MAKALAH BESAR PENDIDIKAN PANCASILA INDONESIA

BAGIAN II
PEMBAHASAN

BAB 1
HUKUM DASAR KONSTITUSI
A. Definisi Konstitusi Menurut Para Ahli
1. Herman Heller. Konstitusi mempunyai arti yang lebih luas daripada undangundang Dasar. Konstitusi tidah hanya bersifat yuridis, tetapi mengandung
pengertian sosiologisdan politis.
2. Oliver Cromwell. Undang-undang Dasar itu merupakan “instrumen of
govermen”, yaitu bahwa Undang-undang dibuat sebagai pegangan untuk
memerintah. Dalam arti ini, Konstitusi identik dengan Undang-undang dasar.
3. F. Lassalle. Konstitusi

sesungguhnya menggambarkan

hubungan antara

kaekuasaan yang terdapat didalam masyarakat seperti golongan yang
mempunyai kedudukan nyata didalam masyarakat, misalnya kepala negara,
angkatan perang, partai politik, buruh tani, pegawai, dan sebagainya.
4. Prayudi Atmosudirdjo. Konstitusi adalah hasil atau produk sejarah dan proses

perjuangan bangsa yang bersangkutan, Konstitusi merupakan rumusan dari
filsafat, cita-cita, kehendak dan perjuangan suatu bangsa. Konstitusi adalah
cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas dan kebudayaan suatu bangsa.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa konstitusi memiliki dua
pengertian yaitu :
1. Konstitusi dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau
undang-undang Dasar.
2. Konstitusi dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undangundang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat :
1. Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan
Negara.
2. Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-Undang Dasar dan
bearjalan sejajar.

1

3. Diterima oleh rakyat negara.
4. Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak
terdapat dalam Undang-undang Dasar.

B. Hukum Dasar Konstitusi
Konstitusi sebagai hukum dasar memuat aturan-aturan dasar atau pokokpokok penyelenggaraan bernegara, yang masih bersifat umum atau bersifat garis
besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.
Apabila dikaitkan dengan teori jenjang norma hukum dari Hans Nawiaski, maka
dasar negara pancasila sebagai Staatfundamentalnorm/norma fundamental negara,
dan undang-undang dasar negara 1945 sebagai staatgrundgesetz atau aturan dasar
atau pokok negara.
Dahulu konstitusi digunakan sebagai penunjuk hukum penting biasanya
dikeluarkan oleh kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum konon
untuk menandakan keputusan subsitusi tertentu terutama dari Paus.Konstitusi pada
umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan
untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun dalam pengertian
ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis
(formal). Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi
harus diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan
keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi Konstitusi bagi organisasi
pemerintahan negara yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas
strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum akan tetapi mengandung pula
arti konstitusi ekonomi.
C. Jenis-Jenis Konstitusi

Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu konstitusi tertulis (Written Constitution)
dan konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Ini diartikan seperti halnya
“Hukum Tertulis” (geschreven Recht) yang termuat dalam undang-undang dan
“Hukum Tidak Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan.

2

1. Konstitusi tertulis atau UUD
Yaitu suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok badanbadan pemerintaha suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja
badan-badan tersebut. paada umumnya, semua negara didunia dewasa ini
mempunyai konstitusi tertulis.
a.

Ciri-ciri UUD
Setiap UUD memuat ketentuan mengenai soal-soal sebagai berikut :
 Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam negara federal, pembagian
kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara-negara
bagian, prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yurisdiksi oleh
salah satu badan pemerintah, dan sebagainya.

 Hak-hak asasi manusia (biasanya disebut Bill Of Rights jika
berbentuk naskah tersendiri).
 Prosedur pengubahan UUD.
 Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari
UUD.Hal ini, biasanya terdapat jika para penyusun UUD ingin
menghindari terulangnya kembali hal-hal yang baru saja diatasi seperti
munculnya seorang diktator atau kembalinya suatu monarki.

b. Sifat UUD
Sifat-sifat UUD antara lain :
 UUD lebih besar kewibawaanya daripada konversi.
 pelanggaran terhadap UU lebihmudah diketahui dan dapat diambil
tindakan lebih cepat.
 UUD biasanya terang dan tegas perumusannya. Konvensi biasanya
timbul dari kebiasaan dan terkadang sulit menetapkan kapan suatu
kebiasaan menjadi konvensi.
 Adanya kepastian hukum dalam masyarakat.

3


2. Konstitusi Tidak Tertulis atau Konvensi
Konstitusi tidak tertulis (nondokumentary constitution) atau konvensi yaitu
peraturan yang tidak tertulis yang timbul dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara. Konstitusi tidak tertulis / konvensi merupakan
kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.
a.

Syarat dan Sifat Konvensi
Konvensi mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
 Merupakan kebiasaan yang terus berulang dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara.
 Tidak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar.
 Diterima oleh Seluruh Rakyat.
 Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturanaturan dasar yang tidak terdapat dalam UUD.
Dalam karangan “Constitution of Nations”, Amos J. Peaslee menyatakan

hampir semua negara di dunia mempunyai konstitusi tertulis, kecuali Inggris dan
Kanada. Di beberapa negara terdapat dokumen yang menyerupai konstitusi, namun
oleh negara tersebut tidak disebut sebagai konstitusi. Dalam buku yang berjudul
The Law and The Constitution, Ivor Jenning menyebutkan di dalam dokumen

konstitusi tertulis yang dianut oleh Negara-negara tertentu yang mengatur tentang:
1. Adanya wewenang dan tata cara bekerja suatu lembaga kenegaraan.
2. Adanya ketentuan hak asasi yang dimiliki oleh warga negara yang diakui dan
dilindungi oleh pemerintah.
Tidak semua lembaga-lembaga pemerintahan dapat diatur dalam poin 1 dan tidak
semua hak-hak warga negara diatur dalam poin 2. Seperti halnya di negara Inggris.
Dokumen-dokumen yang tertulis hanya mengatur beberapa lembaga negara dan
beberapa hak asasi yang dimiliki oleh rakyat, satu dokumen dengan dokumen
lainya tidak sama.
Ada konstitusi yang materi muatannya sangat panjang dan sangat pendek.
Konstitusi yang terpanjang adalah India dengan 394 pasal. Kemudian Amerika

4

Latin seperti uruguay 332 pasal, Nicaragua 328 pasal, Cuba 286 pasal, Panama 271
pasal, Peru 236 pasal, Brazil dan Columbia 218 pasal, selanjutnya di Asia, Burma
234 pasal, di Eropa di Belanda 210 pasal. Konstitusi terpendek adalah Spanyol
dengan 36 pasal, Indonesia 37 pasal, Laos 44 pasal, Guatemala 45 pasal, Nepal 46
pasal, Ethiopia 55 pasal, Ceylon 91 pasal dan Finlandia 95 pasal.
(Sumber : http://jadibocah.blogspot.com/2012/11/macam-macam-konstitusi.html


6 Desember 2014)
D. Tujuan Konstitusi
Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk
keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan
yang ada di tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan
karena sumber utama dari hukum tata negara adalah konstitusi atau UndangUndang Dasar, akan lebih jelas dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu
sendiri. Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama dengan hukum, namun
tujuan dari konstitusi lebih terkait dengan:
1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya masingmasing.
2. Hubungan antar lembaga negara.
3. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara (rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.
5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak
menjamin bahwa konstitusi tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara yang
memiliki lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun
memiliki peranan yang tidak kalah penting dengan lembaga-lembaga yang terdapat
di dalam konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak asasi manusia yang diatur diluar
konstitusi mendapat perlindungan lebih baik dibandingkan dengan yang diatur di

dalam konstitusi.Dengan demikian banyak negara yang memiliki aturan-aturan

5

tertulis di luar konstitusi yang memiliki kekuatan yang sama denga pasal-pasal
yang terdapat pada konstitusi.
Konstitusi selalu terkait dengan paham konstitusionalisme. Walton H.
Hamilton menyatakan “Constitutionalism is the name given to the trust which men
repose in the power of words engrossed on parchment to keep a government in
order. Untuk tujuan to keep a government in order itu diperlukan pengaturan yang
sede-mikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat
dibatasi dan dikendalikan sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan
membatasi kekua-saan ini secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk
merespons perkembangan peran relatif kekuasaan umum dalam kehidupan umat
manusia.
E. Kedudukan Konstitusi
Dalam kehidupan suatu Negara, konstitusi mempunya kedudukan resmi atau
formal yang relatif sama dengan konstitusi Negara-negara lain yaitu:
1. Konstitusi sebagai Hukum Dasar. Konstitusi sebagai hukum dasar karena
berisikan aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang mendasar

dalam kehidupan suatu Negara, seperti secara khusus memuat aturan tentang
Lembaga-Lembaga serta kewenangannya.
2. Konstitusi sebagai Hukum Tertnggi. Konstitusi sebagai hukum artinya aturanaturan yang ada dibawahnya harus sesuai dan atau tidak bertentangan dengan
konstitusi serta harus ditaati bukan hanya oleh rakyat saja melainkan juga harus
ditaati oleh penguasa atau pemerintah.
F. Sifat Konstitusi
Konstitusi Negara ada yang bersifat luwes/supel (flexible) dan ada pula
bersifat kaku (rigid). Konstitusi dikatakan luwes/supel/flexible apabila konstitusi
memungkinkan

untuk

adanya

perubahan

sewaktu-waktu

sesuai


dengan

perkembangan masyaraktnya atau perkembangan zaman, contohnya konstitusi di
Inggris dan Selaindi Baru. Sedangkan konstitusi dikatakan kaku/rigid apabila

6

konstitusi itu dalam perubahannya melalui prosedur yang sangat sulit dengan
maksud agar tidak mudah diubah hukum dasarnya atau konstitusi tersebut,
contohnya konstitusi di Amerika, Kanada, Jerman Indonesia.
G. Nilai konstitusi
1. Nilai normatif
Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa
dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal),
tetapi juga nyata berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan
dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
2. Nilai nominal
Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetapi
tidak sempurna. Ketidaksempurnaan itu disebabkan pasal – pasal tertentu tidak
berlaku / tidsak seluruh pasal – pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku

bagi seluruh wilayah negara.
3. Nilai semantik
Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan
penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan
konstitusi sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaan politik.
(Sumber : http://www.pustakasekolah.com/pengertian-konstitusi.html 6 Desember
2014)

7

BAB 2
UNDANG-UNDANG DASAR (UUD) 1945
A. PengertianUndang-UndangDasar 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau
disingkat UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis,dan juga konstitusi pemerintahan
negara Republik Indonesia saat ini. Undang-Undang Dasar 1945 adalah
keseluruhan naskah yang terdiri dari Pembukaan dan pasal-pasal (Pasal II Aturan
Tambahan). Pembukaan terdiri atas 4 Alinea, yang di dalam Alinea keempat
terdapat rumusan dari Pancasila, dan Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945
terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI) dan 72 pasal (pasal 1 sampai
dengan pasal 37), ditambah dengan 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan
Tambahan. Bab IV tentang DPA dihapus, dalam amandemen keempat penjelasan
tidak lagi merupakan kesatuan UUD 1945.
B. Keseluruhan Naskah
Naskah UUD 1945 resmi telah dimuat dan disiarkan dalam “Berita
Republik Indonesia” Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946, suatu
penerbitan resmi Pemerintah RI. Sebagaimana kita ketahui Undang-Undang Dasar
1945 itu telah ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indoneisa (PPKI)
dan mulai berlaku pada tanggal 18 Agustus 1945. Rancangan UUD 1945
dipersiapkan oleh suatu badan yang bernama Badan Penyelidik Usaha-usaha
Pesiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Tjoosakai,
suatu badan bentukan Pemerintah Penjajah Jepang untuk mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan dalam rangka persiapan kemerdekaan Indonesia.
Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 merupakan satu kebulatan yang
utuh, dengan kata lain merupakan bagian-bagian yang satu sama lainnya tidak dapat

8

dipisahkan. Dengan demikian pengertian UUD 1945 dapat digambarkan sebagai
berikut:
 UUD 1945
 Pembukaan
 Terdiri dari: 4 Alinea
 Alinea 4 : Terdapat rumusan Sila-sila dari Pancasila dan Pasal
 Pasal
 Terdiri dari : Bab I s.d. Bab XVI (20 Bab)
 Pasal 1 s.d. Pasal 37 (72 Pasal), ditambah 3 Pasal Aturan Peralihan
 dan 2 Pasal Aturan Tambahan.
C. Hukum Dasar Tertulis
1. Sifat UUD 1945
a.

UUD 1945 bersifat supel (elastis)
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat itu terus
berkembang dan dinamis. Negara Indonesia akan terus tumbuh dan
berkembang seiring dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, bangsa
Indonesia harus tetap menjaga supaya sistem Undang-Undang Dasar tidak
ketinggalan zaman.

b. Rigid (memuat aturan pokok dan terdiri dari 37 pasal)
Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan
perundang-undangan yang lain, serta hanya dapat diubah dengan cara
khusus dan istimewa. Undang-undang dasar hanya memuat 37 pasal.
Pasal-pasal lain hanya memuat peralihan dan tambahan. Maka rencana ini
sangat singkat jika dibandingkan dengan undang-undang dasar Pilipina.
Maka telah cukup jika Undang-undang Dasar hanya memuat aturan-aturan
pokok, hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada
pemerintah

pusat

dan

penyelenggara

9

negara

lainnya

untuk

menyelenggarakan kehidupan bernegara. Hukum dasar yang tertulis hanya
memuat

aturan-aturan

pokok,

sedangkan

aturan-aturan

yang

menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepeda undang-undang
yang lebih mudah caranya membuat, merubah dan mencabut. Perlu
senantiasa diingat dinamika kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.
Masyarakat dan negara Indonesia tumbuh, jaman berubah, oleh karena itu
dinamika kehidupan masyarakat dan negara tidak bisa dihentikan.
Berhubungan dengan hal ini, tidak bijak jika tergesa-gesa memberi
kristalisasi, meberi bentuk (Gestaltung) kepada pikiran-pikiran yang
mudah berubah. Sifat aturan yang tertulis itu mengikat. Oleh karena itu
maakin supel (elastis) sifat aturan tersebut akan semakin baik. Jadi kita
harus menjaga supaya system Undang-Undang Dasar tidak ketinggalan
jaman. Jangan sampai kita membuat Undang-undang yang mudah tidak
sesuai dengan keadaan (verouderd).
2. Fungsi UUD 1945
Di atas telah dibahas tentang apa yang dimaksud dengan UUD 1945. Dari
pengertian tersebut dapatlah dijabarkan bahwa UUD 1945 mengikat
pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat
setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat
setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia. Sebagai
hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma, dan aturan-aturan yang harus
ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas.
3. Kedudukan UUD 1945 Sebagai Hukum Tertinggi
a.

Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar,
yaitu hukum dasar yang tertulis. Dengan demikian setiap produk hukum
seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun
bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan
dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya
kesemuanya

peraturan

perundang-undangan

tersebut

harus

dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan

10

muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara. Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka
tata urutan perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia
menempati kedudukan yang tertinggi.
b. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari
keseluruhan produk hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti
undang-undang, peraturan pemerintah atau peraturan presiden, dan lainlainnya, bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah harus dilandasi
dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya harus
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
c.

Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat
kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum
yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih
tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum tersebut
bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945. Selain itu UUD
1945 juga memiliki fungsi sebagai pedoman atau acuan dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.

( Sumber : http://syamsuddinjepo.blogspot.com/2013/01/pengertian-sifat-kedudukanuud-1945.html 6 Desember 2014)

11

BAB 3
PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
A. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Sumber Motivasi dan Aspirasi
Sumber Undang undang dasar 1945 beserta pokok pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan undang undang dasar 1945 merupakan sumber
hukum tertinggi dari hukum yang berlaku di Indonesia. Pembukaan undang undang
dasar 1945 juga merupakan sumber motivasi dan aspirasi perjuangan serta tekad
bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan nasional.
B. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Sumber Cita-Cita Hukum dan Moral
Pembukaan UUD 1945 juga mengandung pokok pokok pikiran yang
merupakan sumber dari cita cita hukum dan cita cita moral yang ingin ditegakkan
baik dalam lingkungan nasional maupun dalam hubungannya dengan bangsa lain
didunia.
C. Nilai-Nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
Pembukaan yang telah dirumuskan secara padat dan khidmat dari empat
alinea, setiap alinea dan kata katanya, mempunyai nilai nilai yang universal dan
lestari.
1.

Dikatakan universal karena ia mengandung nilai nilai yang dijunjung tinggi
oleh bangsa bangsa yang beradab diseluruh muka bumi.

2.

Dikatakan lestari karena ia mampu menampung dinamika masyarakat dan akan
tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara selama bangsa Indonesia
tetap setia kepada proklamasi 17 Agustus 1945.

12

Negara kita adalah Negara berdasarkan atas hukum, hal ini berarti bahwa
kehidupan bernegara, kehidupan bermasyarakat, dan kehidupan orang perorangan
diatur oleh hukum. Semua pihak tanpa kecuali harus menjunjuang tinggi hukum,
hal ini berarti bahwa setiap orang, setiap pejabat, bahkan pemerintah dan aparatur
pemerintahan sendiri harus tunduk dan taat kepada hukum, serta melaksanakan hak
dan kewajiban, wewenangnya sesuai dengan aturan hukum.
Kedudukan hukum yang demikian sentral dalam mengatur kehidupan
bernegara dan bermasyarakat, menuntut bahwa hukum harus diketahui dan
dipahamai oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan pengetahuan dan pemahaman
sebagaimana tersebut diharapkan masyarakat menghayati dan melaksanakan hukum
serta bertingkah laku sesuai dengan hukum.
(Sumber : www.soegenghardjowinoto.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/PembukaanUUD-45.docx 7 Desember 2014)

13

BAB 4
MAKNA PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
A. Makna Alinea Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
1.

Alinea Pertama Pembukaan UUD 1945
Alinea pertama Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, menunjukkan keteguhan dan tekad bangsa Indonesia untuk menegakkan
kemerdekaan dan menentang penjajahan. Pernyataan ini tidak hanya tekad
bangsa untuk merdeka, tetapi juga berdiri di barisan paling depan untuk
menghapus penjajahan di muka bumi.
Alinea ini memuat dalil objektif, yaitu bahwa penjajahan di atas dunia
tidak sesuai dengan perikemanusian dan perikeadilan dan kemerdekaan
merupakan hak asasi semua bangsa di dunia. Dalil ini menjadi alasan bangsa
Indonesia untuk berjuang memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan.
Juga membantu perjuangan bangsa lain yang masih terjajah untuk memperoleh
kemerdekaan. Penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan, karena
memandang manusia tidak memiliki derajat yang sama. Penjajah bertindak
sewenang-wenang terhadap bangsa dan manusia lain.
Sejarah bangsa Indonesia selama penjajahan memperkuat keyakinan
bahwa penjajahan harus dihapuskan. Juga tidak sesuai perikeadilan, karena
penjajahan

memperlakukan

manusia

secara

diskriminatif.

Manusia

diperlakukan secara tidak adil, seperti perampasan kekayaan alam, penyiksaan,
perbedaan hak dan kewajiban. Pernyataan ini obyektif karena diakui oleh
bangsa-bangsa yang beradab di dunia.
Alinea pertama juga mengandung dalil subjektif, yaitu aspirasi bangsa
Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Bangsa Indonesia telah

14

berjuang selama ratusan tahun untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Perjuangan ini didorong oleh penderitaan rakyat Indonesia selama penjajahan,
dan kesadaran akan hak sebagai bangsa untuk merdeka. Perjuangan juga
didorong keinginan supaya berkehidupan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakaan kemerdekaan Indonesia. Seperti ditegaskan dalam alinea III
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kedua makna dalam alinea pertama meletakkan tugas dan tangung jawab
kepada bangsa dan negara serta warga negara Indonesia untuk senantiasa
melawan penjajahan dalam segala bentuknya. Juga menjadi landasan hubungan
dan kerja sama dengan negara lain. Bangsa dan negara, termasuk warga negara
harus menentang setiap bentuk yang memiliki sifat penjajahan dalam berbagai
kehidupan. Tidak hanya penjajahan antara bangsa terhadap bangsa, tetapi juga
antar manusia, karena sifat penjajahan dapat dimiliki dalam diri manusia.
2.

Alinea Kedua Pembukaan UUD 1945
Alinea kedua menunjukkan ketepatan dan ketajaman penilaian bangsa
Indonesia
a.

Bahwa perjuangan bangsa Indonesia telah mencapai tingkat yang
menentukan.

b.

Bahwa momentum yang telah dicapai harus dimanfaatkan untuk
menyatakan kemerdekaan.

c.

Kemerdekaan harus diisi dengan mewujudkan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Alinea ini menunjukkan kebanggaan dan penghargaan atas perjuangan

bangsa Indonesia selama merebut kemerdekaan. Ini berarti berarti kesadaran
bahwa kemerdekaan dan keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan dari keadaan
sebelumnya. Kemerdekaan yang diraih merupakan perjuangan para pendahulu
bangsa Indonesia. Mereka telah berjuang dengan mengorbankan jiwa raga
demi kemerdekaan bangsa dan negara.
Juga kesadaran bahwa kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan
bangsa. Kemerdekaaan yang diraih harus mampu mengantarkan rakyat

15

Indonesia menuju cita-citan nasional yaitu negara yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. Negara yang “merdeka” berarti negara yang
terbebas dari penjajahan bangsa lain. “ Bersatu” menghendaki bangsa
Indonesia bersatu dalam negara kesatuan bukan bentuk negara lain. Bukan
bangsa yang terpisah-pisah secara geografis maupun sosial.
Kita semua adalah satu keluarga besar Indonesia. “Berdaulat”
mengandung makna sebagai negara, maka Indonesia sederajat dengan negara
lain, yang bebas menentukan arah dan kebijakan bangsa, tanpa campur tangan
negara lain. “Adil” mengandung makna bahwa negara Indonesia menegakkan
keadilan bagi warga negaranya. Keadilan berarti adanya keseimbangan antara
hak dan kewajiban warga negara. Hubungan antara negara dengan warga
negara, warga negara dengan warga negara, warga negara dengan warga
masyarakat dilandasi pada prinsip keadilan. Negara Indonesia hendak
mewujudkan keadilan dalam berbagai kehidupan secara politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Makna “makmur” menghendaki negara mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan bagi warga negara negaranya. Kemakmuran tidak saja secara
materiil, tetapi juga mencakup kemakmuran secara spiritual atau batin atau
kebahagiaan. Kemakmuran yang diwujudkan bukan kemakmuran untuk
perorangan atau kelompok, namun kemakmuran bagi seluruh masyarakat dan
lapisan masyarakat. Sehingga prinsip keadilan, kekeluargaan dan persatuan
melandasi perwujudan kemakmuran warga negara. Inilah cita-cita nasional
yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia dengan membentuk negara.
Kemerdekaaan bukanlah akhir dari perjuangan bangsa, namun harus diisi
dengan perjuangan mengisi kemerdekaan dengan mewujudkan cita-cita
nasional.
3.

Alinea Ketiga Pembukaan UUD 1945
Alinea ketiga memuat bahwa kemerdekaan didorong oleh motivasi
spiritual yaitu kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia merupakan
atas berkas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini merupakan perwujudan sikap

16

dan keyakinan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Alinea
ketiga secara tegas menyatakan kembali kemerdekaan Indonsia yang telah
diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Melalui alinea ini bangsa Indonesia
menyadari bahwa tanpa rahmat Tuhan yang Maha Kuasa, maka bangsa
Indonesia tidak akan merdeka. Kemerdekaaan yang dicapai tidak semata-mata
hasil jerih payah perjuangan bangsa Indonesia, tetapi juga atas kuasa Tuhan
Yang Maha Esa.
Juga memuat motivasi riil dan material yaitu keinginan luhur bangsa
supaya berkehidupan yang bebas. Kemerdekaan merupakan keinginan dan
tekad seluruh bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang bebas merdeka.
Bebas dari segala bentuk penjajahan , bebas dari penindasan, bebas
menentukan nasib sendiri. Niat yang luhur ini menjadi pendorong bangsa
Indonesia untuk terus berjuang melawan penjajahan dan meraih kemerdekaan.
Keyakinan dan tekad yang kuat untuk memperoleh kemerdekaan dan
keyakinan akan kekuasaaan Tuhan, menjadi kekuatan yang menggerakkan
bangsa Indonesia. Persenjataan yang sederhana dan tradisional tidak menjadi
halangan untuk berani melawan penjajah yang memiliki senjata lebih modern.
Para pejuang bangsa yakin bahwa Tuhan akan memberikan bantuan kepada
umatnya yang berjuang melawan kebenaran.
Banyak peristiwa sejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia melawan
penjajah, memperoleh kemenangan walaupun dengan segala keterbatasan
senjata, organisasi dan sumber daya manusia. Hal ini menunjukkan bahwa
tekad yang kuat dan keyakinan pada kekuasaaan Tuhan, dapat menjadi faktor
pendorong dan penentu keberhasilan sesuatu.
Alinea ketiga mempertegas pengakuan dan kepercayaan bangsa
Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia merupakan mahluk Tuhan
yang terdiri atas jasmani dan rohani. Manusia bukanlah mesin yang tidak
memiliki jiwa. Berbeda dengan pandangan yang beranggapan bahwa manusia
hanya bersifat fisik belaka.Ini menegaskan prinsip keseimbangan dalam

17

kehidupan secara material dan spiritual, kehidupan dunia dan akhirat, jasmani
dan rohani.
4.

Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945
Alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
memuat prinsip-prinsip negara Indonesia, yaitu :
a.

Tujuan negara yang akan diwujudkan oleh pemerintah negara

b.

Ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar,

c.

Bentuk negara, yaitu bentuk republik yang berkedaulatan rakyat

d.

Dasar negara yaitu Pancasila
Negara Indonesia yang dibentuk memiliki tujuan negara yang hendak

diwujudkan, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Keempat tujuan negara tersebut
merupakan arah perjuangan bangsa Indonesia setelah merdeka. Kemerdekaan
yang telah dicapai harus diisi dengan pembangunan di segala bidang untuk
mewujudkan tujuan negara. Sehingga secara bertahap terwujud cita-cita
nasional yaitu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menghendaki
diadakannya Undang-Undang Dasar dalam hal ini adalah batang tubuh atau
pasal-pasal. Kehendak ini menegaskan prinsip Indonesia sebagai negara
hukum. Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan konstitusi atau peraturan
perundang-undangan, tidak atas dasar kekuasaan belaka. Segala sesuatu harus
berdasarkan hukum yang berlaku. Setiap warga negara wajib menjunjung
tinggi hukum, artinya wajib mentaati hukum.
Prinsip bentuk negara yaitu susunan negara republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat. Republik merupakan bentuk pemerintahan di mana
pemerintah dipilih oleh rakyat. Berbeda dengan bentuk kerajaan di mana
pemerintah sebagian bersifat turun temurun. Bentuk ini sejalan dengan
kedaulatan rakyat yang bermakna kekuasaan tertingi dalam negara dipegang

18

oleh rakyat. Rakyat yang memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan
pemerintahan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga
perwakilan rakyat.
Alinea keempat memuat dasar negara Pancasila yaitu “…dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan

dalam

Permusyawaratan/Perwakilan,

serta

dengan

mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Kelima sila
Pancasila merupakan satu kebulatan utuh, satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Rumusan Pancasila dimuat dalam Pembukaan maka secara
yuridis-konstitusional adalah sah, berlaku, dan mengikat seluruh lembaga
negara, lembaga masyarakat, dan setiap warga negara.
(Sumber : http://www.plengdut.com/2014/08/makna-alinea-pembukaan-uudnegara.html 6 Desember 2014)
B. Pokok Pikiran Pada Pembukaan UUD 1945.
Amandemen pada UUD 1945 kiranya perlu di koreksi ,sejauh mana
amandemen itu sudah mencerminkan pokok-pokok pikiran yang ada pada
Pembukaan UUD 1945. Dalam kenyataannya amandemen yang dilakukan para
reformis itu tidak nyambung dengan pokok-pokok pikiran dan ini tentunya akan
membawah konsekuensi bahwa UUD hasil amandemen telah menyeleweng dari
pokok-pokok pikiran UUD 1945. Menjadi sebuah keanehan apabila pembukaan dan
batang tubuh tidak nyambung dan apalagi dengan diamputasi nya penjelasan
semakin mengkaburkan tujuan bernegara kita . Dalam pembukaan tidak hanya
sekedar mengandung pokok-pokok pikiran lebih jauh roh bangsa ini ada disana.
Amandemen UUD 1945 telah telah mengesampingkan roh bangsa ,sehingga antara
batang tubuh dan preambule tidak padu menjadi satu kesatuan yang utuh.
Pembukaan UUD1945 yang memuat dasar negara kita itu, keberadaannya
sebaiknya tidak perlu dipersoalkan karena pembukaan sudah mempunyai

19

kedudukan yang kuat dan final setelah melalui perenungan filosofis yang mendalam
dan melewati proses perumusan yang sangat demokratis. Mengubah pembukaan
UUD1945 hanya akan menjebak bangsa Indonesia ke dalam pertikaian politik yang
mungkin penyelesaiannya jauh lebih rumit dibandingkan dengan situasi pada saat
bangsa dan negara ini dibangun dulu.
Dalam uraian dibawah akan dibentangkan juga betapa penting kedudukan
fungsi UUD 1945 itu dalam sistem hukum Indonesia. Sekalipun demikian, di antara
semua bagian UUD 1945itu, Pembukaan adalah bagian mendasar karena menjadi
sumber norma hukum dalamsistem hukum Indonesia. Posisi yang demikian
strategis diperkuat antara lain oleh Ketetapan MPRS Nomor. XX/MPRS/1966,
yang kemudian dikukuhkan dengan ketetapan MPR Nomor V/MPR/1973 dan
Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/1978. Ketetapan MPRS tersebut saat ini telah
diganti dengan Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan
Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan.
Dalam pembukaan UUD 1945 terkandung pokok-pokok pikiran yang tidak
lain adalah cita-cita bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila. Pokok-pokok pikiran
itu lalu dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal Batang Tubuh dan Penjelasan
UUD 1945. inilah yang dimaksud oleh kalimat kunci dalam Penjelasan UUD 1945;
"Undang-undang dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan dalam pasal-pasalnya".
Pembukaan UUD 1945 terdiri dari empat alinea dan empat pokok pikiran.
Walaupun jumlah sama-sama empat, pengertian alinea di sini tidak identik dengan
pokok pikiran.Jadi, tidak berarti Alinea I mengandung Pokok Pikiran I, Alinea II
mengandung Pokok Pikiran II, dan seterusnya. Pokok-pokok pikiran tersebut
terkandung dalam keseluruhan alinea Pembukaan UUD 1945.
1. Alinea I memuat dasar/motivasi pernyataan kemerdekaan Indonesia.
Di dalamnya (secara obyektif) dinyatakan bahwa segala bentuk
penjajahan di atas dunia ini tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikedilan. Untuk itu (secara subyektif) bangsa Indonesia memiliki aspirasi

20

untuk membebaskan diri dari penjajahan itu guna membangun masa depan
bersama yang lebih baik.
2. Alinea II memuat cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.
Dengan pernyataan kemerdekaan Indonesiaitu berarti perjuangan
pergerakan kemerdekaan telah sampai pada saat yang berbahagia. Pernyataan
kemerdekaan itu sendiri barulah awal dari proses pembangunan bangsa ini
menuju kepada negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
3. Alinea III memuat pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Di situ ditegaskan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia itu selain upaya
manusia, juga tidak terlepas dari berkat rahmat Allah Yang Mah Kuasa. Dengan
demikian tampak jelas ada keseimbangan antara motivasi material dan spiritual
dari pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia itu. Keseimbangan ini pula yang
selalu eksis dalam pernjuangan mengisi kemerdekaan berupa pembangunan
nasional sebagai pengalaman Pancasila.
4. Alinea IV memuat tujuan nasional, penyusunan negara hukum, benttuk
negara Republik Indonesia,negara berkedaulatan rakyat, dan lima dasar
negara (yang kemudian dikenal dengan Pancasila).
Fungsi dan tujuan negara Indonesia secara gambling ditegaskan dalam
alinea ini, yakni untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan dunia yang berdasarkan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk menjalankan fungsi
dan mencapai tujuan yang mulia tersebut, maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar (UUD1945). Di
situ juga ditegaskan bahwa bentuk negara yang dipilih adalah republik, yang
berkedaulatan rakyat berdasar Pancasila.
Semua alinea Pembukaan UUD 1945 di atas, apabila ditelaah secara
mendalam, ternyata diilhami oleh empat pokok pikiran.
1. Pokok Pikiran I : Persatuan

21

Menyatakan, bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah

darah Indonesia

berdasarkan atas

persatuan

dengan

mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini sekaligus berarti,
dalam Pembukaan UUD 1945 diterima aliran pengertian (paham) negara
persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya,
mengatasi asegala paham golongan dan perseorangan. Aliran inilah yang
kemudian dikenal sebagai paham Negara persatuan (integralistik atau
kekeluargaan). Tampak di sini, bahwa pokok pikiran ini identik dengan Sila ke3 dari Pancasila.
2. Pokok Pikiran II : Keadilan Sosial
Menyatakan, bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-5 dari
Pancasila.
3. Pokok Pikiran III : Kedaulatan Rakyat
Menyatakan, bahwa negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu, sistem negara
yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus berdasarkan kedaulatan dan
berdasar atas permusyawaratan perwakilan. Di sini secara jelas tampak bahwa
pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-4 dari Pancasila.
4. Pokok Pikiran IV : Ketuhanan Menurut Kemanuaiaan Yang Adil dan
Beradab
Menyatakan, bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, UndangUndang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintahan dan lainlain penyelenggara Negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Pokok pikiran ini
identik dengan Sila ke-1 dan ke-2 dari Pancasila.
Pembukaan UUD 1945 juga dapat dinyatakan sebagai pernyataan kemerdekaan
yang terinci, yang mengandung cita-cita luhur Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sumber dari

22

segala sumber hukum yang meliputi pandangan hidup, kesadaran, cita hukum,
cita-cita moral yang meliputi kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa,
perikemanusiaan, keadilan sosial perdamaian nasional dan mondial, cita politik
mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara kehidupan kemasyarakatan,
keagamaan sebagai pengejawantahan budi nurani manusia telah dimurnikan dan
dipadatkan menjadi dasar negara Pancasila.
Pancasila adalah falsafah bangsa Indonesia. Sebagai filsafat, sila-sila
Pancasila itu tersusun secara sistematis (teratur/berurutan). Keempat pokok
pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu (yang tidak lain
adalah sila-sila Pancasila itu sendiri) merupakan perwujudan operasional dari
filsafat Pancasila.
Dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan secara tegas, bahwa UndangUndang Dasar menciptakan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
dalam pasal-pasalnya. Kalimat ini mengandung pengertian bahwa pokok-pokok
pikiran dari Pembukaan UUD 1945 yang tidak lain adalah Pancasila itu sendiri,
dijabarkan dalam pasal-pasal Batang Tubuh UUD 1945.
Logika berpikir tersebut sejalan dengan Teori Jenjang yang dikemukakan
oleh Hans Kelsen dan Hans Nawiasky. Menurut teori ini, norma yang derajat
kedudukannya lebih tinggi selalu menjadi sumber bagi norma yang lebih
rendah. Sebaliknya, norma yang lebih rendah berperan untuk menjabarkan
norma-norma yang lebih tinggi. Dengan perkataan lain, dalam sudut pandang
teori Hans Nwiasky, nilai-nilai dasar Pancasila dikonkretkan dalam norma
hukum yang lebih bawah, yang lazim disebut aturan dasar/pokok negara
(Staatsgrundesetz). Apa bukti dari penjabaran ini?
Jika kita melihat pada Sila ke-1 Pancasila (Pokok Pikiran IV dari
Pembukaan UUD 1945), tampak jelas keterkaitannya dengan Pasal 29 Batang
Tubuh UUD 1945. jadi, Pasal 29 tersebut merupakan penjabaran dari Sila ke-1
Pancasila. Apabila kita ingin mengetahui bagaimana penafsiran Sila Pertama
Pancasila, maka tiada jalan lain, kecuali harus melalui ketentuan Pasal 29 itu.

23

Demikian pulahalnya dengan Sila ke-2 Pancasila (Pokok Pikiran IV
Pembukaan UUD 1945), yang dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 26 s.d. 34
Batang Tubuh UUD 1945. Sila ke-3 Pancasila (Pokok Pikiran I Pembukaan
UUD 1945) dijabarkan dalam Pasal 1 ayat (1), 35, dan 36. Sila ke-4 Pancasila
(Pokok Pikiran III) dijabarkan dalam Pasal 1 ayat (2), 3, 28 dan 37. Sila ke-5
Pancasila (Pokok Pikiran II Pembukaan UUD1945) dijabarkan dalam Pasal 23,
27 s.d. 34.
Undang-Undang Dasar 1945 itu memang singkat, namun juga supel
(elastis, kenyal) karena hanya memuat aturan-aturan pokok. Aturan-aturan ini
dimuat dalam Batang Tubuh. Untuk menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu
dijabarkan lebih lanjut dengan undang-undang (dan peraturan lainnya). Seperti
dinyatakan dalam Penjelasan UUD 1945, kita harus memiliki semangat untuk
menjaga supaya sistem undang-undang dasar kita itu jangan sampai ketinggalan
jaman atau lekas usang (verouderd). Penjelasan UUD 1945 menyetakan, "Yang
sangat penting penyelenggara negara,semangat para pemimpin pemerintahan.
Meskipun dibikin Undang-Undang Dasar yang menurut kata-katanya
bersifat kekeluargaan (faham negara persatuan, penulis), apabila semangat para
penyelenggara, para pimimpin pemerintahan itu bersifat perseorangan, UndangUndang dasar tadi tentu tidak ada artinya dalam praktek.Sebaliknya, meskipun
Undang-Undang Dasar itu tidak sempurna, akan tetapi jika semangat para
penyelenggara pemerintahan baik, Undang-Undang dasar itu tentu tidak akan
merintangi jalannya negara".
Redaksi kalimat di atas menunjukkan bahwa Pembentukan UUD 1945
sendiri tidak menutup diri terhadap adanya perubahan-perubahan dalam Batang
Tubuh UUD 1945 itu. Kendati demikian, diamanatkan pula bahwa motivasi atas
perubahan itu adalah harus didorong oleh semangat perbaikan dalanm
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(Sumber : http://www.plengdut.com/2014/08/makna-alinea-pembukaan-uudnegara.html 6 Desember 2014)

24

BAB 5
PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 MERUPAKAN
PERNYATAAN KEMERDEKAAN TERPERINCI
A. Hakekat Pembukaan UUD 1945
A. Pembukaan UUD 1945 Merupakan Pernyataan Kemerdekaan Yang
Terperinci
TAP MPRS No. XX/MPRS/1966, diantaranya menyebutkan bahwa :
“Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Pernyataan Kemerdekaan
yang terperinci yang mengandung cita-cita luhur dari Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945 dan yang memuat Pancasila sebagi Dasar Negara, merupakan
suatu rangkaian dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan oleh
karena itu tidak dapat dirubah oleh siapapun juga, termasuk MPRS hasil
pemilihan umum, yang berdasarkan pasal 3 dan pasal 37 Undang-Undang Dasar
berwenang menetapkan dan merubah Undang-Undang Dasar karena merubah isi
Pembukaan berarti pembubaran Negara…” dengan demikian tidak merubah
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah sesuai dengan hukum yang
berlaku

di

negara

Indonesia.

Hal

25

ini

menjadi

semangat

pendorong

ditegakkannya kemerdekaan dalam bentuk negara Indonesia merdeka, berdaulat,
bersatu, adil dan makmur, dengan berdasarkan asas kerohanian Pancasila.
B. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Fundamental Negara
Artinya UUD 1945 dalam hukum memiliki kedudukan yang tetap, kuat dan
tidak berubah. Hal ini terletak pada kelangsungan hidup negera yang telah
dibentuk dengan proklamasi kemerdekaan sebagai satu rangkaian kesatuan
organik dalam kesatuan negara Republik Indonesia.
C. Pembukaan UUD 1945 Menurut Hierarki Tertib Hukum
Pembukaan UUD 1945 menurut hierarki tertib hukum adalah peraturan yang
tertinggi merupakan dasar hukum diadakannya UUD negara, sehingga terjalin
adanya hubungan kausal-organik antara Pembukaan UUD 1945 dengan pasalpasalnya.
D. Proklamasi Kemerdekaan Dengan Pembukaan UUD 1945 Merupakan
Suatu Kesatuan Yang Bulat.
Proklamasi kemerdekaan mempunyai hubungan yang erat, tidak dapat
dipisahkan dan merupakan satu kesatuan dengan Undang-Undang Dasar 1945
terutama bagian Pembukaan UUD 1945. Proklamasi kemerdekaan dengan
Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kesatuan yang bulat.
E. Pembukaan UUD 1945 Adalah Amanat Dari Proklamasi
Apa yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu amanat
yang luhur dan suci dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
B. Pembukaan UUD 1945 Merupakan Penjelasan dan Konsekuensi Proklamasi
1.

Pembukaan UUD 1945 alinea 1, 2 dan 3 merupakan penjelasan dari
proklamasi

 Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

26

 Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

 Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
2.

Pembukaan UUD 1945 alinea 1, 2 dan 3 merupakan konsekuensi dari
proklamasi

 Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah

Indonesia

dan

untuk

memajukan

kesejahteraan

umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan

dalam

Permusyawaratan/Perwakilan,

serta

mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
(Sumber : http://www.artikelbagus.com/2012/02/hubungan-antara-proklamasikemerdekaan-dan-uud-1945.html#ixzz3L8KxPijn 6 Desember 2014)

27

dengan

BAB 6
HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PROKLAMASI 17-8-1945
A. Penjelasan
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi atau
puncak perjuangan bangsa Indonesia yang berabad-abad lamanya yang dijiwai
pancasila. Dalam pembukaan UUD 1945 itu tertuang pokok-pokok pikiran: paham
Negara persatuan, Negara yang hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia, Negara yang berkedaulatan rakyat, Negara berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
yang tidak lain adalah jiwa pancasila. Hubungan antara proklamasi kemerdekaan
dengan pembukaan UUD 1945 erat sekali, karena:
1.

Pembukaan UUD 1945 tidak lain adalah penuangan jiwa proklamasi, yaitu
jiwa Pancasila.

2.

Pembukaan UUD 1945 merupakan uraian terperinci cita-cita luhur proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945.

28

Kalau proklamasi kemerdekaan merupakan suatu “Proclamation of
Independence” maka pembukaan UUD 1945 adalah Declaration of Independence.
Pembukaan UUD 1945 adalah pernyataan kemerdekaan yang mengandung cita-cita
luhur proklamasi kemerdekaan itu. Mengubah Pembukaan UUD 1945 berarti
mengubah isi dan cita-cita luhur proklamasi. Mengubah pembukaan UUD 1945
berarti pembubaran Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian
Pembukaan merupakan Deklarasi Kemerdekaan Indonesia yang memuat cita-cita
luhur daripada proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Proklamasi tidak akan
mempunyai arti tanpa deklarasi, sebab tanpa deklarasi tujuan proklamasi sematamata hanya kemerdekaan belaka. Sebaliknya deklarasi baru mempunyai arti dengan
adanya proklamasi yang melahirkan kemerdekaan sebagai sumber hukum
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Hubungan Pembukaan Uud 1945 Dengan Proklamasi 17-8-1945
Naskah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945:
1. Pada alinea pertama
“Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”,
menjelaskan bahwa pada alinea pertama sampai dengan alinea ketiga
Pembukaan UUD 1945.
2. Pada alinea kedua
“Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan
dengan cara seksama
merupakan

amanat

dan

tindakan

dalam tempo
yang

segera

yang
harus

sesingkat-singkatnya”,
dilaksanakan

yaitu

pembentukan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.”
Proklamasi Kemerdekaan, dan UUD 1945 adalah satu rangkaian yang tidak
terpisahkan. Oleh sebab itu generasi muda yang harus mengisi kemerdekaan
semestinya pada jiwanya tertanam kuat semangat untuk mempertahankan,

29

mengamankan, dan mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan
Negara Republik Indonesia.
(Sumber : http://febrianrifqi.blogspot.com/2013/02/hubungan-antara-proklamasikemerdekaan.html 6 Desember 2014)

BAB 7
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945
A. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Sebagai 'Pokok Kaidah Negara
Yang Fundamental' (PKNF)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan
pasal-pasal. Dilihat dari tertib hukum keduanya memiliki kedudukan yang berbeda.
Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pasal-pasal, karena
Pembukaan

merupakan

pokok

kaidah

negara

yang

fundamental

(staatsfundamentalnorm) bagi Negara Republik Indonesia. Sebagai pokok kaidah
negara yang fundamental, Pembukaaan telah memenuhi persyaratan yaitu :
1. Berdasarkan sejarah terjadinya, bahwa Pembukaan ditentukan oleh pembentuk
negara. PPKI yang menetapkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
telah mewakili bangsa Indonesia.
2. Berdasarkan isinya, bahwa Pembukaan memuat asas falsafah negara (Pancasila),
asas politik negara (kedaulatan rakyat), dan tujuan negara.

30

3. Pembukaan menetapkan adaya suatu UUD Negara Indonesia
Pokok kaidah negara yang fundamental ini di dalam hukum mempunyai
hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat dan tidak berubah bagi negara yang telah
dibentuk. Secara hukum Pembukaan sebagai pokok kaidah yang fundamental hanya
dapat diubah atau diganti oleh pembentuk negara pada waktu negara dibentuk.
Kelangsungan hidup negara Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945
terikat pada diubah atau tidaknya Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai sumber hukum
tertinggi di Indonesia, maka Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa
Indonesia, yang merupakan sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita moral yang
ingin ditegakkan dalam berbagai lingkungan kehidupan. Pembukaan memuat pokok
kaidah negara yang fundamen bagi Negara Kesatuan Republik Indoensia. Pokok
kaidah yang fundamental ini antara lain pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan
diwujudkan dalam pasal-pasal UUD, pengakuan kemerdekaan hak segala bangsa,
cita-cita nasional, pernyataan kemerdekaan, tujuan negara, kedaulatan rakyat, dan
dasar negara Pancasila.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disusun dalam masa
perjuangan ”revolusi” dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disusun
oleh lembaga yang tidak setingkat dengan MPR. Pertanyaan kemudian, apakah
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sah mejadi hukum dasar dan menjadi
pedoman penyelenggaraan bernegara bagi bangsa Indonesia. Menurut Hans Kelsen
seperti dikemukakan oleh Prof. Ismail Sunny menyatakan bahwa,”sah tidaknya
suatu Undang-Undan