BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA TUTURAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB KELAS XI JURUSAN BAHASA DI SMA ISLAM TA‟ALLUMUL HUDA BUMIAYU - repository perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia pada umumnya tergolong masyarakat dwibahasawan

  (bilingual). Hal ini terjadi karena umumnya masyarakat Indonesia menguasai dan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa daerah (Jawa, Sunda, Madura, dan lain-lain) dan bahasa Indonesia. Ada pula sebagian masyarakat yang multibahasawan karena selain menguasai bahasa daerah dan bahasa Indonesia, mereka juga menguasai dan menggunakan bahasa asing seperti bahasa Arab, Inggris, dan Belanda. Dalam penggunaan bahasa sering terjadi beberapa fenomena diantaranya, yaitu alih kode dan campur kode. Menurut Suwandi (2008: 86), alih kode adalah peralihan kode-kode di dalam sebuah tindak tutur yang teraktualisasi melalui sebuah proses yang bersifat individual, yakni ketika seorang penutur atau pembicara berpindah dari satu kode ke kode yang lain. Perpindahan tersebut terjadi secara relatif cepat dan terjadi pada tataran klausa atau kalimat. Sering sekali terjadi penutur harus berganti bahasa ketika akan berbicara dengan lawan tuturnya yang tidak menguasai bahasa penutur.

  Tidak hanya pergantian kode yang terjadi dalam peristiwa komunikasi, tetapi pencampuran antara dua kode sering terjadi. Pencampuran kode ini dilakukan karena antara penutur dan lawan tutur memiliki penguasan yang sama pada dua bahasa. Mereka tidak sadar ketika melakukan campur kode. Terkadang mereka dalam bertutur dengan sadar melakukan campur kode. Menurut Nababan (1984: 32), campur kode diartikan sebagai suatu keadaan berbahasa yang mencampurkan dua atau lebih bahasa dan ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (Speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa yang menuntut pencampuran bahasa.

  1 Peneliti pernah mendatangi SMA Islam Ta‟allumul Huda Bumiayu. Pada saat itu peneliti melakukan peliputan majalah sekolah. Peneliti bercakap-cakap dengan guru di depan kelas. Peneliti mendengar tuturan guru dan siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Arab. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut:

  (1) Guru : “Ahlan wasahlan!

  „Selamat datang!‟ (2) Siswa :

  “Ahlan bik Abi.” „Selamat datang Abi‟

  (3) Guru : “Kayfa halukh?”

  „Apa kabar?‟ (4) Siswa :

  “Bikhoiril Alhamdulillah. Abi bagaimana?” „Alhamdulillah baik.‟

  (5) Guru : “Bikhoiril Alhamdulillah.”

  (6) Guru : “Sekarang Abi akan menjelaskan mengenai kedudukan perempuan dalam Islam. Ini hanya sekedar cerita saja sebelum pembelajaran

  .” (7) Siswa :

  “Abi, apakah benar jika Islam itu tidak adil dengan perempuan?” (8) Guru :

  “Intahbih!” „Jangan bicara sembarangan!‟

  (9) Siswa : “Terus apa namanya kalau tidak adil?”

  (10) Guru : “Insyaallah perempuan itu diperlakukan adil terutama dengan lelaki yang bisa bertanggung jawab.

  Innallaha ma‟asobirin

  mengatasi segala ujian Allah sangat menyukai orang-orang yang dapat menjaga kesabarannya .”

  (11) Siswa : “Syukron ya Abi.” „Terima kasih ya Abi.‟

  (12) Guru : “Illaliko, selanjutnya kerjakan tugas halaman 5 pada buku Paket.” „Sama-sama‟, selanjutnya kerjakan tugas halaman 5 pada buku Paket

  .‟ Pada percakapan di atas dapat dilihat bahwa alih kode dan campur kode dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Arab. Pada tuturan 1 awalnya guru mengucapkan bahasa Arab lalu guru beralih kode ke bahasa Indonesia. Selanjutnya, pada tuturan 3 guru beralih kode ke bahasa Arab, yaitu “Kaifahaluk”. Pada tuturan 4 siswa beralih kode dari bahasa Arab, yaitu

  “Bikhoiril Alhamdulillah” ke bahasa Indonesia yaitu “Abi bagaimana?”. Pada tuturan 5 dan 6 guru beralih kode dari bahasa Arab yaitu Bikhoiril Alhamdulillah ke bahasa Indonesia, yaitu “Sekarang

  Abi akan menjelaskan mengenai kedudukan perempuan dalam Islam. Ini hanya sekedar ce rita saja sebelum pembelajaran.” Selanjutnya, pada tuturan 6 dan 8 guru beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab, yaitu

  “Intahbih”. Pada tuturan 9

  “Masa kelalen?”

  “Iya Pak.” Tuturan di atas mengandung campur kode. Tuturan tersebut dilakukan oleh guru.

  .” (14) Peneliti :

  (13) Guru : “Mba Isti tak tinggal dulu yah saya mau ngajar di kelas sebelah

  (12) Siswa : “Ouh!”

  (11) Peneliti : “Iya, kalau Mas Pras sekarang kuliah di Jogja Mba di UMP.”

  (10) Siswa : “Oh bareng Mas Pras yah Mba?”

  (9) Guru : “Ini Mba Isti angkatan 2011.”

  “Iya Pak wis suwe ora ketemu pangling he he he.”

  (8) Siswa :

  (7) Guru :

  dan 11 siswa beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab, yaitu “Syukron.”

  (6) Siswa : “Lupa Pak he he he.”

  (5) Guru : “Masih pada inget ga sama Mba yang satu ini?”

  (4) Peneliti : “Sehat Pak. Bapak bagaimana?”

  (3) Guru : “Sehat Mba?”

  (2) Siswa dan guru : “Wa‟allaikum salam.”

  (1) Peneliti : “Assalamualaikum.”

  Bumiayu dengan tujuan untuk bersilaturahmi. Peneliti mendatangi siswa yang sedang duduk di depan kelas bersama guru. Peneliti melakukan percakapan antara siswa dan guru. Percakapan tersebut antara lain sebagai berikut:

  Pada kesempatan lain, peneliti mendatangi SMA Islam Ta‟allumul Huda

  “Innallaha ma‟asobirin” mengatasi segala ujian Allah sangat menyukai orang-orang yang dapat menjaga kesabarannya. Pada tuturan 12 guru melakukan campur kode, yaitu “Illaliko, selanjutnya kerjakan tugas halaman 5 pada buku pak et”.

  Pada tuturan 10 guru melakukan campur kode, yaitu “Insyaallah, perempuan itu diperlakukan adil terutama dengan lela ki yang bisa bertanggung jawab.” Langsung dilanjutkan dengan tuturan

  Semula guru menggunakan bahasa Indonesia kemudian beralih kode ke bahasa Jawa, yaitu tuturan “Masa kelalen.” Pada tuturan (8) siswa ingin mengimbangi tuturan guru yang nomor (7). Sehingga siswa beralih kode ke bahasa Jawa. Pada tuturan (9) guru melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa.

  Kemudian, setelah bercakap-cakap dengan siswa, peneliti mendengarkan lagi tuturan antara guru dan siswa di kelas yang berbeda. Guru memerintah siswanya untuk membuat kelompok. Berikut ini merupakan tuturan yang dilakukan oleh guru pada saat memerintahkan siswanya untuk membuat kelompok.

  (1) Guru : “Anak-anak hari ini kita akan membuat kelompok masing- masing kelompok nanti saya acak!

  ” (2) Siswa :

  “Laah! milih dhewek bae rah Pak.” (3) Guru :

  “Aja Brisik!”

  „Jangan berisik!‟ (4) Siswa :

  “Laaah…!” Tuturan di atas mengandung alih kode dan campur kode. Pada tuturan (1) guru melakukan percampuran kode, yaitu dengan menggunakan bahasa Jawa. Guru semula menggunakan bahasa Indonesia, kemudian beralih ke bahasa Jawa. Tuturan tersebut termasuk campur kode. Pada tuturan (2) dan (4) siswa juga melakukan alih kode semula menggunakan bahasa Jawa.

  Pada kesempatan lain, peneliti mendapat pesan singkat dari guru BK untuk bersosialisasi tentang Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Peneliti mendatangi sekolah SMA

  Islam Ta‟allumul Huda Bumiayu. Peneliti diberi kesempatan bersosialisai di Jurusan Bahasa. Peneliti mendapatkan tuturan yang mengandung alih kode dan campur kode yang dilakukan oleh siswa. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut:

  (1) Peneliti : “Assalamu‟alaikum wr. wb. Bagaimana kabarnya kalian hari ini?”

  (2) Siswa : “Baik.”

  (3) Peneliti : “Lesu sekali jawaban salamnya, gini yah nanti kalau kakak nanya kabar, kalian jawab semangat luar biasa! Bagaimana kabar kalian hari ini?”

  (4) Siswa : “Semangat luar biasa.”

  (5) Peneliti : “Oke tepuk tangan untuk kalian semua. Ada yang tahu tidak kedatan gan kakak di kelas kalian ini?”

  (6) Siswa : “Goleti Nanang yah, apa dadi guru anyar nang kene, apa-apa yah embuh Mba ora ngerti!

  ” (7) Peneliti

  : “Kedatangan kakak di kelas kalian itu untuk mengajak bergabung di Universitas kesayangan kakak. Di manakah itu? ada yang tahu tidak!

  ” (8) Siswa

  : “UMP pasti yah Mba?” (9) Peneliti

  : “Loh, ko kalian sudah tahu?” (10) Siswa

  : “Itu di jaket Mba ada tulisannya ha ha ha.” (11) Peneliti

  : “Ini bukan jaket sayang…,tapi almamater.” (12) Siswa

  : “Oh…ha ha ha!” Tuturan di atas mengandung campur kode. Campur kode dilakukan oleh siswa. Pada tuturan (2) siswa menggunakan bahasa

  Jawa, yaitu “Baik”. Semula siswa melakukan tuturan menggunakan bahasa Indonesia, kemudian beralih kode ke bahasa Jawa. Pada tuturan (8) siswa beralih bahasa, yaitu dengan menggunakan bahasa Indonesia.

  Selanjutnya, peneliti sebelum bersosialisasi mengenai Universitas Muhammadiyah Purwokerto terlebih dahulu mendatangi ruang BK. Peneliti bertemu dengan guru bahasa Arab. Peneliti bercakap-cakap dengan guru tersebut. Berikut ini adalah percakapan peneliti dengan guru bahasa Arab.

  (1) Peneliti : “Assalamua‟alaikum.”

  (2) Guru : “ Waa‟alaikum salam, bagaimana punya kabar?”

  (3) Peneliti : “Alhamdulillah baik, Abi bagaimana punya kabar?”

  (4) Guru

  : “Bikhoiril alhmdulillah, gimana sekarang sudah lulus belum?”

  (5) Peneliti : “Belum, masih semester 6 doakan saja Bi semoga lancar.”

  (6) Guru : “Aamiin insyaallah.”

  (7) Peneliti : “Abi sekarang jarang lihatan yah Bi? biasanya sore-sore sama anaknya jalan- jalan he he he.”

  (8) Guru : “Abi sering lewati rumah kamu, tapi rumahnya selalu sepi.”

  (9) Peneliti : “He he he iya Bi di Purwokerto jarang pulang ke rumah, kalau di rumah juga jarang keluar. Maaf Bi lanjut nanti lagi yah saya mau sosialisasi dulu di Jurusan Bahasa

  .” (10) Guru :

  “Silakan-silakan!” Tuturan di atas mengandung campur kode. Pada tuturan (2) guru melakukan percampuran kode. Tuturan yang mengandung campur kode, yaitu

  “Bagaimana punya kabar?” Semula guru menjawab salam dengan menggunakan Bahasa Arab kemudian beralih ke bahasa Indonesia. Pada tuturan (3) peneliti juga ingin menyimbangi tuturan guru sehingga peneliti melakukan pe rcampuran kode, yaitu tuturan “Alhamdulillah.”

  Masyarakat Indonesia umumnya menggunakan dua bahasa dalam berkomunikasi. Dalam pembelajaran Bahasa asing, seringkali guru menggunakan lebih dari satu bahasa sebagai pengantarnya. Misalnya menggunakan bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Peneliti memilih pembelajaran bahasa Arab sebagai sumber penelitian karena pembelajaran Bahasa Arab merupakan pembelajaran bahasa asing.

  Dalam proses pembelajarannya guru dan siswa sering berganti bahasa supaya mudah memahami. Pada saat proses tanya jawab ataupun diskusi sering dijumpai adanya alih kode dan campur kode.

  Dari beberapa fenomena yang telah ditemukan, peneliti berasumsi bahwa kemungkinan masih banyak bentuk alih kode dan campur kode dalam proses pembelajaran. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai alih kode dan campur kode. Untuk mengetahui benar tidaknya asumsi peneliti tersebut, perlu dilakukan kajian secara empirik. Oleh karena itu, penelitian dengan judul Alih Kode dan Campur Kode pada Tuturan Guru dan Siswa dalam Proses

  Pembelajaran Bahasa Arab Kelas XI Jurusan Bahasa di SMA Islam Ta‟allumul Huda Bumiayu penting untuk dilakukan.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan fenomena tersbut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah macam-macam alih kode dan faktor-faktor penyebab yang terdapat pada tuturan guru dan siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Arab kelas XI Jurusan Bahasa di SMA

  Islam Ta‟allumul Huda Bumiayu?

  2. Bagaimanakah macam-macam dan faktor-faktor penyebab campur kode pada tuturan guru dan siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Arab kelas XI Jurusan Bahasa di SMA

  Islam Ta‟allumul Huda Bumiayu? C.

   Tujuan Penelitian

  1. Mendeskripsikan macam-macam alih kode dan faktor-faktor penyebab yang terdapat pada tuturan guru dan siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Arab kelas XI Jurusan Bahasa di SMA Islam Ta‟allumul Huda Bumiayu.

  2. Mendeskripsikan macam-macam campur kode dan faktor-faktor penyebab pada tuturan guru dan siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Arab kelas XI Jurusan Bahasa di SMA Islam Ta‟allumul Huda Bumiayu.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoretis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Arab, dan upaya pengembangan kajian keilmuan dalam linguistik, khususnya sosiolinguistik.

  2. Manfaat Praktis bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bagi peneliti, penelitian ini bisa menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang berbagai macam bentuk alih kode dan campur kode, serta faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode dalam pembelajaran Bahasa Arab.