Tugas Pengantar Oceanografi Kas docx

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Pengantar Oceanografi” yang berjudul
“Parameter Kualitas Air Laut ” Salam serta salawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
yang merupakan tauladan bagi kaum muslimin dimuka bumi ini. Walaupun berbagai macam
tantangan yang dihadapi, tapi semua itu telah memberikan pengalaman yang berharga untuk
dijadikan pelajaran dimasa yang akan datang.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini,khususnya kepada dosen pembimbing ibu Leni Handayani, S.Pi, MP
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Kuala Pembuang, 03 Mei 2016
Penulis
SITI MARIANA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Oceanografi adalah ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu Oceanografi bukan ilmu murni
melainkan perpaduan antara beberapa ilmu seperti, Geologi, Geografi, Fisika, Kimia Biologi dan
Meteorologi.
Kawasan Pelagik dibagi berdasarkan daya tembus cahaya matahari, yaitu :
1. Zona Fotik atau Eufotik merupakan perairan pelagik yang masih mendapatkan cahaya
matahari. Batas bawah zona ini tergantung pada batas kedalaman cahaya, dan biasanya
bervariasi berdasarkan tingkat kejernihan air.Umumnya batas zona fotik terletak pada
kedalaman 100-150 meter. Istilah zona fotik adalah zona epipelagik,merupakan daerah tempat
yang dapat di tembus cahaya matahari
2. Zona Afotik adalah zonayang tidak dapat ditembus cahaya matahari ( selalu dalam kegelapan
), yang posisinya berada dibawah zona fotik.
Secara vertikal zona afotik pada kawasan pelagis dapat dibagi beberapa zona yaitu :
a. Zona mesopelagis, merupakan bagian teratas zona afotik hingga kedalaman isoterm 10 C
yang terletak pada kedalaman 700-1000 meter.
b. Zona batialpelagis merupakan daerah yang terletak pada kedalaman dimana suhu perairan
berkisar antara 10 o C dan 4o C atau pada kedalaman 700-1.000 meter dan 2.000-4.000

meter.
c. Zona abisalpelagis merupakan daerah diatas daratan pasang surut yang mencapai
kedalaman 6.000 meter.
d. Zona hadalpelagis , zona yang merupakan perairan terbuka dari palung laut dengan
kedalaman 6.000-10.000 meter.
Sedangkan pada zona vertikal dasar atau bentik dibag atas :
a. Zona batial adalah daerah dasar yang mencakup lereng benua hingga aencapai kedalaman
4.000 meter.
b. Zona abisal, merupakan daratan abisal yang luasnya berada pada kedalaman 4.000-6.000
meter.
c. Zona hadal adalah zona bentik dan palung lautan dengan kedalama antara 6.000-10.000 meter
seperti Laut Banda yang memiliki kedalaman hingga mencapai 10.000 meter.
Zona bentik yang posisinya dibawah zona neritik pelagik pada paparan benua disebut
sublitoral atau zona paparan, karena mendapat cahaya zona ini umumnya dihuni oleh

organisme dari berbagai komunitas seperti rumput laut , padang lamun, terumbu karang dan
sebagainya. Daerah peralihan pada zona sub-litoral atau zona interdal ( litoral )
danestuarataua interdal atau zona litoral adalah daerah pantaiyang terletak diantara pasang
teringgi dan surut terndah , daerah ini mewakili daerah peralihan dari kondisi lautan ke
kondidi daratan ( ecoton ).

1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah agar Mahasiswa dapat mengetahui beberapa parameter
perairan laut dan dapat mengetahui bagaimana mengukur parameter tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Suhu Air Laut ( Temperatur dan Tekanan Air Laut )
Suhu air laut sangat dipengaruhi sinar matahari. Biasanya suhu air laut didaerah tropis 28oC,
sedangkan di daerah kutub -3oC dibawah titik beku. Tekanan air laut makin kedalam makin
besar. Untuk mengukur besarnya tekanan air laut kita harus mengetahui bahwa setiap 1 m3 air
laut beratnya _+ 115 kg. Tekanan pada permukaan air laut tiap 1 m3 = 10.000 kg. Jadi, pada
kedalaman 1.000 m tekanan air laut =1.000 x 115a+10.000kg = 125.000 kg.
2. Kecerahan Air Laut
Kecerahan perairan merupakan ukuran penetrasi sinar matahari atau cahaya yang masuk ke
dalam perairan yang dangkal mencapai daerah bawah air, atau dengan kata lain ukuran sejauh
mana kita dapat melihat kedalam air.
Bila kecerahan ( angka secchi disc ) menunjukan angka 100-200m berarti cukup baik
keadaannya. Bila kurang dari 100 meter, phytoplankton terlalu pekat.
Perbedaan warna air laut disebabkan oleh perbedaaan kandungan zat larutan atau organisme
yang ada di dalam laut tersebut.

Warna-warna air laut diantaranya sebagai berikut :
a. Warna Putih
Karena selalu ditutupi oleh es
b. Warna hijau
Akibat lumpur atau endapan dekat pantai memantulkan warna hijau atau karena banyak
plankton yang memantulkan warna hijau.
c. Warna biru
Akibat pantulan warna biru sinar matahari terdiri atas banyak gelombang warna. Jika
cahaya itu memancar ke atas samudra gelombang warna biru dipantulkan kembali.
d. Warna kuning
Karena lumpur kuning yang di bawa dari sungai Huang Ho.
e. Warna hitan
Karena di dalam laut banyak terdapat organisme-organisme yang mengalami penguraian
tidak sempurna.
f. Warna merah
Karena banyak ganggang merah disekitar laut tersebut.

CARA PENGUKURAN :
Masukan secchi disk kedalam air, sehingga tidak kelihatan garis pembatas antara warna
hitam-putih dan hitung jarak tidak tampak ( a=cm ).

Tarik secchi disc secara perlahan, sehingga kelihatan garis pembatas antara warna hitam-putih
dan hitung jarak tampak ( b=cm )
Transparasi kecerahan = a + b/2
3. Kadar garam ( salinitas ).
Air laut rasanya asin karena mengandung bermacam-macam garam. Garam-garam itu
berasal dari batu-batuan yang terdapat di daratan yang mengalami pelapukan akibat panas
dan hujan sehingga larut dalam air. Larutan garam tersebut kemudian terbawa kelaut oleh
sungai-sungai. Kadar garam air laut adalah banyaknya garam yangterdapat dalam 1 kg air
l aut dan dinyatakan dengan permil ( %o ) atau persen (% ) kadar garam air laut rata –
rata3,5 %.
Besar kecilnya kadar garam air laut dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
a. Penguapan.
Makin besar penguapan kada garamnya makin tinggi.
b. Pemasukan Air Tawar.
Semakin banyak air tawar yang masuk kadar garam semakin rendah. Dilautan terbuka air
tawar berasal dari hujan, di daerah pantai dari sungai dan hujan, dan di daerah kutub dari
mencairnya es.
c. Percampuran Air
Adanya percampuran air permukaan dan air dari dalam yang kadar garamnya berlainan,
dapat menurunkan kadar garam air laut. Kadar garam laut di Indonesia hanya +_ 3,3 %.

Jadi, termasuk rendah karena daerah tropis banyak turun hujan di samping banyak sungai
yang muaranya ke laut.

BAB III
METODE PRAKTIKUM.
3.1.

Waktu dan Tempat
Praktek Lapang Oceanografi ini dilaksanakan di Desa Sungai Bakau Kecamatan Seruyan
Hilir Timur pada hari Sabtu 16 April 2016, pukul 06.30 – 16.30 WIB.

3.2.

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktek lapang ini antara lain :

No
1.

Nama Alat/bahan

Jumlah
Papan skala sepanjang 2 1 buah

Fungsi
Mengukur kedalaman Air Laut

2.
3.

meter
Refraktometer
Tali Rapia

1 buah
1 buah

Mengukur Salinitas
Untuk mengukur kecerahan, kecepatan arus

4.

5.
6.
7.

Seichi disc
Thermometer
Bola kasti
Stopwatch/ Handphone

1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

dan kedalam
Mengukur kecerahan
Mengukur suhu
Mengukur kecepatan arus
Mengukur waktu yang dibutuhkan dalam


8
9.
10.
11.

Roll Meter
Aquabides
Botol Mineral
Lakban

1 roll
1 btl
1 buah
1 buah

kecepatan arus
Mengukur jarak
Kalibrasi Refraktometer
Untuk Sample air
Untuk menutupi botol mineral agar kedap


1 kotak
3 buah
1 buah
1 paket
1 buah

cahaya
Untuk mengukur pH air
Mengambil sampel tanah / untuk sedimen
Peliputan obyek
Mencatat hasil pengamatan
Untuk menggambar tumbuhan dan binatang

12.
13.
14.
15.
16.


Kertas Lakmus
Kanton Plastik ½ Kg
Kamera/ Hanphone
Alat Tulis Lengkap
Buku gambar

yang ada di sekitar pantai.

3.3.

Cara Kerja

3.3.1. Arus
1. Mencatat posisi dan melakukan pengukuran kecepatan arus pada beberapa stasiun

2. Untuk penentuan kecepatan arus dengan bola kasti yakni dengan menetapkan jarak
tempuh 4,5 meter.
3. Hanyutkan bola tersebut dengan mengikuti arus bersamaan dengan menyalakan stopwatch
4. Kemudian mengukur waktu tempuhnya.
Kecepatan arus terukur ( V ) : V= s/t
Keterangan : s = jarak yang ditempuh ( m )
t= waktu yang ditempuh ( detik )
3.3.2. Kedalaman perairan,
Pengambilan data kedalaman dilakukan dengan mengunakan menentukan 4 stasiun dengan
jarak 50cm dari pantai.
3.3.3. Kecerahan
1. Mengukur kecerahan dengan menggunakan alat seichi disc, di lakukan beberapa stasiun.
2. Menurunkan seichi disk hingga batas tidak tampak, yakni warna hitampada seichi disk
tidak lagi terlihat oleh mata ( batas tidak tampak )
3. Mengukur panjangnya dengan meteran.
4. Setelah itu secara perlahan tarik seichi disk ke atas hingga warna hingga warna hitam
kembali terlihat lalu ukur berapa panjangnya ( batas tampak )
5. Setelah mendapatkan nilai batas tidak tampak dan batas tampak , maka jumlahkan nilai
tersebut lalu dibagi dua ( kecerahan ).
3.3.4. Suhu
1. Mengukur suhu di lakukan pada beberapa stasiun di daerah pantai sampai ke beberapa
stasiun yang telah ditentukan jaraknya. Secara vertikal, dilakukan pada stasiun 0 cm, 50
cm dan 100 cm.
2. Celupkan thermometer secara langsung kedalam perairan dan biarkan beberapa saat
( kurang lebih 2 menit )
3. Secara cepat diangkat lalu baca nilai suhu pda skala thermometer
4. Lakukan pengukuran ini sebanyak 3 x

3.3.5. Salinitas
1. Mengukur salinitas dilakukan beberapa stasiun di daerah pantai dan beberapa meter dari
pantai sesuai dengan jarak yang sudah ditentukan.

2. Mencatat posisi dan mengambil sampel air laut dengan menggunakan alat pengambil
sampel air kemudian di ukur dengan menggunakan refraktometer.
3.3.6. pH Air
1. celupkan kertas lakmus pada perairan
2. angkat dan kibas-kibas hingga setengah kering
3. anati perubahan warna pada kertas lakmus tersebut
4. cocokan warnanya dengan kertas standar pH
5. catat hasil pengamatan dan lakukan 3 kali ulangan
3.3.7. Pasang Surut.
1. Letakkan papan skala pada daerah yang terjadi pasang surut.
2. Lakukan pengukuran setiap 30 menit.
3. Catat hasil pengamatan.

KESIMPULAN

Dari Pembahasan diatas dapat saya tarik kesimpulan :
Parameter Kualitas Air terdiri dari
1. Paramete Fisika
2. Parameter Kimia
3. Parameter Biologi
1.Parameter Fisika, terdiri dari :
a. Pasang surut.
Evans dan Hutabarat (1984), menyatakan bahwa pasang terutama disebabkan oleh adanya
gaya tarik menarik antara dua tenaga yang terjadi dilautan, yang berasal dari gaya sentrifugal
yang disebabkan oleh perputaran bumi pada sumbunya dan gaya gravitasi yang berasal dari
bulan.
b. Suhu
Suhu adalah ukuran energi molekul. Suhu bervariasi secara horizontal sesuai dengan arah
garis lintang, dan juga secra vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.
c.Kecepatan Arus
Sistem arus-arus dekat pantai terdiri dari arus-arus yang berkaitan langsung dengan aksi
ombak. Arus-arus dekat pantai meliputi arus susur pantai (Longshore current), arus menuju
pantai (Shoreward directed current) dan arus sudut datang ombak tersebut kecil atau sama
dengan nol (gelombang yang sejajar dengan pantai), maka akan terbentuk arus meretas pantai
(rip current) dengan arah menjauhi pantai, disamping terbentuknya arus susur pantai.
d. Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan
perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan
lapisan produktif.
e. Sedimen
Sedimen adalah proses pembongkahan batu-batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta
sisa rangka dari organisme laut ( Hutabarat dan M. Evans 1986 ). Sedimen pantai berasal dari
erosi pantai itu sendiri, dari daratan yang dibawa oleh sungai, dan dari laut dalam yang
terbawa oleh arus kedaerah pantai .

Parameter Kimia terdiri dari :
1. pH

pH (Derajat Keasaman) pH merupakan cairan dalam mengukur suatu dejat atau kadar
keasaman
suatu ensim sebagai katalis dalam sistem hidup dan terjadi dalam sebuah perubahan
(Yudistiro 1994).
Tidak semua makhluk hidup dapat bertahan terhadap perubahn pH, untuk itu alam telah
menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi tetapi dengan cara perlahan (
sary, 2006 )
2. Salinitas
Salinitas air laut didefinisikan sebagai jumlah total material padat yang dinyatakan dalam
gram yang terdapat dalam satu kilogram air laut, jika semua karbonat telah teroksidir,
bromine dan iodine dirubah menjadi kholorine dan semua unsur organic telah teroksidir
(Davis, 1987 dalam Olii, 2003). Menurut Hutabarat dan Evans (1986), salinitas adalah
konsentrasi rata-rata seluruh garam yang terdapat didalam air laut.
Parameter Biologi
Lingkungan Estuary atau air payau merupakan kawasan yang sangat penting bagi berjuta
hewan dan tumbuhan. Pada daerah tropis seperti dilingkungan estuary pada umumnya
ditumbuhi tumbuhan yang khas seperti mangrove, begitu juga tumbuhan lainnya seperti
cemara dan kangkung laut. Mangrove mampu beradaptasidengan genangan air laut yang
kisaran salinitasnya cukup besar.
SARAN
Demikian yang dapat kami sampaikan tentang materi kami Parameter Kualitas Air yang
menjadi pembahasan dalam makalah kami ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan
karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
yang ada hubungannya dengan makalah ini. Penulis mengharapkan pembaca khususnya
teman – teman dapat memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
Makalah ini dapat bagi kita semua terutama untuk kami sendiri sebagai penulis.
Sekian penutup dari kami, semoga dapat di terima dihati dan kami ucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya.

DAFTAR ISI

BAHASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat
Praktikum
2. TINJAUAN PUSTAKA
3. METODE PRAKTIKUM
3.1.

Waktu dan Tempat

3.2.

Alat dan Bahan

3.3.

Prosedur Kerja

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil praktikum
4.2 Pembahasan
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
6. DAFTAR PUSTAKA
7. LAMPIRAN DOKUMENTASI

IV.2. PEMBAHASAN

1. PARAMETER FISIKA
a. Pasang surut
Evans dan Hutabarat (1984), menyatakan bahwa pasang terutama disebabkan oleh adanya gaya
tarik menarik antara dua tenaga yang terjadi dilautan, yang berasal dari gaya sentrifugal yang
disebabkan oleh perputaran bumi pada sumbunya dan gaya gravitasi yang berasal dari bulan.
Gaya sentrifugal adalah suatu tenaga yang didesak ke arah luar dari pusat bumi yang besarnya
lebih kurang sama dengan tenaga yang ditarik kepermukaan bumi. Gaya ini lebih kuat terjadi
pada daerah-daerah yang letaknya lebih dekat dengan bulan. Sedangkan gaya lain yang
berpengaruh terhadap pasang adalah gaya tarik gravitasi matahari, walaupun tenaga yang
ditimbulkan terhadap lautan hanya berkisar 47 % dari tenaga yang dihasilkan oleh gaya gravitasi
bulan.
Jenis dan sifat pasang surut di permukaan bumi sangat bervariasi, hal ini disebabkan karena
faktor topografi yang bervariasi, terutama didaerah kepulauan dengan selat-selat yang sempit dan
terjal akan nampak suatu pasang surut yang berada di laut lepas. Pasang tertinggi dan surut
terendah dari kedudukan air terjadi pada bulan purnama dan bulan baru, pasang yang
ditimbulkannya disebut pasang purnama, hal ini disebabkan karena pada kondisi bumi, bulan dan
matahari berada pada satu garis lurus. Sedangkan pasang dan surut terendah terjadi pada bulan
seperempat dan tiga per empat. Pada kondisi ini kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi
saling tegak lurus, sehingga gaya tarik diantaranya akan saling menghalangi dan peristiwa ini di
sebut pasang perbani (Kramadibrata, 1985).
Dalam oseanografi pasang surut diberbagai daerah dapat dibedakan dalam empat tipe pasang
surut (Triatmodjo, 1999), yaitu :
1. Pasang surut harian ganda (semidiurnal tide), pada tipe ini dalam satu hari terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama dengan pasang surut yang terjadi
berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu
kali surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit.
3. Pasang surut condong keharian ganda (mixed tide preavailling semidiurnal), dalam satu hari
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut tetapi tinggi periodenya berbeda.
4. Pasang surut condong ke harian tunggal (mixed tide preavailling diurnal), pada tipe ini dalam
satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang berbeda-beda.

b. Suhu
Suhu adalah ukuran energi molekul. Suhu bervariasi secara horizontal sesuai dengan arah garis
lintang, dan juga secra vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan
yang vital, dan secara kolektif disebut metabolisme yang berfungsi didalam kisaran suhu yang
sempit (Nybakken, 1984).
Laut tropik memiliki massa air permukaan hangat yang disebabkan oleh adanya pemanasan yang
terjadi secara terus-menerus sepanjang tahun. Pemanasan tersebut mengakibatkan terbentuknya
stratifikasi di dalam kolom perairan yang disebabkan oleh adanya gradien suhu. Berdasarkan
gradien suhu secara vertikal di dalam kolom perairan, Wyrtki (1961) dalam Tubalawony (2001)
membagi perairan menjadi 3 (tiga) lapisan, yaitu: a) lapisan homogen pada permukaan perairan
atau disebut juga lapisan permukaan tercampur; b) lapisan diskontinuitas atau biasa disebut
lapisan termoklin; c) lapisan di bawah termoklin dengan kondisi yang hampir homogen, dimana
suhu berkurang secara perlahan-lahan ke arah dasar perairan.
Menurut Lukas and Lindstrom (1991), kedalaman setiap lapisan di dalam kolom perairan dapat
diketahui dengan melihat perubahan gradien suhu dari permukaan sampai lapisan dalam. Lapisan
permukaan tercampur merupakan lapisan dengan gradien suhu tidak lebih dari 0,03 oC/m
(Wyrtki, 1961 dalam Tubalawony, 2001), sedangkan kedalaman lapisan termoklin dalam suatu
perairan didefinisikan sebagai suatu kedalaman atau posisi dimana gradien suhu lebih dari 0,1 oC/
m (Ross, 1970).
Suhu permukaan laut tergantung pada beberapa faktor, seperti presipitasi, evaporasi, kecepatan
angin, intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor fisika yang terjadi di dalam kolom perairan.
Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu permukaan laut,
sedangkan evaporasi dapat meningkatkan suhu permukaan akibat adanya aliran bahang dari udara
ke lapisan permukaan perairan.

Menurut McPhaden and Hayes (1991), evaporasi dapat

meningkatkan suhu kira-kira sebesar 0,1 oC pada lapisan permukaan hingga kedalaman 10 m dan
hanya kira-kira 0,12 oC pada kedalaman 10 – 75 m.
Disamping itu Lukas and Lindstrom (1991) mengatakan bahwa perubahan suhu permukaan laut
sangat tergantung pada termodinamika di lapisan permukaan tercampur. Daya gerak berupa
adveksi vertikal, turbulensi, aliran buoyancy, dan entrainment dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan pada lapisan tercampur serta kandungan bahangnya. Menurut McPhaden and Hayes
(1991), adveksi vertikal dan entrainment dapat mengakibatkan perubahan terhadap kandungan
bahang dan suhu pada lapisan permukaan. Kedua faktor tersebut bila dikombinasi dengan faktor
angin yang bekerja pada suatu periode tertentu dapat mengakibatkan terjadinya upwelling.

Upwelling menyebabkan suhu lapisan permukaan tercampur menjadi lebih rendah.

Pada

umumnya pergerakan massa air disebabkan oleh angin. Angin yang berhembus dengan kencang
dapat mengakibatkan terjadinya percampuran massa air pada lapisan atas yang mengakibatkan
sebaran suhu menjadi homogen.
Suhu permukaan laut perairan Indonesia umumnya berkisar antara 25 – 30 oC dan mengalami
penurunan satu atau dua derajat dengan bertambahnya kedalaman hingga 80 db, sedangkan
salinitas permukaan laut berkisar antara 31,2 – 34,5 ‰ (Tomascik et al. 1997, dalam
Tubalawony, 2001).

Nontji (1993) mengatakan bahwa suhu permukaan perairan Indonesia

berkisar antara 28 – 31 oC dan di Laut Banda pada saat upwelling, suhu turun sampai 25 oC. Hal
ini disebabkan karena massa air dingin dari lapisan bawah terangkat ke lapisan atas.
Ikan adalah hewan berdarah dingin, yang suhu tubuhnya selalu menyesuaikan dengan suhu
sekitarnya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa ikan mempunyai kemampuan untuk mengenali dan
memilih range suhu tertentu yang memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas secara
maksimum dan pada akhirnya mempengaruhi kelimpahan dan distribusinya. Pengaruh suhu
terhadap ikan adalah dalam proses vertikall, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan,
aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada
tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau
memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan
setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan
keturunan” dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil.
Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat
memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut. Perubahan suhu jangka
panjang dapat mempengaruhi perpindahan tempat pemijahan (spawning ground) dan fishing
ground secara vertikal.
c. Kecepatan Arus
Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan. Arus sangat
penting dalam menentukan arah, misalnya bagi kapal yang ingin berlayar. Gerakan air
dipermukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang berhembus diatasnya. Hubungan
ini tidak demikian sederhana, dengan alasan bahwa arus-arus dipengaruhi oleh beberapa faktor
lain selain angin. Faktor tersebut adalah bentuk topografi dasar laut dan pulau-pulau yang ada
disekitrnya dan juga adanya gaya coriolis dan arus ekman. (Hutabarat dan Evans, 1984).
Arus sepanjang pantai ditimbulkan oleh gelombang yang pecah dengan membentuk sudut
terhadap garis pantai. Arus ini terjadi di daerah gelombang antara gelombang pecah garis pantai.
Parameter terpenting didalam menentukan kecepatan arus sepanjang pantai adalah tinggi dan

sudut datang gelombang pecah yang dibangkitkan oleh momentum yang dibawa oleh gelombang.
(Triadmojo, 1999).
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, atau
karena perbedaan densitas air laut atau dapat pula disebabkan gerakan gelombang panjang
termasuk pasang surut (Nontji, 1987). Hal yang hampir senada juga disampaikan Nybakken
(1992) bahwa angin mendorong bergeraknya air permukaan, menghasilkan suatu gerakan arus
horizontal yang lamban dan mampu mengangkut suatu volume air yang sangat besar melintasi
jarak yang jauh di lautan.
Gerakan air dipermukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya.
Arus dapat disebabkan oleh angin, juga dipengaruhi oleh faktor topografi dasar laut, pulau-pulau
yang ada disekitarnya, gaya coriolis dan perbedaan densitas air laut (Hutabarat dan Evans, 1984).
Tenaga angin yang diberikan pada lapisan permukaan dapat membangkitkan timbulnya arus
permukaan yang mempunyai kecepatan sekitar 2 % dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan
arus ini, akan berkurang cepat sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan dan
akhirnya angin tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap kecepatan arus pada kedalaman
dibawah 200 meter. Angin adalah salah satu faktor yang bervariasi dalam membangkitkan arus
sejak sistem angin dunia selalu berjumlah tetap sepanjang tahun maka arus-arus dunia hanya
mengalami variasi tahunan yang kecil, tetapi dibagian utara Lautan Hindia dan Lautan Asia
Tenggara, angin Musson berubah secara musiman dan mempunyai pengaruh yang dramatis
terhadap arus dari arus-arus permukaan. Arus di perairan Asia Tenggara pada Musim Barat
ditandai oleh adanya aliran air dari arus utara melalui laut Cina bagian atas, Laut Jawa dan Laut
Flores, sedangkan pada Musim Timur hal ini terjadi sebaliknya di mana arus mengalir dari
selatan (Hutabarat, 1984).
Sistem arus-arus dekat pantai terdiri dari arus-arus yang berkaitan langsung dengan aksi ombak.
Arus-arus dekat pantai meliputi arus susur pantai (Longshore current), arus menuju pantai
(Shoreward directed current) dan arus sudut datang ombak tersebut kecil atau sama dengan nol
(gelombang yang sejajar dengan pantai), maka akan terbentuk arus meretas pantai (rip current)
dengan arah menjauhi pantai, disamping terbentuknya arus susur pantai.
d. Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan
perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan
lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis
tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini
bahan-bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan

air (KLH dan LON-LIPI, 1983 dalam Mansyur, 2000). Hal ini sesuai dengan pendapat Kuhl
(1974) bahwa cahaya salah satu faktor yang mempengaruhi kelimpahan vegetasi perairan, cahaya
berfungsi sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis.
Kecerahan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, absorbsi cahaya oleh air, panjang
gelombang cahaya, pemantulan cahaya oleh permukaan air, geografis, kekeruhan, warna air dan
musim. Kecerahan erat kaitannya dengan kekeruhan, karena kemampuan cahaya untuk
menembus lapisan perairan dipengaruhi oleh kekeruhan air. Kecerahan dapat berpengaruh pada
biota laut maupun dalam perkembangan obyek wista selam di suatu daerah.
Lokasi perairan harus jernih sepanjang tahun, terhindar dari akibat sedimentasi atau instrusi air
sungai. Kejernihan air diukur dengan penampakan kecerahan yang mencapai kedalaman 5 m atau
lebih. Perairan yang subur dan produktif ditandai dengan adanya plankton, air berwarna hijau
atau abu-abu coklat.
Sedangkan perairan yang berwarna kehitaman biasanya menunjukkan tingginya kandungan bahan
organik yang terurai dan hal ini mengganggu kecerahan perairan
e. Sedimen
Sedimen adalah proses pembongkahan batu-batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa
rangka dari organisme laut ( Hutabarat dan M. Evans 1986 ). Sedimen pantai berasal dari erosi
pantai itu sendiri, dari daratan yang dibawa oleh sungai, dan dari laut dalam yang terbawa oleh
arus kedaerah pantai . Sifat sediment adalah sangat penting didalam mempelajari proses
sedimentasi dan erosi karena partikel dan ukuran ditribusi butiran sediment, rapat massa, bentuk
dan kecepatanmerupakan awal dari suatu proses batu- batuan(Bambang Triatmijo, 1998).
Seluruh permukaan dasar lautan ditutupi oleh partikel-partikel sediment yang telah diendapkan
secara perlahan-lahan dalam jangka waktu berjuta-juta tahun. Secara relative ketebalan lapisan
sediment yang terdapat di banyak bagian lautan, mempunyai variasi kedalaman yang berbedabeda dari sekitar 600 meter di lautan pasifik, antara 500 meter sampai 1.000 meter di lautan
atlantik, 4.000 meter di laut arktik dan 9.000 meter Puerto Rico Trench.
Sedimen terutama terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batu-batuan
dan potong-potongan kulit (shell) serta sisa rangkarangka dari organisme laut. Tidaklah
mengherankan jikalau ukuran partikel-partikel ini sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisik mereka
dan akibatnya sediment yang terdapat pada berbagai tempat di dunia mempunyai sifat-sifat yang
sangat berbeda satu dengan lainnya.
2. PARAMETER KIMIA
1. pH Air Laut

pH (Derajat Keasaman) pH merupakan cairan dalam mengukur suatu dejat atau kadar
keasaman
suatu ensim sebagai katalis dalam sistem hidup dan terjadi dalam sebuah perubahan
(Yudistiro 1994). Di samping itu, Tatang Sutarsa (1992 ) mengatakan bahwa pH merupakan
campuran dalam menganalisis suatu kadar larutan penyangga yang dapat mengakibatkan
perubahan pada pH.
pH yang merupakan pencampuran dalam melihat suatu kadar atau derajat keasaman suatu
larutan merupakan suatu proses yang sangat singkat dan simpel yakni dengan cara
menggunakan kertas lakmus dan dengan cara elektrolisis.
Perhitungan pH dalam kertas lakmus prosesnya singkat yakni mencelupkan kertas lakmus
tersebut kedalam sampel yang telah disediakan kemudian melihat kadar pHnya, kadar pH
tersebut telah ditentukan dengan konsenterasi masing-masing tergantung kadarnya baik itu
garam maupun basah, sedangkan perhitungan pH secara elektrolisis yaitu dengan melakukan
pencampuran dengan konsentrasi ion H+ dengan ion OH- yang ada dalam larutan tersebut,
Misalnya :
Pencampuran asam lemah dengan basah konyugasi yang berasal dari garam atau sering
disebut sebagai campuran asam lemah dengan garamnya.
Pencampuran basah lemah dengan asam konyugasi yang berasal dari garam atau sering
disebut sebagai campuran antara basah lemah dengan garamnya.
Derajad keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen ( H+ ) yang
mencirikan keseimbangan asam, derajad keasaman suatu perairan baik tumbuhan maupun
hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya faktor
yang mempengaruhi produktivitas perairan ( pescod, 1973 ).
Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme perairan
sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan
( Odum, 1971 ).
Tidak semua makhluk hidup dapat bertahan terhadap perubahn pH, untuk itu alam telah
menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi tetapi dengan cara perlahan (
sary, 2006 )
2. Salinitas
Salinitas air laut didefinisikan sebagai jumlah total material padat yang dinyatakan dalam gram
yang terdapat dalam satu kilogram air laut, jika semua karbonat telah teroksidir, bromine dan
iodine dirubah menjadi kholorine dan semua unsur organic telah teroksidir (Davis, 1987 dalam

Olii, 2003). Menurut Hutabarat dan Evans (1986), salinitas adalah konsentrasi rata-rata seluruh
garam yang terdapat didalam air laut.
Konsentrasi rata-rata garam terlarut di lautan (S) adalah 3,5 % terhadap berat atau dengan bagian
per seribu menjadi 35 ‰. Sekarang salinitas diekspresikan dalam rasio.
Salinitas dalam gram yang terlarut dalam satuan liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan ppt.
Di perairan samudera, salinitas biasanya berkisar 34-35 ppt. Di perairan pantai karena terjadi
pengenceran, misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di
daerah dengan penguapan yang kuat, salinitas meningkat tinggi. Di mana sebaran salinitas
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai
(Nontji, 1987). Konsentrasi garam-garam ini jumlahnya relatif sama dalam setiap contoh-contoh
air laut, sekalipun mereka diambil dari tempat yang berbeda dari seluruh dunia. Oleh karena tidak
diperlukan mengukur seluruh salinitas dari contoh-contoh setiap kali

(Hutabarat dan Evans,

1986).
Lawalata (1977) dalam Olii (2003) menyatakan bahwa naik turunnya salinitas banyak
penyebabnya, antara lain karena up welling, ataupun juga karena pengaruh hujan yang turun
secara terus menerus dalam jangka waktu beberapa hari. Salinitas bersifat lebih stabil di lautan
terbuka, walaupun dibeberapa tempat kadangkadang salinitas menunjukan adanya fluktuasi
perubahan. Sebagai contoh salinitas permukaan di perairan Laut Mediterania dan Laut Merah,
biasanya mencapai 41 0/00 yang disebabkan karena banyaknya air yang hilang akibat dari besarnya
penguapan yang terjadi pada waktu musim panas yang panjang. Namun Hutabarat dan Evans
(1986) menambahkan bahwa salinitas akan turun secara tajam yang disebabkan oleh besarnya
curah hujan. Menurut Nontji (1993), salinitas di lautan pada umumnya berkisar antara 33 0/00 –
37 0/00.
Di semua samudera, salinitas bervariasi menurut lintang (Sidjabat, 1978 dalam Olii, 2003).
Selanjutnya dikemukakan bahwa didekat khatulistiwa, salinitas mempunyai nilai yang rendah,
dan maksimum pada daerah lintang 20

0

LU dan 20

0

LS, kemudian menurun kembali pada

daerah lintang yang lebih tinggi. Keadaan salinitas yang rendah pada daerah sekitar ekuator
disebabkan oleh tingginya curah hujan.

Khususnya di perairan kepulauan, salinitas ini

diperendah lagi oleh air sungai yang mengalir ke laut. Di daerah sub tropis, terutama yang
beriklim kering, dimana penguapan lebih tinggi daripada presipitasi, salinitas dapat mencapai 45
0

/00. Hal seperti ini dapat dijumpai di laut Merah dan Lagoon yang ada di Texas, Amerika

Serikat.
Selanjutnya Browo (1980) dalam Idrus (1998) mengungkapkan bahwa salinitas merupakan salah
satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme akuatik, terutama dalam

mempertahankan keseimbangan osmotik antara protoplasma organisme dengan median air di
lingkungannya.
Salinitas adalah berat zat padat terlarut dalam gram per kilogram air laut. Jika zat padat telah
dikeringkan sampai beratnya tetap pada suhu 480º C, dan jumlah klorida dan bromida yang
hilang diganti dengan sejumlah klor yang ekivalen dengan berat kedua halida yang hilang .
singkatnya salinitas adalah berat garam dalam gram per kilo gram air laut ( Romimohtarto dan
juwana, 1999).
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat
mengacu

pada

kandungan

garam

dalam

tanah.

Kandungan

garam

pada

sebagian

besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan
sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%.
Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3
sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Salinitas
a. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi

dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu
rendah kadar garamnya.
b. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu

akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
c. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang

bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin
sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
3.

PARAMETER BIOLOGI
Biologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup, baik manusia, binatang
ataupun hewan,
Menurut Nontji (1987) dan Nyibaken (1992 , dalam Chairil Anwar ( 2006 ), hutan mangrove
adalah tipe hutan yang khas yangterdapat disepanjang pantai atau muara sungai yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut..
Lingkungan Estuary atau air payau merupakan kawasan yang sangat penting bagi berjuta
hewan dan tumbuhan. Pada daerah tropis seperti dilingkungan estuary pada umumnya
ditumbuhi tumbuhan yang khas seperti mangrove, begitu juga tumbuhan lainnya seperti
cemara dan kangkung laut. Mangrove mampu beradaptasidengan genangan air laut yang
kisaran salinitasnya cukup besar.

Hewan-hewan yang hidup di daerah estuary atau air payau ini adalah hewan yang mampu
beradaptasi dengan kisaran salinitas tersebut, dan yang penting adalah lingkungan perairan
estuary merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang menjadi unsur terpenting
bagi pertumbuhan phytoplankton ( Julyamil, 2011 )
Zona interdal merupakan zona yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dengan luas area
yang sempit antara daerah pasang tertinggi dan surut terendah. Pada zona ini terdapat variasi
faktor lingkungan yang cukup besar seperti fluktuasi suhu, salinitas, kecerahan dan lain-lain.
Variasi ini dapat terjadi pada daerah yang berjarak sangat dekat saja, misalnya beberapa cm.
Zona ini dihuni oleh organisme yang keseluruhannya merupakan organisme bahari (Nabilla,
2010 )
Banyak Spesies binatang pada binatang yang mempunyai mekanisme dalam tubuhnya untuk
mencegah terjadinya pasang surut.Mekanisme dalam tubuh mereka dapat berupa terstruktur,
tingkah laku maupun dua-duanya. Bernakel merupakan spesies yang paling dominan pada
zona interdal diseluruh dunia. Lempet seperti patella, Acmaea, dan Colisella juga domiinan
pada interdal yang berbatu ( Nybakken, 1988 ).

No
1.

Pengamatan
Kedalaman

0m

Hasil Pengamatan
1,5 m
3m

4,5 m

Rata - Rata

62 m

135 m

145 m

200 m

130 m

Ulangan

2.
3.
4.
5.

parameter

1

2

3

pH/Salinitas

16

15

15

15,33 PPT

24
31
0,093
Jam
09:41
11:00
12:30

24,5
31
0,065
Pasang
35 cm
60 cm
80 cm

26,5
31
0.034
Surut
-

25 cm
31oC
0,064 m/s

Kecerahan
Suhu
Kecepatan Arus

6.

Pasang Surut

7.

Kondisi Biologi

Kuadran I ( 0 – 1,5 m)
JAMBU METE : ( Anacardium Occidentale L)
BULU BABI : ( Mespelia Globolus )
CEMARA : ( She Oak )
KANGKUNG LAUT : ( Mujib Assoniwora )
RUMPUT ALANG-ALANG ( Imperata cylindrica
Raeusch )
Kuadran II ( 1,5 – 3 m ) :
KANGKUNG LAUT : ( Mujib Assoniwora )
KEPITING : ( Giant Mud Crab )
KEONG : ( Land Hermit Crab )
SIPUT : ( Lymnaea sp.)
Kuadran III ( 3m – 4,5 meter )
MANGROVE : ( Rhizophora )
KANGKUNG LAUT : ( Mujib Assoniwora )
CEMARA : ( She Oak )
BULU BABI : ( Mespelia Globolus )

35 cm
60 cm
80 cm

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.I. HASIL
1. PARAMETER FISIKA
A. Pasang Surut
No
1
2.
3.

Waktu
09.41
11.00
12.30

Kedalaman (cm)
35 cm
60 cm
80 cm

Waktu
Pagi
Siang
Sore
Suhu di sungai

hasil (oC)
31oC
31oC
31oC
29oC

B. SUHU
No
1
2.
3.
4.

C. Kecepatan Arus
No
1
2.
3.

Waktu
Pagi
Siang
Sore

hasil (m/s)
0,093 m/s
0,65 m/s
0,034 m/s

D. Kecerahan
No
1
2.
3.

Waktu
Pagi
Siang
Sore

hasil (cm)
24 cm
24,5 cm
26,5 cm

E. SEDIMEN
No

Jenis
Pasir
Pasir berlumpur
Lumpur

Berat Basah ( gram )
150 gram
150 gram
150 gram

2. PARAMETER KIMIA
A. pH / Salinitas
No
1
2.

Waktu
Pagi
Siang

Hasil (ppt)
16 ppt
15 ppt

Berat kering ( gram )
45,17333 gram
17,41333 gram
0 gram

3.
4.

Sore
Salinitas di sungai

15
0

ppt
ppt

3. PARAMETER BIOLOGI
N
o
1
2.
3.
4.
5
6

Binatang

Tumbuhan

siput
Kerang/remis
kepiting

Pohon Mangrove
Kangkung Laut
Cemara
Rumput
Bulu babi
Jambu Mete

A. SEDIMEN I
No
1
2
3

Jenis
Pasir
Pasir berlumpur
Lumpur

Berat Basah ( gram )
150 gram
150 gram
150 gram

Berat kering ( gram )
20,21 gram
1,71 gram
1 gram

Berat Basah ( gram )
150 gram
150 gram
150 gram

Berat kering ( gram )
64,00 gram
22,04 gram
1 gram

Berat Basah ( gram )
150 gram
150 gram
150 gram

Berat kering ( gram )
51,31 gram
28,49 gram
0 gram

B. SEDIMEN II
No
1
2
3

Jenis
Pasir
Pasir berlumpur
Lumpur
C. SEDIMEN III

No
1
2
3

Jenis
Pasir
Pasir berlumpur
Lumpur

DAFTAR PUSTAKA
Hutabarat Sahala dan Stewart.1985, pengantar Oceanografi, jakarta
Nyibaken,,J.W.1992 ( Terjemahan . HM.Eidman et al ), Biologi Laut Suatu Pendekatan
Ekologis, PT Gramedia Pustaka, Jakarta,
Nurmayanti, Pendidikan Geografi, Pengukuran Lapangan Pulai Lae-Lae tanggal 18-20
Desember 2009
Anto, 2008.suhu. http:// aljabar.wordpress.com/008/04/07/suhu, di akses pada tanggal 10 mei
2011.
Daradi, 2010. Salinitas Laut. http:dharmadharma.wordpress.com/2010/02/11/salinitas_laut ,
diakses pada tanggal 10 Mei 2011
Devoav.2009.htt[//deavoav.1997.webnode.om/news/
mengetahui_kualitas_air_lautnewscbm30419, di akses pada tanggal 10 mei 2011

Wajan

Sendok Wajan

Mangkuk
Kompor

Sedimen III setengah Kering

Saringan

Sedimen I ( Sisa Saringan terakhir )

Timbangan

Sedimen II saringan terakhir

Bayclin/Pemutih

kerang

Sedimen I,II dan III

Sedimen I ( Pasir )

Sedimen II ( Pasir Berlumpur )

Kecerahan

Salinitas
Ph

Sedimen II Kering
Sedimen III kering

Sedimen III dikeringkan di atas api kompor

Sedimen I saringan ke2

Sedimen II dicampur Hidrogen Peroksida
Sedimen I dikeringkan di atas api kompor
Sedimen I setelah disaring dan dikeringkan

Hasil Sedimen I saringan terakhir
Kedalaman

Sedimen I dikeringkan diatas api kompor

Sedimen III (Lumpur )

Sedimen I,II dan III setelah di timbang
Kecepatan Arus

Sedimen I kering

Sedimen I dicampur air dan Proclin

Nilai Kelompok
No
1
2
3
4

Nama
Novi Astri Anggraini
Rahmad
Taufan Wansyah Putra
Siti Mariana

Nilai Laporan
No
1
Siti Mariana

Nama

Nilai
80
20
50

paraf

Nilai

paraf