Model Kurikulum Model Pembelajaran Kurikulum
Model Pembelajaran Konstektual
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru
lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas
(siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran
guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
1.2
Rumusan Masalah
A. Apa pengertian dari CTL?
B. Apa yang dimaksud dengan pemikiran tentang belajar?
C. Bagaimana hakekat Pembelajaran Kontekstual?
D. Apa pengertian Pembelajaran Kontekstual?
E. Bagaimana perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional?
F.Bagaimana penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas?
G. Apa saja komponen Pembelajaran Kontekstual?
H. Apa karakteristik Pembelajaran Kontekstual?
I. Bagaiman menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual?
1.3
Tujuan Penyusunan
Agar Pembaca yang hampir seluruhnya merupakan guru dan calon guru dapat lebih mengetahui
konsep dari model pembelajaran konterkstual dan penerapannya di dalam proses belajar mengajar,
sehingga dapat mempermudah seorang pengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang
telah ditetapkan
1.4 Metode Penyusunan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka dan penulusuran melalui
internet untuk menunjang kelengkapan materi makalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Model Pembelajaran Kontekstual
A. Pengertian
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan
membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan feksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota masyarakat.
B. Pemikiran tentang belajar
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih
memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak
mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal,
mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi
sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah
sesuai dengan perkembangan jaman.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai
berikut.
1. Proses belajar
1.
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak
mereka.
2.
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan
baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
3.
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
4.
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah,
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
5.
Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
6.
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
7.
Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus
seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
1.
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
2.
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
3.
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan
dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai Pembelajar
1.
Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak
mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
2.
Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi,
untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
3.
Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui.
4.
Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan
strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya Lingkungan Belajar
1.
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di
depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
2.
Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru
mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
3.
Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
4.
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (AuthenticAssessment)
D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
1.
Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ keterampilan yang secara feksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu
permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
2.
Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara
materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota dan
masyarakat
E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Kontekstual
1.
Menyandarkan pada pemahaman makna.
2.
Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
3.
Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
4.
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
5.
Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
6.
Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
7.
Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis,
atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
8.
Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
9.
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
11. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional
1.
Menyandarkan pada hapalan
2.
Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
3.
Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
4.
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
5.
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
6.
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
7.
Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar
ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
8.
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
9.
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
11. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
13. Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
14. Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
F. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan
kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
1.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
2.
kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
3.
Ciptakan masyarakat belajar.
4.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5.
Lakukan refeksi di akhir pertemuan
6.
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
1. Konstruktivisme
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan
awal.
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
Tukar pengalaman.
Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
Mencatat apa yang telah dipelajari.
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
Penilaian produk (kinerja).
Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Kerjasama
Saling menunjang
Menyenangkan, tidak membosankan
Belajar dengan bergairah
Pembelajaran terintegrasi
Menggunakan berbagai sumber
Siswa aktif
Sharing dengan teman
Siswa kritis guru kreatif
Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor
dan lain-lain
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum,
karangan siswa dan lain-lain
I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas
yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan
bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin
tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan
dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional
dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada
penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang
akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih
menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis
kontekstual adalah sebagai berikut.
Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang
merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian
Hasil Belajar.
1.
Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
2.
Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
3.
Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
4.
Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya
dalam pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota masyarakat.
sumber:
http://gakuseishinsetsu.wordpress.com/2010/01/06/model-pembelajaran-konstektual/
//
PDRTJS_settings_1036222_post_228={“id”:1036222,”unique_id”:”wp-post-228″,”title”:”Model
Pembelajaran Konstektual”,”permalink”:”http:\/\/gakuseishinsetsu.wordpress.com\/2010\/01\/06\/
model-pembelajaran-konstektual\/”,”item_id”:”_post_228″}
//
Rangkuman Materi Sistem Persamaan Linear
Rangkuman Materi
Sistem Persamaan Linear
A. Persamaan Dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.
Pernyataan adalah kalimat yang dapat ditentukan nilai kebenarannya (bernilai
benar atau bernilai salah).
Kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat variabel dan belum diketahui nilai
kebenarannya.
Himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka adalah himpunan semua pengganti
dari variabel-variabel pada kalimat terbuka sehingga kalimat tersebut bernilai
benar.
Persamaan adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda sama dengan
(=).
Persamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh
tanda sama dengan (=) dan hanya mempunyai satu variabel berpangkat satu.
Bentuk umum persamaan linear satu variabel adalah ax + b = 0.
Penyelesaian persamaan linear adalah pengganti variabel x yang menyebabkan
persamaan bernilai benar.
Dua persamaan atau lebih dikatakan ekuivalen jika mempunyai himpunan
penyelesaian yang sama dan dinotasikan dengan tanda .
Suatu persamaan dapat dinyatakan ke dalam persamaan yang ekuivalen dengan
cara:
a.
Menambah atau mengurangi kedua ruas dengan bilangan yang sama;
b.
Mengalikan atau membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama.
Bentuk Persamaan sebagai berikut :
Suatu ketidaksamaan selalu ditandai dengan salah satu tanda hubung berikut.
a.
untuk menyatakan kurang dari.
b.
untuk menyatakan lebih dari.
c.
untuk menyatakan tidak lebih dari atau kurang dari atau sama dengan.
d.
untuk menyatakan tidak kurang dari atau lebih dari atau sama dengan.
Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang menyatakan hubungan
ketidaksamaan .
Untuk menentukan penyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel, dapat
dilakukan dalam dua cara sebagai berikut.
a.
b.
Mencari lebih dahulu penyelesaian persamaan yang diperoleh
dari pertidaksamaan dengan mengganti tanda ketidaksamaan
dengan tanda “=”.
Menyatakan ke dalam pertidaksamaan yang ekuivalen.
B. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Peubah /
Variabel
Sistem persamaan linear dua variabel secara umum adalah sistem persamaan
dalam bentuk :
a1x + b1y = k1
a2x + b2y = k2
sehingga persamaan linear tersebut dapat diselesaikan jika a1.b2 ¹ a2.b1 sehingga
persamaan linear tersebut mempunyai titik potong di (x1,y1).
Untuk menyelesaikan / menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua
variable dapat digunakan beberapa cara antara lain sebagai berikut :
1.
Metode subsitusi
2.
Metode eliminasi
3.
Metode gabungan antara eliminasi dan subsitusi
1.
Metode Subsitusi
Contoh :
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear 2x + 3y = 2.....(1)
x + y = 1 .....(2)
Jawab :
Dari persamaan x – y = 1 didapat x = 1 + y
2x + 3y = 2 → 2(y + 1) + 3y = 1 + y
x=y+1
5y = 0
y=0
2y + 2 + 3y = 2
y=0→x=1+y
x=1+0
x=1
jadi himpunan penyelesaiannya = {1, 0}
2.
Metode Eliminasi
Dengan metode eliminasi tentukan himpunan penyelesaian dari
2x + 3y = 6
2x + y = -2
Jawab :
2x + 3y = 6
2x + y = -2 2y = 8
y=4
2x + 3y = 6 │x 1 → 2x + 3y = 6
2x + y = -2 │x 3 → 6x + 3y = -6 -4x = 12
x = -3
Jadi penyelesaiannya x = -3, y = 4
HP = {-3, 4}
3.
Metode gabungan eliminasi dan subsitusi
Dengan metode eliminasi dan subsitusi tentukan himpunan penyelesaian dari
3x + 4y = -1
x-y=2
Jawab :
3x + 4y = -1
│x 1 → 3x + 4y = -1
x-y=2
│x 3 → 3x - 3y = 6 -
7y = -7
y = -1
y = -1 → x – y
=2
x – (-1) = 2
x
=2–1
x
=1
Jadi himpunan penyelesaiannya ={1, -1}
C. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Tiga Peubah /
Variabel
1.
Metode Subsitusi
Contoh :
Dengan metode subsitusi tentukan himpunan penyelesaian persamaan berikut !
2x + y - z = 3 ....(1)
x + y + z = 1 ....(2)
x – 2y – 3z = 4 ....(3)
Jawab :
Dari persamaan (2) x + y + z = 1 → x = 1 – y – z ....(4)
(4 dan 1) →
2x + y – z
=3
2(1 – y – z) + y – z = 3
2 – 2y – 2z + y – z = 3
-y – 3z = 1
y = -3z – 1 ....(5)
(3 dan 4) →
x – 2y – 3z
=4
1 – y – z – 2y – 3z = 4
-3y – 4z = 3 ....(6)
(5 dan 6) →
-3y – 4z
=3
-3 (-3z – 1) – 4z = 3
9z + 3 – 4z = 3
5z = 0
z = 0 ....(7)
untuk z = 0 disubsitusikan ke persamaan (5)
y = -3z – 1
y = -3(0) – 1
y = -1
untuk z = 0, y = -1, disubsitusikan ke persamaan (2)
x+y+z=1
x–1+0=1
x=2
Jadi himpunan penyelesaiannya {(2, -1, 0)}
2.
Metode eliminasi dan subsitusi atau gabungan
Contoh :
Dengan metode gabungan tentukan himpunan penyelesaian dari sistem
persamaan berikut!
2x – y - 2z = -1 ....(1)
3x + 2y – z = 10 ....(2)
4x – y - 3z = - 3 ....(3)
Jawab
Dari persamaan (1) dan (3)
2x – y + 2z = -1 │ x 2 → 4x – 2y + 4z = -2
-4x – y – 3z = -3 │ x 1 → -4x – y – 3z = -3 +
-3y + z = -5 .... (4)
Dari persamaan (2) dan (3)
3x – 2y + z = 10 │ x 4 → 12x + 8y - 4z = 40
-4x – y – 3z = -3 │ x 3 → -12x – 3y – 9z = -9 +
5y – 13z = 31 .... (5)
Dari persamaan (4) dan (5)
-3y + z = -5
│ x 13 → -39y + 13z = -65
-3y(1) + z = -5 │ x 1 →
5y – 13z = 31 +
-34y = -34 .... (5)
y=1
y = 1 disubsitusikan ke persamaan (4)
-3y + z = -5
-3(1) + z = -5
z = -5 + 3
z = -2
untuk y = 1, z = -2 disubsitusikan ke persamaan (1)
2x – y + 2z = -1
2x – 1 + 2(-2) = -1
2x – 5 = -1
2x = -1 + 5
2x = 4
x=2
Jadi himpunan penyelesaiannya {(2, 1, -2)}
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru
lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas
(siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran
guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
1.2
Rumusan Masalah
A. Apa pengertian dari CTL?
B. Apa yang dimaksud dengan pemikiran tentang belajar?
C. Bagaimana hakekat Pembelajaran Kontekstual?
D. Apa pengertian Pembelajaran Kontekstual?
E. Bagaimana perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional?
F.Bagaimana penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas?
G. Apa saja komponen Pembelajaran Kontekstual?
H. Apa karakteristik Pembelajaran Kontekstual?
I. Bagaiman menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual?
1.3
Tujuan Penyusunan
Agar Pembaca yang hampir seluruhnya merupakan guru dan calon guru dapat lebih mengetahui
konsep dari model pembelajaran konterkstual dan penerapannya di dalam proses belajar mengajar,
sehingga dapat mempermudah seorang pengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang
telah ditetapkan
1.4 Metode Penyusunan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka dan penulusuran melalui
internet untuk menunjang kelengkapan materi makalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Model Pembelajaran Kontekstual
A. Pengertian
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan
membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan feksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota masyarakat.
B. Pemikiran tentang belajar
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih
memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak
mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal,
mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi
sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah
sesuai dengan perkembangan jaman.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai
berikut.
1. Proses belajar
1.
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak
mereka.
2.
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan
baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
3.
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
4.
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah,
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
5.
Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
6.
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
7.
Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus
seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
1.
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
2.
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
3.
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan
dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai Pembelajar
1.
Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak
mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
2.
Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi,
untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
3.
Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui.
4.
Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan
strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya Lingkungan Belajar
1.
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di
depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
2.
Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru
mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
3.
Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
4.
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (AuthenticAssessment)
D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
1.
Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ keterampilan yang secara feksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu
permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
2.
Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara
materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota dan
masyarakat
E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Kontekstual
1.
Menyandarkan pada pemahaman makna.
2.
Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
3.
Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
4.
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
5.
Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
6.
Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
7.
Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis,
atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
8.
Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
9.
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
11. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional
1.
Menyandarkan pada hapalan
2.
Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
3.
Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
4.
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
5.
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
6.
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
7.
Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar
ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
8.
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
9.
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
11. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
13. Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
14. Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
F. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan
kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
1.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
2.
kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
3.
Ciptakan masyarakat belajar.
4.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5.
Lakukan refeksi di akhir pertemuan
6.
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
1. Konstruktivisme
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan
awal.
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
Tukar pengalaman.
Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
Mencatat apa yang telah dipelajari.
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
Penilaian produk (kinerja).
Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Kerjasama
Saling menunjang
Menyenangkan, tidak membosankan
Belajar dengan bergairah
Pembelajaran terintegrasi
Menggunakan berbagai sumber
Siswa aktif
Sharing dengan teman
Siswa kritis guru kreatif
Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor
dan lain-lain
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum,
karangan siswa dan lain-lain
I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas
yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan
bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin
tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan
dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional
dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada
penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang
akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih
menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis
kontekstual adalah sebagai berikut.
Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang
merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian
Hasil Belajar.
1.
Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
2.
Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
3.
Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
4.
Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya
dalam pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota masyarakat.
sumber:
http://gakuseishinsetsu.wordpress.com/2010/01/06/model-pembelajaran-konstektual/
//
PDRTJS_settings_1036222_post_228={“id”:1036222,”unique_id”:”wp-post-228″,”title”:”Model
Pembelajaran Konstektual”,”permalink”:”http:\/\/gakuseishinsetsu.wordpress.com\/2010\/01\/06\/
model-pembelajaran-konstektual\/”,”item_id”:”_post_228″}
//
Rangkuman Materi Sistem Persamaan Linear
Rangkuman Materi
Sistem Persamaan Linear
A. Persamaan Dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.
Pernyataan adalah kalimat yang dapat ditentukan nilai kebenarannya (bernilai
benar atau bernilai salah).
Kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat variabel dan belum diketahui nilai
kebenarannya.
Himpunan penyelesaian dari kalimat terbuka adalah himpunan semua pengganti
dari variabel-variabel pada kalimat terbuka sehingga kalimat tersebut bernilai
benar.
Persamaan adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda sama dengan
(=).
Persamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh
tanda sama dengan (=) dan hanya mempunyai satu variabel berpangkat satu.
Bentuk umum persamaan linear satu variabel adalah ax + b = 0.
Penyelesaian persamaan linear adalah pengganti variabel x yang menyebabkan
persamaan bernilai benar.
Dua persamaan atau lebih dikatakan ekuivalen jika mempunyai himpunan
penyelesaian yang sama dan dinotasikan dengan tanda .
Suatu persamaan dapat dinyatakan ke dalam persamaan yang ekuivalen dengan
cara:
a.
Menambah atau mengurangi kedua ruas dengan bilangan yang sama;
b.
Mengalikan atau membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama.
Bentuk Persamaan sebagai berikut :
Suatu ketidaksamaan selalu ditandai dengan salah satu tanda hubung berikut.
a.
untuk menyatakan kurang dari.
b.
untuk menyatakan lebih dari.
c.
untuk menyatakan tidak lebih dari atau kurang dari atau sama dengan.
d.
untuk menyatakan tidak kurang dari atau lebih dari atau sama dengan.
Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang menyatakan hubungan
ketidaksamaan .
Untuk menentukan penyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel, dapat
dilakukan dalam dua cara sebagai berikut.
a.
b.
Mencari lebih dahulu penyelesaian persamaan yang diperoleh
dari pertidaksamaan dengan mengganti tanda ketidaksamaan
dengan tanda “=”.
Menyatakan ke dalam pertidaksamaan yang ekuivalen.
B. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Peubah /
Variabel
Sistem persamaan linear dua variabel secara umum adalah sistem persamaan
dalam bentuk :
a1x + b1y = k1
a2x + b2y = k2
sehingga persamaan linear tersebut dapat diselesaikan jika a1.b2 ¹ a2.b1 sehingga
persamaan linear tersebut mempunyai titik potong di (x1,y1).
Untuk menyelesaikan / menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua
variable dapat digunakan beberapa cara antara lain sebagai berikut :
1.
Metode subsitusi
2.
Metode eliminasi
3.
Metode gabungan antara eliminasi dan subsitusi
1.
Metode Subsitusi
Contoh :
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear 2x + 3y = 2.....(1)
x + y = 1 .....(2)
Jawab :
Dari persamaan x – y = 1 didapat x = 1 + y
2x + 3y = 2 → 2(y + 1) + 3y = 1 + y
x=y+1
5y = 0
y=0
2y + 2 + 3y = 2
y=0→x=1+y
x=1+0
x=1
jadi himpunan penyelesaiannya = {1, 0}
2.
Metode Eliminasi
Dengan metode eliminasi tentukan himpunan penyelesaian dari
2x + 3y = 6
2x + y = -2
Jawab :
2x + 3y = 6
2x + y = -2 2y = 8
y=4
2x + 3y = 6 │x 1 → 2x + 3y = 6
2x + y = -2 │x 3 → 6x + 3y = -6 -4x = 12
x = -3
Jadi penyelesaiannya x = -3, y = 4
HP = {-3, 4}
3.
Metode gabungan eliminasi dan subsitusi
Dengan metode eliminasi dan subsitusi tentukan himpunan penyelesaian dari
3x + 4y = -1
x-y=2
Jawab :
3x + 4y = -1
│x 1 → 3x + 4y = -1
x-y=2
│x 3 → 3x - 3y = 6 -
7y = -7
y = -1
y = -1 → x – y
=2
x – (-1) = 2
x
=2–1
x
=1
Jadi himpunan penyelesaiannya ={1, -1}
C. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Tiga Peubah /
Variabel
1.
Metode Subsitusi
Contoh :
Dengan metode subsitusi tentukan himpunan penyelesaian persamaan berikut !
2x + y - z = 3 ....(1)
x + y + z = 1 ....(2)
x – 2y – 3z = 4 ....(3)
Jawab :
Dari persamaan (2) x + y + z = 1 → x = 1 – y – z ....(4)
(4 dan 1) →
2x + y – z
=3
2(1 – y – z) + y – z = 3
2 – 2y – 2z + y – z = 3
-y – 3z = 1
y = -3z – 1 ....(5)
(3 dan 4) →
x – 2y – 3z
=4
1 – y – z – 2y – 3z = 4
-3y – 4z = 3 ....(6)
(5 dan 6) →
-3y – 4z
=3
-3 (-3z – 1) – 4z = 3
9z + 3 – 4z = 3
5z = 0
z = 0 ....(7)
untuk z = 0 disubsitusikan ke persamaan (5)
y = -3z – 1
y = -3(0) – 1
y = -1
untuk z = 0, y = -1, disubsitusikan ke persamaan (2)
x+y+z=1
x–1+0=1
x=2
Jadi himpunan penyelesaiannya {(2, -1, 0)}
2.
Metode eliminasi dan subsitusi atau gabungan
Contoh :
Dengan metode gabungan tentukan himpunan penyelesaian dari sistem
persamaan berikut!
2x – y - 2z = -1 ....(1)
3x + 2y – z = 10 ....(2)
4x – y - 3z = - 3 ....(3)
Jawab
Dari persamaan (1) dan (3)
2x – y + 2z = -1 │ x 2 → 4x – 2y + 4z = -2
-4x – y – 3z = -3 │ x 1 → -4x – y – 3z = -3 +
-3y + z = -5 .... (4)
Dari persamaan (2) dan (3)
3x – 2y + z = 10 │ x 4 → 12x + 8y - 4z = 40
-4x – y – 3z = -3 │ x 3 → -12x – 3y – 9z = -9 +
5y – 13z = 31 .... (5)
Dari persamaan (4) dan (5)
-3y + z = -5
│ x 13 → -39y + 13z = -65
-3y(1) + z = -5 │ x 1 →
5y – 13z = 31 +
-34y = -34 .... (5)
y=1
y = 1 disubsitusikan ke persamaan (4)
-3y + z = -5
-3(1) + z = -5
z = -5 + 3
z = -2
untuk y = 1, z = -2 disubsitusikan ke persamaan (1)
2x – y + 2z = -1
2x – 1 + 2(-2) = -1
2x – 5 = -1
2x = -1 + 5
2x = 4
x=2
Jadi himpunan penyelesaiannya {(2, 1, -2)}