnnya. Gagasan tersebut disampaikan oleh satu kalimat dan selajutnya didukung oleh penjelasan kalimat lainnya. Seperti halnya pada satu alinea pada kalimat pertama menegaskan „‟apa‟‟ yang akan diceritakan dalam bentuk gagasan, gambaran, atau definisi. Selanjutnya kalimat kedua menjelaskan mengenai hal yang tersirat pada kalimat yang sebelumnya. Hal keterkaitan tersebut terus berlanjut hingga membentuk satu gagasan dalam satu alinea. Sehingga berlanjut hal yang lebih besar lagi yaitu susunan alinea yang membentuk suatu tema


(49)

atau topik. Susunan-susunan ini bertujuan agar pembaca mempunyai gambaran yang jelas tentang gagasan atau tema yang jelas dalam satu bacaan.

Penutup bergaya pamit biasanya dibuat pada satu alinea baru dan terasa sebagai alinea akhir. Gaya pamit ini bisa dihasilkan dengan menyelipkan kata demikian, saatnya, jadi, inilah, oleh karena itu, atau

maka. Seperti contoh apabila menggunakan kata akhirnya kata ini memberikan kesan pamit, asal setelah kata tersebut diikuti dengan nada yang menurun.

C. Media Pendidikan

1. Hakikat Media Pendidikan

Secara bahasa media, berasal dari bahasa Latin medius yang artinya tengah, perantara, atau pengantar. Sedangkan dalam bahasa Arab media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Hal tersebut sama seperti halnya yang diungkapkan oleh Sudarwan, media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.28

Sedangkan Azhar Arsyad menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.29 Hal yang sama juga dinyatakan oleh Arsyad, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat

28

Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet.I, h. 7. 29


(50)

merangsang siswa untuk belajar.30 Dari kedua pendapat tersebut dapat diartikan bahwa media bukan hanya sebagai alat bantu berkomunikasi antara guru dan siswa tetapi media juga digunakan sebagai alat untuk merangsang motivasi siswa dalam siswa belajar. Dapat disimpulkan bahwa media pendidikan adalah sesuatu alat bantu yang dapat digunakan oleh guru, dalam rangka berkomunikasi dengan siswa. Dengan tujuan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa dalam proses pembelajaran.

2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Sebagai suatu alat bantu berkomunikasi media merupakan suatu benda yang konkrit wujudnya. Sebagai suatu benda maka mempunyai ciri-ciri yang dapat dirasa oleh indera. Oemar Malik mengemukakan ciri-ciri umum dari media pendidikan adalah sebagai berikut.31

1. Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata ‟‟raga‟‟, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan yang dapat diamati melalui panca indera.

2. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat atau didengar.

3. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran, antara guru, dan siswa.

4. Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik di luar kelas.

30

Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997), cet.IX, h. 4.

31

DR. Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), h. 11-12.


(51)

5. Berdasarkan 3 dan 4 maka pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu ‟‟perantara‟‟ (medium, media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.

6. Media pendidikan mengandung aspek; sebagai alat dan sebagai teknik, yang sangat erat pertalianya dengan metode mengajar.

7. Karena itu, sebagai tindakan oprasional, dalam buku ini menggunakan pengertian ‟‟media pendidikan‟‟.

3. Fungsi Media Pendidikan

Fungsi utama media pendidikan adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Berdasarkan penggunaanya Kemp & Dayton dalam Arsyad menyatakan bahwa media dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan atau kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya. Tiga fungsi utama tersebut yaitu:32

1. Memotivasi

Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pengajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan.

2. Menyajikan Informasi

Untuk tujuan informasi. Media pengajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekolompok siswa.

3. Intruksi

Media berfungsi untuk tujuan intruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Sedangkan menurut Menurut Derek Rowentree dalam

32


(52)

Rohani, media pendidikan berfungsi:33 (1) Membangkitakan motivasi belajar, (2) Mengulang apa yang telah dipelajari, (3) Menyediakan stimulus belajar, (4) Mengaktifkan respon peserta didik, (5) Memberikan balikan dengan segera, dan (6) Menggalakan latihan yang serasi.

4. Manfaat Media pendidikan

Sebagai suatu alat bantu berkomunikasi tentulah barang tersebut memberi manfaat bagi penggunannya. Manfaat tersebut dapat dirasakan oleh pengirim pesan dalam hal ini guru dan juga penerima pesan dalam hal ini siswa. Azhar Arsyad menyatakan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pengajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut.34

1. Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2. Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. 3. Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;

a. Obyek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model.

b. Obyek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar;

33

Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: RINEKA CIPTA, 1997), h. 45. 34


(53)

c. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilakan melaui rekaman video, film, foto, slide, disamping secara verbal.

d. Obyek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkret melaui film, gambar, slide, atau simulasi komputer.

e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.

f. Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.

4. Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.

5. Klasifikasi Media Pendidikan

Begitu banyak media yang dapat digunakan sebagai media pendidikan. Berdasarkan alat indera media pendidikan digolongkan menjadi tiga macam yaitu media grafis, media auditif, maupun audio audio visual.

Media grafis erat hubungannya dengan indera pengelihatan manusia. Melalui media ini proses berkomunikasi disampaikan oleh lambang-lambang grafis. Sejatinya sesuatu hal yang dapat dilihat oleh mata dapat digunakan sebagai media pendidikan. Media auditif adalah media pendidikan yang erat hubungannya dengan indera pendengaran


(54)

manusia. Melalui media ini proses berkomunikasi disampaikan oleh lambang-lambang auditif. Sedangkan media audio visual merupakan media yang sekurang-kurangnya melibatkan dua alat indera yakni penglihatan dan pendengaran dalam menyampaikan atau memperoleh sebuah informasi.

Media audio visual memilik ragam jenisnya tetapi secara umum media audio visual dapat dibedakan berdasarkan ciri-cirinya. Soegiti Atmohoetomo membedakan menjadi tiga jenis cirinya masing-masing:35

Media Audio (media dengar)

NO Medianya Hardwarenya Softwarenya

1 Radio Pesawat Radio Program

radio

2 Pirangan Hitam Pick Up Pirangan

Hitam 3 Tape cassette Tape recorder Kaset isi

program

Tabel 2.1

1. Media visual (indera penglihatan dibagi menjadi 2 yaitu projected

dan non projected).

a. Projected Media: penampilannya perlu proyektor

Projected Media

NO Medianya Hardwarenya Softwarenya

35


(55)

1 Slide dan film (bisu)

Projector Slide/film

Slidenya/film program 2 Film-strip/loop Pojector film

strip/loop

Film strip loop

3 Overhead projector Overhead Transparannya projector 4 Epidiascop/episcop Epidiascop Bahan yang

diproyeksikan Tabel 2.2

b. Non-Projected Media: penampilannya tidak perlu diproyeksikan. Misalnya:

Wallsheets

Contohnya: peta, chart, diagram, poster.

 Model

Contohnya: mook up, miniature, dan maket.

 Objek

Contohnya: specimen (hebarium-aquarium-insektarium). 2. Media Audio visual (media pandang dengar)

Media Audio Visual

NO Medianya Hardwarenya Softwarenya

1 TV Pesawat TV Program TV

2 Radio

Vision/Video

Pesawat Video Filmnya + programnya 3 Film Bicara Projector film Film yang

diprogramkan 4 Sound Slides Projector Slide Slide cassette


(56)

6. Media Audio Visual sebagai Sumber Belajar

Belajar mengajar merupakan proses mengelola sejumlah nilai untuk disampaikan kepada peserta didik. Melalui nilai-nilai tersebut memungkinkan adanya perubahan yang terjadi setelah proses belajar.

Seperti yang dikatakan oleh Robert M. Gagne, learning is a process of which certain kinds of living organisms are capable-many animals, including human beings, but not plants. It is a process which enables these organisms to modify their behavior fairly rapidly in a more or less permanent way, so that the same modificatiuon does not have to occur again and again in each new situation.36

Nilai-nilai yang disampaikan tersebut berasal dari berbagai sumber belajar, antara lain yaitu manusia, buku, perpustakaan, media massa, dan lingkungan. Untuk menyampaikan sumber belajar tersebut diperlukan media sebagai alat menyampaikan nilai-nilai tersebut. Media yang digunakan untuk menyampaikan sumber belajar disebut media pendidikan.

Media pendidikan sangat membantu guru dalam menyampaikan materi dalam proses pembelajaran. Karena selain sebagai alat bantu berkomunikasi guru dengan siswa media juga media juga digunakan sebagai alat untuk merangsang motivasi siswa dalam belajar. Penggunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut media pendidikan yang digunakan tidak harus mahal yang sederhana pun bisa digunakan. Gurulah yang harus pandai menggunakan media pendidikan, selain itu guru juga harus

36

Robert M. Gagne, Essentials of learning for instruction, (California: The Dryden Press, 1974), cet.I, h. 5.


(57)

mampu memanipulasi media sebagai pengantar atau perantara informasi dari sumber belajar yang disampaikan kepada peserta didik. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad pertengahan ke-20 alat visual untuk mengkonkritkan ajaran ini dilengkapi dengan digunakannya alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual atau audio visual aids (AVA).37 Media audio visual berkaitan dengan indera penglihatan dan pendengaran. Pesan yang disampaikan dalam media visual disampaikan dalam lambang-lambang grafis dan audio, baik verbal maupun non-verbal. Media audio visual memiliki kelebihan sebagai berikut; (1) Harganya lebih murah dan relative popular, (2) Dapat mengembangkan daya imajinasi, (3) Dapat mengatasi ruang dan waktu, (4) Dapat menyajikan pengalaman dunia luar ke dalam kelas, (5) Merangsang partisipasi aktif siswa, (6) Siaran yang aktual dapat memberikan kesegaran, (7) Program dapat diputar ulang kembali.

7. Rekaman Wawancara Sebagai Sumber Belajar

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara pewawancara dengan narasumber untuk meminta keterangan, informasi, atau pendapat mengenai suatu hal. Sedangkan rekaman adalah suatu proses mencatat, mendokumentasikan, atau mengabadikan sesuatu hal baik yang bersifat audio maupun audio visual. Dapat disimpulkan bahwa rekaman wawancara adalah suatu dokumentasi kegiatan wawancara.

Rekaman wawancara yang bersifat audio visual dapat digunakan sebagai salah satu media pendidikan. Media tersebut dapat dikelompokan sebagai media pendidikan audio visual karena dapat

37


(58)

dirasakan dengan setidak-tidaknya dua alat indera yaitu indera pendengaran dan indera penglihatan. Pesan yang disampaikan melaui media audio visual dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif baik

verbal maupun nonverbal. Pengajaran melalui media audio visual bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor, film, tape recorder, dan proyektor.

D. Penelitian yang Relevan

Berikut ini hasil penelitian yang relevan dari beberapa mahasiswa mengenai keterampilan menulis teks berita. Skripsi Eliawati dengan judul penelitian”Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita Melalui Latihan Paragraf Rumpang Siswa KelasVII SMP Negeri 243 Jakarta”.38

Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.

Dari hasil skripsi tersebut dapat dilihat meningkatnya perolehan nilai siswa pada kompetensi menulis teks berita siswa pada siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan sebesar 4%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 62,43% dan pada siklus II mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 66,43%. Akan tetapi, dari hasil skripsi ini dijelaskan bahwa ada beberapa siswa yang mengalami kekurangan pada aspek kebahasaan. Oleh karena itu, dalam skripsinya peneliti menyarankan dan memberikan latihan yang cukup kepada siswa dalam menulis teks berita melalui paragraf rumpang. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kompetensi siswa kelas VII SMP Negeri 243 Jakarta dalam menulis teks berita mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran menulis teks

38

Eliawati, Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita Melalui Latihan Paragraf Rumpang Siswa KelasVII SMP Negeri 243 Jakarta, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,2007).


(59)

berita melalui latihan paragraf rumpang. Selain itu ada juga beberapa siswa yang masih kurang pada aspek kebahasaan.

Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan peneliti di atas terletak pada metode yang digunakan dalam proses pembelajaran menulis teks berita. Penulis melakukan penelitian keterampilan menulis teks berita dengan menggunakan media rekaman wawancara sedangkan Eliawati menggunakan metode latihan paragraf rumpang dalam proses pembelajaran menulis teks berita.

Selain penelitian yang dilakukan oleh Eliawati, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Tania Zainiyah dengan judul skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VII SMP Negeri I Bojonggede 2009”.39

Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.

Hasil penelitiannya adalah pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terbukti efektif meningkatkan kemampuan menulis teks berita. Berdasarkan penelitian, dapat diketahui bahwa kelas ekperimen mencapai skor rata-rata yang lebih besar jika dibandingkan dengan skor rata-rata kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diperoleh skor rata-rata postes 75,53 sedangkan pada kelas kontrol hanya memperoleh skor rata-rata 64,43. Selain itu, kemampuan menulis teks berita yang lebih besar terjadi pada semua siswa di kelas eksperimen (100%), sedangkan di kelas kontrol terdapat 4 orang siswa yang tidak mengalami perubahan, jadi hanya 26 siswa yang mengalami perubahan (86,67%).

39

Tania Zainiyah, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VII SMP Negeri I Bojonggede, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,2009).


(60)

Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan menulis teks berita pada siswa. Selain itu dinyatakan juga dalam skripsi ini bahwa model pembelajaran berbasis masalah bisa membuat siswa belajar mandiri, aktif, serta adanya proses kerjasama siswa dengan siswa lainya yang membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Perbedaan peneltian yang penulis lakukan dengan Tania Zainiyah terletak pada metode yang digunakan dalam proses pembelajaran menulis teks berita. Penulis melakukan penelitian keterampilan menulis teks berita dengan menggunakan media rekaman wawancara sedangkan peneliti di atas menggunakan metode model pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran menulis teks berita.

Penelitian yang relevan berikutnya adalah penelitan yang dilakukan oleh Siska Octaviani Awaliah dengan judul skripsi “Pengaruh Metode Investigasi Kelompok terhadap Kemampuan Menulis Berita Siswa Kelas VII SMP Negeri I Leuwiliang Bogor.40 Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh investigasi kelompok terhadap menulis berita berpengaruh. Hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan rata-rata yang lebih besar pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Peningkatan pada kelas eksperimen sebesar 15,62 angka dari nilai rata-rata prates sebesar 51,45 dan 67,07 pada postes. Sedangkan peningkatan pada

40

Siska Octaviani Awaliah, Pengaruh Metode Investigasi Kelompok terhadap Kemampuan Menulis Berita Siswa Kelas VII SMP Negeri I Leuwiliang Bogor, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,2007).


(61)

kelas kontrol sebesar 5,17 dari nilai rata-rata prates sebesar 50,13 dan nilai postes sevesar 55,34.

Perbedaan peneltian yang penulis lakukan dengan Siska Octaviani Awaliah terletak pada metode yang digunakan dalam proses pembelajaran menulis teks berita. Penulis melakukan penelitian keterampilan menulis teks berita dengan menggunakan media rekaman wawancara sedangkan peneliti di atas menggunakan metode investigasi kelompok dalam proses pembelajaran menulis teks berita. Dari ketiga hasil penelitan yang relevan tersebut, maka diketahui bahwa kemampuan menulis teks berita pada siswa dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui sejauh manakah keefektifan media pembelajaran rekaman wawancara dalam meningkatkan menulis teks berita, seperti halnya pada metode dan media pembelajaran yang telah dijelaskan di atas.

E. Hipotesis Tindakan

Kemampuan menulis teks berita merupakan materi yang diajarkan pada siswa kelas VII. Penggunaan media rekaman wawancara bertujuan untuk menigkatkan keterampilan menulis teks berita pada siswa. Selain itu, juga untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara sebelum penggunaan media rekaman wawancara dengan sesudah menggunakan media rekaman wawancara dalam pembelajaran menulis teks berita. Penggunaan media ini dilakukan pada siklus I dan siklus II dengan bentuk tes tertulis membuat sebuah teks berita.


(62)

46

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Islamiyah yang berlokasi di jalan Raya Muchtar no.136 Sawangan kota Depok.

2. Waktu Penelitan

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2012-22 Mei 2013.

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan semata-mata untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi di mana praktik kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan.1 Bersifat reflektif, artinya pihak pelaku tindakan secara sadar merenungkan serta mengukur kembali sejauh mana hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Susilo menyatakan PTK adalah penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan classroom action research dalam bahasa Inggris. Yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah mengajar, dengan penekan adanya penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.2

1

Djuanaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), cet.I, h. 8.

2

Susilo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Pustaka Books Publisher, 2007), cet.I, h. 16.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Rio Noviza. Penulis lahir dan bertempat tinggal di Jakarta, 03 Nopember 1989. Penulis tinggal di Jl.H.Pekir I Rt 10/06 Kel.Grogol Utara Kec. Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

Anak keetiga dari tiga bersaudara ini lahir dari pasangan M. Rusdi dengan Hamidah. Kesibukan penulis saat ini adalah sebagai mahasiswa.

Riwayat pendidikan pernah yang pernah penulis raih yaitu: SDN 01 Grogol Utara Patal Senayan (1996-2002), lalu meneruskan ke SMPN 48 Jakarta Selatan (2002-2005) dan melanjutkan ke SMAN 24 Jakarta Pusat (2005-2008). Saat ini penulis tercatat sebagai mahasiswa semester akhir yang telah menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar sarjana di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sejak tahun 2008-2013.


(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA TEKS WAWANCARA PADA SISWA SMA TARUNA MANDIRI PAMULANG – TANGERANG SELATAN

0 4 115

Kemampuan menulis karangan deskripsi berdasarkan teks wawancara siswa kelas VII A MTS Al Jamhuriyah Kecamatan Cinere, Kota Depok

4 76 86

Hubungan Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di SMP Islamiyah Sawangan Depok

1 9 91

Supervisi klinis dalam mengantisipasi konflik di SMP Islamiyah Sawangan Depok

0 4 104

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA TEKS WAWANCARA PADA SISWA KELAS VII SMP Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Menggunakan Media Teks Wawancara Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Sjarbini Gesi Sragen Tahun A

0 1 15

PENDAHULUAN Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Menggunakan Media Teks Wawancara Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Sjarbini Gesi Sragen Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 7

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA TEKS WAWANCARA PADA SISWA KELAS VII SMP Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Menggunakan Media Teks Wawancara Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Sjarbini Gesi Sragen Tahun A

0 2 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN MEDIA TEKS WACANA DIALOG PADA SISWA KELAS VIIA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN MEDIA TEKS WACANA DIALOG PADA SISWA KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA.

0 0 14

Peningkatan Keterampilan Menulis Hasil Wawancara Menjadi Bentuk Narasi dengan Teknik Menulis Berita Siswa Kelas VII F SMP Negeri 01 Kandeman, Batang Tahun Ajaran 2008/2009.

0 0 233

KEEFEKTIFAN TEKNIK DICTOGLOS PADA PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA.

0 0 176