SMA N 2 SINGARAJA TAHUN AJARAN 2015 2016

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA

NAMA KELOMPOK :
DEWA PUTU ARI LAKSANA(06)
KETUT RIKA SASTRAWAN(16)
PUTU AGUS SURYA ADNYANA(04)
MADE AGUS RIDWAN UTAMA(03)

SMA N 2 SINGARAJA TAHUN
AJARAN 2015/2016

Laporan Praktikum Kimia

Kenaikan Titik Didih Dan Penurunan Titik Beku
1. Latar Belakang Praktikum
Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Titik
beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni.Hal ini disebabkan zat pelarutnya
harus membeku terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama
daripada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.
Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uap berubah, biasanya diakibatkan oleh

masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain, jika cairan tersebut tidak murni, maka titik
bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang).
Seperti yang kita tahu bahwa titik beku pelarut murni berada pada suhu 0ºC, tapi dengan adanya
zat terlarut misalnya saja kita tambahkan gula ke dalam air tersebut maka titik beku larutan ini
tidak akan sama dengan 0ºC lagi, melainkan akan turun menjadi dibawah 0ºC, dan inilah yang
dimaksud sebagai “penurunan titik beku”.
Dalam percobaan ini akan diteliti tentang perubahan titik beku pelarut murni yang telah
ditambahkan zat terlarut lain kedalamnya dan mencoba pembuktian bahwa titik beku larutanya
akan lebih rendah dibandingkan pelarut murninya.
Titik beku adalah suhu pada pelarut tertentu di mana terjadi perubahan wujud zat cair ke padat.
Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0°C karena pada suhu itu tekanan uap air sama
dengan tekanan uap es. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut
penurunan titik beku (Δ Tf = freezing point depression). Pada percobaan ini ditunjukkan bahwa
penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi
partikel dalam larutan.Oleh karena itu, penurunan titik beku tergolong sifat koligatif.
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan dimana titik
beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut.Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu
adalah 0ºC. dengan adanya zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka
titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0ºC melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah
0oC itulah penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau

dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah
(nilai titik beku akan berkurang).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut
tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut, maka akan didapat suatu larutan yang
mengalami:
1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku

4. Tekanan osmosis
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ionion.Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit
dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Adanya partikel zat terlarut yang tidak mudah menguap dalam larutan dapat mengurangi
kemampuan zat pelarut untuk menguap, sehingga tekanan uap larutan lebih rendah daripada
tekanan uap pelarut murni. Adanya partikel zat terlarut tersebut juga akan mengakibatkan
kanaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan. Menurut hokum Roult, besarnya penurunan

tekanan uap larutan, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku larutan yang mengandung zat
terlarut tidak mudah menguap dan tidak mengalami disosiasi (larutan non elektrolit), sebanding
dengan banyaknya partikel zat terlarut. Besarnya kenaikan titik didih larutan 1 molal disebut
kenaikan titik didih molal, Kb. Sedangkan besarnya penurunan titik beku larutan 1 molal disebut
penurunan titik beku molal, Kf. Untuk larutan encer berlaku:
ΔTb = m x Kb
ΔTf = m x Kf
Dengan : ΔTb = Kenaikan titik didih larutan
ΔTf = Penurunan titik beku larutan
Kb = kanaikan titik didih molal
Kf = penurunan titik beku molal
M = Molalitas larutan
Besarnya molalitas larutan yang sejenis sebanding dengan massa zat terlarut dan berbanding
dengan massa molekul zat terlarut. Jika massa zat terlarut dan massa zat pelarut diketahui, maka
massa molekul zat terlarut dapat ditentukan berdasarkan sifat koligatif suatu larutan.
Untuk larutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah menguap dan dapat mengalami
disosiasi (larutan elektrolit), besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih, dan
penurunan titik beku larutan, dipengaruhi oleh derajad disosiasi larutan.
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, maka molekulmolekul yang berada dalam larutan tersebut mudah untuk melepaskan diri dari permukaan
larutan. Atau dapat dikatakan pada suhu yang sama sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang

rendah, maka molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan
diri dari larutan. Jadi larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu tertentu akan
memiliki titik didih yang lebih rendah.
Cairan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Titik
didih cairan pada tekanan udara 760 mmHg disebut titik didih standar atau titik didih normal.

Jadi yang dimaksud dengan titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama
dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan cairan).
Telah dijelaskan bahwa tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarutnya.Hal ini
disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut sehingga kecepatan
penguapan berkurang.

2. Tujuan Penelitian.
a.

Untuk mengamati dan mempelajari praktikum pada kenaikan titik didih dan penurunan titik
beku dari beberapa larutan.
b. Mengetahui faktor-faktor penyebab kenaikan titik didih dan penurunan titik beku pada larutan
elektrolit dan non-elektrolit


3. Manfaat Praktikum.
Agar siswa memahami tentang sifat koligatif larutan dalam melakukan praktikum kenaikan titik
didih dan penurunan titik beku.

4. Landasan Teori
1. TITIK DIDIH
Suhu dimana cairan mendidih dinamakan titik didih. Jadi, titik didih adalah temperatur dimana
tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer. Selama gelembung terbentuk dalam cairan, berarti
selam cairan mendidih, tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah
konstan maka suhu dan cairan yang mendidih akan tetap sama. Penambahan kecepatan panas
yang diberikan pada cairan yang mendidih hanya menyebabkan terbentuknya gelembung uap air
lebih cepat. Cairan akan lebih cepat mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Jelas bahwa titik didih
cairan tergantung dari besarnya tekanan atmosfer(Brady, 1999 : 540).
Titik didih merupakan satu sifat lagi yang dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak
langsung berapa kuatnya gaya tarik antara molekul dalam cairan. Cairan yang gaya tarik antar
molekulnya kkuat, titik didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tarik lemah, titik didihnya
rendah (Brady, 1999 : 541).
Pendidihan merupakan hal yang sangat khusus dari penguapan. Pendidihan adalah pelepasan
cairan dari tempat terbuka ke fase uap. Suatu cairan dikatakan mendidih pada titik didihnya,
yaitu bila suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan atmosfer sekitarnya. Pada titik

didih, tekanan uap cairan cukup besar sehingga atmosfer dapat diatasi hingga gelembung uap
dapat terbentuk dipermukaan cairan yang diikuti penguapan yang terjadi di setiap titik dalam
cairan. Pada umumnya, molekul dapat menguap bila dua persyaratan dipenuhi, yaitu molekul
harus cukup tenaga kinetik dan harus cukup dekat dengan batas antara cairan-uap (Petrucci, 2000
: 175).

Bila dalam larutan biner, komponen suatu mudah menguap (volatile) dan komponen lain sukar
menguap (non volatile), makin rendah. Dengan adanya zat terlarut tekanan uap pelarut akan
berkurang dan ini mengakibatkan kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan uap
osmose. Keempat sifat ini hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut dan tidak ditentukan oleh
jenis zat terlarut. Seperti telah disebutkan, sifat-sifat ini disebut sifat koligatif larutan. Adanya zat
terlarut (solute) yang sukar menguap (non volatile), tekanan uap dari larutan turun dan ini akan
menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi dari pada titik didih pelarutnya. Ini disebabkan
karena untuk mendidih, tekanan uap larutan sama dengan tekanan udara dan untuk temperatur
harus lebih tinggi (Sukardjo, 1990 : 152).
Tb = kb . m
Tb = kenaikan titik didih larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal pelarut (kenaikan titik didih untuk 1 mol zat dalam
1000 gram pelarut)
m = molal larutan (mol/100 gram pelarut)

Untuk zat terlarut yang bersifat elektrolit persamaan untuk kenaikan titik didih harus dikalikan
dengan faktor ionisasi larutan, sehingga persamaannya menjadi
ΔTb = kb x m [1+(n-1) α]
Dimana,
n = jumlah ion-ion dalam larutan
α = derajat ionisasi
2. Penurunan Titik Beku
Titik beku adalah suhu pada pelarut tertentu di mana terjadi perubahan wujud zat cair ke padat.
Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0 °C karena pada suhu itu tekanan uap air sama
dengan tekanan uap es. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut
penurunan titik beku (Δ Tf = freezing point depression). Pada percobaan ini ditunjukkan bahwa
penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi
partikel dalam larutan.Oleh karena itu, penurunan titik beku tergolong sifat koligatif.
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan dimana titik
beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu
adalah 00C dengan adanya zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka
titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah
0oC itulah penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau
dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah
(nilai titik beku akan berkurang).


Jika suatu pelarut ditambah zat terlarut, maka titik beku larutan akan turun sesuai dengan jumlah
partikel zat terlarut.
Untuk jumlah zat nonelektrolit dan zat elektrolit terlarut sama, maka titik beku larutan elektrolit
akan lebih rendah karena jumlah partikel zat elektrolit lebih banyak.
Tf = kf . m
Tf = penurunan titik beku larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal pelarut
m = molal larutan (mol/100 gram pelarut)
Untuk zat terlarut yang bersifat elektrolit persamaan untuk penurunan titik beku harus dikalikan
dengan faktor ionisasi larutan, sehingga persamaannya menjadi :
ΔTf = kf . m [1+(n-1) α]
Dimana,
n = jumlah ion-ion dalam larutan
α = derajat ionisasi

5. Alat dan bahan.
a.
b.
c.

d.
e.
f.
g.
h.

Thermometer
Korek api
Gelas beker
Pipet tetes
Penjepit
Gelas ukur
Gelas kimia
Spiritus

i. larutan NaCl 1 m
j. larutan urea 1 m
k. es batu
l. Garam


6. Langkah-Langkah Kerja.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.

Titik didih
Siapkan alat dan bahan yang telah ditentukan.
Ambilah larutan NaCl 1 molal dan urea 1 molal.
Kemudian tuangkan larutan NaCl dan urea kedalam gelas kimia. Selanjutnya panaskan NaCl
terlebih dahulu. Titih didih diukur saat NaCl mulai mendidih menggunakan thermometer.
Saat sudah mulai mendidih, ukur suhunya menggunakan thermometer.
Catat hasilnya.
Kemudian lakukan hal yang sama pada larutan urea.
Titik beku.


1) Masukkan butiran es ke dalam gelas kimia 500 ml. Masukkan pula garam yang telah dihaluskan
secukupnya.
2) Masukkan larutan NaCl kedalam tabung reaksi kurang lebih setinggi 4cm dan masukkan pula
pengaduk ke dalam tabung reaksi.
3) Masukkan tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang telah diberi es dan garam.
4) Goyangkan tabung reaksi agar larutan membeku. Tunggu beberapa saat untuk melihat apakah
larutan sudah beku.
5) Ukurlah titik beku larutan.
6) Ulangi percobaan tersebut dengan menggunakan larutan Urea.

7. Hasil Dan Pembahasan
Hasil Pengukuran Titik Beku
No

Zat Terlarut

1

NaCl

2

Urea

Konsentrasi

1m

1m

Titik Beku

-5ºC

-2ºC

Hasil Pengukuran Titik Didih

No

Zat Terlarut

Konsentrasi

Titik Beku

1

NaCl

1m

101ºC

2

Urea

1m

100ºC

Pembahasan
Penambahan garam disini merupakan salah satu penerapan dari sifat koligatif larutan.
Garam berfungsi sebagai zat yang menurunkan titik beku es batu sehingga es batu tidak cepat

mencair, karena apabila tidak ada penambahan garam pada es batu, suhu didalam es batu akan
lebih tinggi dari 0ºC pada saat es berubah menjadi liquid. Pada percobaan ini kita mengetahui
adanya partikel zat terlarut yang tidak mudah menguap sehingga tekanan uap larutan lebih
rendah daripada tekanan uap pelarut murni.
Perbedaan pengukuran titik beku menurut teori dan berdasarkan pengamatan sendiri
kemungkinan disebabkan oleh proses pembekuan masing-masing larutan tidak sama, sehingga
dalam pengukuran titik beku ini tidak diperoleh data yang akurat. Selain itu, kekurang telitian
dalam menimbang bahan, membersihkan alat kerja. Lalu, kemungkinan thermometer yang
digunakan belum dalam keadaan yang stabil, dan ketika mengukur suhu larutan besar
kemungkinan terjadi penambahan suhu dari dimana ketika tabung reaksi dikeluarkan dari es lalu
terkena suhu luar atau suhu tangan kita sendiri serta terjadi kekurang telitian dalam pembacaan
skala thermometer.
Kemungkinan lainnya adalah es batu yang digunakan kemungkinan telah mencair,
sehingga memperlambat proses pembekuan larutan. Dari table diatas diketahui bahwa titik beku
larutan dan titik didih larutan berbeda-beda. Seperti titik beku yaitu NaCl -5ºC dan Urea -2ºC.
Dan titik didih yaitu Urea 100ºC dan NaCl 101ºC.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI EKS KARESIDENAN BESUKI TAHUN 2004-2012

13 284 6

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

ANALISIS PROSES PENYUSUNAN PLAN OF ACTION (POA) PADA TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007

6 120 23

A DESCRIPTIVE STUDY ON THE TENTH YEAR STUDENTS’ RECOUNT TEXT WRITING ABILITY AT MAN 2 SITUBONDO IN THE 2012/2013 ACADEMIC YEAR

5 197 17

ERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS DAN TABEL SITEPU PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

2 124 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

Integrated Food Therapy Minuman Fungsional Nutrafosin Pada Penyandang Diabetes Mellitus (Dm) Tipe 2 Dan Dislipidemia

5 149 3

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107