Pengaruh pH terhadap aktivitas Enzim
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Biologi Dasar dengan Judul “Pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim” disusun oleh:
Nama
: Maulyda Awwaliyah.P
NIM
: 1414142006
Kelas
:B
Kelompok
:4
telah diperiksakan dan dikonsultasikan kepada Asisten/Kordinator Asisten maka
dinyatakan diterima.
Makassar,
Asisten
Koordinator Asisten
Djumarirmanto, S.Pd
Januari 2015
Sutriadi
NIM. 1214140002
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Drs.H.Hamka L.Ms
NIP: 19621231 198602 1 005
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahkluk hidup ataupun sel hidup tidak akan terlepas dari aktivitas
metabolisme sebab metabolisme merupakan salah satu ciri kehidupan yang
merupakan bentuk transformasi tenaga atau pertukaran zat melalui
serangkaian reaksi biokimia. Pertumbuhan, perkembangan, sekresi, eksresi
dan kegiatan hidup lainnya merupakan proses reaksi kimia. Namun secara
garis besarnya, perubahan reaksi kimia atau metabolisme dalam sel dapat
dibedakan menjadi dua yaitu anabolisme atau reaksi penyusun dan katablisme
atau pembongkaran. Untuk berlangsungnya proses metabolisme atau
katabolisme diperlukan beberapa molekul zat sebagai bahan reaksi kimia, dan
energi yang mendukung berlangsungnya reaksi kimia serta molekul zat yang
berfungsi sebagai pengaktif reaksi yaitu enzim.
Dalam
mahkluk
hidup,
reaksi
metabolisme
berlangsung
dengan
melibatkan suatu senyawa protein yang disebut enzim. Enzim merupakan
protein yang khusus disintesis oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi yang
berlangsung di dalamnya. Fungsi khusus dari enzim adalah untuk
menurunkan energi aktivasi, mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan yang
tetap tanpa mengubah besarnya tetapan keseimbangan dan sebagai pengendali
reaksinya.
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu
reaksi kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat
perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang
akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter.
Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan
cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh
hormon sebagai promoter.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa enzim bekerja optimal pada
keadaan pH 7 (Netral). Jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis
enzim mengalami inaktivasi. Akan tetapi beberapa enzim hanya beroperasi
dalam keadaan asam atau alkalis. Sebagai contoh, pepsin, enzim yang
dikeluarkan ke lambung, hanya dapat berfungsi dalam kondisi asam, dengan
pH optimal 2.
Percobaan ini kita akan membuktikan kebenaran teori diatas. Bahwa kerja
enzim amylase juga dipengaruhi oleh pH. Enzim amilase merupakan enzim
yang bertugas untuk memecah molekul amilum ini menjadi sakarida dengan
molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa. Yang digunakan sebagai bahan
utama dalam percobaan ini adalah ekstrak kecambah kacang hijau.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat membuktikam
secara langsung mengenai pengaruh pH terhadap aktivitas enzim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan tentang enzim telah dirintis oleh Berzelius pada tahun 1837. Ia
mengusulkan nama "katalis" untuk zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi
zat itu sendiri tidak ikut bereaksi. Namun, proses kimia yang terjadi dengan
pertolongan enzim telah dikenal sejak zaman dahulu misalnya pembuatan anggur
dengan cara fermentasi atau peragian, dan pembuatan asam cuka. Louis Pasteur
salah seorang yang banyak bekerja dalam fermentasi ini dan ketika mengkaji
fermentasi gula menjadi alkohol oleh ragi, Louis Pasteur menyimpulkan bahwa
fermentasi ini dikatalisasi oleh gaya dorong vital yang terdapat dalam sel ragi,
disebut sebagai "ferment", dan diperkirakan hanya berfungsi dalam tubuh
organisme hidup. Ia menulis bahwa "fermentasi alkoholik adalah peristiwa yang
berhubungan dengan kehidupan dan organisasi sel ragi, dan bukannya kematian
ataupun putrefaksi sel tersebut" (Gultom, Togu, 2003).
Reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis selalu melibatkan katalis.
Katalis ini dikenal sebagai katalis biologis (biokatalisator) berupa protein yang
sangat spesifik yang disebut enzim. Enzim merupakan katalis yang sedang
dikembangkan dalam industri kimia. Pengembangan katalis biologis ditujukan
untuk mengurangi konsumsi energi proses serta menghilangkan terikutnya
senyawa-senyawa pengotor dalam produk suatu proses. Katalis ini digunakan
sebagai alternatif katalis anorganik seperti natrium, kalium atau kalsium
hidroksida (Winarno, 1986).
Pada tahun 1878, ahli fisiologi Jerman Wilhelm Kühne (1837–1900) pertama
kali menggunakan istilah "enzyme", yang berasal dari bahasa Yunani ενζυμον
yang berarti "dalam bahan pengembang" (ragi), untuk menjelaskan proses ini.
Kata "enzyme" kemudian digunakan untuk merujuk pada zat mati seperti pepsin,
dan kata ferment digunakan untuk merujuk pada aktivitas kimiawi yang dihasilkan
oleh organisme hidup (Gultom, Togu, 2003).
Enzim adalah molekul protein yang berperan sebagai biokatalis dan
berfungsi untuk mengkatalisis reaksi-reaksi metabolisme yang berlangsung pada
mahkluk hidup. Fungsi ini dipengaruhi oleh faktor lingkungannya seperti
temperatur, keasaman (pH), konsentrasi substrat, konsentrasi enzim dan aktivator.
Pada kondisi optimum, laju reaksi enzimatik akan bekerja secara optimum,
sehingga diperoleh produk yang lebih banyak. Laju reaksi enzimatik akan
bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim, akan tetapi laju reaksi dapat
mencapai konstan bila jumlah substrat bertambah terus sampai melewati batas
kemampuan enzim (Mappiratu, dkk, 2009).
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh
reaksi kimia dalam sistem biologis. Semua enzim murni yang telah diamati
sampai saat ini adalah protein. Aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas
strukturnya sebagai protein. Enzim dapat mempercepat reaksi biologis, dari reaksi
yang sederhana, sampai ke reaksi yang sangat rumit. Enzim bekerja dengan cara
menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi sehingga mempercepat
proses reaksi. Percepatan reaksi terjadi karena enzim menurunkan energy
pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Enzim
mengikat molekul substrat membentuk kompleks enzim substrat yang bersifat
sementara dan lalu terurai membentuk enzim bebas dan produknya
(Lehninger,1995).
Salah satu enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah amilase. Amilase
dapat diartikan sebagai segolongan enzim yang merombak pati, glikogen dan
polisakarida yang lain. Tumbuhan mengandung α dan β amilase, hewan memiliki
hanya α amilase, dijumpai dalam cairan pankreas dan juga (pada manusia dan
beberapa spesies lain) dalam ludah. Amilase memotong rantai polisakarida yang
panjang, menghasilkan campuran glukosa dan maltosa. Amilosa merupakan
polisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa yang saling berikatan
membentuk rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi dengan iodin memberikan
warna biru yang khas (Mongomeri, Rex, 1993).
Menurut Anna (2006) sifat-sifat adalah sebagai berikut :
a. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah
produk akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya
meningkatkan laju suatu reaksi.
b.
Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi substrat
tertentu saja.
c.
Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti
protein. Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar.
Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa
kuat, dan pelarut organik. Selain itu, panas yang terlalu tinggi akan membuat
enzim terdenaturasi sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
d. Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai
katalisator, enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
e. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim
dapat berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya
mempercepat laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat
menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain. Atau sebaliknya,
menyusun senyawa-senyawa menjadi senyawa tertentu.
f. Enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerja enzim adalah suhu, pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor
(penghambat) serta konsentrasi substrat.
g. Berfungsi sebagai katalis. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi tetapi
tidak ikut bereaksi. Enzim tidak mengubah produk akhir yang dibentuk atau
mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkan laju reaksinya saja.
Dngan demikian energi yang dibutuhkan untuk menguraikan suatu substrat
menjadi lebih sedikit.
Menurut Maggy (1990), cara kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua teori,
yaitu teori gembok dan anak kunci, dan teori kecocokan yang terinduksi.
a. Teori gembok dan anak kunci (Lock and key theory)
Enzim dan substrat bergabung bersama membentuk kompleks, seperti
kunci yang masuk dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat
bereaksi dengan energi aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks
lepas dan melepaskan produk serta membebaskan enzim.
b. Teori kecocokan yang terinduksi (Induced fit theory)
Menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan
bentuk yang fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk
sisi aktif termodifikasi melingkupi substrat membentuk kompleks. Ketika
produk sudah terlepas dari kompleks, enzim tidak aktif menjadi bentuk
yang lepas. Sehingga, substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim
tersebut.
Menurut Yazit (2006), beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim
adalah sebagai berikut:
a. Suhu
Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim hewan
suhu optimal antara 35°C dan 40°C, yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas
dan di bawah optimalnya, aktivitas enzim berkurang. Di atas suhu 50°C
enzim secara bertahap menjadi inaktif karena protein terdenaturasi. Pada
suhu 100°C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah, enzim
tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak berkurang
(Gaman & Sherrington, 1994). Enzim memiliki suhu optimum yaitu
sekitar 180-230C atau maksimal 400C karena pada suhu 450C enzim akan
terdenaturasi karena merupakan salah satu bentuk protein.
b. pH atau Keasaman
pH optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium
menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi.
Akan tetapi beberapa enzim hanya beroperasi dalam keadaan asam atau
alkalis. Sebagai contoh, pepsin, enzim yang dikeluarkan ke lambung,
hanya dapat berfungsi dalam kondisi asam, dengan pH optimal 2.
c.
Konsentrasi Enzim, Substrat dan Kofaktor.
Jika pH dan suhu suatu sistem enzim dalam keadaan konstan serta
jumlah substrat berlebihan, laju reaksi adalah sebanding dengan enzim
yang ada. Jika pH, suhu, dan konsentrasi enzim dalam keadaan konstan,
reaksi awal hingga batas tertentu sebanding dengan substrat yang ada. Jika
sistem enzim memerlukan suatu koenzim atau ion kofaktor , konsentrasi
subsrat dapat menentukan laju keseluruhan sistem enzim.
d. Inhibitor Enzim
Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor berupa zat
kimia tertentu. Zat kimia tersebut merupakan senyawa selain substrat yang
biasa terikat pada sisi aktif enzim (substrat normal) sehingga antara
substrat dan inhibitor terjadi persaingan untuk mendapatkan sisi aktif .
Persaingan tersebut terjadi karena inhibitor biasanya mempunyai
kemiripan kimiawi dengan substrat normal. Pada konsentrasi Substrat
yang rendah akan terlihat dampak inhibitor terhadap laju reaksi, kondisi
tersebut berbalik bila konsentrasi substrat naik.
Menurut Yazit (2006) macam-macam enzim pencernaan yaitu :
a. Enzim ptialin
Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar
ludah. Fungsi enzim ptialin untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi
glukosa.
a. Enzim amilase
Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah ( parotis ) di mulut
dan kelenjar pankreas. Kerja enzim amilase yaitu :Amilum sering dikenal
dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat atau
sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase memecah
molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang lebih
sederhana yaitu maltose.
b. Enzim maltase
Enzim maltase terdapat di usus dua belas jari, berfungsi memecah
molekul maltosa menjadi molekul glukosa . Glukosa merupakan sakarida
sederhana ( monosakarida ). Molekul glukosa berukuran kecil dan lebih
ringan dari pada maltosa, sehingga darah dapat mengangkut glukosa untuk
dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan.
c. Enzim pepsin
Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar di lambung berupa
pepsinogen . Selanjutnya pepsinogen bereaksi dengan asam lambung
menjadi pepsin. Carakerja enzim pepsin yaitu : Enzim pepsin memecah
molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana
yaitu pepton . Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat diangkut oleh
darah.
d. Enzim tripsin
Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke
dalam usus dua belas jari ( duodenum ). Cara kerja enzim tripsin yaitu:
Asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana jika dibanding
molekul pepton . Molekul asam amino inilah yang diangkut darah dan
dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. Selanjutnya sel akan merakit
kembali asam amino-asam amino membentuk protein untuk berbagai
kebutuhan sel.
e. Enzim renin
Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi enzim
renin untuk mengendapkan kasein dari air susu. Kasein merupakan protein
susu, sering disebut keju. Setelah kasein diendapkan dari air susu maka zat
dalam air susu dapat dicerna.
f. Asam khlorida (HCl)
Asam khlorida (HCl) sering dikenal dengan sebutan asam lambung,
dihasilkan oleh kelenjar didalam dinding lambung. Asam khlorida
berfungsi untuk membunuh mikroorganisme tertentu yang masuk
bersama-sama makanan. Produksi asam khlorida yang tidak stabil dan
cenderung berlebih, dapat menyebabkan radang lambung yang sering
disebut penyakit ”mag”.
g. Cairan empedu
Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantong
empedu. Empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin yang
menyebabkan kotoran sisa pencernaan berwarna kekuningan. Empedu
berasal dari rombakan sel darah merah ( erithrosit ) yang tua atau telah
rusak dan tidak digunakan untuk membentuk sel darah merah yang baru.
Fungsi empedu yaitu memecah molekul lemak menjadi butiran-butiran
yang lebih halus sehingga membentuk suatu emulsi . Lemak yang sudah
berwujud emulsi ini selanjutnya akan dicerna menjadi molekul-molekul
yang lebih sederhana lagi.
h. Enzim lipase
Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan
ke dalam usus dua belas jari ( duodenum ). Enzim lipase juga dihasilkan
olehlambung, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Cara kerja enzim lipase
yaitu : Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan
molekul kompleks yang berukuran besar. Molekul lipid tidak dapat
diangkut oleh cairan getah bening, sehingga perlu dipecah lebih dahulu
menjadi molekul yang lebih kecil. Enzim lipase memecah molekul lipid
menjadi asam lemak dan gliserol yang memiliki molekul lebih sederhana
dan lebih kecil. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air, maka
pengangkutannya dilakukan oleh cairan getah bening ( limfe ).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Rabu / 07 Januari 2015
Waktu
: Pukul 10.00 sd12.00 WITA
Tempat
: Green House Biologi FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi 10 buah
b. Pipet tetes 5 buah
c. Rak tabung reaksi 1 buah
d. Penjepit tabung 1 buah
e. Lampu spritus 1 buah
2. Bahan
a. Ekstrak kecambah kacang hijau
b. Larutan Amilum
c. Larutan Fehling A dan B
d. Larutan HCl encer (3%)
e. Larutan NaOH (10%)
f. Kertas pH meter 3 lembar
C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan segala alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini.
2. Membersihkan tabung reaksi yang akan digunakan dalam percobaan ini.
3. Memasukkan tiap 1 ml ekstrak kecambah kacang hijau ke dalam 10 tabung
reaksi. Kemudian diberi label A (A1,A2,A3), B (B1,B2,B3), C (C1,C2,C3)
dan D.
4. Memasukkan tiap 1 ml larutan amilum ke dalam tabung reaksi yang telah
diberi label.
5. Menghitung pH pada tabung A yang selanjutnya dianggap sebagai pH
awal untuk seluruh tabung (A,B,C dan D).
6. Selanjutnya memasukkan 3 tetes larutan HCl (3%) ke dalam masingmasing tabung B. Kemudian menghitung pHnya yang dianggap sebagai
pH akhir untuk keseluruhan tabung B dan mengamati perubahan warna
yang terjadi pada tabung B. Yang dianggap sebagai perubahan warna
sebelum penambahan larutan fehling A dan B.
7. Memasukkan 3 tetes larutan NaOH (10%) ke dalam masing-masing
tabung C. Kemudian menghitung pHnya yang dianggap sebagai pH akhir
untuk keseluruhan tabung C dan mengamati perubahan warna yang terjadi
pada tabung C. Yang dianggap sebagai perubahan warna sebelum
penambahan larutan fehling A dan B.
8. Selanjutnya memasukkan 1 tetes larutan fehling A dan B kedalam masingmasing tabung B, C dan D. Mencatat seluruh perubahan warna pada
tabung yang dianggap sebagai perubahan warna setelah penambahkan
larutan fehling A dan B.
9. Setelah ditetesi larutan fehling, untuk tabung A1,B1 dan C1 didiamkan
masing-masing selama 5 menit. Langkah selanjutnya tabung dipanasi
menggunakan lampu spritus dan selanjutnya mengamati perubahan warna
setelah larutan didalam tabung dipanasi. Yang dianggap sebagai perubahan
warna setelah dipanaskan.
10. Untuk tabung A2,B2 dan C2 didiamkan selama 10 menit. Langkah
selanjutnya tabung dipanasi menggunakan lampu spritus dan selanjutnya
mengamati perubahan warna setelah larutan didalam tabung dipanasi.
Yang dianggap sebagai perubahan warna setelah dipanaskan.
11. Sedangkan untuk tabung A3,B3,C3 dan D didiamkan selama 15 menit.
Langkah selanjutnya tabung dipanasi menggunakan lampu spritus dan
selanjutnya mengamati perubahan warna setelah larutan didalam tabung
dipanasi. Yang dianggap sebagai perubahan warna setelah dipanaskan.
12. Mencatat seluruh hasil pengamatan pada table pengamtanBAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Dokumentasi Hasil Pengamatan
Kode
tabung
A1
A
A2
A3
B1
B
B2
B3
C1
C
C2
C3
Sebelum
penambahan
Fehling
Setelah penambahan
Fehling
Sebelum dipanaskan
D
D
2. Tabel Hasil Pengamatan
Kode
pH
pH
awal
akhir
A1
A2
A3
6
6
6
-
B1
6
2
B2
6
2
B3
6
2
C1
6
11
Tabun
g
A
B
Perubahan warna pada tabung
Sebelum
Setelah
Setelah
penambahan
penambaha
dipanaskan
Fehling
n Fehling
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Biru Muda Hijau Tosca
Bening
+
Susu
Biru Muda
Biru Muda
Bening
++
Susu
Bening
Biru Muda
Biru Muda
Kuning
Kuning
Abu-Abu
Kecoklatan
C
C2
6
11
Kuning
Ungu
Coklat
Ungu
C3
6
11
Kuning
Ungu
Kecoklatan
D
D
B. Pembahasan
6
-
Bening
Ungu Tua
a
Coklat
Berdasarkan praktikum mengenai pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut :
a. Tabung A
Tabung A terbagi atas A1,A2 dan A3. Untuk masing-masing
tabung A diberi ekstrak kecambah kacang hijau sebanyak 1 ml dan larutan
Amilum sebanyak 1 ml pula. Kemudian larutan pada tabung A diukur
pHnya menggunakan kertas pH. pH yang didapat adalah 6. Selanjutnya
dianggap sebagai pH awal untuk keseluruhan tabung. Kemudian untuk
keseluruhan tabung A ditetesi sebanyak 3 tetes larutan fehling A dan B.
Untuk tabung A1 warna sebelum penambahan fehling adalah putih susu,
kemudian setelah penambahan fehling warnanya tetap putih susu.
Selanjutnya tabung didiamkan selama 5 menit, lalu dipanaskan dan warna
yang kami peroleh tetap saja putih susu yang membedakan ketiganya
adalah banyaknya gumpalan putih yang ada pada masing-masing tabung.
Hasil yang sama juga kami peroleh pada tabung A2 dan A3 yang
membedakan adalah tabung A2 didiamkan selama 10 menit sebelum
dipanaskan dan tabung A3 didiamkan selama 15 menit sebelum
dipanaskan.
b. Tabung B
Tabung B terbagi atas B1,B2 dan B3. Untuk masing-masing
tabung B diberi ekstrak kecambah kacang hijau sebanyak 1 ml dan larutan
Amilum sebanyak 1 ml pula. Kemudian ditambahkan larutan HCl 3%
sebanyak 3 tetes kedalam masing masing tabung B. Setelah itu
ditambahkan lagi 3 tetes larutan Fehling A dan B untuk masing-masing
tabung B. Untuk tabung B1 warna sebelum penambahan fehling yaitu
bening, setelah penambahan fehling warnanya berubah menjadi biru
muda(+). Kemudian didiamkan selama 5 menit lalu dipanaskan. Setelah
dipanaskan warna yang diperoleh adalah hijau tosca susu. Untuk tabung
B2 warna sebelum penambahan fehling yaitu bening, setelah penambahan
fehling warnanya berubah menjadi biru muda (++) . Kemudian didiamkan
selama 10 menit lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan warna yang
diperoleh adalah biru muda susu. Untuk tabung B3 warna sebelum
penambahan fehling yaitu bening, setelah penambahan fehling warnanya
berubah menjadi biru muda. Kemudian didiamkan selama 15 menit lalu
dipanaskan. Setelah dipanaskan warna yang diperoleh adalah tetap yaitu
biru muda.
c. Tabung C
Tabung C terbagi atas C1,C2 dan C3. Untuk masing-masing
tabung C diberi ekstrak kecambah kacang hijau sebanyak 1 ml dan larutan
Amilum sebanyak 1 ml pula. Kemudian ditambahkan larutan NaoH 10%
sebanyak 3 tetes kedalam masing masing tabung C. Setelah itu
ditambahkan lagi 3 tetes larutan Fehling A dan B untuk masing-masing
tabung C. Untuk tabung C1 sebelum penambahan fehling yaitu kuning,
setelah penambahan fehling warnanya berubah menjadi abu-abu.
Kemudian didiamkan selama 5 menit lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan
warna yang diperoleh adalah kuning kecoklatan. Untuk tabung C2
sebelum penambahan fehling yaitu kuning, setelah penambahan fehling
warnanya berubah menjadi ungu. Kemudian didiamkan selama 10 menit
lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan warna yang diperoleh adalah coklat.
Untuk tabung C3 sebelum penambahan fehling yaitu kuning, setelah
penambahan fehling warnanya berubah menjadi ungu. Kemudian
didiamkan selama 15 menit lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan warna
yang diperoleh adalah ungu kecoklatan.
d. Tabung D
Tabung D, setelah penambahan larutan Amilum, warna yang
kami peroleh adalah bening.. Adapun warna setelah ditetesi larutan
Fehling A & B adalah Ungu. Setelah dipanaskan hingga mendidih, maka
warna larutan berubah menjadi Coklat. Untuk tabung D kami tidak
mengukur pHnya karena larutan Feling A dan B yang diteteskan ke dalam
tabung reaksi hanya berfungsi sebagai indicator dalam pembentukan
glukoasa dan merupakan control untuk membandingkan aktivitas enzim
yang terjadi pada tabung A,B dan C.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan yang telah didapatkan dapat disimpulkan
bahwa seluruh enzim peka terhadap perubahan derajat keasaman (pH). Enzim
menjadi non-aktif bila diperlakukan pada asam basa yang sangat kuat.
Sebagian besar enzim dapat bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan
yang agak sempit. Diluar pH optimum tersebut, kenaikan atau penurunan pH
menyebabkan penurunan aktivitas enzim dengan cepat. Misalnya, enzim
pencernaan dilambung mempunyai pH optimum 2 sehingga hanya dapat
bekerja pada kondisi sangat asam. Sebaliknya, enzim pencernaan protein yang
dihasilkan pankreas mempunyai pH Optimum 8,5. Kebanyakan enzim intrasel
mempunyai pH optimum sekitar 7 (Netral ). Pengaruh pH terhadap kerja
enzim dapat terdeteksi karena enzim terdiri atas protein. Jumlah muatan positif
dan negative yang terkandung didalam molekul protein serta bentuk
permukaan protein sebagian ditentukan oleh pH.
B. Saran
Adapun saran-saran saya untuk praktikum selanjutnya adalah untuk
praktikan, agar sebaiknya menjaga kekompakan dalam melakukan praktikum
agar semua anggota kelompok aktif dan kegiatan berlangsung dengan cepat.
Sebaiknya praktikan lebih hati-hati ketika menjepitkan tabung reaksi pada
klem kayu agar tidak terjadi insiden jatuhnya tabung reaksi sehingga
menyebabkan pengambilan data berulang seperti yang terjadi pada kelompok
kami.Untuk asisten, agar sebaiknya terlebih dahulu memberikan pengarahan
yang jelas kepada praktikan agar praktikan dapat melakukan praktikum
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Togu Gultom 2003. Petunjuk Praktikum Biokimia. Yogyakarta :
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Lehninger, A.H., 1995. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Mappiratu dan Nurhaeni. 2009. Penuntun Praktikum Enzim Pangan.
Palu : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Tadulako Palu.
Mongomeri, Rex. 1993. Biokimia Jilid I. Jakarta :
Universitas Gajah Mada.
Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Tim Penyusun Biologi Umum. 2014.Penuntun Praktikum Biologi Umum.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Thenawijaya Maggy, 1990. Dasar-Dasar Biokimia Jilid Satu. Jakarta:
Erlangga.
Yazit, Estien 2006, Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa
Analis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Winarno, F.G. 1986. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa guna larutan Fehling A dan B dan JKJ?
Jawab:
Kegunaan larutan Fehling A dan B yaitu sebagai indikator ada tidaknya
glukosa
yang terkandung pada ekstrak kecambah yang
ditandai dengan
adanya perubahan warna. Kegunaan larutan JKJ yaitu sebagai indicator yang
membuktikan ada tidaknya kandungan protein pada ekstrak kecambah yang
ditandai dengan adanya perubahan warna.
2. Mengapa kecambah perlu dicentrifuge terlebih dahulu?
Jawab:
Ekstrak enzim dari biji kecambah dicentrifuge agar dapat memisahkan antara
ekstrak kecambah dengan endapan kecambah.
3. Apa fungsi HCl dan NaOH pada percobaan di atas?
Jawab:
HCl diberikan untuk memberikan keadaan asam pada larutan , dan NaOH
diberikan untuk memberikan keadaan basa pada larutan, ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh kerja enzim pada keadaan asam dan pada
keadaan basa.
Laporan Lengkap Praktikum Biologi Dasar dengan Judul “Pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim” disusun oleh:
Nama
: Maulyda Awwaliyah.P
NIM
: 1414142006
Kelas
:B
Kelompok
:4
telah diperiksakan dan dikonsultasikan kepada Asisten/Kordinator Asisten maka
dinyatakan diterima.
Makassar,
Asisten
Koordinator Asisten
Djumarirmanto, S.Pd
Januari 2015
Sutriadi
NIM. 1214140002
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Drs.H.Hamka L.Ms
NIP: 19621231 198602 1 005
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahkluk hidup ataupun sel hidup tidak akan terlepas dari aktivitas
metabolisme sebab metabolisme merupakan salah satu ciri kehidupan yang
merupakan bentuk transformasi tenaga atau pertukaran zat melalui
serangkaian reaksi biokimia. Pertumbuhan, perkembangan, sekresi, eksresi
dan kegiatan hidup lainnya merupakan proses reaksi kimia. Namun secara
garis besarnya, perubahan reaksi kimia atau metabolisme dalam sel dapat
dibedakan menjadi dua yaitu anabolisme atau reaksi penyusun dan katablisme
atau pembongkaran. Untuk berlangsungnya proses metabolisme atau
katabolisme diperlukan beberapa molekul zat sebagai bahan reaksi kimia, dan
energi yang mendukung berlangsungnya reaksi kimia serta molekul zat yang
berfungsi sebagai pengaktif reaksi yaitu enzim.
Dalam
mahkluk
hidup,
reaksi
metabolisme
berlangsung
dengan
melibatkan suatu senyawa protein yang disebut enzim. Enzim merupakan
protein yang khusus disintesis oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi yang
berlangsung di dalamnya. Fungsi khusus dari enzim adalah untuk
menurunkan energi aktivasi, mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan yang
tetap tanpa mengubah besarnya tetapan keseimbangan dan sebagai pengendali
reaksinya.
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu
reaksi kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat
perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang
akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter.
Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan
cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh
hormon sebagai promoter.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa enzim bekerja optimal pada
keadaan pH 7 (Netral). Jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis
enzim mengalami inaktivasi. Akan tetapi beberapa enzim hanya beroperasi
dalam keadaan asam atau alkalis. Sebagai contoh, pepsin, enzim yang
dikeluarkan ke lambung, hanya dapat berfungsi dalam kondisi asam, dengan
pH optimal 2.
Percobaan ini kita akan membuktikan kebenaran teori diatas. Bahwa kerja
enzim amylase juga dipengaruhi oleh pH. Enzim amilase merupakan enzim
yang bertugas untuk memecah molekul amilum ini menjadi sakarida dengan
molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa. Yang digunakan sebagai bahan
utama dalam percobaan ini adalah ekstrak kecambah kacang hijau.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat membuktikam
secara langsung mengenai pengaruh pH terhadap aktivitas enzim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan tentang enzim telah dirintis oleh Berzelius pada tahun 1837. Ia
mengusulkan nama "katalis" untuk zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi
zat itu sendiri tidak ikut bereaksi. Namun, proses kimia yang terjadi dengan
pertolongan enzim telah dikenal sejak zaman dahulu misalnya pembuatan anggur
dengan cara fermentasi atau peragian, dan pembuatan asam cuka. Louis Pasteur
salah seorang yang banyak bekerja dalam fermentasi ini dan ketika mengkaji
fermentasi gula menjadi alkohol oleh ragi, Louis Pasteur menyimpulkan bahwa
fermentasi ini dikatalisasi oleh gaya dorong vital yang terdapat dalam sel ragi,
disebut sebagai "ferment", dan diperkirakan hanya berfungsi dalam tubuh
organisme hidup. Ia menulis bahwa "fermentasi alkoholik adalah peristiwa yang
berhubungan dengan kehidupan dan organisasi sel ragi, dan bukannya kematian
ataupun putrefaksi sel tersebut" (Gultom, Togu, 2003).
Reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis selalu melibatkan katalis.
Katalis ini dikenal sebagai katalis biologis (biokatalisator) berupa protein yang
sangat spesifik yang disebut enzim. Enzim merupakan katalis yang sedang
dikembangkan dalam industri kimia. Pengembangan katalis biologis ditujukan
untuk mengurangi konsumsi energi proses serta menghilangkan terikutnya
senyawa-senyawa pengotor dalam produk suatu proses. Katalis ini digunakan
sebagai alternatif katalis anorganik seperti natrium, kalium atau kalsium
hidroksida (Winarno, 1986).
Pada tahun 1878, ahli fisiologi Jerman Wilhelm Kühne (1837–1900) pertama
kali menggunakan istilah "enzyme", yang berasal dari bahasa Yunani ενζυμον
yang berarti "dalam bahan pengembang" (ragi), untuk menjelaskan proses ini.
Kata "enzyme" kemudian digunakan untuk merujuk pada zat mati seperti pepsin,
dan kata ferment digunakan untuk merujuk pada aktivitas kimiawi yang dihasilkan
oleh organisme hidup (Gultom, Togu, 2003).
Enzim adalah molekul protein yang berperan sebagai biokatalis dan
berfungsi untuk mengkatalisis reaksi-reaksi metabolisme yang berlangsung pada
mahkluk hidup. Fungsi ini dipengaruhi oleh faktor lingkungannya seperti
temperatur, keasaman (pH), konsentrasi substrat, konsentrasi enzim dan aktivator.
Pada kondisi optimum, laju reaksi enzimatik akan bekerja secara optimum,
sehingga diperoleh produk yang lebih banyak. Laju reaksi enzimatik akan
bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim, akan tetapi laju reaksi dapat
mencapai konstan bila jumlah substrat bertambah terus sampai melewati batas
kemampuan enzim (Mappiratu, dkk, 2009).
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh
reaksi kimia dalam sistem biologis. Semua enzim murni yang telah diamati
sampai saat ini adalah protein. Aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas
strukturnya sebagai protein. Enzim dapat mempercepat reaksi biologis, dari reaksi
yang sederhana, sampai ke reaksi yang sangat rumit. Enzim bekerja dengan cara
menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi sehingga mempercepat
proses reaksi. Percepatan reaksi terjadi karena enzim menurunkan energy
pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Enzim
mengikat molekul substrat membentuk kompleks enzim substrat yang bersifat
sementara dan lalu terurai membentuk enzim bebas dan produknya
(Lehninger,1995).
Salah satu enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah amilase. Amilase
dapat diartikan sebagai segolongan enzim yang merombak pati, glikogen dan
polisakarida yang lain. Tumbuhan mengandung α dan β amilase, hewan memiliki
hanya α amilase, dijumpai dalam cairan pankreas dan juga (pada manusia dan
beberapa spesies lain) dalam ludah. Amilase memotong rantai polisakarida yang
panjang, menghasilkan campuran glukosa dan maltosa. Amilosa merupakan
polisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa yang saling berikatan
membentuk rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi dengan iodin memberikan
warna biru yang khas (Mongomeri, Rex, 1993).
Menurut Anna (2006) sifat-sifat adalah sebagai berikut :
a. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah
produk akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya
meningkatkan laju suatu reaksi.
b.
Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi substrat
tertentu saja.
c.
Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti
protein. Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar.
Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa
kuat, dan pelarut organik. Selain itu, panas yang terlalu tinggi akan membuat
enzim terdenaturasi sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
d. Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai
katalisator, enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
e. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim
dapat berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya
mempercepat laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat
menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain. Atau sebaliknya,
menyusun senyawa-senyawa menjadi senyawa tertentu.
f. Enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerja enzim adalah suhu, pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor
(penghambat) serta konsentrasi substrat.
g. Berfungsi sebagai katalis. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi tetapi
tidak ikut bereaksi. Enzim tidak mengubah produk akhir yang dibentuk atau
mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkan laju reaksinya saja.
Dngan demikian energi yang dibutuhkan untuk menguraikan suatu substrat
menjadi lebih sedikit.
Menurut Maggy (1990), cara kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua teori,
yaitu teori gembok dan anak kunci, dan teori kecocokan yang terinduksi.
a. Teori gembok dan anak kunci (Lock and key theory)
Enzim dan substrat bergabung bersama membentuk kompleks, seperti
kunci yang masuk dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat
bereaksi dengan energi aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks
lepas dan melepaskan produk serta membebaskan enzim.
b. Teori kecocokan yang terinduksi (Induced fit theory)
Menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan
bentuk yang fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk
sisi aktif termodifikasi melingkupi substrat membentuk kompleks. Ketika
produk sudah terlepas dari kompleks, enzim tidak aktif menjadi bentuk
yang lepas. Sehingga, substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim
tersebut.
Menurut Yazit (2006), beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim
adalah sebagai berikut:
a. Suhu
Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim hewan
suhu optimal antara 35°C dan 40°C, yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas
dan di bawah optimalnya, aktivitas enzim berkurang. Di atas suhu 50°C
enzim secara bertahap menjadi inaktif karena protein terdenaturasi. Pada
suhu 100°C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah, enzim
tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak berkurang
(Gaman & Sherrington, 1994). Enzim memiliki suhu optimum yaitu
sekitar 180-230C atau maksimal 400C karena pada suhu 450C enzim akan
terdenaturasi karena merupakan salah satu bentuk protein.
b. pH atau Keasaman
pH optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium
menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi.
Akan tetapi beberapa enzim hanya beroperasi dalam keadaan asam atau
alkalis. Sebagai contoh, pepsin, enzim yang dikeluarkan ke lambung,
hanya dapat berfungsi dalam kondisi asam, dengan pH optimal 2.
c.
Konsentrasi Enzim, Substrat dan Kofaktor.
Jika pH dan suhu suatu sistem enzim dalam keadaan konstan serta
jumlah substrat berlebihan, laju reaksi adalah sebanding dengan enzim
yang ada. Jika pH, suhu, dan konsentrasi enzim dalam keadaan konstan,
reaksi awal hingga batas tertentu sebanding dengan substrat yang ada. Jika
sistem enzim memerlukan suatu koenzim atau ion kofaktor , konsentrasi
subsrat dapat menentukan laju keseluruhan sistem enzim.
d. Inhibitor Enzim
Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor berupa zat
kimia tertentu. Zat kimia tersebut merupakan senyawa selain substrat yang
biasa terikat pada sisi aktif enzim (substrat normal) sehingga antara
substrat dan inhibitor terjadi persaingan untuk mendapatkan sisi aktif .
Persaingan tersebut terjadi karena inhibitor biasanya mempunyai
kemiripan kimiawi dengan substrat normal. Pada konsentrasi Substrat
yang rendah akan terlihat dampak inhibitor terhadap laju reaksi, kondisi
tersebut berbalik bila konsentrasi substrat naik.
Menurut Yazit (2006) macam-macam enzim pencernaan yaitu :
a. Enzim ptialin
Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar
ludah. Fungsi enzim ptialin untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi
glukosa.
a. Enzim amilase
Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah ( parotis ) di mulut
dan kelenjar pankreas. Kerja enzim amilase yaitu :Amilum sering dikenal
dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat atau
sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase memecah
molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang lebih
sederhana yaitu maltose.
b. Enzim maltase
Enzim maltase terdapat di usus dua belas jari, berfungsi memecah
molekul maltosa menjadi molekul glukosa . Glukosa merupakan sakarida
sederhana ( monosakarida ). Molekul glukosa berukuran kecil dan lebih
ringan dari pada maltosa, sehingga darah dapat mengangkut glukosa untuk
dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan.
c. Enzim pepsin
Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar di lambung berupa
pepsinogen . Selanjutnya pepsinogen bereaksi dengan asam lambung
menjadi pepsin. Carakerja enzim pepsin yaitu : Enzim pepsin memecah
molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana
yaitu pepton . Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat diangkut oleh
darah.
d. Enzim tripsin
Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke
dalam usus dua belas jari ( duodenum ). Cara kerja enzim tripsin yaitu:
Asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana jika dibanding
molekul pepton . Molekul asam amino inilah yang diangkut darah dan
dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. Selanjutnya sel akan merakit
kembali asam amino-asam amino membentuk protein untuk berbagai
kebutuhan sel.
e. Enzim renin
Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi enzim
renin untuk mengendapkan kasein dari air susu. Kasein merupakan protein
susu, sering disebut keju. Setelah kasein diendapkan dari air susu maka zat
dalam air susu dapat dicerna.
f. Asam khlorida (HCl)
Asam khlorida (HCl) sering dikenal dengan sebutan asam lambung,
dihasilkan oleh kelenjar didalam dinding lambung. Asam khlorida
berfungsi untuk membunuh mikroorganisme tertentu yang masuk
bersama-sama makanan. Produksi asam khlorida yang tidak stabil dan
cenderung berlebih, dapat menyebabkan radang lambung yang sering
disebut penyakit ”mag”.
g. Cairan empedu
Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantong
empedu. Empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin yang
menyebabkan kotoran sisa pencernaan berwarna kekuningan. Empedu
berasal dari rombakan sel darah merah ( erithrosit ) yang tua atau telah
rusak dan tidak digunakan untuk membentuk sel darah merah yang baru.
Fungsi empedu yaitu memecah molekul lemak menjadi butiran-butiran
yang lebih halus sehingga membentuk suatu emulsi . Lemak yang sudah
berwujud emulsi ini selanjutnya akan dicerna menjadi molekul-molekul
yang lebih sederhana lagi.
h. Enzim lipase
Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan
ke dalam usus dua belas jari ( duodenum ). Enzim lipase juga dihasilkan
olehlambung, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Cara kerja enzim lipase
yaitu : Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan
molekul kompleks yang berukuran besar. Molekul lipid tidak dapat
diangkut oleh cairan getah bening, sehingga perlu dipecah lebih dahulu
menjadi molekul yang lebih kecil. Enzim lipase memecah molekul lipid
menjadi asam lemak dan gliserol yang memiliki molekul lebih sederhana
dan lebih kecil. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air, maka
pengangkutannya dilakukan oleh cairan getah bening ( limfe ).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Rabu / 07 Januari 2015
Waktu
: Pukul 10.00 sd12.00 WITA
Tempat
: Green House Biologi FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi 10 buah
b. Pipet tetes 5 buah
c. Rak tabung reaksi 1 buah
d. Penjepit tabung 1 buah
e. Lampu spritus 1 buah
2. Bahan
a. Ekstrak kecambah kacang hijau
b. Larutan Amilum
c. Larutan Fehling A dan B
d. Larutan HCl encer (3%)
e. Larutan NaOH (10%)
f. Kertas pH meter 3 lembar
C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan segala alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini.
2. Membersihkan tabung reaksi yang akan digunakan dalam percobaan ini.
3. Memasukkan tiap 1 ml ekstrak kecambah kacang hijau ke dalam 10 tabung
reaksi. Kemudian diberi label A (A1,A2,A3), B (B1,B2,B3), C (C1,C2,C3)
dan D.
4. Memasukkan tiap 1 ml larutan amilum ke dalam tabung reaksi yang telah
diberi label.
5. Menghitung pH pada tabung A yang selanjutnya dianggap sebagai pH
awal untuk seluruh tabung (A,B,C dan D).
6. Selanjutnya memasukkan 3 tetes larutan HCl (3%) ke dalam masingmasing tabung B. Kemudian menghitung pHnya yang dianggap sebagai
pH akhir untuk keseluruhan tabung B dan mengamati perubahan warna
yang terjadi pada tabung B. Yang dianggap sebagai perubahan warna
sebelum penambahan larutan fehling A dan B.
7. Memasukkan 3 tetes larutan NaOH (10%) ke dalam masing-masing
tabung C. Kemudian menghitung pHnya yang dianggap sebagai pH akhir
untuk keseluruhan tabung C dan mengamati perubahan warna yang terjadi
pada tabung C. Yang dianggap sebagai perubahan warna sebelum
penambahan larutan fehling A dan B.
8. Selanjutnya memasukkan 1 tetes larutan fehling A dan B kedalam masingmasing tabung B, C dan D. Mencatat seluruh perubahan warna pada
tabung yang dianggap sebagai perubahan warna setelah penambahkan
larutan fehling A dan B.
9. Setelah ditetesi larutan fehling, untuk tabung A1,B1 dan C1 didiamkan
masing-masing selama 5 menit. Langkah selanjutnya tabung dipanasi
menggunakan lampu spritus dan selanjutnya mengamati perubahan warna
setelah larutan didalam tabung dipanasi. Yang dianggap sebagai perubahan
warna setelah dipanaskan.
10. Untuk tabung A2,B2 dan C2 didiamkan selama 10 menit. Langkah
selanjutnya tabung dipanasi menggunakan lampu spritus dan selanjutnya
mengamati perubahan warna setelah larutan didalam tabung dipanasi.
Yang dianggap sebagai perubahan warna setelah dipanaskan.
11. Sedangkan untuk tabung A3,B3,C3 dan D didiamkan selama 15 menit.
Langkah selanjutnya tabung dipanasi menggunakan lampu spritus dan
selanjutnya mengamati perubahan warna setelah larutan didalam tabung
dipanasi. Yang dianggap sebagai perubahan warna setelah dipanaskan.
12. Mencatat seluruh hasil pengamatan pada table pengamtanBAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Dokumentasi Hasil Pengamatan
Kode
tabung
A1
A
A2
A3
B1
B
B2
B3
C1
C
C2
C3
Sebelum
penambahan
Fehling
Setelah penambahan
Fehling
Sebelum dipanaskan
D
D
2. Tabel Hasil Pengamatan
Kode
pH
pH
awal
akhir
A1
A2
A3
6
6
6
-
B1
6
2
B2
6
2
B3
6
2
C1
6
11
Tabun
g
A
B
Perubahan warna pada tabung
Sebelum
Setelah
Setelah
penambahan
penambaha
dipanaskan
Fehling
n Fehling
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Putih Susu
Biru Muda Hijau Tosca
Bening
+
Susu
Biru Muda
Biru Muda
Bening
++
Susu
Bening
Biru Muda
Biru Muda
Kuning
Kuning
Abu-Abu
Kecoklatan
C
C2
6
11
Kuning
Ungu
Coklat
Ungu
C3
6
11
Kuning
Ungu
Kecoklatan
D
D
B. Pembahasan
6
-
Bening
Ungu Tua
a
Coklat
Berdasarkan praktikum mengenai pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut :
a. Tabung A
Tabung A terbagi atas A1,A2 dan A3. Untuk masing-masing
tabung A diberi ekstrak kecambah kacang hijau sebanyak 1 ml dan larutan
Amilum sebanyak 1 ml pula. Kemudian larutan pada tabung A diukur
pHnya menggunakan kertas pH. pH yang didapat adalah 6. Selanjutnya
dianggap sebagai pH awal untuk keseluruhan tabung. Kemudian untuk
keseluruhan tabung A ditetesi sebanyak 3 tetes larutan fehling A dan B.
Untuk tabung A1 warna sebelum penambahan fehling adalah putih susu,
kemudian setelah penambahan fehling warnanya tetap putih susu.
Selanjutnya tabung didiamkan selama 5 menit, lalu dipanaskan dan warna
yang kami peroleh tetap saja putih susu yang membedakan ketiganya
adalah banyaknya gumpalan putih yang ada pada masing-masing tabung.
Hasil yang sama juga kami peroleh pada tabung A2 dan A3 yang
membedakan adalah tabung A2 didiamkan selama 10 menit sebelum
dipanaskan dan tabung A3 didiamkan selama 15 menit sebelum
dipanaskan.
b. Tabung B
Tabung B terbagi atas B1,B2 dan B3. Untuk masing-masing
tabung B diberi ekstrak kecambah kacang hijau sebanyak 1 ml dan larutan
Amilum sebanyak 1 ml pula. Kemudian ditambahkan larutan HCl 3%
sebanyak 3 tetes kedalam masing masing tabung B. Setelah itu
ditambahkan lagi 3 tetes larutan Fehling A dan B untuk masing-masing
tabung B. Untuk tabung B1 warna sebelum penambahan fehling yaitu
bening, setelah penambahan fehling warnanya berubah menjadi biru
muda(+). Kemudian didiamkan selama 5 menit lalu dipanaskan. Setelah
dipanaskan warna yang diperoleh adalah hijau tosca susu. Untuk tabung
B2 warna sebelum penambahan fehling yaitu bening, setelah penambahan
fehling warnanya berubah menjadi biru muda (++) . Kemudian didiamkan
selama 10 menit lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan warna yang
diperoleh adalah biru muda susu. Untuk tabung B3 warna sebelum
penambahan fehling yaitu bening, setelah penambahan fehling warnanya
berubah menjadi biru muda. Kemudian didiamkan selama 15 menit lalu
dipanaskan. Setelah dipanaskan warna yang diperoleh adalah tetap yaitu
biru muda.
c. Tabung C
Tabung C terbagi atas C1,C2 dan C3. Untuk masing-masing
tabung C diberi ekstrak kecambah kacang hijau sebanyak 1 ml dan larutan
Amilum sebanyak 1 ml pula. Kemudian ditambahkan larutan NaoH 10%
sebanyak 3 tetes kedalam masing masing tabung C. Setelah itu
ditambahkan lagi 3 tetes larutan Fehling A dan B untuk masing-masing
tabung C. Untuk tabung C1 sebelum penambahan fehling yaitu kuning,
setelah penambahan fehling warnanya berubah menjadi abu-abu.
Kemudian didiamkan selama 5 menit lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan
warna yang diperoleh adalah kuning kecoklatan. Untuk tabung C2
sebelum penambahan fehling yaitu kuning, setelah penambahan fehling
warnanya berubah menjadi ungu. Kemudian didiamkan selama 10 menit
lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan warna yang diperoleh adalah coklat.
Untuk tabung C3 sebelum penambahan fehling yaitu kuning, setelah
penambahan fehling warnanya berubah menjadi ungu. Kemudian
didiamkan selama 15 menit lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan warna
yang diperoleh adalah ungu kecoklatan.
d. Tabung D
Tabung D, setelah penambahan larutan Amilum, warna yang
kami peroleh adalah bening.. Adapun warna setelah ditetesi larutan
Fehling A & B adalah Ungu. Setelah dipanaskan hingga mendidih, maka
warna larutan berubah menjadi Coklat. Untuk tabung D kami tidak
mengukur pHnya karena larutan Feling A dan B yang diteteskan ke dalam
tabung reaksi hanya berfungsi sebagai indicator dalam pembentukan
glukoasa dan merupakan control untuk membandingkan aktivitas enzim
yang terjadi pada tabung A,B dan C.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan yang telah didapatkan dapat disimpulkan
bahwa seluruh enzim peka terhadap perubahan derajat keasaman (pH). Enzim
menjadi non-aktif bila diperlakukan pada asam basa yang sangat kuat.
Sebagian besar enzim dapat bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan
yang agak sempit. Diluar pH optimum tersebut, kenaikan atau penurunan pH
menyebabkan penurunan aktivitas enzim dengan cepat. Misalnya, enzim
pencernaan dilambung mempunyai pH optimum 2 sehingga hanya dapat
bekerja pada kondisi sangat asam. Sebaliknya, enzim pencernaan protein yang
dihasilkan pankreas mempunyai pH Optimum 8,5. Kebanyakan enzim intrasel
mempunyai pH optimum sekitar 7 (Netral ). Pengaruh pH terhadap kerja
enzim dapat terdeteksi karena enzim terdiri atas protein. Jumlah muatan positif
dan negative yang terkandung didalam molekul protein serta bentuk
permukaan protein sebagian ditentukan oleh pH.
B. Saran
Adapun saran-saran saya untuk praktikum selanjutnya adalah untuk
praktikan, agar sebaiknya menjaga kekompakan dalam melakukan praktikum
agar semua anggota kelompok aktif dan kegiatan berlangsung dengan cepat.
Sebaiknya praktikan lebih hati-hati ketika menjepitkan tabung reaksi pada
klem kayu agar tidak terjadi insiden jatuhnya tabung reaksi sehingga
menyebabkan pengambilan data berulang seperti yang terjadi pada kelompok
kami.Untuk asisten, agar sebaiknya terlebih dahulu memberikan pengarahan
yang jelas kepada praktikan agar praktikan dapat melakukan praktikum
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Togu Gultom 2003. Petunjuk Praktikum Biokimia. Yogyakarta :
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Lehninger, A.H., 1995. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Mappiratu dan Nurhaeni. 2009. Penuntun Praktikum Enzim Pangan.
Palu : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Tadulako Palu.
Mongomeri, Rex. 1993. Biokimia Jilid I. Jakarta :
Universitas Gajah Mada.
Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Tim Penyusun Biologi Umum. 2014.Penuntun Praktikum Biologi Umum.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Thenawijaya Maggy, 1990. Dasar-Dasar Biokimia Jilid Satu. Jakarta:
Erlangga.
Yazit, Estien 2006, Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa
Analis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Winarno, F.G. 1986. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa guna larutan Fehling A dan B dan JKJ?
Jawab:
Kegunaan larutan Fehling A dan B yaitu sebagai indikator ada tidaknya
glukosa
yang terkandung pada ekstrak kecambah yang
ditandai dengan
adanya perubahan warna. Kegunaan larutan JKJ yaitu sebagai indicator yang
membuktikan ada tidaknya kandungan protein pada ekstrak kecambah yang
ditandai dengan adanya perubahan warna.
2. Mengapa kecambah perlu dicentrifuge terlebih dahulu?
Jawab:
Ekstrak enzim dari biji kecambah dicentrifuge agar dapat memisahkan antara
ekstrak kecambah dengan endapan kecambah.
3. Apa fungsi HCl dan NaOH pada percobaan di atas?
Jawab:
HCl diberikan untuk memberikan keadaan asam pada larutan , dan NaOH
diberikan untuk memberikan keadaan basa pada larutan, ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh kerja enzim pada keadaan asam dan pada
keadaan basa.