1 Hubungan Perilaku Beresiko Demam Berda

1

Hubungan Perilaku Beresiko Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sawojajar Kota Malang
Zuhriyah Lilik *, Haruh Al Rasyid**, Dian Ratna Hariani***
ABSTRAK
Hariani, Dian R. 2010. Hubungan Perilaku Beresiko Demam Berdarah Dengue (DBD)
dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sawojajar Kota
Malang. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1)
Lilik Zuhriyah, SKM, Mkes. (2) dr. Harun Al Rasyid, MPH.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara
tropis dan sub tropis. Kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) semakin
meningkat dengan manifestasi klinis yang berbeda. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian DBD antara lain faktor perilaku beresiko, pengetahuan, lingkungan
seperti keberadaan jentik, dan lain – lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan perilaku beresiko DBD dengan kejadian DBD di kelurahan Sawojajar Malang.
Penelitian ini dilakukan di RW IV, VI, X dan XIV Kelurahan Sawojajar Kota Malang pada
bulan November 2010. Penelitian ini melibatkan 319 responden untuk menjawab kuesioner.
Responden menjawab pertanyaan tentang beberapa perilaku beresiko DBD pada
kuesioner. Didapatkan hasil tidak terdapat hubungan antara perilaku beresiko DBD dengan
kejadian DBD di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. Dari hasil uji statistik menggunakan chisquare didapatkan hubungan antara perilaku dengan keberadaan jentik dengan p=0,038

dan OR=1,98 (95,0% C.I= 1,077;3,640), tetapi tidak ditemukan hubungan antara
keberadaan jentik dengan kejadian DBD (Pvalue=0,065). Dengan menggunakan uji regresi
logistik berganda didapatkan perilaku responden yang paling berpengaruh terhadap
keberadaan jentik adalah kebiasaan menyikat bak mandi (p=0,061) dengan OR=0,718
(95,0% C.I= 0,507;1,016) walaupun nilai signifikansinya >0,05. Sehingga rumah tangga
yang tidak rajin menyikat bak mandi mempunyai resiko 0,718 kali ada jentik dibandingkan
rumah tangga yang rajin menyikat bak mandinya. Tidak ditemukan hubungan antara
keberadaan jentik dengan kejadian DBD (Pvalue=0,065).

Kata Kunci: DBD, Perilaku, Keberadaan Jentik, Kejadian DBD.

* Lab IKM FKUB
** Lab IKM FKUB
** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

2

Hubungan Perilaku Beresiko Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sawojajar Kota Malang
Zuhriyah Lilik *, Haruh Al Rasyid**, Dian Ratna Hariani***

ABSTRACT
Hariani, Dian R. 2010. Related Between Dengue Fever Risky Behaviors with Dengue
Hemorrhagic Fever Incidence in Sawojajar Residents Malang City. Tugas Akhir,
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Lilik Zuhriyah, SKM, Mkes.
(2) dr. Harun Al Rasyid, MPH.
Dengue virus infection has become a serious health problem in many tropical and sub
tropical countries. Incidence of dengue hemorrhagic fever (DHF) has increased with different
clinical manifestations. Some factors that could affect the incidence of dengue among other
behavioral factors, knowledge, environment such as the presence of larvae, and others. This
study aims to determine the relationship risky behavior with the occurrence of dengue fever in
Sawojajar Residents Malang City. This research was conducted in the RW IV, VI, X and XIV
Sawojajar Malang in November 2010. The study involved 319 respondents to answer the
questionnaire. Respondents answered questions about some of the risky behavior of DHF in the
questionnaire. The results obtained showed that there was no relationship between risky
behavior with the occurrence of dengue fever in the village Sawojajar Malang. From the test
results using chi-square statistics obtained with the existence of the relationship between the
behavior of larvae with p = 0.038 and OR = 1.98 (95.0% CI = 1.077, 3.640), but not found
relationship between the existence of larva with DHF incidence (p value = 0.065). By using
multiple logistic regression found that most influence the behavior of respondents against the
existence of larvae is the habit of brushing bathtub (p = 0.061) with OR = 0.718 (95.0% CI =

0.507, 1.016), although its significance value> 0.05. So that households who are not diligently
brushing the tub has 0.718 times the risk of any mosquito larva than households who diligently
brushing tub. No relationship was found between the presence of larvae with the incidence of
dengue fever (P value = 0.065).

Key Words: DHF, risky behavior, presence of larvae, DHF incidence.

* Department of Public Health FKUB
** Department of Public Health FKUB
** Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB.

3

PENDAHULUAN
Penyakit yang ditularkan oleh vektor
(vector borne diseases) seperti demam
berdarah
dengue
(DBD),
malaria,

cikungunya, filariasis (kaki gajah), Japanese
Encephalitis, dan pes masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di dunia,
termasuk Indonesia. Berdasarkan sejumlah
penelitian
yang
telah
dilakukan
menunjukkan bahwa terjadinya perubahan
iklim global saat ini berpengaruh terhadap
perubahan risiko penularan penyakit yang
ditularkan oleh vektor penyakit, terutama
nyamuk (Dinata,2007).
Infeksi virus Dengue telah menjadi
masalah kesehatan yang serius pada
banyak negara tropis dan sub tropis.
Kejadian penyakit demam berdarah dengue
(DBD) semakin tahun semakin meningkat
dengan manifestasi klinis yang berbeda
mulai dari yang ringan sampai berat.

Manifestasi klinis berat yang merupakan
keadaan darurat yang dikenal dengan
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan
Dengue
Shock
Syndrome
(DSS)
(Saroso,2007).
Kasus demam berdarah dengue
(DBD) ada kecenderungan meningkat pada
Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur.
Dilaporkan sebanyak 20.000 lebih warga
menderita demam berdarah dengue (DBD).
Demam berdarah dengue (DBD) tidak lagi
hanya menyerang anak-anak, namun juga
orang dewasa. Tahun 2006 merupakan
puncak kasus demam berdarah dengue
(DBD), hal yang sama juga terjadi di
beberapa
wilayah

di
Indonesia.
(www.dinkesjatim.go.id). Selama ini demam
berdarah dengue (DBD) masih menjadi
salah satu penyakit yang paling banyak
terjadi di Kota Malang selain infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA). Data di Dinas
Kesehatan Kota Malang, tiga bulan awal
tahun 2008 jumlah kasus demam berdarah
dengue (DBD) sudah mencapai 174 kasus.
Bebe rapa korban di antaranya meninggal
dunia (Dia,2008).
Menurut
data
Pemberantasan
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL) Dinkes Kota Malang diketahui
bahwa dalam kurun waktu Januari 2010

hingga Mei, penderita demam berdarah

dengue (DBD) mencapai 658 orang. Dari
jumlah itu, lima orang di antaranya
meninggal dunia. Selama periode tersebut,
Februari 2010 tercatat sebagai bulan
puncak kasus demam berdarah dengue
(DBD), yakni mencapai 243 kasus. Salah
satu faktor utama mewabahnya demam
berdarah dengue (DBD), adalah cuaca.
Untuk itu, seluruh masyarakat dihimbau
selalu waspada (Ainun, 2010).
Daerah
Sawojajar
Kecamatan
Kedungkandang dan Kecamatan Sukun
merupakan daerah pemukiman yang padat.
Sampai Agustus 2009 diketahui sebanyak
465 kasus ditemukan dengan korban
meninggal 4 orang. Tidak hanya itu, angka
kejadian (Incidence Rate/IR) Demam
Berdarah di Sawojajar juga relative tinggi,

hingga 50/100.000 penduduk. Hal ini masih
jauh dari target pencapaian yang ditetapkan
Pemerintah Propinsi Jawa Timur dimana
angka
kejadian
diharapkan
hanya
20/100.000 penduduk dan angka bebas
jentik 95% (Media Center FKUB, 2009).
Perilaku
manusia
adalah
sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh
manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap,
emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi,
dan/atau genetika. Perilaku seseorang
dikelompokkan ke dalam perilaku wajar,
perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan
perilaku menyimpang. Dalam kedokteran
perilaku seseorang dan keluarganya

dipelajari untuk mengidentifikasi faktor
penyebab,
pencetus
atau
yang
memperberat
timbulnya
masalah
kesehatan. Benjamin Bloom, seorang
psikolog pendidikan, membedakan adanya
tiga bidang perilaku, yakni kognitif, afektif,
dan
psikomotor.
Kemudian
dalam
perkembangannya, domain perilaku yang
diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi
tiga tingkat yaitu, pengetahuan (knowledge),
sikap (attitude), tindakan atau praktek
(practice) (Wikipedia, 2011).

Perilaku
yang
dekategorikan
beresiko, apabila perilaku itu bisa
berpeluang mendatangkan kerugian. Kalau
tidak menimbulkan kerugian saat ini, paling
tidak perilaku itu bisa mendatangkan

4

musibah pada masa mendatang. Ini dapat
menyebabkan kerugian terhadap diri sendiri
atau orang lain. Beberapa perilaku beresiko
masyarakat memiliki peluang yang sangat
tinggi dan bisa menimbulkan berbagai
kerugian. Perilaku beresiko itu antara
kebiasaan
tidur
pagi
atau

sore,
menggantung
pakaian,
menggunakan
kelambu atau menggunakan lotion antinyamuk
akan
berhubungan
dengan
kejadian demam berdarah dengue (DBD) di
masyarakat (Diantika, 2010).
Berbagai upaya pencegahan sudah
dilakukan, mulai dari menjaga kebersihan
lingkungan sekitar sampai pengasapan
menggunakan insektisida (Prana,2009).
Namun ternyata, fogging tidak efektif untuk
mengatasi wabah demam berdarah dengue
(DBD) karena fogging hanya membunuh
nyamuk dewasa. Dan yang terpenting
adalah
membunuh
jentik
lewat
pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
(Ainun, 2010).
Selain itu penyuluhan tentang 3M
sudah sering dilakukan. 3M meliputi
menguras tempat-tempat kotor, menutup
bak-bak air dan menimbun kaleng-kaleng
bekas. Pemberian abate atau himbauan
untuk memelihara ikan pada bak mandi juga
sudah dilakukan (Zuhriyah, 2010) Namun
kasus demam berdarah dengue (DBD) yang
terjadi pada warga Sawojajar Kota Malang
masih tinggi.
Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perilaku perilaku apa saja yang berhubungan
dengan kejadian berdarah dengue (DBD) di
kelurahan Sawojajar kota Malang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
observasional
analitik
dengan
pendekatan cross sectional, yaitu suatu
penelitian di mana variabel-variabel yang
termasuk faktor resiko dan variabelvariabel yang termasuk efek diobservasi
sekaligus pada waktu yang sama
sehingga hasilnya lebih cepat diperoleh
dan tidak memerlukan banyak waktu.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua rumah tangga yang berada di RW

IV, VI, X dan XIV Kelurahan Sawojajar
Kota Malang. Responden adalah salah
satu anggota keluarga yang dapat
menjawab pertanyaan kuisioner. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan metode non random (non
probability) sampling yaitu jenis quota
sampling. Teknik pengambilan sampel ini
tidak
memberi
peluang/kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November 2010 di RW IV, VI, X dan XIV
Kelurahan Sawojajar Kota Malang.
Variabel Penelitian terdiri dari variable
dependen dan variable independen.
Variabel Independen pada penelitian ini
meliputi perilaku beresiko terhadap
penyakit demam berdarah dengue
(DBD), yaitu:
a. Kebiasaan tidur pagi hari (08.00 –
12.00)
b. Kebiasaan tidur sore (15.00 – 18.00)
c. Kebiasaan menggantung pakaian di
ruangan (bukan dalam lemari)
d. Kebiasaan menyikat bak mandi
e. Kebiasaan
membuang
sampah
dengan rapi
f. Kebiasaan menutup tempat sampah
g. Kebiasaan
menutup
tempat
penampungan air
h. Kebiasaan menggunakan kelambu
i. Kebiasaan menggunakan lotion antinyamuk
Variabel
yang
memperantarai
perilaku sehingga terjadi kejadian DBD,
variable itu adalah keberadaan jentik.
variabel dependen pada penelitian ini
adalah kejadian demam berdarah dengue
(DBD). Instrumen penelitian pada penelitian
ini
menggunakan
kuesioner
untuk
mengetahui perilaku beresiko masyarakat
terhadap demam berdarah dengue (DBD),
dan keberadaan jentik, terhadap kejadian
demam berdarah dengue (DBD).
Dalam penulisan penelitian ini
dilakukan pengumpulan data dari tiap
rumah tangga di RW IV, VI, X dan XIV
Kelurahan
Sawojajar
dengan
cara
mengajukan pertanyaan pada warga sesuai
dengan kuesioner. Pengumpulan data

5

sekunder
dilakukan
dengan
cara
mengumpulkan data yang diperoleh dari
berbagai badan dan instansi yang terkait.
Data sekunder ini pada akhirnya digunakan
sebagai data yang mampu menjadi
pendukung penelitian. Oleh karena data
utama yang dianalisis dalam penelitian ini
merupakan data yang diperoleh melalui
kuesioner, maka diperlukan adanya uji
validitas dan uji reliabilitas. Kedua uji ini
diperlukan untuk memastikan bahwa
kuesioner
yang
disebarkan
kepada
responden benar-benar valid dan reliable.
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara (
peneliti mengajukan pertanyaan yang ada
pada kuesioner ) secara langsung kepada
responden untuk mengisi kuesioner.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan
data tentang kelengkapan pengisian
kalender pemantauan jentik. Data penelitian
ini dianalisis dengan menggunakan program
komputer SPSS 11 untuk Windows XP.
Untuk analisis data menggunakan uji ChiSquare (X²), Fisher dan analisis regresi
logistic berganda.

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RW IV, VI, X dan
XIV Kelurahan Sawojajar Kota Malang pada
bulan November 2010. Penelitian ini
melibatkan 319 responden untuk menjawab
kuesioner. Usia termuda responden adalah
18 tahun sedangkan usia tertua responden
adalah 82 tahun. Rata-rata (mean) usia
responden yang dijadikan sampel adalah
43,5 tahun. Sedangkan jenis kelamin
responden adalah 272 wanita (85.3%) dan
47 pria (14.7%). Tingkat pendidikan tertinggi
di keluarga adalah 171 tamat PT (53.6%) ,
115 tamat SMU/sederajat (36.1%), 23 tamat
SMP atau sederajat (7.2%), 8 tamat SD
(2.5%), dan 1 orang tidak tamat SD (0.3%).
Perilaku DBD pada penelitian ini
meliputi, kebiasaan tidur pagi (08.00-12.00),
kebiasaan
tidur
sore
(15.00-18.00),
kebiasaan menggantung pakaian, menyikat
bak mandi, membuang sampah dengan
rapi, menutup tempat sampah, menutup
tempat penampungan air, menggunakan
kelambu dan menggunakan lotion anti
nyamuk. Didapatkan 52% rumah tangga
berperilaku baik dan 48% berperilaku
kurang baik.

6

Tabel 5.1 Distibusi Responden menurut Perilaku DBD
Perilaku

Tidak
pernah

Sesekali

Kadangkadang

Sering

n

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

10

52

16,3

22

6,9

196

61,4

9

2,8

319

100%

8,2

71

23,3

41

12,9

161

50,5

9

2,8

319

100%

22,9

87

27,3

39

12,2

54

16,9

5

1,6

319

100%

1,9

17

5,3

39

12,2

246

77,1

8

2,5

319

100%

0,3

10

3,1

65

20,4

236

74,0

2

0,6

319

100%

1,9

6

1,9

29

9,1

189

59,2

22

6,9

319

100%

0

3

6,9

3

6,9

137

42,9

167

52,4

319

100%

0

3

0,9

5

1,6

46

14,4

217

68

319

100%

17,9

79

24,8

27

8,5

87

27,3

7

2,2

319

100%

%

8
2,5 32
1. Kebiasaan tidur pagi
(08.00 - 12.00)
11 3,4 26
2. Kebiasaan tidur sore
(15.00 - 18.00)
61 19,1 73
3. Kebiasaan
menggantung
pakaian di ruangan
(bukan lemari)
4. Kebiasaan menyikat
3
0,9
6
bak mandi
5
1,6
1
5. Kebiasaan
membuang sampah
dengan rapi
67
21
6
6. Kebiasaan menutup
tempat sampah
9
2,8
0
7. Kebiasaan menutup
tempat penampungan
air
48
15
0
8. Kebiasaan
menggunakan
kelambu
62 19,4 57
9. Kebiasaan
menggunakan lotion
anti-nyamuk atau
obat nyamuk
Keterangan : Tidak relevan karena misalnya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Selalu

Total

Tidak
ada/relevan

responden mempunyai seorang bayi, jadi tidak dapat diketahui keteraturan jam tidurnya;
responden tidak memiliki penggantung pakaian
responden tidak memiliki kamar mandi
responden tidak memiliki tempat sampah, lalu membuang sampah di dalam kantong plastik dan di
letakkan di depan rumah untuk diambil petugas sampah
responden tidak memiliki tempat penampungan air (misal: shower)
responden tidak memiliki kelambu untuk tidur
responden tidak memiliki atau menggunakan lotion anti nyamuk atau obat nyamuk

Dari 319 rumah tangga, terdapat 3
rumah tangga yang tidak mengizinkan
rumahnya untuk diobservasi, sehingga
hanya 316 rumah tangga yang diobservasi

keberadaan jentiknya. Dari observasi
tersebut didapatkan 16,5% rumah tangga
ditemukan jentik dan 83,5% tidak ditemukan
jentik.

7

Tabel 5.2 Distribusi Responden menurut keberadaan jentik
No

Obyek

Positif (+)

Negatif (-)

Tidak
diizinkan

Total

Tidak
ada/relevan

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

1.

Kamar Mandi

40

12,5

263

82,4

12

3,8

4

1,3

319

100%

5.

Dispenser

2

0,6

92

28,8

3

0,9

222

69,9

319

100%

6.

Air buangan kulkas

11

3,4

154

48,3

18

5,6

136

42,6

319

100%

7.

Vas/ pot bunga air

2

0,6

22

6,9

0

0

295

92,5

319

100%

8.

Kolam/ aquarium

1

0,3

39

12,2

2

0,6

277

86,8

319

100%

9.

Tempat penampungan air
(gentong)

3

0,9

123

38,6

3

0,9

190

59,6

319

100%

10.

Tempat minum hewan
peliharaan

0

0

46

14,4

2

0,6

271

85

319

100%

11.

Lain-lain *

5

1,6

49

15,4

2

0,6

263

82,4

319

100%

Keterangan : Tidak ada/relevan karena misalnya:
a. responden hanya memiliki 1 atau 2 kamar mandi
b. responden tidak memiliki dispenser
c. responden tidak memiliki kulkas
d. responden tidak memiliki vas/ pot bunga
e. responden tidak memiliki kolam/aquarium
f. responden tidak memiliki tempat penampungan air/gentong
g. responden tidak memiliki hewan peliharaan
*sampah/kaleng/botol yang tidak terpakai/ berserakan di sekitar rumah

Untuk frekuensi kejadian demam
berdarah dengue (DBD) di Kelurahan
Sawojajar kota Malang yang di diagnosis
oleh dokter dalam 6 bulan terakhir dari
bulan September 2010 sampai dengan
bulan Februari 2011 adalah sebesar 2,5%
yaitu sebanyak 8 kasus pada 319 rumah
tangga.
Uji statistik dengan menggunakan
chi square antara perilaku dengan
keberadaan jentik (p=0,038) didapatkan
data sebagai berikut.

8

Tabel 5.3 Hubungan antara Perilaku dengan Keberadaan Jentik
Ada jentik?

Perilaku beresiko
DBD

Total

Tidak ada

Ada

n

%

n

%

n

%

Baik

146

88

20

12

166

100

Buruk

118

78,7

32

21,3

150

100

Total

264

83,5

52

16,5

316

100

Chi squre= 4,289

p=0,038

OR=1,98 (95,0% C.I= 1,077;3,640)

Hasil penelitian diatas menyebutkan
terdapat hubungan antara perilaku dengan
keberadaan jentik yaitu dengan nilai

dibandingkan
rumah
berperilaku buruk.

tangga

yang

Apabila kebiasaan – kebiasaan yang
membentuk
perilaku
beresiko
DBD
dianalisa sendiri – sendiri, maka hasilnya
tampak seperti tabel di bawah ini.

signifikansi sebesar 0,038. Dengan OR
sebesar 1,98 berarti rumah tangga yang
berperilaku baik akan beresiko tidak
terdapat jentik sebanyak 1,98 kali

Tabel 5.4 3 Perilaku yang Beresiko terhadap Keberadaan Jentik
B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B
)

95,0% C.I.for EXP(B)
Lower

Step 1(a)

Step 2(a)

Step 3(a)

Upper

X2.9

-,141

,114

1,539

1

,215

,868

,695

1,085

X2.4

-,243

,189

1,647

1

,199

,785

,542

1,136

X2.6

-,101

,099

1,042

1

,307

,904

,744

1,098

Constant

,262

,860

,093

1

,761

1,299

X2.9

-,130

,113

1,321

1

,250

,878

,704

1,096

X2.4

-,301

,179

2,831

1

,092

,740

,521

1,051

Constant

,111

,844

,017

1

,896

1,117

X2.4

-,332

,177

3,501

1

,061

,718

,507

1,016

Constant

-,131

,816

,026

1

,873

,878

a Variable(s) entered on step 1: X2.9, X2.4, X2.6.
Keterangan :
x2.9 = Kebiasaan menutup tempat penampungan air

x2.4 = Kebiasaan menyikat bak mandi
x2.6 = Kebiasaan membuang sampah dengan rapi

9

regresi logistik berganda menyebutkan
bahwa perilaku responden yang paling
berpengaruh terhadap keberadaan jentik
adalah kebiasaan menyikat bak mandi
(p=0,061) dengan OR=0,718 (95,0% C.I=
0,507;1,016) walaupun nilai signifikansinya
>0,05. Sehingga rumah tangga yang tidak
rajin menyikat bak mandi mempunyai resiko
0,718 kali ada jentik dibandingkan rumah
tangga yang rajin menyikat bak mandinya.
Uji statistik dengan menggunakan
fisher’s exact test tidak ditemukan
hubungan antara keberadaan jentik dengan
kejadian DBD (p=0,605)

Dari
data
tentang
kebiasaan
responden yang meliputi kebiasaan tidur
pagi (08.00-12.00), kebiasaan tidur sore
(15.00-18.00), kebiasaan menggantung
pakaian, menyikat bak mandi, membuang
sampah dengan rapi, menutup tempat
sampah, menutup tempat penampungan
air,
menggunakan
kelambu
dan
menggunakan lotion anti nyamuk terdapat 3
variabel yang dapat diikutkan dalam uji
regresi logistik berganda yaitu kebiasaan
menyikat bak mandi, kebiasaan membuang
sampah dengan rapi dan kebiasaan
menutup tempat sampah. Hasil akhir uji

Tabel 5.5 Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan Kejadian DBD
Ada jentik?

Kejadian DBD dalam 6bln terakhir
Tidak ada

Total

Ada

n

%

n

%

n

%

Tidak ada

257

97,5

7

2,7

264

100

Ada

52

100

0

0

52

100

Total

309

97,8

7

2,2

316

100

Fisher’s exact test

p=0,605

PEMBAHASAN
Karakteristik
responden
yang
diwawancarai pada penelitian ini meliputi
usia (18-82 tahun), jenis kelamin (wanita =
85.3% dan pria = 14.7%), dan tingkat
pendidikan tertinggi di dalam keluarga
(Tamat PT 53.6% ,tamat SMU/sederajat
36.1%, tamat SMP/ sederajat 7.2%, tamat
SD 2.5%, dan tidak tamat SD 0.3%). Hasil
survei dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa 52% rumah tangga di Kelurahan
Sawojajar berperilaku baik dan 48% nya
berperilaku kurang baik. Dari 316 rumah
tangga di Kelurahan Sawojajar yang
diobservasi ditemukan 16,5% rumah tangga
terdapat jentik dan 83,5% tidak terdapat
jentik. Hal ini terjadi karena perilaku
responden di Kelurahan Sawojajar yang
paling berpengaruh terhadap keberadaan
jentik adalah kebiasaan menyikat bak mandi

walaupun tidak signifikan. Dari 319 rumah
tangga terdapat 8 kasus (2,5%) kejadian
DBD yang di diagnosis oleh dokter dalam 6
bulan terakhir dari bulan September 2010
sampai dengan bulan Februari 2011.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan
antara
perilaku
dengan
keberadaan jentik yaitu dengan nilai
signifikansi sebesar 0,038. Dengan OR
sebesar 1,98 berarti rumah tangga yang
berperilaku buruk akan beresiko terdapat
jentik sebanyak 1,98 kali dibandingkan
rumah tangga yang berperilaku baik.
Perilaku
responden
yang
paling
berpengaruh terhadap keberadaan jentik
adalah kebiasaan menyikat bak mandi
(p=0,061) dengan OR=0,718 (95,0% C.I=
0,507;1,016) walaupun nilai signifikansinya
>0,05. Sehingga rumah tangga yang tidak
rajin menyikat bak mandi mempunyai resiko
0,718 kali ada jentik dibandingkan rumah

10

tangga yang rajin menyikat bak mandinya.
Hal ini terjadi karena ada kemungkinan
jawaban yang diberikan responden tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
karena tidak dilakukan observasi terhadap
perilaku responden.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara
keberadaan jentik dengan kejadian DBD
dengan nilai signifikansi sebesar 0,605.
Tidak adanya pengaruh signifikan antara
keberadaan jentik dengan kejadian DBD
mungkin disebabkan karena pengukuran
kejadian DBD di Kelurahan Sawojajar yang
kurang tepat, misalnya responden lupa
kapan terjadi DBD pada keluarganya.
Kesimpulan
1. Tidak terdapat hubungan antara perilaku
beresiko DBD dengan kejadian DBD di
Kelurahan Sawojajar Kota Malang
2. Terdapat hubungan antara perilaku –
perilaku
beresiko
DBD
dengan
keberadaan jentik, dengan p=0,038 dan
OR=1,98 (95,0% C.I= 1,077;3,640).
Perilaku yang berpengaruh terhadap
keberadaan jentik adalah kebiasaan
menyikat bak mandi walaupun belum
signifikan
dengan
p=0,061
dan
OR=0,718 (95,0% C.I= 0,507;1,016).
3. Tidak ditemukan hubungan antara
keberadaan jentik dengan kejadian DBD
(Pvalue=0,065).
Saran
1. Penelitian
dengan
menggunakan
variabel kejadian DBD menggunakan
rentang waktu lebih pendek.
2. Perlu diteliti faktor perilaku lainnya yang
berpotensi sebagai perilaku beresiko
DBD dengan sampel dan metode yang
baik.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui seperti apakah
praktek menyikat bak mandi yang terjadi
di masyarakat.
4. Masyarakat harus lebih memperhatikan
dan menghindari kebiasaan – kebiasaan
beresiko DBD secara mandiri dan

teratur melaksanakan kegiatan PSN
DBD misalnya 3M menguras dan
menyikat
tempat

tempat
penampungan air, menutup rapat –
rapat
tempat
penampungan
air,
mengubur barang – barang bekas yang
dapat menampung air hujan agar dapat
mengurangi keberadaan jentik dan
penularan penyakit DBD dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2010. Demam Berdarah Dengue,
(online), (http://dinkesjatim.go.id.
Diakses tanggal 12 Juli 2010)
Ainun, 2010. DBD Cemaskan Warga Kota
Malang, (online),
(http://www.beritajatim.com/detailne
ws.php. Diakses tanggal 12 Juli
2010)
Akhmad, 2007. Menentukan Populasi dan
Sampel,
(online),
(http://skripsimahasiswa.blogspot.co
m/2007/12/menentukan-populasidan-sample-definisi.
Diakses
Tanggal 8 Oktober 2010)
Amida, Roose. Hubungan Sosiodemografi &
Lingkungan
dengan
Kejadian
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru tahun 2008. USS
Medan, 2008
Azwar, S. 2003. Sikap Manusia: Teori &
Pengukurannya.
Edisi
Kedua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bascommetro, 2009. Konsep Perilaku
Kesehatan, (online),
(http://www.bascommetro.com/2009/
05/konsep-perilaku-kesehatan).
Diakses tanggal 7 Oktober 2010)
Depkes RI (2005). Pencegahan &
Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta: Dirjen
PP&PL
Dia, 2008. Warga Malang Diminta
Waspadai DBD, (online),
(http://kesehatan.kompas.com/read/
2008/10/09/1821109/Warga.Malang.
Diminta.Waspadai.DBD. diakses
tanggal 24 Juni 2010)
Diantika, 2010. Kebiasaan Tidur Siang
Beresiko DBD, (online),

11

(http://suaramerdeka.com. Diakses
tanggal 14 Juni 2010)
Dinata, Arda, AMKL : Putus dengan
Nyamuk?, Bisakah?. Staf Loka
Litbang Pemberantasan Penyakit
Bersumber Binatang (P2B2) Ciamis,
Balitbang Kesehatan Depkes RI.
2007.
(Online),
(http://www.litbang.depkes.go.id/loka
ciamis/index.htm. Diakses tanggal 7
Oktober 2010)
Gandahusada, S., Ilahude, H. D., dan
Pribadi, W., 2004. Parasitologi
Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, Gaya Baru.
Hal. 221-235, 244-250
Hasyimi M, Sukowati S, Kusriastuti R,
Muchlastriningsih. 2005. Situasi
Vektor Demam Berdarah Dengue
saat Kejadian Luar Biasa (KLB) di
Pasar Rebo, Jakarta Timur. Media
Penelitian
&
Pengembangan
Kesehatan
Litbang, 2006. Demam Berdarah Dengue,
(online),
(http://www.litbang.depkes.go.id.
Diakses tanggal 7 Oktober 2010)
Luhulima,
Bahang.
2008.
Konsultan
Pengendalian Vektor Penyakit dan
Pengendalian
Hama.
(Online),
(bahangdkk.blogspot.com. Diakses
tanggal 7 Oktober 2010)
Media Center FKUB, 2009. LPM FKUB
Memberikan Penyuluhan Demam
Berdarah Warga Sawojajar, (online),
(http://fakultaskedokteranonline.blog
spot.com. Diakses tanggal 14 Juni
2010)
Medicines. Diagnosis dan Terapi Cairan
pada Demam Berdarah Dengue.
Journal
of
Pharmaceutical
Development
and
Medical
application. 2009.
Muhaimin, Toha, 2009. Kontribusi dan
Peran Public Health dalam
Penanggulangan HIV/AIDSI,
(online), (http://www.fkm.ui.ac.id.
Diakses tanggal 25 September
2010)
Notoadmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu
Kesehatan Masyarakat Prinsip –

Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
118-127
NSW Health. 2008. Mosquito Photos.
(Online),
(www.arbovirus.health.nsw.gov.au.
Diakses tanggal 7 Oktober 2010)
P2PL Dinkes Kota Malang (2009). Angka
Bebas Jentik yang Dilakukan oleh
kader
Jumantik
&
Petugas
Puskesmas (PE th 2009)
Prihatiningsih. Hubungan Faktor Perilaku
dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Boyolali
I.
UM
Surakarta, 2009
Rahardjo, Gembong. 2008. Status dan
mekanisme resistensi nyamuk
Aedes aegypti (Diptera:Culicidae) di
beberapa kota di Indonesia terhadap
insektisida Piretroid, (Online),
(http://www.iapw. Diakses tanggal 7
Oktober 2010)
Rosdiana. Hubungan Pengetahuan, Sikap &
Perilaku dengan Pemberantasan
Sarang nyamuk DBD di RT 02 Desa
Loa Janan Ulu Puskesmas Loa
Janan Kutai Kertanegara Kalimantan
Timur. USM Surakarta, 2010

Santoso. Hubungan Pengetahuan Sikap dan
Perilaku (PSP) masyarakat terhadap
vector DBD di kota Palembang
Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal
Ekologi Kesehatan 2008
Saroso, Sulianti, DEMAM BERDARAH.
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.
Dr. Sulianti Saroso, Jakarta, 2007
(Online),
(http://www.infeksi.com/articles.
Diakses tanggal 7 Oktober 2010)

Staf Pengajar Laboratorium Parasitologi.
2006.
Petunjuk
Praktikum
Parasitologi Arthropoda. Malang:
Laboratorium Parasitologi Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
Hal.1-7.
UI, 2008. Pengantar Analisis Multivariat.
(online),

12

(http://statistikaterapan.wordpress.co
m. Diakses tanggal 8 Oktober 2010)

Wikipedia.2009. Demam Berdarah Dengue,
(online), (http://www.wikipwdia.org.
Diakses 14 Juli 2010)
Wikipedia.2011. Perilaku Manusia, (online),
(http://www.wikipwdia.org. Diakses
1 Maret 2011)
Zettel,

Catherine. 2008. Yellow Fever
Mosquito. (Online), (University of
Florida.com. Diakses 7 Oktober
2010)

Zuhriyah, Lilik, dkk. 2010. Gender and
Prevention of Dengue Haemorrhagic
Fever. Disampaikan pada 16th
Qualitative
Health
Research
Conference,
Oct
3-5-2010
Vancouver,
British
Columbia,
Canada.
Menyetujui Pembimbing I

Lilik Zuhriyah , SKM, MKes
19730606 199702 2 001