Penerapan Model Pembelajaran Langsung Pa

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam karena atas izin dan
kehendak-Nya jualah makalah sederhana ini dapat diselesaikan penulis tepat pada waktunya.
Pembuatan dan penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Strategi Pembelajaran Matematika. Adapun yang penulis bahas dalam makalah yang
sederhana ini mengenai Model Pembelajaran Langsung.
Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan dikarenakan
terbatasnya ilmu pengetahuan penulis mengenai hal yang berhubungan dengan penulisan
makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima makasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari akan kemampuan penulis yang masih amatir. Dalam makalah
sederhana ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi penulis yakin makalah
sederhana yang penulis buat masih banyak kekurangan, karena itu penulis mohon maaf.
Akhir kata, harapan penulis semoga makalah sederhana ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah sederhana ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar
lebih maju di masa yang akan datang. Terima kasih.

Tim penulis


i

DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................................i
Daftar isi

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan Makalah 2
BAB II
PEMBAHASAN

3


2.1 Konsep dan Karakteristik Model Pembelajaran Langsung

3

2.1.1 Karakteristik Model Pembelajaran Langsung 3
2.1.2 Ciri Model Pembelajaran Langsung..................................................................................4
2.1.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung4
2.2 Teori Bandura

13

2.3 Peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung
2.4 Pelaksanaan Pengajaran Langsung

16

16

2.5 Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa..................................................................26

BAB III
PENUTUP

27

3.1 Kesimpulan

27

3.2 Saran……………………………………………………………………………………...28
Daftar pustaka..........................................................................................................................29
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 30
Silabus xxxv

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Banyak orang yang berpendapat bahwa pembelajaran langsung identik dengan
pembelajaran ceramah. Bahkan awalnya penulis berpendapat seperti itu, tapi sebenarnya
tidak seperti itu. Memang pembelajaran langsung didesain berorientasi pada guru. Dalam
prakteknya sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Pembelajaran ini relevan bagi guru yang ingin mengajar melalui demontrasi. Metode
demontrasi itu sendiri merupakan penyajian bahan pembelajaran dengan cara memperagakan/
mempertunjukkan proses tertentu. (Zulkarnain, 2011:40)
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teeori belajar sosial dari Albert
Bandura. Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang sebenarnya
bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pembelajaran langsung, guru harus
mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa
setahap demi setahap (menggunakan LKS atau lembar materi ajar). Karena dalam
pembelajaran peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar menjadi seorang model
yang menarik bagi siswa. (Zulkarnain, 2011: 47)
Setiap guru harus memiliki keahlian dalam memilih model pengajaran yang digunakan
sehari-hari di kelas. Pemilihan model yang tepat dalam pengajaran tentu saja berorientasi
pada tujuan pengajaran, termasuk tujuan setiap materi yang akan diberikan pada siswa. Dari
beberapa model pengajaran yang baru, salah satu bentuk model penyajian materi yang
penting untuk diketahui adalah Model Pembelajaran Langsung (Direct instruction). Istilah
lain yang sering dipergunakan ialah pengajaran aktif, Master learning dan Explicit

Instruction (Nur, 2000:3).
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif adalah
pengetahuan tentang sesuatu sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu yang keduanya berstruktur dengan baik dapat dipelajari
selangkah demi selangkah (Nur, 2000:4-5).
1

Pengajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, yang
mempunyai 5 langkah dalam pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran,
demontrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut (mandiri) (Nur, 2000:7).
Pengembangan model pengajaran langsung dilandasi oleh latar belakang teoritik dan
empirik tertentu. Di antaranya adalah ide-ide dari bidang sistem analisis, teori pemodelan
sosial dan prilaku, serta hasil penelitian tentang keefektifan guru dalam melaksanakan
fungsinya. Secara historis, beberapa aspek dari model pengajaran langsung berasal dari
prosedur pelatihan dalam industri (Nur, 2000:9)
Selanjutnya Nur (2000:18) juga mengatakan bahwa : Pengajaran langsung paling cocok
diterapkan untuk mata pelajaran yang berorientasi pada keterampilan seperti matematika dan
membaca dimana mata pelajaran itu dapat di ajarkan selangkah demi selangkah.


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.

Apa konsep Karakteristik Model pembelajaran langsung?

2.

Apa Teori Bandura?

3.

Apa peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung?

4.

Bagaimana Pelaksanaan pengajaran Langsung?

5.

Apa Implementasi Model Pembelajaran Langsung?


6.

Apa Tujuan Pembelajaran dan hasil Belajar siswa?

1.3 TUJUAN
1.

Mengetahui apa saja konsep Karakteristik Model pembelajaran langsung.

2.

Mengetahui apa itu Teori Bandura.

3.

Mengetahui apa saja peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung.

4.


Memahami bagaimana Pelaksanaan pengajaran Langsung.

5.

Mengetahui apa Implementasi Model Pembelajaran Langsung.

6.

Memahami apa Tujuan Pembelajaran dan hasil Belajar siswa.

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DAN KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar
siswa berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yaitu
pengetahuan tentang sesuatu. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu (Kardi dan Nur, 2000).

Model Pembelajaran berasal dari kata Model dan Pembelajaran. ”Model diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu
kegiatan” (Nur, 1996 : 78). Hakikat pembelajaran atau hakikat mengajar adalah membentuk
siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterapilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk
mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar (Joyce dan Weil dalam Nur,
1996 : 79). Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan
melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.
Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci
terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru tetapi tetap harus
menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Lingkungan belajar harus diciptakan berorientasi
pada tugas-tugas yang diberikan pada siswa.

2.1.1 Karakteristik Model Pembelajaran Langsung
Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks/tahapan
pembelajaran. Selain harus memperhatikan sintaks, guru yang akan menggunakan pengajaran
langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel lingkungan lain, yaitu fokus akademik,
arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak dari

pembelajaran.
3

Fokus akademik merupakan prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa
selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan. Pengarahan dan kontrol guru
terjadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan pembelajaran, menentukan
kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama pembelajaran dan meminimalkan
kegiatan non akademik. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga
guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa.

2.1.2 Ciri Model Pembelajaran Langsung
Sebagian besar tugas guru iala mmembantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural,
yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, misalnya bagaimana cara
menggunakan alat dan bagaimana melakukan suatu eksperimen. Guru juga membantu siswa
untuk memahami pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu (dapat
diungkapkan dengan kata-kata), misalnya nama-nama bagian alat, fungsi dan kegunaan alat.
Model pembelajaran Langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratuf yang terstruktur dengan
baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Selain model pembelajaran langsung
efektif untuk digunakan agar siswa menguasai pengetahuan prosedural dan pengetahuan

deklaratif. Model ini juga efektif untuk mengembangkan keterampilan belajar.
Model pembelajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Kardi dan Nurm 2000):
1.

Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur
penilaian hasil belajar

2.

Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

3.

Sintaks pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan
pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan hasil.

2.1.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Pada setiap model pembelajaran memiliki sintaks atau fase-fase pembelajaran yang
berbeda antara satu model dengan model pembelajaran yang lain. Model pembelajaran
langsung memiliki lima fase yang sangat penting yaitu Guru mengawasi pembelajaran
dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan
4

siswa untuk menerima penjelasan guru. Selanjutnya diikuti oleh presentasi materi ajar yang
diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pada proses pembelajaran juga
diberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik
terhadap keberhasilan siswa.
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase sebagai berikut:
Fase-fase
Fase 1
Menyampaikan Tujuan dan
mempersiapkan siswa
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan
Fase 3
Membimbing pelatihan
Fase 4
Mengecek Pemahaman dan
memberikan umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan

Perilaku Guru
Guru menyampaikan tujuan, informasi latar
belakang pelajaran, pentingnya pelajaran.
Mempersiapkan siswa untuk belajar.
Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar
atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Guru merencanakan dan memberikan pelatihan awal
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan
tugas dengan baik
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada
penerapan kepada situasi lebih baik kompleks dalam
kehidupan sehari-hari

Sumber : Kardi dan Nur (2000)

Kelima fase dalam pembelajaran langsung dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1.

Menyampaikan Tujuan Dan Mempersiapkan Siswa

Sebenarnya fase yang pertama dari model pengajaran langsung ini juga dilakukan pada
model-model pembelajaran yang lain, karena menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran adalah langkah pertama yang wajib
dilakukan oleh setiap guru.
Tujuan dari fase (langkah) pertama dari sintaks model pembelajaran langsung (direct
instruction) ini adalah untuk membuat perhatian siswa menjadi terpusat pada pembelajaran
yang akan dilaksanakan sehingga mereka selanjutnya akan memiliki motivasi belajar yang
5

baik dalam mengikuti pembelajaran. Ada 2 bagian dari fase ke-1 sintaks model
pembelajarang langsung ini, yaitu: (a) menyampaikan tujuan pembelajaran; dan (b)
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran.
a. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
Setiap guru wajib menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa selama
atau setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Dengan penyampaian tujuan
pembelajaran yang jelas dan lugas oleh guru maka siswa akan memiliki alasan mengapa
mereka harus terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Selain itu, tentu saja membantu
siswa untuk tahu persis apa yang harus mereka kuasai dari kegiatan belajar mengajar yang
akan dilakukan.
Bila siswa tahu apa yang akan mereka pelajari, maka mereka akan mencoba membuat
hubungan-hubungan materi pembelajaran itu dengan kehidupan mereka sendiri. Dengan
demikian, siswa akan berupaya untuk belajar dengan giat. Dengan mengetahui apa yang akan
dipelajari juga menolong siswa dalam menarik kembali pengetahuan awal (bekal awal) yang
telah mereka miliki dari sistem memori jangka panjang (long-term memory), di mana
nantinya bekal awal ini akan dipadukan dengan informasi dan hasil pengamatan yang
diperoleh dari presentasi dan demonstrasi yang dilakukan oleh guru selama kegiatan
pembelajaran.
Untuk menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara lugas dan jelas,
guru dapat mengkomunikasikan tujuan tersebut di papan tulis, menjelaskan tahap-tahap
kegiatan belajar yang akan dilakukan, serta materi pembelajaran yang akan dipelajari.
Bahkan lebih bagus lagi apabila guru menjelaskan alokasi waktu yang diperlukan untuk
setiap tahap kegiatan belajar. Melalui penjelasan guru inilah diharapkan siswa akan memiliki
gambaran umum tentang kegiatan belajar yang akan mereka ikuti, hingga tahap-tahap dan
hubungan antar tahap-tahap kegiatan belajar.
Guru dapat menulis, menempel di papan tulis, atau menyajikan slide dengan power point
singkat seperti contoh berikut:

Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat memfokuskan lensa mikroskop untuk melakukan pengamatan sel-sel tumbuhan

6

Kegiatan dan Alokasi Waktu:
 Pendahuluan, preview, penyampaian tujuan pembelajaran (3 menit)
 Rasional Pembelajaran (2 menit)
 Demonstrasi oleh guru tentang cara memfokuskan lensa mikroskop dan tanya jawab
(10 menit)
 Latihan memfokuskan lensa mikroskop oleh siswa dalam kelompok praktikum
masing-masing (20 menit)
 Kesimpulan/Rangkuman (3menit)
 Tugas Rumah / PR untuk pertemuan berikutnya (2 menit)

b. Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pembelajaran
Selain menyampaikan tujuan pembelajaran, hal kedua yang harus dilakukan guru adalah
menarik perhatian siswa. Guru harus memusatkan perhatian mereka sehingga mereka siap
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penting sebab:
1) memudahkan siswa mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka miliki (bekal
awal) yang ada kaitannya, yang terdapat di dalam sistem memori jangka panjang (longterm memory), dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) siswa masuk ke dalam kelas dengan berbagai macam pemikiran masing-masing. Pikiranpikiran ini perlu dihilangkan sehingga tidak mengganggu konsentrasi mereka selama
mengikuti kegiatan belajar nantinya.
3) membuat siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan oleh guru.
Cara untuk mempersiapkan siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sangat
variatif. Setiap guru akan mempunyai beragam ide untuk melaksanakan hal penting pada fase
pertama sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Makin kreatif guru,
akan makin bagus cara yang dilakukannya untuk mempersiapkan siswa.
2. Mempresentasikan dan Mendemontrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

7

Agar guru berhasil melaksanakan fase kedua dari sintaks model pembelajaran langsung
(direct instruction) ini, maka guru perlu menerapkan teknik-teknik presentasi dan demonstrasi
yang efektif. Fase kedua sintaks model pembelajaran langsung ini (mempresentasikan dan
mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan) adalah fase yang sangat krusial.
a. Mempresentasikan Pengetahuan dengan Jelas
Apabila guru menyajikan informasi (pengetahuan) dengan jelas, maka dampaknya sangat
besar terhadap proses pembelajaran pada siswa. Penelitian telah banyak membuktikan hal ini.
Biasanya, kemampuan memberikan presentasi atau penyajian informasi yang jelas diperoleh
bersama waktu (pengalaman). Walaupun demikian, karena kemampuan mempresentasikan
informasi atau pengetahuan dengan jelas merupakan sebuah keterampilan, maka ini dapat
dipelajari dan dilatihkan oleh seorang guru muda (pemula) yang belum berpengalaman.
Syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mencapai kejelasan presentasi atau
penyajian informasi adalah: (1) menguasai teknik / keterampilan komunikasi dengan baik;
dan (2) menguasai sepenuhnya isi materi pembelajaran yang akan disajikan.
Selain kedua hal tersebut di atas, guru juga perlu melakukan perencanaan dan persiapan
bila akan melakukan presentasi. Berikut tips yang dapat digunakan agar sukses melakukan
presentasi:
1) Kejelasan tujuan dan poin-poin kunci.
Untuk mendapatkan hal ini, nyatakan tujuan presentasi dengan jelas. Buat fokus pada
sebuah titik (arah) dalam suatu waktu tertentu. Selalu berhati-hati saat presentasi agar
tidak menyimpang dari pokok pembicaraan (presentasi).

2) Presentasi dilakukan step by step (selangkah demi selangkah)

8

Caranya, buat presentasi dalam langkah-langkah kecil yang berurutan secara logis.
Sajikan terlebih dahulu outline (kerangka utama) bila bahan presentasi sangat
kompleks.
3) Beri contoh kongkrit yang beragam dan pengulangan
Kejelasan presentasi dapat diperoleh melalui contoh kongkrit yang beragam, yang
mudah dipahami siswa. Bila perlu lakukan pengulangan untuk poin-poin sulit.
4) Cek pemahaman siswa
Sebelum melanjutkan presentasi pada langkah berikutnya, pastikan siswa telah paham
langkah sebelumnya. Gunakan pertanyaan agar siswa juga dapat memantau
pemahaman mereka masing-masing. Bila perlu minta siswa mengutarakannya dalam
bahasa mereka sendiri.
b. Mendemontrasikan Keterampilan
Mendemonstrasikan suatu keterampilan adalah ruh dari model pembelajaran langsung
yang berpegang pada Teori Belajar Sosial (Teori Pemodelan Tingkah Laku). Asumsi dari
teori belajar pemodelan tingkah laku adalah, bahwasanya belajar dilakukan sesorang melalui
proses mengamati orang lain. Belajar dengan melakukan pemodelan (peniruan) akan sangat
mengehmat waktu, tenaga, biaya, bahkan menghindarkan pebelajar dari bahaya. Pebelajar
tidak perlu melakukan trial and error (coba-coba dan gagal).
Agar demonstrasi keterampilan yang dilakukan guru sukses, maka guru perlu
memperhatikan 2 hal berikut: (1) melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar; dan (2)
berlatih sebelum melakukan demonstrasi.
1) Melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar
Agar implementasi model pengajaran langsung (direct instruction) berhasil dilakukan
guru harus mendemonstrasikan keterampilan dengan benar (akurat). Melakukan
demonstrasi secara akurat bukan hal yang mudah. Untuk itu perlu diperhatikan tahapantahapan (komponen-komponen bagian) keterampilan secara urut dan logis. Ini dapat

9

dilakukan dengan analisis tugas (task analyisis) saat guru merencanakan sebuah
demonstrasi keterampilan yang rumit atau kompleks.
2) Berlatih sebelum melakukan demonstrasi
Latihan yang dilakukan guru untuk melakukan demonstrasi suatu keterampilan akan
membuat pelaksanaan demonstrasi sukses. Latihan harus dilakukan oleh guru agar ia
dapat yakin saat mendemonstrasikan keterampilan tidak melakukan kesalahan. Semakin
sulit dan kompleks suatu keterampilan, semakin wajib guru melakukan latihan. Telah
banyak penelitian membuktikan, siswa tidak dapat melakukan suatu keterampilan
kompleks dengan baik dikarenakan guru kurang tepat atau kurang baik saat melakukan
demonstrasi.
3. Membimbing Pelatihan
Fase ketiga sintak model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah membimbing
pelatihan. Guru harus memberikan latihan terbimbing kepada siswa. Pada fase ini siswa tidak
sekedar berlatih saja, tetapi siswa harus berlatih di bawah bimbingan guru. Tujuan diberikan
pembimbingan adalah agar latihan yang dilakukan siswa dapat efektif. Setidaknya ada 4
(empat) prinsip yang harus dipegang guru saat melakukan latihan terbimbing untuk siswanya,
yaitu: (a) latihan singkat tapi utuh; (b) keterampilan harus benar-benar dikuasai; (c) hati-hati
terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan
terdistribusi (distributed practice); dan (d) perhatikan tahap awal latihan.
a. Latihan Singkat Tapi Utuh
Suatu keterampilan yang baru dipelajari oleh siswa harus dilatihkan. Keterampilan yang
sulit atau kompleks perlu dilatihkan dengan cara disederhanakan, dilakukan secara
singkat, akan tetapi tetap utuh.
b. Keterampilan Harus Benar-Benar Dikuasai
Pada suatu keterampilan kompleks selalu terdapat sub keterampilan prasyarat. Misalnya,
ketika siswa belajar menggunakan mikroskop untuk melakukan pengamatan objek-objek
berukuran kecil, mereka terlebih dahulu harus menguasai sub keterampilan bagaimana
memfokuskan lensa mikroskop. Siswa tidak akan dapat melakukan pengamatan dengan
10

mikroskop apabila lensa-lensa mikroskop belum fokus. Sub keterampilan yang
merupakan prasyarat bagi sub keterampilan selanjutnya harus dilatihkan hingga benarbenar dikuasai oleh siswa. Bila tidak, sia-sia saja guru melanjutkan untuk mengajarkan
sub keterampilan berikutnya.
c. Latihan Berkelanjutan (Massed Practice) Dan Latihan Terdistribusi (Distributed
Practice)
Bila suatu keterampilan amat kompleks dan rumit, maka dalam sekali kegiatan
pembelajaran, keterampilan itu tentu saja tak akan dikuasai sepenuhnya oleh siswa.
Karena itu diperlukan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practice). Misalnya, keterampilan menggunakan mikroskop dapat dilatihkan
pada kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya di sepanjang semester atau tahun
pembelajaran. Latihan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemahiran mereka dengan
meningkatkan tingkat kesulitan, dan juga dengan membagi-bagi latihan ke dalam
segmen-segmen. Hal ini perlu dilakukan karena bila suatu keterampilan kompleks
diajarkan dalam tempo yang lama tanpa berselang, maka siswa akan bosan. Akibatnya
latihan yang diberikan tidak lagi efektif.
d. Tahap Awal Latihan Sangat Penting
Perhatikan kemampuan siswa melakukan suatu keterampilan pada tahap-tahap awal. Ini
sangat penting karena siswa mungkin melakukannya tanpa sadar. Guru perlu
memperbaiki (membetulkan) kesalahan ini selagi masih di tahap awal, supaya lebih
mudah terkoreksi. Analoginya, lebih mudah meluruskan batang bambu yang masih muda
dibandingkan batang bambu yang sudah tua. Sebelum keterampilan yang keliru itu
menjadi begitu terotomatisasi, maka akan lebih mudah memperbaikinya.
4. Mencek Pemahaman dan Umpan Balik
Umpan balik amat diperlukan dan dilakukan pada fase keempat penerapan model
pembelajaran langsung (direct instruction). Pelatihan tidak akan efektif tanpa umpan balik
dari siswa. Guru harus menunjukkan di bagian mana kekeliruan itu, lalu mendemonstrasikan
kembali bagaimana seharusnya keterampilan itu dilakukan. Selain itu guru juga harus

11

memberikan umpan balik positif, sehingga kemampuan melakukan keterampilan yang sudah
baik akan dipertahankan oleh siswa.
Pengecekan pemahaman dapat dilakukan guru dengan melontarkan pertanyaanpertanyaan. Siswa diminta menjawab berdasarkan bahasa dan pemahaman mereka sendiri
sehingga guru dapat mengetahui hasil presentasi pengetahuan atau demonstrasi dan latihanlatihan yang telah dilakukan.
5. Memberi Kesempatan Pelatihan Lanjutan dan Penerapan
Fase terakhir (kelima) dari sintaks model pembelajaran langsung adalah memberi
kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan kepada siswa. Jenis pelatihan lanjutan dan
penerapan yang sering diberikan oleh guru adalah pelatihan mandiri dalam bentuk penugasan
rumah (PR). Melalui pelatihan lanjutan siswa dapat berlatih secara mandiri untuk
menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya. Pelatihan lanjutan sebenarnya juga
dimaksudkan sebagai perpanjangan waktu belajar di luar pembelajaran yang telah diberikan
oleh guru di kelas.
Ada 3 hal yang dapat dijadikan panduan bagi guru saat memberikan pelatihan lanjutan
dan penerapan, yaitu: (a) PR bukan lanjutan proses pembelajaran; (b) memberi informasi
kepada orang tua siswa; dan (c) memberi umpan balik terhadap PR yang telah diberikan.
a. PR bukan lanjutan proses pembelajaran
Perlu dicatat, bahwa PR bukan kelanjutan dari sebuah proses pembelajaran yang
dilakukan di kelas. PR adalah latihan lanjutan, atau dapat juga difungsikan sebagai
sarana untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran berikutnya.
b. Keterlibatan Orang Tua Siswa
Orang tua sebaiknya mengetahui sejauh mana mereka harus terlibat dalam PR yang
diberikan oleh guru. Guru perlu memberi tahu apakah orang tua membantu menjawabkan
pertanyaan-pertanyaan yang sulit ataukah hanya sekedar memberikan lingkungan belajar
yang kondusif dan memotivasi sehingga siswa dapat menyelesaikan PR yang diberikan.

12

c. Umpan Balik Terhadap PR yang Telah Diberikan
Umpan balik harus jelas. Guru tidak dapat hanya sekedar mencek apakah siswa
mengerjakan PR yang diberikan. Tetapi, guru juga harus betul-betul menelaahnya
dengan baik, di mana kelebihan siswa dan di mana kekurangan (kesulitan) yang masih
dimiliki siswa. Bila guru hanya mencek apakah siswa mengerjakan atau tidak PR yang
diberikan, lambat laun siswa akan sadar bahwa ia tidak perlu serius mengerjakan PR:
cukup mengerjakan (yang penting mengerjakan) atau sekedar menuliskan sesuatu di atas
kertas, dan semuanya menjadi beres. Hasil telaah penting untuk bahan pertimbangan
perencanaan pembelajaran berikutnya agar dapat sukses.

2.2 TEORI BANDURA
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang dikembangakan oleh
Albert Bandura yang juga merupakan dasar model pembelajaran langsung. Untuk itu sebelum
kita masuk pada model pembelajaran langsung, sebaiknya kita pelajari terlebih dahulu teori
Bandura ini.
Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain (Arends, 1997: 69).
Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamti tingkah laku orang lain
(model), hasil pengamatan tersebut kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan
pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali.
Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengklasifikasi empat fase
belajar dari pemodelan, yaitu fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi.
1.

Fase Atensi
Dalam pembelajaran guru yang bertindak sebagai model bagi siswanya harus menjamin
agar siswa memberikan perhatian kepada bagian-bagan penting dari pelajaran. Hal iini
dapat dilakukan dengan cara menyajikan materi pelajaran secara jelas dan menarik,
memberikan penekanan pada bagian-bagian penting, atau dengan mendemonstrasikan
suatu kegiatan. Disamping itu model harus memiliki daya tarik (Woolfolk, 1993).

13

Guru yang menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction) di kelasnya
harus dapat:
a.

Memperoleh Perhatian Siswa.
Untuk memperoleh perhatian atau atensi awal dari siswa, guru dapat menggunakan
isyarat-isyarat seperti tepuk tangan, benda-benda aneh dan atau menarik.
Selanjutnya, guru dapat pula mengarahkan perhatian saat berbicara tentang pokokpokok penting yang sedang dibicarakannya dengan mengatakan ”lihatlah ke arah
saya, perhatikan baik-baik” dan sebagainya.

b. Memudahkan Pengamatan Siswa
Suatu tingkah laku yang kompleks akan sulit diamati siswa walaupun telah
dimodelkan dengan amat baik. Karena itu, guru perlu melakukan analisis tugas (task
analysis). Misalnya saat mengajarkan bagaimana melakukan dribble dalam
permainan basket (sebuah keterampilan yang cukup kompleks), maka guru dapat
mengajarkan per komponen, misalnya bagaimana cara menyentuh atau memegang
bola pada saat melakukan dribble, bagaimana posisi badan, bagaimana posisi kaki
dan langkah-langkah kaki, bagaimana arah pandangan mata, dan sebagainya,
sedemikian rupa sehingga keterampilan itu lebih mudah diamati untuk ditiru.
Memperkenalkan

melulu

keseluruhan keterampilan

yang kompleks,

tanpa

melakukan analisis tugas, dapat memberatkan kemampuan dan kapasitas perhatian
siswa dan mengakibatkan terjadinya kesalahan-kesalahan.
2.

Fase Retensi
Fase ini bertanggung jawab atas pengkdean tingkah laku model dan menyimpan kodekode itu di dalam ingatan, yaitu memori jangka panjang (Gredler, dalam Sudibyo, e.
2001: 5). Pengkodean adalah proses pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode
memori(Trianto. 2012: 78).untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang guru
dapat menyediakan pelatihan, yang memungkinkan siswa mengulang keterampilan baru
secara begiliran, baik secara fisaik maupun secara mental.
Untuk melakukan ini, guru yang mengimplementasikan model pembelajaran langsung
(direct instruction) di kelasnya dapat:

14

a.

Memberikan Kaitan Keterampilan Baru yang akan Dipelajari dengan
Pengetahuan (Bekal) Awal Siswa
Untuk melakukan pengaitan keterampilan baru yang akan dipelajari dengan
pengetahuan (bekal) awal siswa, misalnya terkait pembelajaran melakukan dribble
pada permainan bola basket, guru dapat meminta siswa mengingat-ingat kembali
bagaimana bagaimana langkah-langkah atau cara-cara yang harus dilakukannya saat
melakukan shoot ke ring (bila sudah diajarkan).

b. Meyakinkan Bahwa Telah Terbentuk Retensi Jangka Panjang
Untuk meyakinkan bahwa telah terbentuk retensi jangka panjang pada diri siswa,
guru bisa memberikan pelatihan lanjutan, sehingga siswa mempunyai kesempatan
mengulang-ulang keterampilan baru yang dipelajarinya baik secara fisik maupun
mental. Siswa dapat melakukannya setahap demi setahap sebagaimana hasil analisis
tugas yang diberikan guru.
3.

Fase Reproduksi
Fase reproduksi dipengaruhi oleh tingkat perkembangan individu. Fase ini mengizinkan
model untuk melihat apakah komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai oleh si
pengamat (pebelajar). Pada fase ini juga si model hendak memberikan umpan balik
terhadap aspek yang sudah benar ataupun pada hal-hal yang masih salah dalam
penampilan.
Untuk melakukan pemodelan korektif ini guru dapat:
a.

Memastikan Sikap Positif Terhadap Keterampilan Baru
Guru yang baik saat siswa memodelkan (menirukan) tingkah laku atau keterampilan
baru harus selalu mendapatkan pujian-pujian yang sifatnya positif, dan bila sisw dan
melakukan kekeliruan-kekeliruan hendaknya segera diberikan koreksi dengan
menunjukkan letak masalah dan bagaimana cara memperbaiki kekeliruan-kekeliruan
itu.

b. Memperbaiki Subketerampilan yang Salah
Pada suatu pemodelan keterampilan kompleks seperti melakukan dribble bola,
mungkin siswa masih belum melakukannya dengan sempurna. Bila tidak sempurna,
tentu saja ada bagian-bagian komponen keterampilan (subketerampilan) yang masih
15

salah. Untuk mengatasi hal ini guru harus kembali memberikan contoh lalu meminta
siswa mengamati dan memodelkan ulang hingga subketerampilan itu benar-benar ia
kuasai dengan baik.
4.

Fase Motivasi
Pada fase ini si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa
bahwa dengan berbuat seperti model,mereka akan memperoleh penguatan. Aplikasi fase
di dalam kelas dalam pembelajaran pemodelan sering berupa pujian atau pemberian nilai.

2.3 PERAN GURU DALAM MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
1. Guru menjelaskan TPK, materi prasyarat, memotivasi siswa dan mempersiapkan
siswa (memberikan informasi latarbelakang dan menerangkan mengapa pelajaran ini
penting).
2. Guru mendemonstrasikan keterampilan atau meyajikan informasi tahap demi tahap.
3. Guru memberikan latihan terbimbing.
4. Guru memeriksa/mengecek kemampuan siswa seperti memberi kuis terkini dan
memberi umpan balik seperti membuka diskusi untuk siswa.
5. Guru mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari
pada kehidupan sehari-hari.
2.4 PELAKSANAAN PENGAJARAN LANGSUNG
Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik model pengajaran langsung
memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama
berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai
hasilnya. Ciri khusus yang terlihat dalam melaksanakan suatu pengajaran langsung adalah
sebagai berikut.
1. Tugas-tugas Perencanaan
Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun paling sesuai
untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis,
membaca, matematika, music dan pendidikan jasmani. Disamping itu pengajaran langsung
juga cocok untuk

mengajarkan komponen-komponen keterampilan dari mata pelajaran

sejarah dan sains.
16

a.

Merumuskan Tujuan
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat digunakan model Mager (Kardi dan
Nur,2000: 18). Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus harus sangat
spesifik. Tujuan yang dalam format Mager dikenal sebagai tujuan perilaku dan terdiri
dari tiga bagian.
1) Perilaku siswa, apa yang akan dilakukan siswa/jenis-jenis perilaku siswa yang
diharapkan sebagai bukti bahwa tujuan itu telah dicapai.
2) Situasi pengetesan, di bawah kondisi tertentu perilaku itu akan teramati atau
diharapkan terjadi.
3) Kriteria kinerja, ditetapkan standar atau tingkat kinerja yang dapat diamati.
Menurut Marger tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa dan spesifik,
mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan
mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).

b. Memilih Isi
Bagi guru yang masih dalam proses menguasai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar
dalam memilih materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar, disarankan agar
dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang berlaku, dan buku ajar
tertentu (Kardi dan Nur, 2000: 20).
c.

Melakukan Analisis Tugas
Analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasidengan presisi
yang tinggi hakekat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang
terstruktur dengan baik, yang diajarkan oleh guru. (Kardi dan Nur, 2000: 23)

d. Merencanakan Waktu dan Ruang
Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh guru: (1) memastikan bahwa waktu yang
disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa, dan (2) memotivasi siswa agar
mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. (Kardi dan Nur,
2000: 23).
2.

Langkah-langkah Pembelajaran Model Pengajaran Langsung
Menurut Kardi dan Nur (2000: 27-43), langkah-langkah pengajaran langsung meliputi

tahapan sebagai berikut.
17

a.

Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa
Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta
memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.

b. Menyampaikan Tujuan
Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu
pelajaran tertentu, dan apa yang mereka dapat lakukan setelah selesai berperan serta
dalam pelajaran itu.
c.

Menyiapkan Siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada
pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki.

d. Presentasi dan Demonstrasi
Fase kedua pengajaran langsung adalah melakukan presentasi atau demonstrasi
pengetahuan dan keterampilan.
e.

Mencapai Kejelasan
Kemampuan guru untuk memberi informasi

yang jelas dan spesifik kepada siswa,

mempunyai dampak positif terhadap proses belajar siswa.
f.

Melakukan Demonstrasi
Pada pengajaran langsung, sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari
mengamati orang lain, dan menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error”.
Guru perlu dengan sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan.

g.

Mencapai Pemahaman dan Penguasaan
Guru perlu benar-benar memerhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi,
bahwa jika guru menghendaki agar siswa-siswanya dapat melakukan sesuatu dengan
benar, guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.

18

h. Berlatih
Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan intensif, dan
memerhatikan

aspek-aspek

penting

dari

keterampilan

atau

konsep

yang

didemonstrasikan.
i.

Memberikan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan
melaksanakan “pelatihan terbimbing”
Menurut Kardi dan Nur (2000: 35-36) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru
dalam menerapkan dan melakukan pelatihan.
(1) Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna;
(2) Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep yang
dipelajari;
(3) Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan secara berkepanjangan dapat
menimbulkan kejenuhan pada siswa; dan
(4) Memerhatikan tahap-tahap awal pelatihan, mungkin saja siswa melakukan
keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari.

j.

Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Tahap ini kadang-kadang disebut juga dengan tahap resitasi, yaitu guru memberikan
beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa dan merespon jawaban yang
diberikan.
Menurut Kardi dan Nur (2000: 38-42), untuk memberikan umpan balik yang efektif
kepada siswa yang jumlahnya banyak, dapat digunakan beberapa pedoman yang patut
dipertimbangkan, sebagai berikut:
(1) Memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan, umpan balik seharusnya
diberikan cukup segera setelah latihan sehingga sisa dapat mengingat dengan jelas
kinerja mereka sendiri:
(2) Mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik:
(3) Umpan balik ditujukan langsung pada tingkah laku:
(4) Menjaga umpan nalik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Umpan balik
harus diberikan secara hati-hati, dan tidak rumit:
(5) Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar.

19

(6) Apabila memberi umpan balik negatif, tunjukkan bagaimana melakukannya dengan
benar.
(7) Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil.
(8) Mengajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana
menilai keberhasilan kinerjanya sendiri.
k. Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Menurut Kardi dan Nur (2000: 42-43) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru
dalam memberikan tugas mandiri, yaitu:
(1) Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran,
tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya;
(2) Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat
keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di ruman;
(3) Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada
siswa di rumah.
3.

Strategi Pembelajaran Modeling
Strategi modeling adalah strategi yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa

seseorang dapat belajar melalui pengamatan perilaku orang lain. Strategi belajar modeling
berangkat dari teori belajar sosial, yang juga disebut belajar melalui observasi atau menurut
Arends disebut juga dengan teori pemodelan tingkah laku (Kardi dan Nur (2000: 11)).
Langkah-langkah modeling menurut Bandura terdiri dari fase atensi, fase retensi, fase
produksi, dan fase motivasi yang dalam pelatihan dilaksanakan sebagai berikut:
Fase Atensi: (1) Guru (model) memberi contoh kegiatan tertentu (demonstrasi) di depan
siswa. (2) Guru bersama peserta didik mendiskusikan hasil pengamaatan yang dilakukan.
Fase Retensi diisi dengan kegiatan guru menjelaskan struktur langkah-langkah kegiatan
(demonstrasi) yang telah diamati oleh peserta didik, untuk menunjukkan langkaj-langkah
tertentu yang telah disajikan.

20

Fase Produksi, pada fase ini peserta didik ditugasi untuk menyiapkan langkah-langkah
kegiatannya (demonstrasi) sendiri sesuai langkah0langkah yang telah dicontohkan, hanya dari
sudut yang berbeda.
Fase Motivasi berupa presentasi hasil kegiatan (simulasi) dan kegiatan diskusi. [ada saat
diskusi kelompok lain diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil pengamatannya.
Akhirnya guru dan peserta didik akan menympulkan kegiatan secara overview untuk
memberikan justifikasi hasil kegiatan yang telah dilakukan.

2.5 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
Model pengajaran langsung atau yang lebih dikenal sebagai model pembelajaran
langsung tentu saja pengelolaan pelaksanaannya berbeda dengan model pembelajaran lain
seperti model pembelajaran kooperatif atau model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM).
Berikut ada beberapa tips yang dapat kita ikuti untuk mengimplementasikan model
pembelajaran ini di kelas.

1. Tips agar Implementasi Model Pembelajaran Langsung Sukses
a. Pusatkan Perhatian Siswa
Siswa harus memiliki perhatian yang terpusat kepada guru pada saat guru melakukan
presentasi atau demonstrasi. Ini adalah kunci sukses yang harus diyakinkan dipegang oleh
guru selama pembelajaran dengan model direct instruction berlangsung. Terpusatnya
perhatian (atensi) siswa akan membantu siswa untuk mengetahui detail-detail dari
keterampilan atau pengetahuan yang sedang dipresentasikan atau didemonstrasikan oleh
guru. Ingat, model pembelajaran langsung didasarkan pada Teori Pemodelan Tingkah Laku
atau Teori Pembelajaran Sosial. Pembicaraan antar siswa hanya diperbolehkan pada saat
diberikan kesempatan untuk berdiskusi. Tidak pada saat presentasi atau demonstrasi oleh
guru.

21

b. Lakukan Presentasi atau Demonstrasi dengan Baik dan Efektif
Guru harus melakukan presentasi dan demonstrasi dengan baik. Penerapan model
pembelajaran langsung (direct instruction) mensyaratkan ini. Prinsip ekonomi dan prinsip
power sebagaimana telah diuraikan pada tulisan Merencanakan Implementasi Model
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) harus diterapkan. Prensentasi dan demonstrasi
harus dilakukan secara singkat, per sub komponen keterampilan, dengan urutan yang logis.
Guru harus bersikap aktif, agar siswa tidak kehilangan atensi terhadap presentasi dan
demonstrasi yang sedang dilakukan.
c. Jaga Motivasi Siswa agar Selalu dalam Level yang Cukup
Membuat siswa tetap termotivasi selama kegiatan pembelajaran bukanlah hal yang
mudah. Tetapi, dalam implementasi model pembelajaran langsung (direct instruction) hal ini
sangatlah penting dan krusial, lebih-lebih siswa harus memperhatikan setiap presentasi dan
demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Karena itu guru harus mengatur tempo pembelajaran,
penanganan siswa yang mengganggu proses pembelajaran sehingga mengganggu konsentrasi
siswa lain, dan untuk melakukan ini diperlukan teknik-teknik tersendiri.
d. Sediakan Lingkungan Belajar yang Baik
Sedikit sudah disebut di tips ketiga di atas bahwa guru harus membuat suasana kelas
kondusif untuk membuat siswa tetap fokus pada presentasi atau demonstrasi yang dilakukan
oleh guru. Selain mengatur tingkah laku siswa yang mungkin dapat mengganggu kelancaran
pembelajaran atau perhatian siswa lain maka penataan ruangan dan susunan tempat duduk
juga menjadi kunci penting kesuksesan pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct
instruction) ini. Lingkungan belajar dengan ruangan yang memiliki penerangan yang cukup,
pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan presentasi
atau demonstrasi dari guru, hingga hal-hal kecil lainnya dapat mempengaruhi keberhasilan
penerapan model pembelajaran langsung.
e. Terapkan Strategi-Strategi Mengajar yang Baik
Strategi-strategi mengajar yang baik diperlukan untuk menjamin keadaan lingkungan
belajar yang sesuai untuk pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) ini.
Guru perlu memiliki kemampuan mengatur giliran keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
22

mengajar seperti bertanya, menjawab pertanyaan guru, melakukan latihan, dan sebagainya.
Selain itu strategi-strategi khsusus untuk penanganan siswa yang suka berbicara, siswa yang
menyimpang tingkah lakunya dari kegiatan pembelajaran juga sangat penting. Di bawah ini
akan dibahas secara khusus strategi-strategi mengajar yang penting diterapkan pada model
pembelajaran langsung (direct instruction).
2. Strategi-Strategi Mengajar yang Penting Diterapkan pada Model Pembelajaran
Langsung (Direct Instruction)
Beberapa strategi penting untuk diterapkan pada model pembelajaran langsung (direct
instruction) antara lain: (a) penanganan siswa yang suka berbicara; (b) pengaturan tempo
pembelajaran; (c) penanganan penyimpangan tingkah laku siswa; dan (d) pengaturan
partisipasi (giliran).
a. Penanganan Siswa yang Suka Berbicara
Siswa yang suka berbicara dan bertanya di luar waktu yang tepat yang telah disediakan
guru dapat mengganggu kemulusan presentasi atau demonstrasi guru. Siswa yang seperti ini
dapat memperlanbat tempo pembelajaran. Tingkat keseriusan masalah yang diakibatkan oleh
siswa yang suka bicara dan bertanya bisa macam-macam, mulai dari yang sekedar
mengganggu presentasi atau demonstrasi guru, hingga yang mengganggu keseluruhan kelas
(termasuk siswa lain) yang sedang memperhatikan guru.
Untuk pencegahan terjadi perilaku siswa yang kontraproduktif dengan pembelajaran
langsung ini, maka guru harus mempunyai peraturan untuk diberlakukan, misalnya, untuk
bertanya siswa harus memanfaatkan waktu yang diberikan guru, di luar itu pertanyaan akan
diabaikan. Selain itu, juga harus ada aturan berbicara di kelas. Peraturan harus dilaksanakan
secara konsisten sehingga siswa akan terbiasa dengannya.
b. Pengaturan Tempo Pembelajaran
Tempo pembelajaran langsung harus diatur sedemikian rupa sehingga seluruh rangkaian
sintaks (fase-fase) pembelajaran langsung ini dapat berjalan dengan mulus dan efektif. Guru
harus memiliki sensitivitas terhadap tingkah laku siswa yang mungkin akan mengganggu
tempo pembelajaran. Guru juga harus konsisten dengan sintaks model pembelajaran ini
karena seringkali ditemukan di lapangan guru yang sedang melakukan demonstrasi misalnya,
23

tiba-tiba menghentikannya walaupun belum selesai karena melontarkan pertanyaan kepada
siswa. Guru juga seringkali lupa fragmentasi presentasinya sehingga tidak lagi sesuai dengan
perencanaan. Penjelasan yang terlalu panjang lebar di suatu kelas mungkin berguna, tetapi
justru tidak efektif di kelas lain.
c. Penanganan Penyimpangan Tingkah Laku Siswa
Model pembelajaran langsung biasanya diterapkan di dalam kelas dengan jumlah siswa
yang cukup banyak. Di antara sekian banyak siswa ini biasanya selalu ada yang melakukan
berbagai tingkah laku yang menyimpang dari kegiatan belajar efektif. Mereka dengan tingkah
lakunya dapat mengganggu siswa lain di sekitarnya atau bahkan mengganggu seluruh siswa
dan juga guru di kelas itu. Pada saat seperti ini, tidak penting untuk mencari penyebab
penyimpangan tingkah laku tersebut, karena akan menyita waktu yang cukup banyak. Hal
yang sangat urgen dilakukan guru adalah menghentikan sesegera mungkin penyimpangan
tingkah laku tersebut.
Beberapa teknik dapat dilakukan untuk mencegah munculnya perilaku menyimpang
yang parah pada siswa. Teknik-teknik seperti: (1) being with it; (2) overlappingness; dan (3)
menghentikan segera perilaku menyimpang, harus dikuasai oleh guru.
1) Being With It
Being with it adalah suatu istilah untuk memerikan bagaimana seorang guru selalu
awas dengan seluruh siswa yang ada di kelasnya, bahkan ketika ia sedang berada
dalam posisi memunggungi mereka. Kebanyakan guru berpengalaman memiliki
keterampilan ini. Guru-guru seperti ini seakan mempunyai “mata” di bagian belakang
kepala mereka. Guru-guru dengan kemampuan being-with-it-ness mampu mengenali
dengan segera siswa yang mulai menunjukkan perilaku menyimpang dari kegiatan
belajar. Bila terjadi sedikit kekacauan di salah satu sudut kelas, dengan tepat ia akan
mampu mengenali siswa yang harus bertanggung jawab atas kekacauan itu.
Latihanlah yang membuat guru menguasai keterampilan ini.
2) Overlappingness
Guru yang efektif harus mampu melakukan teknik overlappingness. Artinya guru,
mampu melakukan lebih dari satu kegiatan sekaligus saat melaksanakan model
pembelajaran langsung di kelasnya. Contoh overlappingness misalnya, ketika guru
24

sedang melakukan presentasi tetapi di saat yang sama mengetahui ada siswa dengan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan aktivitas pembelajaran, maka sembari terus
melakukan presentasi ia berjalan ke arah siswa yang melakukan tingkah laku
menyimpang tadi untuk menghentikannya dengan cara menyentuh bahunya, tanpa
perlu menegur atau menasihatinya. Dengan demikian guru melaksanakan sekaligus
dua kegiatan: pertama melakukan presentasi dan kedua menghentikan perilaku
menyimpang. Pengalaman dan latihan yang baik juga membuat keterampilan
overlappingness ini akan terasah sempurna.
3) Menghentikan Segera Perilaku Menyimpang
Kadangkala, di dalam pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct instruction)
ada saja siswa yang benar-benar susah dihentikan perilaku menyimpangnya dengan
cara-cara halus (misalnya mendekati dan menyentuh bahunya, atau memandang lurus
ke arah siswa tersebut untuk memberi isyarat agar ia berhenti dengan tingkah lakunya
yang tidak sesuai itu). Karena itu siswa tersebut harus segera dihentikan sebelum
gangguan yang ditimbulkannya semakin parah. Untuk ini, guru dapat melakukannya
dengan memberikan langsung peringatan lisan(walaupun akan mengganggu sesaat
kegiatan pembelajaran) dengan menunjukkan kejelasan maksud dan ketegasan. Perlu
diingat bahwa teguran secara langsung untuk menghentikan dengan segera perilaku
menyimpang ini tidak boleh dilakukan dengan kata-kata kasar. Ketegasan dan
kejelasan tidak sama dengan kekasaran. Contoh kata-kata yang dapat diucapkan guru
untuk menghentikan perilaku menyimpang siswa selama pelaksanaan model
pembelajaran langsung (direct instruction) misalnya: “Jangan berbicara selagi saya
sedang menjelaskan sesuatu!” Atau “Hentikan segera, sangat tidak menyukai
perbuatan seperti itu!”
3. Pengaturan Partisipasi (Giliran)
Model pembelajaran langsung (direct instruction) seringkali dikritik karena salah satu
kelemahannya adalah peran guru yang terlalu dominan dalam kegiatan pembelajaran (teacher
centered). Akibatnya, seringkali sis