asuhan keperawatan pada klien dengan pne
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan pada system pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan
dengan infeksi pada system organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejalagejala serta gangguan yang relative ringan sampai Pneumonia berat.
Pneumonia adalah radang paru-paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Data yang diperoleh dari WHO dan
UNICEF 50% dari pneumonia disebabkan oleh kuman ‘sterptokokus pneumonia’ (IPD)
dan 30% oleh Haemophylus Influenza type B (HIB), sisanya oleh virus dan penyebab
lain.
Secara global, sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh penyakit
‘streptokokus pneumonia’, didalamnya 700.000 hingga 1 (satu) juta balita terutama
berasal dari Negara berkembang. Secara nasional angka kejadian pneumonia belum
diketahui secara pasti. Data yang ada baru berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen
P2M-PL Depkes RI tahun 2007 dari 31 provinsi ditemukan 477.429 balita dengan
pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah seluruh balita di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan mengenai penyakit pneumonia ini menarik beberapa
rumusan masalah diantanya:
1. membahas tentang penyakit penoumonia melalui beberapa pengertian dari
beberapa sumber.
2. mengetahui penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi dan lainnya
menyangkut penyakit pneumonia
3. smengetahui asuhan keperawatan pada pasien pneumonia.
1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang penyakit pneumonia sehingga
memudahkan seseorang dalam penanganan atau tindakan yang diberikan kepada
penderita, dalam hal ini mencakup dari peran instansi kesehatan maupun khalayak
umum agar kekeliruan, kesalahpahaman, maupun ketidaktahuan tentang hal ini dapat
teratasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. PENGERTIAN
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993)
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacammacam sebab seperti bakteri, virus, jamur,dan benda asing.
2. ETIOLOGI
Lebih
pneumoniae”
dari 90% pneumonia
(pneumo
kokus),
bakterial
seringkali
disebabkan oleh
menimbulkan
“Diplococcus
pneumonia
lobaris.
“Staphylococcus aureus”merupakan penyebab sebanyak 1-5%, terutama mengenai bayi
dan orang tua. Pneumonia stafilokok ini lebih sering terjadi pada penderita diabetes
militus,
Penyakit berat dan sebagai superinfeksi waktu epidemi influenza. Klebsiela
spesies merupakan penyebab sebanyak 1- 5%, seringkali pada alkoholisme, orang tua
dan diabetes militus. “Hemophilus influenza” dapat menjadi penyebab pada anak usia 6
bulan sampai 3 tahun dan orang dewasa yang menderita penyakit paru-paru lain yang
berat. “Streptococcus hemolyticus” biasanya menyebabkan infeksi traktus respiratorius
bagian atas, jarang-jarang dapat menimbulkan pneumonia, terutama sebagai komplikasi
morbili atau influenza. Bakteri anaerob mungkin juga sebagai penyebab.
3
Bakteri gram negatif merupakan kuman penting pada infeksi di rumah sakit.
Seringkali terjadi pada penderita yang di intubasi trakeal dan pernapasan buatan. Yang
sering ialah Pseudomonas.
3. MANIFESTASI KLINIK
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut
selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat
dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak
kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga
ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Tanda dan Gejala berupa:
-
Batuk nonproduktif
-
Ingus (nasal discharge)
-
Suara napas lemah
-
Retraksi intercosta
-
Penggunaan otot bantu nafas
-
Demam
-
Ronchii
-
Cyanosis
-
Batuk
-
Sakit kepala
-
Kekakuan dan nyeri otot
-
Sesak nafas
-
Menggigil
-
Berkeringat
-
Lelah
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan kulit yang lembab, mual dan muntah,
serta kekakuan sendi. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
4
4. PATOFISIOLOGI
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman
di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari
luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit)
yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya,
dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan,
hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut
keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran penyebab tersebut.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sinar X
Mengidentifikasi distribusi struktural (misal:lobar,bronkial), dapat juga
menyatakan abses/infiltrat, empiema (stapilococcus), infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering
virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada mungkin bersih.
GDA/Nadi oksimetri
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi
fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
Lebih dari 1 tipe organisme ada bakteri yang umum meliputi Diplococcus
pneumonia, Stapilococcus aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus
influenza.
JDL
Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
Pemeriksaan serologi, misal: titer virus atau Legionella, aglutinin dingin
Membantu dalam membedakan diagnosa organisme khusus.
LED: Meningkat.
5
Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan napas
mungkin
meningkat
dan
komplain
menurun.
Mungkin
terjadi
perembesan/hipoksemia.
Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
Bilirubin: Mungkin meningkat.
Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat
menyatakan
intranuklear
tipikal
dan
keterlibatan
sitoplasmik,
karakteristik sel raksasa ( rubeolla).
B. KONSEP KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Identitas :
- Umur : Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa
- Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar
- Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar.
Riwayat Masuk
Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batukbatuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila
anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).
Riwayat Penyakit Dahulu
Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi
dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.
Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis
penderita
6
Pola kegiatan sehari-hari
-
Pola makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, mual/muntah
Tanda: distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus
-
Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda: penurunan toleransi terhadap aktivitas
Pengkajian Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Integumen
Subyektif : Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder),
banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
2. Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng
Obyektif
:
Pernafasan
(produktif/nonproduktif),
cuping
sputum
hidung,
banyak,
hiperventilasi,
penggunaan
otot
batuk
bantu
pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan
meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
3. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas
darah menurun
4. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal
7
5. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
6. Sistem genitourinaria
Subyektif : Obyektif : produksi urine menurun/normal,
7. Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
Studi Laboratorik :
- Hb : menurun/normal
- Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah,
kadar karbon darah meningkat/normal
- Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan
edema.
2. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Infeksi Paru
3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan :
- Distrees pernafasan
- Penurunan intake cairan
- Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam
4. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi (penyebaran) berhubungan dengan Ketidak
adekuatan pertahanan utama.
8
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan
edema.
Suatu Keadaan di mana seorang individu mengalami suatu ancaman yang
nyata
atau
potensial
pada
status
pernapasan
sehubungan
dengan
ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
Kriteria Hasil:
- Tidak mengalami aspirasi.
- Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam
paru-paru.
Intervensi
Rasional
Kaji frekuensi / kedalaman pernapasan Takipnea,
dan gerakan dada.
pernapasan
dangkal,
dan
gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding
dada dan/atau cairan paru.
Auskultasi
area
paru,
catat
area Penurunan aliran udara terjadi pada area
penurunan/tak ada aliran udara dan konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas
bunyi napas adventisius
bronkial (normal pada bronkus) dapat
juga
terjadi
pada
area
konsolidasi.
Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada
inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons
terhadap pengumpulan cairan, sekret
kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.
Bantu pasien napas sering. Tunjukkan/ Napas
dalam
memudahkan
ekspansi
bantu pasien mempelajari melakukan maksimum paru-paru/jalan napas lebih
batuk, mis., menekan dada dan batuk kecil.
efektif sementara posisi duduk tinggi.
Batuk
pembersihan
adalah
jalan
mekanisme
napas
alami,
membantu silia untuk mempertahankan
jalan
9
napas
paten.
Penekanan
menurunkan ketidaknyamanan dada dan
posisi duduk memungkinkan upaya napas
lebih dalam dan lebih kuat.
Penghisapan sesuai indikasi.
Merangsang batuk atau pembersihan
jalan napas secara mekanik pada pasien
yang tak mampu melakukan karena batuk
tak
efektif
atau
penurunan
tingkat
kesadaran.
2. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Infeksi Paru
Karakteristik :
Batuk (baik produktif maupun non produktif) haluaran nasal, sesak nafas,
Tachipnea, suara nafas terbatas, retraksi, demam, diaporesis, ronchii, cyanosis,
leukositosis
Kriteria Hasil:
Akan mengalami pola nafas efektif yang ditandai dengan :
- Suara nafas paru bersih dan sama pada kedua sisi
- Suhu tubuh dalam batas 36,5 – 37,2OC
- Laju nafas dalam rentang normal
- Tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi dan diaporesis
Intervensi
Rasional
Lakukan pengkajian tiap 4 jam terhadap Evaluasi dan reassessment terhadap
RR, S, dan tanda-tanda keefektifan jalan tindakan yang akan/telah diberikan
napas
Lakukan
terjadwal
Phisioterapi
dada
secara Mengeluarkan sekresi jalan nafas,
mencegah obstruksi
Berikan Oksigen lembab, kaji keefektifan Meningkatkan
terapi
10
jaringan paru
suplai
oksigen
Lakukan suction secara bertahap
Membantu pembersihan jalan nafas
3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan :
-
Distrees pernafasan
-
Penurunan intake cairan
-
Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam
Karakteristik:
Hilangnya nafsu makan/minum, letargi, demam., muntah, diare, membrana
mukosa kering, turgor kulit buruk, penurunan output urine.
Kriteria Hasil:
Akan mendapatkan sejumlah cairan yang adekuat ditandai dengan :
- Intake adekuat, baik IV maupun oral
- Tidak adanya , muntah, diare
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Urine output adekuat, BJ Urine 1.008 – 1,020
Intervensi
Rasional
Catat intake dan output, berat diapers untuk Evaluasi ketat kebutuhan intake
output
dan output
Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda Meyakinkan
terpenuhinya
devisit cairan dan kondisi IV line
kebutuhan cairan
Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu
Evaluasi obyektif sederhana devisit
Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam
volume cairan
Meningkatkan bersihan sal cerna,
meningkatkan nafsu makan/minum
4. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi
Ketidakadekuatan pertahanan utama.
11
(penyebaran)
berhungan
dengan
Kriteria Hasil:
- Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi.
- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.
Intervensi
Rasional
Pantau tanda vital dengan ketat, khusunya Selama periode waktu ini, potensial
selama awal terapi.
komplikasi
fatal
(\hipotensi/syok)
dapat terjadi.
Anjurkan
pasien
memperhatikan Meskipun pasien dapat menemukan
pengeluaran sekret (mis., meningkatkan pengeluaran dan upaya membatasi
pengeluaran daripada menelannya) dan atau menghindarinya, penting bahwa
melaporkan perubahan warna, jumlah dan sputum harus dikeluarkan dengan
bau sekret.
cara aman.
Tunjukkan/dorong tehnik mencuci tangan Efektif
berarti
menurunkan
yang baik.
penyebaran /tambahan infeksi.
Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Menurunkan
pemajanan
patogen infeksi lain.
12
terhadap
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menelaah dari pembahasan mengenai Pneumonia, maka dapat di
simpulkan bahwa penyakit pneumonia itu adalah radang paru dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli atau bronkus oleh eksudat yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing.
Selain itu banyaknya angka kejadian penyakit pneumonia khususnya pada balita
bisa disebabkan diantaranya tingkat pendidikan responden yang dari pengamatan
langsung di lapangan didapatkan informasi bahwa sebagian besar pendidikan ibu-ibu
yang mempunyai balita dengan penyakit pneumonia di klinik hanya tamatan SD
(Sekolah Dasar). Itu artinya semua tergantung pengetahuan perorang sehingga setelah
membaca inti dari bahasan ini maka setiap individu lebih sigap dalam mencegah
terjadinya maupun mengobati penyakit tersebut
B. Saran
“mencegah lebih baik daripada mengobati” adalah saran yang sangat bijak
untuk menjauhkan seseorang dari penyakit pneumonia. Selain itu kami mempunyai
beberapa saran di antaranya
1. Perhatikan sanitasi lingkungan dan perketat personal hygien
2. Tingkatkan imunitas tubuh
3. Hindari mikroba penyebab dengan berbagai cara seperti mamakai masker
setiap berkendara
4. Kenali gejalanya. Jika terdapat gejala dan tanda penyakit segera konsultasi
ke ahli atau ke dokter
5. Jika positif mengidap penyakit pneumonia maka berobat dan ikuti instruksi
dari spcialis tertentu.
13
DAFTAR PUSTAKA
Acton, Sharon Enis & Fugate, Terry (1993) Pediatric Care Plans, AddisonWesley Co.
Philadelphia
Donges,marilynn.Rencana Asuhan Keperawatan.
edisi3:Buku Kedokteran.
Himawan,dr.Sutisa.1973.Patologi. Universitas Indonesia:Jakarta
Junaidi,Purnawan.S
Soemasto,Atiek.Amelz
Kedokteran.edisi 2:Jakarta.
14
Husna.1982.Capita
Selecta
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan pada system pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan
dengan infeksi pada system organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejalagejala serta gangguan yang relative ringan sampai Pneumonia berat.
Pneumonia adalah radang paru-paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Data yang diperoleh dari WHO dan
UNICEF 50% dari pneumonia disebabkan oleh kuman ‘sterptokokus pneumonia’ (IPD)
dan 30% oleh Haemophylus Influenza type B (HIB), sisanya oleh virus dan penyebab
lain.
Secara global, sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh penyakit
‘streptokokus pneumonia’, didalamnya 700.000 hingga 1 (satu) juta balita terutama
berasal dari Negara berkembang. Secara nasional angka kejadian pneumonia belum
diketahui secara pasti. Data yang ada baru berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen
P2M-PL Depkes RI tahun 2007 dari 31 provinsi ditemukan 477.429 balita dengan
pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah seluruh balita di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan mengenai penyakit pneumonia ini menarik beberapa
rumusan masalah diantanya:
1. membahas tentang penyakit penoumonia melalui beberapa pengertian dari
beberapa sumber.
2. mengetahui penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi dan lainnya
menyangkut penyakit pneumonia
3. smengetahui asuhan keperawatan pada pasien pneumonia.
1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang penyakit pneumonia sehingga
memudahkan seseorang dalam penanganan atau tindakan yang diberikan kepada
penderita, dalam hal ini mencakup dari peran instansi kesehatan maupun khalayak
umum agar kekeliruan, kesalahpahaman, maupun ketidaktahuan tentang hal ini dapat
teratasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. PENGERTIAN
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993)
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacammacam sebab seperti bakteri, virus, jamur,dan benda asing.
2. ETIOLOGI
Lebih
pneumoniae”
dari 90% pneumonia
(pneumo
kokus),
bakterial
seringkali
disebabkan oleh
menimbulkan
“Diplococcus
pneumonia
lobaris.
“Staphylococcus aureus”merupakan penyebab sebanyak 1-5%, terutama mengenai bayi
dan orang tua. Pneumonia stafilokok ini lebih sering terjadi pada penderita diabetes
militus,
Penyakit berat dan sebagai superinfeksi waktu epidemi influenza. Klebsiela
spesies merupakan penyebab sebanyak 1- 5%, seringkali pada alkoholisme, orang tua
dan diabetes militus. “Hemophilus influenza” dapat menjadi penyebab pada anak usia 6
bulan sampai 3 tahun dan orang dewasa yang menderita penyakit paru-paru lain yang
berat. “Streptococcus hemolyticus” biasanya menyebabkan infeksi traktus respiratorius
bagian atas, jarang-jarang dapat menimbulkan pneumonia, terutama sebagai komplikasi
morbili atau influenza. Bakteri anaerob mungkin juga sebagai penyebab.
3
Bakteri gram negatif merupakan kuman penting pada infeksi di rumah sakit.
Seringkali terjadi pada penderita yang di intubasi trakeal dan pernapasan buatan. Yang
sering ialah Pseudomonas.
3. MANIFESTASI KLINIK
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut
selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat
dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak
kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga
ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Tanda dan Gejala berupa:
-
Batuk nonproduktif
-
Ingus (nasal discharge)
-
Suara napas lemah
-
Retraksi intercosta
-
Penggunaan otot bantu nafas
-
Demam
-
Ronchii
-
Cyanosis
-
Batuk
-
Sakit kepala
-
Kekakuan dan nyeri otot
-
Sesak nafas
-
Menggigil
-
Berkeringat
-
Lelah
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan kulit yang lembab, mual dan muntah,
serta kekakuan sendi. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
4
4. PATOFISIOLOGI
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman
di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari
luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit)
yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya,
dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan,
hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut
keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran penyebab tersebut.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sinar X
Mengidentifikasi distribusi struktural (misal:lobar,bronkial), dapat juga
menyatakan abses/infiltrat, empiema (stapilococcus), infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering
virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada mungkin bersih.
GDA/Nadi oksimetri
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi
fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
Lebih dari 1 tipe organisme ada bakteri yang umum meliputi Diplococcus
pneumonia, Stapilococcus aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus
influenza.
JDL
Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
Pemeriksaan serologi, misal: titer virus atau Legionella, aglutinin dingin
Membantu dalam membedakan diagnosa organisme khusus.
LED: Meningkat.
5
Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan napas
mungkin
meningkat
dan
komplain
menurun.
Mungkin
terjadi
perembesan/hipoksemia.
Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
Bilirubin: Mungkin meningkat.
Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat
menyatakan
intranuklear
tipikal
dan
keterlibatan
sitoplasmik,
karakteristik sel raksasa ( rubeolla).
B. KONSEP KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Identitas :
- Umur : Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa
- Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar
- Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar.
Riwayat Masuk
Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batukbatuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila
anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).
Riwayat Penyakit Dahulu
Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi
dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.
Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis
penderita
6
Pola kegiatan sehari-hari
-
Pola makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, mual/muntah
Tanda: distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus
-
Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda: penurunan toleransi terhadap aktivitas
Pengkajian Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Integumen
Subyektif : Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder),
banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
2. Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng
Obyektif
:
Pernafasan
(produktif/nonproduktif),
cuping
sputum
hidung,
banyak,
hiperventilasi,
penggunaan
otot
batuk
bantu
pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan
meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
3. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas
darah menurun
4. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal
7
5. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
6. Sistem genitourinaria
Subyektif : Obyektif : produksi urine menurun/normal,
7. Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
Studi Laboratorik :
- Hb : menurun/normal
- Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah,
kadar karbon darah meningkat/normal
- Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan
edema.
2. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Infeksi Paru
3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan :
- Distrees pernafasan
- Penurunan intake cairan
- Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam
4. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi (penyebaran) berhubungan dengan Ketidak
adekuatan pertahanan utama.
8
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan
edema.
Suatu Keadaan di mana seorang individu mengalami suatu ancaman yang
nyata
atau
potensial
pada
status
pernapasan
sehubungan
dengan
ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
Kriteria Hasil:
- Tidak mengalami aspirasi.
- Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam
paru-paru.
Intervensi
Rasional
Kaji frekuensi / kedalaman pernapasan Takipnea,
dan gerakan dada.
pernapasan
dangkal,
dan
gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding
dada dan/atau cairan paru.
Auskultasi
area
paru,
catat
area Penurunan aliran udara terjadi pada area
penurunan/tak ada aliran udara dan konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas
bunyi napas adventisius
bronkial (normal pada bronkus) dapat
juga
terjadi
pada
area
konsolidasi.
Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada
inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons
terhadap pengumpulan cairan, sekret
kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.
Bantu pasien napas sering. Tunjukkan/ Napas
dalam
memudahkan
ekspansi
bantu pasien mempelajari melakukan maksimum paru-paru/jalan napas lebih
batuk, mis., menekan dada dan batuk kecil.
efektif sementara posisi duduk tinggi.
Batuk
pembersihan
adalah
jalan
mekanisme
napas
alami,
membantu silia untuk mempertahankan
jalan
9
napas
paten.
Penekanan
menurunkan ketidaknyamanan dada dan
posisi duduk memungkinkan upaya napas
lebih dalam dan lebih kuat.
Penghisapan sesuai indikasi.
Merangsang batuk atau pembersihan
jalan napas secara mekanik pada pasien
yang tak mampu melakukan karena batuk
tak
efektif
atau
penurunan
tingkat
kesadaran.
2. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Infeksi Paru
Karakteristik :
Batuk (baik produktif maupun non produktif) haluaran nasal, sesak nafas,
Tachipnea, suara nafas terbatas, retraksi, demam, diaporesis, ronchii, cyanosis,
leukositosis
Kriteria Hasil:
Akan mengalami pola nafas efektif yang ditandai dengan :
- Suara nafas paru bersih dan sama pada kedua sisi
- Suhu tubuh dalam batas 36,5 – 37,2OC
- Laju nafas dalam rentang normal
- Tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi dan diaporesis
Intervensi
Rasional
Lakukan pengkajian tiap 4 jam terhadap Evaluasi dan reassessment terhadap
RR, S, dan tanda-tanda keefektifan jalan tindakan yang akan/telah diberikan
napas
Lakukan
terjadwal
Phisioterapi
dada
secara Mengeluarkan sekresi jalan nafas,
mencegah obstruksi
Berikan Oksigen lembab, kaji keefektifan Meningkatkan
terapi
10
jaringan paru
suplai
oksigen
Lakukan suction secara bertahap
Membantu pembersihan jalan nafas
3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan :
-
Distrees pernafasan
-
Penurunan intake cairan
-
Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam
Karakteristik:
Hilangnya nafsu makan/minum, letargi, demam., muntah, diare, membrana
mukosa kering, turgor kulit buruk, penurunan output urine.
Kriteria Hasil:
Akan mendapatkan sejumlah cairan yang adekuat ditandai dengan :
- Intake adekuat, baik IV maupun oral
- Tidak adanya , muntah, diare
- Suhu tubuh dalam batas normal
- Urine output adekuat, BJ Urine 1.008 – 1,020
Intervensi
Rasional
Catat intake dan output, berat diapers untuk Evaluasi ketat kebutuhan intake
output
dan output
Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda Meyakinkan
terpenuhinya
devisit cairan dan kondisi IV line
kebutuhan cairan
Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu
Evaluasi obyektif sederhana devisit
Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam
volume cairan
Meningkatkan bersihan sal cerna,
meningkatkan nafsu makan/minum
4. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi
Ketidakadekuatan pertahanan utama.
11
(penyebaran)
berhungan
dengan
Kriteria Hasil:
- Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi.
- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.
Intervensi
Rasional
Pantau tanda vital dengan ketat, khusunya Selama periode waktu ini, potensial
selama awal terapi.
komplikasi
fatal
(\hipotensi/syok)
dapat terjadi.
Anjurkan
pasien
memperhatikan Meskipun pasien dapat menemukan
pengeluaran sekret (mis., meningkatkan pengeluaran dan upaya membatasi
pengeluaran daripada menelannya) dan atau menghindarinya, penting bahwa
melaporkan perubahan warna, jumlah dan sputum harus dikeluarkan dengan
bau sekret.
cara aman.
Tunjukkan/dorong tehnik mencuci tangan Efektif
berarti
menurunkan
yang baik.
penyebaran /tambahan infeksi.
Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Menurunkan
pemajanan
patogen infeksi lain.
12
terhadap
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menelaah dari pembahasan mengenai Pneumonia, maka dapat di
simpulkan bahwa penyakit pneumonia itu adalah radang paru dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli atau bronkus oleh eksudat yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing.
Selain itu banyaknya angka kejadian penyakit pneumonia khususnya pada balita
bisa disebabkan diantaranya tingkat pendidikan responden yang dari pengamatan
langsung di lapangan didapatkan informasi bahwa sebagian besar pendidikan ibu-ibu
yang mempunyai balita dengan penyakit pneumonia di klinik hanya tamatan SD
(Sekolah Dasar). Itu artinya semua tergantung pengetahuan perorang sehingga setelah
membaca inti dari bahasan ini maka setiap individu lebih sigap dalam mencegah
terjadinya maupun mengobati penyakit tersebut
B. Saran
“mencegah lebih baik daripada mengobati” adalah saran yang sangat bijak
untuk menjauhkan seseorang dari penyakit pneumonia. Selain itu kami mempunyai
beberapa saran di antaranya
1. Perhatikan sanitasi lingkungan dan perketat personal hygien
2. Tingkatkan imunitas tubuh
3. Hindari mikroba penyebab dengan berbagai cara seperti mamakai masker
setiap berkendara
4. Kenali gejalanya. Jika terdapat gejala dan tanda penyakit segera konsultasi
ke ahli atau ke dokter
5. Jika positif mengidap penyakit pneumonia maka berobat dan ikuti instruksi
dari spcialis tertentu.
13
DAFTAR PUSTAKA
Acton, Sharon Enis & Fugate, Terry (1993) Pediatric Care Plans, AddisonWesley Co.
Philadelphia
Donges,marilynn.Rencana Asuhan Keperawatan.
edisi3:Buku Kedokteran.
Himawan,dr.Sutisa.1973.Patologi. Universitas Indonesia:Jakarta
Junaidi,Purnawan.S
Soemasto,Atiek.Amelz
Kedokteran.edisi 2:Jakarta.
14
Husna.1982.Capita
Selecta