BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Adinda Dwi Beauty Fatimah BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis

  1. Kehamilan

  a. Pengertian Periode antepatum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal periode antepartum. Sebaliknya, periode prenatal adalah kurun waktu terhitung sejak hari pertama haid terakhir hingga kelahiran bayi yang menandai awal periode pascanatal. (Varney, 2007 h. 492)

  b. Fisiologi Kehamilan 1) Fertilisasi

  Pembuahan/fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur di tuba fallopi, umumnya terjadi di ampula tuba, pada hari ke sebelas sampai empat belas dalam siklus menstruasi. (Siwi Walyani, 2015 h. 46)

  2) Hasil Pembuahan Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulai terjadi pembelahan zigot selama tiga hari (mulai 2 sel, 4 sel, 8 sel, dan 16 sel/blastomer). Setelah 3 hari sel-sel tersebut akan membelah membentuk buah arbei dari 16 sel disebut morula

  (4hari). Saat morulla memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga atau blastokel sehingga disebut blastokista (4,5-5 hari). Sel yang ada dibagian dalam disebut embriblas dan sel diluar disebut trofoblas. Zona pellusida akhirnya menghilang sehingga bisa memasuki dinding rahim (endometrium) dan siap berimplantasi (5,5-6 hari) dalam bentuk blastokista tingkat lanjut. (Kuswanti, 2014 h. 62)

  3) Implantasi Implantasi atau nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel telur yang telah dibuahi ke dalam endometrium. (Kuswanti, 2014 h. 63) Pada akhir minggu pertama (hari ke 5 sampai hari ke 7) zigot mencapai cavum uteri. Pada saat ini, uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari korpus luteum yang masih aktif, sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif (Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 55).

  4) Pembentukan Plasenta, Tali pusat dan Cairan Amnion

  a) Plasenta

  Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan bayi serta sebaliknya. Plasenta berbentuk bundar atau agak bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal kurang lebih 2,5 cm, beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta berbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. (Kuswanti, 2014 h. 70)

  Fungsi plasenta menurut Kuswanti (2014), yaitu sebagai nutrisasi (alat pemberi makan pada janin), respirasi (alat penyalur zat asam dan pembuang CO2), ekskresi (alat pengeluaran sampah metabolisme), produksi (alat yang menghasilkan hormon-hormon, imunisasi (alat penyalur bermacam-macam antibodi ke janin), dan pertahanan (alat yang menyaring obat- obatan dan kuman-kuman yang bisa melewati uri.

  b) Tali Pusat Merupakan penghubung antara plasenta dengan janin. Terdapat 2 pembuluh darah arteri dan vena umbilicalis yang terbungkus jelly wharton dengan panjang 30-100 cm, insersi normal di tengah plasenta.

  (Siwi Walyani, 2015 h. 52)

  c) Cairan amnion

  Amnion adalah selaput yang membatasi rongga amnion yang berisi cairan jenih seperti air yang sebagian dihasilkan oleh sel-sel amnion. Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan 1000-1500 cc, warna putih keruh, bau amis, berasa manis, reaksi agak alkali. Komposisi terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks caseosa dan garam organik (Siwi Walyani, 2015; h. 52) c. Tanda-tanda Kehamilan

  1) Tanda Tidak Pasti Kehamilan

  a) Amenorhoe Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenorea dapat diinformasikan dengan memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan tafsiran persalinan. (Siwi Walyani, 2015 h. 70). Untuk menghitung tafsiran persalinan dapat menggunakan rumus Naegele sebagai berikut, tanggal HPHT ditambahkan dengan 7 dan bulannya dikurang 3 dan tahunnya ditambah 1 atau tetap. (Yuli Aspiani, 2017 h. 42)

  b) Mual dengan atau tanpa muntah Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hiperemesis gravidarum. (Siwi Walyani, 2015 h. 70) c) Sering miksi

  Biasanya terjadi pada trimester pertama yang disebabkan oleh penekanan kandung kencing oleh pembesaran uterus. Gejala ini akan berkurang sampai hilang pada trimester kedua dan muncul kembali pada akhir kehamilan yang disebabkan penekanan kandung kemih oleh penurunan bagian terendah janin (kepala atau bokong). (Yuli Aspiani, 2017 h. 43)

  d) Konstipasi atau obstipasi Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus sehingga kesulitan BAB. (Siwi Walyani, 2015 h. 71).

  Menurut Yuli Aspiani (2017), hal ini disebabkan karena menurunnya tonus otot khusus oleh pengaruh hormone steroid.

  e) Payudara Tegang Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, yang disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar montgomery terlihat lebih membesar. (Kuswanti, 2014 h. 101)

  f) Pigmentasi Kulit Terjadi penumpukan melanin pada kulit dibagian tubuh tertentu terutama di bagian pipi dan dahi yang disebut dengan cloasma gravidarum. Garis middle abdomen juga mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap yang disebut dengan linea nigra. (Yuli Aspiani, 2017 h. 43).

  2) Tanda Kemungkinan Hamil Beberapa tanda kemungkinan hamil menurut Siwi Walyani (2015) :

  a) Pembesaran Perut Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan b) Tanda Hegar Adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri.

  c) Tanda Goodel Adalah pelunakan serviks. Pada wanita tidak hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.

  d) Tanda Chadwick Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga portio dan serviks. e) Tanda Piscaseck Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris.

  Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebuh dahulu.

  f) Teraba Ballotement Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.

  g) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human chorionic gonadotropin (hCG) yang di produksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon ini dapat mulai di deteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. 3) Tanda pasti hamil

  Menurut Yuli Aspiani (2017), tanda pasti hamil diantaranya : a) Denyut Jantung Janin, dengan stetoskop pada usia kehamilan 17-19 mnggu, dengan dopler pada usia kehamilan 10 minggu, dengan elektrokardiografi dapat mendeteksi sejak 48 hari setelah HPHT terakhir.

  b) Persepsi Gerakan Janin, terdeteksi oleh pemeriksa setelah usia kehamilan sekitar 20 minggu. c) Deteksi Kehamilan Secara Ultrasonografi Setelah 6 minggu, denyut jantung janin sudah terdeteksi. Kantung gestasi mulai dapat dilihat sejak usia kehamilan 4-5 minggu sejak menstruasi terakhir. Dan pada minggu ke 8, usia gestasi dapat diperkirakan secara cukup akurat.

  d. Adaptasi Fisiologi Ibu Hamil 1) Sistem Reproduksi

  Uterus berisi 5-10 liter, pada akhir kehamilan akan 500- 1000 kali lebih besar daripada keadaan tidak hamil. Berat kehamian aterm 1100 gram, tidak hamil 70 gram. Dinding lebih tipis. Serviks akan menjadi lebih lunak, perubahan warna kebiruan karena peningkatan vaskularisasi dan edema pada seluruh serviks, hipertrofi dan hiperplasi kelenjar serviks. (Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 68) Vagina terdapat bercak keunguan (Chadwick Sign) pada minggu ke 8 disebabkan oleh meningkatnya vaskularisasi sebagai leucorrhea dan meningkatkan rangsangan seksual. (Yuli Aspiani, 2017 h. 36) Ovarium tidak akan mengalami ovulasi selama kehamilan terjadi, maturasi folikel tidak tertunda dan payudara akan terasa nyeri karena hipertrofi alveoli mammae serta hiperpigmentasi areola. (Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 68)

  2) Sistem Kardiovaskuler

  Volume darah meningkat 30%-50%, tetapi tekanan darah tidak berubah. Pembentukan sel-sel darah merah meningkat tetapi terjadi hemodilusi, maka berkembang pseudoanemia yaitu penekanan pada vena cava menyebabkan gejalan sindrom supine hipotensi, statis vena, dan fibrin meningkat membuat wanita lebih mudah mengalami trombosis. (Yuli Aspiani, 2017 h. 37)

  3) Sistem Pernafasan

  a) Paru-paru dan pernafasan : letak diafragma berubah karena pertumbuhan janin, tidal volume meningkat, meningkatkan O2 dalam darah.

  b) Membran mukosa : pembengkakan umum terjadi, menyebabkan hidung tersumbat, sesak, dispnea dan seterusnya.

  (Yuli Aspiani, 2017 h. 37) 4) Sistem Gastrointestinal

  Tonus dan gerakan traktus gastrointestinal berkurang karena perpanjangan waktu pengosongan lambung dan memperlambat perjalanan dalam intestinum, terjadi hemoroid karen konstipasi dan peningkatan tekanan vena sekunder terhadap pembesaran uterus. (Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 69)

  5) Sistem Perkemihan

  Sering berkemih pada awal masa kehamilan disebabkan karena penekanan uterus pada kandung kemih (Yuli Aspiani, 2017 h. 37). 6) Sistem Endokrin

  a) Ovarium dan plasenta : corpus luteum membentuk estrogen dan progesteron. Plasenta juga membentuk HCG (Human Chorionic Gonadotropin), HPL (Human Placental Laktogen) dan HCT (Hematocrit).

  b) Kelenjar tiroid : membesar selama kehamilan, tetapi jumlah tiroksin tetap konstan.

  c) Kelenjar paratiroid : ukuran meningkat pada minggu ke 15-35, ketika kebutuhan janin meningkat.

  d) Pankreas : pembentukan insulin meningkat selama kehamilan, tetapi penyimpanan glikogen menjadi terbatas.

  e) Kelenjar hipoise : FSH (Follicle Stimulating Hormone), ditekan oleh HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang dijadikan plasenta. Prolactin meningkat selama kehamilan dan laktasi, oksitosin meningkat dan menstimulasi kontraksi otot uterus.

  f) Kelenjar adrenal : korlin meningkat tetapi epinefrin tetap konstan.

  (Yuli Aspiani, 2017 h. 36-37) 7) Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Penambahan berat badan yang diharapkan selama kehamilan bervariasi antara ibu yang satu dengan lainnya.

  Kenaikan BB selama hamil berdasarkan usia kehamilan : 10 mgg = 650 gram 20 mgg = 4000 gram 30 mgg = 8500 gram 40 mgg = 12500 gram (Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 73)

  e. Adaptasi Psikologis Ibu Hamil 1) Trimester I

  Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan. Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan. (Siwi Walyani, 2015 h.

  64) 2) Trimester II

  Tubuh wanita telah terbiasa dengan perubahan tingkat hormon yang tinggi, morning sickness telah hilang, ia telah menerima kehamilannya, dan telah menggunakan pemikiran yang konstruktif. Saat kehamilan memasuki trimester II, masalah baru muncul, yaitu gambaran penampilan tubuhnya selama hamil. Sebagian besar bumil memiliki citra tubuh yang negatif, yang akan semakin terasa seiring semakin besarnya kehamilan. (Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 75)

  3) Trimester III Trimester III sering disebut periode penantuan dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ibu menjadi lebih protektif terhadap bayi, mulai menghindari keramaian atau seseorang atau apapun yang ia anggap berbahaya. Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri, seperti : apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran, apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cidera akibat tendangan bayi. (Siwi Walyani, 2015 h. 67) f. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

  1) Kebutuhan Fisik

  a) Nutrisi (1) Kalori

  Di Indonesia, kebutuhan kalori untuk orang tidak hamil adalah 2000 Kkal, sedang untuk ibu hamil dan menyusui masing-masing adalah 2300 dan 2800 kkal. Kalori dipergunakan untuk produksi energi. Bla kurang energi akan diambil dari pembakaran protein yang mestinya dipakai untuk pertumbuhan.

  (2) Protein Protein sangat dibutuhkan untuk perkembangan buah kehamilan yaitu untuk pertumbuhan janin, uterus, dan plasenta. Bila wanita tidak hamil, konsumsi protein yang ideal adalah 0,9 gram/kgBB/hari tetapi selama kehamilan dibutuhkan tambahan protein hingga 30 gram/hari.

  (3) Mineral Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan makanan sehari-hari yaitu buah- buahan, sayur-sayuran, dan susu. Hanya besi yang tidak bisa terpenuhi dengan makan sehari-hari.

  Kebutuhan akan besi pada pertengahan kedua kehamilan kira-kira 17mg/hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30 mg/hari dan pada kehamilan kembar atau wanita yang anemia dibuthkan 60-100mg/hari. Kebutuhan kalsium umumnya terpenuhi dengan minum susu.

  (4) Vitamin Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan buah-buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin, pemberian asam folat terbukti mencegah kecacatan pada janin.

  (Kuswanti, 2014 h. 118-119)

  b) Personal Hygiene Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor yag banyak mengandung kuman-kuman. (Siwi walyani, 2015 h. 98)

  c) Eliminasi (1) BAK

  Trimester I : frekuensi BAK meningkat karena kandung kencing tertekan oleh pembesaran uterus.

  Trimester II : frekuensi BAK normal kembali karena uterus telah keluar dari rongga panggul Trimester III : frekuensi BAK meningkat karena penurunan kepala ke PAP.

  (2) BAB Defekasi menjadi tidak teratur karena :

  (a) Pengaruh relaksasi otot polos oleh estrogen (b) Tekanan uterus yang membesar

  (c) Pada kehamilan lanjut karena pengaruh tekanan kepala yang telah masuk panggul.

  d) Istirahat Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal, dan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganja dengan bantal pada perut bawah sebelah kiri. (Kuswanti, 2014 h. 123)

  2) Kebutuhan Psikologis

  a) Support Keluarga Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekat.

  b) Support Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan harus mampu mengenali tantang keadaan yang ada disekitar ibu hamil atau pasca bersalin.

  g. Antenatal Care (Pemeriksaan Ibu Hamil) Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan. (Mufdillah, 2009 dalam Siwi Walyani, 2015).

  (Yuli Aspiani, 2017 h. 46) Menurut Siwi Walyani (2015), pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan sekarang menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T, yakni 1) Timbang berat badan tinggi badan

  Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam nyawanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal : 1) Satu kali kunjungan selama trimester I (sebelum 14 minggu) 2) Satu kali kunjungan selama trimester II (antara mingu 14-28) 3) Dua kali kunjungan selama trimester III (antara minggu 28- 40 minggu)

  Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran < 145 cm. Berat badan ditimbang setiap ibu datang atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB.Kenaikan BB ibu hamil normal rata

  • – rataantara 6,5 kg sampai 16 kg.

  2) Tekanan darah Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung. Deteksi tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun dibawah normal kita pikirkan kearah anemia. Tekanan darah normal berkisar sistole/diastole : 110/80

  • – 120/80 mmHg. 3) Pengukuran tinggi fundus uteri

  Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh ditekan)

  4) Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe) Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan pertumbuhan janin. 5) Pemberian imunisasi TT

  Untuk melindungi dari tetanus neonatorum. Efek samping TT yaitu nyeri, kemerah

  • – kemerahan dan bengkak untuk 1 – 2 hari pada tempat penyuntikan.

  6) Pemeriksaan Hb Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan.

  Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.

  7) Pemeriksaan protein urine Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil.

  Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi.

  8) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL

  Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratoty (VDRL) untuk mengetahui adanya treponema pallidum/penyakit menular seksual, antara lain syphilish.

  9) Pemeriksaan urine reduksi Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan ibu dengan indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan suami. 10) Perawatan payudara

  Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara yang ditunjukkan kepada ibu hamil. Manfaat perawatan payudara adalah :

  a) Menjaga kebersihan payudara, terutama putting susu

  b) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk puting susu (pada putting susu terbenam)

  c) Merangsang kelenjar

  • – kelenjar susu sehingga produksi ASI lancar

  d) Mempersiapkan ibu dalam laktasi Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan mulai pada kehamilan 6 bulan.

  11) Senam ibu hamil Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta mencagah sembelit. 12) Pemberian obat malaria

  Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk pada ibu hamil didaerah endemik malaria atau kepada ibu dengan gejala khas malaria yaitu panas tinggi disertai menggigil. 13) Pemberian kapsul minyak beryodium

  Kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor

  • – faktor lingkungan dimana tanah dan air tidak mengandung unsur yodium. Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretin yang ditandai dengan :

  a) Gangguan fungsi mental

  b) Gangguan fungsi pendengaran

  c) Gangguan pertumbuhan

  d) Gangguan kadar hormon yang rend 14) Temu Wicara

  Adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya.

  Jadwal pemeriksaan ANC : 1) Pemeriksaan Pertama

  Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.

  2) Pemeriksaan Ulang

  a) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan

  b) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan c) Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan.

  h. Kehamilan dengan Penyulit 1) Anemia pada Kehamilan

  Menurut Varney (2007; h. 623), anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan kadar haemoglobin didalam sirkulasi darah. Untuk wanita tidak hamil disebut anemia apabila kadar Hb kurang dari 12,0 gram per 100 mililiter. Sedangkan untuk wanita hamil, nilai normal Hb yaitu 10,0 gram per 100 mililiter. Tanda gejala anemia antara lain letih, sering mengantuk, pusing, lemah, nyeri kepala, dan kulit pucat.

  Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan memengaruhi jumlah sel darah normal pada kehamilan. Terdapat peningkatan jumlah sel darah merah didalam sirkulasi, namun jumlahnya tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma. Ketidakseimbangan ini akan menyebabkan penurunan kadar haemoglobin. Peningkatan kadar eritrosit juga merupakan salah satu penyebab peningkatan kebutuhan akan zat besi selama kehamilan sekaligus untuk janin (Varney, 2007; h. 623). Pemberian konseling tentang pengaturan diet sangat penting diberkan karena zat besi lebih mudah diserap dari bahan makanan dibanding zat besi oral. Zat besi heme terkandung dalam sayuran hijau, daging merah, kuning telur, hati, tiram, dan beberapa sereal (Varney, 2007; h. 624) 2) Letak Lintang

  Adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu, sedangkan bokong pada sisi yang lain. (Sarwono, 2005 dalam Yuli Aspiani 2017 h. 302) Etiologi letak lintang menurut Mochtar (1998) dalam Yuli Aspiani (2017) :

  a) Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensepalus, plasenta previa, dan tumor- tumor pelvis.

  b) Gemelli (kehamilan ganda)

  c) Kelainan uterus

  d) Lumbal scoliosis

  e) Janin sudah bergerak pada hidramnion, multi paritas, anak kecil, atau sudah mati f) Kandung kemih serta rektum penuh Penatalaksaan letak lintang menurut Yuli Aspiani (2017), yaitu : a) Pada kehamilan

  Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 30 minggu posisi lutut dada, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan.

  b) Pada Persalinan Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obstetri jelek lakukan SC. Jika janin mati lakukan embriotomi. Beberapa literatur menyebutkan salah satu penanganan dari letak lintang yaitu versi luar atau

ECV (Eksternal Cephalic Version). Versi adalah memutar

  janin menjadi presentasi kepala dengan manipulasi eksternal. Versi luar adalah manipulasi sepenuhnya dilakukan melalui dinding abdomen. Adapun komplikasi dari tindakan versi luar diantaranya solusio plasenta, ruptur uteri, emboli air ketuban, hemorrhagia fetomaternal, persalinan preterm, fraktur femur janin, lilitan tali pusat, ketuban pecah, gawat janin, hingga IUFD.

  (Jurnal Penelitian dari Lisa Dwi Astuti, 2012)

  2. Persalinan

  a. Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan. (Manuaba, 1998 dalam Shofa Ilmiah, 2015) b. Etiologi Persalinan

  Beberapa teori timbulnya persalinan menurut Mochtar (1998) dalam Yuli Aspiani (2017), yaitu : 1) Teori Penurunan Hormon

  Satu sampai dua minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.

  Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun. 2) Teori Plasenta menjadi Tua

  Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim. 3) Teori Distensi Rahim

  Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulase user 0 – plasenter. 4) Teori Iritasi Mekanik

  Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus franskenhouser). Bila ganglion ini digeser dan tekanan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

  c. Tanda dan Gejala dimulainya Proses Persalinan Menurut Wagiyo dan Putrono (2016), terdapat 2 macam tanda dan gejala dimulainya persalinan, yaitu : 1) Tanda-tanda palsu

  His dengan interval tidak teratur, frekuensi semakin lama tidak mengalami peningkatan, rasa nyeri saat kontraksi hanya bagian depan, tidak keluar lendir dan darah, tidak ada perubahan serviks uteri, dan bagian presentasi janin tidak mengalami penurunan. 2) Tanda-tanda pasti

  His dengan interval teratur, frekuensi semakin lama semakin meningkat baik durasi maupun intensitasnya, rasa nyeri menjalar mulai dari bagian belakang ke bagian depan, keluar lendir dn darah, serviks uteri mengalami perubahan dari melunak, menipis, dan berdilatasi, dan bagian presentasi janin mengalami penurunan.

  d. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan 1) Power/Tenaga

  Power utama pada persalinan adalah tenaga/kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.

  Gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi sementara waktu disebut kontraksi. Kontraksi ini terjadi diluar sadar sedangkan retraksi mengejan adalah tenaga kedua (otot-otot perut dan diafragma) digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga dipakai untuk mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang dihasilkan oleh otot-otot volunter ibu. (Yuli Aspiani, 2017 h.

  209) Menurut Shofa Ilmiah (2015), kontraksi uterus atau his yang normal mempunyai sifat simetris, fundus dominan, relaksasi, involuntir atau terjadi diluar kehendak, intermitten (terjadi secara berkala), terasa sakit, dan terkoordinasi.

  2) Passage (Jalan Lahir) Janin harus berjalan lewat rongga panggul atau serviks dan vagina sebelum dilahirkan untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi pula tahanan atau resisten yang ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan sekitarnya. (Yuli Aspiani, 2017 h. 209) Menurut Shofa Ilmiah (2015), passage terdiri dari :

  a) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul) : (1) Os. Coxae (Os. Illium, Os. Ischium, dan Os. Pubis) (2) Os. Sacrum = promontorium (3) Os. Coccygis

  b) Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen Pintu Panggul

  (1) Pintu Atas Panggul (PAP) = disebut inlet dibatasi oleh promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis. (2) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica disebut middlet.

  (3) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis disebut outlet.

  (4) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan outlet.

  Adapun bidang-bidang hodge menurut Kuswanti (2014), yaitu : a) Hodge I yaitu bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul (PAP) dengan bagian atas symphisis dan promontorium.

  b) Hodge II yaitu sejajar dengan hodge I, terletak setinggi bagian bawah symphysis.

  c) Hodge III yaitu sejajar dengan hodge I dan II, terletak setinggi spina ischiadica kanan dan kiri.

  d) Hodge IV yaitu sejajar dengan hodge I, II, III, terletak setinggi os coccygis.

  3) Passanger Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan bagian janin yang paling penting adalah kepala janin selain itu disertai dengan plasenta selaput dan cairan ketuban atau amnion. (Yuli Aspiani, 2017 h. 209) 4) Psikologis

  Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak terpenuhi paling tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya. Prognosis keseluruhan wanita tersebut yang berkenan dengan kehadiran anaknya terkena akibat yang merugikan. (Yuli Aspiani, 2017 h. 209) Menurut Shofa Ilmiah (2015), psikologis meliputi :

  a) Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan persiapan intelektual b) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya

  c) Kebiasaan adat

  d) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu 5) Penolong

  Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan. (Shofa Ilmiah, 2015 h. 30)

  e. Tahapan Persalinan 1) Kala I

  Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm, disebut juga kala pembukaan. Secara klinis partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show) yang berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan mendatar. (Shofa Ilmiah, 2015 h. 4) Menurut Yuli Aspiani (2017), kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu : a) Fase Laten

  Dimulainya sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

  Pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung dibawah 8 jam.

  b) Fase Aktif Dapat dibedaan menjadi 3 fase :

  (1) Akselerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm yang membutuhkan waktu 2 jam (2) Dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam (3) Deselarasi : pembukaan menjadi lambat, dari 9 menjadi 10 cm dalam waktu 2 jam.

  2) Kala II Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

  Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran. (Yuli Aspiani, 2017 h. 210)

  Menurut Yuli Aspiani (2017), tanda gejala kala II yaitu :

  a) Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

  b) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vaginanya.

  c) Perineum terlihat menonjol

  d) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

  3) Kala III Setelah bayi lahir, uterus keras dengan fundus uteriagak diatas pusat. Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya (6 hingga 15 menit) setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan sedikit tekanan pada bagian fundus uteri. Lepasnya plasenta dan keluarnya dari dalam uterus biasanya disertai dengan pengeluaran darah. (Wagiyo dan Putrono, 2016 h. 202)

  4) Kala IV Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitude 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk thrombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan thrombus terjadi penghentian pengeluaran darah post partum. Kekuatan his dapat dirasakan ibu saat menyusui bayinya karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior. Pada kala IV dilakukan observasi kesadaran ibu, pemeriksaan TTV, kontraksi uterus, perdarahan, tinggi fundus uteri, dan kandung kemih. (Yuli Aspiani, 2017 h. 212) f. Asuhan Persalinan Normal

  Dalam buku Asuhan Persalinan Normal oleh Widia Shofa Ilmiah (2015), langkah-langkah pertolongan persalinan normal, adalah sebagai berikut : 1) Mendengar dan melihat tanda gejala kala II :

  a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran (doran)

  b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina (teknus) c) Perineum tampak menonjol (perjol)

  d) Vulva dan sfingter ani membuka (vulka) 2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk mneolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu daan BBL

  (Untuk asfiksia sediakan tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt (dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi), menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi, siapkan oksitosin 10 unit dan spuit steril sekali pakai didalam partus set).

  3) Pakai celemek plastik

  4) Mencuci tangan dan keringkan dengan tissue/handuk 5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang digunakan untuk PD 6) Masukkan oksitosin ke dalam spuit (gunkan tangan yang memakai sarung tangan DTT/steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada spuit). 7) Membersihkan vulva dan perineum, mengusapnya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapan DTT

  8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap (bila selaput kektuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi)

  9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

  10) Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120- 160x/menit)

  11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukanposisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya. 12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman) 13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai plihannya, kecuali posisi terlentang dalam waktu lama, anjurkan ibu istirahat diantara kontranksi.

  d) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu, berikan asupan cairan peroral yang cukup.

  14) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai, segera rujuk bayi jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit meneran (primigravida) atau 60 menit meneran (multigravida).

  15) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 16) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter

  5-6 cm

  17) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.

  18) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 19) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan 20) Setelah tampak kepala bayi denga diameter 5-6 cm membuka vulva, maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

  21) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi. 22) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  23) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

  24) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

  25) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki serta pegang masing-masing kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.

  26) Lakukan penilaian selintas 27) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan? 28) Apakah bayi bergerak aktif?

  Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi 29) Keringkan tubuh bayi 30) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal) 31) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik 32) Dalam wakt 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)

  33) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

  34) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

  a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

  b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kembudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci dengan sisi lainnya.

  c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan 35) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke bayi, letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu. 36) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi 37) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva 38) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tanan lain menegangkan tali pusat. 39) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

  a) Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnyadan ulangi prosedur diatas.

  b) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

  c) Lakukan penegangan tali pusat dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti proses jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso kranial)

  d) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

  e) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat : (1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM (2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh (3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan (4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

  (5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan segera lakukan plasenta manual. 40) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

  41) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan talapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

  42) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik dan tempat khusus. 43) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

  Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.

  44) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak erjadi perdarahan pervaginam 45) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu paling sedikit 1 jam

  (a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit.

  (b) Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit.

  (c) Setelah satu jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K, 1 mg IM di paha kiri anterolateral. (d) Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berian suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral.

  46) Lanjutkan pemantauan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

  a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

  b) Setiap 15 menit pertama pada 1 jam pertama pasca persalinan c) Setiap 20-30 menit pasca persalinan

  d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri. 47) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi 48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah 49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. 50) Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik serta suhu tubuh normal.

  51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi.

  52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang sesuai 53) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 54) Pastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu memberi

  ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

  55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% 56) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balik bagian dalam ke luar dan redam dalam larutan klorin

  0,5% selama 10 menit. 57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. 58) Lengkapi partograf, periksa tanda-tanda vital dan asuhan kala IV.

  g. Partograf (Wagiyo dan Putrono, 2016; h. 270) Partograf adalah alat pencatatan persalinan untuk menilai keadaan ibu, janin dan seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan dari persalinan, sehingga untuk menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan. Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan. Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu (horizontal).

  Daerah sebelah kiri garis waspada merupakan garis observasi. Daerah diantara garis waspada dan garis bertindak merupakan daerah perlu pertimbangan untuk merujuk atau mengambil tindakan sedangkan daerah disebelah kanan garis tindakan adalah daerah harus segera bertindak.

  h. Persalinan dengan Penyulit 1) CPD (Chephalopelvic Disproportion)

  Abnormalitas panggul dimana sering terjadi ketika kepala fetus terlalu besar untuk melalui rongga pelvis. Ini dapat terjadi bila kepala terlalu besar. Panggul kecil dapat disebabkan oleh karena penyakit rakhitis yang terjadi pada masa anak-anak, menyebabkan kelainan bentuk pada pelvis (Yuli Aspiani, 2017; h. 261). Bentuk panggul wanita yang paling ideal untuk persalinan adalah bentuk

  gynekoid.

  Kelainan bentuk atau ukuran panggul dapat diketahui dari anamnesa dan pemeriksaan yang baik. Anamnesis perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, ada/tidaknya penyakit rachitis, patah tulang panggul, coxitis dan sebagainya. Pada keadaan panggul patologik, anak dengan berat janin diatas

  2500 gram akan sulit dilahirkan (Wagiyo dan Putrono, 2016;

  h. 352) 2) Partus Lama

  Partus lama adalah suatu persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam dimana kala 1 berlangsung lebih dari 20 jam dan kala 2 lebih dari 2 jam. (Depkes RI, 2005 dalam Yulia Aspiani, 201 h. 241) Menurut Yuli Aspiani (2017), partus lama jika tidak segera diakhiri akan menimbulkan : a) Kelelahan pada ibu karena mengejan terus-menerus sedangkan intake kalori biasanya berkurang.

  b) Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena intake cairan yang kurang.

  c) Gawat janin sampai kematian karena asfiksia dalam jalan lahir.

  d) Infeksi rahim, timbul karena ketuban pecah lama sehingga terjadi infeksi rahim yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril.

  e) Perlukaan jalan lahir, timbulkan persalinan yang traumatik.

  Menurut Wiknjosastro (1999) dalam Yuli Aspiani (2017), penatalaksanaan pada klien dengan partus lama : a) Penatalaksanaan umum :