Contoh laporan P K L

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2013

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menerangkan hal-hal yang menyangkut dengan latar belakang
Proyek Pembangunan RKB SMP NEGERI7 LHOKSEUMAWE
1.1

Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global semakin
pesat, hal ini menuntut perhatian besar dari pemerintah untuk meningkatkan pendidikan anak
dalam negeri sehingga tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain di dunia, sebagai Negara
berkembang Indonesia lebih menitik beratkan pembangunan pada sektor pendidikan. Dalam
hal ini yang menjadi prioritas utama adalah sarana infrastruktur seperti pembangunan Ruang
Kelas Baru.
Seperti halnya Proyek Pembangunan RKB SMP NEGERI 7 LHOKSEUMAWE
meningkatkan mutu pendidikan di masa sekarang dan masa yang akan datang. Proyek
pembangunan RKB tersebut sangatlah beralasan, dikarenakan selama ini SMP NEGERI 7
Lhokseumawe masih kurang ruang kelas belajar, dengan dibangunnya RKB ini diharapkan

dapat meningkatkan minat masyarakat untuk mengdaftarkan anak anak mereka ke sekolah
tersebut.

1.2

Lokasi Proyek
Proyek pembanguna gedung RKB SMP NEGERI 7 LHOKSEUMAWE berada di
kawasan padat penduduk, yaitu berada di jalan mesjid cunda 100M dari jalan merdeka, dan
bertempat di desa uteunkot.
Adapun batas-batas bangunannya sebagai berikut :
a.

Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk

b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk
c.

Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk

d. Sebelah barat berbatasan dengan perumahan penduduk

1.3

Sumber Dana
Pengadaan dana untuk peningkatan sarana dan prasarana fisik Proyek Pembangunan
RKB SMP NEGERI 7 LHOKSEUMAWE merupakan salah satu proyek yang di danai dari
APBA ( otsus ) dengan Total anggaran biaya keseluruhan adalah sebesar Rp. 2.798.694.000
( dua milyar tujuh ratus Sembilan puluh delapan juta enam ratussembilan puluh empat ribu
rupiah ) yang mana pengawasannya dilaksanakan oleh CV. MULTI ENGINEERING serta
pelaksana pembangunan gedung ini dilakukan oleh PT. LAMNA TAMITA JAYA dan
perencananya diserahkan kepada CV. MULTI ENGINEERING

1.4

Tujuan Dibangun Proyek
Pembangunan proyek ini untuk menambah ruangan di sekolah tersebut, dan dengan
adanya pembangunan tersebut maka akan menambah daya tamping pelajar di sekolah
tersebut.
Adapun tujuan khusus proyek tersebut adalah :
a.


Dengan selsainya proyek ini di harapkan dapat membantu meningkatkan penerimaan siswa
di sekolah tersebut.

b.

Dengan selasainya proyek ini maka pogram pemerintah untuk meningkatkan masyarakat
yang cerdas dan bermoral dapat terwujudkan.

c.

Dapat meningkatkan Kualitas dan Fasilitas pendidikan di Kota Lhokseumawe dan khususnya
provinsi NAD

1.5

Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Praktek kerja lapangan merupakan salah satu kegiatan yang harus diikuti untuk
memenuhi sebagian dari kurikulum pada semester V Jurusan Teknik Sipil Program Studi DIII
Teknik Sipil Konsentrasi Bangunan Gedung. Kegiatan ini bertujuan untuk mengaplikasikan
dan membandingkan teori serta keterampilan yang didapat dibangku kuliah dengan

pelaksanaan pembangunan suatu proyek di lapangan.
Dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek sering kali timbul masalah-masalah
yang harus segera diselesaikan dilapangan, dalam hal ini mahasiswa dapat melihat secara
langsung teknik pelaksanaan dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh pengawas
lapangan pada proyek tersebut, semua ini tidak didapatkan oleh mahasiswa di bangku kuliah.
Tujuan khusus dari praktek kerja lapangan adalah agar mahasiswa dapat berfikir dan

mempunyai wawasan yang luas mengenai pelaksanaan suatu proyek yang baik yakni
menyangkut dengan efesiensi waktu dan ekonomis.

BAB II
GAMBARAN UMUM
YANG MENUNJANG PELAKSANAAN
Struktur organisasi pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan pada setiap pekerjaan
suatu proyek perlu dibentuk suatu susunan organisasi yang berfungsi mengatur manajemen
kerja, sehingga setiap bagian pekerjaan dapat terkoordinir dengan baik. Dengan demikian
unsur-unsur yang terlibat dalam organisasi tersebut akan memiliki rasa tanggung jawab.
Hubungan antara satu unsur dengan unsur-unsur yang lainnya harus selalu baik dan
tidak melampaui batas wewenang dan kedudukannya sehingga semua pekerjaan dapat selesai
tepat pada waktu yang telah direncanakan, pengelolaan manajemen yang baik juga sangat

berpengaruh terhadap kelangsungan proyek yang sedang dilaksanakan.
2.1

Struktur Organisasi
Untuk memperlancar pengawasan terhadap pekerjaan proyek pembangunan baru

perpustakaan mahasiswa diperlukan suatu susunan organisasi yang teratur dan jelas. Dalam
struktur organisasi tersebut ada empat unsur yang saling terlibat dan memegang peranan
penting dalam menangani pelaksanaan pekerjaan di lapangan, sehingga pekerjaan di lapangan
dapat terlaksana dengan lancar.
Secara hukum dan fungsional bagian organisasi ini terkait dan bekerja sama sesuai
dengan fungsinya baik secara administrasi maupun dalam pelaksanaan dilapangan.
Adapun unsur-unsur tersebut adalah :
1. Pemilik Proyek (bouwheer)
2. Perencana (konsultan)
3. Pelaksana (kontraktor)
4. Pengawas (direksi)
2.1.1

Pemilik Proyek (Bouwheer)

Pemilik proyek pembangunan RKB SMP N 7 Lhokseumawe

Adapun tugas-tugas pemilik proyek adalah sebagai berikut :
a.

Bertanggung jawab terhadap dana proyek selama proyek tersebut berjalan.

b.

Dilarang mengadakan ikatan yang mengakibatkan naiknya batas anggaran yang telah
direncanakan.

c.

Berhak membatalkan proyek tersebut bila penawaran yang diajukan berlebihan atau
melampaui dana yang tersedia.

d.

Berhak memperpanjang waktu pelaksanaan proyek apabila ada laporan dari konsultan

pengawas tentang hambatan pada proyek tersebut.

e.

Berkewajiban mengurus surat-surat untuk izin mendirikan bangunan pada pemerintah
daerah.
2.1.2

Perencana (Konsultan)
Perencana adalah suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang pelaksanaan

konstruksi yang menerima tugas dari pemilik proyek untuk membuat perencanaan konstruksi
maupun detailnya dan sesuatu yang sifatnya perencanaan. Yang bertindak sebagai perencana
pada proyek ini dipercayakan kepada perencana CV. MULTI ENGENEERING
Adapun tugas dan tanggung jawab perencana adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan gambar kerja dan estimasi anggaran biaya dari gambar kerja tersebut
2. Membantu pemilik proyek dalam tahap pelaksanaan pratender, tender dan post tender
a. Pra tender
1)


Membuat/membantu estimasi biaya. Pekerjaan ini adalah tahap pertama mengetahui
perkiraan dana pembangunan proyek.

2) Membahas dan memberi saran atas fasilitas yang telah dibuat.
3) Menyediakan tenaga ahli, seperti arsitek dan kontraktor.
4) Pengamanan biaya dan memberikan saran ekonomi terhadap perubahan design.
5) Membuat rencana biaya dan berkonsultasi dengan arsitek.
b. Tender
1) Membuat Bill of Quantities
2) Menyiapkan formulir-formulir tender.
3) Membantu membuat seleksi kontraktor yang akan ikut tender.
4) Menyiapkan surat-surat undangan tender untuk para kontraktor.
5) Membuat / memberi rekomendasi evaluasi tender untuk masalah non teknis.
c.

Post Tender

1) Membuat rencana cash flow pemilik.

2) Membuat pembayaran (termyn) prestasi pekerjaan fisik kontraktor.

3) Menghitung dan menilai pekerjaan yang dilaksanakan.
4) Memeriksa dan menyetujui pekerjaan harian.
5) Menilai pekerjaan yang dilaksanakan oleh sub-kontraktor.
6) Memeriksa dan menilai bahan bangunan di lapangan yang belum terpasang.
7) Memeriksa dan membuat laporan atas klaim yang diajukan kontraktor.
2.1.3

Pelaksana Proyek ( Kontraktor )
Pelaksana proyek adalah suatu badan resmi yang bergerak dibidang bangunan sesuai

dengan keahliannya, pelaksanaan Proyek Pembangunan baru gedung perpustakaan
mahasiswa dipercayakan kepada PT. LAMNA TAMITA JAYA operasional lapangan
pemimpin perusahaan dibantu oleh pelaksana lapangan dan anggota lainnya. Pelaksana
mengkoordinir serta sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek serta
bertanggung jawab langsung kepada pemimpin proyek. Struktur organisasi pelaksana
diperlihatkan pada lampiran.

Adapun tugas kontraktor dalam menangani proyek antara lain adalah :
1. Mengerjakan tiap - tiap jenis pekerjaan sesuai dengan bestek dan gambar kerja.
2.


Mendatangkan bahan, peralatan, tenaga kerja dan lain - lain yang diperlukan sehingga
pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai tepat pada waktunya.

3. Mengerjakan perubahan – perubahan yang diperlukan sesuai dengan anjuran direksi.
4. Membayar semua pajak – pajak yang diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan – ketentuan yang berlaku.
5. Dan lain – lain.
2.1.4

Pengawas ( Direksi )
Pengawas adalah salah satu unsur badan hukum yang ditunjuk dan diberi kuasa penuh

oleh pemimpin proyek untuk membentuk Direksi Teknik dalam pengawasan di lapangan agar
tidak menyimpang dari gambar rencana. Pada proyek ini sebagai pengawas adalah CV.
MULTI ENGENEERING yang dalam pelaksanaan tugas bertanggung jawab kepada
pimpinan proyek.
Adapun tugas dan tanggung jawab dari pengawas adalah :
1. Mengawasi pekerjaan sesuai dengan gambar rencana.


2. Menyetujui perubahan – perubahan serta penyesuaian di lapangan selama pelaksanaan atas
dasar persetujuan bersama.
3. Membuat laporan harian dan bulanan atas dasar kemajuan pekerjaan.
4. Mengawasi kecepatan waktu penyelesaian.
Dalam hal pembangunan Proyek Pembangunan Gedung Perpustakaan Mahasiswa,
pengawas langsung ditunjuk oleh pemilik proyek sebagai direksi untuk mengawasi pekerjaan
sampai selesai.
2.2

Hubungan Kerja Antara Unsur-Unsur Pelaksana
Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan - ketentuan yang
telah ditetapkan. Maka perlu adanya hubungan kerja yang cukup baik antara keempat unsur
organisasi yang berperan dalam pekerjaan tersebut.
Hubungan unsur – unsur ini diperlihatkan atas kedua kedudukan antara lain :
1. Kedudukan masing – masing pihak secara teknis.
2. Kedudukan masing – masing pihak secara hukum.

2.2.1

Kedudukan masing – masing pihak secara teknis
Kedudukan masing – masing pihak secara teknis ini bertujuan untuk menetapkan
komunikasi antara pihak – pihak yang terlibat sesuai dengan jabatan dan tanggung jawabnya.
Ada dua jalur komunikasi yang diterapkan disini, yaitu jalur pemerintah dan jalur
komunikasi.

Gambar 2.1 Hubungan kerja antara unsur – unsur pelaksana proyek secara teknik
Dari gambar di atas terlihat bahwa antara pemilik dengan pengawas dan pelaksana
terdapat hubungan vertikal. Dari diagram di atas terlihat bahwa pimpinan proyek
mempercayakan semua masalah kepada perencana.
Apabila pengawas telah ditunjukan oleh pemilik proyek, maka semua masalah di
lapangan diserahkan kepada pengawas dan menjadi tanggung jawabnya, sehingga jika
terdapat kesalahan teknis yang perlu dibicarakan, pemilik proyek tidak dapat langsung
memerintahkan pelaksana, melainkan harus melalui pengawas lapangan yang berkuasa penuh
di lapangan.
Perencana (konsultan) dapat memerintahkan pelaksana secara lisan maupun secara
tulisan sesuai dengan wewenangnya untuk kelancaran pekerjaan di lapangan. Jika terjadi
suatu kesalahan dan perintah pengawas tidak dipatuhi maka pengawas dapat mengambil
tindakan administratif dan dapat memberhentikan pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

Pengawas dan perencana mempunyai hubungan horizontal, sedangkan antara
perencana dengan pelaksana tidak terdapat hubungan komunikasi kerja secara langsung.
2.2.2

Kedudukan masing – masing pihak secara hukum
Secara hukum masing – masing pihak mempunyai kedudukan yang sama dan terikat
kontrak sehingga pekerjaan yang telah disepakati dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Kedudukan masing – masing pihak secara hukum diperlihatkan pada bagan di bawah ini

Gambar 2.2 Kedudukan masing – masing pihak secara hukum
Pemimpin proyek dengan pengawas bertindak atas dasar jalur teknik, demikian juga
antara pengawas dan pelaksana. Untuk jalur non teknik dilakukan antara pemilik proyek
dengan kontraktor (pelaksana).
2.3

Pelelangan
Pelelangan adalah suatu sistem penawaran, dimana kontraktor yang diundang
diberikan kesempatan untuk melakukan pengajuan syarat – syarat administrasi yang
diperlukan sebesar harga penawaran yang diajukan. Tujuan dari pelelangan ini adalah agar
terdapat persaingan antara kontraktor lain untuk mengajukan permohonan. Dalam hai ini
yang memenangkan tender adalah PT. LAMNA TAMITA JAYA.

2.4

Pelaksanaan Di Lapangan
Pada pelaksanaan proyek di lapangan, pelaksana tidak langsung membawahi para
tukang akan tetapi menunjuk kepala tukang untuk memimpin pekerjaan di lapangan.
Mengenai bahan – bahan seperti pasir dan kerikil yang akan digunakan pada proyek ini
ditimbun di lokasi di sekitar lokasi proyek, sedangkan semen dan besi tulangan disimpan di
dalam gudang bahan yang dibuat di sekitar lokasi proyek. Sedangkan jadwal kerja harian para
buruh diatur oleh kontraktor dan jam kerjanya berlangsung dari 8.00 s/d 12.00 WIB,
kemudian istirahat dan dilanjutkan kembali dari jam 14.00 s/d 16.30 WIB. Sistem

pembayaran upah kepada pekerja dilakukan dengan sistem bulanan. Untuk menjaga
keamanan pada proyek dipekerjakan 3 orang penjaga, yang merangkap sebagai penerima
barang masuk ke proyek.
2.5

Time Schedule
Agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan
mengetahui kemajuan pelaksanaan pekerjaan maka dibuatlah jadwal pekerjaan (Time
Schedule). Time Schedule untuk pekerjaan dan rencana dibuat oleh kontraktor.
Pada proyek pembangunan baru gedung perputakaan mahasiswa jadwal kerjanya
masih sesuai dengan time schedule yang telah dibuat karena material yang didatangkan
sesuai dan tepat pada waktunya hal ini dapat memperlancar sistem pengerjaan tukang.

2.6

Pengaturan Pemasukan Bahan
Kelancaran pelaksanaan pembangunan sebuah proyek tidak terlepas dari sistem
pengaturan pengadaan bahan dan barang. Apabila pekerjaan ini terhambat akan membuat
penyelesaian proyek semakin lama. Untuk mengantisipasi hal ini, maka sebelum pelaksanaan
proyek kontraktor harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
1.

Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mendistribusikan bahan atau barang untuk
kebutuhan proyek selambat – lambatnya 4 hari sebelum dilaksanakan pekerjaan.

2.

Kontraktor wajib men-survey keadaan lokasi serta wajib membangun gudang penempatan
bahan yang di order

3. Kontraktor wajib membangun sebuah gudang untuk menyimpan bahan atau barang
4.

Kontraktor wajib menempatkan beberapa petugas pengawas material, agar pemasukan dan
pengeluaran bahan dapat terkoordinir dengan baik.

5. Material seperti pasir dari krueng mane dan kerikil diambil dari krueng sawang

,

pada

pengecoran semua bangunan materialnya semua diaduk dengan menggunakan molen yang
telah tersedia beberapa buah.
2.7

Pengadaan Peralatan
Untuk kelancaran pembangunan proyek, sangat diperlukan berbagai macam peralatan
baik alat berat maupun manual. Dalam pelaksanaan proyek alat yang digunakan seperti
Exsafator, molen dan alat – alat sederhana lainnya seperti cangkul, skop, tang, meteran,
gerobak dorong, serta peralatan lainnya yang mendukung pelaksanaan proyek disediakan
oleh kontraktor.

2.8

Penempatan Penulis
Dalam melaksanakan praktek kerja lapangan ini yang berdasarkan kepada surat
keputusan Direktur Politeknik Negeri Lhokseumawe Tanggal 26 September 2013, yang
ditujukan kepada Direktur PT. LAMNA TAMITA JAYA. Penulis ditempatkan di lapangan
sebagai asisten lapangan dan pekerjaan ini diamati selama kurang lebih 3 minggu, terhitung
mulai tanggal 26 september s/d 19 oktober 2013, tertera pada lampiran.

2.9

Ruang Lingkup Pekerjaan
Proyek Pembangunan RKB SMP N 7 Lhokseumawe tersebut mempunyai 2 gedung
yaitu gedung A dan gedung B, adapun ruang lingkup antara kedua gedung tersebut sama,
berikut ini ruang lingkup pekerjaan terdiri dari :
2.9.1

Pekerjaan persiapan
Dalam pekerjaan persiapan meliputi mobolisasi dan demobilisasi, pemotongan

dengan excavator, pengukuran, pembersihan lokasi, pemasangan bowplank, pembuatan
direksikeet mobilisasi dan pembuatan nama proyek.
Sebelum galian tanah untuk pondasi dilaksanakan, terlebih dahulu harus dilakukan
pengukuran dikarenakan lokasi proyek berbukit terlebih dahulu dilakukan pemotongan bukit
menggunakan alat berat yaitu excavator kemudian pemasangan bowplank agar As pondasi
dan kolom dapat tepat seperti gambar rencana. Agar memudahkan pelaksanaan pekerjaan dan
administrasi lapangan maka dibuat direksikeet.
2.9.2

Pekerjaan tanah dan pondasi
Pekerjaan ini meliputi galian pondasi, urugan kembali, urugan pasir bawah lantai

kerja pondasi dan sloof, urugan tanah dalam bangunan, penyediaan dan pendayagunaan
semua tenaga kerja, bahan-bahan dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan
galian, penimbunan kembali dan pengisian/pengurugan untuk peninggian lantai bangunan
sesuai dengan peil/elevasi yang ditentukan.
2.9.3

Pekerjaan Beton Bertulang

Pekerjaan ini meliputi beton bertulang Plat Dinding Sumuran, beton bertulang Pondasi
Tapak, beton bertulang Kolom, beton bertulang Sloof, beton bertulang Kolom, Balok Late,
beton bertulang Balok Lantai, Plat Lantai, Ring Balok, dan beton bertulang Top Gevel
2.9.4

Pekerjaan pasangan dan plasteran

Untuk pekerjaan pasangan bata dipakai dengan campuran 1 : 4 dan 1: 2 semen, pasir
dan air yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan. Pasangan batu bata adukan 1 : 2
dipasang setinggi 60 cm dari permukaan lantai (trasram). Sedangkan pasangan batu bata
adukan 1 : 4 dipasang pada dinding yang tidak berhubungan langsung dengan air. Batu bata
yang digunakan adalah batu bata setempat dengan kualitas terbaik yang disetujui pengawas,
yaitu siku dan sama ukurannya. Pada pekerjaan plasteran campuran 1 : 4 digunakan pada
dinding, sedangkan untuk daerah basah ( berhubungan dengan air ) digunakan campuran 1 :
2. Ketebalan plasteran untuk seluruh konstruksi minimal 10 mm, termasuk lapisan acuan
kecuali ditentukan lain dalam gambar rencana.
2.9.5

Pekerjaan Lantai
Pekerjaan lantai meliputi pekerjaan tanah timbun bawah lantai dasar, pasir urugan
bawah lantai, dan untuk pekerjaan pada lantai pertama ini yaitu penggunaan beton tumbuk
dibawah lantai keramik setinggi 12cm, sedangkan untuk pekerjaan pemasangan keramik
untuk lantai I dan II menggunakan keramik berukuran 40 x 40 cm, dan keramik 40 x 40 anti
slip pada bagian selasar gedung.

2.9.6

Pekerjaan Pintu, Jendela dan Kunci
Pekerjaan pintu ini meliputi pemasangan kosen pintu, daun pintu, ventilasi kaca di

atas pintu, kunci, pegangan, engsel dan pacok pintu, sedangkan untuk pekerjaan pemasangan
jendela sendiri juga ada pemasangan kosen, daun jendela, ventilasi kaca, ensel, grendel, hak
angin tarikan jendela, dan kaca 5mm.
2.9.7

Pekerjaan Atap dan Plafond
Adapun bagian dari pekerjaan ini meliputi pemasangan rangka kuda kuda dengan
menggunakan bahan dari baja ringan, penutup atap genteng metal 0.30, rabung metal 0.30,
dan lisplang kayu, pemasangan rangka plafond, plafond gypsum 9mm dan yang terakhir yaitu
list plafond.

2.9.8

Pekerjaan Instalasi Listrik
Pekerjaan ini meliputi pemasangan lampu TL 40 dan 20 W, saklar lampu, stok
kontak, dan penangkal petir.

BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN YANG DIIKUTI

Proyek Pembangunan RKB SMP NEGERI 7 LHOKSEUMAWE yang telah diikuti
oleh penulis melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diikuti penulis selama ± 4 (empat)
minggu.
Adapun kegiatan – kegiatan yang penulis ikuti selama Praktek Kerja Lapangan yang
dimulai dari tanggal 26 September sampai dengan 22 Oktober 2013 meliputi ruang lingkup
pekerjaan Beton Bertulang, pekerjaan tersebut terdiri dari beberapa item pekerjaan antara lain
:
1. Pekerjaan Kolom

2. Pekerjaan Balok dan Plat Lantai
3.1

Pekerjaan Kolom
Pada Praktek Kerja Lapangan ini penulis mengikuti praktek pekerjaan kolom.

Pekerjaan kolom dikerjakan setelah pekerjaan plat lantai selesai. Pekerjaan kolom merupakan
pekerjaan beton bertulang yang sangat penting atau berpengaruh pada suatu konstruksi suatu
bangunan.
Kolom adalah beton penyangga atau tiang bagi suatu konstruksi bangunan dan
merupakan struktur yang menahan beban axial dan lateral yang sangat diperlukan sekali
ketelitian dan presisinya. Pekerjaan ini memerlukan waktu 9 hari. Dalam pekerjaan kolom ini
terdapat beberapa tahapan yang harus dikerjakan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi :
3.1.1

Pekerjaan pembesian kolom
Pada pekerjaan ini, besi yang telah dipotong lalu dibentuk (bending) kemudian

dirangkai dan dipasang pada tempat yang telah ditentukan sesuai dengan ukuran dan
dimensinya. Perakitan besi dilakukan dilokasi pemasangan kolom tersebut, hal ini dilakukan
untuk memudahkan pekerjaan dan untuk menghemat waktu.
Pekerjaan kolom ini terdiri dari 3 type :
a.

Kolom K1
Dimensi 35 x 45 cm
Atas 3 Ø 16 mm
Tengah 4 Ø 16 mm
Bawah 3 Ø 16 mm
Behel Ø 8 - 15
b. Kolom K2
Dimensi 25 x 25 cm
Atas 3 Ø 14 mm
Tengah 2 Ø 14 mm
Bawah 3 Ø 14 mm
Behel Ø 8 - 15
c. Kolom Praktis (KP)
Dimensi 13 x 13 cm
Atas 2 Ø 12 mm
Bawah 2 Ø 12 mm
Behel Ø 6 – 5
Pekerjaan pembesian kolom diawali dengan pemotongan dan pembengkokan besi
yang dilakukan di lokasi proyek di lapangan terbuka. Tulangan dan sengkang akan dipakai
terlebih dahulu diukur lalu dipotong dan dibentuk dan panjang yang diinginkan. Tulangan

dan sengkang yang telah dibentuk dibawa ke lokasi pekerjaan untuk dipasang ataupun
dirangkai.
Adapun alat yang dipakai pada pembesian kolom yaitu meja pembengkokan, alat
pembengkok besi, alat pemotong besi, meteran, kawat, tang kakak tua dengan bahan yaitu
besi polos.Tenaga kerja dalam pelaksanaan pembesian kolom berkisar antara 4 – 6 orang
pekerja
3.1.2

Pembuatan dan pemasangan bekisting kolom
Pekerjaan mal dilakukan setelah pekerjaan pembesian selesai. Papan mal untuk kolom

dibuat sesuai bentuk dan ukuran kolom yang direncanakan, papan mal terbuat dari kayu 2/20
cm. Untuk mendapatkan ukuran mal yang sesuai dengan kolom, papan ini disusun tegak
dengan memakai plat kayu ukuran 5/7 tiap jarak 50 cm, setiap sisi dan panjang mal yang
dibuat sesuai dengan tinggi kolom.
Pembuatan papan mal dibuat dengan menggunakan peralatan tukang. Cetakan yang
telah selesai, dibawa ke lokasi pekerjaan dan dipasang sesuai dengan posisi tulangan yang
telag dipasang seluruhnya. Untuk memeriksa tegak lurusnya mal digunakan unting-unting
yang telah diikatkan dengan benang yang kemudian digantung pada papan mal. Bila jarak
antara benang dengan papan mal di bagian bawah dan atas telah sama, bearti papan ini telah
tegak lurus, maka mal tersebut disokong pada sisi-sisinya dengan kayu 5/7 cm, sehingga
aman terhadap pergeseran pada saat pengecoran.
Dalam pekerjaan pemasangan mal ini diperlukan 3 orang tenaga kerja untuk 5 buah
mal. Pekerjaan pemasangan mal ini waktu pelaksanaannya berselangan dengan pengecoran
kolom. Hal ini dilakukan karena jumlah cetakan terbatas. Jadi mal yang sudah pernah dipakai
bisa digunakan lagi pada pengecoran kolom berikutnya.
3.1.3

Pekerjaan pengecoran kolom
Pengecoran akan segera dilaksanakan setelah pembesian dan pemasangan mal.

Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu diperiksa pembesian dan mal untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam pengecoran. Papan mal harus kokoh dan benar.
Adukan campuran pengecoran berpedoman pada data mix design yang telah diteliti.
Dari hasil penelitian tersebut adukancampuran yang dipakai adalah campuran 1 semen, 2
pasir dan 3 kerikil dengan mutu beton K-225. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagianbagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang lepas.
Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk

instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan lainnya). Adukan semen dituangkan ke dalam
cetakan dengan menggunakan ember setelah menggunakan palu dipakai sebagai penggetar
semen agar merata.
Peralatan yang digunakan adalah ember, gerobak sorong, ruskam, kayu, sendok spasi,
skop dan alat-alat lain yang mendukung. Untuk campuran diaduk langsung dilapangan
kemudian diangkat ke lokasi pengecoran dilantai dua dengan menggunakan ember. Tenaga
kerja yang dibutuhkan pada pekerjaan ini adalah 1 orang mandor, 1 orang pengawas, 1 orang
kepala tukang, 2 orang tukang dan 8 orang pekerja.
3.1.4

Pekerjaan Pembongkaran Bekisting
Pekerjaan pembongkaran bekisting kolom ini dilakukan setelah beton 2 - 3 hari.
Pekerjaan ini dilakukan hati-hati agar bekisting tidak rusak. Pembongkaran tidak dilakukan
sekaligus yaitu dengan membongkar keempat sisi bekisting sekaligus melainkan dengan
membongkar salah satu sisi bekisting kemudian diikuti dengan sisi depan dan sisi kiri dan
diikuti sisi kanan, hal ini dilakukan karena bekisting kolom tersebut saling mengait satu sisi
dengan sisi depannya. Agar memudahkan pembongkaran, pekerja menggunakan linggis.
Bekisting yang telah dibongkar lalu dibersihkan dan disimpan pada tempat yang terlindung
agar dapat digunakan pada pekerjaan berikutnya. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 3
orang pekerja.

3.1.5

Perawatan Beton
Perawatan beton dilakukan setelah beton mengeras, yaitu kira-kira 2 hari setelah
pengecoran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mencegah pengeringan bidang-bidang
beton yang dapat menyebabkan retak-retak pada beton. Perawatan kolom ini dilakukan
dengan cara menyiram air kepermukaan beton selama 3 hari. Perawatan beton segera dimulai
setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus selama
paling sedikit 2 (dua) minggu jika tidak ditentukan lain, tetapi sejauh pengamatan penulis,
perawatan beton di lapangan tidak dilakukan sama sekali.

3.2 Pekerjaan Pada Balok Dan Plat Lantai II
Pekerjaan pada balok dan plat lantai II meliputi :
1.
2.
3.
4.

Pemasangan bekisting balok dan plat lantai
Pembesian balok dan plat lantai
Pengecoran balok dan plat lantai
Pekerjaan perawatan
3.2.1 Pemasangan bekisting balok dan plat lantai II

Metode Pembuatan bekisting pada dasarnya adalah bagaimana cetakan beton dapat
memikul beban beton diatasnya terutama pada plat saat pengecoran. Oleh sebab itu papan
bekisting menggunakan kayu keras dengan kualitas baik (rata,kokoh dan baik). Ini bertujuan
agar diperoleh hasil beton yang rapi. Dengan hasil ini, finishing beton akan lebih mudah dan
cepat terselesaikan.
Untuk plat struktur menggunakan kayu bekisting Multipleks 9 mm, dengan perancah
scafolding, horrybeam, serta pipe support. Pembentukan mal dilakukan diatas frame yang
telah diletakkan dibawahnya, sedangkan pada bagian sisi atas dibiarkan terbuka untuk
pengecoran. Mal harus datar agar menghasilkan kotak mal yang baik. Antara tripleks satu
dengan tripleks yang lainnya harus rapat dan dipakai selotip karna tidak boleh ada rongga
atau celah, agar adukan beton tidak merembes keluar mal. Pemasangan bekisting dilakukan
sebelum pemasangan tulangan, bekisting tersebut sudah dirangkai sesuai dengan ukuran dan
dimensinya. Peralatan yang dibutuhkan saat pembuatannya adalah gergaji, palu,
meteran,waterpass, pahat kayu, dan lain-lain yang dianggap perlu. Adapun bahan-bahannya
adalah tripleks 9mm, dolken kayu φ 8, Kayu kelas III, Balok kayu kelas II, Paku kayu 5cm –
12 cm, Minyak bekisting, dan lain-lain.
Pada pekerjaan ini pekerja yang dibutuhkan mencapai 25-30 orang. Dengan alat yang
digunakan palu, tang kakak tua, linggis. Dalam sehari pekerja dapat mengecor sebanyak 10
m3.
3.2.2

Pembesian balok dan plat lantai II
Pemotongan dan pembengkokan tulangan balok lantai dan Plat lantai dilakukan

dilokasi kerja. Tulangan-tulangan yang telah dibentuk diangkat ke atas papan bikisting untuk
dirangkai sesuai dengan gambar rencana yang menggunakan kawat beton berdiameter 1 mm.
Pekerjaan pembesian balok dan plat lantai II dikerjakan setelah pengecoran sloof dan
kolom sudah diselesaikan. Pembesian balok dan plat lantai II menurut ukuran penampang
seperti yang tercamtum pada gambar rencana.
Pekerjaan balok dan plat lantai II ini terdiri dari 3 tipe yaitu:
Balok lantai (BL1)
Dimensi 30 x 50 cm
Tulangan atas 5 Ø 16 mm
Tulangan tengah 4 Ø 16 mm
Tulangan bawah 3 Ø16
Beugel Ø8-10 mm
Balok Lantai (BL2)
Dimensi 30 x 50

Tulangan atas 4 Ø 16 mm
Tulangan tengah 4 Ø 16 mm
Tulangan bawah 3 Ø16
Beugel Ø 8-10 mm
Balok lantai (BLT)
Dimensi 13 x 13 cm
Tulangan atas 2 Ø 10 mm
Tulangan bawah 3 Ø 10 mm
Beugel Ø6-12 mm
Pada pembesian plat lantai dan balok, tulangan yang telah disiapkan langsung
dirangkai dan dipasang pada tempat yang telah ditentukan sesuai dengan ukuran dan
dimensinya. Besi yang digunakan pada plat lantai adalah besi berdiameter 10 mm. Pembuatan
nya langsung dilakukan di atas bikisting lantai yang telah dibuat. Untuk menjaga agar
kedudukan rangkaian tulangan tidak menempel pada bikisting , maka setiap jarak 50 cm
dipasang beton tahu yang adukannya 1 pc : 2 ps dengan ketebalan 3 cm dibawah tulangan
lapisan bawah.
Adapun alat yang dipakai pada pembesian balok dan plat lantai II yaitu meteran,
kawat, tang kakak tua dengan bahan yaitu besi ulir dan besi polos.
Volume pekerjaan pada pembesian balok dan plat lantai II untuk dimensi 30x50 cm
kira-kira dalam 1 hari mencapai 10 m3. Untuk dimensi 50x30 cm kira-kira dalam 1 hari
mencapai 2,16 m3 . Tenaga kerja dalam pelaksanaan pembesian sloof berkisar antara 6 – 12
orang pekerja. Dengan 1 orang mandor, 1 orang kepala tukang.

3.2.3

Pengecoran balok dan plat lantai II
Sebelum pengecoran dimulai hendaklah semua bikisting dibersihkan dari kotoran-

kotoran yang melekat dan juga diadakan pemeriksaan letak tulangan maupun letak bikisting.
Pengecoran balok dan plat lantai II yang merupakan beton struktural menggunakan mutu
beton K 250 yang campurannya diperoleh dari hasil Mix design, Mix design harus dilakukan
di laboratorium yang berwenang dan independent, perbandingan campuran adalah 1:2:3
terdiri dari 1 zak semen, 2 tong pasir, 3 tong kerikil. untuk selimut beton dipakai 3 cm,
dengan slump test (12±2) cm. pengecoran harus dilakukan sesuai prosedur karena sangat
berpengaruh kepada kekakuan bangunan. Peralatan yang digunakan adalah molen, vibrator,
ember, gerobak sorong, ruskam, kayu, sendok spasi, skop dan alat-alat lain yang mendukung.
Volume pada pengecoran balok dan plat lantai II dalam 1 hari biasanya mencapai 8
m3. Dengan pekerja mencapai 20-30 orang pekerja. Adapun alat yang digunakan dalam
pengecoran balok dan plat lantai II antara lain molen, cangkul, skrop, timba, selang air,
dengan bahan yang digunakan berupa air, pasir, kerikil dan semen.

BAB IV
MASALAH YANG TIMBUL DAN PEMECAHANNYA
Permasalahan merupakan suatu hal yang tidak mungkin dipisahkan dari suatu
kegiatan atau pelaksanaan pekerjaan yang sedang dikerjakan. Sebagaimana kita ketahui
setiap pekerjaan konstruksi pasti mengalami permasalahan–permasalahan, baik itu secara
besar maupun kecil. Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini banyak mengalami
permasalahan di Proyek Pembangunan RKB SMP N 7 Lhokseumawe.
4.1

Permasalahan
Masalah yang timbul adalah sebagai berikut :

1.

Penepatan material yang kurang terlindungi dari teik matahri dan guyuran hujan, sehingga
besi cepat berkarat.

2.

Material di letakkan di halaman sekolah dimana tempat tersebut adlah tempat bermain siswa
siswi dikala waktu istirahat.

3.

Tidak dilakukannya perawatan beton
4.2

Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah diatas dilakukan pemecahan masalah sebagai berikut :

1. Pihak kontrktor harusnya menyediakan gudang/tempat penyimpan barang agar lebih terawatt
dan aman dari anak anak.
2.

Sebagian material tidak dihamparkan begitu saja melainkan ditimbun dengan baik dan
terpisak antara pasir dan kerikil agar tidak tercampur.

3. Ketersedian material harus sesuai dengan time schedule dan biasanya terkait dengan keadaan
cuaca dan transportasi. Sebaiknya keterlambatan material dapat dicegahdengan pengaturan
jadwal pemasukan material, agar tidak terjadi keterlambatan karena sangat merugikan bagi

pihak kontraktor. Jadi sebaiknya jauh hari sebelum pekerjaan dilaksanakan, penjadwalan
kedatangan material sudah direncanakan, termasuk material yang didatangkan dari pabrik.
Ketika tidak ada pekerjaan yang diperlukan para pekerja langsung mengalihkan pelaksanaan
pekerjaan yang lain dan kontraktor harus membuat jadwal bahan agar tidak ada bahan yang
terlambat.
4. Dalam RKS pasal 13 ayat 3 mengenai perawatan beton dikatakan bahwa perawatan beton
segera dimulai setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus
menerus selama paling sedikit 2 (dua) minggu. Perawatan beton dilakukan dengan cara
menyiram air kepermukaan beton selama 3 hari. Perawatan beton sangat penting dilakukan,
karena dapat mencegah pengeringan bidang – bidang beton yang dapat menyebabkan retak –
retak pada beton.
5. Dalam pekerjaan konstruksi dilapangan hujan merupakan suatu hambatan dimana pada saat
hujan pekerjaan tidak dapat aktif dan baik. Sebaiknya kontraktor haruslah mempelajari
keadaan cuaca, jika hujan harus mempersiapkan tenda/terpal sebagai penutup pada saat
pengecoran untuk melindungi beton.

BAB V
PENUTUP

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan, penulis merasakan manfaat yang
sangat besar sekali, karena dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di bangku
kuliah dengan praktek sebenarnya di lapangan.
Dari hasil pengamatan dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan selama 3 (tiga)
minggu, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:
5.1

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil adalah sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan suatu proyek melibatkan beberapa unsur organisasi antara lain pemilik
proyek, konsultan perencana, konsultan pengawas dan pelaksana proyek.
2. Pekerjaan pemotongan, pembengkokan dan pengkaitan besi tulangan dilakukan cukup baik
dan teliti.
3. Besi yang digunakan dilapangan sesuai dngan gambar rencana.
4.

Komunikasi antara pengawas dan pekerja di lapangan dipandang perlu agar terciptanya
hubungan yang baik dan pekerjaan dapat berjalan lancar.

5. Material yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah material yang bermutu baik, bebas
dari unsur-unsur yang dapat merusak beton seperti lumpur dan lain-lain. Karena material
yang mutunya tidak baik akan mengakibatkan kekuatan mutu beton.
5.2

Saran – saran
Adapun beberapa saran yang dapat penulis utarakan sebagai berikut:
1.

Pengadaan material di lapangan hendaknya disesuaikan dengan jadwal kerja dan volume
pekerjaan

2. Penumpukan dan penempatan material seperti pasir dan kerikil hendaknya tidak langsung di
atas tanah sebaiknya diberikan alas dibawahnya hal ini untuk menghindari tercampurnya
tanah saat pengambilan material tersebut sehingga tidak mempengaruhi akan mutu beton.
3.

Penyedian tenaga kerja pada suatu pekerjaan hendaknya disesuaikan dengan volume
pekerjaan, agar dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditetapkan.

4.

Kepala tukang hendaknya mengontrol pekerjaannya secara rutin supaya tidak terjadi
penyimpangan, sehingga mengurangi mutu pekerjaan tersebut.

5. Kontraktor sebelum melakukan proyek hendaknya lebih mempertimbangan akan tersedianya
bahan dan peralatan, agar proyek dapat berjalan lancar dan efektif sebagaimana seperti yang
telah direncanakan.