ASUHAN KEPERAWATAN ASKEP STENOSIS AORTA

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) STENOSIS AORTA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak dari kematian penduduk dunia, salah satunya
disebabkan oleh kelainan katup jantung. Penyakit katup jantung antara lain adalah stenosis (membuka tidak
sempurna) dan insufisiensi (menutup tidak sempurna), ini dapat terjadi baik pada katup arteroventrikular
maupun katup semilunar.
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan
meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta.
Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua, yang
merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis
katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80
tahun. Di wilayah lainnya, kerusakan katup akibat demam rematik masih sering terjadi.
Untuk mengatasi penyakit ini, medikasi dan pembedahan/ insisi adalah upaya yang terbaik. Dengan demikian,
katup yang mengalami kelainan itu dapat disembuhkan ataupun dikurangi risiko tinggi semakin parahnya
penyakit
1.2


Rumusan masalah
1.

Bagaimana konsep tentang Stenosis aorta ?

2.

Bagimana asuhan keperawatan klien dengan Stenosis aorta ?

1.3

Tujuan

1.3.1

Tujuan umum

Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Stenosis aorta.
1.3.2 Tujuan khusus

1.

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Stenosis aorta.

2.

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Stenosis aorta.

3.

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Stenosis aorta.

4.

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Stenosis aorta.

5.

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik stenosis aorta.


6.

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Stenosis aorta.

7.

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi Stenosis aorta.

8.

Mahasiwa dapat menjelaskan tentang prognosis Stenosis aorta.

9.

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Web of Cause Stenosis aorta.

10. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien Stenosis aorta.

1.4


Manfaat

Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Stenosis aorta.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan
meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta (Stewart WJ and Carabello BA, 2002:
509-516).
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi
menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan
menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan
persoalan-persoalan jantung berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).
Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta. Penyempitan pada Katup
aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari
jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan
membuka sehingga darah bisa melewatinya.
Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga lubangnya lebih sempit dan bisa

menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus memompa lebih kuat agar darah bisa melewati katup
aorta.
2.2 Etiologi
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga menghalangi darah masuk ke aorta.
Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD
(Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik. Berikut etiologi stenosis katup
aorta lebih lengkap :
1.

Kelainan kongenital

Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta . sedangkan sebagian kecil
lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua daun (normal katup aorta terdiri dari tiga
daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti
sampai ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga membutuhkan penanganan
medis.
1.

Penumpukan kalsium pada daun katup


Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup aorta). Kalsium
merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah yang melewati katup aorta
maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan
pada katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang berasla dari proses kalsifikasi banyak terjadi
pada lansia di atas 65 tahun, namun gejalanya beru timbul saat klien berusia 70 tahun.

1.

Demam rheumatik

Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri melalui aliran darah
ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman datau bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman
tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat
menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik
dapat menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan katup
jantung dapat berupa ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya.
2.3 Patofisiologi
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan tekanan selama
sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri menghasilkan tekanan yang berlebihan
pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel

kiri). Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan
mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan menyebabkan
pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard timbul timbul akibat kurangnya
aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi.
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai trlihat bila area katup aorta
3
cm H2O, Cyanosis
 Kriteria Hasil: Keluhan hilang, ABG normal, pola EKG, isoelektrik, Vital sign dan cardiac isoenzim dalam
batas normal , tanda pulsus paradoks hilang, cyanosis hilang

Intervensi

Rasional

Mandiri
1.

1. Evaluasi vital sign
2. Evaluasi bunyi jantung, pericardial


1. Indikasi menunjukkan adanya tanda-

Resiko
tinggi

tanda penyakit timbul kembali, missal:

friction rub, CVP.

RR meningkat/ menurun, TD render

3. Observasi tanda dan gejala yang

atau tinggi,dan lain- lain.

2. Indikasi menunjukkan adanya bunyi

mungkin merupakan indikasi
berkembangnya kegagalan.


jantung yang tidak normal yang bias

4. Observasi tanda – tanda toxicitas

menandakan adnya kelainan.

3. Mencegah penyakit memburuk.
4. Jika ditemukan tanda- tanda tixicitas,

digitales

5. Pertahankan patensi jalur IV
1. Bila muncul tanda – tanda

segera dihentikan pengobatan digitalis

tamponade, maka letakkan

tersebut agar tidak memperparah


klien dalam posisi fowler

penyakit.

5. Kebutuhan cairan pasien terpenuhi,

dan observasi tanda vital
sign secara ketat

tidak dehidrasi.

2. Kolaborasi dengan team

6. Posisi semifowler bias memudahkan

medis untuk tindakan :

klien untuk mendapatkan oksigen untuk
bernapas.


-

Oksigenasi konsentrasi 24 % - 25 %

dengan kecepatan aliran 2 – 3 liter permenit -

Digitalis, diuretic, anti disritmia

Membantu klien untuk memenuhi

oksigenasinya.

-

Antibiotik per parenteral

-

Obat- obat ini dapat mencegah

-

Pericardiocentesis

memprburuk keadaan klien.

terhadap ketidakseimbangan volume cairan (kelebihan) berhubungan dengan peningkatan retensi
cairan dan natrium oleh ginjal.
 Data Penunjang : Berat badan meningkat, Adanya Edema
 Kriteria Hasil : Keseimbangan output dan input cairan, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang
normal, dan tidak ada edema
Intervensi
1.

Pantau masukan dan pengeluaran,

Rasional
1.

catat keseimbangan cairan,
timbang berat badan tiap hari.
2.

Auskultasi bunyi nafas dan jantung

3.

Kaji adanya distensi vena jugularis

4.

Pantau Tekanan Darah

5.

Catat laporan dyspnea, ortopnea,

adanya klien kekurangan cairan.
2.

Jelaskan tujuan pembatasan cairan

7.

Tindakan Kolaborasi : Berikan

Memantau ada atau tidaknya suara jantung
abnormal.

3.

Distensi vena jugularis mengindikasi
adanya gagal jantung kanan.

4.

Evaluasi adanya edema
6.

Kehilangan berat badan bisa mengindikasi

Tekanan darah harus diukur pada waktu
yang telah ditentukan untuk menetukan
klien syok atau melemahnya kerja jantung.

5.

Edema menunjukkan ketidakseimbangan

diuretik
8.

cairan.

Pantau elektrolit serum khususnya
kalium

9.

6.

Pembatasan cairan bertujuan agar tidak
terjadi retensi cairan.

Berikan cairan IV melalui alat

1.

control

Diuretik bertujuan untuk
menurunkan volume plasma dan
menurunkan retensi cairan di

10. Berikan cairan sesuai indikasi

jaringan sehingga menurunkan

11. Berikan batasan diet natrium sesuai

risiko terjadinya edema paru.

indikasi

1.

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan supplay oksigen dan kebutuhan oksigen
jaringan.

 Data Penunjang :
-

Laporan verbal kelemahan atau fatigue

-

Kecepatan jantung abnormal atau TD tidak berespon terhadap aktivitas

-

Ketidaknyamanan kerja atau dyspnea

Intervensi
1.

Rasional

Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter
berikut : Nadi 20 per menit diatas frekuensi istirahat, catat
peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan berat, berkeringat, pusing
dan pingsan

2.

Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas

3.

Dorong memajukan aktivitas

4.

Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan anjurkan
penggunaan kursi mandi
1.

Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode

2.

Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji ulang untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.

3.

Persiapkan dan dukung klien untuk melakukan aktivitas
jika sudah mampu.

4.

Agar klien termotivasi untuk melakukan aktivitas sehingga
terpacu untuk sembuh.

5.

Memudahkan klien ntuk beraktivitas tapi tidak
memanjakan.
1.

Klien termotivasi untuk sembuh.
1.

Ansietas berhubungan dengan
prognosa penyakit jantung

 Data Penunjang :

-

Rangsang simpatis, eksitasi, kardiovaskuler, gelisah, insomnia

-

Peningkatan tegangan, ketakutan

-

Peningkatan ketidakberdayaan ; Takut konsekuensi yang tak khusus

-

Ketidakpastian ; Fokus pada diri sendiri

Intervensi

Rasional
1. Mengetahui klien dalam keadaan normal atau

1.

Pantau respon fisik ; contoh

tidak.

palpitasi ; takikardi ; gerakan

2. Dengan kenyamanan, bias mengurangi

berulang

kecemasan klien yang berhubungan dengan

2.

Berikan tindakan kenyamanan

penyakitnya.

3.

Koordinasikan waktu istirahat dan

3. Dengan memanajemen waktu dengan baik,

aktivitas saat senggang tepat untuk kondisi klien bisa fit saat beraktivitas.
4.

5.

kondisi

4. Sharing atau saling cerita mengenai apa yang

Dorong ventilasi perasaan tentang

dirasakan tentang penyakitnya pada perawat

penyakit efeknya terhadap pola

agar perawat bisa memantau kondisi psikologis

hidup dan status kesehatan akan

klien.

datang

5. Mengetahui klien dalam keadaan stress atau

Anjurkan pasien melakukan teknik

tidak agar koping klien efektif.

relaksasi
6.

Kaji ketidakefektifan koping dengan
stresor

DOWNLOAD : WOC ASKEP STENOSIS AORTA
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi
menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan
menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan
persoalan-persoalan jantung berkembang.
Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD
(Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik.
Daftar pustaka
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Medika.
Anonymousa. 2010 .http://www.infokedokteran.com/article/Stenosis-aorta.html. diakses tanggal 22, Nopember
2010.
Anonymousb. 2010. http://aslikoe.blogspot.com/2009/09/stenosis-katup-aorta.html. diakses tanggal 22,
Nopember 2010.
Anonymousc. 2010. http://askep-anak-stenosis-katup-aorta-aortic_25.html. diakses tanggal 22, Nopember 2010.