MAKALAH PEMBUATAN SEDIAAN CAIR GALENIKA (1)

MAKALAH
PEMBUATAN SEDIAAN CAIR (GALENIKA)
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah fitofarmasi
Dosen Pengampu
Puji Astuti, MM., Apt

Disusun Oleh :
Ratih Hefia

(13670036 )

Ubaidillah Abdel B

(13670049)

Ayu Tria N

(13670059)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM
MALANG

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sang
pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena
berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah sejarah pemikiran ekonomi islam berupa makalah berjudul “Pembuatan
Sediaan Cair (Galenika)” untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitofarmasi.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
mendukung dan membantu penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bisa menjadi
salah satu sumber ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar
bahwasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan Azza Wa’jala hingga dalam
penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi diri.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan
penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan
manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh kalangan yang
membutuhkan.

Wassalam,

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sediaan obat dari bahan bahan alam atau biasa kita sebut sebagai obat
herbal sudah sangat populer pemakaiannya dikalangan masyarakat saat ini.
Banyak sekali pertimbangan kenapa masyarakat memilih untuk
mengkonsumsi obat herbal. Selain efek samping yang ditimbulkan sangat
sedikit, obat herbal juga efektif dalam mengobati penyakit. Bahan baku
untuk pembuatan obat herbal juga murah dan mudah didapat. Para ilmuwan
pun semakin gencar melakukan penelitian dibidang herbal medicine dan
menemukan berbagai tanaman ataupun hewan yang berpotensi untuk
mengobati penyakit. Indonesia yang merupakan negara khatulistiwa

memiliki beragam kekayaan flora dan fauna, hal ini sangat menunjang
ilmuwan dalam penenelitian pengembangkan obat-obatan herbal.
Bentuk sediaan obat herbal bermacam-macam, sama halnya seperti
obat-obatan sintetis.Adapun sediaan cair atau bisa juga disebut dengan
sediaan galenika merupakan salah satu sediaan diperoleh dengan cara
melakukan penyarian zat-zat yang bermanfaat bagi manusia, dari tumbuhan
atau hewan menggunakan cairan penyari yang sesuai. Sediaan galenik
memiliki cara yang berbeda-beda dalam pembuatannya tergantung pada jenis
sediaannya. Sediaan sirup berbeda cara pembuatannya dengan infus, begitu
pula sebaliknya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pembuatan sediaan
cair, akan dibahas dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
a. Apa itu sediaan galenika dan apa saja bentuk sediaan galenika?
b. Bagaimana cara pembuatan sediaan galenika?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa itu sediaan galenika dan apa saja jenisnya.
b. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan sediaan galenika.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Galenika dan Bentuk sediaan Galenika
Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius
Galenos (GALEN) yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari
tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu obat-obatan yang disebut ilmu
galenika. Ilmu galenika adalah Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan
(preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam bisa dari tumbuhan
atau hewan. (ilmu resep, 2006).
Zat-zat yang tersari (berkhasiat) biasanya terdapat dalam sel-sel bagian
tumbuh-tumbuhan yang umumnya dalam keadaan kering. Cairan penyari masuk
kedalam zat-zat berkhasiat utama dari pada simplisia yang akan di ambil
sarinya,kemudian, zat berkhasiat tersebut akan terbawa larut dengan cairan
penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat berkhasiat dipisahkan dari
bagian simplisia lain yang kurang bermanfaat. Beberapa sediaan galenika dibuat
dengan cara khusus sepeti Infusum Hyoscyami Oleosum, Solutio Carbonis
detergens atau Liquor Carbonatis detergens (Licadet).
Tujuan dibuatnya sediaan galenik :

1. Untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagian
lain yang dianggap tidak bermanfaat.
2. Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai.
3. Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam
penyimpanan yang lama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik (ilmu resep,
2006):
1. Derajat kehalusan
Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat
yang terkandung tersebut di sari.Semakin sukar di sari, simplisia harus
dibuat semakin halus, dan sebaliknya.
2. Konsentrasi / kepekatan
Beberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus
jelas konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam
pembuatan.
3. Suhu dan lamanya waktu

Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah
tersari atau tidak.
4. Bahan penyari dan cara penyari

Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap
bahan penyari ke dalam simplisia.
Bentuk-bentuk sediaan galenik adalah sebagai berikut:









Aqua aromatica
Infusa
Dekokta
Teh
Gargarisma dan Kolutorium (Obat Kumur dan Obat Cuci Mulut)
Tinctura
Extracta
Sirup


2.1 Pembuatan Sediaan Galenika
A. Infus (Infusa)
Menurut FI IV, infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan
mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 0C selama 15 Menit.
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Pembuatan infus
merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari
bahan lunak seperti daun dan bunga. Dapat diminum panas atau dingin.
Sediaan herbal yang mengandung minyak atsiri akan berkurang khasiatnya
apabila tidak menggunakan penutup pada pembuatan infus.
Cara Pembuatan


Campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air
secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai
suhu mencapai 90˚C sambil sekali-sekali diaduk-aduk.




Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.



Infus simplisia yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin.



Infus simplisia yang mengandung lendir tidak boleh diperas.



Infus simplisia yang mengandung glikosida antarkinon, ditambah larutan
natrium karbonat P 10% dari bobot simplisia.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat sediaan Infus :
 Jumlah Simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bahan tidak berkhasisat
keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.

 Derajat Halus Simplisia
Yang digunakan untuk infuse harus mempunyai derajat halus sebagai
berikut :
Serbuk

Bahan-Bahan

Serbuk 5/8

Akar manis, daun kumis kucing, daun sirih,daun
sena.

Serbuk 6/10

Dringo,kelembak.

Serbuk 10/22

Laos, akar valerian, temulawak, jahe.


Serbuk 22/60

Kulit Kina,akar ipeka,sekale komutum.

Serbuk 85/120

Daun digitalis.

 Banyaknya air ekstra
Umumnya untuk membuat sediaan infuse diperlukan penambahan air
sebanyak 2 kali bobot simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang
digunakan pada umumnya dalam keadaan kering.
 Cara Menyerkai
Pada umumnya infuse diserkai selagi panas,kecuali infuse simplisia yang
mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin. Infuse daun sena,infuse
asam jawa dan infuse simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh
diperas.
 Penambahan bahan-bahan lain
Penambahan bahan-bahan lain dimaksudkan untuk menambah kelarutan,
untuk menambah kestabilan,dan untuk menghilangkan zat-zat yang

menyebabkan efek lain.
B. Aqua Aromatic
Menurut Farmakope Edisi II Aqua Aromatic adalah larutan jenuh
Minyak atsiri dalam air. Diantara air aromatic ada yang memiliki daya terapi
yang lemah, digunakan untuk memberi aroma pada obat-obatan atau sebagai
pengawet. Air ini tidak boleh berwarna dan berlendir, tapi harus mempunyai
bau dan rasa yang menyerupai bahan asal.
Cara Pembuatan :

-

Larutkan minyak atsiri dalam 60 ml etanol 95%
Tambakan air s.d.s ad volume 100 ml sambil kocok kuat
Tambahkan 500 mg talc, kocok, lalu diamkan, dan saring.
Encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air

C. Dekokta (Dekok)
Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan
herbal dengan air pada suhu 90˚C selama 30 menit.
Pembuatan:


Campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air
secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 30 menit terhitung mulai
suhu 90˚C sambil sekali-sekali diaduk.



Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas hingga diperoleh volume dekok yang dikehendaki, kecuali
dekok dari simplisia Condurango Cortex yang harus diserkai setelah
didinginkan terlebih dahulu.



Jika tidak ditentukan perbandingan yang lain dan tidak mengandung bahan
berkhasiat keras, maka untuk 100 bagian dekok harus dipergunakan 10
bagian atau bahan dasar dari simplisia. Untuk bahan berikut digunakan
sejumlah yang tertera:
Bunga Arnica 4 bagian
Daun Digitalis 0,5 bagian
Kulit Akar Ipeka 0,5 bagian
Kulit Kina 6 bagian
Daun Kumis kucing 0,5 bagian
Akar Senega 4 bagian

D. Teh
Pembuatan sediaan teh untuk tujuan pengobatan banyak dilakukan
berdasarkan pengalaman seperti pada pembuatan infus yang dilakukan pada
teh hitam sebagai minuman.
Cara pembuatan:
-

Air mendidih dituangkan ke simplisia, diamkan selama 5-10 menit dan
saring.

-

Pada pembuatan sediaan teh, beberapa hal perlu diperhatikan yaitu jumlah
simplisia dan air, jumlah dinyatakan dalam takaran gram dan air dalam
takaran milimeter

Derajat kehalusan untuk beberapa simplisia sesuai dengan yang tertera
berikut ini:
-

Daun, bunga dan herba: rajangan kasar dengan ukuran lebih kurang 4 mm.
Kayu, kulit dan akar: rajangan agak kasar dengan ukuran lebih kurang 2,5
mm.
Buah dan biji: digerus atau diserbuk kasar dengan ukuran lebih kurang 2
mm.
Simplisia yang mengandung alkaloid dan saponin: serbuk agak halus
dengan ukuran lebih kurang 0,5 mm.

E. Gargarisma dan kolutorium (obat kumur dan obat cuci mulut)
Obat kumur dan cuci mulut umumnya mengandung bahan tanaman
yang berkhasiat sebagai astringen yang dapat mengencangkan atau melapisi
selaput lendir dan tenggorokan dan tidak dimaksudkan agar obat menjadi
pelindung selaput lendir. Obat kumur dan obat cuci mulut dibuat dari sediaan
infus, dekok atau tingtur yang diencerkan.
Penyimpanan:
-

Dalam wadah berupa botol berwarna susu atau wadah lain yang sesuai.
Pada etiket harus juga tertera:
1. Petunjuk pengenceran sebelum digunakan
2. “Hanya untuk kumur, tidak boleh ditelan”

F. Sirupi (sirup)
Sirup adalah sediaan berupa larutan dari atau yang mengandung
sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64,0% dan
tidak lebih dari 66,0%.
Pembuatan:
Kecuali dinyatakan lain, sirup dibuat sebagai berikut:
-

Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan
hingga larut.
Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang
dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.

-

Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida
antrakinon, ditambahkan natrium karbonat sebanyak 10% bobot simplisia.
Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan
ditambahkan metil paraben 0,25% b/v atau pengawet lain yang sesuai.

G. Tinctura
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi
simplisia nabati atau hewani dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam
pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain,
tingtur dibuat menggunakan 20% zat khasiat dan 10% untuk zat khasiat keras.
Pembuatan tinctur secara perkolasi:
Kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut:
-

-

-

Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus
yang cocok dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian penyari,
Masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam.
Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali
ditekan hati-hati,
Tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes
dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup
perkolator, biarkan selama 24 jam.
Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan
berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis
cairan di atas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat.
Peras massa, campurkan cairan perasan kedalam perkolat,
Tambahkan cairan penyari secukupnya sehingga diperoleh 100 bagian.
Pindahkan ke dalam sebuah bejana, tutup, biarkan selama 2 hari di tempat
sejuk, terlindung dari cahaya. Enap tuangkan atau saring.
Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian
perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memenuhi syarat, jika
perlu encerkan dengan penyari secukupnya.

H. Ekstrak
Adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan.
Macam-macam ekstrak :

a. Ekstrak kering (siccum)
b. Ekstrak kental (spissum)
c. Ekstrak cair (liquidum)
Proses pembuatan ekstrak adalah sebagai berikut:
-

Pembuatan serbuk simplisia
Cairan pelarut
Separasi dan pemurnian
Pemekatan / penguapan (evaporasi)
Pengeringan ekstrak
Rendemen

Pelarut untuk mengekstrak, dipilih pelarut yang optimal untuk senyawa
yang berkhasiat, sehingga senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari
senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagaian besar
senyawa yang diinginkan. Selain itu, faktor lain yang harus dipertimbangkan
dalam pemilihan pelarut adalah selektivitas, ekonomis, ramah lingkungan serta
aman dipakai.
Pelarut yang diperbolehkan adalah air dan etanol serta campurannya, eter.
Jenis pelarut lain seperti metanol, heksana, toluen, kloroform dan aseton
umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap separasi dan tahap pemurnian
(fraksinasi). Adapun tujuan dari separasi (pemurnian) adalah menghilangkan
(memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa
berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh
ekstrak yang lebih murni. Setelah separasi, dilakukan penguapan sampai ekstrak
benar-benar kering. Tujuan pengeringan ini adalah menhilangkan pelarut dari
bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa kering rapuh, tergantung proses dan
peralatan yang digunakan.

BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Sediaan obat dari bahan alam atau bisa disebut dengan galenika
merupakan Adalah sediaan yang diperoleh dengan cara melakukan penyarian
zat-zat yang bermanfaat bagi manusia, dari tumbuhan atau hewan
menggunakan cairan penyari yang sesuai. Sediaan galenika diantaranya
adalah aqua aromatik, infus, dekokta, sirup, teh, gargarisma dan kolutorium
(obat kumur dan obat cuci mulut), sirup, tinctura, dan ekstak. Pembuatan
sediaan tersebut berbeda-beda tergantung jenis, bahan dan tujuan pembuatan.
3.2 Saran
Makalah ini masih memiliki kekurangan informasi. Semoga pembaca
dapat mengambil manfaat dari makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Edisi III
Departemen Kesehatan RI, Farmakope Edisi IV

Djoko Hargono,Dkk.1986.Sediaan Galenika.Jakarta:widya Bhakti
Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. 1986. Sediaan Galenik:
Departemen Kesehatan RI,
Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC