PERIKANAN ARWANA PAPUA Scleropages jardi

Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 08 Agustus 2015

PERIKANAN ARWANA PAPUA (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892)
DI DISTRIK KIMAAM, PULAU DOLAK, KABUPATEN MERAUKE, PAPUA
Agus A. Sentosa* dan Hendra Satria
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Purwakarta
*e-mail: agusarifinsentosa7@gmail.com
Abstrak
Distrik Kimaam terletak di Pulau Dolak, Merauke, Papua yang karakteristik wilayahnya didominasi
oleh perairan rawa yang potensial sebagai habitat ikan arwana Papua (Scleropages jardinii) yang
endemik di Papua Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek perikanan arwana
Papua di Distrik Kimaam, Merauke, Papua. Metode yang digunakan adalah komunikasi langsung
dengan masyarakat penangkap ikan arwana di Distrik Kimaam, Merauke yang dilakukan pada
bulan Mei dan Desember 2014. Hasil menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan S. jardinii
banyak dilakukan pada lokasi pedalaman rawa yang jauh dari pemukiman. Penangkapan ikan
arwana Papua telah berlangsung sejak lama dengan menggunakan jaring insang berukuran mata
jaring 3 – 4” sebagai ikan target jika terdapat permintaan terhadap anakannya untuk ikan hias.
Pada musim tangkapan tahun 2012–2013, Distrik Kimaam tercatat 746 ekor induk arwana Papua
dan anakannya sebanyak 40.650 ekor, namun pada tahun 2014 tidak ada aktivitas penangkapan
anakan arwana karena ketiadaan pembeli/pengumpul akibat kendala transportasi dan biaya
pengangkutannya yang relatif tinggi. Pemanfaatan arwana Papua di Distrik Kimaam sangat

tergantung pada permintaan dan penawaran pasar.
Kata kunci: Arwana Papua, Merauke, penangkapan ikan, Kimaam, Scleropages jardinii
Pengantar
Ikan arwana Papua (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892) merupakan salah satu ikan asli dan
endemik di perairan Papua bagian selatan seperti di wilayah Kabupaten Merauke, Boven Digul,
Mappi dan Asmat. Ikan arwana Papua termasuk ikan primitif dalam suku Osteoglossidae dan
dikenal juga dengan nama saratoga atau bony tongue karena mempunyai lidah yang bentuknya
menyerupai tulang (Kartikasari et al., 2012). Ikan arwana Papua memiliki karakteristik yang
berbeda dengan kerabatnya S. formosus dengan ciri khusus jumlah baris sisik yang lebih banyak
sekitar 7–8 baris dan ukuran sisiknya yang juga relatif lebih kecil. Corak warna sisik arwana
Papua juga relatif lebih kusam dengan pola cincin melingkar seperti bulan sabit di tepi sisik
berwarna hijau atau merah. Ikan ini termasuk surface feeder dengan pakan alami berupa
mikrokrustasea, insekta, ikan kecil, krustasea dan sedikit material tumbuhan (Allen, 1991)
(Gambar 1).

Gambar 1. Ikan arwana Papua (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892)
Katwaip dalam Haryono & Tjakrawidjaja (2003) menyebutkan bahwa ikan arwana Papua di
kawasan Merauke banyak ditemukan di wilayah bagian tengah sampai hulu sungai dengan
karakteristik habitat berupa perairan rawa banjiran dengan arus tenang dan banyak terdapat
tumbuhan air. Beberapa perairan sungai di wilayah Kabupaten Merauke yang berpotensi sebagai

habitat arwana Papua adalah Sungai Kumbe, Maro, Bian, Rawa Biru, Unum, Wamek, Buraka,

Semnaskan_UGM // Penangkapan Ikan (PI – 02) - 457

PI - 02

Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 08 Agustus 2015

Malo, Heli, Rugai, Dambu, Mambu, Tabonji, Merah, Bogeram dan Korimen yang merupakan
daerah rawa-rawa dengan tumbuhan air yang padat (Satria & Kartamihardja, 2010).
Ikan arwana Papua dalam perdagangan juga disebut sebagai ikan arwana Irian, arwana jardinii,
saratoga dan oleh masyarakat Papua sering disebut sebagai “kaloso” (Satria & Kartamihardja,
2010). Ikan tersebut memiliki nilai komersial yang cukup tinggi dan telah dilindungi berdasarkan
Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999. Namun S. jardinii juga telah ditetapkan sebagai satwa
buru berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No 209/kpts-II/2001 yang diperkuat dengan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-II/2005 yang intinya adalah pengaturan
penangkapan ikan arwana Papua yang dilakukan secara benar misalnya tidak membunuh induk
untuk mengambil anakannya dan cara lain yang sejalan dengan prinsip konservasi.
Selama ini, aktivitas pemanfaatan sumber daya ikan arwana Papua di Kabupaten Merauke yang
telah dilaporkan relatif terbatas pada Rawa Pomo (Tjakrawidjaja & Haryono, 2001), daerah aliran

sungai Maro (Astuti & Satria, 2009; Satria & Kartamihardja, 2010; Satria, 2012) dan sungai
Kumbe (Satria, 2013). Wilayah Dambu, Mambu, dan Tabonji yang merupakan daerah habitat
arwana Papua (Satria & Kartamihardja, 2010) yang berada di kawasan Pulau Dolak yang
merupakan ujung barat wilayah Merauke dan dipisahkan oleh Selat Princess Mariana. Pulau
Dolak atau kadang disebut sebagai Pualu Kimaam dan atau Pulau Yos Sudarso memiliki luas
sekitar 11.600 km2 dengan panjang garis pantai sekitar 165 km dan dua pertiga wilayahnya
didominasi oleh daerah rawa-rawa atau lahan basah (Dit PPK-KP3K, 2012). Mengingat lokasinya
yang merupakan pulau terluar, maka informasi terkait aktivitas perikanan, khususnya
penangkapan arwana Papua di Pulau Dolak relatif masih sangat terbatas. Aktivitas masyarakat
di Pulau Dolak relatif lebih banyak terpusat di Distrik Kimaam sehingga kajian terkait aktivitas
pemanfaatan sumber daya S. jardinii difokuskan pada wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aspek perikanan arwana Papua di Distrik Kimaam, Merauke, Papua.
Bahan dan Metode
Penelitian ini dilakukan dengan survei lapangan pada bulan Mei 2014 di beberapa titik
pengamatan di Distrik Kimaam Pulau Dolak, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua (Gambar 2).
Penentuan stasiun pengamatan dilakukan berdasarkan karakteristik lokasi dan kemudahan
akses untuk menuju lokasi berdasarkan pertimbangan warga lokal. Selama survei lapangan
dilakukan pengamatan habitat secara umum serta inventarisasi data dan informasi beberapa
aspek pemanfaatan sumber daya ikan arwana Papua melalui komunikasi langsung dengan
masyarakat penangkap ikan arwana di Distrik Kimaam, Merauke.


Gambar 2. Peta survei lapangan di Distrik Kimaam, Pulau Dolak, Merauke

458 - Semnaskan_UGM / Agus A. Sentosa & Hendra Satria

Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 08 Agustus 2015

Hasil dan Pembahasan
Karakteristik habitat
Karakteristik habitat lokasi pengamatan di perairan Distrik Kimaam secara umum disajikan pada
Tabel 1. Wilayah cakupan stasiun pengamatan selama penelitian bersifat lahan basah sebagian
besar berupa rawa-rawa dengan savana tergenang yang cukup luas mengingat kawasan
tersebut termasuk dalam kawasan dataran rendah Trans-Fly (Trans-Fly Coastal Lowlands)
(Polhemus & Allen, 2007). Kedalaman perairan relatif dangkal berkisar antara 80–240 cm dan
kecerahan yang umumnya mencapai dasar. Warna air cenderung jernih dan terkadang berwarna
kekuningan karena pengaruh gambut dan partikel humus terlarut (Kartikasari et al., 2012) yang
terdapat hampir di seluruh lahan basah rawa di Pulau Dolak. Wilayah Pulau Dolak yang 90%
merupakan hamparan perairan rawa dengan kedalaman berkisar 0,2 - 4,5 meter dengan ratarata berkisar 0,75 meter banyak ditumbuhi dengan tanaman air antara lain rerumputan, rumput
pisau, bambu rawa, teratai putih dan teratai biru. Beberapa tanaman tingkat tinggi lainnya seperti
pohon sagu dan pohon nipah rawa dan pohon pinang (Dit PPK-KP3K, 2012).

Tabel 1. Karakteristik habitat stasiun pengamatan di Distrik Kimaam, Pulau Dolak, Merauke
No Lokasi
Posisi
Deskripsi Lokasi
Potret Kondisi Lokasi
1
Kali
7°59,100’ LS
Outlet dari dataran rawa lahan basah
Dambu
138°50,647’ BT
di Kimaam berupa sungai yang
(9 m dpl)
dipengaruhi pasang surut, banyak
ditemukan
vegetasi
mangrove
sekunder, dekat dengan pemukiman
penduduk
2


Kodar

7°57,147’ LS
138°45,147 BT
(13 m dpl)

3

Rawa
Bulat

7°56,893’ LS
138°44,520’ BT
(3 m dpl)

4

Rawa
Panjang


7°56,383’ LS
138°43,565’ BT
(7 m dpl)

5

Muara
Yobi

7°54,985’ LS
138°40,413’ BT
(6 m dpl)

Lahan basah berupa rawa yang
ditumbuhi oleh komunitas sagu,
cenderung berkanopi, warna air
terlihat kehitaman dengan banyak
seresah atau sisa-sisa bagian
tumbuhan

mati
di
dasarnya,
merupakan
lokasi
persinggahan
warga.
Lahan basah berupa hamparan
savana rawa dengan pusat rawa
berupa perairan terbuka seluas 22 ha,
keliling ±2,4 km, rawa didominasi oleh
tumbuhan sejenis alang-alang dan
tumbuhan terapung, tidak berkanopi.
Lahan basah berupa hamparan
savana rawa dengan pusat berupa
perairan
rawa
terbuka
yang
memanjang

menyerupai
sungai
besar,
rawa
didominasi
oleh
tumbuhan
sejenis
alang-alang,
tumbuhan terapung, dan tumbuhan
air lainnya, tidak berkanopi.
Lahan basah berupa peralihan antara
hamparan savana rawa terbuka
dengan komunitas tumbuhan sagu
membentuk jalur perairan menyerupai
kanal-kanal, juga ditemuka tumbuhan
air lainnya.

Semnaskan_UGM // Penangkapan Ikan (PI – 02) - 459


Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 08 Agustus 2015

6

Yobi

7°54,785’ LS
138°39,832’ BT
(8 m dpl)

Lahan basah berupa genangangenangan di antara komunitas sagu,
didominasi tumbuhan air, merupakan
wilayah eks pemukiman penduduk,
hanya terdapat 1 keluarga yang
menempati wilayah tersebut.

7

Rawa
Caburene


7°53,425’ LS
138°39,546 BT
(6 m dpl)

Lahan basah berupa hamparan
savana rawa dengan pusat rawa
berupa perairan terbuka seluas 2 ha,
keliling ±1 km, rawa didominasi oleh
tumbuhan sejenis alang-alang dan
tumbuhan terapung, tidak berkanopi,
merupakan habitat ikan arwana
Papua (S. jardinii)

Aktivitas Penangkapan dan Perdagangan Ikan Arwana Papua
Penangkapan ikan arwana Papua baik induk maupun anakannya di Distrik Kimaam menurut
masyarakat setempat berada di daerah rawa-rawa yang lokasinya lebih jauh dari pemukiman ke
arah pedalaman pulau dengan karakteristik perairan yang lebih bersifat lahan basah yang banyak
terdapat tumbuhan air dengan kondisi air yang selalu tergenang sepanjang tahun. Hasil survei
lapangan menunjukkan bahwa S. jardinii yang merupakan ikan endemik Papua, telah tertangkap
sebanyak 1 ekor (Gambar 3) pada koordinat 7°53,440’ LS - 138°39,174’ BT dekat dengan Rawa
Caburene di daerah Kiworo yang merupakan daerah rawa-rawa yang jauh dari pemukiman dan
aktivitas penduduk. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ikan arwana Papua cenderung memilih
lokasi yang relatif tidak banyak gangguan antropogenik.

Gambar 3. Ikan Arwana Papua yang berhasil tertangkap di dekat Rawa Caburene
Menurut masyarakat setempat, waktu musim anakan ikan arwana Papua adalah pada saat
musim penghujan hingga menjelang awal musim kemarau (sekitar bulan November hingga
Januari). Data fluktuasi rerata curah hujan bulanan yang bersumber dari Stasiun Meteorologi
BMKG Mopah Merauke Kabupaten Merauke, Provinsi Papua selama 2 tahun (2013 dan 2014)
juga mendukung pernyataan bahwa musim penghujan di Kabupaten Merauke umumnya dimulai
pada bulan November dan berakhir pada sekitar bulan Februari (Gambar 4). Menurut Dit PPKKP3K (2012), ikan arwana Papua merupakan salah satu jenis komoditas ikan yang potensial di
Pulau Dolak. Ikan tersebut banyak ditemukan di daerah Rawa Woner dan Kiworo. Ikan arwana
akan sangat melimpah pada saat dua minggu setelah musim penghujan datang.

460 - Semnaskan_UGM / Agus A. Sentosa & Hendra Satria

Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 08 Agustus 2015

Gambar 4. Fluktuasi rerata curah hujan bulanan di Kabupaten Merauke (Sumber: Stasiun
Meteorologi BMKG Mopah)
Kegiatan penangkapan induk dan anakan ikan arwana Papua di Distrik Kimam banyak terdapat
di wilayah bagian utara, yaitu di lokasi Caburene, Yobi, Rawa Terbakar, Rawa Bulat dan Rawa
Panjang. Lokasi lainnya kurang banyak yang melakukan kegiatan penangkapan ikan arwana
Papua dan hanya melakukan kegiatan penangkapan ikan untuk kebutuhan sehari-hari dengan
alat berupa jaring, pancing dan serok. Khusus untuk penangkapan ikan arwana Papua dilakukan
menggunakan jaring insang berukuran mata jaring 3,0 sampai 4,0 inci. Alat tangkap jaring insang
ini diperoleh dari pengumpul anakan ikan arwana yang datang ke lokasi tempat tinggal nelayan
di Distrik Kimaam. Nelayan di Pulau Dolak tidak akan menangkap ikan arwana irian apabila pada
pembeli/pengumpul tidak ada yang datang ke lokasi pemukiman di Distrik Kimaam. Pada musim
tahun 2014 tidak ada kegiatan penangkapan ikan arwana Papua. Data hasil tangkapan ikan
arwana yang diperoleh dari wawancara dari para penangkap ikan dan eks pengumpul S. jardinii
pada musim tangkapan 2012–2013. Berdasarkan informasi diketahui bahwa produksi tangkapan
induk dan anakan ikan arwana Papua di Distrik Kimaam, Pulau Dolak tercatat sebanyak 746 ekor
induk dan anakan sebesar 40.650 ekor (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil tangkapan induk dan anakan ikan arwana Papua di Distrik Kimaam periode musim
tangkapan 2012–2013
Jumlah Induk
Jumlah
Rerata Jumlah Anakan Per
Lokasi
(ekor)
Anakan (ekor)
Induk (ekor)
Rawa Terbakar
172
9.320
54
Rawa Bulat
98
5.400
55
Rawa Panjang
170
9.050
53
Muara Yobi
122
6.830
56
Yobi
80
4.330
54
Rawa Caburene
104
5.720
55
Total
746
40.650
327
Rerata
124
6.775
54,5
Tidak adanya pembeli/pengumpul yang datang ke Distrik Kimaam, Pulau Dolak dikarenakan
biaya operasional untuk mendapatkan anakan ikan arwana Papua cukup tinggi sedangkan
dengan harga jual anakan ikan arwana di Kota Merauke tidak dapat menutupi biaya operasional.
Hal tersebut didukung dari hasil wawancara dengan pengumpul/pembeli dari penangkar yang
ada di Kota Merauke. Pengumpul/pembeli ini mengurungkan niatnya untuk membeli anakan ikan
dari Distrik Kimaam, Pulau Dolak karena biaya angkut dan biaya operasional lainnya yang cukup

Semnaskan_UGM // Penangkapan Ikan (PI – 02) - 461

Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 08 Agustus 2015

tinggi. Hal tersebut belum termasuk adanya risiko kematian anakan ikan arwana selama
perjalanan ke Merauke.
Kegiatan penangkapan arwana Papua di Distrik Kimaam Pulau Dolak sangat tergantung pada
permintaan dan penawaran pasar. Kegiatan penangkapan ikan arwana Papua di Distrik Kimaam
dilakukan 1–2 trip, satu trip dilakukan selama 7–10 hari kegiatan penangkapan dengan jumlah
nelayan antara 6–8 orang nelayan sebanyak 3–4 perahu. Pembeli/pengumpul biasanya
memberikan bantuan terlebih dahulu berupa jaring insang dan keperluan akomodasi selama
operasional. Namun ada dari beberapa nelayan yang menjual hasil tangkapannya kepada
pembeli/penampung dengan harga yang telah disepakati bersama atau menjual langsung ke
Kota Merauke, sedangkan bila para pengumpul/pembeli memberikan bantuan terlebih dahulu
harga akan ditentukan dari para pengumpul pembeli. Umumnya para pengumpul memperoleh
izin dari ketua adat yang menguasai wilayah tersebut dengan perhitungan harga per ekor anakan
berkisar Rp25.000– Rp50.000. Harga tersebut relatif masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan
di Sungai Kumbe yaitu berkisar antara Rp10.000 - Rp18.000 per ekor anakan (tahun 2012-2013)
(Satria et al., 2013). Harga anakan arwana irian di Merauke berkisar antara Rp75.000–Rp125.000
pada musim tahun 2014–2015.
Kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan pada musim penangkapan 2012–2013
memiliki puncak musim penangkapan pada pertengahan bulan Desember dan berakhir sampai
bulan Februari. Penangkapan ikan arwana Papua banyak dilakukan pada musim hujan
mengingat anak-anak sungai tidak terlihat lagi alur sungainya dan menjadi hamparan air yang
luas dan menutupi lahan rawa basah menjadi perairan rawa yang disebut rawa genangan atau
rawa banjiran. Pada rawa-rawa genangan tersebut kegiatan penangkapan ikan banyak
dilakukan. Induk ikan arwana irian yang sudah memijah pada bulan Oktober-November pada
perairan kolam rawa kemudian mengasuh anaknya mulut induknya dan mencari daerah yang
berupa rawa genangan. Satria & Kartamihardja (2010) menyebutkan bahwa musim pemijahan S.
jardinii di Sungai Maro, Merauke terjadi pada bulan Oktober dan Nopember dan jumlah anak yang
dihasilkan berkisar antara 50-90 ekor. Induk arwana dapat dibedakan dari jantan dengan mudah
pada musim pemijahan karena induk betina akan mengerami telurnya sampai menjadi anak
(Midgley et al., 2002).
Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di Distrik Kimaam Pulau Dolak dapat
dikatakan hanya terdapat satu kelompok, yaitu kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh
nelayan dengan bantuan modal dari pengumpul/pembeli. Hal ini berbeda dengan kegiatan
penangkapan yang dilakukan di Sungai Kumbe dan Sungai Maro, yang terdiri dari 2 kelompok.
Kelompok pertama adalah kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh pengumpul yang
memberikan modal atau bantuan berupa jaring termasuk akomodasinya kepada nelayan.
Kelompok kedua adalah kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan dengan modal
sendiri. Namun secara umum, karena akses terhadap pasar atau perdagangan yang relatif
terbatas, maka aktivitas penangkapan ikan oleh masyarakat di Distrik Kimaam lebih banyak yang
bersifat subsisten atau untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat setempat,
khususnya di Distrik Kimaam lebih banyak menangkap ikan-ikan selain arwana Papua di perairan
dekat pemukimannya saja seperti ikan gabus (Channa striata) dan tidak sampai jauh ke
pedalaman rawa, kecuali untuk berburu rusa (Cervus sp.). Oleh karena tekanan penangkapan
tidak intensif maka keberadaan aktivitas penangkapan ikan bukan merupakan ancaman bagi
komunitas ikan di Pulau Dolak, termasuk ikan arwana Papua.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Aktivitas pemanfaatan sumber daya ikan arwana Papua (Scleropages jardinii) di Distrik Kimaam,
Merauke banyak dilakukan oleh masyarakat setempat menggunakan alat tangkap jaring insang
berukuran mata jaring 3–4” dengan lokasi penangkapan di pedalaman rawa Pulau Dolak. Pada
musim tangkapan tahun 2012–2013, hasil tangkapan di Distrik Kimaam tercatat 746 ekor induk
arwana Papua dan anakannya sebanyak 40.650 ekor, namun pada tahun 2014 tidak ada aktivitas
penangkapan. Pemanfaatan ikan arwana Papua di Distrik Kimaam sangat tergantung pada
mekanisme permintaan dan penawaran pasar.

462 - Semnaskan_UGM / Agus A. Sentosa & Hendra Satria

Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 08 Agustus 2015

Saran
Penelitian terkait S. jardinii di Pulau Dolak, Merauke perlu dilakukan secara lebih mendalam lagi
mengingat 90% wilayahnya merupakan perairan rawa yang merupakan habitat potensial bagi
arwana Papua dan belum banyak dilaporkan.
Ucapan Terima Kasih
Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan penelitian “Penelitian Calon Kawasan Konservasi
Ikan Arwana Papua”, Tahun Anggaran 2014 di Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi
Sumber Daya Ikan. Terima kasih diucapkan kepada Bapak Sukamto dan Bapak Undang Sukandi
sebagai teknisi litkayasa serta beberapa pihak lainnya yang telah banyak membantu selama
survei di lapangan.
Daftar Pustaka
Allen, G.R. 1991. Field Guide to the Freshwater Fishes of New Guinea. Christensen Research
Institute, Madang - Papua New Guinea. 268 p.
Astuti, L.P. & H. Satria. 2009. Kondisi perairan pada musim pemijahan ikan Arwana Papua
(Scleropages jardinii) di Sungai Maro Bagian Tengah, Kabupaten Merauke. BAWAL. 2(4).
155-161.
Direktorat PPK-KP3K. 2012. Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia: Kolepom. http://www.ppkkp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/341. Diakses tanggal 11
Agustus 2014.
Haryono & A.H Tjakrawidjaja. 2003. Bioekologi ikan siluk irian (Scleropages jardinii) di Kabupaten
Mearuke, Propinsi Papua. Berita Biologi. Edisi Khusus Kebun Biologi Wamena dan
Biodiversitas Papua. Vol 6 No 3.
Kartikasari, S.N., A.J. Marshall & B.M. Beehler (eds). 2012. Ekologi Papua. Seri Ekologi
Indonesia, Jilid VI. Yayasan Obor Indonesia dan Conservation International, Jakarta. 982
hlm.
Midgley, S. H., M. Midgley, & S. J. Rowland. 2002. Technique for sexing spotted barramundi,
Scleropages leichardti and northern spotted barramundi, S. jardini (Osteoglossidae).
Austasia Aquaculture. 16 (5): 54-55.
Polhemus, D.A. & G.R. Allen 2007. Freshwater Biogeography of Papua. In: Marshall, A.J. & B.M.
Beehler (eds.). The Ecology of Papua Part I. Periplus Edition, Singapore: 207-245.
Satria, H. & E.S. Kartamihardja. 2010. Kelimpahan stok dan pengembangan suaka ikan Arwana
Irian, Scleropages jardinii (Saville-Kent, 1892) di Sungai Maro, Kabupaten Merauke,
Provinsi Papua. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia,16 (1): 49-62.
Satria, H. 2012. Pengelolaan sumberdaya ikan arwana Papua (Scleropages jardinii) di perairan
Sungai Maro, Merauke-Papua untuk konservasi. In: Suwardjo et al. (eds). Prosiding
Seminar Nasional Perikanan 2012. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M).
Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta. p. 165-174.
Satria, H. 2013. Karakteristik habitat ikan arwana Papua (Scleropages jardinii) di Sungai Kumbe
Kabupaten Merauke–Papua. In: Isnansetyo, A. et al., (eds). Prosiding Seminar Nasional
Tahunan X Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2013 Jilid II: Manajemen
Sumberdaya Perikanan. Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas
Gadjah Mada. p. MB-09. 15.
Tjakrawidjaja, A.H & Haryono. 2001. Studi populasi ikan kaloso (Scleropages jardinii) di Rawa
Pomo, Kecamatan Citak Mitak, Kabupaten Merauke Papua. Berita Biologi, 5 (4). 357-364

Semnaskan_UGM // Penangkapan Ikan (PI – 02) - 463

Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 08 Agustus 2015

Tanya jawab
Penanya
: Yonvitner
Pertanyaan/ Saran : Jika ada baris data akan lebih baik. Misal satuan dalam bentuk luas
sehingga akan menggambarkan kelimpahan Ikan Arwana (saran)

464 - Semnaskan_UGM / Agus A. Sentosa & Hendra Satria