MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELUARGA

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM KELUARGA SAMARA
KATA PENGANTAR
‫رحي ِْم‬
ِ ّ‫بِس ِْم اِ الَّرحْ َم ِن ال‬
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang senantiasa
melimpahkan rahmat serta taufik-Nya. Salawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan dalam kehidupan
kita sehari-hari.
Pada kesempatan ini penulis akan membuat suatu makalah yang berjudul “ MENUJU
KELUARGA SAMARA”. Adapun pembuatan makalah kecil ini merupakan salah satu syarat
untuk mengikuti ujian akhir semester (UAS) pada AKBID UNISKA KENDAL.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik ilmu
pengetahuan maupun ketentuan-ketentuan dalam pembuatannya. Semua ini masih jauh
dari sempurna dan kebenarannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan tanggapan, kritik
dan saran dalam penyempurnaan penulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Terima kasih

Kendal, Oktober 2011


Penulis:

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………....... 1
DAFTAR ISI …..…………………………………………....................... 2
BAB I PEMBUKAAN
Pendahuluan…..……............……...........……………..……....………..... 3
BAB II PEMBAHASAN
1. Nas-nas Alquran dan Hadits................................................................... 4
2. Kisah Keteladanan Rasulullah dalam Membina Rumah Tangga………7
3. Tips Membina Rumah Tangga Sakinah Mawadah Warahmah ………11
4. Peran Suami dan Isteri dalam Rumah Tangga ……….……..................12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .…………………….................…..………………………… 14
Daftar Pustaka

BAB I
PEMBUKAAN
PENDAHULUAN

Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses. Keluarga sakinah bukan
berarti keluarga yang diam tanpa masalah. Namun lebih kepada ada keterampilan untuk
manajemen konflik.
Kehidupan rumah tangga adalah dalam konteks menegakkan syariat Islam, menuju ridho
Allah Swt. Suami dan istri harus saling melengkapi dan bekerja sama dalam membangun
rumah tangga yang harmonis menuju derajat takwa. Allah SWT berfirman: “Dan orangorang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang
mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Qs. at-Taubah [9]: 71).
Menurut pendapat Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah, sedikit sekali
rumah tangga yang selamat dari lilitan perselisihan di antara anggotanya khususnya di
antara suami istri. Karena yang namanya berumah tangga membangun hidup berkeluarga
dalam perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar,
sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang muncul ini dapat memicu perselisihan dalam
rumah tangga yang bisa jadi berujung dengan pertengkaran kemarahan dan keributan yang
tiada bertepi atau berakhir, dengan damai saling mengerti dan saling memaafkan.

BAB II
PEMBAHASAN


I. Nas-nas Alquran dan Hadits:
1. Allah Taala berfirman, yang bermaksud:
"Dan gaulilah mereka (isteri-isterimu) dengan cara sebaik-baiknya." (An Nisa 19)
2. Dan Allah berfirman lagi:
'Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban menurut cara yang baik
akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan atas isterinya." (Al Baqarah :
228)
3. Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda pada waktu haji widak (perpisahan)
setelah baginda memuji Allah dan menyanjung-Nya serta menasehati para hadirin yang
maksudnya:
'Ingatlah (hai kaumku), terimalah pesanku untuk berbuat baik kepada para isteri, isteriisteri itu hanyalah dapat diumpamakan kawanmu yang berada di sampingmu, kamu tidak
dapat memiliki apa-apa dari mereka selain berbuat baik, kecuali kalau isteri-isteri itu
melakukan perbuatan yang keji yang jelas (membangkang atau tidak taat) maka
tinggalkanlah mereka sandirian di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang
tidak melukai. Kalau isteri isteri itu taat kepadamu maka janganlah kamu mencari jalan
untuk menyusahkan mereka.
Ingatlah! Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap isteri-isterimu dan
sesungguhnya isteri-isterimu itu mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap dirimu.
Kemudian kewajiban isteri isteri terhadap dirimu ialah mereka tidak boleh mengijinkan
masuk ke rumahmu orang yang kamu benci. Ingatlah! Kewajiban terhadap mereka ialah

bahwa kamu melayani mereka dengan baik dalam soal pakaian dan makanan mereka.
(Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)
4. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
"Kewajiban seorang suami terhadap isterinya ialah suami harus memberi makan
kepadanya jika ia makan dan memberi pakaian kepadanya jika ia berpakaian dan
tidak boleh memukul mukanya dan tidak boleh memperolokkan dia dan juga tidak
boleh meninggalkannya kecuali dalam tempat tidur (ketika isteri membangkang)."
(Riwayat Abu Daud)
5. Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
"Siapa saja seorang laki-laki yang menikahi perempuan dengan mas kawin sedikit
atau banyak sedangkan dalam hatinya ia berniat untuk tidak memberikan hak

perempuan tersebut (mas kawinnya) kepadanya. maka ia telah menipunya,
kemudian jika ia meninggal dunia, sedang ia belum memberi hak perempuan tadi
kepadanya maka ia akan menjumpai Allah pada hari Kiamat nanti dalam keadaan
berzina."
6. Nabi SAW bersabda yang bermaksud
"Sesungguhnya yang termasuk golongan mukmin yang paling sempuma imannya
ialah mereka yang baik budi pekertinya dan mereka yang lebih halus dalam
mempergauli keluarganya (isteri anak-anak dan kaum kerabatnya). "

7. Nabi SAW bersabda yang bermaksud :
"Orang-orang yang terbaik dan kamu sekalian ialah mereka yang lebih baik dan
kamu dalam mempergauli keluarganya dan saya adalah orang yang terbaik dari
kamu sekalian dalam mempergauli keluargaku." (Riwayat lbnu Asakir)
8. Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda yang bermaksud:
"Barang siapa yang sabar atas budi pekerti isterinya yang buruk, maka Allah
memberinya pahala sama dengan pahala yang dibenkan kepada Nabi Ayub a.s
karena sabar atas cobaan-Nya." ( Cobaan ke alas Nabi Ayub ada empat hal: Habis
harta bendanya., Meninggal dunia semua anaknya.,Hancur badannya., Dijauhi oleh
manusia kecuali isterinya benama Rahmah )
" Dan seorang isteri yang sabar atas budi pekerti suaminya yang buruk akan diberi
oleh Allah pahala sama dengan pahala Asiah isteri Firaun".
9. Al Habib Abdullah Al Haddad berkata:
"seorang laki-laki yang sempurna adalah dia yang mempermudah dalam kewajibankewajiban kepadanya dan tidak mempermudah dalam kewajiban-kewajibannya
kepada Allah. Dan seorang laki-laki yang kurang ialah dia yang bersifat sebaliknya."
Maksud dan penjelasan ini ialah seorang suami yang bersikap sudi memaafkan jika
isterinya tidak menghias dirinya dan tidak melayaninya dengan sempurna dan lainlain tetapi ia bersikap tegas jika isterinya tidak melakukan sholat atau puasa dan lainlain, itulah suami yang sempurna. Dan seorang suami yang bersikap keras jika
isterinya tidak menghias dirinya atau tidak melayaninya dengan sempurna dan lainlain tetapi bersikap acuh tak acuh (dingin) jika isteri meninggalkan kewajibankewajiban kepada Allah seperti sholat, puasa dan lain-lain, dia seorang suami yang
kurang.
10. Dianjurkan bagi seorang suami memperhatikan isterinya (dan mengingatkannya

dengan nada yang lembut/halus) dan menafkahinya sesuai kemampuannya dan
berlaku tabah (jika disakiti oleh isterinya) dan bersikap halus kepadanya dan
mengarahkannya ke jalan yang baik dan mengajamya hukum-hukum agama yang

perlu diketahui olehnya seperti bersuci, haid dan ibadah-ibadah yang wajib atau yang
sunat.
11. Allah Taala berfirman yang bermaksud:
'Hai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dan ahli keluargamu dari api
Neraka." (At Tahrim : 6)
Ibnu Abbas berkata:
"Berilah pengetahuan agama kepada mereka dan berilah pelajaran budi pekerti yang
bagus kepada mereka."
Dan Ibnu Umar dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda: 'Tiap-tiap kamu adalah
pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang imam yang
memimpin manusia adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab at,is rakyatnya.
Seorang suami adalah pemimpin dalam mengurusi ahli keluarganya. Ia bertanggung
jawab atas yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin dalam rumah
tangganya dan bertanggung jawab alas keluarganya. Seorang hamba adalah
pemimpin dalam mengurus harta tuannya, ia bertanggung jawab atas peliharaannya.
Seorang laki-laki itu adalah pemimpin dalam mengurusi harta ayahnya, ia

bertanggung jawab atas peliharaannya. Jadi setiap kamu sekalian adalah pemimpin
dan setiap kamu harus bertanggung jawab alas yang dipimpinnya." (Muttallaq 'alai )
12. Nabi SAW bersabda yang bermaksud: "Takutlah kepada Allah dalam memimpin
isteri-istrimu , karena sesungguhnya mereka adalah amanah yang berada
disampingmu, barangsiapa tidak memerintahkan sholat kepada isterinya dan tidak
mengajarkan agama kepadanya, maka ia telah berkhianat kepada Allah dan RasulNya."
13. Allah Taala berfirman yang bermaksud:
"Perintahkanlah keluargamu agar melakukan sholat." (Thaha:132)
14. Diceritakan dan Nabi SAW bahwa baginda bersabda yang bernaksud: "Tidak ada
seseorang yang menjumpai Allah swt dengan membawa dosa yang lebih besar
daripada seorang suami yang tidak sanggup mendidik keluarganya."

II. Kisah Keteladanan Rasulullah Dalam Membina Rumah Tangga
Di bawah naungan rumah tangga yang bersahaja di situlah tinggal sang istri, pahlawan di
balik layar pembawa ketenangan dan kesejukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,

“Dunia itu penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah istri yang
shalihah.” (Lihat Shahih Jami’ Shaghir karya Al-Albani)
Di antara keelokan budi pekerti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan keharmonisan

rumah tangga beliau ialah memanggil ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan nama kesayangan
dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat jiwa serasa melayang-layang.
Aisyah radhiyallah ‘anha menuturkan, “Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata kepadanya, ‘Wahai ‘Aisy (panggilan kesayangan ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha), Malaikat Jibril ‘alaihissalam tadi menyampaikan salam buatmu.” (Muttafaq ‘alaih)
Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam selaku Nabi umat ini yang paling sempurna
akhlaknya dan paling tinggi derajatnya telah memberikan sebuah contoh yang berharga
dalam hal berlaku baik kepada sang istri dan dalam hal kerendahan hati, serta dalam hal
mengetahui keinginan dan kecemburuan wanita. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
menempatkan mereka pada kedudukan yang diidam-idamkan oleh seluruh kaum hawa.
Yaitu menjadi seorang istri yang memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.
Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan, “Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haidh,
lantas aku memberikan gelasku kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau
meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan
sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di
tempat aku memakannya.” (HR. Muslim)
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah seperti yang diduga oleh kaum munafikin atau
seperti yang dituduhkan kaum orientalis dengan tuduhan-tuduhan palsu dan pengakuanpengakuan bathil. Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lebih memilih etika berumah
tangga yang paling elok dan sederhana.
Diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa ia berkata, “Rasulullah shallallahu

‘alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri beliau, kemudian berangkat
menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu’.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Dalam berbagai kesempatan, beliau selalu menjelaskan dengan gamblang tingginya
kedudukan kaum wanita di sisi beliau. Mereka kaum hawa memiliki kedudukan yang agung
dan derajat yang tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjawab
pertanyaan ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallah ‘anhu seputar masalah ini, beliau jelaskan
kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah suatu hal yang tabu bagi seorang lelaki yang
normal.
Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, “Siapakah orang yang paling engkau cintai?” beliau menjawab, “‘Aisyah!”
(Muttafaq ‘alaih)

Barangsiapa yang mengidamkan kebahagiaan rumah tangga, hendaklah ia memperhatikan
kisah- kisah ‘Aisyah radhiyallah ‘anha bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Bagaimana kiat-kiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membahagiakan ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dari satu bejana.” (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah tidak melewatkan kesempatan sedikit pun kecuali beliau manfaatkan untuk
membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan.

Aisyah radhiyallah ‘anha mengisahkan,
Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah
lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat
mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku, “Kemarilah! sekarang kita berlomba
lari.” Aku pun meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu
‘alaihi wasallam hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain,
ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu.
Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat
mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata, “Inilah penebus kekalahan yang lalu!” (HR.
Ahmad)
Sungguh! merupakan sebuah bentuk permainan yang sangat lembut dan sebuah perhatian
yang sangat besar. Beliau perintahkan rombongan untuk berangkat terlebih dahulu agar
beliau dapat menghibur hati sang istri dengan mengajaknya berlomba lari. Kemudian beliau
memadukan permainan yang lalu dengan yang baru, beliau berkata, “Inilah penebus
kekalahan yang lalu!”
Bagi mereka yang sering bepergian melanglang buana serta memperhatikan keadaan orangorang yang terpandang pada tiap-tiap kaum, pasti akan takjub terhadap perbuatan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia, pemimpin
yang selalu berjaya, keturunan terhormat suku Quraisy dan Bani Hasyim. Pada saat-saat

kejayaan, beliau kembali dari sebuah peperangan dengan membawa kemenangan bersama
rombongan pasukan besar. Meskipun demikian, beliau tetap seorang yang penuh kasih
sayang dan rendah hati terhadap istri-istri beliau para Ummahaatul Mukiminin radhiyallah
‘anhun. Kedudukan beliau sebagai pemimpin pasukan, perjalanan panjang yang ditempuh,
serta kemenangan demi kemenangan yang diraih di medan pertempuran, tidak membuat
beliau lupa bahwa beliau didampingi para istri-istri kaum hawa yang lemah yang sangat
membutuhkan sentuhan lembut dan bisikan manja. Agar dapat menghapus beban berat
perjalanan yang sangat meletihkan.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
kembali dari peperangan Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti Huyaiy radhiyallahu
‘anha. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengulurkan tirai di dekat unta yang akan
ditunggangi untuk melindungi Shafiyyah radhiyallah ‘anha dari pandangan orang.
Kemudian beliau duduk bertumpu pada lutut di sisi unta tersebut, beliau persilakan
Shafiyyah radhiyallah ‘anha untuk naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau.
Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan
ketawadhu’an beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selaku pemimpin yang berjaya
dan seorang Nabi yang diutus- memberikan teladan kepada umatnya bahwa bersikap
tawadhu’ kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai tumpuan, membantu pekerjaan
rumah, membahagiakan istri, sama sekali tidak mengurangi derajat dan kedudukan beliau.

III. Tips Membina Rumah Tangga Sakinah Mawadah Warahmah
1.Berdzikir
Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah, maka seseorang akan
memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah subhanahu wata'ala berfirman
(artinya):
"Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang." (Ar
Ra'd:28)
Baik dzikir dengan makna khusus, yaitu dengan melafazhkan dzikir-dzikir tertentu yang
telah disyariatkan, misal:
‫ أَ ْستَ ْغفِرُا‬,
dan lain-lain, maupun dzikir dengan makna umum, yaitu mengingat, sehingga
mencakup/meliputi segala jenis ibadah atau kekuatan yang dilakukan seorang hamba dalam
rangka mengingat Allah subhanahu wata'ala, seperti sholat, shoum (puasa), shodaqoh, dan
lain-lain.
2.Menuntut ilmu agama
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
ُ‫ت َعلَ ْي ِه ُم ال ّس ِك ْينَة‬
ْ َ‫َاب اِ َويَتَدَا َرسُونَهُ بَ ْينَهُ ْم إِلّ نَ َزل‬
ٍ ‫َما اجْ تَ َم َع قَوْ ٌم فِي بَ ْي‬
َ ‫ت اِ يَ ْتلُونَ ِكت‬
ِ ‫ت ِم ْن بُيُو‬
"Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah
(masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan mengkajinya diantara mereka,
kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu wata'ala) kepada mereka as sakinah
(ketenangan)." (Muttafaqun 'alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu
'anhu)

Dalam hadits diatas, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam memberikan kabar gembira bagi
mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca
maupun dengan membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah
akan menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka.

IV. Peran Suami dan Isteri dalam Rumah Tangga
Pemilihan isteri dengan baik tidaklah melepaskan kita dari tanggungjawab terhadapnya
setelah kita bernikah. Malahan, tanggung jawab dengan utama dimulai "right at the first
moment" setelah pernikahan. Beberapa tanggung jawab itu diantaranya:
1. Kita harus selalu bersikap baik terhadap isteri dan bergaul degannya dengann pergaulan
dengan mesra. Dengann cara ini diharapkan akan tumbuh rasa saling percaya di antara kita
dan pasangan hidup kita. Sabda Rasulullah SAW "Orang dengan terbaik diantara kalian
adalah orang dengan paling berlaku baik terhadap isterinya dan akulah dengan terbaik
(diantara kalian) terhadap keluargaku." (HR Tirmidzi)
Kita juga harus melaksanakan sabda Rasulullah SAW: "Mukmin dengan paling sempurna
imannya adalah mukmin dengan paling baik akhlaknya dan mukmin dengan paling lemah
lembut terhadap isterinya." (HR Tirmidzi)
2. Hubungan kita dengan isteri tidaklah terbatas pada hubungan syahwat saja. Hubungan
kita dengann isteri seharusnya boleh mewujudkan kesamaan pemahaman. Pasangan Muslim
seharusnya spend time untuk bersama-sama membaca, beribadah, mengurusi pekerjaan
rumah tangga, dan bercengkrama (bersenda gurau). Dalam masalah ibadah Allah telah
berfirman dengan bermaksud "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan solat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu,
Kamilah dengan memberi rezki kepadamu. Dan akibat dengan baik itu adalah orang-orang
dengan bertidakwa." (QS 20:132)
"Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah
seorang dengan diredhai di sisi Tuhannya." (QS19:55) Dalam hal hubungan dengan mesra
dengann isteri, kita tahu bahwa Rasulullah s.a.w. biasa mengajak isteri beliau, Aisha r.a,
untuk berlumba lari Rasulullah s.a.w pun biasa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah
(membantu meringankan isteri beliau), bahkan dengann menjahit sepatu.

3. Hubungan kita dengan isteri haruslah dalam batas syariah Islam. Kita tidak boleh
melanggar syariah Islam, menjatuhkan nama Islam, atau melanggar hal-hal dengan
diharamkan oleh Allah. Sabda Rasulullah s.a.w."Celakalah lelaki dengan menjadi hamba
istrinya." (Al-Firdausi) “Sesungguhnya, keberhasilan dalam memilih pasangan dengan
soleh/solehah dan keberhasilan dalam pernikahan sesuai dengann Islam akan banyak
menolong dalam usaha-usaha mendidik anak dengann tarbiyah Islamiyah dengan
diharapkan.
Kegagalan dalam membina rumah tangga menurut cara dengan Islami dan kesalahan
memilih pasangan hidup boleh menyebabkan keruntuhan dan berlakunya keburukan
dengan menguasai keluarga secara keseluruhan.
Pertengkaran dengan terjadi dalam kehidupan suami isteri secara langsung mempengaruhi
pendidikan dan kejiwaan anak. Karena itu, tanggung jawab kita dengan pertama dalam
pendidikan anak-anak kita adalah membangunkan pernikahan dengan Islami (seperti
dengan ditunjukkan oleh Islam).

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sejalan dengan itu dibutuhkan relasi yang jelas antara suami dan istri, dan tidak bisa
disama-ratakan tugas dan wewenangnya. Suami berhak menuntut hak-haknya, seperti
dilayani istri dengan baik. Sebaliknya, suami memiliki kewajiban untuk mendidik istri dan
anak-anaknya, memberikan nafkah yang layak dan memperlakukan mereka dengan cara

yang makruf.
Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menghalangi mereka kawin dan
menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu
berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan
bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak” (Qs. an-Nisâ’ [4]: 19).
Sampai kapanpun rumah tangga orang-orang yang memiliki keutamaan dalam agama ini
juga tidak lepas dari masalah perselisihan pertengkaran dan kemarahan. Namun berbeda
dengan orang-orang yang tidak mengerti agama orang yang memiliki keutamaan dalam
agama tidak membiarkan setan menyetir hingga menjerumuskannya kepada apa yang
disenangi oleh setan. Bahkan mereka berlindung kepada Allah dari godaan setan berusaha
memperbaiki perkara mereka menyatukan kembali kebersamaan mereka dan menyelesaikan
perselisihan di antara mereka.
Pada hakikatnya hasil dengan diharapkan dari terbinanya sebuah rumah tangga Islam
adalah terwujudnya satu generasi dengan sholeh, sebagaimana dinyatakan dalam firman
Allah : "Dan orang-orang dengan berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami
imam bagi orang-orang dengan bertidakwa." (QS 25:74)
Anak-anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak berdosa). Bila anak kita mendapatkan
tarbiyah dengan baik dia akan menjadi anak yang sholeh. Namun bila anak dibesarkan di
tengah-tengah ibu bapak dengan sering bertengkar atau ibu bapak dengan keluar dari
landasan Islam, anak itu akan demikian juga. Rasulullah SAW telah bersabda: "Anak-anak
itu lahir dalam keadaan fitrah, adalah ibu bapaknya dengan menjadikan dia Yahudi,
Nasrani, atau Majusi." (HR Bukhari dan Muslim).

DAFTAR PUSTAKA

http://teambulls.wordpress.com/2010/11/06/kewajiban-suami-terhadap-istri-nas-alquran-dan-hadis/
http://kisahmuslim.com/keharmonisan-rumah-tangga-rasulullah-shallallahu-alaihi-wasallam/
http://www.hendra.ws/hak-dan-kewajiban-suami-isteri-dalam-islam/
http://anurachman.wordpress.com/2009/05/07/peran-istri-dalam-mewujudkan-keluargasakinah/
Sumber: Sehari di Kediaman Rasulullaahi Shalallaahu alaihi wasalam, Abdul Malik AlQasim
Artikel www.KisahMuslim.com